Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara

professional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan

sumberdaya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

Daerah. Di samping penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan

prinsip demokrasi, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah yang

didukung oleh semangat otonomi, pelaksanaan yang berkualitas serta sarana dan

prasarana yang memadai.

Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk

memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat hal ini

sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan dareah

sebagaimana diubah denganUndang-undang No.23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada

pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat daerah.

Sejalan dengan hal tersebut, maka implementasi kebijakan otonomi daerah

telah mendorong perubahan, salah satunya yang esensial adalah perubahan

yangmenyangkut kedudukan, tugas pokok dan fungsi kecamatan yang

sebelumnya merupakan perangkat wilayah dalam asas dekonsentrasi .penyerahan


2

suatu tugas kepada suatu organisassi atau pemerintah untuk mempermudah

masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik. Pelayanan ini menjadi penting,

karena menyangkut kepentingan orang banyak, bahkan kepentingan masyarakat

secara keseluruhan.

Di bentuknya pemerintahan pada awalnya adalah untuk melindungi system

ketertibandi masyarakat sehingga seluruh masyarakat dapat menjalakanaktivitas

kehidupan dengan tenang dan lancer.Dinamika di masyarakat memperluas fungsi

dan peran pemerintahan tidak hanya sebatas pelindungmelainkan pelayan

masyarakat.Rakyat tidak lagi harus melayani pemerintah seperti zaman kerajaan

ataupun penjajahan namun justru pemerintah yang seharusnya melayani,

mengayomi, dan mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya

sesuai tujuan negaranya. Van Poelje (dalam hamdi, 1999 : 25) menjelaskan bahwa

pemerintah dapat dipandang sebagai suatu ilmu yaitu yang mengajarkan

bagaimana cara terbaik dalam mengarahkan dan memimpin pelayanan umum.

Pemerintahan memiliki dua fungsi :

1. Fungsi Primer

Fungsi primer merupakan fungsi pemerintah yang berjalan terus-menerus

dan memiliki hubungan positif dengan kondisi masyarakat yang

diperintah.Maksudnya adalah fungsi primer dijalankan secara konsisten oleh

pemerintah, tidak terpengaruholeh kondisi apapun, tidak berkurang dan justru

semakin meningkat jika kondisi masyarakat yang diperintah meningkat. Fungsi

primer dibandingan menjadi dua:

a. Fungsi Pelayanan
3

Fungsi utama pemerintah adalah memberikan pelayanan terbaik untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat disemua sector. Masyarakat tak akan dapat

berdiri sendiri memenuhi kebutuhan tanpa adanya pemerintah yang memberikan

pelayanan. Ini merupakan fungsi yang bersifat umum dan dilakukan oleh seluruh

Negara di dunia.

b. Fungsi Pengaturan

Pemerintah memiliki fungsi pengaturan (regulating) untuk mengatur

seluruh sector dengan kebijakan-kebijakan dalam bentuk undang-undang,

peraturan pemerintah, dan peraturan lainya.Maksud dari fungsi ini adalah

stabilitas Negara terjaga dan pertumbuhan Negara sesuai yang diinginkan.

2. Fungsi Sekunder

Fungsi Sekunder merupakan fungsi yang berbanding terbalik dengan

kondisi dan situasi di masyarakat.Maksudnya adalah semakin tinggi taraf hidup

masyarakat, maka semakin tinggi bargaining position, tetapi semakin integrative

yang diperintah, maka fungsi sekunder pemerintahberkurang atau turun.

Fungsi sekunder dibedakan menjadi dua :

a. Fungsi Pembangunan

Fungsi pembangunan dijalankan apabila kondisi masyarakat melemah dan

pembangunan akan dikontrol ketika kondisi masyarakat membaik (menuju taraf

yang lebih sejahtera). Negara-negara terbelakang dan berkembang menjalankan

fungsi ini lebih gencar dari pada dengan Negara maju.

b. Fungsi Pemberdayaan
4

Fungsi ini dijalankan jika masyarakat tidak mempunyai skil dan kemampuan

untuk bias keluar dari comfort zone atau zona aman. Contohnya masyarakat

bodoh, miskin, tertindas, dan sebagainya. Pemerintah wajib mampu membawa

masyarakat keluardari zona ini dengan cara melakukan pemberdayaan.

Pemberdayaan dimaksud agar dapat mengeluarkan kemampuan yang dimiliki oleh

masyarakat sehingga tidak menjadi beban pemerintah.Pemberdayaan dilakukan

untuk meningkatkan kualitas SDM atau masyarakat. Ketergantungan terhadap

pemerintah akan semakin berkurang dengan pemberdayaan masyarakat. Sehingga

hal ini akan mempermudah pemerintah mencapai tujuan Negara.

Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi

pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang

bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat sejalan dengan prinsip tersebut

dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.

Implementasi kebijakan otonomi daerah tersebut mendorong terjadinya

perubahan secara fungsional dan kultural dalam keseluruhan tatanan

penyelenggaraan pemerintah daerah, salah satu perubahan yang sangat esensial

adalah yang berkenaan dengan kedudukan, kewenangan, tugas, dan fungsi

Camat.. Pembangunan yang dilakukan di sebuah Kecamatan memang peranan

yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada

hakikatnya yang bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal

tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang direncakan

pemerintah untuk pembangunan di sebuah Kecamatan yang nantinya di salurkan

melalui desa-desa di dalam kekuasaanya.


5

Dalam menetapkan program kerja hampir seluruh intansi terutama

pemerintahan daerah mengkoordinir pembangunan di pedesaan atau kelurahan

yang mana hal tersebut di salurkan melalui koordinasi kepada

Kecamatan.Tentunya berlandaskan pemahaman bahwa Kecamatan sebagai

kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk

bermukim. Dalam struktur pemerintahan dan Desa-desa di dalamnya merupakan

teras terdepan untuk pembangunanya, kecamatan menempati posisi yang mana

termasuk dalam posisi di bawah, akan tetapi justru terdepan dan langsung berada

di tengah masyarakat. Karenanya dapat dipastikan apapun bentuk setiap program

pembangunan dari pemerintah akan selalu bermuara ke Kecamatan dan langsung

di salurkan ke pedesaan.

Desa sudah tentu memegang peranan penting dalam proses pembangunan

nasional bukan hanya di karenakan bahwa sebagian besar warga Indonesia tinggal

di pedesaan, tetapi bisa memberikan sumbangan besar dalam menciptakan

stabilitas nasional. Pembangunan desa merupakan bagian dari rangkaian upaya

pembangunan nasional, pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya

pembangunan secara berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan

masyarakat.Hal tersebutlah yang dapat kita lihat pada Kecamatan Tapung,

Kabupaten Kampar.Kecamatan yang memiliki Desa sebanyak 25 wilayah menjadi

salah satu penyelengaraan pemerintahan yang memberikan pelayanan langsung

maupun tidak langsung kepada masyarakat.

Pembangunan yang sudah direncanakan ditingkat kecamatan oleh aparat

pemerintah kecamatan sering tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini
6

terjadi karena kurangnya koordinasi dari pemerintah kecamatan dalam proses

pembnagunan di kecamatan itu sendri, seperti yang terjadi dikecamatan Tapung,

masih kurangnya peran aparat untuk mewujudkandan peran serta dalam proses

pembangunan kecamatan serta system koordinasi yang lemah merupakan salah

satu kendala yang cukup seriyus dalam pembangunan kecamatan, tentu imbas dari

hal tersebut adalah lambatnya tingkat pembangunan di daerah Kecamatan itu

sendiri yang mana adalah pembangunan didaerah pedesaan didalamnya.

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2018 disebutkan bahwa

Kecamatan atau yang disebut dengan nama lainadalah bagian wilayah dari daerah

kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat serta Kelurahan adalah bagian

wilayah dari Kecamatan sebagai perangkat Kecamatan.

Camat adalah pemimpin dan Koordinator penyelenggaraan pemerintah

diwilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh

pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk menangani

sebagian urusan otonomi daerah, yang disebut juga tugas delegatif meliputi:

a. Perizinan;
b. Rekomendasi;
c. Koordinasi;
d. Pembinaan;
e. Pengawasan;
f. Fasilitasi;
g. Penetapan;
h. Penyelenggaraan;dan
i. Kewenangan lain yang dilimpahkan . (Peraturan Pemerintah nomor 17

tahun 2018)
7

Penelitian ini befokus pada poin c yaitu Koordinasi, Sebagaimana

diketahui bahwa koordinasi berkenaan dengan upaya mengarahkan,

menyeimbangkan, menyatupadukan, menyelaraskan, mengsingkronisasikan,

menghubungkan kegiatan dari orang-orang, kelompok orang atau satuan-satuan

kerja dalam suatu organisasi atau antar organisasi-organisasi sehingga kegiatan

yang dilaksanakan menjadi teratur, tertib, dan mencapai tujuan secara efisien dan

efektif (Sugandha, 1998).

Kemudian penyelenggaraan tugas umum pemerintahan atau yag disebut

tugas astributif camat dalam Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2018 tentang

Kecamatan pada pasal 15. Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan

otonomi daerah. Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan beberapa

diantaranya meliputi :

1. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Camat mempunyai


fungsi :
2. Pengorganisasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;
3. Pengorganisasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum;
4. Pengorganisasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
5. Pengorganisasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
6. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan;
7. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan;
8. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan kelurahan;
9. Pengelolaan urusan ketatausahaan;
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai bidang tugas
dan fungsinya;
Pelaporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas dan

fungsinya kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota sesuai standar yang
8

ditetapkan, Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud, Camat

dibantu oleh :

1. Sekretaris Camat;
2. Kepala Seksi Pemerintahan;
3. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban;
4. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial;
5. Kepala Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat;
6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Dalam hal ini Camat sebagai koordinator dan pemimpin dikecamatan

Tapung sangat berperan penting dalam mengkoordinasikan setiap kegiatan

khususnya partisipasi masyarakat dalam pembagunan yang ada diwilayahnya

untuk menyelenggarakan setiap kebutuhan pembangunan sesuai tugas dan

fungsinya.

Pembangunan yang dibiayai oleh provinsi kepada masing-masing

kecamatan berupa pembangunan infrastruktur yang meliputi fasilitas umum,

fasilitas kecamatan/fasilitas desa dan jalan di desa-desa. Koordinasi pembangunan

dari tingat kecamatan kepada desa-desa dilakukan dengan melakuan Musrenbang.

Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan

(stakeholder) desa untuk menyepakati Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP)

tahun anggaran yang direncanakan. Musrenbang Desa dilaksanakan setiap bulan

Januari dengan mengacu pada RPJM desa. Setiap desa diamanatkan untuk

menyusun dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen rencana

tahunan yaitu RKP Desa.

Melaksanakan fungsi dan peran sebagai koordinator dalam pembangunan

masyarakat sebagaimana diperankan oleh pemerintah memang tidak mudah.

Apalagi dalam unsur pemerintahan tersebut yang bergerak sebagai pelaku


9

pembangunan terbagi dalam institusi,badan,lembaga, atau departemen sesui

dengan bidagnya masing-masing. Administrator pemerintahan berpatokan pada

petunjuk yang sudah diberikanyakni para kepala desa yang ada menerima

pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah dari camat, sehingga program kerja

yang dilakukan oleh.

Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar yaitu Kecamatan

Tapung. Kecamatan Tapung ini memiliki 25 pembangian daerah yang mana 25

daerah tersebut yaitu:

Tabel I.1 Jumlah Penduduk di Kelurahan-Kelurahan Kecamatan Tapung


Tahun 2017

No Nama Desa Jumlah Penduduk


1 Desa Petapahan 14.973
2 Desa Pantai Cermin 9568
3 Desa Petapahan Jaya 2881
4 Desa Muara Mahat 2159
5 Desa Saylambu Makmur 1311
6 Desa Kenantan 2161
7 Desa Sibuak 1933
8 Desa Sari Galuh 3200
9 Desa Pancuran Gading 1900
10 Desa Pagaruyung 936
11 Desa Air Terbit 1225
12 Desa Sungai Putih 2039
13 Desa Tnjung Sawit 3985
14 Desa Sumber Makmur 3363
15 Desa Gading Sari 2984
16 Desa Indrapuri 3396
17 Desa Mukti Sari 1969
18 Desa Trimanunggal 2923
19 Desa Indra Sakti 1761
20 Desa Pelambayan 1400
21 Desa Sungai Agung 4124
22 Desa Kijang Rejo 2534
23 Desa Kerya Indah 5981
24 Desa Banca Kelubi 2603
25 Desa Batu Gajah 940
10

Adapun fokus dalam penelitian ini adalah untuk melihat peranan dari

Camat Tapung dalam mengkoordinasikan pembangunan di kecamatan Tapung

dengan fokus pembangunan pada fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat.

Secara umum penjelasan mengenai koordinaisi pemerintahan desa Pantai Cermin,

petapahan , dan kenantan dengan pemerintahan Kecamatan Tapung dalam

pelaksanaan pembangunan dapat digambarkan sudah baik , namun masih belum

dapat dikatakan efektif karena masih ditemukan adanya miss coordination

(kesalahan dalam berkoordinasi) seperti belum proaktifnya pemerintahan

Kecamatan dalam memberikan informasi kepada desa mengenai penyelenggaraan

pembangunan didesa melaui dana desa yang dianggarkan, dengan penjelasan

lainya dapat dikatakan bahwa selama ini pemerintah desa pantai cermin,

kenantana, dan petapahan telah berupaya mengintensifkan koordinasi dengan

pemerintah kecamatan Tapung , dengan maksud menunjang tugas penyelengaraan

pemerintah dikecamatan khusunya dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah-

wilayah didalam pedesaan.

Desa Pantai Cermin, Desa Petapahan , dan Desa Kenantan, dimana di

Desa tersebut masih banyak permasalahan dan juga hambatan-hambatan dalam

upaya pembangunan infrastrukturnya, dan tentu apabila pembangunan infrastuktur

di tingkatkan di daerah tersebut maka harapan untuk perbaikan kesejahteraan di

bidang infrastruktur maupun ekonomi masyarakat akan semakin tinggi pula

harapanya.
11

Dan untuk melihat program-program yang direncanakan oleh pemerintah

Kecamatan Tapung yang menjadi target pembangunan pada tahun 2017 , maka

penulis akan menyajikan pada tabel dan juga penjelasaan yang ada di bawah ini :

Tabel. 1.3 Kegiatan pembangunan di Kecamatan Tapung


Jenis Kegiatan Keterangan
No Desa pembangunan Volume
1 2 3 4
Petapahan Hotmix Jalan 4m x 2,5 km Tidak Selesai
1
Pembangunan Rumah Belum
Pantai Cermin 50 unit
2 Layak Huni selesai
Petapahan jaya Jalan Poros 10 km Selesai
3
Pembangunan Kantor Selesai
Muara Mahat 1 unit
4 Desa
Saylambu Belum
Pembangunan Turaf 2 km
5 Makmur Selesai
Belum
Kenantan Hotmix Jalan Poros 4m x 3 km
6 terlaksana
Sibuak Hotmix Jalan 3m x 3,5 km Selesai
7
Sari Galuh Turap Jalan 200 m Selesai
8
Pancuran Pembangunan Selesai
1 unit
9 Gading Posyandu
Pagaruyung Normalisasi Sungai 2,5 km Proses
10
Pembangunan Selesai
Air Terbit 2 unit
11 Jembatan Beton
Pembangunan Pagar Selesai
Sungai Putih 2mx400m
12 Lokasi TPU
Tanjung Sawit Hotmix Jalan 4m x 2,5 km Proses
13
Sumber Belum
Lapen Jalan 4m x 6km
14 Makmur Selesai
Pembangunan Rumah Belum
Gading Sarih 10 unit
15 Layak Huni Selesai
Selesai
Indrapuri Turap Jalan 300 m
16
Pengadaan Lampu Proses
Mukti Sari 15 unit
17 Jalan
Pengadaan Tiang dan Belum
Trimanunggal 17,400 km
18 Jaringan Listrik Selesai
12

2 3 4 5
1
Indra Sakti Turap Anak Sungai 1,5 km Selesai
19
Palmbayan Hotmix Jalan 4m x 2km Selesai
20
Pembangunan Serba Belum
Sungai Agung 1 unit
21 Guna Selesai
Pembangunan Rumah
Kijang Rejo 10 unit Belum
Layak Huni
22 Selesai
Gapura batas antar Proses
Karya Indah kabupaten dengan kota 1 unit
23 Pekanbaru
Banca Kalubi Pembangunan Turap 100 m Selesai
24
Batu Gajah Hotmix Jalan Poros 4m x 1,5 km Selesai
25
Sumber: Kantor Camat Tapung,2017

Dari tabel 1: 1 di atas dapat penulis jelaskan bahwa rencana pembangunan

yang dilakukan di kecamatan Tapung masih banyak yang tidak terlaksana dengan

baik, dari data di atas bahwa pembangunan yang mendominasi adalah

pembangunan yang belum sepenuhnya terlaksana, seperti pembangunan jalan

yang akan penulis bahas pada tabel 1.2. Pembangunan jalan di Kecamatan Tapung

berjalan dengan lambat, begitu juga dengan pembangunan Rumah Layak Huni

(RLH) yang dibilang kurang tepat sasaran dan belum terselesaikan.

Pembangunan di Desa Pantai Cermin, Desa Petapahan , dan Desa

Kenantan termasuk sangat lambat dan cendrung berjalan ditempat, tentu hal ini

sangat disayangkan karena dengan pembangunan yang berkembang maka

masyarakat juga akan semakin memiliki peluang untuk memperbaiki kehidupan

ekonomis mereka, oleh karena alasan Pembangunan di Desa Pantai Cermin, Desa

Petapahan , dan Desa Kenantan termasuk sangat lambat dan cendrung berjalan

ditempat.
13

Tabel 1.2. : Kegiatan Pembangunan di Desa Pantai Cermin, Desa


Petapahan , dan Desa Kenantan.
Pencapaian
Jenis Kegiatan Kinerja
No Desa Pembangunan Volume Tahun 2017
Pembangunan
1 Pantai Cermin Rumah Layak Huni 50 Unit Belum Selesai
2 Petapahan Hotmix Jalan 4 m x 2,5 km Tidak Selesai
Belum
3 Kenantan Hotmix Jalan Poros 4 m x 3 km Terlaksana
Sumber : Data kegiatan prioritas pembangunan Kecamatan Tapung 2017

Dari table 1.2. di atas dapat penulis gambarkan bahwa pembangunan

infrastruktur di Kecamatan Tapung khususnya daerah Desa Pantai Cermin, Desa

Petapahan, Desa Kenantan masih tergolong sangat rendah, yang mana kemudian

di pertegas dengan data pembangunan infrastruktur di bidang lain, yaitu

pembangunan di bidang pembangunan rumah layak huni, pembangunan hotmix

jalan poros, pembangunan Turap, pembangunan gedung serba guna dan lain

sebagainya. Tetapi dalam pelaksanaanya pemberdayaan masyarakat khususnya

pembangunan masih terdapat beberapa masalah yang terjadi sehingga pelaksanaan

peran camat dalam mengkoordinasikan kegiatan pembangunan masih terindikasi

kurang baik pasalnya pembangunan di Kecamatan Tapung masih kurang efektif

karena pembangunan yang dilakukan oleh pihak kecamatan masih belum tepat

sasaran bahwasanya salah satu desa yang ada diKecamatan Tapung menerima

program bantuan pembangunan rumah layak huni(RLH) untuk Rakyat kecill/tidak

mampu tetapi pembangunan dilakukan tidak tepat sasaran masih ada rakyat kecil

yang lebih membutuhkan tetapi tidak termasuk dalam daftar penerima bantuan,

dan juga pembangunan yang di lakukan juga belum terselesaikan tepat waktu hal

ini terjadi karena kurangnya komunikasi dan sosialisasi dari pihak Kecamatan
14

kepada masyarakat Desa. Dan juga rancangan pembangunan yang di lakukan di

desa kenantan dan petapahan masih belum berjalan baik karena masih adanya

jalan-jalan yang berlubang sehingga menghambat pengguna jalan yang akan

melintasi jalan tersebut mengingat bahwa jalan petapahan adalah jalan lintas

penghubung antar kecamatan Tapung dan kota Pekanbaru.

Pembangunan yang lambat menjadi penghalang pertumbuhan ekonomi

masyarakat di Indonesia khusunya di ruang lingkup pedesaan, dalam hal tersebut

sudah seharusnya di carikan solusi yang akurat dan mampu mengubah situasi

dalam jangka dekat ataupun dalam jangka panjang, jika sebenarnya program-

program sudah dilakukan dan di adakan dari pihak yang lebih tinggi seperti

Kecamatan ataupun dari Pemerintah Daerah seperti Kabupaten. Akan tetapi

pelaksanaan dilapangan tidak sesuai dengan jalanya program tersebut, maka

penulis menduga adanya ketidak singkronisasian antara aparat-aparat yang terkait

dalam proses pembangunan tersebut, misalnya koordinasi antar pemerintah

kabupaten kepada Pemerintah Kecamatan, danyang berujung di Kelurahan atau

Desa.

Kegiatan pembangunan di Kecamatan merupakan yang termasuk

pemberdayaan masyarakat hal ini terlihat dari pasal 16 dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, meliputi :

1. Mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut sertadalam perencanaan

pembangunan lingkup kecamataan dalam forum musyawarah

perencanaan pembangunan desa/kelurahan dan Kecamatan.


15

2. Melakukan pembinaan dan pengawasaan terhadap keseluruhan unit

kerja baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja

dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja masyarakat.

3. Melakukan pengawasan terhadap berbagai kegiatan pemberdayaan

masyarakat diwilayah kecamatan baik yang dilakukan oleh unit kerja

pemerintah maupun swasta.

Peran Camat selaku Koordinator di wilayah Kecamatan dan pemerintahan

Desa sangat diperlukan untuk menetralisir permasalahan yang terjadi pada

Kecamatan. Contohnya memeberikan pengarahan berupa informasi mengenai

jenis-jenis kegiatan pemberdayaan kepada kepala masyarakat dan lembaga desa

yang ada di Kecamatan Tapung, kemudian kurangnya ajakan Camat sehingga

masyarakat banyak yang kurang antusias untuk ikut dalam kegiatan

pemberdayaan dalam tingkat perencanaan dan pelaksanaanya.

Kenyataanya masih ditemukan beberapa permasalahan terkait dengan

Peran Camat Dalam Mengkoordinasikan Pembangunan di Kecamatan Tapung

Kabupaten Kampar yang dapat di ketahui, meliputi:

1. Terindikasi Kurangnya koordinasi dan komunikasi seperti sosialisasi

dan penyuluhan dari pihak kecamatan kepada masyarakat Desa dalam

pemberian informasi untuk ikut serta dalam kegiataan pembangunan

2. Terindikasi pembangunan yang dilakukan tanpa melihat kebutuhan

pembangunan ditingkat desa dan kecamatan sehingga tidak tepat

sasaran.
16

3. Terindikasi Kurangnya pengawasan dari pihak kecamatan baik dari

pegawai kantor Camat maupun dari camat sendiri sebagai koordinator

diwilayah kecamatan sehingga pembangunan yang belum selesai tepat

waktu.

Dari latar belakang serta fenomena yang terjadi mengenai pelaksanaan

pembangunan di Kecamatan Tapung yang mana menjadi kewajiban Camat dalam

mengkoordinasikan arah pembangunan seluruh desa untuk mencapai tujuan

Kecamatan Tapung, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul

“Analisis Peran Camat Dalam Mengkoordinasikan Pembangunan di

Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar”

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah diatas maka dari itu dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu.“Bagaimana Peran Camat

Dalam Mengkoordinasikan Pembangunan di Kecamatan Tapung Kabupaten

Kampar”

C. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

dijadikan sumber informasi dalam menjawab permasalahan-

permasalahan yang terjadi dalam pembangunan di Kecamatan dan


17

peneliti juga berharap rancangan dalam penelitian ini yaitu Peran

Camat Dalam Mengkoordinasikan Pembangunan di Kecamatan Tapung

Kabupaten Kampar dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan

b. Manfaat Praktis

Secara peraktis penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan

pengalaman dalam penyusunan proposal tentang Peran Camat Dalam

Mengkoordinasikan Pembangunan di Kecamatan Tapung Kabupaten

Kampar dan menjadi rujukan, sumber informasi dan bahan referensi

penlitian selanjutnya agar bias lebih dikembangkan dalam materi-

materi kualitas pembelajaran.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain:

a. Sebagai bahan Pengembangan ilmu pemerintahan terutama dibidang

penyelenggaraan tugas dan fungsi Camat dalam pembinaan

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

b. Sebagai bahan referensi untuk mahasiswa lain dan kalangan yang

tertarik untuk melakukan kajian penrlitian dalam bidang ini dimasa

yang akan datang.


18

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR

A. Studi Kepustakaan

1. Konsep Pemerintah dan Pemerintahan

Ndraha (2011:6) mengemukakan bahwa pemerintah adalah organ yang

berwenang memperoses pelayanan public dan berkewajiban memperoses

pelayanan civil bagi setiap organ melalui hubungan pemerintahan, sehingga setiap

anggota masyarakat yag bersangkutan menerimaya pada saat diperlukan, sesuai

dengan tuntutan (harapan) yang di-perintah. Dalam hubungan ini bahkan warga

Negara asing atau siapa saja yang pada suatu saat berada secara sah (legal) di

wilyah Indonesia,berhak menerima layanan civil tertentu, dan pemerintah wajib

melayankanya.

Selanjutnya menurut Ndraha (2011:5) Pemerintahan adalah sebuah

system multiproses yang bertujuan memenuhi dan melindungi kebutuhan dan

tuntutan yang di-perintah akan jasa-publik dan layanan civil. Tuntutan yang

diperintah berdasarkan berbagai proses yang dipegangnya, misalnya sebagai

sovereign, sebagai pelanggan, consumer, yang tidak berdaya, dan sebagainya.

Pada dasarnya, proses-proses itu kumulatif: proses demand-supply, produksi-

konsumsi,pemasaran-“penjualan,”distribusi-ekspedisi,“pembelian” (penerimaan_-

pengunaan, dan evaluasi-feedback(feedforward).

Pemerintahan menurut pamudji (2005:20) pemerintahan dalam arti luas

mempunyai kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan


19

Negara.Menurut Davay (dalam Wasistiono, 2007:53) pemerintahan secara umum

mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Penyediaan layanan
b. Pengaturan Pembangunan
c. Perwakilan Koordinasi dan
d. perencanaan
MenurutNdraha(2003: 5-6) pewmerintahan adalah suatu system

multiproses yang bertujuan memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntutan

yang diperintah akan jasa public dan layanan civil, sedangkan pemerintah adalah

organ atau yang berwenang memperoses pelayanan public dan berkewajiban

memproses pelayanan sipil bagi setiap anggota melalui hubungan

pemerintahan,sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan

menerimanya pada saat diperlukan.

Menurut Yusri Munaf (2016:47) Pemerintahan dalam paradigm lama

memiliki objek material Negara sehingga pemerintahan berorientasi pada

kekuasaan namun dalam paradigm baru pemerintahan dipandang memiliki objek

materialnya masyarakat, sehingga pemerintahan dimaknai sebagai suatu proses

menata kelola kehidupan masyarakat dalam suatu pemeirntahan/Negara.

Sehingga dari penjelasan diatas mengenai beberapa konsep mengenai

pemerintah dan pemerintahan dapat disimpulkan bahwa pemerintahan ialah suatu

system dan proses untuk melakukan dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas

dan pemerintah ialah lembaga yang melakukan kegiatan pemenuh kebutuhan

maarakat tersebut.
20

2. Konsep Ilmu Pemerintahan

Pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni. Dikatakan sebagai seni karena

berapa banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintah-an,

maupun berkait serta dengan kharismatik menjalankan roda pemerintahan

sedangkan dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, adalah karena

memenuhi syarat-syaratnya yaitu dapat, dipelajari dan diajarkan, memiliki objek,

baik objek materia maupun forma, universal sifatnya, sistematis serta spesifik

(khas).

Ilmu pemerintahan adalah suatu ilmu untuk dapat menguasai dan

mempmpin serta menyelidiki unsur-unsur dinas, berhubungan dengan keserasian

kedalam dan hubungan dinas itu dengan masyarakat lebih jauh ditegaskanya

pemerintahan adalah segala daya suatu Negara untuk mecapai tujuanya,

(Musanef,2002:8)

3. Konsep Camat dan Kecamatan

Kedudukan Kecamatandijelaskan pada pasal221 UU No. 23 Th.2014

sebagai berikut :

1) Daerah kabupaten/kota membentuk Kecamatan dalam rangka

meningkatkan koordinasi penyelenggaraanpemerintahan, pelayanan

publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan.

2) Kecamatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dibentukdengan

Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah.

3) Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan Kecamatan

yang telah mendapatkan persetujuan bersama bupati/wali kota dan


21

DPRD kabupaten/kota,sebelumditetapkan oleh bupati/ wali kota

disampaikan kepadaMenteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah

Pusatuntuk mendapat persetujuan.

Jadi Kecamatan dibentuk dalam rangka meningka tkan koordinasi

penyelenggaraan pemrintahan artinya dengan adanya Kecamatan, Camat

sebagai pimpinan tertinggi di Kecamatan harus dapat mengkoorkinasikan

semua urusan pemerintahan di Kecamatan, kemudian juga Camat harus

memberikan pelayanan publik di Kecamatan dan juga pemberdayaan

masyarakat Desa/Kelurahan. Selanjutnya Kecamatan dibentuk cukup

dengan Peraturan Daerah, dengan berpedoman pada Peraturan

Pemerintah. Namun Rancangan Perda tentang pembentukan Kecamatan

tersebut sebelumnya harus mendapat persetujuan bersama antara

Bupati/Walikota disampaikan kepad Menteri melelui Gubernur untuk

mendapat persetujuan.

Pembentukan Kecamatan diatur pada pasal 222 UU No.23 Tahun 2014 :

1) Pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud Pasal 221 ayat

(1) harus memenuhi persyaratan dasar, persyaratanteknis, dan persyaratan

administratif.

2) Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1 meliputi:

a. jumlah penduduk minimal;

b. luas wilayah minimal;

c. jumlah minimal Desa/kelurahan yang menjadi cakupan;

dan
22

d. usia minimal Kecamatan.

3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. kemampuan keuangan Daerah;

b. sarana dan prasarana pemerintahan; dan

c. persyaratan teknis lainnya yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang- undangan.

4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pad ayat (1) meliputi:

a. kesepakatan musyawarah Desa dan/atau keputusan forum komunikasi

kelurahan atau nama lain di Kecamatan induk; dan

b. kesepakatan musyawarah Desa dan/atau keputusan forum komunikasi

kelurahan atau nama lain di wilayah

Kecamatan yang akan dibentuk. Pada Pasal 223UU No. 23 Th2014

sebagai berikut :

a. Kecamatan diklasifikasikan atas:

b. Kecamatan tipe A yang dibentuk untuk Kecamatan dengan beban

kerja yang besar; dan

c. Kecamatan tipe yang dibentuk untuk Kecamatan dengan beban kerja

yang kecil.

(2) Penentuan beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah Desa/kelurahan.

Perbedaan klasifikasi kecamatan kalau menurut UU No.32 tahun 2004

yang kemudian diatur di dalam PP No 17 Tahun 2018 Struktur Organisasi


23

Kecamatan bias berpola Maksimal dengan 5 Kepala Seksi dan bisa berpola

Minimal dengan 3 Kepala Seksi. Untuk sekarang ini Kecamatan diatur dengan

klasifikasi Tipe A (Kecamatan yang beban kerjanya besar) dan klasifikasi Tipe

B (Kecamatan dengan beban kerja yang kecil).

Camat Diatur pada Pasal 224UU No.23 Tahun 2014 sebagai berikut :

a. Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala kecamatan yang disebut

camat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada bupati/wali

kota melalui sekretaris Daerah.

b. Bupati/wali kota wajib mengangkat camat dari pegawai negeri

sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan

memenuhi persyaratan kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan.

c. Pengangkatan camat yang tidak sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibatalkan keputusan

pengangkatannya oleh gubernur sebagai wakil

PemerintahPusat.Yangperlu digaris bawahi bahwa pengangkatan Cama

t, pada penjelasan pasal 224UU No. 23 Th 2014 dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan menguasaipengetahuan teknis pemerintahan

adalah dibuktikan dengan ijazah diploma /

sarjana pemerintahan atau sertifikat profesi kepamongprajaan.

Kenyataan yang berlaku


24

4. Konsep Peranan

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila

seseoran melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukanya, maka hal

ini berarti ia menjalankan suatu peran, keduanya tidak dapat di pisah-pisahkan dan

saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai macam-macam

peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut sekaligus

berarti bahwa menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kedepanya.

Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian didi dan sebagai

suatu proses (Soekanto, 2003:243)

Selanjutnya lebih jelas Soekanto (2003: 243-244) Peranan yang melekat

pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisidalam pergaulan

kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social poyition) merupakan

unsuryang menunjuk-kan tempat pada organisasi masyarakat. Perananan lebih

banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi

seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai oeganisasi.


25

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur social masyarakat (Soekanto,2003:243-244)

Jadi peranan menunjukan keterlibatan diri atau keikut sertaan individu,

kelompok yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu atas suatu

tugas atau bukti yang sudah merupakan kewajiban yang harus dilakukan sesuai

dengan kedudukanya.Jika dilihat dari peranan camat sebagai pemimpin

organisasiyaitu Kantor Camat dan kecamatan khususnya di Tapung dapat dilihat

maka Camat memilikiperan dalam pelaksaan tugas Kecamatan salah satunya

Berperan sebagai Koordinator kegiatan masyarakat khususnya dibidang

pembangunan di Kecamatan Tapung.

5. Konsep Koordinasi

Dalam sebuah organisasi setiap pemimpin perlu untuk mengkoordinasikan

kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas.

Dengan adanya penyampaian informasi yang jelas, perkomunikasianyang

tepat,dan pembagian perkerjaan kepada para bawahan oleh manajer maka setiap

individu bawahan akan mengerjakan perkerjaanya sesuai dengan wewenang ynag

diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap perkerjaan dan individu karyawan

makan tujuan perusahaan tidak akan tercapai.

Menurut Handoko (2003 :195) Koordinasi adalah proses pengintregasian

tujuan-tujan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen-

departemen atau bidang-bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai

tujuan secara efisien dan efektif. Hasibuan (2006-85) berpendapat bahwa

Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan dan


26

mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan perkerjaan-perkerjaan para

bawahan dalam mencapai tujuan orginasisasi.

Selanjunhya Koordinasi menurut Manullang (2009:72) adalah usaha

mengarahkan kegiatan seluruh unit organisai agar tertuju untuk memberikan

sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara

keseluruhan. Kemudian Koordinasi menurut Daryanto dan Abdullah (2003- 50)

adalah proses untuk menyatukan, menkonfirmasikan seluruh kegiatan agar tujuan

organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Menurut Ndraha (2011:290) koordinasi diartikan sebagai kewenangan

untuk menggerakkan, menyerasikan,menyelaraskan dan menyeimbangkan

kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda, agar semuanya terarah pada

pencapaian tujuan tertentu pada saat yang telah ditetapkan.

Terliahat dari penjelasan diatas koordinasi merupakan suatu usaha untuk

menggerakan anggota organisasi kepada satu tujuan yang telah ditentukandengan

kegiatan berupa komunikasi. Haasibuan (2006:86) berpendapat bahwa koordinasi

penting dalam suatu organisasi, yakni:

a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percecokan, dan kekembaran

atau kekosongan perkerjaan.

b. Agar orang-orang dan perkerjaan diselaraskan serta diarahkan untuk

pencapaian tujuan organisasi.

c. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

d. Supaya semua unsur manajemen dan perkerjaan masing-masing

individu pegawai harus membantu tercapainya tujuan organisasi.


27

e. Supaya semua tugas,kegiatan,dan perkerjaan terintregasi kepada

sasarann yang diinginkan.

Selanjutnya menurutG.R Terry dalam Hasibuan (2006:85)

berpendapatbahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk

menghhasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang

telah ditentukan .

Dan menurutG.R.Terry dalam bukunya , Principle of Management yang

dikutip Handayaningrat (2002:55) Koordinasi adalah suatu usaha yang singkron

atau teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan

pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada

sasaranya yang telah ditentukan. Menurut tinjauan manajemen, koordinasi

menurut Terry melputi :

1. Adanya Perencanaan yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan

penyusunan langkah-langkah yang akan di pakai untuk mencapai

tujuan

2. Adanya Pengorganisasian yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan

orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan

keahlianya dalam perkerjaan yang sudah direncanakan

3. Adanya Penggerakan yaitu untuk menggerakan organisasi agar

berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta

menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar


28

perkerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana

dan bisa mencapai tujuan

4. Adanya Pengawasaan yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari

organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum.

Berdasarkan penertian di atass jelaslah bahwa koordinasi adalah tindakan

seseorang yang dilaksanakan oleh seseorang atau bagian yang satu dengan bagian

yang lain. Dengan Koordinasi ini diartikan sebagai suatu usaha kearah keselarasan

kerja antar anggota organisasi sehingga tidak terjadi kesimpingan siuran, tumpang

tindih. Hal ini berarti pekerjaan akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Khususnya pada kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mana pimpinan

sebagai koordinator dengan melihat bagai mana cara untuk melakukan koordinasi

yang mana koordinator wajib melakukan pemberian informasi kegiatan dalam

rangka usaha pemberdayaan masyarakat, menyingkronkan kegiatan anggota

organisasi terhadap tujuan yang ingin dicapai, mengikut sertakan anggota

organisasi dalam memberikan ide, membina hubungan dengan anggota dan antar

anggota organisasi dengan komunikasi yang dilakukan pimpinan.

Jadi dapat disimpulakan bahwa koordinasi merupakan proses

pengintregasian tujuan dan aktivitas didalam suatu perusahaan atau organiasasi

agar mencapai keselarasan di dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

a. Perencanaan

Perencanaan sebagai suatu awal bagi organisasi dalam menentukan

kegiatan, program,dan tujuan yang diingi di capai oleh organisasi, The Ling Gie

(dalam Zulkifli, 2005:94) mendifinisikan perencanaan sebagai suatu kegiatan


29

menentukan hal-hal yang harus dikerjakan dalam rangka pencapaian tujuan yang

telah ditentukan serta cara-cara mengerjakanya.

Selanjutnya Newman (dalam Manullung, 2009:39) menyatakan, planning

is deciding in advance ehat is tobe done, yang mana artinnya perencanaan adalah

penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan. Kemudian Hasibuan

(2006:92) mengemukakan perencanaan adalah pekerjaan mental untuk memilih

sasaran, kebijakan, prosedur dan program yang diperlukan untuk mencapai apa

yang diinginkan pada masa yang akan datang, jadi dari teori yang dikemukakan

diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah kegiatan penentuan pekerjaan

awal dan memilih tindakan alternative penentuan untuk mencapai tujuan

organisasi.

b. Pengorganisasian

Menurut Stoner dan Wlker (1986): Pengorganisassian merupakan suatu

proses dimana aktivitas kerja disusun dan dialihkan kepada sumber tenaga untuk

mencapai tjuan sebuah organisasi

Selanjutnya menurut Gatewood, Taylor, dan Frell : Pengorganisasian

adalah aktivitas yang terlibat dalam suatu struktur organisasi yang sesuai,

memberi tugas kepada perkerja serta membentuk hubungan yang berguna diantara

perkerja dan tugas-tugas.

c. Penggerakan

Penggerakan menurut Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo adalah

pengaktifan orang-orang agar berkerja secara kelompok agar berkerja secara sadar
30

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola

organisasi

Selanjutnya menurut Prof. Dr. S ondang S. Siagian, MPA adalah

penggerakan (motivating) adalah keseluruhan proses pemberian motif berkerja

kepada para bawahan sedemikian rupa,sehingga mereka mau berkerja dengan

ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.

d. Pengawasan

Menurut Sukarna (2011:110) pengawasaan memiliki arti membimbing,

menertibkan, mengatur dan menguji kebenaran. Pengawasan menurut Fayol

(dalam Sukarna, 2011L;111) adalah pemeriksaan apakah suatu yang terjadi sesuai

dengan rencana, intruksi yang dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang telah

ditentukan. Menurut Siagian (2003: 115) agar pengawasaan dapat berjalan dengan

efektif dan efisien, dapat digunakan beberapa teknik pengawasaan adalah :

a. Teknik pengawasaan langsung, yaitu apabila pemimpin

organisasi/pemerintah melakukan sendiri pengawasaan terhadap

kegiatan sedang dijalankan dengan beberapabentuk seperti inpeksi

langsung.

b. Teknik pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan dari jarak jauh,

pengawasaan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh

bawahan yang berbentuk laporan tulisan dan lisan.

Menurut Handayaningrat (2009:80), koordinasi dalam proses manajemen

dapat diukur melalui indikator :


31

1. Komunikasi

a. Ada tidaknya informasi

b. Ada tidaknya alur informasi

c. Ada tidaknya teknologi informasi

2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi

a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi

b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi

3. Kompetensi Partisipan

a. Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat

b. Ada tidaknya ahli di bidang pembangu nan yang terlibat

4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi

a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan

b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan

c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar kesepakatan

d. Ada tidaknya insentif bagi pelaksana koordinasi

5. Kontinuitas Per encanaan

a. Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan subyek pembangunan

b. Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan

6. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Linton (dalam Soekanto. 2006:22) mendefinisikan masyarakat merupakan

setiap kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja sama sehingga mereka

dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan

social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.


32

Menurut Soetomo (2011:69) pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar kepada

masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola proses pembangunanya.

Selanjutnya menurut Hakim (2010:66) upayamemberdayakan masyarakat dapat

ditempuh melalui 3 cara, yaitu:

1. Menciptakan suasana atau iklimyang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling) adanya dorongan (encourage), adanya

kesadaran(awareness). Potensi-potensi yang harus dikembangkan dengan cara

memberikan dorongan untuk membangun daya yang dimiliki masyarakat dan

daerah tersebut. Kesadaran akan pentingnya potensi daerah untuk

dikembangkan juga menjadi hal yang wajib dilaksanakan untuk

memberdayakan masyarakat.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).

Penguatan yang dilakukan adalah dengan membentuk suatu pola yang mampu

memperkuat atau mebangun daya yang dimiliki oleh masyarakat.

3. Memberdayakan juga mengantung arti melindungi. Melindungi dalam hal ini

adalah melindungi masyarakat yang belum mampu berdiri sendiri untuk

menciptakan kemandirianya sendiri. Keberdayaan yang baru disusun oleh

masyarakat itu sendiri harus dilindungi dari adanya pihak kuat atau factor

eksternal untuk memasuki masyarakat tersebut, sehingga lambat laun

akanmenggeser usaha-usaha yang telah disusun oleh masyarakat. Hal ini dapat

mematikan keberdayaan masyarakat local karena factor ekternal telah masuk

kedalamnya.
33

Dengan diadakanya kegiatan pemberdayaann masyarakat ini maka akan

dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri, yang sudah bias mengerti akan

pentingnya pemberdayaan diatas penulis menyimpulkan pemberdayaan

masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki

masyarakat yang mana tindakan yang dilakukan oelh masyarakat itu sendiri dalam

rangka meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan mereka.

7. Konsep Pembangunan

Pembangunan menurut Siagian (2012:4) Sebagai rangkaian usaha

mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara tercerna dan sadar yang

ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan

bangsa (nation building).Sehingga dari pengertian diatas dapatdiketahuibahwa

pembangunan merupakan usaha yang dilakukan oleh organisasi atau pemerintah

yang mana tujuanya untuk meningkatkan kondisi suatu masyarakat menjadi lebih

baik.

Pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan

Deddi supriady Bratakusuma,2005) siagian (1994) memberikan pengertian

tentang pembangunan sebagai “suatu usaha atau rangkain usaha pertumbuhan dan

perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa (nation

building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memeberikan penegertian

yang lebih sederhana, yaitu pembangunan sebagai “suatu proses perubahan kearah

yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.


34

1. Pembangunan (depelopment) adalah proses perubahan yang mencakup

seluruh sistem sosial, politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,

pendidikan, teknologi, kelembagaan, dan budaya.(Alexander,1994)

2. Pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya,

pembangunan adalah proses perubahan yang direncanankan untuk

memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyaraka.(Portes,1976)

3. Proses modernisasi mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen

pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan yaitu

perubahan darri kehidupan tradisional menjadi modern, yaitu pada awal

mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern akan

menggantikan alat-alat yang tradisional.

4. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termaksud ilmu-ilmu

sosial, para ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali

konsep-konsep secara ilmiah, dengan demikian secra sederhana

pembangunan dapat diartikan sebgai suatu upaya untuk melakukan

perubahan menjadi lebih baik, yaitu adanya pertumbuhan ekonomi yang

berkeadilan dan terpeliharanya lingkungan (kesolehan sosial) serta

lingkuangan alamai yang lestari, sampai saat ini belum ditemukan adanya

kesepakatan yang dapat menolak peenyataan tersebut. (Siagin,1983)

bahwa pembangunan diartikan sebagai suatu perubahaan, mewujudkan

suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari

kondisi sekaran, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan

menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik


35

secara kualitatif maupun kuantitatifdan merupakan sesuatu yang

mutlakharus terjadi dalam pembangunan.

5. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa pada dasaranya pembanguanan

tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan sebagai akibat adanya

pembangunan, dan dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa

penegembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement)

dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang di jadikan acuan penlis dalam penulisan

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Sumber
Nama Judul Persamaan Perbedaan
Sondang Peran Camat Skripsi Meneliti Fenomena:
Prinando Sebagai UR Tentang Terdapat beberapa program
(2015) Koordinator Peran maupun kegiatan yang tidak
Pembanguna Camat dilaksanakan sesuai dengan
n Di Sebagai yang direncanakan
Kecamatan Koordinasi Indikator :
Kabun Pembangun 1. Perencanaan
Kabupaten an 2. Pengorganisasian
Rokan Hulu 3. Dan Pengendalian
Sastra Peran Camat Jurnal IP Meneliti Fenomena:
Faisal Sebagai UR Tentang Terdapat beberapa kendala
(2015) Koordinator Peran didalam melaksanakan
Dalam Camat program pembangunan
Menunjang Sebagai infrastruktur
Keberhasilan Koordinasi Indikator :
Pembanguna Pembangun 1. Perencanaan
n Di an 2. Pelaksanaan
Kecamatan 3. Pengaturan
SingingiHilir 4. Pengawasan
Kabupaten
Kuantan
Singingi
36

Siti Ilmih Peran Camat Skripsi Meneliti Fenomena:


(2016) Sebagai UIN Tentan Terdapat beberapa program
Koordinator Peran maupun kegiatan yang tidak
Pembanguna Camat dilaksanakan sesuai dengan
n Di Sebagai yang direncanakan
Kecamatan Koordinasi Indikator :
Singgingi Pembangun 1. Perencanaan
Hilir an 2. Komunikasi
Kabupaten 3. Pembagian Kerja
Kuantan 4. Pengawasan
Singingi
37

Gambar 11.2 Kerangka Pikir Penelitian Tentang Peran Camat Dalam


Mengkoordinasikan Pembangunan Di kecamatan Tapung
Kabupaten Kampar

Peraturan Bupati Kampar Nomor 17


Tahun 2018 Tentang Kedudukan
,Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi
Serta Tata Kerja Kecamatan Kampar

Minimnya koordinasi camat dengan


masyarakat

Pembangunan kacau dan tidak sesuai


dengan kebutuhan

Koordinator dalam kegiatan


Pembangunan

1. Peran normatif
2. Peran ideal
3. Peran Faktual
(Soekanto, 2017;362)

Berperan
Cukup berperan
Tidak Berperan

Sumber: Modifikasi dari Sejumlah Dasar Teory


38

C. Hipotesis

Adapun hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah: “Jika Peran

Camat Dalam Mengkoordinasikan Pembangunan diKecamatan Tapung

Kabupaten Kampar berjalan dengan baik, maka kesejahteraan masyarakat akan

meningkat”.

D. Konsep Operasional

Untuk menjelaskan konsep teoritis yang telah dicantumkan dan

memperjelas pengertian,maka penulis mengoperasionalkan konsep tersebut untuk

mempermudah pemahaman dan penulisan ini. Berberapa konsep yang

berhubungan langsung dengan penelitian ini baik variable maupun indicator yakni

sebagai berikut

1. Kecamatan Tapung adalah pembangian wilayah administrative di bawah

Kabupaten Kampar

2. Camat merupakan pimpinan Kecamatan sebagai perangkat daerah

Kabupaten atau Kota. Camat berkedudukan sebagai koordinator

penyelenggaraan pemerintahan diwilayah Kecamatan.

3. Koordinasi adalah suatu usaha penyelarasan dari bagian atau unit-unit

yang satu dengan lainya dalam berbagai kegiatan sebagai usaha dalam

mencapai tujuan organisasi.

4. Pemberdayaan masyarakat adlah upaya meningkatkan kemampuan dan

potensi yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat

mewujudkan jati diri, hakekat dan martabatnya.


39

5. Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan

yang dilakukan secara terencana menuju lokasi yang lebih baik di lakukan

secara sadar oleh pemerintah dan masyarakat agar kesejahteraan dan

kemakmuran masyarakat dapat tercapai di semua bidang.

6. Peranan normatif Peranan normatif adalah peran yang dilakukan seseorang

atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku

dalam kehidupan masyarakat.

7. Peranan ideal adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga yang didasarkan pada nilai - nilai ideal atau yang seharusnya

dilakukan sesuai dengan kedudukanya di dalam suatu sistem.

8. Peranan faktual adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga

yang didasarkan pada kenyataan secara ko ngkrit di lapangan atau

kehidupan sosial yang terjadi secara nyata adalah adalah proses

mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan di lakukan

untuk mencapai tujuan tertentu..

E. Operasionalisasi Variabel

Operasional variable merupakan konsep yang penulis tetapkan sebagai

penilaian dan batasan dalam penelitian ini yang berdasarkan teori yang telah

penulis paparkan pada studi kepustakaan, operasionalisasi variable dalam

penelitian ini disajikan dalam bentuk table, yang dirancang untuk mendapatkan

hasil penelitian yang baik dan akurat. Maka operasionalisasi variable dapat dilihat

pada table dibawah


40

Table.II.3: Operasional Variabel Penelitian Peran Camat Dalam


Mengkoordinasikan Pembangunan di Kecamatan Tapung.

Konsep Koordinasi Indikator Sub Indikator Ukuran


Koordinasi adalah Koordinasi Peranan Normatif a. Pembangunan Berperan
suatu usaha yang yang bermanfaat
singkron dan untuk masyarakat Cukup
teratur untuk b.Menampung Berperan
menyediakan aspirasi
jumlah dan waktu masyarakat Kurang
yang tepat, dan Berperan
mengarahkan
pelaksanaan untuk
menghasilkan Peranan Ideal a. Mengadakan Berperan
suatu tindakan musrenbang
yang seragam dan b. Koordinasi dengan Cukup
harmonis pada pihak terkait Berperan
sasaran yang telah c. Mengontrol
ditentukan. penggunaan dana Kurang
Terry(dalam desa Berperan
Hasibuan,2006:5)
Peranan Faktual a. Perencanaan
pembangunan Berperan
b.Mengadakan rapat
c. Menghimbau Cukup
masyarakat untuk Berperan
ikut berpartisipasi
Kurang
Berperan

Sumber :Modifikasi penulis 2017


41

F. Teknik Pengukuran

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran terhadap variabel

penelitian dan pengukuran terhadap indikator variabel penelitian. Kategori

ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Berperan, Cukup Berperan,

Kurang Berperan.

Adapun pengukuran variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 67%- 100%

Cukup Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 34%-66%

Tidak Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 0%-33%

Sedangkan pengukuran indikator variabel adalah sebagai berikut :

1. Perencanan

Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 67%- 100%

Cukup Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 34%-66%


42

Tidak Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 0%-33%

2. Komunikasi

Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 67%- 100%

Cukup Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 34%-66%

Tidak Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 0%-33%

3. Pembagian Kerja

Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 67%- 100%

Cukup Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 34%-66%

Tidak Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 0%-33%


43

4. Pengawasan

Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 67%- 100%

Cukup Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 34%-66%

Tidak Berperan : Apabila hasil rata-rata penelitian responden pada

rekapitulasi indikator variabel pada kategori baik

dengan persentase 0%-33%


44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TipePenelitian

Metode penelitia yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metodekuantitatifdengan type surveydeskriptifyaitu penelitian dalam bentuk

persentase dan diakhiri dengan penarikan suatu kesimpulan dan saran, untuk

mengetahui dan melihat serta melukiskan keadaan yang sebenarnya secara rinci

dan actual dengan melihat masalah dan tujuan yang tujuannya telah disampaikan

sebelumnya dengan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Pengertian survey dibatasi dengan penelitian yang datanya dikumpulkan

dari sampel atau populasi untuk mewakili seluruh populasi.Semua informasi yang

dikumpulkan dipelajari sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.Dengan

demikian, penelitian survey secara komplit adalah penelitian yang mengambil

sampel dari tiap tiap populasi dengan menggambarkan kuesioner sebagai alat

pengumpulan yang pokok.Penelitian ini menuntun peneliti dalam membuat daftar

pertanyaan kuesioner yang dimakasud diatas untuk disebarkan kepada populasi

yang sudah ditentukan.alasanpeneliti menggunaka nmetode kuantitatif adalah

bahwa metode kuantitatif memiliki beberapa tugas yakni melihat perbandingan,

mengetahui hubungan, melihat kecenderungan, melakukan pengelompokan

maupun penyederhanaan variabel.


45

B. LokasiPenelitian

Adapun lokasi penelitian ini ialah pada Kecamatan Tapung Kabupaten

Kampar yang mana terindikasi masih kurangnya koordinasi Camat dalam

kegiatan pemberdayaan masyarakat khusunya dibidang pembangunan

diKecamatan Tapung yang terdiri dari 25 Desa, Di dalam penelitian ini peneliti

menetapkan 3 Desa untuk dijadikanlokasipenelitian yang meliputi Desa pantai

cermin, Desa Petapahan dan Desa Kenantan dan alasan peneliti melakukan

penelitian di 3 desa tersebut karena desa tersebut dinilai masi kurang dalam

bentuk pembangunan infrastrukturnya di bandingkan dengan desa-desa lainya.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah yang generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono, 2005:90)

Sampel, menurut Singarimbun (1995 : 149) dapat diartikan sebagai bagian

dari populasi. Maka sampel merupakan sebagian dari populasi yang menjadi

sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian yang mewakili populasi yang

diteliti.Adapun sampel dalam peneltian ini adalah masyarakat yang menerima

pelayanan diinstansi tersebut.


46

Tabel.III.1. Populasi dan Sampel Penelitian Tentang Peran Camat Dalam


Mengkoordinasikan Pembangunan Dikecamatan Tapung
Kabupaten Kampar

No Nama Populasi Populasi Sampel Persentase


1 CamatTapung 1 1 100%
2 Kasi Pembangunan 1 1 100%
Pegawai Pemberdayaan Mayarakat
3 5 5 100%
Desa
4 KepalaDesa 25 3 12%

5 Dinas PU 2 2 100

Tokoh Mayarakat (RT dan RW) dari 50 44


5 25 Desa (rumus 88 %
slovin)

Jumlah 84
Sumber: Data modifikasi penulis2017.

Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semuanya maka peneliti dapat menggunakan sebagian sampel yang diambil dari

populasi (Sugiyono,1999:73). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dari rumus

Slovin sebagai berikut:

𝑁
n=
1+𝑁𝑒 2

Keterangan:
n: jumlah sampel
47

N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi

kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin

kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi.

Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti memiliki tingkat akurasi

95%. Penelitian dengan batas kesalahan 2% memiliki tingkat akurasi 98%.

Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin

besar jumlah sampel yang dibutuhkan.

Populasi RT dan RW di Kecamatan Tapung yakni berjumlah 50 orang

sehingga jumlah sampel yang diambil yaitu:

50
n=
1+50 𝑥 (0.05)2

50
=
1+0,125

= 44 orang

D.Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Sensus untuk pegawai kantor Camat Khususnya Camat

Tapung berjumlah 1 orang, Kasi pemberdayaan masyarakat desa berjumlah 1

orang, pegawai pemberdayaan masyarakat desa berjumlah 5 orang, untuk Kepala

Desa dan Masyarakat penulis menggunakan teknik purposive sampling yang jenis

sampling ini merupakan teknik penentuan sampel dengan alasan sampel tersebut

dapat mewakili populasi yang ada, sehingga di dapatkan untuk Kepala Desa 3
48

orang dari 25 Desa, dan untuk masyarakat 50 orang dari perwakilan 3 Desa. hal

ini karena mengingat jumlah populasi yang terlalu besar sehingga penulis

membatasi sebagian sampel.

E.Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Kedudukan Kec amatan dijelaskan pada pasal221 UU No. 23 Th.2014 sebagai

berikut :

a. Daerah kabupaten/kota membentuk Kecamatan dalam rangka

meningkatkan koordinasi penyelenggaraa pemerintahan, pelayanan

publik, dan pemberdayaanmasyarakat Desa/kelurahan.

b. Kecamatan sebagaimana dimaksud pasal ayat (1) dibentuk dengan

Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah.

Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan Kecamatan

yang telah mendapatkan persetujuan bersama bupati/wali kota dan DPRD

kabupaten/kota, sebelum ditetapkan oleh bupati/ wali kota disampaikan

kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk

mendapat persetujuan.

Jad Kecamatan dibentuk dalam rangka meningk tkan koordinasi

penyelenggaraan pemrintahan artinya dengan adanya Kecamatan, Camat

sebagai pimpinan tertinggi di Kecamatan harus dapat mengkoorkinasikan

semua urusan pemerintahan di Kecamatan, kemudian juga Camat harus

memberikan pelayanan publik di Kecamatan dan juga pemberdayaan

masyarakat
49

Kewenangan yang dilimpahkan dari bupati/walikota kepada Camat

misalnya kebersihan di Kecamatan, pemadam kebakaran di Kecamatan dan

pemberian izin mendirikan b

angunan untuk luasan tertentu

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari studi dari studi keputusan maupun teknik

dokumentasi dengan memanfatkan sumber-sumber data yang dapat menujang

objek yang ditelitiberupasejarah kecamatan, Kantor Camat Tapung, Tugas

danfungsiserta peraturan peraturan yang mengacukepada Pemberdayaan

masyarakat.

F.Teknikpengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara

sebagai berikut:

1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

secara langsung terhadap objek yang diteliti.

2. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi langsung kepada

responden/partisipan mengenai bahan, keterangan yang berhubungan

dengan objek penelitian yang akan diselidiki, seperti bagaimana peran

camat dalam mengkoordinasikan pembangunan di Kecamatan Tapung

3. Kuesioner
50

Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan

yang terstrukurkepadarespon penelitian yang berhubungan dengan

penelitian,.

4. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data melalui arsiparsip atau dokumen yang

terkaitdenganobjekpenelitianyaitupembanguna di Kecamatan,meliputi

kegiatan, proses dan hasil.

G. TeknikAnalisis Data

Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis

desktiftif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan

permasalahan dan pembahasan berdasarkan kondisi yang

adadilapangan.Selajutnya data yang didapatkan kemudian diklasifikasikan

menurut kategori masing-masing selanjutnya data yang didapatkan kemudian

dikasifikasikan menurut kategori masing- masingselanjutnya dimaksukkan

kedalam table distribusi, kemudian diurakan dan dibahas serta diberikan

kesimpulan hasil akhir peneliti.

I . Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian tentang Peranan Camat Dalam

Mengkoordinasikan Pembangunan Di KeacamatanTapung Kabupaten Kampar.


51

Tabel III.2 Jadwal Waktu Kegiatan Peneltian Tentang Peranan Camat


Dalam Mengkoordinasikan Pembangunan Di
KeacamatanTapung Kabupaten Kampar.2018.
Bulan dan Minggu ke

No Jenis Kegiatan Agustus September November November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan
UP
2
Seminar UP
3
Revisi UP
4 Revisi
Kuisioner
5 Rekomedasi
Survey
6 Survey
Lapangan
7
Analisis Data
Penyusunan
8 Laporan Hasil
penelitian
9 Konsultasi
Revisi Skripsi
Ujian
10 Komperehensif
Skripsi
11
Revisi Skripsi
12 Penggandaan
Skrpsi

DAFTAR KEPUSTAKAN
52

Awang, Azam dan Mendra Wijaya, 2011. Sistem Pemerintahan Daerah di


Indonesia. Alaf Riau, Pekanbaru
Awang, Azam, 2010. Implementasi Pemberdayaan Pemerintahan Desa. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Arikunto, Suharsimih. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (
Edisi Revisi VI), Rineka Cipta. Jakarta
Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. P.T Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Dwipayana, AAGN Ari. 2003. Membangun Good Governance di Desa. IRE
Press. Yogyakarta
Eko Sutoro, dkk, 2014, Desa Membangun Indonesia, Yogyakarta, Forum
Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)
Labolo, Muhadam, 2014. Memahami Ilmu Pemerintahan suatu kajian, teori,
konsep, dan pengembangannya. Jakarta, Rajawali Pers
Maryunani.2008. Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Pemerintah Desa.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Ndraha, Taliziduhu, 2005. Kybernologi (Sebuah Scientific Enterprise). Sirao
Credentia Center.Tanggerang. Banten
2010. Metodologi ilmu pemerintahan. Jakarta : Rineka
Cipta
Rauf rahyunir dan Maulidiah Sri, 2015.Pemerintahan Desa, Zanafa Publishing:
Pekanbaru
Riyadi dan Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta.
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Seyadi. 2003. Bumdes sebagai AlternatifLembaga Keuangan Desa. Yogyakarta:
UPP STM YKPN.

Soemantri, Trisantono, Soemantri, 2011, Pemerintahan Desa, Bandung,


Fokusmedia

Soejono dan Abdurrahman. 1999. Metode penelitian, suatu pemikiran dan


penerapan. Jakarta
Straus dan Corbin. 1997. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Dan R&D.


Bandung.Alfabeta

Sudjana. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.


Pustaka Setia.

Sumidiningrat, 1999, Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta, PT Gramedia

Sugiono, 2012.Memahami Penelitian Kuantitatif. Alfabeta. Bandung


53

Syafiie, Inu Kencana. 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia, P.T Rineka Cipta,
Jakarta
2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan, Refika Aditama,
Bandung

Soemantri, Bambang Trisantoso. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan


Desa.Fokusmedia, Bandung
Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT. Raja Grafindo

Setyawan, dharma. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia.Djambatan. Jakarta

Widjaja, Haw. 2010. Otonomi Desa. P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta; 2010

Zulkifli Dkk, 2013. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, Dan Kertas
Kerja Mahasiswa. FISIPOL UIR : Pekanbaru

Dokumen:

Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nmomor 19 Tahun 2008

TentangKecamatan.

PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nmomor 19 Tahun 2008pasal 15

tentangKedudukan, Tugas, Dan Wewenang.

Anda mungkin juga menyukai