htm
Peluang usaha
budidaya paprika? Apakah anda menyukai paprika? Paprika merupakan sayuran yang berbentuk bulat dengan
warna, hijau, merah, dan kuning. Penanaman paprika bisa dikatakan sangat mudah karena Anda bisa menanamnya
menggunakan pot. Selain dapat digunakan sebagai bahan untuk memasak paprika juga dapat digunakan sebagai
tanaman hias dengan tampilan yang sangat menarik. Paprika sendiri sebanarnya masih merupakan salah satu famili
dengan cabe merah besar hanya saja jenis varietasnya yang berbeda. Untuk penanaman paprika sebanrnya juga
sama dengan cabe merah besar. Solusi yang tepat jika Anda tidak memiliki lahan yang luas untuk proses penanaman
paprika maka Anda bisa menggunakan pot. Namun bagi Anda yang memiliki lahan luas sebaiknya
membudidayakan paprika untuk menambah penghasilan setiap harinya. Budidaya paprika sangat mudah dan bisa
dilakukan oleh siapa saja. Paprika sebenarnya salah satu jenis sayuran yang dapat ditanam di daerah dengan dataran
tinggi dengan hawa yang sejuk. Pengaruh cuaca di dataran tinggi akan membuat produksi paprika lebih maksimal.
Kebutuhan paprika semakin terus meningkat karena sering digunakan sebagai salah satu bahan tambahan untuk
memasak. Banyaknya kebutuhan paprika membuat potensi dari budidaya paprika sangat menguntungkan untuk
dijalani. Bagi Anda yang ingin menjalankan budidaya paprika di bawah ini ada beberapa hal penting yang perlu
Anda perhatikan.
Sebelum melakukan proses penanaman Anda harus memilih bibit atau benih paprika dengan kualitas yang bermutu
tinggi. Masa kadaluarsa perlu diperhatikan supaya Anda mendapatkan benih paprika yang tepat. Benih yang
digunakan juga harus memiliki vigor atau daya kecambah tinggi. Penaman bibit parprika menggunakan media tanah
yang lembut. Selain itu Anda juga bisa menggunakan serbuk sabut kelapa.
2. Pemeliharaan
Setelah benih di tanam proses selanjutnya adalah perawatan dan pemeliharaan dari tanaman paprika itu sendiri.
Pemeliharaan bisa dilakukan dengan pemberian pupuk. Pemberian pupuk akan membuat tanaman paprika dapat
tumbuh lebih subur sehingga akan menghasilkan paprika dalam jumlah banyak. Selain pemberian pupuk Anda juga
harus rutin untuk melakukan proses penyeperotan obat hama.
3. Pemanenan
Buah paprika dapat dipanen setelah 2 minggu bakal buah muncul. Buah paprika yang dapat dipanen biasanya
memiliki warna merah, kuning, hdan hijau. Setiap jenis varietas paprika biasanya menghasilkan buah paprika
dengan warna yang berbeda-beda.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan peluang bisnis budidaya paprika dapat Anda
perhatikan di atas. Bagi Anda yang ingin budidaya paprika sebenarnya tidak hanya memperhatikan persiapan apa
saja yang perlu diperhatikan namun Anda juga perlu mengetahui persiapan modal dalam menjalankan bisnis
budidaya paprika. Persiapan modal dalam menjalankan bisnis budidaya paprika dapat anda lihat dari hitungan analis
ausaha di bawah ini.
Asumsi
Investasi
Peralatan Harga
Biaya Tetap
http://reaksince.blogspot.com/2011/07/analisis-biaya-produksi-budidaya.html
PENDAHULUAN
Pertambahan penduduk menyebabkan bahan pangan turut meningkat pula, termasuk di dalamnya permintaan
terhadap sayuran sebagai sumber bahan pangan nabati. Peningkatan permintaan bahan pangan nabati tersebut akan
mendorong pengembangan usaha pertanian yang lebih intensif. Usaha pertanian yang memanfaatkan sumber daya lokal,
baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam jumlah besar akan mampu memberikan kontribusi yang sangat
berarti bagi kelangsungan perekonomian bangsa sehingga sektor pertanian menjadi basis untuk memperkuat perekonomian
bangsa sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mensejahterakan masyarakat petani Indonesia yang merupakan mayoritas
dari jumlah penduduk dan sebagian besar merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah.
Kegiatan pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan, diarahkan pada pertanian yang maju, rasional, efisien, dan tangguh. Pertanian tersebut didirikan
dengan penggunaan teknologi yang maju dan berwawasan lingkungan, sistem pengelolaan yang berorientasi bisnis dan
berkelanjutan, penggunaan faktor produksi yang padat modal, berwawasan lingkungan yang bersih dan terkendali, serta
Pengembangan usaha dalam sektor pertanian hortikultura diantaranya adalah budidaya tanaman paprika dalam
screenhouse.
Budidaya tanaman sayuran dalam screenhouse, memiliki beberapa kelebihan seperti pengaruh perubahan cuaca
yang cukup ekstrim dapat diminimalisir, kondisi lahan (media tanam) yang dapat diatur sedemikian rupa, penyerapan nutrisi
(pupuk) yang optimal, system irigasi (pengairan) yang teratur dan efisien mengunakan system Drip irigation atau irigasi tetes,
yaitu sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar
tanaman.
Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan
kecepatan sangat pelan, sehingga jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk
pertumbuhan maksimum. Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air akibat penguapan, limpasan,
overspray, erosi dan angin. Sistem irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem manual yang
memiliki efisiensi 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram. Dengan sistem ini akan menghemat penggunaan air untuk
menyiram tanaman, banyak sekali menghemat waktu dan uang karena tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu
yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak. Sehingga kualitas dan kontinuitas produksi
akan terjaga dengan baik, serta pengendalian hama penyakit dapat ditekan seminimal mungkin. Selain itu produktifitas
tanaman dapat lebih tinggi dibandingkan pada lahan luar. Budidaya tanaman sayuran (hortikultura) dalam screenhouse
merupakan kegiatan usaha padat modal dan dibutuhkan keahlian (skill) yang cukup memadai, sehingga sulit
dilakukan/dijalankan oleh petani biasa (tradisional), hal ini berdampak pada stabilitas harga yang relative stabil dan lebih
Cabai paprika (capsicum annum) merupakan tanaman hortikultura yang dimanfaatkan untuk keperluan pangan.
Selain itu cabai paprika juga digunakan dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna
bahan makanan. Cabai paprika merupakan tanaman komoditas sayuran yang penting, yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masayarakat sehari-hari. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai
komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah. Selain digunakan untuk konsumsi rumah
tangga dan masakan luar negeri, berbagai kelompok industri pengolahan makanan yang menggunakan cabai paprika sebagai
bahan baku utama/bahan campuran antara lain : industri mie, bihun, kecap, kerupuk, emping, karak,dan sebagainya . Oleh
sebab itu penulis ingin mengetahui analisis biaya produksi budidaya agribisnis tanaman paprika sebagai produk budidaya
sayuran ekslusif dalam screenhouse yang mampu bersaing baik dari segi kualitas, kuantitas, kontinuitas, harga maupun
TINJAUAN PUSTAKA
Cabai paprika (capsicum annum var. Grossum) termasuk family terung-terungan (solanaceae). Tanaman ini termasuk
golongan tanaman semusim atau tanaman berumur pendek. Tanaman cabai paprika tumbuh sebagai perdu atau semak,
Klasifikasi tanaman cabai paprika dalam ilmu tumbuhan, sistematika (taksonomi) tanaman cabai paprika adalah
sebagai berikut :
Ordo : Solanales
Genus : Capsicum
Varietas : Grossum
Agar tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tanaman cabai paprika memerlukan temperature 21 o C - 27 o C
pada siang hari dan 13o C - 16 o C pada malam hari. Dan tanaman paprika memerlukan kelembaban udara sekitar 80%. Curah
hujan 250 mm/bulan ketinggian tempat 700 m dpl – 1500 m dpl. Dan cahaya matahari, pada masa awal fase pertumbuhan,
tanaman cabai paprika memerlukan intensitas cahaya matahari yang rendah. Penyinaran secara langsung dengan intensitas
cahaya yang tinggi dapat mematikan tanaman (bibit). Oleh karena itu, pada masa awal pertumbuhan, tanaman cabai harus
diberi naungan.
Cabai paprika mengandung zat oleoresin yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik,
misalnya alkohol dan heksan. Di industri pangan, oleoresin paprika banyak digunakan sebagai pewarna bahan makanan.
Pewarna oleoresin memiliki ketahanan panas yang lebih baik dibandingkan dengan pewarna makanan lainnya dan dapat
digunakan pada kisaran pH yang luas yakni antara 1-9. Selain itu oleoresin paprika juga lebih ekonomis, memiliki flavor yang
kuat dan dapat dikontrol serta lebih bersih. ( Bambang cahyono, 2007)
Pada umumnya, cabai paprika mengandung 0,1 % - 1% rasa pedas, yang disebabkan zat capsaicin dan
1: Kandungan gizi (komposisi kimia) buah cabai paprika segar dalam setiap 100 g bahan yang dapat dimakan
1 Kalori --
2 Protein 0.90 g
3 Lemak 0,30 g
4 Karbohidrat 4,40 g
5 Kalsium 7,00 mg
6 Fosfor 22,00 mg
8 Vitamin A 22,00 IU
11 Vitamin C 160,00 mg
12 Niasin 0,40 mg
Sumber : Tabel Of Representative Value Of Food Commonly Used In Tropical Countries (1982) dalam Imam Harjono, 1994.
Rumah kaca (atau rumah hijau) adalah sebuah bangunan di mana tanaman dibudidayakan. Sebuah rumah kaca
terbuat dari gelas atau plastik yang menjadi panas karena radiasi elektromagnetik yang datang dari matahari memanaskan
Greenhouse dalam istilah disini adalah suatu bangunan atau rumah yang dirancang sedemikian rupa untuk menaungi
tanaman dengan menggunakan atap kaca atau plastik transparan agar dapat meneruskan cahaya matahari yang optimal,
banyak juga yang menyebut screenhouse. Greenhouse biasanya dibangun pada ketinggian 500-1500 M dpl, walaupun pada
ketinggian dibawah 500 M dpl masih bisa, tetapi biasanya kurang optimal produksinya, misalnya dalam
penyiraman/pemberian nutrisi akan lebih banyak volumenya dibandingkan dengan dataran tinggi, ini disebabkan intensitas
penyinaran dan suhu didataran rendah lebih tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi, sehingga evapotranspirasipun tinggi.
Greenhouse yang dibangun pada ketinggian dibawah 500 M dpl biasanya untuk Nursery/pembibitan, penelitian, atau untuk
Bahkan di Negara lain, greenhouse sudah banyak di pakai untuk atap pengeringan industri pertanian. Jenis plastik yang biasa
digunakan sebagai atap greenhouse yang kuat terhadap faktor iklim antara lain plastik UV, plastik film, polyethylene dan
fiberglass. Plastik UV adalah plastik yang dilapisi bahan kimia tertentu, sehingga dapat menahan sinar ultraviolet yang
berlebihan tanpa merusak tanaman. Untuk kebutuhan jenis plastik yang umum diperdagangkan di Indonesia adalah jenis
plastik UV 6%, 8%, dan 12%, dengan ketebalan sekitar 150 -200 micron. (Edi sugiyanto, 2009)
Plastik UV yang tersedia dipasaran bermacam-macam dan di kelompokan berdasarkan atap greenhouse yang
menggunakan plastik UV, terdapat Angka-angka persen UV seperti 6%, 12% dan 14% itu berarti banyaknya kandungan bahan
kima yang terkandung, semakin banyak bahan kima ada, semakin besar pula kemampuan plastik UV untuk menahan sinar.
Disekeliling greenhouse sebaiknya dipasang dinding pengaman. dinding pengaman ini berfungsi melindungi tanaman dari
berbagai gangguan yang datang dari luar, yang sifatnya dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Contohnya mencegah
masuknya serangga. Dinding pengaman ini yang biasa dipakai adalah sejenis screen, polynet, dsb. (Edi sugiyanto, 2009)
Bentuk Greenhouse selalu mengikuti struktur kerangka yang dibuat. Kekuatan atau kekokohan tersebut selain
ditentukan dari pemilihan bahan material yang digunakan, juga tergantung dari model struktur kerangka yang dibuat. Bentuk
greenhouse yang umumnya digunakan di Indonesia antaralain, piggy back system (joglo), dan tunnelhouse. Bentuk piggy
back system adalah bentuk seperti rumah biasa dengan tambahan atap kecil di bagian atasnya. Tambahan tersebut berfungsi
sebagai ventilator, akibatnya hawa panas yang ada di dalam greenhouse akan tertekan keluar melalui lubang di atas.
Tunnelhouse adalah greenhouse yang terbentuk seperti terowongan, bagian atap melengung setengah lingakaran. Bentuk
dan ukuran greenhouse bisa mempengaruhi temperatur dan kelembaban di dalamnya, dengan demikian akan berpengaruh
juga terhadap pertumbuhan tanaman. Misalnya, tinggi greenhouse akan berperan dalam menciptakan perbedaan suhu di
luar dan di dalam greenhouse, sedangkan lebar dan panjangnya berperan terhadap kekuatan greenhouse. Oleh karena itu,
supaya tidak terjadi perbedaan yang ekstrim antara suhu di dalam dan di luar greenhouse, maka greenhouse di buat
sedemikian rupa sesuai dengan keadaan setempat, sehingga sirkulasi udara yang masuk dan keluar dapat berjalan dengan
baik. Bentuk dan ukuran greenhouse biasanya harus mempertimbangkan curah hujan, kecepatan angin dan jenis tanaman
Syarat ketinggian, suhu, RH, sinar matahari pada dasarnya sayuran & bunga dengan system hidroponik dapat tumbuh
pada semua dataran di Indonesia, tetapi karena hidroponik komersial dengan menggunakan Greenhouse, maka faktor iklim
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban (RH). Intensitas cahaya
yang dibutuhkan adalah 5-7 jam per hari, tetapi diusahakan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam greenhouse
adalah 60-70 %.
Untuk type iklim tersebut tersebar dari daerah Jawa Barat : Cipanas, Megamendung sekitar, Ciapus, Parung,
Goalpara, Cugenang, Salabintana, Lembang, Pengalengan, Garut. Jawa Tengah :Ungaran, Wonosobo, Guci-Slawi. Jawa Timur:
Nongkojajar, Batu-Malang. Bali, Lombok, Berastagi-Medan, Malakaji-Sulsel, Tomohon. (Edi Sugiyanto, 2008).
2.3. Sistem pengairan screenhouse/ greenhouse
Selain itu keberlangsungan hidup dan produk yang dihasilkan tanaman hidroponik tidak terlepas dari kerja sistem
irigasi itu sendiri, karena irigasi bukan hanya mensupply air untuk tanaman, akan tetapi air itu sendiri berperan membawa
nutrisi/pupuk yang dibutuhkan tanaman, sebab tanaman yang menggunakan sistem hidroponik cenderung tidak dapat
mencari unsur hara secara alami ke tanah, akan tetapi menggunakan media yang telah disesuaikan sehingga perlu adanya
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini
sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah karena tempat
yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan
pada tanaman satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah
diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah
berlangsung sejak Mesir Kuno. Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang
diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.
Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada
tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan
mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah udara yang diperlukan oleh akar
tanaman untuk pertumbuhan yang sehat. Jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk
pertumbuhan maksimum. Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air akibat penguapan, limpasan,
overspray, erosi dan angin.sistem irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem manual yang
memiliki efesiensi 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram, dengan sistem ini kita akan menghemat penggunaan air
untuk menyiram tanaman. Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang
karena sistemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes
dengan menambahkan digital timer. Digital timers can be set to turn on automatically at any time of day and for as long as
necessary. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat selama diperlukan. Sistem irigasi
tetes bekerja dengan tekanan rendah, volume penyemprot rendah yang ideal untuk menjaga tanaman basah.
Penggunaannya sangat mudah, dengan dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan irigasi tetes yang dioperasikan dengan
5.2. Pembahasan
Cabai paprika (capsicum annum) merupakan tanaman hortikultura yang dimanfaatkan untuk keperluan pangan.
Cabai paprika merupakan tanaman komoditas sayuran yang penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masayarakat sehari-hari. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai komoditas yang
bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah. Selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan
masakan luar negeri, berbagai kelompok industri pengolahan makanan yang menggunakan cabai paprika sebagai bahan baku
utama/bahan campuran.
Secara umum tanaman ini memerlukan temperatur 21 o C - 27 o C pada siang hari dan 13o C - 16 o C pada malam hari.
Dan tanaman paprika memerlukan kelembaban udara sekitar 60%-80%. Curah hujan 250 mm/bulan ketinggian tempat 700
mdpl – 1500 m dpl. Penyinaran 8-12 jam/ hari (long day plant). Dalam budidaya paprika, diperlukan keterampilan untuk
menerapkan pengetahuan dan teknik budidaya yang sesuai dengan daya duknung agroekosistem, dengan tinjauan berbagai
aspek agronomis dan agroekonomi. Keterampilan yang kurang dan pengetahuan yang tidak memadai tentang cabai aprika
yang dibudidayakan dapat menyebabkan kegagalan dan kerugian yang besar. Selain keterampilan dan pengetahuan, dalam
membudidayakan cabai paprika sangat dibutuhkan juga modal usaha yang cukup memadai. (Bambang, 2007)
Berbagai aspek agronomi yang harus diperhatikan dalam membudidayakan cabai paprika dengan sistem hidroponik
dalam memulai membuka peluang usaha disektor ini antara lain : Pemilihan lokasi dan pembangunan screenhouse,
pembibitan/penyemaian benih, penanaman, penyiraman, pemeliharaan, pemberian nutrisi, pengendalian hama dan
Dalam usaha budidaya paprika hidroponik tidak terlepas dari tiga modal utama yang harus terpenuhi yaitu :
Pemilihan lokasi
terpenuhi agar tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Sebab dalam usaha budidaya paprika
pemilihan lokasi, pembangunan screenhouse dan instalasi irigasi merupakan modal yang cukup besar pengeluarannya akan
tetapi hanya satu kali pengeluaran dan dapat digunakan secara kontinuitas. Khususnya pembangunan screenhouse yang
akan mempengaruhi terhadap syarat pertumbuhan tanaman paprika dari mulai permukaan tanah, sumber air, ketinggian
Bambu all
1 Batang 1650 5000 8.250.000
grade
Plastik
3 dinding (8 Kg 50 22000 1.100.000
mm)
Paku all
6 Kg 40 9000 360000
grade
Kawat
8 Kg 35 19000 665000
bentang
Tambang
9 Rol 4 85000 340000
kecil
Karet
10 Ikat 5 22000 110000
cemped
Upah
11 Tenaga HOK 30 40000 1.200.000
Kerja
Keterangan :
Masa Ekonomis Screen House 5 Tahun ( 5 Periode )
Tiang dasar Menggunakan pasak untuk menyambungkan bambu satu ama lain sehingga tidak mudah goyang terdiri dari :
Tiang utama, tiang ke-2 dan ke-3, palang dada, palang dinding, atap 1 dan atap 2, juga bentangan siku-siku yang menjadikan
bangunan tersebut kaut. Bagian depan ini sama halnya seperti bagian belakang, hanya tidak terdapat rangka untuk pintu
masuk.
Greenhouse dalam istilah disini adalah suatu bangunan atau rumah yang dirancang sedemikian rupa untuk menaungi
tanaman dengan menggunakan atap kaca atau plastik transparan agar dapat meneruskan cahaya matahari yang optimal,
Bentuk dan design kontruksi greenhouse atau screenhouse yang digunakan adalah bentuk piggy back system atau
disebut juga sistem monitor yang memiliki atap dua tingkat. Bentuknya seperti rumah biasa dengan tambahan atap kecil di
bagian atasnya. Tambahan atap tersebut berfungsi sebagai ventilator atau sirkulasi udara, akibatnya hawa panas yang ada di
dalam greenhouse akan tertekan keluar melalui lubang di atas, sehingga sirkulasi udara yang masuk dan keluar dapat
berjalan dengan baik. Berbeda dengan penggunaan screenhouse berbentuk Tunnelhouse yaitu greenhouse yang terbentuk
seperti terowongan, bagian atapnya melengung setengah lingkaran, kecil sekali sirkulasi untuk menekan temperatur
Karena bentuk dan ukuran screenhouse bisa mempengaruhi temperatur dan kelembaban di dalamnya, dengan
demikian akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan tanaman dan mesti diperhatikan betul-betul akan pengaruh yang
Pengunaan model screenhouse seperti, tinggi screenhouse akan berperan dalam menciptakan perbedaan suhu di
luar dan di dalam screenhouse, sedangkan lebar dan panjangnya berperan terhadap kekuatan screenhouse. Oleh sebab itu,
supaya tidak terjadi perbedaan yang ekstrim antara suhu di dalam dan di luar screenhouse, maka screenhouse di buat
sedemikian rupa sesuai dengan keadaan iklim setempat, sehingga bentuk dan ukuran screenhouse biasanya harus
mempertimbangkan curah hujan, kecepatan angin dan jenis tanaman yang akan di budidayakan.
Sumber
air
Bak air
Toren
Mesin pompa
Filter
Pe 13
Pe 5
Gromet
Regulating stick
Nepel
End plugh
Take of
Pipa
Stop kran
Polibag sleep
Polibag single
Sistem instalasi drip irrigation/ irigasi tetes dengan dua media yang digunakan yaitu media menggunakan polibag
single biasanya digunaan untuk doble row dan media yang menggunakan polibag sleep lebih mudah dalam aklimatisasi
Prinsip kerja dari Drip Irrigation atau irigasi tetes ini adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung/ toren dan
drippers untuk mengantarkan air dan nutrisi tanaman melalui pipa pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini
untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes langsng ke pusat akar
dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah dan udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk
pertumbuhan yang sehat. Jumlah debit air atau nutrisi untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk
pertumbuhan maksimum. Keunggulan sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air disebabkan
penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin. Sehingga dengan menggunakan sistem ini kita akan banyak sekali
menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal itu akan sangat
memboroskan pasokan air dan membuat tanaman menjadi rusak. Ketimbang memanfaatkan gaya gravitasi bumi yang dalam
prinsip kerjanya kurang begitu baik, dari segi waktu kurang efesien dan juga pasokan air atau nutris untuk tanaman relative
tidak sama dan cenderung adanya kelebihan air pada setiap tanamannya. karena permukaan tanah yang tidak rata,
sedangkan untuk menggunakan sistem drip irrigation diperlukan permukaan tanah yang rata, sehingga ketika air yang
didorong oleh mesin pompa akan mudah mengalir kecepatan dengan debit yang sama.
Selain itu sistem ini dapat juga menggunakan digital timer, yaitu alat pemberian air yang dapat dikontrol secara
otomatis sesuai waktu dan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Akan tetapi karna kendala keamanan maka Total Cantigi
Farm hanya menggunakan sistem kalibrasi sederhana, yaitu dengan cara menyimpan gelas ukur secara acak disetiap sudut
barisan tanaman sampai mencapai kebutuhan yang telah ditentukan untuk menghitung debit air yang dibutuhkan dan
selanjutnya hanya menggunakan satu kontrol saja untuk biasa tahu berapa banyak debit air atau nutrisi yang diberikan pada
Oleh sebab itu perlu diketahui terlebih dahulu berapa banyak kebutuhan nutrisi atau air yang diperlukan oleh
tanaman satu kali aplikasi. Contoh : untuk satu periode tanam nutrisi yang dibutuhkan sebanyak 17 set nutrisi maka bila di
Dan bila dihitung rata-rata kebutuhan nutrisi siap aplikasi per tanaman untuk single row adalah :
Pendapatan Kotor – (Biaya Operasional Tanam + Depresiasi Screen House dan Irigasi) =
Zakat 5 %
Rp 33.969.060
Jadi, setiap pohon minimal harus mampu berproduksi rata-rata 0,8 Kg Per Pohon dengan harga jual rata-rata Rp.
10.000/Kg.
DAFTAR PUSTAKA
mbang, C. 2007. Cabai paprika ” Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani “ . Cetakan ke 5. hal 9-13 dan 30-35. Kanisius. Yogyakarta.
oe. 2010. Sistem irigasi tetes. http://www.sukainternet.com/artikel/40/sistem-irigasi-tetes . 25 Agustus 2010. 1:42 pm.
iyanto, E. 2008. “ Syarat Ketinggian, Suhu, RH, Sinar Matahari “. www.ediskoe.blog.com. 25 Agustus. 1:47 pm.
https://www.kompasiana.com/tyo-setiadi/55091b4a813311e755b1e124/si-manis-cabai-paprika-modalnya-besar-untungnya-
besar?page=all
Bisnis
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Flona tahun lalu dan sebagaian dijadikan salah satu bahasan dalam Buku Bertanam
Cabai di Lahan dan Pot yang diterbitkan oleh Penerbit Penebar Swadaya.
Ketika melakukan survei lapang tahun 1996, penulis tidak susah menemukan petani sayur yang menanam paprika barang
sepetak dua petak di Cipanas, Jawa Barat. Namun sebaliknya ketika melakukan survey tahun 2009. Lokasi yang dulu kami
datangi, tidak lagi menanam paprika. Mereka menanam jenis sayuran yang lain. Malahanada beberapa lokasi yang berubah
menjadi lahan pertanaman strawberi. Menurut pemilik kios saprotan (sarana produksi pertanian) di Pasar Cipanas, petani
sayur yang menanam paprika hampir bisa dikatakan sudah tidak ada lagi. Namun kalau di lokasi lain ada pengusaha yang
menanam paprika yang lumayan besarnya.
Berbeda dengan di Bandung. Sampai pertengahan 2009 petani paprika masih ada walaupun sudah tidak sebanyak dulu.
Kalau dulu paprika banyak ditanam di Parompong dan Cisarua (Pasirlangu), kini yang masih kelihatan aktif hanya di Cisarua
saja.
Sumber di Hanjuang, Parompong, Bandung, salah seorang perintis pengembangan paprika di daerah itu mengatakan, sejak
dua tiga tahunan lalu (kira kira tahun 2006/2007) bisa dikatakan tanaman paprika di Parompong sedang terkena lesu darah.
Hal itu karena beberapa sebab. Selain SDMjuga kondisi lingkungan daerahnya kurang mendukung. Sehingga, Parompong yang
semula merupakan salah satu sentra produksi paprika di Bandung, kini tinggal menjadi kenangan. “Gangguan hama terutama
thrips, luar biasa !,” jelas nara sumber yang membidani kelahiran koperasi petani paprika di situ dan menjadi ketuanya.
Tahun 2004/2005
Parompong
Jumlah petani: 19
Tenaga kerja 45
Cisarua
Luas areal: 14 ha
(Sumber : ASPERIKA dalam Pola Pembiayaan Usaha Kecil(PPUK) Budidaya Paprika dalam www.bi.go.id.)
Sampai 2008, luas areal tanam paprika di Jawa Barat tercatat 26 hektar. Luas tanam ini kira-kira 34,17 % dari luas tanaman
paprika di Indonesia (kurang lebihnya 76 ha) dan 50 % produksinya berorientasi ekspor. Daerah yang kini tergolong pesat
perkembangannya dalam pembudidayaan paprika adalah Pasirlangu, sebuah desa di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung
Barat. Menurut sebuah laporan, luas tanam paprika di Pasirlangu tercatat 18 ha (Pikiran Rakyat, 11 Juli 2008 dalam ppnsi-
jabar.blogspot.com).
Ketua Koperasi Petani (Koptan) “Mitra Suka Maju” (MSM)Desa Pasirlangu, yang ditemui pada pertengahan Juni 2009,
mengatakan, dari seluruh areal tanam itu, yang 6 hektar bergabung dalam koperasi. Sisanya ada yang bergabung dalam
empat kelompok yang ada di situ,dan ada pula yang menjadi petani lepas tanpa begabung baik dalam koperasi maupun
kelompok. Sedangkan kapasitas produksi untuk semuanya kurang lebih 5 ton perhari.
Tahun 2000
Luas panen:24, 3 ha
Tahun 2001
Luas areal tanam 24,3 Ha
Tahun 2002
Luas panen:21 ha
Tahun 2003
Luas panen: 20 ha
Tahun 2004
Luas panen:17,8 ha
Luas panen: 18 ha
(Sumber : ASPERIKA dalam Pola Pembiayaan Usaha Kecil(PPUK) Budidaya Paprika dalam www.bi.go.id.; *). Berdasarkan informasi dari Koptan MSM pada pertengahan
Juni 2009; **). Berdasarkan angka kapasitas produksi maksimal 5 ton perhari).
Dari kelompok itu, Koptan MSM dan dua kelompok dari empat kelompok di atas sudah mengekspor paprikanya. Dari
produksi yang 5 ton itu yang dua ton diekspor dan yang 3 ton untuk pasar lokal. Kalau ada masalah dengan produksi, lewat
dua kelompok dan Koptan, rata-rata ekspor yang bisa dipenuhi 5 – 7 ton perminggu atau maksimalnya 10 ton perminggu.
Menurut berita yang dilansir www.tempointeraktif.com beberapa tahun yang lalu (2003), paprika Indonesia sudah berhasil
masuk pasar Taiwan dan Singapura. Sampai pertengahan Agustus 2003 ekspor paprika ke Taiwan mencapai Rp 1,5 miliar
dengan volume ekspor sebanyak 155.995 kilogram. Pada tahun yang sama, Taiwan memberlakukan larangan impor paprika
dari Indonesia karena paprika Indonesia diduga membawa “lalat buah” yang belum ada di sana dan mengandung residu
pestisida yang tidak diperkenankan pada pasar ekspor.
Tahun 2007 ekspor paprika ke Singapura ditolak sampai dua kali karena kandungan residu insektisida (untuk mengendalikan
hama thrips) melebihi batas minimum yang ditetapkan importir (Kompas, 11 Juli 2008). Menurut petani paprika, serangan
hama itu sangat merugikan petani paprika. Sekarang ini sedang dicoba metode penanggulangan hama menggunakan
pemasangan kertas perangkap hama, penyemprotan insektisida kalau diperlukan, dan pelepasan hewan predator.
Meskipun menemui berbagai kendala itu, ternyata tidak menutup paprika asal Indonesia ikut meramaikan pasar
internasional karena permintaan paprika semakin tinggi misalnya dari Singapura. Setiap pekan memesan 11 ton,
sebagaimana dijelaskan Ketua Koptan MSM, yang bisa dipenuhi 5 – 7 ton dan maksimal 10 ton.Kendalanya antara lain karena
keterbatasan produksi.
Tahun 2001
Volume 105.124. kg
Nilai Rp.0,97. M
Tahun 2002
Volume 190.056. kg
Nilai Rp.1,78. M
Tahun 2003*)
Volume 155.995. kg
Nilai Rp.1,50. M
(* : sampai bulan Agustus; Sumber : www.tempointeraktif.com.dalam Pola Pembiayaan Usaha Kecil(PPUK) Budidaya Paprika, www.bi.go.id.)
3. Pasar lokal
Kendala produksi tidak hanya dirasakan oleh para eksportir. Nara sumber di Parompong yang sudah kita jumpai di atas, yang
tetap aktif sebagai pemasok paprika berkomentar, “Permintaan suplaier di Bali masih lumayan tinggi,” katanya. Setiap 4 hari
sekali minta satu ton, tapi ia hanya mampu mengirim 300 kg. Kalau permintaan dari Jakarta, satu suplaier bisa 400 kg setiap
dua hari sekali. Tetapi hanya permintaan dari Bali saja yang dilayaninya. Sebab, barangnya tidak ada dan yang diandalkannya
memang paprika dari Cisarua (Pasirlangu) itu.
Penjelasan nara sumber itu memang benar. Menurut Agrina, 18 Februari 2008 (www.agrina-online.com), paprika banyak
dibutuhkan oleh outlet pizza, swalayan, restoran, dan hotel. Di Jabotabek saja, terdapat 56 -60 outlet pizza yang setiap
harinya membutuhkan pasokan 20 ton. Belum lagi kebutuhan restoran dan hotel-restoran. Berdasarkan jumlah restoran yang
menjadi wajib pajak di Jakarta jumlahnya tidak kurang dari 5.561 unit. Sedangkan hotel-restoran yang menjadi obyek pajak
kurang lebihnya 800-an buah (Kompas, 27 Nopember 2008 dalam www.dannydarussalam.com).
Harga paprika yang diterima petani, seperti petani di Pasirlangu (Cisarua) ada dua kategori yaitu kategori harga untuk pasar
lokal dan kategori harga untuk pasar ekspor.
Untuk pasar lokal, paprika merah Rp.20.000. perkilogram dan paprika hijau Rp.15.000. perkilogram. Namun harga untuk
pasar lokal ini sangat fluktuatif. Bila permintaan menurun atau pemasokan berlebihan, petani yang menjadi anggota koperasi
menerima kurang dari Rp.7.000. perkilogram (paprika merah); petani yang bukan anggota koperasi kurang dari Rp.6.000.
perkilogram.
Sedangkan kalau untuk pasar ekspor, petani menerima Rp.11.000. perkilogram. Harga ini sudah harga “fix” sesuai kontrak.
Jadi petani tidak akan terkena imbas bila terjadi kemerosotan harga.
Kategori harga mana yang dipilih petani ? Sebetulnya kalau soal pilihan, petani pasti lebih memilih harga yang tinggi.
Masalahnya ternyata tidak semata-mata karena harga. Jelas nara sumber di Koptan tersebut, yang ditemui pada pertengahan
Juni 2009 menambahkan, paprika ekspor harus memenuhi standar kualitas yang sudah ditentukan. Hal ini membuat petani
lebih memilih pasar lokal meskipun resikonya bisa menerima harga kurang dari Rp.6.000. perkilogram dan mengalami
kerugian bila hasil panenannya di bawah rata-rata.
Standar kualitas paprika untuk ekspor, dalam artian:“berkualitas dalam tampilan”. Maksudnya warnanya menarik, mulus;
buahnya memiliki kekerasan yang cukup; sosok buahnya proporsional (perbandingan panjang dan pendek serta besar dan
kecil harus seimbang); buahnya seragam; kemudian bobot buah umumnya 150 – 250 gram perbuah.
Mengenai masalah tampilan, nara sumber dari Parompong di atas menambahkan, paprika yang disukai terutama paprika
yang merah. Kulitnya mulus, penampilannya menarik. Bobot buah, untuk satu kilogram 5 buah atau 200 gram perbuah. Bila
diletakan, paprika bisa dalam posisi duduk. Paprika yang bentuknya lonjong (tidak bisa duduk), masih bisa diterima namun
tidak seperti paprika yang bisa duduk itu.
Sedangkan standar kualitas yang lain dalam artian: “berkualitas dalam kandungan”, maksudnya paprika tidak mengandung
residu pestisida yang berlebihan (mengandung residu pestisida yang ditolak beredar secara internasional). Dari standar
kulitas ini, yang agak berat dipenuhi petani umumnya adalah masalah kandungan residu pestisida dalam buah paprika hasil
usaha budidayanya itu. Kenapa paprika asal Indonesia pernah ditolak di pasar ekspor, gara-gara kandungan residu pestisida
dalam buah.
5. Nilai transaksi
Kalau ingin berandai-andai, berapa rupiah yang bisa dikantongi seandainya kekurangan pemasokan paprika ke Bali yang
besarnya 700 kg ada yang mengisi? Bila menggunakan harga patokan dari Koptan MSM Rp.20.000. perkilogram, maka nilai
rupiah yang bisa digarap Rp.14.000.000. per empat hari sekali atau lebih dari Rp.100 juta perbulan. Sementara untuk
kebutuhan 60 unit outlet pizza se Jabotabek yang mencapai 20 ton perhari nilainya bisa Rp.400 juta perhari!Nilai ini di luar
kebutuhan restoran dan hotel-restoran yang jumlahnya lima ribu lebih !
Sementara nilai untuk pasar ekspor yang rata-rata kekurangannya 5 ton perminggu atau 20 ton perbulan, nilainya tidak
sebesar pasar lokal. Meskipun begitu tidak bisa dikatakan kecil. Karena, dengan harga paprika ekspor yang Rp.11.000.
perkilogram, maka setiap bulannya ada Rp.220. juta yang bisa diisi untuk menutupi kekurangan di atas.
Paprika hijau
Paprika merah
Paprika kuning
(Sumber : ASPERIKA dalam Pola Pembiayaan Usaha Kecil(PPUK) Budidaya Paprika (www.bi.go.id.). Harga pada Pertengahan Juni 2009 (saat kunjungan penyusun) Paprika
Merah Rp.20.000. perkg; Paprika Hijau Rp.15.000. perkg. Harga terendah anggota koperasi Rp.6.000. – Rp.7.000. perkg; bukan anggota koperasi di bawah Rp.6.000. perkg.).
6. Biayanya memang tinggi
Kenapa paprika tidak ditanam lagi oleh petani di Cipanas ?Mengutip komentarpemilik kios saprotan di Pasar Induk Sayur
Ciherang (Cipanas), selain karena akses pasar, juga karena budidaya paprika tidak bisa dilakukan secara konvensional (harus
secara hidroponik) sehingga ongkos produksinya menjadi tinggi. Hal ini memang bisa membuat ciut nyali pembudidaya
paprika.
Kenapa harus dengan hidroponik ? Karena pengalaman masa lalu, sekitar awal 1990-an, paprika yang ditanam secara
konvensional (ditanam di tanah) gagal total akibat serangan berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) atau hama
penyakit, sehingga hasil panenannya hancur.
Pada awalnya masih banyak pembudidaya yang terlibat.Namun begitu menghadapi lonjakan harga pupuk akibat kenaikan
harga bahan bakar minyak (Kompas, 11 Juli 2008) petani banyak yang mundur. Harga pupuk ini, untuk satu set ramuan yang
biasanyaRp 200.000. menjadi Rp 400.000.
Dengan kenaikan tersebut, kebutuhan pupuk untuk satu hektar lahan paprika yang biasanya hanya menghabiskan dua set
pupuk senilai Rp 400.000. perhari kini melonjak menjadi Rp 800.000 perhari. Akibatnya, biaya produksi menanam paprika
naik menjadi Rp 700 juta perhektar (2008). Biaya produksi ini naik lagi pada tahun 2009.
Mengenai biaya itu, Ketua Koptan MSM memberikan gambaran berikut. Untuk membudidayakan 10.000. tanaman paprika
dengan menggunakan rumah plastik (greenhouse) seluas 2.500. meter persegi, untuk lima kali produksi atau lima musim
tanam (satu musim tanam 7 bulan) atau sekitar 3 tahun, diperlukan total biaya investasi (tetap) Rp.122.175.000.; biaya
variable (tidak tetap) atau modal kerja Rp. 154.250.000. Total biaya investasi dan variable Rp.276.425.000. per-2.500. meter
persegi.
Jadi, kalau menanam satu hektar, dana yang ditanggung petani paling tidak, untuk biaya investasi Rp.440.600.000. dan biaya
variable 589.000.000. Total dana awal yang perlu disediakan kurang lebih Rp.1.029.600.000. (satu miliar dua puluh sembilan
juta enam ratus ribu rupiah) !
7. Perhitungan usaha
Rupanya, biaya tinggi tidak menjadi masalah buat mereka yangmelihat prospek paprika sangat cerah. Peluang pasar baik
dalam maupun luar negeri terbuka lebar. Antara pasokan dan permintaan tidak seimbang. Pasokannya lebih kecil
dibandingkan permintaannya. Produksi paprika masih terbatas karena tumbuhan ini hanya tumbuh di daerah tertentu saja,
antara lain di Brastagi (Sumatera Utara), Lembang dan Cipanas (Jawa Barat), Dieng dan Purwokerto (Jawa Tengah).
Masalahnya, apakah prospek itu seimbang dengan keuntungan yang bisa dikantongi petani paprika ?
a. Skala usaha
Berikut Analisa Usaha yang dibuat Koptan MSM untuk budidaya paprika secara hidroponik dalam rumah plastik (greenhouse)
ukuran 2.500. meter persegi, jumlah tanaman 10.000. tanaman. Daya tahan rumah plastik untuk 5 periode tanam (satu
periode 7 bulan) atau 35 bulan (3 tahun).
*. Total biayaRp.276.425.000.
Rp.10.000. perkilogram.
(2.500. m2)
Uraian
Tahun I (Rp.000.)
Tahun II (Rp.000.)
Catatan
A.1. Investasi
122.175.
0.
0.
Investasi untuk 3 tahun:Pembangunan rumah plastik, penyediaan peralatan produksi (pompa,instalasi penyiraman, sewa lahan, dll.)
2. Biaya
variable
(Modal
kerja)
154.250.
154.250.
154.250.
3. Biaya
Penyusutan
40.725.
40.725.
Biaya penyusutan: proses penyusutan nilai kekayaan/ investasi secara berangsur-angsur/3 tahun. Nilai kekayaan/ investasi dibebankan pada biaya operasional perperiode
tanam /satu tahun sampai 3 periode tanam/3 tahun.
4. Jumlah A.1 + 2/3 (Biaya operasional)
276.425.
194.975.
194.975.
240.000.
240.000.
240.000.
Harga jual: untuk pasar ekspor Rp.11.000. perkg; untuk pasar local Rp.6.000. – Rp.20.000. atau rata-rata Rp.13.000. perkg. Namun di sini menggunakan harga Rp.8.000.
perkg. Yang merupakan harga rata-rata yang diterima petani pada tahun 2009 sampai tengah tahun (Rp.10.000. perkg) dan harga terendah Rp.6.000. perkg.
2. Pendapatan
kotor (B.1 –
A.4)
(-) 36.425.
(+) 45.025.
(+) 45.025.
Saldo
(-) 36.425.
(-) 8.600.
(+) 53.625.
Catatan: Data dari Koptan MSM yang diolah/disesuaikan karena ada beberapa komponen yang harganya berubah/naik.
[caption id="attachment_142108" align="aligncenter" width="300" caption="Agar tidak gagal panen, petani rajin
mengontrol"][/caption]
Menjawab pertanyaan, kalau paprika dijadikan pendapatan utama, minimalnya orang harus menanam berapa luas tanam
agar bisa menghidupi keluarganya ? Nara sumber dari Parompong di atas pernah membuat kalkulasi usahatani paprika untuk
satu keluarga. Katanya, bila harga paprika seperti sekarang ini, Rp.20.000. perkilogram, satu keluarga bisa hidup dengan
2.000. tanaman, Namun dengan catatan, hasil panenan minimal 2,0 kg pertanaman. Perhitungan usahanya berikut ini.-(Set).
(2.000. tanaman)
Uraian
Tahun I (Rp.000.)
Tahun II (Rp.000.)
Catatan
A.1. Investasi
24.435.
0.
0.
Investasi untuk 3 tahun:Pembangunan rumah plastik, penyediaan peralatan produksi (pompa,instalasi penyiraman, sewa lahan, dll.)
2. Biaya
variable
(Modal
kerja)
30.850.
30.850.
30.850.
3. Biaya
Penyusutan
10.284.
10.284.
Biaya penyusutan: proses penyusutan nilai kekayaan/ investasi secara berangsur-angsur/3 tahun. Nilai kekayaan/ investasi dibebankan pada biaya operasional perperiode
tanam /satu tahun sampai 3 periode tanam/3 tahun.
55.285.
41.134.
41/134.
B.1. Panen 2 kg pertanaman atau total 4 ton. Harga paprikaRp.20.000. perkg / Hasil penjualan
80.000.
80.000.
80.000.
Harga jual: untuk pasar ekspor Rp.11.000. perkg; untuk pasar local Rp.6.000. – Rp.20.000. atau rata-rata Rp.13.000. perkg. Namun di sini menggunakan harga Rp.8.000.
perkg. Yang merupakan harga rata-rata yang diterima petani pada tahun 2009 sampai tengah tahun (Rp.10.000. perkg) dan harga terendah Rp.6.000. perkg.
2. Pendapatan
kotor (B.1 –
A.4)
(+) 24.715.
(+) 38.866.
(+) 38.866.
3. Saldo (+/-)
(+) 24.715.
(+) 63.581.
(+) 102.447.
Catatan: 1). Hasil wawancara dengan sumber di Hanjuang, Parompong, Bandung (pernah menjadi petani dan pemasok paprika dan sekarang hanya menjadi pemasok
paprika saja; Biaya investasi dan variable berdasarkan data dari Koptan MSM; 2). Kalkulasi untuk usaha, menurut nara sumber ini, minimal 2 kali dari skala rumah tangga
(4.000. tanamn). Kebutuhan tenaga kerja tetap sampai 6.000. tanaman ialah 3 orang.
https://mitalom.com/peluang-bisnis-budidaya-paprika-di-indonesia/
Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri
masih terbuka lebar karena pasokan lebih kecil dibandingkan permintaan. Produksi dalam negeri masih terbatas,
karena paprika merupakan tanaman yang memerlukan kondisi agroklimat dan terbatas pada daerah dataran tinggi.
Walaupun bukan merupakan tanaman sayuran asli Indonesia, perubahan gaya hidup dan pola konsumsi penduduk
(khususnya perkotaan) berupa menu sayuran permintaan terhadap paprika menunjukkan peningkatan. Paprika yang
lebih dikenal dengan nama cabai manis ini banyak ditemukan di pasar swalayan, dan juga di pasar tradisional di
daerah perkotaan. Paprika adalah tanaman subtropis sehingga akan lebih cocok ditanam pada daerah dengan
ketinggian di atas 750 m dpl (di atas permukaan laut). Walaupun jika dibandingkan dengan permintaan jenis cabai
yang lain, permintaan paprika lebih kecil, luas penanaman paprika terus berkembang seiring dengan permintaan
pasar yang terus meningkat.
Pada saat ini, tanaman paprika (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas penting yang
dibudidayakan di Indonesia. Tanaman paprika berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan kemudian
menyebar ke Eropa dan Asia setelah tahun 1500-an. Pada awal penyebaran di Eropa, tanaman paprika
dibudidayakan di lahan terbuka. Walaupun termasuk tanaman tahunan, paprika dibudidayakan sebagai tanaman
setahun di daerah beriklim temperata, tetapi di daerah tropis tanaman tersebut kemungkinan akan tumbuh dan
memberikan hasil selama lebih dari beberapa tahun.
Dalam klasifikasi tumbuhan, paprika dimasukkan ke dalam famili Solanaceae. Daunnya berukuran lebar dan
berwarna hijau tua. Bentuk buahnya mirip lonceng, sehingga dinamakan bell pepper. Aroma buahnya pedas
menusuk, namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis, sehingga disebut sweet pepper. Paprika
membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya, yaitu suhu 24-30 C pada siang hari dan 9-12 C pada malam
hari. Meskipun demikian, tanaman ini masih dapat bertahan pada suhu 38 C. Di Indonesia, tanaman paprika cocok
ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu 16-25 C.
Buah paprika mengandung sedikit protein, lemak dan gula tetapi mengandung banyak karoten dan sebagai sumber
vitamin C (sampai 340 mg/100 g buah segar). Jika dibandingkan dengan buah jeruk yang mengandung vitamin C
sekitar 146 mg/100 g, maka kandungan vitamin C pada paprika jauh lebih tinggi dari pada buah jeruk. Paprika
umumnya digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan juga sebagai zat pewarna makanan.
1. Jawa Barat
a). Kabupaten Bandung Barat, sekitar Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Parongpong (24 Hektar)
b). Kabupaten Cianjur, sekitar perkebunan Gedeh dan Cipanas (2,5 Hektar)
c). Kabupaten Bogor, sekitar Megamendung (1 Hektar)
d). Kabupaten Garut, sekitar daerah Cikajang ( 1 Hektar)
Dilihat dari aspek sumber daya alam, tersedianya dataran tinggi dan lahan yang sesuai untuk tanaman paprika
merupakan prospek dalam pengembangan tanaman paprika.Peluang pemasaran paprika tidak hanya terbatas di
dalam negeri tetapi juga luar negeri, yaitu Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris, Swedia, Perancis, Swiss,
Spanyol, Italia, Kanada, Belgia, Jepang, Singapura, Malaysia, Singapura. Di dalam negeri sendiri harga paprika
tahun 2016 ini cukup menjanjikan, dikutip dari pasuruankab.go.id, pada bulan Januari lalu ditingkat petani harga
paprika hijau mencapai Rp. 22.500 perkilogram, paprika kuning Rp. 42.000 perkilogram dan paprika merah Rp.
40.000 perkilogram. Sedangkan harga eceran ditingkat konsumen harga perkilo paprika bisa mencapai 70% lebih
mahal dari harga tersebut.
Dikutip dari bandung.bisnis.com, pada tahun 2013 yang lalu, permintaan buah paprika mencapai 40 ton per minggu.
Eksportir sayuran dan buah-buahan di Jabar menilai tingginya peluang ekspor paprika saat ini sangat menjanjikan.
Jhonny Hasan, Ketua Asosiasi Eksportir Sayur Buah-buahan Indonesia (AESBI) Jabar Peluang ekspor paprika
terasa ketika perekonomian Indonesia semakin tertekan dengan melemahnya rupiah dan berimbas kepada eksportir
yang dapat memperoleh keuntungan lebih tinggi. Dia mengungkapkan paprika adalah satu komoditas yang
memiliki harga mahal dan banyak dicari oleh negara tetangga antara lain Malaysia dan Singapura.”Permintaannya
masih sangat tinggi, salah satunya Singapura yang hingga saat ini setiap minggunya membutuhkan 30-40 ton
paprika,” katanya.Sayangnya, dia mengatakan produksi dari para petani paprika di Jabar masih sangat kecil bahkan
setengahnya pun masih belum dapat terpenuhi.Dia mengatakan berbagai kendala yang membatasi produksi paprika
ini adalah ketatnya peraturan akan kualitas dari komoditas tersebut, terutama Singapura yang memiliki regulasi
sendiri terhadap kualitas paprika.
Pemasaran dalam bentuk buah segar, harga jualnya dibedakan atas bentuk, warna dan ukuran buah. Dari segi warna,
paprika dibedakan yaitu merah, hijau, kuning dan orange.Paprika orange, kuning dan merah harga jualnya lebih
tinggi dibandingkan dengan paprika warna hijau. Selain warna, harga jual paprika ditentukan pula oleh ukuran
buahnya.
(a). kecil, diameter buah 6,5 – 8,0 cm, bobot buah 120 – 160 gr;
(b). sedang, diameter buah 7,5 – 9.5 cm, bobot buah 160 – 200 gr,
(c). besar, diameter buah 9 – 11 cm, bobot buah 200 – 250 gr.
(d). sangat besar, diameter > 11 cm,bobot buah > 250 gr.
Kegiatan pemasaran paprika dari petani produsen sampai ke konsumen melibatkan cukup banyak mata rantai
pemasarannya. Panjang atau pendeknya mata rantai pemasaran akan berpengaruh terhadap harga jual di tingkat
petani dan harga jual di pasaran (harga yang dibayar konsumen). Semakin pendek mata rantai pemasaran, berarti
harga jual di tingkat petani produsen semakin tinggi. Rantai pemasaran yang pendek, pedagang perantara
memperoleh keuntungan yang wajar dan konsumen mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal.
Pemasaran buah paprika segar selama ini, umumnya petani produsen menjual langsung ke swalayan, hotel, restoran.
Cara memasarkan langsung seperti ini biasanya sangat menguntungkan karena petani produsen akan mendapatkan
harga yang tinggi.Petani produsen menjualnya kepada pedagang/tengkulak sewaktu pedagang/tengkulak itu datang
ke kebun dan membeli langsung paprika tersebut.Kelebihannya, paprika belum disortir petani produsen dan pasti
dibeli semua oleh pedagang/tengkulak sedangkan kekurangannya adalah biasanya harga ditentukan oleh
pedagang/tengkulak sehingga jika petani produsen tidak pandai menjualnya tentu tidak akan mendapat keuntungan
yang memadai.
Harga paprika sangat tergantung pada musim panen, jika musim panen raya pada umumnya harga paprika di
pasaran turun. Pada saat panen raya, harga paparika di tingkat petani produsen dapat berfluktuasi setiap hari bahkan
setiap jam.Selain itu, pada saat bulan ramadhan harga paprika juga menurun karena permintaan akan paprika dalam
negeri juga menurun.Harga paprika cenderung ditentukan di tingkat pedagang besar (grosir). Melalui jaringannya,
pedagang besar telah memiliki kemudahan untuk memperoleh harga di pasaran atau harga konsumen.
Satu hal yang perlu dicatat, bahwa agar hasil panen paprika yang dibudidayakan memiliki nilai jual, terutama untuk
tujuan ekspor, paprika harus dibudidayakan secara organik. Komoditas paparika yang berkualitas tidak mengandung
residu obat-obatan dan pupuk kimia dengan kadar tertentu. Komoditas paprika yang dibudidayakan secara non-
organik sudah dapat dipastikan tidak akan diterima di pasar internasional. Oleh karena itu, petani paprika harus
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam bidang pertanian oeganik.