Anda di halaman 1dari 4

Annisa Dian Setyaningrum 2020

TETAP MENGAJAR DI TENGAH PANDEMI CORONA


Annisa Dian Setyaningrum (K4219006)
Pendidikan Bahasa Jawa
Universitas Sebelas Maret
Jl.Ir Sutami No.36 A, Pucangsawit, Surakarta 57126
Email : annisadians0401@gmail.com

Di tengah pandemi virus Corona yang menghantui berbagai negara salah satunya
Indonesia membuat Pemerintah segera ambil langkah. Pemerintah menetapkan sebuah
kibijakan untuk semua lapisan masyarakat agar menerapkan social distancing atau dapat
diartikan dengan menjaga jarak sosial dalam berinteraksi. Langkah social distancing itu
diwujudkan dalam sebuah himbauan dari Bapak Presiden Ir. Joko Widodo pada 15 Maret
2020 lalu, beliau menyampaikan bahwa “Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah,
dan ibadah di rumah perlu terus digencarkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19”.
Kebijakan pemerintah tentu menghadirkan banyak pro-kontra di berbagai sektor, salah
satunya adalah pendidikan.
Seperti yang kita ketahui bahwa Pemerintah telah menetapkan libur sekolah selama
14 hari, namun belajar di rumah kini diperpanjang yang seharusnya hanya hingga tanggal 28
Maret 2020 kini menjadi hingga tanggal 30 April 2020 bahkan masih bisa diperpanjang lagi
menyesuaikan keadaan hingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar
kembali. Hal itu tidak lain demi keselamatan dan kesehatan masyarakat Indonesia.
Disamping berbagai upaya yang diterapkan Pemerintah tentu memberi dampak yang cukup
besar bagi para siswa dan semua anggota pelaksana pendidikan seperti, guru, percetakan, dan
bimbingan belajar yang ada. Bagi para siswa mereka benar – benar dibuat dilema akan hal
seperti ini, karena Bapak Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim pada 24 Maret 2020
telah mengambil keputusan bahwa Ujian Nasional atau UN akan dihapuskan sebagai bentuk
respon terhadap pandemi Covid-19. Untuk itu sekolah boleh mengadakan ujian sekolah
sebagai salah satu syarat kelulusan namun tidak diizinkan melakukan sebuah kegiatan tatap
muka. Boleh menggunakan nilai semester 1-5 dan tidak ada pemaksaan terhadap sekolah
untuk dapat menyelesaikan kurikulum sampai akhir semester ini. Adanya keputusan yang
demikian jelas siswa akan merasa dilema terutama bagi siswa kelas 3 SMA/SMK/MA yang
ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Mereka dibuat bingung dengan apa saja yang
harus ia persiapkan untuk meghadapi bangku perguruan tinggi sedangkan materi tidak akan
Annisa Dian Setyaningrum 2020
disampaikan secara detail membuat bekalnya melanjutkan pendidikan itu berkurang dengan
adanya keadaan yang seperti ini. Selain materi mereka juga dibuat bertanya – tanya akan
seperti apakah ujian sekolah melalui daring itu jika sekolah menghendaki dengan menengok
latar belakang siswa yang berbeda – beda.
Mungkin bagi mereka yang serba berkecukupan itu bukanlah sebuah masalah. Lalu,
apa kabar dengan siswa dengan rumah pedesaan susah sinyal? Memang benar nilai bisa
diambil dari nilai semester 1 – 5 tapi akankah sebuah keadilan itu bisa terus tegak? Karena
tidak dapat dipungkiri bahwa seorang guru juga akan memberikan “nilai kasihan” bagi para
siswanya. Untuk nilai bagi anak SMA / SMK/ MA yang akan lanjut ke perguruan tinggi
mungkin tidak akan berpengaruh, karena untuk itu mereka hanya perlu lolos tes seleksi
masuk perguruan tinggi. Namun, untuk nilai anak SMA / SMK/ MA kelas 1 dan 2? “Nilai
Kasihan” seorang guru sangat berpengaruh terhadap SNMPTN nya kelak. Dunia pendidikan
Indonesia saat ini sedang berduka dimana sebuah kebijakan yang ditetapkan kurang
memahami lebih jauh mengenai fasilitas yang ada. Karena pada kenyatannya fasilitas itu
belum mampu menyukupi kebutuhan rakyat yang diproyeksi akan mencapai 270 juta jiwa
tahun 2020 ini.
Tak cukup sampai disitu, para siswa yang berada pada bangku Sekolah Dasar juga
diberikan pekerjaan rumah yang cukup banyak. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa
banyak orang tua mereka yang harus bekerja di lapangan seperti buruh pabrik, perawat
dirumah sakit atau penjait konveksi yang sedang kebanjiran pesanan APD dan itu semua
membuat orang tua para siswa tidak bisa bekerja dari rumah. Maka, banyak dari siswa
tersebut merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya akibat belum mampu memahami
apa maksud dari sebuah materi yang disaampaikan oleh gurunya, ditambah tidak adanya
orang tua yang mampu mendampingi menyelesaikan tugas dan menjelaskan ulang materi
yang ia terima. Hal itu sangat menghambat berjalannya proses belajar mengajar dan yang
paling parah adalah ketika siswa tidak memiliki fasilitas yang memadahi untuk melakukan
pembelajaran secara dalam jaringan atau daring. Contoh tidak adanya fasilitas tersebut adalah
ketika orang tua siswa hanya memiliki HP android untuk dirinya tanpa menyediakan untuk
putra putrinya, maka secara tidak langsung kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlaksana
dengan baik.
Hadirnya keresahan – keresahan disekitar lingkungan masyarakat kita membuat
remaja Dusun Pucung, Kelurahan Bolon, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah berpikir keras bagaimana caranya untuk terus dapat berkontribusi bagi
Annisa Dian Setyaningrum 2020
negeri di tengah pandemi Corona. Akhirnya kami diketuai oleh Angelica Putri Cahyani
Ayuningtiyas yang kerap di sapa dengan sebutan Mbak Aput adalah salah satu mahasiswi
Pendidikan Geografi UNS 2015 yang berhasil menggerakan 6 pemuda dusun, termasuk saya
yang berasal dari berbagai universitas dan dari latar belakang pendidikan yang berbeda untuk
tetap mengajar dengan ikhlas siswa-siswi mulai dari yang berada di bangku Sekolah Dasar
hingga bangku Sekolah Menengah Atas. Enam pemuda tersebut terdiri dari :
1. Fadia, Mahasiswi IAIN Surakarta
2. Chintya, Mahasiswi UNS
3.Darmawan, Mahasiswa UNS
4.Sutris, Mahasiswa UTIDAR
5.Dika, Mahasiswa UDB Surakarta
6.dan Saya, Annisa, Mahasiswi UNS
Setiap hari kami mengajar 10 siswa yang terbagi dalam 2 sesi pertemuan. Sesi
pertama di mulai dari jam 08.00 – 9.30. Lalu di lanjutkan sesi kedua mulai pukul 10.00 –
11.30 dengan 2 orang pengajar. Kami mengajar berbagai mata pelajaran untuk SD dan SMP
untuk SMA hanya mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan
Geografi. Kami melakukan hal tersebut guna memfasilitasi anak – anak yang tidak memiliki
fasilitas dalam melaksanakan pembelajaran dalam jaringan. Kegiatan tersebut kami mulai
sejak tanggal 22 Maret 2020 setiap Hari Senin sampai dengan Hari Sabtu sebagai salah satu
wujud peduli kami terhadap pendidikan Indonesia. Bersama Mbak Aput saya sadar bahwa
anak – anak muda ini sangat penting untuk terus dikawal pendidikannya, karena merekalah
yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini. Meski berbagai resiko di pundak kami karena
harus melakukan tetap muka dengan 10 anak yang berbeda setiap harinya dan bahaya Covid-
19 yang terus mengintai kami harus tetap melakukan pengajaran dengan memenuhi
kebutuhan materi pelajaran, menjaga kesehatannya, dan menjaga mentalnya.
Untuk itu kami beri mereka latihan soal dan penjelasan mengenai materi yang
disampaikan gurunya lewat media sosial guna memenuhi materi pelajaran atau kami juga
dapat menawarkan bantuan pada mereka jika mereka merasa kesulitan dalam menyelesaikan
tugas mereka. Lalu kami juga beri makanan sehat seperti roti atau sari kedelai tergantung dari
salah seorang donatur kegiatan kami guna menjaga kesehatan kami para pengajar dan anak –
anak yang belajar disini, tak luput kami juga mengenakan masker dalam mengajar serta
menyediakan handsanitizer bagi setiap orang yang keluar masuk pada ruangan belajar kami.
Untuk menjaga mental atau segi psikis anak – anak tersebut kami juga menerapkan beberapa
Annisa Dian Setyaningrum 2020
metode pembelajaran yang menyenangkan seperti tetap bernyanyi dan bermain setelah
belajar, selain itu punishment dan reward juga kami terpkan guna menjaga semangat mereka
dalam belajar.
Kami berpikir anak – anak tetaplah anak – anak mereka tidak bisa terus dikurung
dalam ruangan bertembok, mereka tetap membutuhkan ruang bermain meski hal itu sangat
sederhana. Mereka juga membutuhkan teman dalam belajar, tidak bisa jika mereka terus
menjalani harinya dengan kesendirian. Hal itu kami rasa akan membuatnya sulit dalam
bersosialisasi dengan orang lain. Mereka tidaklah mengerti seberapa bahaya virus yang ada
dilingkungan sekitarnya. Mereka membutuhkan kami untuk mengawal perkembangannya
dengan maksimal. Biarlah orang tua mereka tetap bekerja untuk mereka namun anak - anak
tetap terjaga didalam pengawasan kami. Kami dengan ikhlas menyumbangkan tenaga, pikiran
serta waktu kami demi meringankan beban siswa – siswi tersebut.
Jadi, saya rasa adanya tulisan saya saat ini mampu mengusung kegiatan ini menjadi
salah satu langkah yang menginspirasi pemuda lain untuk tetap memikirkan pendidikan bagi
generasi selanjutnya. Saya juga berharap tulisan saya juga mampu mempengaruhi pembaca
guna melahirkan gebrakan – gebrakan baru yang siap dilakukan oleh pemuda demi bersatu
melawan pandemi ini dan kembali kembalikan kehidupan negeri.

Anda mungkin juga menyukai