Anda di halaman 1dari 11

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

ANALISIS KEBIJAKAN LINGKUNGAN


(Kebijakan Lingkungan Meikarta)

Oleh :
Nama : Reinasti Cahya Kesuma
NPM : 240110150096

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
1.1. Latar Belakang
Meikarta merupakan proyek kota terencana yang dibangun oleh PT Lippo
Karawaci Tbk di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Meikarta resmi diluncurkan pada 17
Agustus 2017. Proyek kota terencana tersebut berada di dekat Jalan Tol Jakarta-
Cikampek. Proyek tersebut rencananya menyasar kalangan menengah ke bawah.
Pembangunan proyek tersebut menuai protes dari beberapa pihak, termasuk Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) dan Wakil Gubernur Jawa Barat karena tidak memiliki izin untuk
membangunnya. Meikarta berada di tepi tol Jakarta-Bandung yang telah
berkembang sebagai pusat wisata dan industri nasional. Jalan tol ini juga terhubung
langsung dengan kota pelabuhan Cirebon dan jalan trans Jawa. (Hendartyo, 2018)
Meikarta dirancang untuk tumbuh sebagai sebuah pusat perekonomian
modern yang efisien. Sebuah perekonomian berbasis industri dan perdagangan
nasional maupun internasional. Meskipun begitu pembangunan Meikarta juga dapat
berdampak bagi lingkungan alam sekitarnya. Hal ini dikarenakan dalam proses
pembangunan dilakukan perubahan lingkungan, bahkan proses pembangunan yang
tidak sesuai dapat menyebabkan terjadinya pencemaran. Proses pembangunan suatu
bangunan perlu memperhatikan beberapa aturan yang telah berlaku untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang akan sangat merugikan baik alam
itu sendiri maupun manusia yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu perlu
dilakukan kesesuaian mengenai kebijakan lingkungan pada proses pembangunan
Meikarta.

1.2. Permasalahan pada Meikarta


Komisi II DPR menggelar rapat membahas perizinan Meikarta. Rapat
tersebut dihadiri pejabat Kementerian Dalam Negeri, Ombudsman RI dan
perwakilan pemerintah Kabupaten Bekasi. Dalam rapat tersebut dibahas Lippo
Group yang melakukan pemasaran besar-besaran padahal izin yang dimiliki belum
lengkap. Izin tersebut adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan analisis dampak
lingkungan (AMDAL).
Direktur Jenderal Otonomi Daerah (Dirjen Otda) Kementerian Dalam Negeri,
Sumarsono menilai, persoalan Meikarta berada di antara peraturan dan kebutuhan
akan hunian. Sehingga harus dicari solusinya agar Meikarta bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat dan di sisi lain tidak menyalahi aturan. Sejauh ini Meikarta
baru mengantongi izin lokasi dan IPPT. Namun, lanjut Sumarsono, sesungguhnya
Lippo Group telah mengambil langkah-langkah untuk memperoleh semua izin yang
dibutuhkan.
Rekomendasi Gubernur dibutuhkan sebab Bekasi termasuk kawasan
metropolitan yang jumlah penduduknya lebih dari 1.000.000 jiwa. Persoalannya,
belum ada peraturan gubernur yang menjadi dasar untuk rekomendasi gubernur.
Belum adanya Pergub ini harus menjadi bahan evaluasi dan perbaikan. Wakil
Gubernur Jawa Barat menegaskan status pembangunan dan pemasaran kawasan
permukiman Meikarta Lippo Cikarang harus dihentikan hingga ada rekomendasi
dan izin legal. (Rahayu, 2017)

1.3. Pelanggaran Kebijakan dan Peraturan pada Meikarta


Megaproyek Meikarta berpotensi melanggar tindak pidana, dimana potensi
pelanggaran pidana menyangkut tiga undang-undang dan doktrin hukum. Doktrin
hukum terkait dengan Misrepresentation atau fakta tidak disampaikan dengan
lengkap. Apabila Meikarta terbukti dengan sengaja Fraudelent (tidak
menyampaikan fakta materiil) maka Lippo bisa masuk dalam tindak pidana
ekonomi, bisa dijadikan tidak pidana penipuan.
Meikarta berpotensi melanggar UU 20/2011 tentang rusun, UU 32/2009
terkait perizinan dan UU 1/2011 tentang kawasan perumahan dan pemukiman.
Berdasarkan Pasal 20/2011, Lippo cikarang masuk subyek hukum karena Meikarta
inisiasi dari Lippo grup di bawah kendali Lippo Cikarang. Ada beberapa kriteria
tindak pidana yang dilanggar pengembang seperti perizinan pada pasal 107 dan
108. Selain itu, terkait mengingkari kewajiban lahan 20 persen untuk
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan pembangunan perumahan di luar
lokasi yang diperuntukkan. (Kusuma, 2017)
Iklan Meikarta begitu bombastis namun melanggar aturan, alias illegal.
Iklan yang disiarkan oleh Lippo merupakan bagian dari pemasaran. Tindakan
tersebut, kata dia, melanggar Undang-undang Nomor 20/2011 tentang Rumah
Susun. Dalam Pasal 42 ayat (2) UU Nomor 20 Tahun 2011 disebutkan,
pemasaran dapat dilakukan jika pengembang telah memiliki kepastian
peruntukan ruang, hak atas tanah, status penguasaan rumah susun, perizinan
pembangunan rumah susun, serta jaminan pembangunan rumah susun dari
lembaga penjamin.
Perlu dilakukan pengecekan secara rinci tata ruang kawasan properti
Meikarta. Proyek properti dengan nilai investasi sebesar Rp228 triliun ini
disebut harus disesuaikan dengan program tata ruang pemerintah, yakni
Bodebekarpur (Bogor, Depok, Bekasi, Puncak, Cianjur). Rencana tata ruang
Meikarta tidak terintegrasi dengan Bodebekarpur. Hal ini terindikasi dari
adanya proses perizinan Meikarta yang hingga kini masih belum beres.
Padahal, sebagian bangunan di kawasan tersebut sudah mulai didirikan.
Tidak seharusnya Grup Lippo membangun proyek properti di atas lahan
seluas 2.200 hektar ini. Proyek properti yang direncanakan sejak 2014 ini pun
disebutnya telah melangkahi program pemerintah yang mencanangkan
Bodebekkarpur sebagai pusat pertumbuhan ekonomi atau kawasan
metropolitan di Jawa Barat. Pembangunan Meikarta pun telah menyalahi
Perda Jawa Barat Nomor 12 tahun 2014 tentang Pengelolaan Pembangunan
dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan. (Sammy, 2018)

1.4. Kebijakan Lingkungan pada Meikarta


Kekerasan lingkungan sudah menjadi Trend, seiring dengan kewenangan
pemerintah daerah dengan kosep pemerintahan desentralisasi atau pemerintahan
yang dapat dimaknai bisa mengatur diri sendiri dalam bentuk kado otonomi daerah
terkadang dalam berbagai kebijakan cendrung menyebabkan kekerasan terhadap
lingkungan. Lingkungan akan menjadi indah dan rindang bila dilestarikan dengan
baik, namun akan menjadi akan menjadi masalah yang sering disebut konflik juga
disebakan karena lingkungan, penyebab tersebut dapat terjadi maisalnya dalam
proses pengeluaran izin atau pemberian izin atas kewenangnya akan menjadi alat
yang dapat diperjual belikan yang dapat kita maknia pemberuian izin tersebut
tidaklah mengacu pada undang-undang lingkungan. UU No. 32 Tahun 2009, yang
dimaksud Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam undang-
undang tersebut meliputi:
1. Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan
hidup, penetapan wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
2. Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alam yang dilakukan berdasarkan
RPPLH. Tetapi dalam Undang-undang ini telah diatur bahwa jika suatu
daerah belum menyusun RPPLH maka pemanfaatan sumber daya alam
dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
3. Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan
pemulihan.
4. Dimasukkan pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara
lain. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis), tata ruang, kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup), UKL-UPL (upaya kelola lingkungan, upaya
pemantauan lingkungan), perizinan, instrumen ekonomi lingkungan
hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup,
anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko lingkungan hidup,
audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/
atau perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Pemeliharaan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya konservasi
sumber daya alam, pencadangan sumber daya alam, dan/ atau pelestarian
fungsi atmosfer.
6. Aspek pengawasan dan penegakan hukum.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dan Undang-undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah sangat jelas terkait
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Perbedaan mendasar dua
regulasi ini adalah adanya penegasan tentang prinsip-prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang
baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan
penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi,
akuntabilitas, dan keadilan. Beberapa poin penting dalam UU No. 32 Tahun 2009
antara lain:
1. Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup.
2. Kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah.
3. Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup.
4. Penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/ atau kerusakan
lingkungan hidup, Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen
pengendalian;
5. Pendayagunaan pendekatan ekosistem.
6. Kepastian dalam merespon dan mengantisipasi perkembangan
lingkungan global.
7. Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
8. Penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
9. Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang lebih efektif dan responsif.
10. Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil lingkungan hidup.
Dengan Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2009 diberi kewenangan yang
sangat luas kepada pemerintah daerah dalam melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di daerah masing-masing yang tidak diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 36 ayat (1) Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) menyebutkan bahwa "Setiap usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin
lingkungan". Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan (Pasal 36 ayat (1) UU Nomor 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) barang siapa yang
melanggar dapat dikenai pidana sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 109 ayat
(1) UU Nomor 32 tahun 2009 bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Pejabat
pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang menerbitkan izin usaha dan/atau
kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”. (Kusuma, 2017)
.Pemerintah Provinsi Jawa Barat diharuskan membuat Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) atas megaproyek Meikarta. Analisis Dampak Lingkungan
(Amdal) dianggap tak mencukupi untuk mengkaji dampak dari pembangunan
pemukiman seluas 500 hektar. Proyek Meikarta kemungkinan akan banyak
menimbulkan perubahan seperti bentang alam, fungsi lahan, kebutuhan air dan
energi, hingga sampah.
PT Mahkota Sentosa Utama, anak usaha Lippo Cikarang Tbk, pengembang
Meikarta, saat ini hanya mengantongi sebagian izin pembangunan proyek
pemukiman. Dari penguasaan lahan seluas 3000 hektar yang dimiliki PT Lippo
Cikarang Tbk sejak 1994, Meikarta hanya memiliki izin peruntukan penggunaan
tanah (IPPT) seluas 84,6 hektar. (Bayu, 2017)
Terkait UU 32/2009, Meikarta belum memiliki izin lingkungan, artinya
berpotensi melakukan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, dilampauinya
baku mutu lingkungan (pasal 98-101), pembuangan dan pengelolaan limbah B3
(pasal 102-107) dengan sanksi pidana penjara dan denda. Sedangkan UU 1/2011
pasal 139 menyebutkan pengembang dilarang membangun perumahan dan
pemukiman bukan di kawasan yang diperuntukkan buat perumahan/pemukiman.
Meikarta memulai izin sejak 1994. Sebelumnya, kawasan tersebut merupakan
kawasan subur karena digunakan sebagai lahan pertanian masyarakat. Salah satu
kendala Meikarta adalah izin Amdal dan zonasi. Pasalnya Lippo sebelumnya
pernah mengeluarkan statement izin sudah selesai, namun ternyata masih terkenda
di amdal dan zonasi. (Kusuma, 2017)
Sedangkan UU 1/2011 pasal 139 menyebutkan pengembang dilarang
membangun perumahan dan pemukiman bukan di kawasan yang diperuntukkan
buat perumahan/pemukiman. Pasal 141 menyebut pejabat dilarang mengeluarkan
izin pembangunan rumah, perumahan dan atau pemukiman yang tidak seusai
dengan fungsi dan pemanfaatan ruang. Sedangkan sanksi bagi pejabat tersebut,
dipidana dua tahun penjara dan denda dua miliar. Pihak berwajip perlu melakukan
penyelidikan lebih lanjut seperti mengumpulkan bukti-bukti awal dan kronologis.
Pasalnya, yang bisa menentukan Meikarta bersalah adalah pengadilan. Padahal
hingga saat ini delik aduan belum muncul juga ke permukaan.
Meikarta memulai izin sejak 1994. Sebelumnya, kawasan tersebut
merupakan kawasan subur karena digunakan sebagai lahan pertanian masyarakat.
Meikarta memulai izin sejak 1994 oleh pemkab untuk bangun kawasan industri dan
pemukiman. Mereka harus membunuh lahan subur untuk menjadi kawasan kota.
Sedangkan Kementerian PUPR terkesan diam saja, diundang beberapa kali ke
Ombudsman tidak datang. Namun tiba-tiba bilang Meikarta tidak salah. Salah satu
kendala Meikarta adalah izin Amdal dan zonasi. Pasalnya Lippo sebelumnya
pernah mengeluarkan statetement izin sudah selesai, namun ternyata masih
terkenda di amdal dan zonasi. Meikarta memanfaatkan izin pemanfaatan tanah,
namun terhalang izin amdal dan zonasi. Zonasi yang diusulkan Meikarta ada di
zona 3, namun masih acak-acakan belum jelas. Padahal lippo telah membayar Rp50
miliar untuk IMB, namun belum bisa dikelurkan. Meskipun izin belum ada, Lippo
telah menggambil booking fee, ini dilarang sesuai Undang-undang pasal 43. (Fya,
2017)
Proyek Meikarta akan mengubah struktur alam yang sangat luas, karena
membutuhkan air dan energi yang cukup besar. Sehingga ke depan akan
memberikan dampak lingkungan yang besar bukan hanya bagi wilayah di Cikarang
namun juga ke wilayah lainnya di Kabupaten Bekasi. Wilayah Cikarang Selatan,
Utara dan Timur adalah wilayah rawan banjir di musim hujan dan kekeringan di
musim kemarau.
Atas dasar pertimbangan hukum tata ruang dan lingkungan dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan di masa yang akan datang, maka Walhi Jawa Barat
menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pembangunan kota
Meikarta. Untuk itu, Walhi Jawa Barat meminta Pemkab Bekasi dan Pemprov Jawa
Barat memberi perintah tegas kepada Lippo Group untuk menghentikan rencana
pembangunan kota Meikarta dan melakukan audit investigatif atas perizinan
pembangunan kota baru Meikarta. (Joko, 2017)

1.5. Keterlibatan KPK


Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil menjamin, bahwa luasan lahan
untuk proyek yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat itu sudah memenuhi
ketentuan untuk peruntukkan tata ruang. Permasalahan yang menimpa proyek
tersebut sepenuhnya berada dalam kewenangan pemerintah daerah. Pemerintah
mendorong bagi sejumlah pihak agar bisa memanfaatkan fasilitas online single
submission (OSS) untuk mengurus perizinan yang lebih transparan dan terintegrasi.
(Asmara, 2018)
Meikarta yang menempati area 500 hektare di Cikarang, Bekasi,
dianggap melanggar Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2011 tentang Tata
Ruang Kabupaten Bekasi. Padahal, izin lokasi yang sudah dimiliki Lippo
Group saat ini baru untuk lahan seluas 84,3 hektare. Yang sesuai dengan
Perda Tata Ruang No 12/2011 tentang Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bekasi, adalah izin untuk 84,3 hektare. Selebihnya itu tidak sesuai dengan
tata ruang wilayah Kabupaten Bekasi. (Sammy, 2018)
Suap perizinan bisa terjadi karena belum semua pemerintah daerah terlalu
disosialisakan terkait OSS, sedangkan pihak swasta ingin mempercepat
pembangunan. Ia menyebutkan setidaknya ada 41 izin yang harus diajukan untuk
akhirnya pengembang diperbolehkan mendirikan bangunan. Sistem perizinan
yang transparan dan mudah sangat diperlukan karena nantinya perizinan tidak
perlu lagi tatap muka, mengajukan izin secara online.
Nama Meikarta kembali jadi pembicaraan setelah Komisi Pemberantasan
Korupsi atau KPK secara resmi menetapkan sejumlah pegawai pemerintah
kabupaten Bekasi sebagai tersangka kasus dugaan suap perizinan proyek
pembangunan Meikarta. Direktur PT Operasional Lippo Grup Billy Sindoro juga
ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap perizinan proyek Pembangunan
Meikarta pada Senin pekan lalu. KPK mengatakan dugaan suap perizinan proyek
pembangunan Meikarta di Kabupaten Bekasi berujung pada persoalan perizinan
IMB atau Izin Membangun Bangunan. KPK menduga pemberian suap sebagai
bagian dari commitment fee proyek Meikarta tahap pertama dan bukan pemberian
pertama dari total komitmen Rp 13 miliar. Suap disebar melalui Dinas PUPR,
Dinas Lingkungan Hidup, Pemadam Kebakaran, dan DPM-PTT. (Widyastuti,
2018)
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan
OTT di Kabupaten Bekasi terkait proyek Meikarta. Ada 10 orang yang diamankan
dalam OTT KPK. Pihak-pihak yang ditangkap KPK antara lain, Bupati Bekasi
Neneng Hassanah Yasin, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Jamaludin,
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Pemkab Bekasi Sahat MBJ Najor, Dewi
Tisnawati (Kepala Dinas DPMPTSP Kabupaten Bekasi), dan Neneng Rahmi
(Kepala Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Kabupaten Bekasi).
Para pejabat pemkab Bekasi yang ditetapkan sebagai tersangka diduga
menerima total uang Rp 7 miliar dari pihak pemberi. Uang tersebut merupakan
bagian dari commitment fee fase pertama Rp 13 miliar. Dalam perkara ini, KPK
juga menangkap Direktur Operasional Lippo Group Billy Sindoro. Billy ditangkap
setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek Meikarta. (Asmara,
2018)
Setelah kasus dugaan suap itu mencuat, Meikarta menghubungi para
konsumen melalui email. Handris mengatakan email tersebut berisi mengenai
komitmen pembangunan Meikarta. Surat elektronik itu ditandatangani oleh Kuasa
Hukum PT Mahkota Sentosa Utama (MSU) Denny Indrayana. Dalam surat itu
Denny mengatakan proses hukum yang sedang berlangsung dan
pembangunan Meikarta, merupakan hal yang terpisah dan berbeda. PT MSU
adalah bagian dari anak usaha Lippo Group. Pembangunan Meikarta tetap
dilanjutkan dikarenakan komitmen perusahaan terhadap pembeli. Selain itu
perusahaan menjaga komitmen tetap kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. PT
MSU akan bertanggung jawab dan memenuhi kewajiban perusahaan lainnya.
(Hendartyo, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, C. 2018. Mentri Agraria juga Buka Suara Soal Kisruh Proyek Meikarta.
Terdapat pada: https://www.cnbcindonesia.com/market/20181019151654-
17-38191/menteri-agraria-juga-buka-suara-soal-kisruh-proyek-meikarta,
(Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 20:02 WIB).

Bayu, D. 2017. Pemprov Jabar Diminta Buat Kajian Lingkungan Strategis untuk
Meikarta. Terdapat pada: https://katadata.co.id/berita/2017/09/07/pemprov-
jabar-diminta-buat-kajian-lingkungan-strategis-untuk-meikarta, (Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 20:32 WIB).

Fya. 2017. Meikarta Berpotensi Melanggar Hokum Pidana Berdasar Doktrin dan
Tiga Undang-Undang. Terdapat pada: https://sketsanews.com/meikarta-
berpotensi-melanggar-hukum-pidana-berdasar-doktrin-dan-tiga-undang-
undang/, (Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 20:45 WIB).

Joko. 2017. Meikarta Langgar Hukum Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.
Terdapat pada: http://www.swamedium.com/2017/08/25/walhi-jabar-
meikarta-langgar-hukum-tata-ruang-dan-lingkungan-hidup/2/,b(Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 20:50 WIB).

Kusuma, I. 2017. Berdasar Doktrin dan Tiga Undang-Undang Meikarta Berpotensi


Melanggar Hokum Pidana. Terdapat pada: http://www.aktual.com/berdasar-
doktrin-dan-tiga-undang-undang-meikarta-berpotensi-melanggar-hukum-
pidana/, (Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 20:12 WIB).

Rahayu, Y. 2017. Kemendagri Beberkan Persoalan Perizinan Meikarta. Terdapat


pada: https://www.merdeka.com/uang/kemendagri-beberkan-persoalan-
perizinan-meikarta.html, (Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 19:56
WIB).

Hendartyo, M. 2018. Ada Konsumen Meikarta Tak Cemas dengan Kasus


Dugaan Suap. Terdapat pada: https://bisnis.tempo.co/read/1139280/ada-
konsumen-meikarta-tak-cemas-dengan-kasus-dugaan-suap-sebab,
(Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 20:06 WIB).

Sammy. 2018. Ternodai Kasus Suap dan Izin Bermasalah Proyek Meikarta
Harus Dibongkar. Terdapat Pada:
https://www.harianterbit.com/read/1466/Ternodai-Kasus-Suap-dan-Izin-
Bermasalah-Proyek-Meikarta-Harus-Dibongkar, (Diakses pada tanggal
27 Oktober 2018 pukul 20:18 WIB).

Widyastuti, A. 2018. Kasus Suap Meikarta, Perizinan Sering Terhambat di


Daerah. Terdapat pada: https://bisnis.tempo.co/read/1138986/kasus-
suap-meikarta-rei-perizinan-sering-terhambat-di-daerah/full&view=ok,
(Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 20:38 WIB).

Anda mungkin juga menyukai