Anda di halaman 1dari 18

INOVASI TERAPI PENGGANTI NIKOTIN BERBASIS CEMBRANOIDS

PADA TEMBAKAU

Oleh :

Nurhalimah
161610101038

UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Inovasi Terapi Pengganti Nikotin Berbasis
Cembranoids pada Tembakau
2. Kegiatan : Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Berprestasi
2018
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Nurhalimah
b. NIM : 161610101038
c. Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Jember
e. Alamat Rumah dan No.Telp/HP : Dusun Karang Kebon RT 01 RW 05 Desa
Sumberlesung Kecamatan Ledokombo,
Jember / 081216470120
f. Alamat Email : nur.halimah.nh75@gmail.com
4. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. drg. Zahreni Hamzah, M.S.
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan No.Telp/HP :

Jember,......Maret 2018
Menyetujui,
Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Gigi
Universitan Jember Pelaksana Kegiatan

drg. Izzata Barid, M.Kes. Nurhalimah


NIP 196805171997022001 NIM 161610101038

Wakil Rektor I
Universitas Jember Dosen Pembimbing

Drs. Zulfikar, Ph.D. Dr. drg. Zahreni Hamzah, M.S.


NIP 19610121987021001 NIP 196104011985112001

ii
PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keIslaman, sehingga
dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Bagi penulis, penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “Inovasi


Terapi Pengganti Nikotin Berbasis Cembranoids pada Tembakau” ini merupakan
tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam
proses penyusunan karya tulis ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis
sendiri. Kalaupun pada akhirnya karya ini dapat terselesaikan tentulah karena
beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Oleh Karena itu
penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya.

Jember, 6 Maret 2018

Nurhalimah

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
PRAKATA ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB 1.PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Uraian Singkat mengenai Gagasan Kreatif ......................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan .................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan .................................................................................. 3
1.6 Metode Penulisan ................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Cembranoids ............................................................................................ 5
2.2 Upaya Mengurangi Prevalensi Perokok ............................................... 6
2.3 Cembranoids sebagai terapi untuk pecandu nikotin ........................... 7
2.3.1 Mekanisme candu nikotin .............................................................. 7
2.3.2 Mekanisme cembranoids menghentikan candu nikotin ............... 8
BAB 3. ANALISIS DAN SINTESIS ................................................................... 10
3.1 Aplikasi cembranoids tembakau sebagai inovasi medikasi candu
nikotin ............................................................................................................... 10
3.2 Mekanisme cembranoids memngurangi kereaktifan nAChRs ......... 10
BAB 4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................................... 12
4.1 Simpulan................................................................................................ 12
4.2 Rekomendasi ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iv
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan
perokok tertinggi di dunia. Dari 1,2 milyar perokok di dunia, 800 juta
diantaranya merupakan penduduk di negara berkembang dan Indonesia
menduduki peringkat ke-3 setelah Cina dan India (Sari, 2015). Prevalensi
perokok di Indonesia meningkat, tidak hanya pada orang dewasa namun pada
perokok usia remaja juga meningkat. Dari 3 orang Indonesia 2 diantaranya
adalah perokok, sedangkan untuk remaja usia 16-19 tahun di tahun 1995 yang
merokok sebanyak 7,1% dan di tahun 2014 meningkat tiga kali lipat menjadi
20,5% (Kemenkes, 2016).
Tak heran apabila prevalensi penyakit tidak menular yang
diakibatkan rokok juga meningkat sehingga menjadi salah satu beban utama
di bidang kesehatan. Beberapa penyakit tidak menular yang disebabkan rokok
yaitu Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), kanker, dan serangan jantung
(WHO, 2017). Berdasarkan data riset kesehatan dasar prevalensi penyakit
paru obstruktif kronik, kanker dan serangan jantung masing masing adalah
0,3 persen, 3,7 persen dan 1,4 per mil (Kemenkes, 2013).
Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah membuat beberapa
program promotif dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional
(RPJPN). Beberapa program yang dilaksanakan yaitu : program indonesia
sehat dengan pendekatan keluarga yang menekankan deteksi dini penyakit
tidak menular, menetapkan kawasan tanpa rokok (KTR), serta pembatasan
promosi rokok di media massa (Kemenkes, 2016 dan Christianto, 2016).
Walaupun demikian, prevalensi perokok di Indonesia masih tinggi.
Hal ini disebabkan karena harga rokok yang terjangkau. Jika dibandingkan
dengan negara lainnya, harga rokok di Indonesia sangat murah. Pajak untuk
rokok di Indonesia sebesar 10% dari cukai rokok, jumlah ini sangat rendah
jika dibandingkan dengan ketentuan dari WHO yang menyarankan penerapan
pajak sebesar 75% dari cukai rokok (WHO,2015 & Kemenkes, 2014). Di sisi

1
lain, rokok juga menghidupi para petani tembakau dan buruh yang bekerja di
pabrik rokok (Kurniawan, et al. 2015).
Hal ini menjadi suatu masalah yang sangat dilema. Usaha
pengendalian penggunaan tembakau (khususnya rokok) untuk menuju
“Indonesia Sehat” mengancam pendapatan petani tembakau. Menurunnya
produksi rokok berdampak langsung pada pembelian daun tembakau terhadap
petani tembakau (Kurniawan, et al. 2015). Itu artinya ada lebih dari 560.000
petani tembakau yang terancam pendapatannya (Dirjen Perkebunan, 2015).
Berdasarkan permasalahan yang rumit ini seolah-olah harus ada
salah satu pihak yang dikorbankan, pendapatan petani atau kesehatan
masyarakat. Pada makalah ini, penulis akan memberikan solusi yang
menghasilkan kemenangan bagi semua (win-win solution) yaitu pemanfaatan
cembranoids tembakau sebagai terapi untuk pecandu nikotin. Penulis
berharap dengan adanya solusi ini, dapat menjadi tumpuan bagi
pengembangan cembraoids tembakau sebagai bahan baku obat khususnya
sebagai terapi kecanduan nikotin di Indonesia guna mengurangi prevalensi
penyakit tidak menular yang disebabkan rokok tanpa merugikan petani
tembakau. Dengan demikian, maka Indonesia menjadi negara pertama yang
menghentikan kecanduan nikotin dengan hasil olahan tembakau.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalah yang akan dikaji berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara memaksimalkan peranan cembranoids yang
terkandung pada tembakau sebagai terapi kecanduan nikotin?
2. Bagaimana cembranoids disintesis?
3. Bagaimana peranan terapi kecanduan nikotin yang berbasis
cembraoids tembakau dalam mengurangi prevalensi perokokok di
Indonesia?
1.3 Uraian Singkat mengenai Gagasan Kreatif
Cembranoids adalah senyawa bioaktif yang dapat ditemukan di
daun dan bunga tanaman tembakau. Senyawa ini dapat dijadikan bahan terapi
kecanduan nikotin karena memiliki kemampuan memblokade reseptor

2
asetilkolin-nikotinik (nicotine acetylcholine reseptors – n AChRs).
Meskipun senyawa cembranoids dapat ditemukan juga pada karang lunak
(Sarcophyton sp.) namun penulis memilih daun tembakau, hal ini selain
bertujuan untuk merehabilitasi pecandu nikotin, penulis juga tidak ingin
merugikan petani tembakau. Ketika perokok sudah terbebas dari candu
nikotin, maka pembelian rokok akan menurun dan produksi industri rokok
juga akan menurun yang juga berdampak terhadap pembelian daun tembakau
pada petani. Oleh karena itu, agar petani tembakau tidak dirugikan, penulis
menggunakan daun tembakau sebagai terapi untuk candu nikotin.
Pemanfaatan cembranoids untuk mengatsi kecanduan terhadap
nikotin telah terbukti secara in vivo dan in vitro. Luas area tanam untuk
tembakau di Indonesia memungkinkan untuk menghasilkan tembakau yang
cukup melimpah sebagai bahan kajian terapi candu nikotin yang berbasis
cembranoids pada daun tembakau.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat inovasi terapi kecanduan nikotin berbahan dasar tembakau.
2. Mengkaji cara memaksimalkan pengolahan tembakau sebagai bahan
baku obat.
3. Mengkaji sintesis cembranoids pada tembakau sebagai obat
rehabilitatif pecandu nikotin.
4. Menganalisis pandangan ekonomi dalam pengembangan cembranoids
pada tembakau sebagai obat rehabilitatif pecandu nikotin.
1.5 Manfaat Penulisan
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kajian dan rekomendasi mengenai pemanfaatan
kandungan cembranoids pada tembakau.
2. Sebagai dasar teori dalam pengembangan terapi kecanduan nikotin
yang berbahan dasar tembakau.
1.6 Metode Penulisan
1. Teknik pengumpulan data

3
Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penulisan
kajian ini yaitu, studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto
atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
2. Teknik analisa data
Analisis data merupakan langkah yang terpenting dalam suatu
penelitian. Data yang telah diperoleh akan dianalisis pada tahap ini
sehingga dapat ditarik kesimpulan. Dalam penulisan kajian ini
menggunakan teknik analisis model Miles and Huberman. Aktivitas
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas
analisis data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut :
a. Reduksi data
Dalam penulisan karya ilmiah ini, data diperoleh melalui studi
literatur kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga
akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.
b. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai
dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan
dari hasil studi literatur, dari sumber tulisan maupun dari sumber
elektronik dikelompokkan.
c. Simpulan atau verifikasi
Simpulan dalam penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga
menjadi jelas setelah dikaji.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cembranoids
Cembranoids adalah salah satu metabolit sekunder yang ditemukan
pada beberapa spesies koral di laut dan tumbuhan tembakau. Metabolit ini
memiliki berbagai macam kegunaan sebagai obat diantaranya yaitu :
sebagai anti kanker, antiinflamasi dan bahkan sebagai obat untuk penyakit
neurodegeneratif (Ferchmin, 2009).
Koral laut sangat kaya akan metabolit ini. Meskipun cembranoids
pada koral laut dapat digunakan sebagai berbagai macam obat, namun
pemanfaatan koral laut sebagai bahan dasar obat tidak bisa dilakukan
secara berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena pentingnya menjaga
ekosistem laut. Jika koral laut terus dieksploitasi, akan berdampak pada
menurunnya kekayaan biota laut (Rinkevich, 2015).
Pada tumbuhan tembakau, bagian yang digunakan untuk
mengambil metabolit ini adalah bagian daun dan bunga tembakau.
Metabolit ini terdiri dari susunan diterpenoid yang terbentuk dari 14 rantai
karbon yang memiliki berbagai macam derajat oksigenasi (Gambar 1).
Ada dua jenis cembranoids yang dominan pada daun tembakau, yaitu : α-
duvatrienediols dan β-duvatrienediols (Ferchmin et al., 2001).

A B

(Ferchmin et al., 2001)


Gambar 1. Struktur kimia dari cembranoids tembakau. A : α-
duvatrienediols, B : β-duvatrienediols.
Cembranoids yang ada pada tembakau sudah dikenal sejak tahun
1962. Namun penelitian tentang pemanfaatan metabolit ini tidak sebanyak
penelitian cembranoids yang ada pada invertebrata di laut. Pada tahun
2001 Ferchmin et al., telah melakukan penelitian baik secara in vivo
maupun in vitro tentang kemampuan cembranoids yang terkandung pada
daun tembakau (Ferchmin et al, 2001).

5
Cembranoids memiliki sifat hidrofobik dan mampu bertindak
sebagai inhibitor non kompetitif dari reseptor asetilkolin nikotinik.
Kemampuan dari cembranoids tembakau ini telah dibuktikan dengan
penelitian secara in vitro oleh Ferchmin et al pada tahun 2001
menunjukkan bahwa pemberian cembranoids pada hewan coba tikus yang
telah diinjeksi nikotin selama tujuh hari berturut-turut mengalami
penurunan kecanduan terhadap nikotin (Ferchmin et al, 2001).
2.2 Upaya Mengurangi Prevalensi Perokok
WHO telah membuat berbagai macam kebijakan untuk mengurangi
prevalensi perokok, salah satunya adalah dengan terbentuknya traktat
Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (Framework
Convention on Tobacco Control – FCTC). FCTC membuat kebijakan
MPOWER yang merupakan singkatan dari “Monitor – Offer – Protect –
Warn – Enforce – Raise ”. Dalam kebijakan ini, WHO memantau
penggunaan tembakau dan kebijakan-kebijakan pencegahan penggunaan
tembakau, membantu perokok yang ingin berhenti merokok, dan
menaikkan pajak untuk komoditas tembakau (WHO, 2015).
Indonesia sudah terlibat dalam pembahasan FCTC ini, namun
Indonesia belum meratifikasinya sehingga tidak bisa menetapkannya
dalam peraturan perundang-undangan. Industri-industri rokok tidak setuju
atas aksesi atau ratifikasi FCTC karena dikahawatirkan akan membunuh
penghasilan petani tembakau serta buruh pabrik rokok (Kurniawan, et al.
2015).
Beberapa upaya preventif untuk mengurangi penggunaan tembakau
sebgai rokok telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI, diantaraya
yaitu : memperingati hari tanpa tembakau sedunia, menambah kawasan
tanpa rokok (Gambar 2), dan pembatasan penayanga iklan rokok di TV
(Christianto, 2016). Sayangnya upaya ini tidak membantu untuk
mengurangi jumlah perokok. Bahkan dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah
perokok semakin bertambah terlebih pada usi remaja (Kemenkes, 2016).

6
(www.kaltimpost.co.id )
Gambar 2 : Salah satu kawasan tanpa rokok.
Selain usaha pencegahan yang telah dijelaskan di atas, adapula
upaya yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan menjalankan
terapi dari dokter. Terapi bertindak sebagai pengganti nikotin, terapi yang
tersedia terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu : permen karet, koyo,
inhaler, tablet dan obat semprot. Sayangnya terapi yang telah ada masih
menggunakan nikotin, walaupun dalam jumlah yang sedikit (Nabila, et al.
2017).
2.3 Cembranoids sebagai terapi untuk pecandu nikotin
2.3.1 Mekanisme candu nikotin
Masuknya nikotin ke sistem saraf pusat menyebabkan perasaan
senang, berkurangnya rasa lelah dan memberi efek relaksasi. Hal ini yang
menyebabkan awal mula seseorang akan terus merokok. Penggunaan
nikotin secara terus menerus menyebabkan suatu keadaan yang disebut
dengan neuroadaptation, dimana perokok telah bergantung terhadap
penggunaan nikotin (D’Souza & Markou, 2011).
Nikotin dapat menyebabkan perasaan senang dan tenang
diakibatkan oleh kemampuan khususnya mengaktifkan salah satu reseptor
pada sel neuron bagian sistem mesolimbik. Reseptor tersebut adalah
nicotinic asetyl choline reseptors (nAChRs) atau disebut juga sebagai
reseptor asetilkolin nikotinik (Gambar 3). Sistem ini merupakan salah satu
sistem dopaminergik yang berada pada ventral tegmental area, yang
apabila teraktivasi akan berdampak pada pemrosesan informasi, memori,

7
dan emosi seperti hal yang terjadi pada Nucleus accumbens, hippocampus,
amigdala dan korteks prefrontal (D’Souza & Markou, 2011).

(D’souza & Markou, 2011)


Gambar 3 : reseptor asetilkolin nikotinik, A: dilihat dari sisi
samping, B: dilihat dari atas.
Selain itu, nikotin juga dapat memodulasi pelepasan dopamin
secara tidak langsung ketika berikatan dengan nAChRs pada excitatory
glutamatergic dan inhibitor gamma amino butyric acid. Apabila keduanya
teraktivasi oleh nikotin, dapat menyebabkan pelepasan glutamat sehingga
neuron dopaminergik terstimulasi. Selain pelepasan glutamat, akan terjadi
pelepasan gamma aminuo butyric acid yang nantinya akan menghambat
kerja dari neuron dopaminergik. Glutamat dan gamma amino butyric acid
berperan penting terhadap penyebab candu nikotin (D’Souza & Markou,
2011).
2.3.2 Mekanisme cembranoids menghentikan candu nikotin
Berdasarkan neurotransmisi dopaminergik, pengobatan untuk
candu nikotin yang digunakan menggunakan dua startegi, yaitu
mengurangi gejala penarikan kembali (withdrawal symptoms) atau
memblokade nikotin. Untuk mengurangi withdrawal symptoms obat yang
digunakan adalah bupropion (Gambar 4), sedangkan pengobatan dengan
strategi pemblokiran reseptor memanfaatkan reseptor antagonis dopamin
(D’Souza & Markou, 2011).

8
(en.wikipedia.org)
Gambar 4 : struktur kimia dari bupropion yang memiliki sifat
antidepresan.
Cembranoids pada tembakau bertindak sebagai senyawa allosteric
modulators, yang nantinya akan berikatan dengan reseptor pada sisi yang
beda (selain sisi agonis dan antagonis) pada nAChRs. Ikatan cembranoids
pada salah satu sisi nAChRs akan mengurangi kereaktifitasan reseptor
tersebut terhadap nikotin. Kemampuan senyawa ini berpotensi untuk
mengurangi efek candu nikotin (D’Souza & Markou, 2011).
Pada penelitian Ferchmin, et al. cembranoids tembakau telah di uji
coba pada kultur sel yang mewakili sel neuron dengan nAChRs. Kultur sel
yang digunakan mewakili tiga sel neuron, yaitu : (i) α3, α4, dan α5 dengan
atau tanpa sub unit β2 - mewakili sel dengan AchRs pada ganglion, (ii)
neuron dengan α3β4-AchR dan (iii) sel denan AchR yang memiliki sub
unit α1, β1, γ, dan δ. Ketiga aktivitas sel ini terhenti oleh cembranoids
(Fercmin, et al., 2001).

9
BAB 3. ANALISIS DAN SINTESIS
3.1 Aplikasi cembranoids tembakau sebagai inovasi medikasi candu
nikotin
Potensi cembranoids pada tembakau sebagai inovasi terapi untuk
pecandu rokok telah dijelaskan di bab sebelumnya. Agar senyawa ini
dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perlu dilakukan sintesis
cembranoids dari daun tembakau. Metode sintesi cembranoids
mengadaptasi dari metode yang pernah dilakukan oleh Sayed dan
Sylvester, pada tahun 2007 yaitu dengan metode diastereoselective.
Metode ini membentuk reaksi stereoselektif untuk menghasilkan
stereoisomer (Sayed & Sylvester, 2007).
Cembranoids yang telah dihasilkan dari ekstrak daun tembakau
kemudian dijadikan bahan tambahan untuk permen karet. Penulis memilih
aplikasi permen karet karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan obat konvensional, yaitu : mudah dikonsumsi dan tidak
memerlukan air, mengurangi efek samping terjadinya xerostomia dan
waktu onset yang cepat, karena cembranoids dapat mencapai pembuluh
darah melalui transmukosa pada rongga mulut (Aslani & Rafiei, 2012).
Formulasi permen karet cembranoids mengadaptasi formulasi yang
telah dibuat oleh Aslani dan Rafiei pada tahun 2012. Formulasi permen
karet cembranoids yaitu : cembranoids 4gr, gum bases 280 gr, gula 500gr,
larutan glukosa 200gr, gliserin 20gr, pemanis (sakarin) 3gr, dan perasa
buah 15 gr. Semua bahan dicampur pada suhu 60 ͦ C, hingga lembut
(Aslani & Rafiei, 2012).
3.2 Mekanisme cembranoids memngurangi kereaktifan nAChRs
Cembranoids yang telah berdifusi melalui transmukosa oral,
kemudian akan mengikuti peredaran darah yang nantinya sampai ke otak.
Di otak, cembranoids dengan mudah berdifusi karena sifat hidrofobik
yang dimiliki mampu membuat cembranoids lebih dinamis (Ferchmin et
al, 2001). Di otak, tepatnya di ventral tegmental area cembranoids akan
berikatan dengan nAChRs dan membentuk allosteric binding, mekanisme
ini menyebabkan responsifitas nAChRs terhadap nikotin berkurang
(Gambar 5). Itu artinya, nikotin tidak mampu mengaktifasi reward system

10
lagi pada otak karena nikotin tidak mampu mengaktifkan neuron untuk
menghasilkan dopamin pada nukleus accumben. Sebagai gantinya,
kandungan gula pada permen karet dapat menjadi pengganti nikotin untuk
memberi efek reward system.

( www.scientificallychalenged.com )
Gambar 5 : modifikasi ilustrasi sinaps oleh penulis untuk menggambarkan
cara kerja cembranoids. Terlihat bahwa cembranoids berikatan dengan
nAChRs, shingga menghambat nikotin untuk berikatan dengan reseptor
tersebut.

11
BAB 4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada karya tulis ilmiah ini, dapat disimpulkan
beberapa hal berikut :
1. Tembakau memiliki senyawa metabolit yang berpotensi sebagai terapi
untuk pecandu nikotin (perokok) yang disebut sebagai cembranoids.
2. Cembranoids memiliki kemampuan allosteric binding untuk berikatan
dengan reseptor asetilkolin nikotinik sehingga menghambat ikatan
reseptor tersebut dengan nikotin.
3. Sediaan permen karet yang mengandung cembranoids tembakau dapat
dimanfaatkan sebagai terapi untuk pecandu rokok.
4.2 Rekomendasi
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang optimalisasi sintesi
cembranoids pada tembakau.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara klinis untuk mengetahui
efektivitas permen karet berbasis cembranoids tembakau.

12
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zulkifli. 2017. Berhenti Merokok. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI / RSCM ( www.indonesianjurnalchest.com )
Aslani, A & Rafiei, S. 2012. Design, Formulation and Evaluation of Nicotine
Chewing Gum. Iran : Isfahan University of Medical Science
Christianto, H. 2016. Perlindungan Hak Anak Terhadap Iklan Rokok yang tidak
Memperagakan Wujud Rokok.
(https://www.researchgate.net/publication/292610653_Perlindungan_Hak_
Anak_terhadap_Iklan_Rokok_yang_tidak_Memperagakan_Wujud_Rokok)
D’Souza, M.S & Markou, A. 2011. Neuronal Mechanism Underlying
Development of Nicotine Dependence : Implication for Novel Smoking-
Cessation Treatments. California : School of Medicine University of
California, San Diego La Jolla
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2014 –
2016 Tembakau. Jakarta : Direktorat Jenderal Perkebunan.
(http://ditjenbun.pertanian.go.id )
Ferchmin, P.A. 2001. Tobacco Cembranoids Block Behavioral sensitization to
Nicotine and Inhibit Neuronal Acetylcholine Receptor Function. Puerto
Rico : Willey-Lis Inc.
Ferchmin, PA., et al. 2010. Action of Octocoral and Tobacco Cembranoids on
Nicotinic Receptors. Departement of Biochemistry, Universidad Central de
Caribe, Baymon PR.

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat


dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta : Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan RI. 2016. HTTS 2016: Suarakan Kebenaran, Jangan
Bunuh Dirimu dengan Candu Rokok. ( www.depkes.go.id )
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Panduan Umum Penggunaan Dana Pajak Rokok
untuk Bidang Kesehatan. Jakarta : Kemenkes RI
Kurniawan, D.W., Jayadi, A., Ahsan, A., dan Wiyono, N.H. 2015. Petani
Tembakau di Indonesia : Sebuah Paradoks Kehidupan. Indonesia Institute
for Social Development.

13
(https://www.researchgate.net/publication/304571423_Petani_Tembakau_di
_Indonesia_Sebuah_Paradoks_Kehidupan )
Nabila, F.S., Sukohar, A., dan Setiawan G. 2017. Terapi Pengganti Nikotin
sebagai Upaya Menghentikan Kebiasaan Merokok. Bandar Lampung :
Universitas Lampung – FK bagian Farmakologi
Rinkevich, B. 2015. Climate Change and Activate Reef Restoration – Ways of
Constructing the “Reefs of Tomorrow”. www.mdpi.com/journal/jmse
Sari, S.M., Afandi, D. dan Fauzi, Z.A. 2015. Gambaran Perilaku Merokok Guru di
Lingkungan Sekolah Menengah Pertama di Pekanbaru. (
https://media.neliti.com/media/publications/183253-ID-gambaran-perilaku-
merokok-guru-di-lingku.pdf )
World Health Organization. 2017. Tobacco and its Enviromental Impact : an
Overview. Swiss : WHO. ( http://apps.who.int/iris. )
World Health Organization. 2015. WHO Report on The Global Tobacco
Epidemic. (Raising Taxes on Tobacco). Luxembourg : WHO

14

Anda mungkin juga menyukai