Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KAJIAN KEISLAMAN

TENTANG HUKUM MENGHILANGKAN NYAWA DIBAWAH


PENGARUH HALUSINASI DILIHAT DARI PANDANGAN ISLAM DAN
HUKUM NEGARA

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2016

i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Tugas Makalah ini telah Diterima dan Disetujui oleh dosen Keislaman dan
kemuhammadiyahan pada.
Hari/ Tanggal :
Tempat :

Dosen

(Puji Handoko S.Ag)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Tentang Hukum Menghilangkan Nyawa Dibawah Pengaruh Halusinasi
Dilihat Dari Pandangan Islam Dan Hukum Negara” ini dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktek Stase Jiwa di RSJ
Prof.dr Soerojo.
Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan atas bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Madkan Anis S.Kep Ns selaku ketua Stikes Muhammadiyah
Gombong.
2. Ibu Ike Dwi Mardiyati M.Kep S.Pj Selaku dosen pembimbing praktek
stase jiwa.
3. Bapak Puji Handoko S.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah
keagamaan dan kemuhammadiyahan
4. Pihak semua Pihak RSJ Prof.dr Soerojo Magelang yang mendukung
makalah ini.
5. Teman- teman satu angkatan DIII keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini,


meskipun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penyusun bersedia menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dan berguna untuk masa yang akan datang.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun sendiri,
pembaca maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Magelang, 10 Mei 16

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................iii
DAFTAR ISI .................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan .....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Halusinasi ..............................................................................2
B. Pengertian Pembunuhan ..........................................................................3
C. Menurut Hukum Negara .........................................................................4
D. Menurut Hukum Islam ............................................................................6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................9
Saran ..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 25 april 2015 klien atas nama Sdr.B (24 th) dibawa ke
RSJ Prof. Dr Soerojo. Klien di bawa ke RSJ karena mengamuk di rumah
dengan menendang- nendang pintu dan meludahi kakeknya. Klien di bawa
ke RSJ kali ini adalah yang ke 3 kalinya. Klien kemudian di bawa ke wisma
Basukarna RSJ Prof. Dr Soerojo. Klien lalu dilakukan anamnesa seputar
kenapa melakukan kekerasaan, klien menjawab karena ada yang
membisikan suruh marah dan lampiaskan amarahmu. Klien bercerita bahwa
dahulu pernah membunuh kakanya karena ada yang membisikan suruh
membunuh kakaknya dan klien melakukannya tanpa rasa dosa dan klien
dahulu sering menggunakan pil kolpo dan minum-minuman keras dengan
teman-temannya. Klien menanyakan saya ingin hidup normal dan tenang
dengan masa lalu yang kelam apakah Allah mengampuni dosa-dosa yang
saya perbuat.

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk memenuhi tugas kajian keislaman praktek stase jiwa Prodi DIII
keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong tahun 2016.
2. Untuk membahas kasus tentang menghilangkan nyawa seseorang dilihat
dari pandangan hukum agama dan hukum negara.
3. Untuk mengetahui hukum orang yang membunuh karena gangguan jiwa
dilihat dari aspek hukum negara dan hukum agama.
4. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang hukum
menghilangkan nyawa berdasarkan nilai agama dan hukum negara.

1
BAB II
PEMBAHASASAN

A. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Ah.Yusuf, dkk 2015)
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui pancaindra tanpa stimulus ekstern:
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Jenis- jenis Halusinasi Menurut (Stuart, 2007), jenis halusinasi antara
lain:
1. Halusinasi Pendengaran (auditorik) 70%
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi Penglihatan (visual) 20%
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometric, gambar kartun dan / atau panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan bias menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidung (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikan seperti: darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi Peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik dating dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap ( gustatory)

2
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dab menjijikan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalirmelalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

B. PENGERTIAN PEMBUNUHAN
Pembunuhan secara terminologi adalah perkara membunuh,
perbuatan membunuh. Sedangkan dalam istilah KUHP pembunuhan
adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain. Dari definisi tersebut,
maka tindak pidana pembunuhan dianggap sebagai delik material bila delik
tersebut selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang
dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh Undang-undang.
Bentuk kesalahan tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain
ini dapat berupa sengaja (dolus)dan tidak sengaja (alpa). Kesengajaan
(dolus) adalah suatu perbuatan yang dapat terjadi dengan direncanakan
terlebih dahulu atau tidak direncanakan. Tetapi yang penting dari suatu
peristiwa itu adalah adanya ”niat” yang diwujudkan melalui perbuatan yang
dilakukan sampai selesai. Berdasarkan unsur kesalahan,
tindak pidana pembunuhan dapat dibedakan menjadi :
1. Pembunuhan yang di lakukan dengan sengaja.
a) Pembunuhan Biasa
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan
tindak pidana dalam bentuk pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm), yaitu
delik yang telah dirumuskan secara lengkap dengan semua unsur-unsurnya.
b) Pembunuhan Dengan Pemberatan (Gequalificeerde Doodslag)
Hal ini diatur Pasal 339 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :
“Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan
yang dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu,
jika tertangkap tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau
pesertanya daripada hukuman, atau supaya barang yang didapatkannya
dengan melawan hukumtetap ada dalam tangannya,

3
dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun.”
c) Pembunuhan Berencana (Moord)
Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang
menyebutkan sebagai berikut :
“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan berencana,
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.”
d) Pembunuhan yang dilakukan dengan permintaan yang sangat
dan tegas oleh korban sendiri.
Jenis kejahatan ini mempunyai unsur khusus, atas permintaan yang
tegas (uitdrukkelijk) dan sungguh-sungguh /nyata (ernstig). Tidak
cukup hanya dengan persetujuan belaka, karena hal itu tidak memenuhi
perumusan Pasal 344 KUHP:
“barangsiapa yang merampas jiwa orang lain atas permintaan yang sangat
tegas dan sungguh-sungguh, orang itu dipidana dengan penjara paling
tinggi dua belas tahun ”
2. Pembunuhan tidak sengaja.
Tindak pidana yang dilakukan dengan tidak sengaja merupakan
bentuk kejahatan yang akibatnya tidak dikehendaki oleh pelaku. Kejahatan
ini diatur dalam Pasal 359 KUHP, yang rumusannya sebagai berikut :
“Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun.”

C. MENURUT HUKUM NEGARA


1. Pembunuhan yang di lakukan dengan sengaja.
a. Pembunuhan Biasa
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan
tindak pidana dalam bentuk pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm), yaitu
delik yang telah dirumuskan secara lengkap dengan semua unsur-unsurnya.
Adapun rumusan Pasal 338 KUHP adalah: “Barangsiapa sengaja
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,
denganpidana penjara paling lama lima belas tahun”.

4
Sedangkan Pasal 340 KUHP menyatakan:“Barang siapa sengaja dan
dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling lama
dua puluh tahun.”
b. Pembunuhan Dengan Pemberatan (Gequalificeerde Doodslag)
Hal ini diatur Pasal 339 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :
“Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan
yang dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu,
jika tertangkap tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau
pesertanya daripada hukuman, atau supaya barang yang didapatkannya
dengan melawan hukumtetap ada dalam tangannya,
dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun.”
c. Pembunuhan Berencana (Moord)
Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang
menyebutkan sebagai berikut :“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan
direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh
tahun.”
d. Pembunuhan yang dilakukan dengan permintaan yang sangat
dan tegas oleh korban sendiri.
Jenis kejahatan ini mempunyai unsur khusus, atas permintaan yang
tegas (uitdrukkelijk) dan sungguh-sungguh /nyata (ernstig). Tidak
cukup hanya dengan persetujuan belaka, karena hal itu tidak memenuhi
perumusan Pasal 344 KUHP: “barangsiapa yang merampas jiwa orang lain
atas permintaan yang sangat tegas dan sungguh-sungguh, orang itu
dipidana dengan penjara paling tinggi dua belas tahun ”
2. Pembunuhan Tidak Sengaja.
Tindak pidana yang dilakukan dengan tidak sengaja merupakan
bentuk kejahatan yang akibatnya tidak dikehendaki oleh pelaku. Kejahatan
ini diatur dalam Pasal 359 KUHP, yang rumusannya sebagai berikut :
“Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain,

5
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun.”.

D. MENURUT HUKUM ISLAM


Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan
atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa
orang meninggal dunia. Para ulama mendefinisikan pembunuhan dengan
suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa. Hukuman
bagi orang yang membunuh orang islam dengan sengaja, Pendapat ini
dijelaskan dalam AL-Quran:”Dan barang siapa yang membunuh orang
mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam, kekal ia
didalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta
menyediakan azab yang besar baginya”{QS.An-Nisa:93}.
Dalam islam bagi orang yang melakukan pembunuhan dilakukan Qishos
dasar hukum Qishos terdapat dalam Al Quran Al Baqarah Ayat 178 :
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu untuk
melaksanakan qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh….”
Syarat qishos
1. Orang yang membunuh sudah baligh dan berakal
2. Yang membunuh bukan ayah yang dibunuh
3. Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh
4. Orang yang dibunuh adalah orang yang terpelihara dan dilindungi
darahnya oleh islam
Jenis Denda {Diyat}
Hukum melakukan diyat bagi tersangka pembunuhan : “Barangsiapa
yang menjadi wali korban pembunuhan, maka ia diberi dua pilihan:
memilih diyat atau qisas.” (Hr. Bukhari 2434 & Muslim 1355).
Diyat ialah denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak diberlakukan
padanya hukuman bunuh.Diyat ada 2 macam:
1. Diyat {denda} Berat
Seratus ekor unta,dengan rincian 30 ekor unta betina umur 3-4 tahun,
30 ekor unta betina 4-5 tahun,dan 40 ekor unta betina yang sudah bunting.
Denda berat ini wajib:
a. Sebagai ganti hukuman qishos yang dimaafkan bagi yang melakukan
pembunuhan dengan sengaja dan dengan alat yang dapat membunuh.

6
b. Sebab pembunuhan semi{seperti}sengaja,dibayar selama 3 tahun,tiap
tahun 1/3nya.
2. Diyat {denda} Ringan
Seratus ekor unta,dengan rincuan 20 ekor unta betina umur1-2 tahun,
20 ekor unta betina 2-3 tahun, dan 20 ekor umur 3-4 tahun, dan 20 ekor
umur 4-5 tahun.
Dasar Hukum Sanksi Pembunuhan Didalam AL-Quran
1. Surat AL-Baqoroh :179
Artinya:”Dan dalam qishash itu ada{jaminan kelangsungan}hidup
bagimu,hai orang-orang yang berakal,supaya kamu bertaqwa.”
2. Surat An-Nisa’: 93
Artinya:”Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan
sengaja, maka balasannya adalah jahanam, kekal ia didalamnya dan Allah
murka kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar
baginya.”
Dasar Hukum Sanksi Pembunuhan Didalam Al-Hadits
1. Diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas’ud ra.katanya: Rassulullah SAW
bersabda: Setiap pembunuhan secara dzalim maka putra nabi Adam yang
pertama itu akan mendapat bahagian darahnya,{mendapat dosa]karena
dialah yang melakkukan pembunuhan.
2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.katanya: Sesungguhnya
Rosulullah SAW bersabda: Hari Kiamat itu akan berlaku setelah banyaknya
peristiwa Harj. Mereka bertanya: Wahai Rasululllah, Apakah Harj
itu?Baginda bersabda: Pembunuhan, pembunuhan.
Sanksi Hukum Bagi Pembunuh
Berdasarkan ayat-ayat AL-Quran dan AL-Hadits yang dikutip diatas dapat
dipahami bahwa sanksi hukum atas delik pembunuhan adalah sbb:
1. Pelaku pembunuhan yang disengaja, pihak keluarga korban dapat
memutuskan salah satu dari tiga pilihan,yaitu
a. Qishos,yaitu hukuman pembalasan setimpal dengan penderitaan
korbannya.
b. Diyat yaitu: pembunuh harus membayar denda sejumlah 100 ekor
unta, 200 ekor sapi atau 1000 ekor kambing atau bentuk lain seperti
uang senilai harganya. Diyat tersebut di serahkan kepada pihak
keluarga korban.

7
c. Pihak keluarga memaafkannya apakah harus dengan syarat atau tanpa
syarat.
2. Pelaku pembunuhan yang tidak disengaja, pihak keluarga diberikan
pilihan,yaitu:
a. Pelaku membayar diyat
b. Membayar kifarah{memerdekakan budak mukmin,3}
c. Jika tidak mampu maka pelakunya diberi hukuman moral,yaitu
berpuasa selama 2 bulan ber urut-turut.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa yang mempengaruhi
persepsi seseorang dengan rangsangan yang tidak nyata atau berespon
terhadap stimuasi yang tidak nyata yang paling sering adalah halusinasi
pendengaran yang dapat berujud bisikan untuk melakukan sesuatu, termasuk
bisikan untuk melakukan pembunuhan seperti yang dialami oleh Sdr. B
yang mendengar suara untuk melakukan tindakan kriminal dalam hal ini
pembunuhan dan tidak ada unsur kesengajaan dalam melakukan
pembunuhan tidak ada niat untuk membunuh hanya dorongan dari stimulasi
otak yang mengalami gangguan persepsi. Tapi bagaimanapun juga
pembunuhan adalah suatu perbuatan kriminal yang baik disengaja atau tidak
akan mendapatkan balasanya dan pertanggungjawabanya di dunia yang
sudak diatur dalam KUHP.
Islam juga turut mengatur karena melalui syariatnya. Syariat islam
diturunkan oleh Allah swt untuk kemaslahatan hidup manusia, baik yang
menyangkut kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Nyawa seseorang
adalah mahal, karena itu harus dijaga dan dilindungi. Ketentuan hukum
qishos mempunyai relevansi kuat dalam upaya melindungi manusia
sehingga para pelaku kriminal timbul kejeraan, lantaran harus menanggung
beban yang bakal menimpa dirinya jika ia melakukannya.
Selain itu, dapat dipetik dari sanksi hukum pidana pembunuhan adalah
pihak keluarga korban diberikan hak otonomi sepenuhnya untuk memilih
hukuman yang bakal dikenakan terhadap pelakunya. Hal ini mempunyai
relevansi kuat dengan pertimbangan psikologi keluarga. Betapa penderitaan
pihak keluarga lantaran salah satu anggotanya meninggal, lebih-lebih karena
dibunuh oleh seseorang. Pihak keluarga korban sedikit banyak mengetahui
bahwa yang terbunuh adalah salah seorang anggota keluarga yang
akhlaknya kurang baik dan atau/ tidak terpuji maka mereka dapat
memakluminya jika ia di bunuh oleh seseorang. Oleh karena itu, ia tidak
akan dendam kepada pembunuhnya bahkan kemungkinan besar akan
memaafkan pelaku dari pembunuhan dimaksud.

9
B. SARAN
Berdasarkan pada uraian tersebut diatas,maka penulis mengemukakan saran-
saran sebagai berikut:
1) Hendaknya dalam memberikan Hukuman pada Pembunuh harus
sesuai dengan Hukum yang berlaku DiIndonesia.
2) Dalam membuat keputusan Hukuman pada seorang Pembunuh harus
dilihat dari alasan kenapa dia sampai melakukan Pembunuhan.
3) Pihak keluarga korban pembunuhan hendaknya bisa menerapkan
hukuman dengan menggunakan qishos atau tidak pada seorang pembunuh.
4) Tenaga kesehatan hendaknya jangan menghakimi seseorang yang
dengan gangguan jiwa dengan sebutan kriminolog karena gangguan jiwa
adalah mereka yang tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.
5) Tenaga kesehatan memberikan support terhadap klien yang memiliki
masalah masa lampau untuk menatap masa depan memperbaiki diri dan
mampu memberikan support agar klien mau terbuka dengan masalahnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ah.yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
http://www.suduthukum.com/2014/05/tindak-pidana-pembunuhan-dalam-
kuhp.html diakses pada tanggal 03 Mei 16 jam 21:11 wib
https://konsultasisyariah.com/22174-hukuman-membunuh-dengan-
sengaja.html diakses pada tanggal 05 Mei 2016 jam 16:39 wib
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya:
Airlangga University Press.
Prof.Dr.H.Zainuddin Ali,M.A,”Hukum Pidana Islam,Jakarta:Sinar
Grafika,2007.
Prof.Drs.C.S.T.Kansil,S.H,Christine S.T.Kansil,S.H,M.H”Pokok-Pokok
Hukum Pidana Untuk Tiap Orang”,Jakarta:PT.Pradnya Paramita,

11

Anda mungkin juga menyukai