Anda di halaman 1dari 9

Ujian Tengah Semester

Akuntansi Multi Paradigma

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Multi Paradigma

Disusun Oleh:
Luna Putri Tiara Rossa 186020300111004

Dosen Pengampu:
Yeney Widya Prihatiningtyas, SE., Ak., MSA., Ph.D

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1. Jurnal 1 – Paradigma Fungsionalis (Positivisme)
“The Effect of CSR Knowledge on Customer Liking, Across Cultures”

Pada artikel Chomvilailuk dan Butcher (2013) yang berjudul “The Effect of CSR
Knowledge on Customer Liking, Across Cultures” menguji apakah pengetahuan
tanggung jawab social perusahaan berpengaruh pada keinginan pelanggan untuk bank
atau lembaga keuangan di lintas dua negara dan di dalam konteks budaya. Menurut
pemahaman saya terkait paradigma fungsionalis di dalam akuntansi multiparadigma,
artikel ini merupakan penelitian dalam paradigma fungsionalis yang menggunakan
desain penelitian eksperimental. Hal itu dibuktikan dengan adanya tiga variable CSR
yang diuji untuk mengetahui pengaruh komparatif mereka terhadap keinginan
pelanggan dibawah kondisi nilai budaya yang berbeda. Penelitian ini menggunakan
pengisian survey yang diselesaikan oleh 204 konsumen bank di Australia dan 219
nasabah bank di Thailand.

Menurut August Comte dalam Hapsari (2016), positivism atau fungsionalisme


adalah cara pandang dalam memahami dunia berdasarkan sains. Positivisme sebagai
perkembangan empirisme yang ekstrim, yaitu pandangan yang menganggap bahwa
yang dapat diselidiki atau dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/empirik”.
Pernyataan tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Chomvilailuk dan
Butcher (2013) karena artikel ini memang menyelidiki suatu isu dengan menggunakan
data-data yang nyata atau empiris seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya jika
penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental yang didukung dengan angka-
angka yang didapatkan dari hasil survey yang telah dilakukan oleh peneliti.

Artikel ini menggunakan metode penelitian kuantitatif sehingga termasuk dalam


penelitian yang menggunakan paradigma fungsionalisme atau positivisme, hal itu
dibuktikan dengan adanya hipotesis – hipotesis yang ditunjukkan dalam artikel beserta
pengujian-pengujiannya yang menggunakan alat uji statistic. Hal tersebut mendukung
pernyataan Chua dalam Kamayanti (2016) terkait hubungannya dengan paradigma
fungsionalisme atau positivisme, sebagai berikut

2
“Theory is separate from observations that maybe used to verify or falsify a
theory. Hypothetico deductive account if scientific explanation accepted.
Quantitative method of data analysis and collection which allows generalization
favoured.”
Dengan kata lain paradigma fungsionalisme atau positivism mengharuskan adanya
kepastian dan kebenaran. Hal itu menyebabkan, suatu fakta bisa dikumpulkan secara
sistematis dan terencana dan harus mengikuti asas yang terukur, terobservasi dan
diverifikasi. Positivism atau fungsionalisme sendiri sebenarnya merupakan paham
sebuah penelitian (Hapsari, 2016). Penelitian yang menggunakan paradigma positivism
atau fungsionalisme selalu mencari dan menemukan fakta atau penyebab terjadinya
suatu fenomena secara objektif, terlepas dari pandangan pribadi yang bersifat subjektif.

3
2. Jurnal 2 – Paradigma Interpretif
“Corporate Reporting and the Accounting Profession: An Interpretive
Paradigm”

Berdasarkan dari artikel Ogan dan Ziebart (1991) yang berjudul “Corporate
Reporting and the Accounting Profession: An Interpretive Paradigm” bertujuan untuk
menguji isu mengungkapan penuh menurut pelaporan ulang perusahaan dari berbagai
perspektif tentang kelompok konstituen. Isu pengungkapan penuh tersebut signifikan
dengan profesi akuntansi karena itu inti dari perusahaan dan konstituensinya. Artikel
ini menggunakan paradigma interpretif dengan menggunakan metode studi kasus.
Menurut saya penelitian ini hanya berlaku secara khusus pada kasus dengan kondisi
yang sama dan pada penelitian yang serupa, karena peneliti juga mengamati penelitian-
penelitian yang serupa dengan isu yang dia angkat.

Burrell dan Morgan (1979) menggambarkan sifat interpretif sebagai paradigma


yang memiliki karakteristik untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial yang tidak
terlepas dari kacamata personal yang terlibat langsung dalam sebuah proses sosial.
Menurut pemahaman saya sendiri paradigma interpretif digunakan untk memahami
dan memaknai alasan di balik suatu tindakan sosial. Contohnya saja pada artikel ini,
digunakan untuk memahami dan memaknai isu pengungkapan penuh yang terjadi pada
pelaporan ulang suatu perusahaan yang hasilnya signifikan berdampak pada profesi
akuntansi. Paradigma interpretif ini memandang kehidupan dunia sosial dari sudut
pandang aktor yang terlibat didalamnya. Riset akuntansi dengan menggunakan
paradigma ini bertujuan untuk memahami fenomena akuntansi atau praktik akuntansi
dari sudut pandang pelaku. Pelaku dalam artikel Ogan dan Ziebart (1991) ini yaitu
adalah para profesi akuntansi. Menurut Ogan dan Ziebart (1991) profesi akuntansi,
dalam rangka memenuhi tanggung jawab publik mereka, harus mengambil peran lebih
aktif dalam membedakan kebutuhan informasi dari konstituen dan bertindak sebagai
pemimpin untuk meningkatkan tanggung jawab di pasar informasi.

4
3. Jurnal 3 – Paradigma Kritis
“Critical Accounting Research and Neoliberalism”

Dalam artikel yang berjudul “Critical Accounting Research and Neoliberalism”


ini peneliti menggunakan paradigma kritis, karena penelitian ini menggambarkan
bagaimana penelitian akuntansi kritis dialamatkan atau dihubungkan pada
liberalisasi yang dipertanyakan. Jadi pada dasarnya penelitian ini ingin mengkritisi
accounting research menggunakan paham neoliberalism, yang mana paham
noliberalism itu sendiri memiliki arti paham ekonomi yang mengutamakan system
kapitalis perdagangan bebas, ekspansi pasar, penghilangan campur tangan
pemerintah dan pengurangan peran negara dalam layanan sosial.
Tidak hanya itu, guna melakukan penelitian ini lebih dalam, penulis juga
mempelajari beberapa artikel yang ditulis oleh penulis kritis terkait dengan
akuntansi dan aktor atau pelaku dalam fenomena neoliberal tersebut dan juga
bagaimana akuntansi terlihat dalam penelitian mereka. Penulis artikel ini
memperkaya penelitiannya melalui artikel-artikel penelitian lain yang juga
menggambarkan tentang paham neoliberalism dan kontribusi spesifik yang dibuat
oleh accounting researchers untuk mengkritisinya.
Menurut pemahaman saya, artikel ini memang dibuat dengan tujuan agar
pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih baik terkait dari penggunaan konsep
neoliberalism dan sejarahnya dalam lingkup akademis ini. Referensi-referensi
artikel neoliberalism lainnya digunakan untuk mendiskripsikan rangkaian
fenomena neoliberalism yang menjadi subjek kritisi. Penulis ingin mengkritisi
terkait konotasi neoliberalism yang memiliki arti negative sekarang ini dan
keterkaitannya dengan penelitian akuntansi. Dalam artikel ini penulis mengkritisi
beberapa artikel yang ia jadikan literature dan dia bahas dalam artikelnya.
Selanjutnya penulis menumpahkan pandangan atau pendapatnya mengenai
hubungan penelitian akuntansi dengan paham neoliberalism dari tiap-tiap artikel
yang ia jadikan literaturnya.

5
Menurut Chua dalam Kamayanti (2016),
“Criteria for judging theories are temporal and context bound. Historical,
ethnographic research and case studies more commonly used.”

Hal tersebut menunjukan jika kriteria paradigma kritis adalah untuk menghakimi
teori-teori yang bersifat duniawi, hal ini didukung dengan paham neoliberalism yang
menjadi topik utama dalam artikel ini. Karena paham neoliberalism sendiri merupakan
paham ekonomi yang bersifat duniawi. Chua juga menyatakan jika teori kritis itu
menyatakan tentang identifikasi dan penghapusan kekuasaan, dan praktek ideology
(Kamayanti, 2016). Hal tersebut dapat menjadi bukti pendukung jika artikel “Critical
Accounting Research and Neoliberalism” ini memang benar menggunakan paradigma
kritis sebagai landasan penelitiannya. Dalam kesimpulan, peneliti memaparkan hasil
penelitiannya dengan bahasanya sendiri yang bersifat kritis, dan juga menjelaskan hasil
penelitiannya tersebut dari sudut pandangnya dan juga memberi saran untuk fenomena
yang sedang terjadi saat itu.

6
4. Jurnal 4 – Paradigma Posmodern
“Postmodern Approaches in Business-to-Business Marketing and Marketing
Research”

Berdasarkan artikel dari Arias dan Acebron (2001) menyatakan jika sebagian besar
metodologi riset konvensional baik dalam pemasaran konsumen dan Business to
Business (B2B) bersifat modernis. Hal ini didasarkan pada beberapa asumsi tertentu
tentang sifat dan perilaku pasar dan akses pada pengetahuan. Asumsi-asumsi ini
dikembangkan untuk dunia produksi masal yang mekanistik dan pasar yang stabil.
Namun, kondisi tersebut tidak berlaku lagi. Selama dua dekade terakhir, beberapa
peneliti telah menggambarkan permulaan masyarakat baru yang postmodern. Dan
baru-baru ini, konsep pemasaran postmodern mendapatkan pengakuan, baik sebagai
pendekatan teoritis untuk mempelajari fenomena pemasaran dan orientasi praktisi
untuk manajemen. Beberapa alat penelitian baru juga sedang dikembangkan untuk
mengisi kekosongan informasi yang ditinggalkan oleh metode penelitian tradisional
yang terbatas pada model matematika dan analisis statistik.

Kondisi postmodern sangat lazim di arena B2B, tetapi, meskipun metode penelitian
postmodern baru perlahan-lahan semakin populer di pasar konsumen, namun
penggunaannya oleh para periset B2B masih hampir tidak ada. Tujuan dari artikel ini
adalah memberikan kontribusi untuk mengisi kekosongan yang ada dalam literatur
pemasaran B2B dan menyediakan kerangka kerja untuk penggunaan metode penelitian
postmodern di pasar industri.

Peneliti menjelaskan tentang beberapa metode penelitian untuk pengaturan


postmodern yang akan diusulkan, menekankan di bawah kondisi apa dan untuk tujuan
apa mereka berguna dalam situasi pemasaran B2B. Terdapat empat konsep kunci
pendekatan postmodern untuk riset pasar yaitu sosialisasi, teks, corality, dan
interpretasi. Penulis berpendapat bahwa dari sudut pandang metodologi, kontribusi
postmodern untuk penelitian didasarkan bahwa tidak mungkin bagi peneliti untuk
menempatkan dirinya di luar realitas. Sebaliknya peneliti dan fenomena yang diteliti
adalah bagian dari realitas yang sama, dan penelitian adalah bentuk interaksi yang

7
mengubah realitas itu sendiri (Artigiani, 1995). Pada akhirnya, riset pemasaran
berkaitan dengan representasi (Brown, 1995) dari beberapa fakta yang tidak asing bagi
peneliti.

Hasil implikasi dari peneliti yang pertama ialah, karena tidak ada kriteria mutlak
untuk penilaian, tidak hanya perlu memilih di antara alternatif, tetapi untuk memilih di
antara kriteria untuk mengevaluasi alternatif tersebut oleh karena itu, pilihan menjadi
sangat subyektif. Kedua, lebih banyak perhatian harus diberikan kepada bentuk,
fashion dan representasi dalam pemasaran B2B. Ketiga, waktu menjadi sangat penting.
Jika sesuatu dapat dilakukan sekarang (pengiriman produk, peluncuran layanan baru,
pasokan informasi), hal itu harus dilakukan sekarang, atau sebelumnya. Jika tidak,
orang lain akan, mungkin dari zona waktu lain. Keempat, postmodernisme telah
memberikan hal yang baru tentang metodologi penelitian yang dipisahkan dari
keanggunan formal model matematika dan teknik statistik. Peneliti telah menunjukkan
bagaimana beberapa teknik ini berguna dalam pengaturan industri yang rumit dan tidak
jelas di mana penggunaan model matematika dan statistik formal tidak akan memadai.

Untuk menarik kesimpulan dari penulis, saya berpendapat bahwa pelajaran utama
penulis adalah bahwa bisnis atau pemasaaran pada khususnya, bukan hanya tentang
tujuan, pilihan rasional, tetapi juga tentang penggunaan kreativitas, inisiatif dan inovasi
dalam perkembangan manusia dan hal-hal yang dapat dilakukan orang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arias, J. Tomas Gomez., Acebron, Laurentino Bello. (2001). Postmodern approaches


in business-to-business marketing and marketing research. Journal of
Business & Industrial Marketing, 16 (1), 7-20.

Chiapello, Eve. (2016). Critical accounting research and neoliberalism. Paris,


Perancis: Institut Marcel Mauss.

Chomvilailuk, Rijanasak. & Butcher, Ken. (2013). The effect of CSR knowledge on
customer liking, across cultures. International Journal of Bank Marketing,
31(2), 98-114.

Hapsari, Laras A. (2016). Prinsip-Prinsip Penelitian dalam Bidang Pendidikan


Biologi yang Menggunakan Paradigma Positivistik Kuantitatif. Artikel.
Yogyakarta, Indonesia: Universitas Negeri Yogyakarta.

Kamayanti, Ari. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi. Malang,


Indonesia: Yayasan Rumah Peneleh.

Ogan, Pekin., Ziebart, David A. (1991). Corporate Reporting and the Accounting
Profession: An Interpretive Paradigm. Journal of Accounting, Auditing &
Finance, 6: 387.

Anda mungkin juga menyukai