Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Desain penelitian meliputi rencana awal pengumpulan, pengukuran,


dan analisis data. Desain penelitian membantu peneliti dalam mengalokasikan
sumber daya yang terbatas dengan membuat pilihan-pilihan penting dalam
medologi. Desain penelitian merupakan suatu perencanaan dan struktur dari
investigasi yang disusun untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan
penelitian. Perencanaan merupakan skema menyeluruh atau program dari
penelitian. Perencanaan meliputi garis besar dari apa yang ingin dilakukan
oleh peneliti dari penulisan hipotesis, dan bagaimana implikasi operasional
hipotesis tersebut untuk analisis data akhir. Desain penelitian menunjukkan,
baik struktur permasalahan-kerangka kerja, organisais, atau konfigurasi dari
hubungan antarvariabel studi yang diteliti-maupun perncanaan investigasi
tersebut. Dari macam-macam definisi tersebut memberikan inti dari makna
desain penelitian (research design) yaitu, perencanaan berdasarkan aktivitas
dan waktu, perencanaan selalu didasarkan pada pernyataan penelitian,
petunjuk untuk memilih sumber dan jenis informasi, kerangka kerja untuk
menjelaskan hubungan di antara variabel-variabel penelitian dan juga garis
besar prosedur untuk setiap aktivitas penelitian.

Klasifikasi Desain

Pada awal studi penelitian, seseorang akan menghadapi desain tertentu


untuk digunakan. Berikut ini merupakan pengelompokan permasalahan desain
penelitian dengan menggunakan delapan deskripsi berbeda;

Kategori Pilihan
Tingkat di mana pertanyaan peneliti a. Studi eksploratif
telah diselesaikan b. Studi formal
Metode pengumpulan data a. Pengamatan
b. Studi komunikasi
Kemampuan peneliti untuk a. Eksperimental
menghasilkan pengaruh dalam b. Ex pos facto
variabel yang diteliti
Tujuan penelitian a. Pelaporan
b. Deskriptif
c. Kausal
o Eksplanatori
o prediktif

1
Dimensi waktu a. Cross-sectional
b. Longitudinal
Cakupan topik-luas dan dalamnya- a. Kasus
penelitian b. Studi statik
Lingkup penelitian a. Lingkup lapangan
b. Penelitian laboratorium
c. Simulasi
Presepsi partisipan terhadap aktivitas a. Rutinitas aktual
penelitian b. Rutinitas yang dimodifikasi
Sumber: (Cooper dan Schindler, 2003)

Sedangkan menurut Hartono (2017) secara umum yang perlu


ditentukan di dalam rancangan riset adalah karakteristik-karakteristik dari
risetnya sebagai berikut;

Kategori Pilihan
Menentukan jenis dari risetnya a. Riset eksploratori
b. Riset pengujian hipotesis
Jika risetnya adalah pengujian a. Riset deskriptif
hipotesis b. Riset kausal
Menetukan dimensi waktu riset a. Melibatkan satu waktu tertentu
dengan banyak sampel (cross
sectional)
b. Melibatkan urutan waktu (time
series)
c. Gabungan keduanya (panel
data atau pooled data)
Menentukan kedalaman risetnya a. Mendalam tetapi hanya
melibatkan satu objek saja
(studi kasus)
b. Kurang mendalam tetapi
generalisasinyaa tinggi (studi
statistic)
Menentukan metode pengumpulan a. Kontak langsung (ex:
datanya wawancara)
b. Tidak langsung (ex: observasi,
arsip, dsb)
Menentukan lingkungan risetnya a. Lingkungan noncontrived
setting, yaitu lingkungan riil
(field setting)
b. Lingkungan pengaturan
artificial, yang meliputi
eksperimen di laboratorium
(laboratory research), atau
lewat simulasi.
Menentukan unit analisisnya a. Individual
b. Dyads, yaitu grup dari beberapa
pasangan data, misalnya pada
penelitian yang melibatkan

2
suami dan istri
c. Grup
d. Organisasi, instansi, industry,
pasar modal, negara
Menentukan model empiris beserta -
definisi variable-variabelnya
Menentukan sumber-sumber daya a. Menentukan waktu dimasing-
riset yang dibutuhkan, yaitu masing kegiatan riset
b. Menentukan biaya sampai di
penyelesaian riset
c. Menentukan personel-personel
yang terlibat
Sumber: (Hartono, 2017)

Setelah karakteristik riset ditentukan, langkah selanjutnya dari desain


riset adalah merancang sampel data yang akan dikumpulkan, yaitu sebagai
berikut (Hartono, 2017),

1. Merancang pengukuran dari variabel-variabel yang akan digunakan untuk


menangkap datanya
2. Merancang metode pengambilan sampelnya dan teknik pengumpulan
datanya
3. Merancang model empirisnya

3
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

Selanjutnya dalam materi ini kita akan menelaah enam aspek dasar desain
penelitian. Secara spesifik, kita akan membahas tujuan studi, jenis investigasi,
tingkat intervensi peneliti, konteks studi, unit analisis, dan horizon waktu
studi. Aspek lain yaitu pengukuran, metode pengumpulan data, desain sampel,
dan analisis data.

1. Tujuan Studi : Eksploratif, deskriptif, pengujian hipotesis(analitis dan


prediktif), analisis studi kasus

Studi mungkin bersifat eksploratif atau deskriptif, atau dilakukan untuk


menguji hipotesis. Studi kasus merupakan penyelidikan studi yang dilakukan
dalam situasi organisasi lain yang mirip, yang juga merupakan metode
pemecahan masalah, atau untuk memaham fenomena yang diminati dan
menghasilkan pengetahuan lebih lanjut dalam bidang tersebut. Sifat studi-
entah eksploratif,deskriptif, atau pengujian hipotesis-bergantung pada tahap
peningkatan pengetahuan mengenai topik yang diteliti. Keputusan desain
menjadi semakin ketat saat kita berlanjut dari tahap eksploratif, dimana kita
mencoba mengeplorasi bidang penilitian organisasi baru ketahap yang
deskriptif; kita mencoba menjelaskan karakteristik tertentu dari fenomena
yang menjadi pusat perhatian ke tahap pengujian hipotesis, menguji apakah
hubungan yang diperkirakan memang terbukti dan jawaban atas pertanyaan
penelitian telah diperoleh.

1.1 Studi Eksploratif

Studi eksploratif (Exploratory study) dilakukan jika tidak banyak yang


diketahui mengenai situasi yang dihadapi, atau tidak ada informasi yang
tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip
diselesaikan di masa lalu. Dalam kasus tersebut, studi awal yang ekstensif
perlu dilakukan untuk mendapakan keakraban dengan fenomena situasi, dan
memahami apa yang terjadi sebelum kita membuat sebuah model dan
menyusun desain ketat untuk investigasi menyeluruh. Intinya, studi eksploratif
dilakukan untuk memahami dengan lebih baik sifat masalah karena mungkin

4
baru sedikit yang telah di lakukan dlaam bidang untuk menangani situasi dan
memahami fenomena. Penelitian yang lebih ketat pun kemudian dapat
dilaksanakan.

Studi eksploratif penting untuk memperoleh pengertian yang baik mengenai


fenomena perhatian dan melengkapi penngetahuan lewat pengembangan teori
lebih lanjut dan pengujian hipotesis. Ketika kita mempertimbangkan cakupan
penelitian kualitatif beberapa pendekatan dapat disesuaikan untuk investigasi
eksploratif :

a. Individual depth interview (biasanya dilakukan dengan percakapan,


bukan secara struktural).
b. Observasi partisipan (untuk melihat sendiri siapakah partisipan
dalam kejadian yang sudah diatur).
c. Film, foto, dan rekaman video (untuk merekam kehidupan suatu
kelompok dalam penelitian)
d. Teknik proyektif dan pengujian psikologi (misalnya, Pengujian
Aperseipsi Tematik, pengukuran proyektif, permainan, atau
permainan peran)
e. Studi kasus (untuk analisis konseptual secara mendalam terhadap
beberapa kejadian atau kondisi)
f. Wawancara para tokoh atau ahli (untuk mendapatkan informasi
dari orang yang berpengaruh atau berpengetahuan lyas dalam suatu
organisasi atau komunikasi)
g. Analisis dokumen (mengevaluasi catatan sejarah atau catatan
rahasia atau cacatan publik, dokumen pemerintahan, dan opini)
h. Proxemics dan kinesics (untuk mempelajari penggunaan ruang dan
komunikasi dengan gerakan tubuh, secara berturut-turur)

Ketika pendekatan-pendekatan tersebut dikombinasikan, muncul empat teknik


eksploratif dengan pengaplikasian yang luas untuk penelitian manajemen :

a. Analisis data sekunder


b. Survei pengalaman
c. Kelompok fokus
d. Desain dua tahap

5
1.2 Studi deskriptif

Berbeda dengan studi exploratif, studi yang lebih formal biasanya dibangun
dengan hipotesis atau pertanyaan penyelidikan yang dinyatakan dengan jelas
penelitian formal menyediakan berbagai tujuan penelitian :

a. Deskripsi fenomena atau karakteristik yang berhubungan dengan


populasi sybjek (siapa,apa,kapan,di mana, dan bagaimana topik)
b. Estimasi proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik
tersebut
c. Menemukan hubungan di antara variabel-variabel yang berbeda

Studi deskriptif dapat menjadi sederhana atau kompleks dan dapat dilakukan
dalam berbagai kondisi. Apapun bentuknya, studi deskriptif hanya
membutuhkan keahlian penelitian dan menuntut standar tinggi yang sama
untuk desain dan pelaksana penelitian.

Studi deskriptif (descriptive study) dilakukan untuk mengetahui dan menjadi


mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu
situasi. Misalnya, studi mengenai sebuah kelas dalam hal presentasi anggota
yang berada dalam tahun senior dan junior mereka, komposisi gender,
kelompok usia, jumlah semester yang tersisa sebelum kelulusan, dan jumlah
mata kuliah bisnis yang diambil, bisa dianggap bersifat deskriptif. Cukup
sering, studi deskriptif dilakukan dalam organisasi untuk mempelajari dan
menjelaskan karakteristik sebuah kelompok karyawan, misalnya, usia, tingkat
pendidikan, status kerja, dan lama kerja orang Asia yang bekerja dlam sistem.
Studi deskriptif juga dilakukan untuk memahami karakteristik organisasi yang
mengikuti praktik umum tertentu.

Tujuan studi deskriptif adalah memberikan peneliti sebuah riwayat atau


penggambaran tentang aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian
dari perspektif seseorang, organisasi, atau lainnya. Dalam banyak kasus,
informasi tersebut mungkin vital bahkan sebelum mempertimbangkan langkah
korektif tertentu.

6
Deskripsi mengenai perkembangan teknologi perusahaan dapat membantu
perusahaan untuk mengukur kemajuan mereka dalam menyesuaikan diri
dengan kemajuan teknologi dan dapat membantu untuk :

a. Memahami karakteristik sebuah kelompok dalam situasi tertentu


b. Memikirkan secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi
tertentu
c. Memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penetian lebih lanjut
d. Membuaut keputusan tertentu yang sederhana (seperti berapa banyak
dan jenis orang seperti apa yang sebaiknya ditransfer dari suatu
departemen ke lainnya).

Data kualitatif yang dipereroleh dengan mewawancarai orang mungkin


membantu fenomena pada tahap eksploratif studi, sedangkan data kuantitatif
dalam hal frekuensi, atau mean dan standar deviasi adalah penting untuk studi
deskriptif. Narasi deskriptif pendahuluan dalam sejumlah laporan penelitian,
diambil dari publikasi statistik pemerintah seperti Biro Statistik
Ketenagakerjaan, sensus, dan sebagainya, dimana data disisihkan untuk
presentasi pada waktu yang tepat.

1.3 Pengujian Hipotesis

Studi yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat


hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok atau
kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi. Pengujian
hipotesis dilakukan untuk menelaah varians dalam variabel terikat atau untuk
memperkirakan keluaran organisasi.

1.4 Analisis Studi Kasus

Studi kasus meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal yang
berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Studi kasus sebagai
teknik pemecahan masalah, tidak sering dilakukan dalam organisasi karena
penemuan jenis masalah yang sama dalam konteks perbandingan dengan yang
lainnya adalah sulit, mengingat keengganan perusahaan dalam
mengungkapkan permasalahan mereka. Tetapi, studi kasus yang bersifat
kualitatif adalah berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini

7
berdasarkan pengalaman pemecahan masalah di masa lalu, hal tersebut juga
berguna dalam memahami fenomena tertentu. Dan menghasilkan teori lebih
lanjut untuk pengujian empiris.

1.5 Tinjauan Tujuan Studi

Tidak sulit melihat bahwa dalam studi eksploratif, peneliti pada dasarnya
berminat untuk menyelidiki faktor-faktor situasional untuk memperoleh
pengertian mengenai karakteristik fenomena yang diteliti. Studi deskriptif
tidak dilakukan jika karakteristik atau fenomena yang tampak dalam sebuah
situasi diketahui eksis, dan seseorang ingin mampu menjelaskannya secara
lebih baik dengan memberikan riwayat mengenai faktor terkait. Pengujian
hipotesis menawarkan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan yang
eksis antar variabel. Hal tersebut juga dapat menentukan hubungan sebab-
akibat. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan data kualitatif dan
kuantitif. Studi kasus umumnya bersifat kualitatif dan kadang-kadang
digunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusann manajerial.

2. JENIS INVESTIGASI : KAUSAL VERSUS KORELASIONAL

Manajer harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi kasual


(casual study) atau korelasional (correlational) untuk menemukan jawaban
atas persoalan yang dihadapi. Yang pertama dilakukan adalah menentukan
hubungan sebab-akibat yang definitif. Tetapi, jika yang diinginkan manajer
adalah sekedar identifikasi faktor-faktor penting yang “berkaitan dengan”
masalah, maka studi korelasional dipilih. Dalam kasus terdahulu, peneliti
tekun menyelidiki satu atau lebih faktor yang tidak diragukan menyebabkan
masalah. Dengan kata lain peneliti mengadakan studi kausal adalah agar
mampu menyatakan variabel X menyebabkan variabel Y. Dalam menguji
hipotesis kausal, dibutuhkan tiga jenis bukti berikut:

a. Kovarians antara X dan Y.


 Apakah di temukan X dan Y muncul bersamaan dalam hal yang di
hipotesiskan ?
 Ketika X tidak terjadi, apakah Y juga tidak ada ?

8
 Ketika X lebih banyak atau lebih dedikit , apakah kita juga
menemukan Y lebih banyak atau sedikit ?
b. Urutan waktu perubahan kejadian sesuai dengan hipotesis arahan
hipotesis.
 Apakah X terjadi sebelum Y ?
c. Tidak ada penyebab Y lain yang memungkinkan.
 Dapatkah kita menentukan bahwa Z, A, dan B berkovarian dengan
Y dalam hal menunjukan hubungan kausal yang memungkinkan ?

Selain tiga kondisi diatas diperlukan dua syarat lainnya yang harus dipenuhi.
Pertama adalah dianggap sebagai kontrol (control). Semua faktor, kecuali
variabel bebas, harus konstan dan tidak terpengaruh oleh variabel yang lain
yang bukan menjadi bagian dari penelitian. Kedua, setiap individu dalam
penelitian harus memiliki kesempatan yang sama untuk menyelesaikan setiap
tahap variabel bebas. Hal ini merupakan penugasan acak (random assignment)
subjek dalam kelompok. Jika mempertimbangkan hubungan yang mungkin
terjadi antara dua variabel, dapat disimpulkan adanya tiga kemungkinan yaitu :

a. Hubungan Simetris (symmetrical relationship) adalah hubungan di mana


dua variabel bergerak bersama, namun kita mengasumsikan bahwa tidak
ada perubahan variabel yang disebabkan oleh perubahan variabel yang
lain.
b. Hubungan Resiprokal (reciprocal relationship) hadir ketika dua variabel
saling memengaruhi atau saling menguatkan satu sama lain
c. Hubungan Asimetris (asymmetrical relationship) merupakan hasil yang
paling banyak di cari dalam penelitian. Dengan hubungan ini dapay
disimpulkan bahwa perubahan satu variabel (variabel bebas) bertanggung
jawab atas perubahan dalam variabel lainnya (variabel terikat).

3. TINGKAT INTERVENSI PENELITI TERHADAP STUDI

Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja


mempunyai keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan adalah
kausal atau korelasioal. Studi korelasional dilakukan dalam lingkungan alami
organisasi dengan intervensi minimum oleh peneliti dan arus kerja yang

9
normal. Misalnya, jika seorang peneliti yang ingin mempelajari faktor yang
mempengaruhi efektivitas pelatihan (studi korelasional), yang harus dilakukan
adalah menyusun kerangka teoristis, mengumpulkan data relevan, dan
menganalisisnya untuk menghasilkan temuan. Meskipun ada sejumlah
gangguan pada arus kerja normal dalam sistem saat peneliti mewawancarai
karyawan dan menyebarkan kuesioner di tempat kerja, intervensi peneliti
dalam fungsi rutin sistem adalah minimal jika dibandingkan dengan yang
disebabkan selama studi kausal.

4. SITUASI STUDI : DIATUR DAN TIDAK DIATUR

Eksperimen yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat


yang melampaui kemungkinan dari setidaknya keraguan memerlukan
pembuatan sebuah lingkungan yang artidisial dan teratur, dimana semua faktor
asing dikontrol dengan ketat. Perbedaan antara studi lapangan, eksperimen
lapangan, dan eksperimen lab adalah :

a. Studi lapangan, dimana berbagai faktor diuji dalam situasi alami dan
kegiatan sehari-hari berlangsung dengan intervensi minimal peneliti,
b. Eksperimen lapangan, di mana hubungan sebab-akibat dipelajari
dengan sejumlah intervensi peneliti, namun tetap dalam situasi alami di
mana pekerjaan tetap berlangsung dalam kondisi normal, dan
c. Eksperimen lab, di mana peneliti menyelidiki hubungan sebab-akibat
tidak hanya melakukan tingkat kontrol yang tinggi, namun juga dalam
situasi buatan yang datur dengan sengaja.

5. UNIT ANALISIS : INDIVIDUAL, PASANGAN, KELOMPOK,


ORGANISASI, KEBUDAYAAN

Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan


selama tahap analisis data selanjutnya. Jika, misalnya, pernyataan masalah
berfokus pada bagaimana meningkatkan motivasi karyawan secara umum,
maka kita memerhatikan individu karyawan organisasi dan harus menemukan
apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan motivasi mereka. Dalam hal
ini, unit analisis adalah individu (individual). Kita akan melihat data yang

10
dikumpulkan dari setiap individu dan memperlakukan respons tiap karyawan
sebagai sumber data individual. Jika peneliti berminat memperlajari interaksi
dua orang, maka beberapa kelompok dua orang, atau di kenal sebagai
pasangan (dyads), akan menjadi unit analisis. Jika pernyataan masalah
berkaitan dengan efektivitas kelompok, maka unit analisis adalah pada tingkat
kelompok. Bila kita membandingkan departemen yang berbeda dalam
organisasi maka analisis data akan dilakukan pada tingkat departemen-yaitu,
individu dalam departemen akan diperlakukan sebagai satu unit-dan
perbandingan yang dilakukan menggunakan departemen sebagai unit analisis.
Penting untuk memutuskan tentang unit analisis, bahkan saat kita merumuskan
pertanyaan penelitian karena metode pengumpulan data, ukuran sampel, dan
bahkan variabel yang termasuk dalam kerangka yang mungkin terkadang
ditentukan atau dibimbing oleh tingkat dimana data dijumlahkan untuk
dianalisis.

6. HORIZON WAKTU : STUDI VERSUS LONGITUDINAL


6.1 Studi Cross-Sectional

Sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan,
mungkin selama periode seharian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian. Studi semacam itu disebut studi one-shoot
atau cross-sectional.

6.2 Studi Longitudinal

Dalam sejumlah kasus, peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau


fenomena pada lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab
pertanyaan penelitian. Misalnya peneliti ingin mempelajari perilaku karyawan
sebelum dann sesudah pergantian manajemen puncak, untuk mengetahui
pengaruh pergantian tersebut. Dalam hal ini, karena data dikumpulkan pada
dua batas waktu berbeda. Studi semacam itu, jika ada variabel terkait
dikumpulkan pada dua atau lebih batas waktu untuk menjawab pertanyaan
penelitian, disebut studi longitudinal.Desain eksperimen selalu merupakan
studi longitudinal karena data yang dikumpulkan sebelum dan sesudah
merupakan manipulasi. Meskipun mahal, studi longitudinal memberikan
sejumlah wawasan yang baik.

11
7. TINJAUAN UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN

Peneliti akan menentukan keputusan yang tepat untuk dibuat dalam desain
studi berdasarkan definisi masalah, tujuan penelitian, tingkat keketatan yang
diinginkan, dan pertimbangan biaya. Kadang-kadang karena waktu dan biaya,
seornag peneliti mungkin terbatas untuk menyelesaikan kurang dari desain
penelitian “ideal”. Misalnya peneliti terpaksa melakukan studi cross-sectional
dan bukan longitudinal, melakukan studi lapangan ali-alih desain eksperimen,
memilih ukuran sampel yang lebih kecil dan bukan lebih besar, dan
seterusnya. Desain yang ketat menuntut biaya yang lebih tinggi diperlukan
untuk memperoleh hasil studi yang penting untuk membuat keputusan penting
yang mempengaruhi kelangsungan organisasi atau keberadaan sebagian besar
anggota sistem.

8. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DESAIN RISET

Menurut Kinney, Jr. (1986) dalam Hartono (2017), disain riset melibatkan
empat faktor yang penting. Keempat faktor ini merupakan faktor-faktor yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan pengujian (power of the test)
dari riset. Keempat faktor ini adalah sebagai berikut,

a. Alpha (α)
Merupakan probabilitas kesalahan tipe I (type I error), yaitu secara
salah menolak hipotesis nol yang benar.
b. Beta (β)
Merupakan probabilitas kesalahan tipe II (type II error), yaitu secara
salah tidak menolak hipotesis nol yang tidak benar.

c. Ukuran sampel (n)


d. Faktor disain (D)
Faktor disain adalah D=δ/σ dengan δ adalah besaran dari treatment
effect (X) tergantung dari teori yang mendukung dan σ adalah deviasi
standar dari kesalahan residu, tergantung dari seberapa besar efek dari
bias dan pengganggu dapat diatasi.

12
9. KEKUATAN PENGUJIAN

Riset yang baik mempunyai tingkat kekuatan pengujian (power of the test)
dapat ditingkatkan menggunakan faktor-faktor desain riset dengan cara
sebagai berikut ini (Hartono, 2017),

a. Meningkatkan ukuran sampel (N)


Sampel yang besar akan mengakibatkan derajat kebebasan atau degree
of freedom dari pengukuran statistic. Derajat kebebasan tersebut dapat
ditentukan sebesar (N-k) dengan N adalah jumlah sampel dan k adalah
jumlah variable independennya.
b. Memperkecil nila α
Memperkecil nilai alpha atau α akan memperbesar tingkat keyakinan
(confidence level), yaitu 100% - α. Untuk α = 1%, besarnya tingkat
keyakinan adalah 99%. Untuk α = 5%, besarnya tingkat keyakinan
95%. Selanjutnya besarnya tingkat keyakinan akan mempengarihi nlai
Z. Semakin besar tingkat keyakinan, semakin besar Z.
c. Meningkatkan D lewat teori yang lebih baik (mengakibatkan nilai δ
lebih tinggi)
d. Meningkatkan D lewat pengontrolan variable (mengakibatkan nilai σ
lebih kecil).

13

Anda mungkin juga menyukai