LP CA Tiroid
LP CA Tiroid
Konsep Medis
1. Definisi
Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan diperkirakan 1,1%
dari seluruh keganasan manusia. Pada tahun 2004 American Cancer Society memperkirakan terdapat
lebih kurang 22.500 kasus baru kanker tiroid di Amerika Serikat. Dimana perbandingan perempuan
dan laki-laki adalah 3 : 1, dengan estimasi 16.875 kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-
laki.1 Di Indonesia dari registrasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan kanker
tiroid menempati urutan ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%).2 (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit yang
lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada kanker tiroid tipe papiler.3
Mortalitas paling rendah pada individu dengan usia dibawah 50 tahun dan meningkat tajam pada usia
di atasnya, namun sebagian kecil ada pula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis
yang fatal.4 Angka rekurensi tumor umum pada kanker tiroid tipe papiler, berkisar setinggi 30% jika
terapi awal tidak komplit.3 Angka kematian akibat kanker tiroid 0,4% dari semua kematian akibat
kanker atau berkisar 5 kematian per sejuta penduduk pertahun. Angka ketahanan hidup lima tahun
relatif kanker tiroid adalah 96%.5 Tujuan utama tata laksana kanker tiroid adalah memperkecil resiko
rekurensi dan metastasis jauh, sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita.
Terapi utama dalam tata laksana kanker tiroid adalah operasi, sedangkan terapi adjuvan adalah ablasi
tiroid dengan iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan radiasi eksternal. (Jurnal, Oktahermoniza,
2013)
2. Etiologi
Radiasi eksternal kepala, leher, atau dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan resiko
karsinoma tiroid. Terapi radiasi kadang-kadan dilakukan untuk mengecilkan jaringan tonsil dan
adenoid yang membesar, mengobati jerawat, atau mengurangi pembesaran kelenjar timus. Bagi
individu yang terkena rradiasi eksternal dalam usia kanak-kanak terdapat peningkatan insiden kanker
tiroid dalam 5 hingga 40 tahun sesudah penyinaran akibatnya, individu yang menjalanii terapi radiasi
harus berkonsultasi dengan dokter dan meminta pemeriksaan pemindai isotoptiroid sebagai bagian
dari pemeriksaan evaluasi, mengikuti terapi yang di anjurkan untuk kelainan pada kelenjar tersebut
serta melajutkann ppemeriksaan umum atau check-up setiap tahun sekali jika semua hasil
pemeriksaannya normal. ( Brunner & Suddarth. 2001)
3. Manifestasi klinis
Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat jakun. Nodul
tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid. (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
g. Kesulitan menelan
4. Patofisiologi
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-
kadang mirip goiter nodular jinak. Nodula-nodula tiroid dapat diraba secara klinis
pada sekitar 5-10 % orang dewasa. Kebanyakan nodular tersebut jinak, tetapi beberapa
nodula tiroid ganas atau tidak, harus dinilai faktor-faktor resiko dan gambaran klinis
massa tersebut dan dilakukan beberapa pemeriksaan.
Kelenjar tiroid memiliki mekanisme yang asngat efisien untuk mengeluarkan
iodium dari dalam darah dan memekatkan atai “menangkap” unsur ini bagi sintesis
hormon tiroid berikutnya. Efektifitas mekanisme untuk memekatkan iodida ini
dicerminkan oleh konsentrasi iodida dalam jaringan tiroid yang dapat mencapai 20-
40 kali konsentrasi iodida dalam plasma.
Jika susu dan sumber makanan lain terkontaminasi oleh bahan radioaktif sebagai
akibat dari detonasi nuklir atau kecelakaan pada pabrik tenaga nuklir, maka iodida
radioaktif akan dipekatkan dalam kelenjar tiroid pada konsentrasi yang sangat tinggi
dan akan menyebabkan radiasi kelenjar tiroid sehingga meningkatkan resiko
terjadinya kanker kelenjar tiroid. Dengan demikian, dalam masyarakat yang terpajan
radioaktif yang tinggi harus dilakukan upay-upaya untuk menghalangi pengambilan
iodida radioaktif dengan cara membanjiri atau menjenuhkan kelenjar tiroid dengan
iodida nonradioaktif
Pemberian larutan jenuh kalium iodida atau preparat iodida lainnya sesegera
mungkin setelah terjadinya pajanan akan menghasilkan inhibisi yang hampir penuh
terhadap absorbsi iodida radioaktif oleh kelenjar tiroid dan meningkatkan kecepatan
eksresi setiap zat radioaktif yang terserap.
(Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
5. Phatway
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum
ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat
terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun
cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhna dan murah.
c. Computerized Tomografi
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan
aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat
diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma
meduler.
6. Komplikasi
a. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan
drain pada pasien setelah operasi.
b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik
tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
7. Penatalaksanaan
1. Terapi
Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat di lakukan beberapa jalur :
pemberian peroral dan lewat pemberian eksternal terapi radiasi.pasien yang mendapat
sumber sumber eksternal terapi radiasi menghadapi resiko untuk mengalami
mukositis,kekeringan mulut,dispagia,kemerahan kulit,anoreksia,dan kelelahan
kemoterapi jarang di gunakan dalam pengobatan kanger tiroid.
2. Tiroidektomi
Tiroidektomi parsial atau total dapat di laksanakan sebagai terapi primer terhadap
karsinoma tiroid,hipertiroidisme atau hipertiroidisme tipe dan luas operasi bergantung
pada hasil diagnosis,tujuan pembedahan hasil pronogsis
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi:
2. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer
3. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
3. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
4. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah
penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
B. Konsep Keperawatan
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan
fisik
Tanda : peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat
istirahat, syok (krisis tirotoksikosis)
c. Eliminasi
d. Integritas / Ego
e. Makanan / Cairan
Gejala : Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema
non-pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, kelemahan,gangguan status mental dan perilaku, seperti
: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon
dalam
g. Nyeri / Kenyamanan
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen,Suara parau dan kadang sampai tak dapat
mengeluarkan suara
i. Keamanan
j. Seksualitas
Gejala : adanya riwayat monopouse dini
2. Diagnosa keperawatan
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan
atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar
paratiroid.
f. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program untuk pengobatan untuk
terapi
3. intervensi keperawatan
Nutrition Monitoring
Analgesic Administration
Tentukan pilihananalgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
Kolaborasikan dengan
dokter obat obat yang
diperlukan untuk
meringankan rasa nyeri
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukan teknik untuk Jelaskan semua prosedur
mengontrol cemas dan apa yang di rasakan
selama prosedur
Vital sign dalam batas normal
Pahami prespektif pasien
Postur tubuh, ekspresi wajah,
terhadap situasi stress
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukan Temani pasien untuk
berkurangnya kecemasan memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Identifikasi tingkat
kecemasan
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi