Makalah Trauma Abdomen Kel 5
Makalah Trauma Abdomen Kel 5
Oleh : Kelompok 5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
14
BAB I
PENDAHULUAN
15
organ multipel. Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang
untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama
ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun
ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada
daerah abdomen. Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun.
Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada
trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai,
misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih
merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk
pengelolaan secara optimal. (Hudak & Gallo, 2001)
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma,
gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan
diagnosis. (Workman, 2006)
16
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui lebih lanjut tentang asuhan keperawatan yang baik untuk
pasien trauma abdomen
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari abdomen
2. Mengetahui pengertian trauma abdomen.
3. Mengetahui epidemiologi trauma abdomen.
4. Mengetahui etiologi trauma abdomen.
5. Mengetahui patofisiologi trauma abdomen.
6. Mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen.
7. Mengetahui mekanisme trauma abdomen
8. Mengetahui komplikasi trauma abdomen.
9. Mengetahui pemeriksaan diagnostik trauma abdomen.
10. Mengetahui penatalaksaan khusus trauma abdomen
11. Mengetahui penatalaksanaan trauma abdomen.
12. Mengetahui asuhan keperawatan trauma abdomen.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Keterangan :
1. Hipokhondriak kanan
2. Epigastrik
3. Hipokhondriak kiri
18
4. Lumbal kanan
5. Pusar (umbilikus)
6. Lumbal kiri
7. Ilium kanan
8. Hipogastrik
9. Ilium kiri
Keterangan :
A. Diafragma
B. Esofagus
C. Lambung
D. Kaliks kiri
E. Pankreas
F. Kolon desenden
G. Kolon transversum
H. Usus halus
19
I. Kolon sigmoid
J. Kandung kencing
K. Apendiks
L. Sekum
M. Illium
N. Kolon asenden
O. Kandung empedu
P. Liver
Q. Lobus kanan
R. Lobus kiri
Menurut Suddarth & Brunner, 2002 isi dari rongga abdomen adalah
sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus
besar
a. Lambung
Fungsi lambung:
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung
sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus
halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar. Fungsi usus
20
halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung isi
duodenum adalah alkali.
Usus besar adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup
ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu
setengah meter.
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma.
21
e. Kandung Empedu
f. Pankreas
22
Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan
limposit
2. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
homoglobin dan zat besi bebas.
2.3 Epidemiologi
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam.
Pada trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya
menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi
sering menimbulkan kerusakan organ multipel. Pada intraperitoneal, trauma
tumpul abdomen paling sering menciderai organlimpa (40-55%), hati (35-
45%), dan usus halus (5-10%) (Cho et al, 2012). Sedangkan pada
retroperitoneal, organ yang paling sering cedera adalah ginjal, dan organ yang
paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter (Demetriades, 2000). Pada
trauma tajam abdomen paling sering mengenai hati(40%), usus kecil (30%),
23
diafragma (20%), dan usus besar (15%) (American College of Surgeons
Committee on Trauma, 2008).
Menurut Mansjoer, 2001 trauma pada abdomen disebabkan oleh dua kekuatan
yang merusak, yaitu :
24
2. Trauma tembus/ benda tajam
Organ pada abdomen yang terkena kerusakan terbagi atas dua (Swearingen
& Kose, 1999), yaitu :
25
1. Memar/jejas pada dinding perut
2. Kehilangan darah
3. Kerusakan organ-organ
4. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kelakuan (rigidity) dinding
perut
5. Iritasi cairan usus
2.6 Patofisiologi
Trauma tumpul pada abdomen disebabkan oleh pengguntingan,
penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus atau
struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan pada
setiap struktur didalam abdomen. Tembakan menyebabkan perforasi pada
perut atau usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis.
Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen
adalah :
1. Limpa
Merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan
oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan masif yang
26
berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua upaya dilakukan untuk
memperbaiki kerusakan di limpa.
2. Liver
Karena ukuran dan letaknya, hati merupakan organ yang paling sering
terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali
kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan
apabila terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan
mendrainase cairan empedu.
3. Esofagus bawah dan lambung
Kadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh luka tembus.
Karena lambung fleksibel dan letaknya yang mudah berpindah, sehingga
perlukaan jarang disebabkan oleh trauma tumpul tapi sering disebabkan
oleh luka tembus langsung.
4. Pankreas dan duodenum
Walaupun trauma pada pankreas dan duodenum jarang terjadi. Tetapi
trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi
disebkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum, hal ini disebabkan
karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi kerusakan.
27
tembak kecepatan rendah menyebabkan kerusakan jaringan dengan laserasi
dan memotong.Kecepatan tinggi pada luka tembak mentransferenergi kinetic
lebih ke abdomen visera (American College of Surgeons Committee on
Trauma, 2008)
28
4. Pemeriksaan urine rutin
5. VP (Intravenous Pyelogram)
a. Hamil
29
7. Ultrasonografi dan CT Scan
1. Abdominal paracentesis
2. Pemeriksaan laparoskopi
30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
a. Airway
Bebas, tidak ada sumbatan. Pada tindakan airway ini diikuti dengan chest
pain
b. Breathing
Klien terlihat sesak dengan RR : 30 x/menit. Berikan terapi O2 pada
pasien
c. Circulasi
TD : 80/50 mmHg
N : 128x/menit
Terdapat perdarahan pada abdomen kanan atas akibat trauma tajam.
Berikan resusitasi cairan pada pasien karena ditakutkan pasien
mengalami syok hipovolemik
d. Disability
GCS : 12. Kesadaran : somnolen
e. Exposure
Terdapat trauma tajam pada abdomen kanan atas.
31
3.3 Secondary Survey
a. Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala
dapat digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik,
konjungtiva tidak anemis. Hidung simetris tidak ada secret.
b. Leher
Tidak ada kaku kuduk
c. Paru
a) Inspeksi : bentuk simetris
b) Palpasi : fremitus vokal kanan dan kiri sama
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : vesikuler
d. Abdomen
a) Inspeksi : terdapat trauma tajam pada abdomen kanan atas
b) Auskultasi : tidak terdapat bising usus
c) Palpasi : tidak ada pembesaran hati
e. Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan
otot ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.
32
3. Resiko tinggi infeksi b. d kontaminasi bakteri
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
33
aksesoris 4. Memonitor efek perubahan posisi
pada oksigenasi: ABG, SaO2, SvO2,
akhir - tidal CO2, Qsp / Qt, tingkat A-
aDO2
5. Auskultasi suara napas, catat daerah
menurun atau tidak ada ventilasi, dan
kehadiran suara adventif
6. Memantau kelelahan otot pernafasan
7. Memonitor pernapasan dan oksigenasi
status
8. Mengajarkan teknik pernapasan, yang
sesuai
34
edema peripheral 3. Monitor BB
4. Monitor intake dan output
5. Monitor TD, RR, Nadi, dan suhu
6. Jaga keakuratan intake dan output
Hidrasi
Indikator:
Hidrasi kulit
Kelembapan
membran mukosa
Tidak ada edema
peripheral
35
Kontrol Risiko : berisiko
Proses Infeksi 4. Mendorong asupan cairan, yang sesua
5. Mendorong istirahat
Indikator :
Mencari validasi
risiko infeksi
yang dirasakan
Memonitor
lingkungan untuk
faktor yang
terkait dengan
risiko infeksi
Mempertahankan
lingkungan yang
bersih
Menggunakan
kewaspadaan
universal
Memantau
perubahan status
kesehatan umum
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/
mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan
memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip
pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan A (Airway), B
(Breathing), C (Circulation). Pada kasus di atas Tn. M mengalami Trauma
tumpul akibat dari tabrakan kendaraan sehingga dada dan perut kanannya
membentur aspal. Masalah keperawatan yang timbul pada klien antara lain:
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri
berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen
serta resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan
datang.
37
DAFTAR PUSTAKA
Hary, Eljau. 2012. Trauma Tumpul Abdomen. Diakses tanggal 4 Maret 2015
melalui https://eljauhary.files.wordpress.com/2012/12/trauma-tumpul-
abdomen-lecture.docx.
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Olisa, Jita. 2012. Manifestasi Klinis dan Komplikasi Trauma Abdomen. Diakses
tanggal 5 Maret 2015 melalui https://id. scribd.com/doc/87626839/
Manifestasi-Klinis-Dan-Komplikasi-Trauma-Abdomen
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
38