Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pulau Papua merupakan salah satu pulau yang terletak di timur Indonesia dan terbagi
atas 2 wilayah yang ditempati oleh 2 negara yaitu Papua yang termasuk dalam wilayah
Indonesia dan Papua yang disebut sebagai Papua Nugini (New Guinea). menurut data Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) tahun 2022 mata pencaharian bertani dan
berkebun dengan menggunakan teknologi yang masih sederhana. Lalu pada sektor pendidikan
di Papua yang menjadi permasalahan yaitu masih banyak masyarakatnya yang belum bisa
mendapatkan pendidikan yang layak, hal tersebut menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
Provinsi Papua tahun 2021 mencatat sebanyak 21,9 % penduduk adalah buta aksara,
diantaranya adalah usia 15 tahun keatas.
Salah satu faktor yang menyebabkan pendidikan di Papua masih menjadi permasalahan yang
serius adalah kurangnya perhatian dari pemerintah terkait pendidikan di Papua dan juga
kurangnya SDM berupa tenaga pengajar dan juga fasilitas pendidikan yang memadai, hal
tersebut mendorong sebagian besar pelajar yaitu mahasiswa untuk merantau ke luar pulau
dengan menggunakan beasiswa afirmasi maupun beasiswa lain dengan harapan mereka dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan juga mendapatkan sarana dan
prasarana pendidikan yang layak dari pemerintah.
Menurut Siswoyo (2007), mahasiswa adalah individu yang melanjutkan studi di sebuah
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, atau lembaga yang setingkat dengan perguruan
tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih baik adalah dengan menempuh pendidikan di tempat yang jauh dari kampung halaman
atau merantau. Hal ini menyebabkan mahasiswa yang merantau harus tinggal terpisah dari
keluarganya selama masa pendidikan (Halim & Dariyo, 2016). Menurut Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (2015), mahasiswa rantau didefinisikan sebagai seseorang yang
belajar di perguruan tinggi yang terletak di luar daerah asalnya sehingga mahasiswa tersebut
harus tinggal di luar rumah selama masa tertentu untuk menyelesaikan pendidikannya.Dalam
menjalani kehidupan di lingkungan baru, mahasiswa rantau dituntut untuk berinteraksi dengan
sekitarnya, baik itu kepada tetangga atau masyarakat sekitar. Apalagi jika mahasiswa yang
merantau di lingkungan Medan, Kota Medan merupakan destinasi utama para pelajar untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di universitas. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun 2023, Kota Medan memiliki 3
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan 115 Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Berdasarkan data yang didapat dari Ikatan Mahasiswa Papua Sumatera Utara (IMP
Sumut) jumlah mahasiswa papua yang berkuliah di Kota Medan antara tahun 2020 sampai 2023
berjumlah 187 orang mahasiswa yang tersebar di beberapa kampus di Kota Medan yaitu
Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (UNIMED), Universitas
Methodist Indonesia (UMI), Universitas Quality Medan, Universitas Katolik Medan (UNIKA
Medan), dan kampus lainnya. Dimana kedatangan mahasiswa asal Papua berawal dari program
beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) yang beasiswa yang diselenggarakan pemerintah
sejak tahun 2012 ini menyasar pelajar di Papua, Papua Barat, daerah 3 T dan anak-anak TKI.
Salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang berada di Kota Medan, Sumatera Utara yaitu
Universitas Sumatera Utara (USU). Dilansir dari website usu.ac.id, Universitas Sumatera Utara
(USU) adalah salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia yang berlokasi di Medan,
Sumatera Utara. Awalnya berdiri pada tahun 1952 dengan nama Yayasan Universitet Sumatera
Utara, USU telah berkembang menjadi universitas unggulan yang menawarkan berbagai
program studi yang berkualitas. Presiden Soekarno meresmikan USU sebagai universitas negeri
ke-7 di Indonesia pada tahun 1957. Pada tahun 2003, USU naik status menjadi Perguruan Tinggi
Negeri Badan Hukum (PTN-BH) dan menjadi universitas PTN-BH ke-5 di Indonesia. Berbagai
keunggulan yang dimiliki, seperti fasilitas pendidikan yang baik dan dosen atau tenaga ajar yang
ahli di bidangnya yang membuat USU sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia.Tidak
heran jika peminat universitas di USU semakin meningkat setiap tahunnya . Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), sebanyak 44,75% etnis di Sumatera Utara adalah suku Batak berdasarkan
Sensus Penduduk 2010. Rinciannya, sebanyak 25,62% Tapanuli/Toba, 11,27% Mandailing,
5,09% Karo, 2,04% Simalungun, dan 0,73% Pakpak. Selain suku batak, penduduk Sumatera
Utara juga banyak berasal dari Pulau Jawa, yaitu Betawi, Banten, Sunda, Jawa, Madura dan
Papua. Dengan melihat beragamnya suku dan etnis yang beragam di Kota Medan inilah yang
membuat mahasiswa pendatang tertarik untuk melanjutkan studinya di Kota Medan.
Namun, ada hal yang perlu diperhatikan oleh pendatang baru di Kota Medan yaitu
adaptasi. Menurut Soekanto (2007), adaptasi merujuk pada proses penyesuaian individu,
kelompok, atau entitas sosial terhadap norma-norma yang berlaku, perubahan yang terjadi, dan
kondisi yang ada. Suparlan (1993), sementara itu, menggambarkan adaptasi sebagai upaya
untuk memenuhi syarat-syarat dasar agar kehidupan dapat berlangsung, yang mencakup aspek-
aspek kejiwaan dan sosial. Syarat dasar kejiwaan meliputi perasaan tenang, menghindari
perasaan takut, serta keterpencilan dan kegelisahan. Syarat dasar sosial mencakup hubungan
untuk menjaga kelangsungan keturunan, menghindari pengucilan, serta pembelajaran tentang
budaya sendiri dan budaya lainnya. Soekanto (2000) memberikan definisi tambahan tentang
adaptasi sosial, yang disebut sebagai proses mengatasi hambatan dari lingkungan,
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku, berubah sesuai dengan situasi yang
berubah, mengubah diri agar sesuai dengan kondisi yang ada, menggunakan sumber daya yang
terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem, serta penyesuaian budaya dan aspek
lainnya sebagai hasil dari seleksi alamiah. Kehadiran mahasiswa yang datang dari luar daerah
ke lingkungan yang baru seringkali menghadirkan perasaan tidak familiar saat mereka
beradaptasi dengan lingkungan baru. Perubahan dalam perilaku dan karakter pribadi mereka
memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat di sekitar mereka dan juga menciptakan
interaksi yang saling mempengaruhi antara siswa dan lingkungan sekitar. Sebagai contoh, kita
bisa melihat mahasiswa asal Papua yang kuliah di Universitas Sumatera Utara. Sebagai
mahasiswa pendatang asal Papua, penting bagi mereka untuk belajar beradaptasi dengan
lingkungan sekitar. Proses adaptasi akan berjalan lancar jika pelajar asal Papua tersebut dapat
mengurangi nilai konflik dan kebiasaan yang berbeda dengan masyarakat setempat. Hal ini
dapat dicapai melalui interaksi aktif, kemampuan berbaur dengan cepat, sikap yang sopan,
ramah, serta komunikasi yang memahami dan menghargai nilai dan kebiasaan yang dianut
oleh masyarakat setempat. Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahpahaman dalam
interaksi sosial. Apa yang dianggap baik oleh mahasiswa asal Papua mungkin tidak selalu
dianggap baik dan sopan oleh masyarakat sekitar, terutama dalam hal berbicara atau
berperilaku.
Dari latar belakang yang telah dijelaskan peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Adaptasi Mahasiswa Papua di Kota Medan Terhadap Lingkungan Tempat Tinggal dan
Lingkungan Kampus”.

Anda mungkin juga menyukai