Anda di halaman 1dari 9

INDONESIA-CHINA GALAKKAN KERJASAMA

PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI

Wakil Perdana Menteri China, Liu Yandong (kiri) bersalaman dengan Perwakilan
Pemerintah Indonesia yaitu Menko PMK pada Pertemuan Tingkat Tinggi Indonesia-
China di Solo, Selasa 28/11. (Foto: VOA/Yudha S.)

Empat puluh lima ilmuwan dan 15 menteri ikut serta dalam rombongan
Wakil Perdana Menteri China Liu Yandong ke Solo mulai awal pekan ini.
Menjalin kerjasama pendidikan dan teknologi menjadi salah satu target
lawatan mereka.
SOLO, JAWA TENGAH —
Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat China Liu Yandong dan Menteri Koordinator
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani Selasa malam (28/11)
menandatangani kerjasama pendidikan, teknologi dan sumber daya manusia dalam
pertemuan tingkat tinggi “Hubungan Antar Masyarakat Indonesia dan China”.
Acara yang diselenggaraan di Solo, Jawa Tengah, ini juga berhasil membahas hampir
semua bentuk kerjasama. Juru bicara Kemenko Pembangunan Manusia & Kebudayaan,
Agus Sartono menjelaskan hal ini kepada wartawan.

“Penandatangan enam dokumen kerjasama. Mestinya ada tujuh, tapi yang satu kita
pending karena ada hal kecil yang baru bisa kita selesaikan tahun depan. Ini terkait
penggunaan dan pembangunan HTGF, atau pemanfaatan tenaga nuklir untuk
kepentingan damai. Tahun pertama kita menandatangani tujuh nota kesepahaman
(MoU), tahun kedua ada delapan MoU, tahun ketiga atau tahun 2017 ini ada enam MoU
yang ditandatangani, dan tahun depan masih ada 4-5 MoU lagi. Saya kira yang ada di
benak masyarakat terkait kerjasama dengan ini adalah : apakah berarti tenaga kerja
dari China atau China ini akan membanjiri atau berdatangan ke Indonesia? Tidak!
Justru kemarin Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah menegaskan bahwa investasi dari luar
1
negeri, termasuk China, harus memberikan transfer pengetahuan dan ketrampilan pada
tenaga kerja lokal setempat, dan ini akan menghilangkan persepsi bahwa investasi itu
selalu diikuti dengan arus tenaga kerja dari China,” papar Agus.
Dalam kesempatan yang sama Menteri Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Muhammad Nasir mengatakan kerjasama Indonesia dan China ini akan sangat
menguntungkan karena dilakukan dalam bidang yang sangat strategis yaitu pendidikan,
teknologi dan sumber daya manusia.

“Tindak lanjut MoU ini adalah ‘student mobility’ atau mengirim mahasiswa Indonesia
ke China untuk sekolah, mengambil S2 dan S3. Jumlahnya ada sekitar 700 orang.
Sedang berjalan programnya. Lha sekarang yang kita kembangkan adalah bagaimana
actions plan yang kita buat terkait science technology dan innovation. Karena inovasi di
China atau China ini lebih cepat dan maju. Kedua, Indonesia sesuai RPJPMN-nya akan
membangun yang namanya ‘technopark 100’, yang ditugaskan pada Kemenristekdikti
adalah mengkoordinasikannya. Kemenristekdikti akan membangun sembilan
‘technopark’ di Indonesia dan sedang kita kembangkan juntuk kerjasama dengan China
atau China, Taiwan, Swiss, Jerman dan Belanda. Ketiga, terkait pembangunan
pelabuhan atau port construction, kemaritiman akan menjadi penghubung antar pulau.
Ini menjadi sangat penting,” ujar Nasir.

Technopark yang dimaksud adalah pembangunan kawasan sains dan teknologi.


Pembangunan ini merupakan salah satu program Nawacita pemerintahan Presiden
Joko Widodo. Menurut rencana technopark ini akan dibangun di beberapa daerah,
antara lain Surakarta, Bengkulu, Jambi, Kalimantan Utara dan Papua. Program ini akan
bekerjasama dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah dan pihak industri.
Sayangnya rombongan Wakil Perdana Menteri China ini tidak memberikan keterangan
apapun kepada para wartawan.

Wakil Perdana Menteri China Liu Yandong membawa 15 menteri dan 45 ilmuwan, yang
tidak saja ikut serta dalam pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan
pejabat terkait, tetapi juga melihat langsung museum manusia purba di Sangiran,
koleksi panda di Taman Safari dan menghadiri pertemuan tingkat tinggi Indonesia-
China di Solo. [ys/em]

https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-china-galakkan-kerjasama-pendidikan-dan-
teknologi-/4141302.htm

2
PENDIDIKAN PAPUA DAN IRONI DANA KULIAH MAHASISWA

Anak-anak Pegunungan Bintang, Papua, belajar bersama Fransiskus Kasipmabin.


Sekitar 400 mahasiswa asal Pegunungan Bintang, Papua tak lagi bisa
kuliah karena dana beasiswa terhenti. Pemerintah daerah mengubah
kebijakan tanpa masa transisi.
Jiwa pengabdian sebagai guru sudah tertanam di hati Fransiskus Kasipmabin. Saat ini
dia adalah salah satu relawan lokal untuk pendidikan di Kabupaten Pegunungan
Bintang, Papua, wilayah terpencil yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Dia
mengajar siapapun yang mau, mulai anak-anak sekolah hingga orang tua buta huruf.
Namun, sebenarnya Fransiskus hari ini masih harus duduk di bangku kuliah, Jurusan
Pendidikan Akuntansi di Universitas Sanata Darma, Yogyakarta. Akhir tahun lalu dia
pulang ke Oksibil, ibukota Pegunungan Bintang, karena pemerintah daerah
menghentikan dana beasiswanya. Padahal tanpa dana itu, para pemuda Papua tidak
mungkin mampu membayar biaya kuliah dan kebutuhan hidup selama di Jawa.
“Waktu itu saya pulang karena terkendala dengan biaya kuliah. Pemerintah daerah
sudah bekerja sama dengan beberapa kampus di Jawa. Ternyata sejak pergantian
kepemimpinan, kerja sama dengan kampus di Jawa itu terhenti. Akhirnya, dana untuk
membayar biaya semester itu terputus. Menjelang akhir 2016 akhirnya kami mahasiswa
Pegunungan Bintang yang kuliah di Jawa datang ke Oksibil untuk bertemu bupati.
Tetapi karena itu masa peralihan kepemimpinan ke bupati baru, jadi belum ada respons
yang baik,” kata Fransiskus Kasipmabin.

3
Fransiskus Kasipmabin dan anak-anak sekolah di Pegunungan Bintang, Papua. (Foto:
VOA/Nurhadi).
Kawan-kawan Fransiskus yang orang tuanya mampu, berkesempatan kembali ke
Yogyakarta melanjutkan kuliah. Dia sendiri harus tinggal di Oksibil, dan rela cuti
setelah kuliah enam semester. Dia melanjutkan baktinya pada tanah Papua, dengan
menjadi relawan pengajar. Ironis memang, Fransiskus yang tak memperoleh bantuan
dana untuk kuliah dan pemerintah, justru rela mengajar di daerah dengan penuh
pengorbanan.

“Saya dan kawan-kawan berkeliling untuk mengajar. Sampai saat ini, ya ini yang bisa
dilakukan. Saya merasa harus melakukan ini untuk mereka, bukan soal apa yang saya
dapat dari mereka, tetapi apa yang bisa saya beri. Tentu sambil menunggu ada
keputusan mengenai dana kuliah itu,” tambah Fransiskus.
Hosea Deal, Sekjen Mahasiswa Pegunungan Bintang se-Jawa, Bali, Sulawesi,
Kalimantan dan Sumatera mengurai masalah ini bermula dari keputusan pemerintah
daerah yang baru. Dana pendidikan yang sebelumnya merupakan dana sosial, di mana
seluruh mahasiswa kabupaten tersebut berhak mendapatkannya, diganti dengan skema
beasiswa bersyarat. Mahasiswa harus memperoleh indeks prestasi tertentu untuk
menerima dana tersebut.

Skema tersebut, kata Hosea Deal, memiliki kelemahan mendasar, yaitu karena kualitas
pendidikan dasar dan menengah di Pegunungan Bintang sendiri tidak merata. Di sisi
lain, indeks prestasi juga tidak bisa dijadikan patokan karena mahasiswa kuliah di
perguruan tinggi yang berbeda-beda.
“Mereka yang kuliah di perguruan tinggi dan program studi yang akreditasinya baik,
penilaiannya ketat sehingga rata-rata memiliki nilai di bawah standar yang ditentukan
pemerintah daerah. Jika pemerintah memberlakukan sistem ini, kemungkinan besar
mereka akan pindah ke perguruan tinggi yang berakreditasi rendah hanya untuk
mengejar nilai,” kata Hosea Deal.
Karena itulah, dengan tegas organisasi mahasiswa Pegunungan Bintang di kawasan
Indonesia Bagian Barat dan Tengah ini menolak skema baru pemerintah daerah.

4
Mahasiswa juga mengingatkan, bahwa sebagai lanjutan kerja sama terdahulu,
pemerintah daerah memiliki tunggakan biaya kepada universitas maupun lembaga
pendidikan pendukung di sejumlah wilayah. Tunggakan itu, kata Hosea Deal, harus
dilunasi maksimal pada bulan Oktober ini.
Sejumlah mahasiswa Pegunungan Bintang di Jawa Tengah dan DIY bahkan harus
mengamen untuk memperoleh biaya hidup. Hal ini disampaikan tokoh mahasiswa
Papua, Otis Tabuni yang berada di Salatiga, Jawa Tengah. Kepada VOA, Otis
menyatakan mahasiswa Pegunungan Bintang telah mendiskusikan sejumlah jalan
keluar yang bisa diambil dalam mengatasi persoalan ini. Namun bagaimanapun,
dukungan pendanaan harus diberikan secepatnya karena kondisinya cukup darurat.
“Mereka ini, hampir 90 persen adalah anak-anak dari orang kampung. Dan para orang
tua ini tahu, bahwa harapan satu-satunya untuk bisa mengirim anaknya kuliah adalah
dengan bantuan pemerintah. Kecuali beberapa mahasiswa yang orangtuanya adalah
pegawai negeri atau pengusaha, mereka masih bisa menerima kiriman uang. Namun,
apa yang mereka dapat dari orang tua itu dibagikan untuk semua teman-teman yang
tidak mendapat kiriman uang untuk makan. Jadi serba susah juga. Mau buat bayar
kuliah, tetapi teman lain tidak kuliah dan tidak makan, akhirnya dipakailah dulu untuk
makan. Itu yang terjadi sebenarnya,” kata Otis Tabuni.
Otis menambahkan, jika pemerintah daerah ingin mengubah kebijakan, sebaiknya tidak
diberlakukan serta merta. Seharusnya, mahasiswa yang masuk dalam skema lama, tetap
diikutkan dalam sistem sebelumnya. Jika ingin menggunakan indeks prestasi sebagai
persyaratan penerimaan beasiswa, pemerintah daerah harus melihat kondisi nyata di
kampus-kampus. Barangkali, aturan itu baru bisa diterapkan beberapa tahun
mendatang.
“Memperoleh IP 3 lebih di kampus-kampus yang akreditasinya kurang bagus, itu bisa
saja dengan mudah. Tetapi sulit sekali mencapai angka itu di UGM, UKSW Salatiga atau
Sanata Darma Yogyakarta. Jadi, tidak adil kalau persyaratannya disamaratakan seperti
itu. Sekarang yang penting bagi pemerintah daerah adalah atasi masalah ini secepatnya.
Tidak ada sejarahnya mahasiswa Papua harus mengamen untuk beli beras,” ujar Otis.
Kasus ini menjadi ironi, terutama di Pegunungan Bintang. Baru seminggu yang lalu,
polisi setempat mengungkap kasus korupsi dana desa senilai lebih dari Rp 4 miliar.
Dana pembangunan desa itu dipotong oleh oknum pejabat setempat, dan dipakai untuk
membeli sebuah pesawat ringan dari Kanada. [ns/uh]

https://www.voaindonesia.com/a/pendidikan-papua-dan-ironi-dana-kuliah-
mahasiswa/4055809.html

5
MENDIKBUD APPREASI KIPRAH DIASPORA INDONESIA

Mendikbud Muhadjir Effendy (ketiga dari kanan) didampingi Hotmangadja Pandjaitan (paling
kiri) bersama warga Prancis. (ANTARA/KBRI Paris)
Paris (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Muhadjir Effendy, menyampaikan appresiasinya dengan kiprah diaspora Indonesia dan
pelajar yang tergabung dalam PPI Prancis serta warga Prancis dalam mempromosikan
Indonesia. Di sela menghadiri sidang umum UNESCO ke-39, Mendikbud Muhadjir
Effendy bertemu dengan warga Prancis dan juga menghadiri acara ramah tamah
dengan masyarakat Indonesia di Paris, demikian Atase Pendidikan KBRI Paris Surya
Rosa Putra kepada Antara London, Sabtu.

Ia mengatakan, dalam pertemuan dengan warga Prancis di sekretariat KWRI UNESCO


terdiri atas Benoit Rigouin dan Sylvain Scholastique, Kepala Sekolah dan guru musik
College Chateauneuf-Sur-Sarthe penerima sumbangan gamelan dari Kemendikbud
tahun 2016 lalu, dan penggiat gamelan Prancis, Christophe Moure (gamelan Jawa) dan
Theo Merigeau (gamelan Bali). Dalam kesempatan tersebut, Rigouin kembali
menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas gamelan yang mereka
terima. Menurut Rigouin, pengajaran gamelan dan budaya Indonesia menjadi motor
utama kegiatan di sekolah. Menurut Rigouin, ia pun menyebarkan pengajaran gamelan
ke berbagai sekolah bekerjasama dengan sekolah musik. Selain itu, grup gamelan juga
mengisi acara budaya. Dia juga menyatakan siap mengajarkan Bahasa Indonesia
untuk mendukung pengajaran budaya Indonesia bila ada bantuan guru dari Indonesia.

Rigouin berencana akan ke Indonesia untuk melihat kemungkinan pembentukan sister -


school dengan sekolah Indonesia yang setara. Mendikbud terkesan dengan inisiatif dan
kegiatan pengajaran gamelan dan budaya Indonesia di SMP tersebut dan berjanji akan
membantu mendatangkan pelatih gamelan dan kesempatan kepada Scholastique untuk
berlatih di Indonesia dan kemungkinan mendatangkan guru Bahasa Indonesia.

Dua penggiat gamelan Christophe Moure dan Theo Merigeau juga menceritakan
aktivitasnya dalam menyebarluaskan pengajaran gamelan di sekolah musik Prancis
bekerjasama dengan KBRI. Moure, yang juga alumnus Darmasiswa Kemdikbud,
berharap ada bantuan pemerintah, melengkapi gamelan yang ada.

Sementara dalam pertemuan dengan pelajar dan diaspora serta masyarakat Indonesia
di KBRI Paris Mendikbud menyampaikan kebijakan dan program pemerintah dan dalam
kesempatan itu Perwakilan Diaspora menyampaikan rencananya membuat Festival
Film Indonesia di Paris. Acara diakhiri dengan santap malam bersama.

https://www.antaranews.com/berita/662840/mendikbud-appreasi-kiprah-diaspora-
indonesia

6
PEMERINTAH JANJI BERIKAN PENDIDIKAN
BERKUALITAS DAN MERATA

Senin, 15 Mei 2017 - 16:28 WIB Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani. Foto/Rahmat Sahid.
A+ A-
JAKARTA - Pemerintah berjanji untuk memberikan pendidikan berkualitas kepada seluruh
masyarakat. Pemerintah juga berkomitmen memberikan pendidikan secara merata di seluruh
Indonesia.

Berkaitan janji tersebut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Menko PMK) Puan Maharani mengunjungi Provinsi Bengkulu. Puan mengawali dengan
mengunjungi SD Negeri 61 dan PAUD Melati di Desa Dusun Baru, Kecamatan Seluma,
Kabupaten Seluma untuk menyerahkan sejumlah paket bantuan.

"Pada Pasal 3 UU ini ditegaskan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan


dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa," ujar Puan dalam sambutannya pada acara peringatan Hari Pendidikan
Nasional (Hardiknas) di halaman Kantor Bupati Seluma, Provinsi Bengkulu, Senin, (15/5/2017).

Menurutnya peringatan Hardiknas yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2017 bertajuk Percepat
Pendidikan yang Merata dan Berkualitas berkaitan erat dengan fenomena dunia yang berubah
cepat dan menuntut kualitas semakin baik. Dia menambahkan, arah dan tujuan pendidikan
nasional, seperti diamanatkan UUD 1945 memiliki tujuan utama mencerdaskan kehidupan
berbangsa yang diikuti dengan peningkatan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia para
peserta didik
"Melalui program KIP ini, diharapkan seluruh anak-anak Indonesia dapat mengenyam
pendidikan dan menjadikan anak-anak Indonesia yang maju dan berakhlak mulia,” ucapnya.

https://nasional.sindonews.com/read/1205272/144/pemerintah-janji-berikan-pendidikan-
berkualitas-dan-merata-1494840515

7
SAMBUT HARDIKNAS, LAZNAS BSM UMAT LUNCURKAN
PROGRAM SAHABAT PELAJAR

JAKARTA - Langkah Lembaga Amil Zakat Bangun Sejahtera Mitra (Laznas BSM) Umat dalam
memperhatikan dunia pendidikan di Indonesia, patut diapresiasi. Dalam kontribusinya
memperbaiki pendidikan di Indonesia, Laznas BSM Umat meluncurkan program BSM Sahabat
Pelajar.

Kegiatan peluncuran program ini dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional
(Hardiknas) yang jatuh kemarin, Selasa 2 Mei 2017, sekaligus peringatan Hari Besar Islam Isra
Mikraj Nabi Muhammad SAW, di Kantor Pusat BSM, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Direktur Eksekutif Laznas BSM Umat, Rizqi Okto Priansyah menjelaskan, sebagai lembaga amil
zakat nasional, Laznas BSM Umat berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan kaum
dhuafa dan yatim, salah satunya melalui sektor pendidikan.

"Sektor pendidikan jadi faktor penting untuk memberikan dan memajukan sumber daya
manusia (SDM) Indonesia. Karena dari pendidikanlah, kualitas SDM ini bisa dinilai. Meskipun
sekarang banyak pendidikan formal dan informal," kata Rizqi Okto, dalam siaran pers yang
diterima SINDOnews, Rabu (3/5/2017).

Rizqi Okto berharap, program ini menjadi andalan dan tumpuan Laznas BSM Umat dalam
menciptakan generasi andal. Sehingga mampu bersaing dengan SDM lainnya bahkan
diharapkan bisa mendunia.

"Kita (Laznas BSM Umat) berharap, program ini menjadi andalan dan tumpuan. Sehingga
generasi yang diciptakan dari program ini menjadi SDM unggul dan bisa diandalkan minimal
untuk lingkungan sekitarnya," ucap Rizqi.

Dalam merealisasikan program BSM Sahabat Pelajar, Laznas BSM Umat bekerja sama dengan
Bank Syariah Mandiri (BSM). Di mana implementasinya adalah pemberian beasiswa dan
pembinaan kerohanian Islam yang berkelanjutan bagi pelajar tidak mampu sebanyak 2.000
orang di seluruh Indonesia.

8
Direktur Utama (Dirut) BSM Toni Eko Boy Subari mengatakan, program BSM Sahabat Pelajar
merupakan salah satu program peduli lingkungan yang melibatkan karyawan BSM di seluruh
Indonesia.

"Sahabat pelajar bertujuan untuk memberikan peluang pendidikan yang lebih baik, layak, dan
berkelanjutan bagi dhuafa (mustahik) sekaligus membentuk karakter sumber daya manusia
yang berakhlak Islami dan mandiri secara ekonomi," kata Toni Eko.

Kegiatan peluncuran program ini selain dihadiri Direktur Eksekutif Laznas BSM Umat dan Dirut
BSM, juga dihadiri sejumlah Direksi BSM, seperti Group Head Corporate Secretary BSM
Dharmawan P Hadad dan Komisaris Utama BSM Mulya E Siregar.

https://nasional.sindonews.com/read/1202194/15/sambut-hardiknas-laznas-bsm-umat-
luncurkan-program-sahabat-pelajar-1493808900

Anda mungkin juga menyukai