Disusun Oleh:
Luna Putri Tiara Rossa 186020300111004
Dosen Pengampu:
Yeney Widya Prihatiningtyas, SE., Ak., MSA., Ph.D
Pada artikel Chomvilailuk dan Butcher (2013) yang berjudul “The Effect of CSR
Knowledge on Customer Liking, Across Cultures” menguji apakah pengetahuan
tanggung jawab social perusahaan berpengaruh pada keinginan pelanggan untuk bank
atau lembaga keuangan di lintas dua negara dan di dalam konteks budaya. Menurut
pemahaman saya terkait paradigma fungsionalis di dalam akuntansi multiparadigma,
artikel ini merupakan penelitian dalam paradigma fungsionalis yang menggunakan
desain penelitian eksperimental. Hal itu dibuktikan dengan adanya tiga variable CSR
yang diuji untuk mengetahui pengaruh komparatif mereka terhadap keinginan
pelanggan dibawah kondisi nilai budaya yang berbeda. Penelitian ini menggunakan
pengisian survey yang diselesaikan oleh 204 konsumen bank di Australia dan 219
nasabah bank di Thailand.
2
“Theory is separate from observations that maybe used to verify or falsify a
theory. Hypothetico deductive account if scientific explanation accepted.
Quantitative method of data analysis and collection which allows generalization
favoured.”
Dengan kata lain paradigma fungsionalisme atau positivism mengharuskan adanya
kepastian dan kebenaran. Hal itu menyebabkan, suatu fakta bisa dikumpulkan secara
sistematis dan terencana dan harus mengikuti asas yang terukur, terobservasi dan
diverifikasi. Positivism atau fungsionalisme sendiri sebenarnya merupakan paham
sebuah penelitian (Hapsari, 2016). Penelitian yang menggunakan paradigma positivism
atau fungsionalisme selalu mencari dan menemukan fakta atau penyebab terjadinya
suatu fenomena secara objektif, terlepas dari pandangan pribadi yang bersifat subjektif.
3
2. Jurnal 2 – Paradigma Interpretif
“Corporate Reporting and the Accounting Profession: An Interpretive
Paradigm”
Berdasarkan dari artikel Ogan dan Ziebart (1991) yang berjudul “Corporate
Reporting and the Accounting Profession: An Interpretive Paradigm” bertujuan untuk
menguji isu mengungkapan penuh menurut pelaporan ulang perusahaan dari berbagai
perspektif tentang kelompok konstituen. Isu pengungkapan penuh tersebut signifikan
dengan profesi akuntansi karena itu inti dari perusahaan dan konstituensinya. Artikel
ini menggunakan paradigma interpretif dengan menggunakan metode studi kasus.
Menurut saya penelitian ini hanya berlaku secara khusus pada kasus dengan kondisi
yang sama dan pada penelitian yang serupa, karena peneliti juga mengamati penelitian-
penelitian yang serupa dengan isu yang dia angkat.
4
3. Jurnal 3 – Paradigma Kritis
“Critical Accounting Research and Neoliberalism”
5
Menurut Chua dalam Kamayanti (2016),
“Criteria for judging theories are temporal and context bound. Historical,
ethnographic research and case studies more commonly used.”
Hal tersebut menunjukan jika kriteria paradigma kritis adalah untuk menghakimi
teori-teori yang bersifat duniawi, hal ini didukung dengan paham neoliberalism yang
menjadi topik utama dalam artikel ini. Karena paham neoliberalism sendiri merupakan
paham ekonomi yang bersifat duniawi. Chua juga menyatakan jika teori kritis itu
menyatakan tentang identifikasi dan penghapusan kekuasaan, dan praktek ideology
(Kamayanti, 2016). Hal tersebut dapat menjadi bukti pendukung jika artikel “Critical
Accounting Research and Neoliberalism” ini memang benar menggunakan paradigma
kritis sebagai landasan penelitiannya. Dalam kesimpulan, peneliti memaparkan hasil
penelitiannya dengan bahasanya sendiri yang bersifat kritis, dan juga menjelaskan hasil
penelitiannya tersebut dari sudut pandangnya dan juga memberi saran untuk fenomena
yang sedang terjadi saat itu.
6
4. Jurnal 4 – Paradigma Posmodern
“Postmodern Approaches in Business-to-Business Marketing and Marketing
Research”
Berdasarkan artikel dari Arias dan Acebron (2001) menyatakan jika sebagian besar
metodologi riset konvensional baik dalam pemasaran konsumen dan Business to
Business (B2B) bersifat modernis. Hal ini didasarkan pada beberapa asumsi tertentu
tentang sifat dan perilaku pasar dan akses pada pengetahuan. Asumsi-asumsi ini
dikembangkan untuk dunia produksi masal yang mekanistik dan pasar yang stabil.
Namun, kondisi tersebut tidak berlaku lagi. Selama dua dekade terakhir, beberapa
peneliti telah menggambarkan permulaan masyarakat baru yang postmodern. Dan
baru-baru ini, konsep pemasaran postmodern mendapatkan pengakuan, baik sebagai
pendekatan teoritis untuk mempelajari fenomena pemasaran dan orientasi praktisi
untuk manajemen. Beberapa alat penelitian baru juga sedang dikembangkan untuk
mengisi kekosongan informasi yang ditinggalkan oleh metode penelitian tradisional
yang terbatas pada model matematika dan analisis statistik.
Kondisi postmodern sangat lazim di arena B2B, tetapi, meskipun metode penelitian
postmodern baru perlahan-lahan semakin populer di pasar konsumen, namun
penggunaannya oleh para periset B2B masih hampir tidak ada. Tujuan dari artikel ini
adalah memberikan kontribusi untuk mengisi kekosongan yang ada dalam literatur
pemasaran B2B dan menyediakan kerangka kerja untuk penggunaan metode penelitian
postmodern di pasar industri.
7
mengubah realitas itu sendiri (Artigiani, 1995). Pada akhirnya, riset pemasaran
berkaitan dengan representasi (Brown, 1995) dari beberapa fakta yang tidak asing bagi
peneliti.
Hasil implikasi dari peneliti yang pertama ialah, karena tidak ada kriteria mutlak
untuk penilaian, tidak hanya perlu memilih di antara alternatif, tetapi untuk memilih di
antara kriteria untuk mengevaluasi alternatif tersebut oleh karena itu, pilihan menjadi
sangat subyektif. Kedua, lebih banyak perhatian harus diberikan kepada bentuk,
fashion dan representasi dalam pemasaran B2B. Ketiga, waktu menjadi sangat penting.
Jika sesuatu dapat dilakukan sekarang (pengiriman produk, peluncuran layanan baru,
pasokan informasi), hal itu harus dilakukan sekarang, atau sebelumnya. Jika tidak,
orang lain akan, mungkin dari zona waktu lain. Keempat, postmodernisme telah
memberikan hal yang baru tentang metodologi penelitian yang dipisahkan dari
keanggunan formal model matematika dan teknik statistik. Peneliti telah menunjukkan
bagaimana beberapa teknik ini berguna dalam pengaturan industri yang rumit dan tidak
jelas di mana penggunaan model matematika dan statistik formal tidak akan memadai.
Untuk menarik kesimpulan dari penulis, saya berpendapat bahwa pelajaran utama
penulis adalah bahwa bisnis atau pemasaaran pada khususnya, bukan hanya tentang
tujuan, pilihan rasional, tetapi juga tentang penggunaan kreativitas, inisiatif dan inovasi
dalam perkembangan manusia dan hal-hal yang dapat dilakukan orang.
8
DAFTAR PUSTAKA
Chomvilailuk, Rijanasak. & Butcher, Ken. (2013). The effect of CSR knowledge on
customer liking, across cultures. International Journal of Bank Marketing,
31(2), 98-114.
Ogan, Pekin., Ziebart, David A. (1991). Corporate Reporting and the Accounting
Profession: An Interpretive Paradigm. Journal of Accounting, Auditing &
Finance, 6: 387.