Mini Project DM 2015
Mini Project DM 2015
MINI PROJECT
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
I.2 Pernyataan Masalah
Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada usia lanjut. Di
Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5
juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes melitus. Menurut penelitian
epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes
di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan
kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh karena peningkatan
kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu
saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang
kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Indonesia akan
menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak
12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.
Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes
Melitus di Indonesia, dikatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk
Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes
yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena :
a) faktor demografi
b) gaya hidup yang kebarat-baratan
c) berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
d) meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin
panjang
3
c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan
akibat komplikasi tersebut.
I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan terhadap diabetes melitus sehingga dapat dilakukan promosi
kesehatan sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang
tidak menderita diabetes melitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk
masyarakat yang menderita diabetes melitus tetapi tidak berobat rutin
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan yang menjadi faktor resiko diabetes melitus sehingga dapat
dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.
I.4 Manfaat
1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes melitus dan perlunya
mengenali diabetes melitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit
diabetes melitus di masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
e) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
f) Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah
genital ataupun daerah lipatan kulit akibat jamur.
g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.
6
diperhatikan secara khusus, baik cara hidup pasien, keadaan gizi dan
kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi
DM.
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
a) Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya.
b) Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
c) Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi
(200-220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya
hipoglikemia
d) Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemi.
e) Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol gula darahnya maka diberikan obat
anti diabetes oral.
f) Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
1. Edukasi, meliputi: pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,
perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihaapi.
2. Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan
lemak 20-25%.
3. Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran jasmani.
4. Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan
olahraga.
7
urbanisasi makin tak terkendali
b) gaya hidup yang kebarat-baratan
penghasilan per kapita tinggi dan restoran siap santap
sedentary life style
c) berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
d) meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin
panjang
8
populasinya sangat luas, oleh karena itu harus dilakukan tidak hanya oleh
profesi tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.
b) Pendekatan individu beresiko tinggi
Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko
mengidap diabetes melitus. Antara lain :
a. umur > 40 tahun
b. gemuk
c. hipertensi
d. riwayat keluarga DM
e. riwayat melahirkan bayi >4 kg
f. riwayat DM pada saat kehamilan
g. dislipidemia
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi
sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat.
Cakupannya menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi
tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan tentang
perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun harus dilakukan, ditambah
dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan
kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO
menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke
dalam upaya pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini
komplikasi dapat dicegah. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
9
II.7 Kerangka Konsep
tingkat
status gizi
konsumsi
pengetahuan
Faktor
Determinan
aktivitas status gizi
genetik
pengetahuan gejala
riwayat
keluarga
pasien / masyarakat
sekitar yang datang aktivitas
ke Puskesmas
pola makan
status gizi
10
BAB III
METODE MINI PROJECT
11
BAB IV
HASIL
12
setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 6 orang diantaranya
memiliki status gizi yang berlebih/ gemuk.
13
BAB V
DISKUSI
14
Jika melihat dari segi teori di atas, bahwa jelas jika mencegah lebih baik
daripada mengobati. Hal ini juga dikarenakan banyak komplikasi yang terjadi
pada penyakit diabetes melitus. Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes
melitus, maka penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah edukasi
tentang perjalanan penyakitnya, olah raga dan perencanaan makan. Untuk itu,
dalam hal ini peran promosi kesehatan sangatlah penting dalam mencegah
penyakit diabetes melitus. Dari total 21 orang subjek perempuan dan 5 orang
subjek laki-laki yang dilakukan wawancara, didapatkan bahwa 14 orang
diantaranya tidak mengetahui apa itu diabetes melitus/ kencing manis dan
bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 12 orang mengerti apa itu diabetes
melitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya. Oleh karena itu,
sangat diperlukan promosi kesehatan sebagai usaha pencegahan primer terhadap
penyakit diabetes melitus. Mengingat jika promosi kesehatan dilakukan secara
serentak dengan mengumpulkan kader atau masyarakat di suatu ruangan kurang
efektif, maka perlunya dilakukan promosi kesehatan secara individual terutama
bagi masyarakat yang saat diwawancara sama sekali tidak mengerti apa itu
diabetes melitus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 26 orang subjek di atas, didapatkan
pada 12 orang subjek yang mengerti tentang penyakit diabetes melitus terdapat 8
orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes melitus. Untuk
faktor pola makan, dari 26 orang subjek yang diwawancara menyebutkan bahwa
sebanyak 14 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style) dan 5
orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 6
orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih. Jika melihat hasil
wawancara ini, maka sebagian masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan memiliki faktor resiko diabetes melitus. Oleh karena itu, penting
jika dilakukan pencegahan primer agar penderita diabetes melitus di Indonesia
tidak semakin meningkat.
Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup
sehat dan menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk
mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus oleh karena itu
15
penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan individu, terutama pada
individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan yang
dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes melitus, antara lain
umur > 40 tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat DM pada saat
kehamilan, dan dislipidemia.
Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang
kurang penulis melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu
beresiko atau tidak dengan maksud sasaran pencegahan primer akan lebih sampai
kepada setiap orang yang belum mengerti mengenai apa itu diabetes melitus dan
bagaimana pencegahannya. Dengan begitu, penulis dapat melakukan penyuluhan/
promosi secara individual tentang diabetes melitus dan mengedukasi jika
menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera diperiksakan ke
Puskesmas. Penulis melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan pamflet
pengaturan diet dan memberikannya kepada subjek yang sudah diedukasi. Dengan
cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan primer dan sekunder akan lebih
berhasil karena menggunakan pendekatan individual.
Dalam mini project kali ini, penulis juga menemukan 2 orang subjek yang
menderita diabetes melitus/ kencing manis tetapi tidak berobat secara rutin. Pada
kasus ini, penulis melakukan pencegahan sekunder berupa upaya untuk mencegah
komplikasi dengan edukasi agar rutin berobat, olah raga, dan pengaturan pola
makan. Diharapkan prevalensi diabetes melitus kedepannya dapat ditekan jika
seluruh lapisan masyarakat ikut serta dalan pencegahan primer ataupun sekunder.
16
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan terhadap diabetes melitus belum merata. Oleh karena itu,
diperlukan adanya promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer
dan sekunder terhadap kejadian penyakit diabetes melitus, tidak hanya
oleh petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan menjadi faktor resiko diabetes melitus. Oleh karena itu,
promosi kesehatan primer nampaknya akan lebih bermanfaat jika
dilakukan secara individual (seperti konseling) dibandingkan jika
dilakukan melalui pendekatan populasi.
VI.2 Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan
urbanisasi. Pencegahan baik perimer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan
berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
Di wilayah sekitar Puskesmas Kawangkoan perlu dilakukan promosi kesehatan
terutama sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder dalam masyarakat
terhadap penyakit diabetes melitus.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.
2. Ikatan Dokter Indonesia, 2011. Indonesian Doctor’s Compendium. Jakarta
: CV Matoari Citra Media.
3. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2000. Penatalaksanaan
Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit FK UI.
4. http://www.metris-community.com/penyebab-dan-gejala-diabetes/
5. http://majalahkesehatan.com/tanda-tanda-kencing-manis/
6. http://www.scribd.com/doc/76881746/Bab-14-Diabetes-Melitus-Word
7. http://indodiabetes.com/
8. http://www.klikdokter.com/diabetes/read/2010/07/05/112/gejala-diabetes-
melitus
9. http://obatpenyakit.biz/uncategorized/gejala-diabetes-melitus/
18