Anda di halaman 1dari 31

HALAMAN PERSEMBAHAN

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM,
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Sholawat serta salam tak lupa kita junjungan kepada nabi besar
Muhammad SAW. serta kepada kedua Orang Tua yang selalu mendukung segala
kegiatan Ananda tercinta serta telah mempercayai Ananda tercinta yang telah
memberi support untuk membuat buku thoroughbred “anti-mainstream”
veterinary Indonesia.

Kepada universitas wijaya kusuma yang telah memberikan ilmu dan


wawasan, drh. Era yang telah memberikan pembelajaran tentang penghayatan
profesi veteriner dan teman-teman saya yang telah membantu saya bertukar
fikiran dalam membuat buku ini menjadi lebih baik dan menjadi lebih sempurna.

Buku thoroughbred “anti-mainstream” veterinary Indonesia ini saya buat


berdasarkan keresahan terhadap dokter hewan yang mencari alternative pada
bidang kesayangan dan peternakan. semoga buku ini dapat menjadi berguna dan
bermanfaat pada orang masyarakat dan orang banyak.

Surabaya, 15 Desember 2018

Faisal Hidayatullah

1
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
INTRODUCTION .................................................................................................. 3
BAB I ...................................................................................................................... 5
SEJARAH DOKTER HEWAN .......................................................................... 5
Hubungan Manusia Dengan Hewan pada awalnya ......................................... 7
Pra-Sejarah ....................................................................................................... 8
Dokter Hewan Abad Meso-Modern .............................................................. 11
Dokter Hewan Modern .................................................................................. 14
Sejarah Dokter Hewan di Indonesia .............................................................. 17
Tugas Dokter Hewan ..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

2
INTRODUCTION
“THOROUGHBRED” mungkin
sangat belum banyak yang mendengar istilah
tersebut, throughbred iyalah ras kuda pacu,
bukan kuda penarik barang atau kuda kontes
(kuda tari). Kuda ini sangat memiliki tenaga
atau power yang sangat besar dan fisik yang
sangat gagah, kuda pacu sendiri memiliki
penikmat yang sedikit dan eksekutif , tidak
banya orang menilai kuda pacu ini sebagai
olah raga orang kaya yang memiliki kuda
pacu dan joki (raider) pribadi.

Olah raga kuda pacu ini seperti olah raga otomotif memiliki dokter hewan
(montir) dan pengendara (raider), olah raga ini sangat unik dan ekstrime karena
memiliki berbagai macam resiko kecelakaan. Balapan kuda pacu dulu memiliki
event terbesar di Indonesia diselengarakan di pulo mas Jakarta dan sekarang telah
dipindahkan ke salatiga di lapangan Tegal Waton, untuk lomba terbesar di Asia
diadakan di Singapore. Rekor terbesar transfer pembelian kuda throughbred di
Indonesia dibeli oleh eclipse stud and stable dengan nama kuda Keeninsky yang
di beli pada tahun 2012 dengan nilai 1,8 milliar rupiah dari Selandia Baru.

Kesenangan tehadap kuda pacu dari


saya sebagai penulis ini mengingatkan saya
saat bermain Playstation 1(PS1) berjudul
harvestmoon mengingatkan kita akan
kesenangan waktu kecil bercita-cita sebagai
cowboy dengan lasso-nya dan suasana Texas
jaman lampau saat imajinasi berkembang
dengan cepat. Melihat expert dokter hewan terhadapa kuda sangat sikit saya
melihat peluang yang cukup besar dalam bidang ini, saya pernah mengikuti drh.
Yuri sebagai expert kuda ke Havana stable dan beliau berkata “saya pernah

3
mengobati kuda sampai ke eropa”, seketika saya menilai point tersebut dengan
sangat penuh percaya diri. Eclipse stud and stable memiliki dokter hewan
perempuan yang menangani semua kuda disitu, mungkin dia satu-satunya dokter
hewan kuda yang perempuan di Indonesia yang saya ketahui bernama drh. Elita
Sally. Dokter hewan pada kuda pacu memiliki minat profesi yang sangat beragam,
bisa masuk dalam minat profesi hewan kesayangan, hewan ternak dan hewan
eksotis. Apabila anda para pembaca ingin berminat pada bidang ini, maka buku
ini saya buat untuk meningkatkan niat dan pengetahuan tentang kuda pacu atau
throughbred.

let’s roll!

4
BAB I

SEJARAH DOKTER HEWAN

Kedokteran adalah Profesi dari bahasa


latin Profesio, Pengakuan terhadap suatu
keahlian khusus yg memerlukan penjamian
agar pengguna jasa tidak dirugikan. Dokter
hewan disebut juga medik veteriner
adalah dokter yang menangani hewan dan
penyakit-penyakitnya. Selain bertanggung
jawab terhadap kesehatan hewan (keswan),
dokter hewan juga berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan hewan (kesrawan) serta kesehatan masyarakat
veteriner (kesmavet). Profesi dokter hewan untuk Indonesia sendiri masih
terbilang langka. Begitupun dengan pengetahuan mengenai profesi ini masih
terbilang cukup rendah. Padahal peran dokter hewan dalam kehidupan sangatlah
penting. Hal itu disebabkan karena manusia sangat bergantung pada hewan.
Bahan makanan manusia bersumber dari hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu,
untuk memperoleh sumber bahan makanan yang sehat dan bergizi maka kesehatan
hewan perlu dijaga dengan baik seperti motto
profesi dokter hewan yaitu ‘Manusia Mriga Satwa
Seweka’ yang bermakna Mensejahterakan
Masyarakat Melalui Kesejahteraan Hewan..
Profesi Veteriner merupakan profesi yang
sangat tua di dunia yang muncul sebagai
pengembangan dari Profesi Kedokteran di zaman
Yunani Kuno pada 460-367 Sebelum Masehi (SM)
oleh Bapak Kedokteran di dunia yaitu Hippocrates.
Profesi veteriner tercatat dalam kitab hukum pada
masa pemerintahan Raja Hammurabi (1792 SM).

5
Sejarah kata Veteriner ada beberapa versi, salah satunya di zaman Romawi
Kuno dikenal bangsa Estruscans yang sangat menyukai kuda dan sapi. Hal ini
tampak dari gambar-gambar yang merupakan peninggalan kuno. Hewan pada
masa itu mempunyai nilai sakral ataupun nilai martabat dan pada ritual-ritual
khusus digunakan sebagai hewan kurban. Kumpulan hewan kurban yang terdiri
dari kombinasi beberapa jenis hewan antara lain babi (sus), biri-biri (ovis), sapu
jantan (bull) disebut “souvetaurilia”, dan pekerjanya disebut sou-vetaurinarii,
yang kemudian diyakini sebagai lahirnya istilah “veterinarius”. Kemungkinan dari
terminology lain masih di masa Romawi, dikenal hewan beban sebagai “veterina”
dan suatu kamp penyimpanan hewan-hewan tersebut disebut “veterinarium”.
Term “veterinarii” juga digunakan pada dokumen kuno sebagai “orang yang
memiliki kekebalan khusus” karena memiliki “kompetensi khusus”.
Dalam sistem perkuliahan atau pembelajaran, ilmu veterinary dibagi
menjadi banyak bidang seperti anatomi, fisiologi, radiologi, reproduksi dan lain-
lain. Minat profesi sangat penting untuk memilih langkah kedepan dalam
menjalankan profesi kedunia masyarakat, karna akan sangat berdampak pada
tugas dokter hewan itu sendiri seperti konservasi, praktisi klinik, ternak dan lain-
lain.

6
Hubungan Manusia Dengan Hewan pada awalnya

Secara sains menurut teori Darwin manusia iyalah Homo sapien yang
termasuk dalam spesies primate bridepal atau yang berdiri dengan dua kaki. Homo
sapiens merupakan salah satu spesies di antara sekitar selusin genus Homo,
termasuk Homo erectus yang menghuni Eurasia 2 juta tahun yang lalu, dan homo
neanderthalensis yang punah sekitar 30.000 tahun yang lalu. Menurut teori
Darwin manusia mengalami seleksi alam yang membuat manusia berevolusi
seperti manusia modern seperti sekarang. Homo sapiens bukan merupakan
primata cerdas pertama, atau primata bipedal pertama, atau primata pertama yang
tersebar di sebagian besar dunia, atau yang pertama menggunakan alat, atau
bahkan mungkin yang pertama menggunakan bahasa, tetapi merupakan primata
pertama yang berhasil mengembangkan teknologi canggih dan kota
(Darwin.1859).

7
Pra-Sejarah

Jauh sebelum manusia mengenal tulisan. Manusia dan hewan hidup secara
liar di habitatnya masing-masing. Ilmu sejarah mengajarkan pada kita bahwa pada
zaman batu, manusia hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan
untuk musing dingin. Manusia kuno, memburu hewan liar diburu dijadikan
makanan.

Manusia telah mengetahui bertani dan


bercocok tanam, manusia mengubah gaya
hidup menjadi agraris. Mereka tak lagi
menggantungkan seluruh hidupnya dengan cara
berburu hewan dan memetik tumbuhan.
Manusia mulai berpikir untuk merawat dan
mengembangkannya sendiri di lingkungan mereka, manusia kuno melihat bahwa
hewan liar dapat bermanfaat untuk membantu kehidupan, sejak saat itu dimulailah
masa domestikasi hewan dan tumbuhan.

Domestikasi adalah suatu usaha untuk menjadikan hewan (atau tumbuhan)


dapat hidup dan tinggal bersama-sama dengan manusia. Berbagai penelitian
arkeologi dan genetis menyatakan bahwa anjing adalah spesies hewan pertama
yang didomestikasi oleh manusia. Hewan ini
didomestikasi dari serigala sejak 15.000
tahun yang lalu. Sementara itu,
bangsa mesir kuno yang sangat menjunjung
tinggi kucing, diperkirakan melakukan
domestikasi pada kucing pada tahun 8000
SM.

8
Pada zaman firaun dan kleopatra kucing dianggap hewan yang suci dan yang
diagungkan, sehingga segala sesuatu musibah selalu dikaitkan dengan hewan
kucing dewa tersebut. Menilai dari zaman tersebut dapat disimpulkan hewan telah
dirawat dengan baik dan diobati dengan baik dan benar.

Jaman Kuno penyakit selalu dikaitkan dengan ketahayulan, mithologi,


ilmu gaib dan agama Para penyembuh (pd wkt itu) berpredikat “Pendeta
Penyembuh ”Aesculapius” dari kata “Asklepios” (As=Ular, Klepios=melingkar di
tongkat). Aesculapius putra dewa Apollo murid dr Dewa Chiron (Centaur)
digambarkan sbg manusia membawa tongkat dilingkari ular, tangan yg lain
menggenggam tanaman berkasiat (simbol kefarmasian).

Pada 1000 SM pengobatan selalu dikaitkan dgn Supranatural


Dunia mengakui bhw ilmu kedokteran berakar dr Yunani kuno selain itu jg dari
belahan bumi lain spt dirintis oleh bapak ilmu kedokteran Imohotep di Mesir
Perkembangan Pengobatan dari Tradisional menjadi Kedokteran Modern diawali
berbagai tradisi :

9
 Tradisi Pendeta (priest-physican),
 Tradisi ahli penyembuhan dgn kreativitas keterampilan manusia
(artisan-physician),
 Tradisi keilmuan penyembuh (scientist-physician).

Berbagai spesies hewan pun didomestikasi oleh berbagai peradaban di berbagai


belahan bumi. Sejak saat itu, tubuh dan kesehatan hewan mulai diperhatikan. Baik
sebagai usaha untuk mengobati penyakit hewan, atau sebagai bahan studi
perbandingan dengan tubuh manusia (Mahyidin,2014).

10
Dokter Hewan Abad Meso-Modern
Kode Hammurabi mengatur berbagai aspek
kehidupan masyarakat Babilonia termasuk kesejahteraan
hewan dan jasa perawatan serta pengobatan hewan. Metode
kedokteran dan dasar-dasar filosofi kedokteran yang
dikembangkan oleh Hippokrates sangat dipahami dan
dihayati oleh seorang ilmuwan bernama Aristoteles (lahir
384 SM) yang menerapkannya pada penanganan penyakit-
penyakit hewan. Beliau adalah Pencetus Kedokteran Perbandingan (Comparative
Medicine) yaitu penerapan metode medik yang dipelajari untuk kedokteran
manusia kepada spesies hewan dan terkenal dengan bukunya “Historia
Animalium” (Story of Animals) yang menguraikan lebih dari 500 spesies hewan.
Selain itu beliau juga menulis buku tentang Patologi Hewan yang mengungkapkan
tentang penyakit-penyakit hewan serta memperkenalkan Kastrasi pada hewan
ternak muda dan efeknya pada pertumbuhan dan banyak lagi metode-metode
kedokteran pada berbagai spesies hewan. Karyanya yang lain adalah De Partibus
Animalium, De Genetatlone Animallium dan Problematicum (Anonim,2012).

Aristoteles salah satu dari tiga


filosof terbesar Yunani kuno, dikenal
sebagai bapak kedokteran hewan karena ia
adalah orang pertama yang melakukan
penelitian mendalam mengenai hewan.
Aristoteles meneliti berbagai jenis hewan.
Mencatat hal-hal yang ia temukan.
Menuliskan hasil penelitiannya itu dalam
berbagai buku-bukunya, yang dijadikan
acuan untuk pengembangan ilmu
selanjutnya. Aristoteles menulis banyak buku yang selanjutnya digunakan selama
ratusan tahun sebagai dasar ilmu pengetahuan dalam memahami hewan. Beberapa
judul buku yang ditulisnya antara lain the history of animals, the parts of animals,
dan the generation of animals. Namun karyanya dalam bidang biologi yang paling

11
besar adalah The Ladder of Life. Buku yang mengelompokkan hewan menjadi
berbagai tingkatan, ibarat sebuah tangga, berdasarkan fungsi dan kompleksitas
tubuhnya.

Aristoteles membagi hewan dan tumbuhan dalam 11 kelompok anak


tangga. Semakin kompleks makhluk hidup tersebut, semakin tinggi pula
posisinya. Tumbuhan berada pada posisi paling bawah. Bagian tengah diisi oleh
hewan yang bertelur. Bagian atas diisi oleh hewan yang melahirkan. Sedangkan
manusiaberada pada puncak tangga tersebut. Walaupun klasifikasi Aristoteles ini
tergolong tidak akurat jika dibandingkan dengan pengetahuan masa kini. Namun
hasil kerjanya menjadi dasar utama teori ilmiah pada sejarah ilmu biologi. Jauh
sebelum munculnya tokoh seperti Darwin dan Linnaeus.

Pada masa peradaban kuno, hewan yang paling diperhatikan kesehatannya


adalah kuda, karena mereka banyak dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan
peperangan (bagian dari pasukan kavaleri). Lama-kelamaan, kesehatan sapi dan
hewan ternak lainnya mulai diperhatikan sebagai hewan ternak. Anjing baru

12
mendapatkan fokus pada zaman modern, saat perekonomian dunia mulai tumbuh
dan peperangan mulai berhenti, yang kemudian disusul oleh hewan kesayangan
lainnya. Anjing dan kucing telah menjadi kesayangan yang umum dipelihara,
beberapa orang kemudian mencoba memelihara hewan eksotik di rumah. Interaksi
antara hewan dan manusia telah berlangsung selama ribuan tahun. Dimulai saat
manusia pertama kali bertemu dengan hewan dan berusaha menjinakkan mereka.

Ashoka the Great, salah satu emperor


terbesar India, merupakan penguasa yang sangat
peduli dengan kesejahteraan seluruh rakyatnya, baik
manusia maupun hewan. Sebagai penguasa, ia
menyediakan pelayanan medis
pada manusia dan hewan, mendirikan klinik untuk
manusia dan hewan secara berdampingan, melarang
pemotongan dan konsumsi sapi dan hewan-hewan
lainnya, terutama bagi keluarga kerajaan.
Pemerintahan Ashoka, Mauryan Empire dikenal sebagai “Salah satu dari sedikit
pemerintahan di dunia yang memperlakukan hewan sebagai rakyatnya, dengan
memberi mereka perlindungan yang sama terhadap manusia”.

Ada beberapa poin penting yang harus dicatat sehubungan dengan proses
domestikasi hewan :
 Seekor hewan dikatakan sebagai hewan domestik apabila ia
mampu hidup, tinggal dan berkembang biak di lingkungan
kehidupan manusia.
 Hewan domestik berasal dari satwa yang hidup liar di alam.
 Satwa liar masih bersifat buas, sedangkan hewan domestik lebih
toleran terhadap manusia.
 Pada hewan domestik telah terjadi perubahan sifat secara genetis
sehingga ia berbeda dengan nenek moyangnya yang liar dan buas.
 Apabila hewan domestik berkembang biak, keturunan yang
dihasilkannya harus memiliki sifat yang sama dengan induknya.

13
Dokter Hewan Modern

Walaupun berbagai buku tentang anatomi, fisiologi, dan taksonomi hewan


telah ditulis dan dipelajari, namun usaha untuk menjadikan kedokteran hewan
sebagai bidang ilmu formal dan profesi yang legal, baru dimulai sejak abad ke-18.
Usaha ini dirintis oleh seorang bangsawan Prancis yang bernama Bourgelat.
Claude Bourgelat (1712-1779) adalah orang yang mendirikan sekolah kedokteran
hewan pertama di dunia, yang terletak di Lyon, Prancis. Bourgelat adalah seorang
ahli Kuda. Karena ketertarikan dan pengetahuannya yang mendalam mengenai
kuda, ia diangkat menjadi direktur akademi berkuda Lyon. Bourgelat juga belajar
tentang metodologi ilmiah untuk melakukan pembedahan, meneliti anatomi kuda.
Bekerja sama dengan para dokter bedah di Lyon.

14
Dari sini, ia melihat bahwa terdapat banyak kesamaan antara tubuh manusia
dan hewan, sehingga ia mempertimbangkan kemungkinan adanya profesi dokter
hewan. Ia akhirnya aktif dalam kegiatan ilmuwan. Menjadi penulis artikel-artikel
tentang kuda di ensiklopedia Prancis.

Pada saat itu, abad ke-18. Penyakit-penyakit pada hewan ternak melanda
benua Eropa. Salah satu penyakit yang sedang mewabah adalah cattle
plague atau rinderpest. Bourgelat akhirnya berhasil meyakinkan Raja Louis XV,
penguasa absolut Prancis saat itu, akan pentingnya mendirikan sekolah dokter
hewan, untuk memberi pendidikan kepada masyarakat tentang kedokteran hewan,

15
yang akan menguntungkan negara memerangi penyakit seperti rinderpest ini.

Sang raja lalu mengabulkan permintaannya. Pada tahun 1761, Bourgelat diberi
sebidang tanah di Lyon untuk mendirikan sekolah kedokteran hewan dan ia
sendiri ditunjuk menjadi direkturnya. Sejak saat itu dimulailah usaha dalam
menggali dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan pengobatan penyakit pada
hewan domestik. Dimulai dari Lyon, lalu ke Alford (daerah kecil dekat Paris, dan
kemudian menyebar ke kota-kota lain di daratan Eropa, hingga ke seluruh dunia.
Di Amerika yang pertama “ Devision of Veterinary Medicine of IOWA State
Colledge of Agriculture and Mechanic Art” tahun 1879.

16
Sejarah Dokter Hewan di Indonesia
Indonesia Pendidikan Dokter Hewan di Surabaya tahun 1861 hanya 6
tahun Sekolah Dokter hewan pertama di Indonesia didirikan tahun 1906 (dari
MULO=SMP) tahun 1914 Nederlands-Indische Veeartzen School (dari
HBS=SMA).

Pendidikan kedokteran hewan di Indonesia mempunyai sejarah yang


panjang. Program pengembangan peternakan di zaman Belanda dahulu, terutama
ternak besar, memerlukan tenaga-tenaga ahli kesehatan hewan, yang pada masa
itu (pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20) amat langka. Pada tahun
1851 tercatat hanya ada dua orang dokter hewan bangsa Belanda. Sementara
berbagai penyakit menular, termasuk rinderpest, terjangkit di Indonesia.
Melihat keadaan itu Pemerintah Penjajahan Hindia Belanda membuka
sebuah sekolah dalam bidang kedokteran hewan di Surabaya pada tahun 1861
di pimpin oleh Dr. J. van der Weide. Siswa yang diterima adalah para
”bumiputra”, dengan lama pendidikan dua tahun. Namun ternyata upaya ini
kurang berhasil, karena selama sembilan tahun hanya delapan orang ”Dokter

17
Hewan Bumiputra” (Inlandsche Veearts) yang dihasilkan. Akhirnya sekolah itu
ditutup pada tahun 1875.
Namun pendidikan dokter hewan dilanjutkan dalam bentuk lain, yaitu
berupa magang pada ”Dokter Hewan Gubernemen” (Gouvernements Veearts =
Dokter Hewan Pemerintah). Dalam periode 1875 – 1880 tercatat ada sembilan
pemuda ”bumiputra” yang magang pada tujuh orang dokter hewan Gubernemen,
delapan orang di antaranya pada tahun 1880 diluluskan sebagai ”Inlandsche
Veearts”.

Meskipun pengetahuan dan kemampuan para dokter hewan ”bumiputra”


itu dinilai sangat memuaskan, namun pemerintah dalam hal ini Departemen
Kepamongprajaan (Binnenlands Bestuur), berpendapat pendidikan dokter hewan
perlu diselenggarakan secara intensif. Maka Direktur B.B lalu mengusulkan agar
pendidikan dokter hewan ini diselenggarakan seperti halnya pendidikan ”Dokter
Bumiputra” (Inlandsche Geneeskundige) pada STOVIA (School tot Opleiding van
Indische Artsen = Sekolah Dokter Djawa). Bahkan diusulkan pula agar
pendidikan dasarnya disatukan saja dengan STOVIA. Meskipun usul ini pada
prinsipnya disetujui oleh Menteri Urusan Jajahan (Minister van Kolonien) pada
pemerintah Kerajaan di Negeri Belanda, namun karena keberatan yang sangat dari
Direktur Departemen Pendidikan Keibadatan dan Kerajinan (Onderwijs,
Eeredienst en Nijverheid) maupun dari Direktur STOVIA, usul tadi tidak jadi
dilaksanakan.

18
Baru pada tahun 1907 ada perkembangan yang melincinkan jalan menuju
pendidikan kedokteran hewan yang mantap. Atas usul Prof. Melchior Treub,
Direktur Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Landbouw,
Nijverheid en Handel) Pemerintah mendirikan Laboratorium Veteriner
(Veeartsenijkundig Laboratorium) yang telah lama direncanakan oleh Dr. de
Does. Pada Laboratorium ini kemudian digabungkan kursus untuk mendidik
dokter hewan bumiputra. Kursus ini dibuka pada bulan Mei 1907 (seingat Prof.
Soeparwi, Dekan FKHP UGM, tanggalnya adalah 22 Mei) dengan nama : ”Cursus
tot Opleiding van Inlandsche Veearstsen”. Lama pendidikan ditetapkan empat
tahun, dan siswanya adalah lulusan HBS 3 tahun atau MULO (setingkat SMP
sekarang) dan sekolah-sekolah lain pada waktu itu yang dianggap sederajat. Dua
orang siswa pertamanya ternyata lulusan MLS (Middelbare Landbouwschool =
Sekolah Pertanian Menengah Atas) yang sebenarnya setingkat dengan SMU. Oleh
karenanya mereka langsung diterima ditingkat III.
Kursus ini mulanya ada di bawah pengawasan (superintendentie) Dr.
Koningsberger, Kepala Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor. Pada tahun
1908 Dr. L de Blieck didatangkan dari Belanda untuk memimpim Laboratorium
Veteriner, dan setahun kemudian (1909) beliau diserahi pula memimpin kursus.
Pada tahun 1910 nama kursus diubah menjadi ”Inlandsche
Veeartsenschool” (Sekolah Dokter Hewan Bumiputra) dan sebutan Kepala
Sekolahnya menjadi Direktur, yang masih tetap dijabat oleh Dr. de Blieck
merangkap sebagai Kepala Labotatorium. Kemudian pada tahun 1914 nama
sekolah itu diubah lagi menjadi ”Nederlands Indische Veeartsenschool” (NIVS)
atau Sekolah Dokter Hewan (SDH) dengan ketentuan bahwa sekolah ini tidak
hanya untuk siswa-siswa bumiputra melainkan juga terbuka bagi golongan lain.
Perkembangan selanjutnya ternyata malah ”mundur”, dengan disatukannya lagi
Sekolah dengan Laboratorium, menjadi ”Veeartsenijkundig Instituut” (VI) atau
Lembaga Veteriner. Namun akhirnya pada tahun 1919 Sekolah dipisahkan dari
Lembaga sehingga berdiri sendiri dan dapat berkembang sebaik-baiknya. Di
bawah kepemimpinan de Blieck NIVS ditingkatkan mutunya, antara lain dengan
memasukkan pelajaran bahasa Jerman agar para siswa dapat menggunakan buku-

19
buku kedokteran hewan berbahasa Jerman. Perlu pula dicatat bahwa sejak tahun
1920 lulusan NIVS diterima di Fakultas Kedokteran Hewan di Utrecht, negeri
Belanda, langsung di tingkat III.
Pada awal tahun 1942 bala tentara Jepang menyerbu Hindia Belanda.
Segenap daerah Indonesia dikuasai tentara Jepang. Roda pemerintahan militer
berjalan di bawah kekaisaran Jepang. Sekolah Dokter Hewan di Bogor dibuka
kembali dengan nama Bogor Semon Zui Gakko. Keadaan ini berlangsung hingga
pertengahan tahun 1945, ketika Jepang menyerah kepada Sekutu setelah kota
Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sekolah Dokter
Hewan Bogor dibuka kembali dan kemudian dinaikkan statusnya menjadi
lembaga pendidikan tinggi dengan nama Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan
(PTKH) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kemakmuran No. 1280 a/Per.
tanggal 20 September 1946. Lama pendidikan ditetapkan lima tahun. Kenaikan
status itu dipersiapkan dan diusulkan oleh Panitia Pendirian Perguruan Tinggi
Kedokteran Hewan yang diangkat oleh Menteri Kemakmuran. Sebagai Pimpinan
diangkat Dr. Mohede dengan sebutan Rektor Magnifikus. PTKH dibuka secara
resmi oleh Wakil Presiden Moh. Hatta bulan November 1946. (teks pidato Bung
Hatta tersimpan oleh almarhum Prof. Mukhlis, yang pada waktu peresmian itu
masih duduk di tingkat I. Sewaktu saya menjabat Dekan tahun 1990 teks itu
diberikan kepada saya, namun pada saat ini saya tidak tahu teks itu ada dimana-
Penulis).
Pada tahun 1947 krisis diplomatik antara pemerintah Republik Indonesia
dengan Kerajaan Belanda mencapai puncaknya. Tentara Belanda menyerbu
daerah-daerah Republik yang kemudian dikenal sebagai ”negara” termasuk
”negara Jawa Barat”, yang dimaksudkan agar kelak akan merupakan bagian dari
”Negara Federal”. Maka dihentikanlah aktivitas PTKH, dan beberapa orang
mahasiswanya mengungsi ke daerah Republik di Jawa Tengah. Ada pendapat
bahwa sebenarnyalah PTKH tidak pernah secara resmi dinyatakan ditutup pada
waktu itu. Bahkan atas persetujuan Rektor PTKH dan Kementerian Kemakmuran,
di Klaten pada tahun 1947 dibuka ”kelas dalam pengasingan” untuk tingkat

20
pertama dari Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Republik Indonesia (PTKH-
RI). Ketika pecah ”clash” kedua dan Ibu Kota RI Yogyakarta diserbu oleh
pasukan para (pasukan payung) Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, PTKH-
RI ditutup. Setelah Yogyakarta diserahkan kembali kepada Pemerintah RI maka
pada 1 November 1949 PTKH dibuka kembali tetapi pindah dari Klaten ke
Yogyakarta. Pada tanggal 19 Desember 1949 semua perguruan tinggi yang ada di
Yogyakarta bergabung menjadi Universitit Gajah Mada, dan PTKH-RI menjelma
menjadi Fakultit Kedokteran Hewan UGM.
Sementara di Bogor pada bulan Mei 1948 pemerintah Federal membentuk
”Faculteit der Diergeneeskunde (Fakultas Kedokteran Hewan), setelah
sebelumnya (tahun 1947) membentuk Faculteit voor Landbouw Wetenschappen
(Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian). Setelah perundingan di Komperensi Meja Bundar
(KMB) mencapai sukses dan dilakukan pemulihan kedaulatan (27 Desember
1949), maka pada tanggal 3 Februari 1950 secara resmi dibentuklah Universitet
Indonesia yang meliputi fakultas-fakultas di Jakarta, (Hukum, Ekonomi,
Kedokteran, Sastra), Bogor (Pertanian, Kedokteran Hewan) dan Bandung
(Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam). Nama Faculteit der Diergeneeskunde resmi
menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitet Indonesia (FKH-UI).
Dengan peraturan pemerintah No. 10 tahun 1955 istilah fakultit (UGM)
dan Fakultet (UI) diseragamkan menjadi Fakultas. Kemudian dengan Surat
Keputusan No. 53759/Kab. tertanggal 15 September 1955 istilah ”Peternakan”
disebut secara khusus dalam penamaan fakultas, sehingga lengkapnya
menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP).
Pada tahun 1961 dibuka Jurusan Perikanan Laut pada FKHP-UI bersama
dengan Jurusan Peternakan dan Jurusan Kesehatan Hewan dan nama fakultas
menjadi FKH PPL. Dua tahun kemudian, pada tanggal 1 September 1963
pemerintah membentuk Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan SK Menteri PTIP
No. 91 tahun 1963. Jurusan Peternakan ditingkatkan menjadi Fakultas Peternakan
dan Jurusan Perikanan Laut bersama dengan Jurusan Perikanan Darat Fakultas
Pertanian ditingkatkan menjadi Fakultas Perikanan. Maka nama FKH PPL

21
kembali menjadi hanya FKH lagi. Di UGM Fakultas Peternakan didirikan pada
bulan November 1969.
Sementara itu pada Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh pada tahun
1961 didirikan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Namun pada
perkembangannya aspek peternakannya bergabung dengan Fakultas Pertanian.
Pada Tahun 1969 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang membuka
Jurusan Kedokteran Hewan yang diasuh bersama oleh Universitas Airlangga
Surabaya dan Pemda Jawa Timur. Namun Jurusan ini tidak dilanjutkan dan
Universitas Airlangga mendirikan sendiri Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun
1972, dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 055/0/1972
tertanggal 25 Maret 1972. Terakhir Universitas Udayana di Denpasar, membuka
Program Studi Kedokteran Hewan pada tahun 1983, yang sebelumnya merupakan
Jurusan Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan semenjak 1979. Program ini
menginduk langsung kepada Rektor sambil menunggu memperoleh status
sebagai fakultas. Status sebagai fakultas baru tercapai pada tahun 1997.
Demikianlah setelah 96 tahun sejak dimulainya pendidikan kedokteran
hewan di Bogor pada tahun 1907, di Indonesia sekarang kita mempunyai lima
Fakultas Kedokteran Hewan yaitu berturut-turut di IPB Bogor, Universitas Gajah
Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Universitas
Airlangga Surabaya dan Universitas Udayana Denpasar.

22
Tugas Dokter Hewan

Profesi dokter hewan yang berkecimpung dalam bidang medis veterinary


dalam kasus zoonosis, dokter hewanlah sangat bertanggung jawab seperti flu
burung, rabies, antraks, tuberculosis, leptospirosis dan titanus dari feses hewan
dan masih banya lagi yang menjadi prioritas bersama untuk segerah dicegah dan
ditanggulangi. dokter hewan bertanggung jawab pada kesehatan manusia
yang terkena zoonosisnya dan hewan yang menjadi penyebaran
penyakit tersebut. Namun ironisnya di Indonesia dokter hewan tidak
mendapatkan kedudukan yang semestinya dalam menangani kasus yang
sangat kompleks.
Di-era globalisasi sekarang dokter hewan di tuntut untuk tidak hanya
menangani kasus kesehatan hewan semata, melainkan bertanggung jawab untuk
menjaga kesehatan masyarakat terhadap ketahanan pangan pada karkas ternak
baik, sehat dan daya saing bangsa. Bahakan lingkungan hewa dan konservasi juga
menjadi sektor tanggung jawab dokter hewan agar melestarikan dan menghambat
terancam punahnya hewan yang dilestarikan di dunia ini akibat pemanasan global
dan berkurangnya lahan pemukiman satwa domestic tersebut.

23
THOROUGHBRED

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Equidae
Genus : Equus
Spesies : Equus caballus
Kuda yang satu ini merupakan kuda RAS baru hasil silangan manusia.
Keturunan dari silangan kuda betina asli Inggris dengan kuda jantan dari Turki
serta kuda jantan dari Arab yang dikembangkan pada abad 17 dan 18. Kuda arab
dipilih karena kecantikan bentuknya ringan dan atletis, spirit dan staminanya yang
kuat. Kini kuda RAS baru Thoroughbred yang sekarang menjadi jawara kuda
pacu di dunia. Kuda thoroughbred saat ini terus dikembangkan orang dibanyak
negara termasuk Indonesia. Sekarang ini ada 118.000 ekor kuda thoroughbred
lahir setiap tahun dan terdaftar rapi.

Sejarah kuda thoroughbreds dimulai tahun 1690 sejak Kapten Robert


Byerley menangkap seekor kuda jantan berdarah Arabian dan menungganginya

24
pulang ke Inggris setelah berakhirnya perang. Kuda yang diberi nama Byerly Turk
ini selama 6 tahun menjadi seekor pejantan berdarah Arab yang menjadi bapak
dari banyak anak hasil persilangan dengan kuda betina asli Inggris. Didalam buku
tentang pejantan dimasukkan dengan nama “Byerly Turk”. Byerly Turk manjadi
konstributor paling penting terhadap kuda terkenal Herod waktu itu, serta anak
Herod yang bernama Highflyer.

Pada tahun 1704 Thomas Darley mengimport lagi kuda pejantan dari
Aleppo, beliau mulai secara selektif menyilangkan kuda ini dengan kuda pacu
betina lokal yang berprestasi. Lahirlah kuda pacu terkenal pertama dengan nama
Flying Childers. Darley Arabian ini menjadi konstributor penting pada darah kuda
Pejantan Eclipse. Hampir 90 persen kuda thoroughbred dunia yang terdaftar
memiliki jalur keturunan dari Eclipse ini.

Pada tahun 1728 kembali Lord Godolphin membawa kuda pejantan


dengan nama Godolphin ke Inggris dan menjadi pejantan dari banyak anak.
Ketiga kuda diatas merupakan moyang kuda RAS baru Thoroughbred yang
sekarang ini menjadi jawara kuda pacu di dunia.

Kuda Thoroughbred merupakan kuda RAS baru hasil silangan manusia.


Merupakan keturunan silangan kuda betina asli Inggris dengan kuda jantan dari

25
Turki serta kuda jantan dari Arab yang dikembangkan pada abad 17 dan 18. Kuda
arab dipilih karena kecantikan bentuk nya, ringan dan atletis, spirit dan
staminanya yang kuat. Kuda thorougbred modern saat ini dapat ditelusuri
pedigrenya dan berasal dari dari 3 ekor kuda diatas.
Kuda thoroughbred saat ini terus dikembangkan orang dibanyak negara termasuk
Indonesia. Sekarang ini ada 118.000 ekor kuda thoroughbred lahir setiap tahun
dan terdaftar rapi. Organisasi resmi seperti Jockey Club di Amerika adalah
organisasi yang bertugas mengontrol pendaftaran, melakukan pembinaan terhadap
semua lembaga dan peternak maupun pelatih serta jockey kuda thoroughbred di
wilayah Amerika Utara termasuk Canada. Dinegara lain seperti Australia dan
Eropa juga memiliki organisasi serupa yang bertugas untuk menjaga keaslian
darah dalam mengembangkan kuda jenis ini. Di Indonesia organisasi yang
berwenang dalam hal ini dipegang oleh Biro Regristrasi Kuda (BRK) dibawah
PORDASI.

Pacuan Kuda Thoroughbred telah dimulai pada berabat-abat silam. Para


penggemar kuda pacu didunia memiliki tradisi yang sudah cukup lama dalam
mengadakan pacuan kuda-kuda thoroughbred. Pacuan-pacuan yang terkenal
didunia diadakan di Inggris, Amerika serta Australia. Di Inggris Raya sendiri
terdapat 60 trak pacuan atau gelanggang pacuan kuda yang terdaftar di Badan
Pacuan Kuda Inggris, tersebar mulai dari Scotlandia sampai bagian selatan
Inggris. Barangkali menjadikannya sebagai suatu negara dengan jumlah arena
pacuan kuda terbanyak di dunia bersama Amerika

Asal Usul Kuda Nenek moyang kuda yang pertama kali ditemukan adalah
Hyracotherium dikenal di daerah Amerika sebagai Eophippus yang ditemukan di
Amerika utara dari sebuah fosil yang berumuran 50 juta tahun, dan fosil yang
sama ditemukan didaerah Eropa. Keturunan Hyracoyherium terdapat 50 – 38 juta
tahun yang lalu, yang merupakan hewan hutan yang masih belum berkembang.
Bentuk fosil tersebut berukuran seperti domba dengan tinggi sekitar 60 cm dan
panjang sekitar 8 -9 inchi atau 20 cm yang memikiki 4 buah jari pada kaki depan
dan 3 buah jari di kaki belakang. Hyracotherium ini pertama kali muncul di

26
daerah Amerika utara dan kemudian bermigrasi ke Eropa (Blakely dan Bade
1998). Kuda termasuk hewan yang bertulang belakang dan mempunyai kelenjar
susu untuk menyusui anaknya. Dengan perkembangan setiap zamannya kuda
mempunyai klasifikasi zoologis menurut Blakely dan Bade (1998) secara umum
klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut:

Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari
binatang kecil yang oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus. Leluhur
nenek moyang kuda berasal dari binatang kecil yang tingginya itu hanya 25-45 cm
dengan setiap kakinya memiliki 3 teracak. Dilihat dari perkembangan leluhur
kuda mempunyai daya adaptasi yang membuat perubahan pada kaki. Pada kaki
terdapat perubahan karena adaptasi terhadap lingkungannya, yang awalnya berjari
lima berubah menjadi empat, berjari empat menjadi tiga, hingga akhirnya berjari
satu. Satu jari depan mengalami retraksi menjadi splint (Blakely dan Bade, 1991).
Kuda termasuk hewan yang bertulang belakang dan mempunyai kelenjar susu
untuk menyusui anaknya. Evolusi yang terjadi pada kuda diakibatkan karena
perubahan iklim dan vegetasinya. Adaptasi kuda menjadikan kuda dengan ciri –
ciri fisiknya beruah menjadi kuda yang memiliki perubahan – perubahan tubuh
seperti perubahan kaki yang lebih panjang dan lebih cepat pegerakannya dan
jumlah jari kaki depan maupun kaki belakang berkurang menjadi tiga. Kuda –
kuda yang mengalami evolusi kemudian berkembang menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kuda yang memakan daun - daunan (browsers) dan kelompok kuda
pemakan rumput – rumputan (grazers). Kuda pemakan daun – daunan muncul
lebih dulu dibandingkan kuda pemakan rumput, namun kuda pemakan daunan ini
lebih dahulu punah yaitu sekitar 11 tahun yang lalu, sedangkan kuda pemakan
rumput yang muncul sekitar 10 -15 ribu tahun yang lalu memiliki kaki yang lebih
panjang dan dapat memanfaatkan makanan – makanan yang dapat dikonsumsinya
dengan baik sehingga memiliki tubuh lebih besar kemudian mulai muncul kuda
berjari satu yang berkembang dari kuda pemakan rumput. Kuda – kuda ini
memiliki tubuh yang besar, kaki yang lebih, panjang, tulang dan rahang yang

27
lebih besar kuda pemakan rumput dapat berlari dengan kecepatan yang baik.
(Blakely dan Bade 1998).

Berdasarkan catatan sejarah dan pertimbangan arkeolog menujukkan


bahwa kuda telah terpisah dengan filum mamalia lainnya sejak dahulu kala dan
didomestikasi didaerah Eurasian, negara bagian Ukarania pada tahun 4000 SM
yaitu hewan ini dimanfaatkan untuk tunggangan dan sumber daging (Vila et al.
2001). Terdapat juga beberapa daerah lain yang diduga telah mendomestikasi
kuda seperti di Cina, Mesopotamia, Turkistan dan wilayah bagian utara
pengununggan Persia (FAO 2001) (Walker 2008). Secara umum kuda dapat
diklasifikasikan berdasarkan darah, ukuran, berat dan kegunaannya. Kuda ringan
(light horses) memiliki tulang belulang yang sangat kecil, kakinya tipis, dan
memiliki berat 900 – 1200 lbs (450-600kg) saat dewasa, tinggi 14,4 – 17 hands
(146 – 173 cm). kegunaan utama jenis kuda ini adalah untuk kuda pacu, kuda
tunggang, atau untuk membantu dalam peternakan. Kuda ringan (light horses)
umumnya lebih lincah, lebih aktif dan lebih cepat dibandingkan dengan kuda
berat (heavy horses). Pada umumnya kuda ini memiliki darah panas (hotblood).
Kuda Berat (heavy horses) kuda ini memiliki tulang – tulang yang besar dan kaki
tebal dan kuat dengan berat 1400 lb (700kg) atau lebih saat dewasa dan tinggi
14,5 – 15,5 hands (147 – 157 cm). umumnya kuda ini berdarah dingin
(coldblood). Kegunaan utama dari kuda ini adalah untuk kuda Tarik beban, kuda
tunggang, dan kuda dipakai untuk pekerjaan berat lainya. Kuda terakhir adalah
kuda poni yang memiliki berat kurang dari 800 lbs (400kg) saat dewasa dan tinggi
kuda ini dibawah 14,5 hands (147cm). kuda ini memiliki darah hangat
(warmblood) dengan keuntungan dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pada
umumnya kuda ini dipakai untuk kuda pacu atau kuda tunggang. (Ensminger,
1962) (Maswarni, 2014). Ada beberapa kegunaan yang dimiliki kuda, yaitu (1)
sebagai hewan kesenangan, (2) diternakkan, (3) tenaga kerja, (4) pertunjukan, dan
(5) olah raga. Akan tetapi secara umum, seekor kuda tidak dapat mengunakan
semua kegunaan tersebut.

28
Kuda seharusnya diseleksi terlebih dahulu untuk menentukan kegunaan utamanya
Pacuan kuda di Indonesia berada di bawah naungan PORDASI (Persatuan
Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia). Pacuan kuda di Indonesia merupakan
olahraga warisan dari penajahan Belanda. Kuda yang digunakan dalam pacuan
tersebut adalah kuda Thoroughbred. Impian untuk menciptakan kuda idaman
yang sesuai keadaan alam dan masyarakat, telah muncul bahkan sebelum
kemerdekaan, namun upaya sitematis dari Bangsa Indonesia sendiri yang hendak
mewujudkan impian itu, baru muncul pada dekade 1960-an. Impian yang
menggerakkan upaya sistematis adalah juga menciptakan kuda pacu seperti
Thoroughbred, namun yang memiliki identitas Indonesia, yang bisa disebut
sebagai Kuda Pacu Indonesia (KPI). Untuk mewujudkan impian kua pacu
Indonesia itu, maka pada 1967 dan 1968, diimpor empat (4) ekor kuda pejantan
jenis Thoroughbred (TB) dari Australia untuk dikawinkan dengan kuda-kuda
betina lokal. Hasil persilangan yang pertama antara pejantan TB dan betina lokal
lahir pada 1970 (Soehardjono, 1990). Kuda pacu Indonesia (KPI) merupakan
ternak yang dibentuk melalui program grading up untuk memenuhi permintaan
kuda pacu. Proses pembentukan KPI dimulai dari G1 yang merupakan hasil
persilangan betina lokal dengan pejantan Thoroughbred dengan darah lokal 50%
dan darah Thoroughbred 50%. G2 merupakan hasil silang betina G1 pada umur 3
atau 4 tahun dengan pejantan Thoroughbred. Kuda betina G2 disilangkan dengan
jantan Thoroughbred akan menghasilkan G3 dengan komposisi darah lokal 12,5%
dan darah Thoroughbred 87,5% yang dirasa sudah cukup baik untuk dijadikan
bibit pejantan (parent-stock) pembentukan Kuda Pacu Indonesia. G4 selanjutnya
dibentuk untuk dijadikan sebagai betina indukan KPI dengandarah lokal 6,25%
dan darah Thoroughbred 93,75%, yang merupakan hasil persilangan antara betina
G3 dan jantan Thoroughbred. Betina G4 selanjutnya disilangkan dengan jantan
G4 atau G3 dan menghasilkan kuda pacu Indonesia saat ini (Soehardjono, 1990).
Pembentukan kuda pacu harus memenuhi standar kuda pacu Indonesia yang
sesuai dengan SK Dirjenak no: 105/TN.220/Kpts/DJP/Deptan/95 tanggal
24/02/1995 yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Pertanian No.
4468/Kpts/SR.120/7/2013 tanggal 09/07/2013 dengan syarat-syarat sebagai

29
berikut: (1) standar komposisi darah, (2) standar fisik atau performans seperti
tinggi gumba, lebar dada, panjang badan, dan kecepatan lari, (3) standar warna
bulu, (4) standar mutu atau siklus mutu seperti mutu istal, mutu pejantan atau
induk, mutu pemeliharaan, mutu reproduksi, mutu pemuliabiakan (seleksi), mutu
hasil keturunan, dan evaluasi mutu hasil, (5) sebagai bibit kuda pacu Indonesia
harus mempunyai sertifikat lahir, sertifikat pacu dan kecepatan lari, dan sertifikat
pemace

30
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2018.hippokratos.www.google.com

Anonim.2012.sejarah dokter hewan.http://kedok-


hewan.blogspot.com/2012/06/sejarah-kedokteran-hewan-di-dunia.html

Mahyidin.I.2014.sejarah dokter hewan.


https://dokterhewanirfan.blogspot.com/2014/08/sejarah-kedokteran-hewan.html

Setyawan.I.2010.sejarah perkembangan profesi dokter hewan http://ivan-


setyawan.blogspot.com/2010/09/sejarah-perkembangan-profesi-dokter.html

31

Anda mungkin juga menyukai