Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep Medis

1. Definisi

Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan diperkirakan 1,1%
dari seluruh keganasan manusia. Pada tahun 2004 American Cancer Society memperkirakan terdapat
lebih kurang 22.500 kasus baru kanker tiroid di Amerika Serikat. Dimana perbandingan perempuan
dan laki-laki adalah 3 : 1, dengan estimasi 16.875 kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-
laki.1 Di Indonesia dari registrasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan kanker
tiroid menempati urutan ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%).2 (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)

Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit yang
lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada kanker tiroid tipe papiler.3
Mortalitas paling rendah pada individu dengan usia dibawah 50 tahun dan meningkat tajam pada usia
di atasnya, namun sebagian kecil ada pula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis
yang fatal.4 Angka rekurensi tumor umum pada kanker tiroid tipe papiler, berkisar setinggi 30% jika
terapi awal tidak komplit.3 Angka kematian akibat kanker tiroid 0,4% dari semua kematian akibat
kanker atau berkisar 5 kematian per sejuta penduduk pertahun. Angka ketahanan hidup lima tahun
relatif kanker tiroid adalah 96%.5 Tujuan utama tata laksana kanker tiroid adalah memperkecil resiko
rekurensi dan metastasis jauh, sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita.
Terapi utama dalam tata laksana kanker tiroid adalah operasi, sedangkan terapi adjuvan adalah ablasi
tiroid dengan iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan radiasi eksternal. (Jurnal, Oktahermoniza,
2013)

2. Etiologi

Radiasi eksternal kepala, leher, atau dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan resiko
karsinoma tiroid. Terapi radiasi kadang-kadan dilakukan untuk mengecilkan jaringan tonsil dan
adenoid yang membesar, mengobati jerawat, atau mengurangi pembesaran kelenjar timus. Bagi
individu yang terkena rradiasi eksternal dalam usia kanak-kanak terdapat peningkatan insiden kanker
tiroid dalam 5 hingga 40 tahun sesudah penyinaran akibatnya, individu yang menjalanii terapi radiasi
harus berkonsultasi dengan dokter dan meminta pemeriksaan pemindai isotoptiroid sebagai bagian
dari pemeriksaan evaluasi, mengikuti terapi yang di anjurkan untuk kelainan pada kelenjar tersebut
serta melajutkann ppemeriksaan umum atau check-up setiap tahun sekali jika semua hasil
pemeriksaannya normal. ( Brunner & Suddarth. 2001)

3. Manifestasi klinis

Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat jakun. Nodul
tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid. (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)

a. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.

b. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.

c. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan


selama pemeriksaan fisik.
d. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.

e. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

f. Adanya pembengkakan pada leher

g. Kesulitan menelan

4. Patofisiologi

Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-
kadang mirip goiter nodular jinak. Nodula-nodula tiroid dapat diraba secara klinis
pada sekitar 5-10 % orang dewasa. Kebanyakan nodular tersebut jinak, tetapi beberapa
nodula tiroid ganas atau tidak, harus dinilai faktor-faktor resiko dan gambaran klinis
massa tersebut dan dilakukan beberapa pemeriksaan.
Kelenjar tiroid memiliki mekanisme yang asngat efisien untuk mengeluarkan
iodium dari dalam darah dan memekatkan atai “menangkap” unsur ini bagi sintesis
hormon tiroid berikutnya. Efektifitas mekanisme untuk memekatkan iodida ini
dicerminkan oleh konsentrasi iodida dalam jaringan tiroid yang dapat mencapai 20-
40 kali konsentrasi iodida dalam plasma.

Jika susu dan sumber makanan lain terkontaminasi oleh bahan radioaktif sebagai
akibat dari detonasi nuklir atau kecelakaan pada pabrik tenaga nuklir, maka iodida
radioaktif akan dipekatkan dalam kelenjar tiroid pada konsentrasi yang sangat tinggi
dan akan menyebabkan radiasi kelenjar tiroid sehingga meningkatkan resiko
terjadinya kanker kelenjar tiroid. Dengan demikian, dalam masyarakat yang terpajan
radioaktif yang tinggi harus dilakukan upay-upaya untuk menghalangi pengambilan
iodida radioaktif dengan cara membanjiri atau menjenuhkan kelenjar tiroid dengan
iodida nonradioaktif

Pemberian larutan jenuh kalium iodida atau preparat iodida lainnya sesegera
mungkin setelah terjadinya pajanan akan menghasilkan inhibisi yang hampir penuh
terhadap absorbsi iodida radioaktif oleh kelenjar tiroid dan meningkatkan kecepatan
eksresi setiap zat radioaktif yang terserap.
(Jurnal, Oktahermoniza, 2013)

5. Phatway
5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001)

1. Pemeriksaan Laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum
ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat
terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

2. Radiologis

a. Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat


obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus
yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi
lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis
karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk
survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto
barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

b. Ultrasound

Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun
cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhna dan murah.

c. Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat


membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid

d. Scintisgrafi

Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.

3. Biopsi Aspirasi

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan
aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat
diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma
meduler.

6. Komplikasi

Menurut (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)

Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :

a. Perdarahan

Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan
drain pada pasien setelah operasi.

b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.

c. Trauma pada nervus laringeus rekurens

Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.

d. Sepsis yang meluas ke mediastinum

Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik
tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.

7. Penatalaksanaan

Mnurut ( Brunner & Suddarth. 2001)

1. Terapi

Terapi pilihan untuk karsinoma titoid adalah pembedahan untuk mengangkat


tumor tersebut.tiroidektomi total atau hampir total di lakukan bila keadaan
memungkinkan.Tindakan dikseksi leher yang lebih luas di lakukan jika metastase telah
menyampai kelenjar lipe.jaringan paratiroid di upayakan untuk tidak terangkat guna
mengurangi resiko hipokalsemia pasca operatif dan tetanus.sesudah pembedahan
,tindakan ablasi di laksanakan untuk menlenyapkan jaringan tiroid yang tersisa bila tumor
tersebut bersifat radiosensitif.iodium radiatif juga meningkatkan peluang untuk
menemukan metastatis tiroid di kemudian hari bila pemeriksaan pemindai seluruh tubuh
(whole bodi scan) di lakukan.sesudah pembedahan ,hormon tiroid di berikan dengan dosis
supresi untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid.jika jaringan tiroid
yang tertinggal tidak cukup untuk menghasilkan hormon tiroid dengan jumlah
memadai,maka preparat tiroksin di butuhkan secara permanen.

Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat di lakukan beberapa jalur :
pemberian peroral dan lewat pemberian eksternal terapi radiasi.pasien yang mendapat
sumber sumber eksternal terapi radiasi menghadapi resiko untuk mengalami
mukositis,kekeringan mulut,dispagia,kemerahan kulit,anoreksia,dan kelelahan
kemoterapi jarang di gunakan dalam pengobatan kanger tiroid.
2. Tiroidektomi

Tiroidektomi parsial atau total dapat di laksanakan sebagai terapi primer terhadap
karsinoma tiroid,hipertiroidisme atau hipertiroidisme tipe dan luas operasi bergantung
pada hasil diagnosis,tujuan pembedahan hasil pronogsis

Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi:

a. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:

1. Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh


penderita atau penanggung jawab penderita

2. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer

3. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada

4. Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang


jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan

5. Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan

6. Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan


pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan
minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.

b. Penatalaksanaan Intra Operasi Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya


operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan
Dokter Anesthesi.

c. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)

1. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil

2. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi

3. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

4. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah
penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita

5. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum.

B. Konsep Keperawatan

1. Pola kegiatan sehari - hari

a. Aktivitas atau istirahat


Gejala : Aneroksia, gaduh dan gelisah, kesulitan menelan, insomnia, kelemahan
berat, gangguan koordinasi

Tanda : massa pada tiroid

b. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan
fisik

Tanda : peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat
istirahat, syok (krisis tirotoksikosis)

c. Eliminasi

Gejala : Urine dalam jumlah banyak, diare.

d. Integritas / Ego

Gejala : cemas, Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial


yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas peka rangsang

e. Makanan / Cairan

Gejala : Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema
non-pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.

Tanda : pembesaran thyroid.

f. Neurosensori

Gejala : Pusing atau pening, kelemahan,gangguan status mental dan perilaku, seperti
: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon
dalam

Tanda : koma (tahap lanjut),

g. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

h. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen,Suara parau dan kadang sampai tak dapat
mengeluarkan suara

Tanda : Sesak napas, suara serak.

i. Keamanan

Gejala : Kulit kering , ulkus kulit

Tanda : lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan otot pernapasan.

j. Seksualitas
Gejala : adanya riwayat monopouse dini

Tanda : Hilangnya tanda – tanda seks sekunder

2. Diagnosa keperawatan

a. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan, penurunan proses kognitif

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya metabolisme


tubuh

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan
atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar
paratiroid.

d. Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.

e. Gangguan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.

f. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program untuk pengobatan untuk
terapi

g. Ansietas b/d faktor fisiologis: status hipermetabolik.

3. intervensi keperawatan

No Diagnosa Noc Nic

1 Intoleransi aktifitas Setelah di lakukan tindakan Activity therapy


b/d kelelahan, keperawatan selama..24 jam klien
 Kolaborasikan dengan
penurunan proses menunjukan aktivitas sehari-haari
tenaga rehabilitasi medik
kognitif dengan baik
Kriteria Hasil: dalam merencanakan
program terapi yang tepat
 Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa di sertai peningkatan  Bantu klien untuk
TD,ND, dan RR mengidentivikasi aktivitas
yang mampu di lakukan
 Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari (ADLS) Secara  Bantu untuk memilih
mandiri aktivitas konsisten yyyang
sesuai dengan kemampuan
 TTV normal
fisik, psikologi dan sosial
 Energi psikomotor
 Bantu untuk
 Level kelemahan mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
 Mampu berpindah: dengan atau
di perlukan untuk aktivitas
tanpa bantuan alat
yang di inginkan
 Status kardiopulmunari adekuat
 Bantu untuk mendapatkan
 Sirkulasi status baik alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda dan krek
 Status respirasi : pertukaran gas
dan ventilasi adekuat  Bantu untuk
mengidentivikasi aktivitas
yang di sukai

 Bantu pasien atau keluarga


untuk mengidentivikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

 Sediakan penguatan positif


bagi yang aktif beraktifitas

 Bantu pasien untuk


mengembangkan motivasi
diri dan penguatan

 Monitor respon fisik, emosi,


sosial dan spritual

2 Ketidak seimbangan Setelah di lakukan tindakan Nutrition Management


nutrisi kurang dari keperawatan selama..24 jam klien
 Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh menunjukan peningkatan berat
b/d lambatnya badan  Kolaborasi dengan ahli gizi
metabolisme tubuh untuk menetukan jumlah
Criteria Hasil :
kalori dan nutrisi yang di
 Adanya peningkatan berat butuhkan pasien
badan sesuai dengan tujuan
 Berat badan ideal sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk
tinggi badan meningkatkan protein
vitamin C
 Mampu mengidentifikasikan
kebutuhan nutrisi  Berikan substansi gula

 Tidak adatanda-tanda malnutrisi  Yakinkan diet yang di makan


mengandung tinggi serat
 Menunjukan peningkatan fungsi
untuk mencegah konstipasi
pengecapan dan menelan
 Berikan makanan yang
Tidak terjadi penurunan berat
terpilih ( sudah di
badan yang berarti
konsultasikan dengan ahli
gizi )

 Ajarkan pasien bagaimana


membuat catatan makanan
harian

 Monitor jumlah nutrisi dan


kandungan kalori

 Berikan informasi tentang


kebutuhan nutrisi

 Kaji kemampuan pasien


untuk mendapatkan nutrisi
yang di butuhkan

Nutrition Monitoring

 BB pasien dalam batas


normal

 Monitor adanya penurunan


berat badan

 Monitor tipe dan jumlah


aktivitas yang biasa di
lakukan

 Monitor interaksi anak atau


orang tua selama makan

 Monitor lingkungan selam


makan

 Jadwalkan pengobatan dan


tindakan tidak selama jam
makan
 Monitor turgor
kulit monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi

 Monitor mual dan muntah

 monitor pertumbuhan dan


perkembangan

 Monitor pucat, kemerahan


dan kekeringan jaringan
konjungtiva

 Catat jika lidah berwarna


magenta, scarlet

3 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Airway Suction


tidak efektif keperawatan selama ... x 24 jam,
 Monitor tanda-tanda
berhubungan klien mempertahankan kepatenan
respiratori distres, sianosis,
dengan obstruksi jalan nafas dengan
takipnea dan nafas yang
akibat adanya Kriteria hasil
berbunyi.
perdarahan atau
 Mengeluarkan/membersihkan
edema pada tempat  Periksa balutan leher
sekret dan bebas aspirasi.
pembedahan, setiap jam pada periode
kerusakan saraf  Menunjukkan perilaku untuk awal post op, kemudian
laringeal atau luka memperbaiki/memtertahankan tiap 4 jam.
pada kelenjar jalan nafas bersih dalam tingkat
 Monitor frekuensi dan
paratiroid. kemampuan/situasi
jumlah drainase serta
kekuatan balutan.

 Periksa sensasi klien


karena keketatan
disekeliling tempat insisi.

 Pertahankan klien dalam


posisi semi fowler dengan
diberi kantung es (ice
bag)untuk mengurangi
bengkak.

 Anjurkan klien untuk


berbicara setiap 2 jam
tanpa merubah nada atau
keparauan suara.

4 Nyeri berhubungan setelah dilakukan tindakan Pain Management


dengan edema keperawatan selama ... x 24 jam
 Lakukan penkajian nyeri
pascaoperasi. klien menunjukkan Nyeri
secara konprehensif
termasuk lokasi,
berkurang/hilang dengan karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
 Tidak ada rintihan, ekspresi
wajah rileks,  Observasi reaksi
nonverbal dari
 melaporkan nyeri dapat
ketidaknyamanan.
berkurang/hilang. Dari skala 7
berkurang menjadi 2.  Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri

 Evaluasi pengalaman nyeri


masa lampau.

Analgesic Administration

 Pilih analgesik yang


diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu.

 Tentukan pilihananalgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri.

5 Hambatan Setelah dilakukan tindakan Communication


komunikasi keperawatan …..24 jam klien Enhancement
berhubungan menunjukkan berkomunikasi
 Antisipasi kebutuhan
dengan cedera pita dengan baik dengan
sebaik mungkin, kunjungi
suara.
Kriteria hasil : pasien secara teratur.

 Mampu menciptakan metode  Gunakan penerjemah jika


komunikasi dimana kebutuhan diperlukan
dapat dipahami.
 Dorong pasien untuk
 Gerakan terkoordinasi : berbicara secara perlahan
mampu menkoordinasi
 Pertahankan lingkungan
gerakan dalam menggunakan
yang tenang
isyarat.
 Anjurkan untuk tidak
berbicara terus menerus.

 Kolaborasikan dengan
dokter obat obat yang
diperlukan untuk
meringankan rasa nyeri

6 Defisiensi Setelah di lakukan tindakan Teaching : disease proses


pengetahuan b/d keperawatan selama..24 jam klien
kurang informasi
tentang program menunjukan peningkatan  Berikan penilaian tentang
untuk pengobatan pengetahuan tingkat pengetahuan pasien
untuk terapi tentang proses penyakit yang
Kriteria Hasil :
spesifik
 Pasien dan keluarga
 Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan pemahaman
penyakit dan bagaimana hal
tentang penyakit, kondisi,
ini berhubungan dengan
prognosis dan program
anatomi dan fisiologi
pengobatan
, dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu
 Gambarkan tanda dan gejala
melaksanakan prosedur yang di
yang biasa muncul pada
jelaskan secara benar
penyakit, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga tepat
mampu menjelaskan kembali
 Gambarkan proses penyakit ,
apa yang di jelaskan perawat /
dengan cara yang tepat
tim kesehatan lainnya
 Identivikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat

 Sediakan informasi pada


pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat

 Hindaro jaminan yang


kosong

 Diskusikan pilihan terapi atau


penanganan

 Dukung pasien untuk


mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan

7 Ansietas b/d faktor Setelah di lakukan tindakan Anxiety Reducation (


fisiologis: status keperawatan selama..24 jam klien penurunan kecemasan )
hipermetabolik menunjukan sikap kontrol emosi
 Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan

 Klie mampu mengidentifikasi  Nyatanya dengan jelas


dan mengungkapkan gejala harapan terhadap pelaku
cemas pasien

 Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukan teknik untuk  Jelaskan semua prosedur
mengontrol cemas dan apa yang di rasakan
selama prosedur
 Vital sign dalam batas normal
 Pahami prespektif pasien
 Postur tubuh, ekspresi wajah,
terhadap situasi stress
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukan  Temani pasien untuk
berkurangnya kecemasan memberikan keamanan dan
mengurangi takut

 Dorong keluarga untuk


menemani anak

 Lakukan back / neck rub

 Dengarkan dengan penuh


perhatian

 Identifikasi tingkat
kecemasan

 Bantu pasien mengenal


situasi yang menimbulkan
kecemasan

 Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

 Berikan obat untuk


mengurangi kecemasan

Anda mungkin juga menyukai