Anda di halaman 1dari 4

Contoh Proposal Skripsi Hukum –

Kali ini saya akan memberikan sedikit mengenai Contoh Proposal Skripsi Hukum.
Contoh Proposal Skripsi Hukum.

Proposal Skripsi Hukum ini dibuat untuk melanjutkan ke jenjang skripsi hukum yang digunakan
untuk kelulusan sebuah perkuliahan.Berikut ini adalah Contoh Proposal Skripsi Hukum yang
dapat saya berikan untuk teman - teman semuanya.

IMPLIKASI BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 1999 TENTANG PERS


TERHADAP KEBEBASAN PERS

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Bentuk dari hak publik jumlahnya banyak, salah satu diantaranya adalah hak publik untuk
mendapatkan informasi dimana hak tersebut merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki,
yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum,
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh informasi adalah dari
pers, oleh karena itu sudah sepatutnya apabila kemerdekaan pers dijamin melalui suatu undang-
undang. Jaminan terhadap kemerdekaan pers yang merupakan salah satu wujud kedaulatan
rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang demokratis, adalah juga jaminan terhadap kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945.

Pertumbuhan dan perkembangan pers nasional korelatif atau memiliki hubungan satu sama lain,
dengan laju pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional secara keseluruhan. Di satu
pihak, pers merupakan salah satu media pendukung keberhasilan pembangunan, di lain pihak,
pers banyak turut mengambil manfaat dari keberhasilan pembangunan. Keberhasilan dalam
bidang pendidikan, peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan fasilitas perhubungan
darat, laut dan udara, misalnya, sudah jelas besar manfaatnya bagi pertumbuhan dan
perkembangan pers.

Adanya hubungan korelatif antara pers nasional dan pembangunan membawakonsekwensi


bahwa bentuk dan isi pers Indonesia perlu mencerminkan bentuk dan isi pembangunan. Dengan
lain perkataan, kepentingan pers nasional perlu mencerminkan kepentingan pembangunan
nasional.
Pers sebagai media pendukung keberhasilan pembangunan, perlu senantiasa menyadari tentang
tujuan pembangunan nasional, ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, yang
mementingkan pemerataan materiil dan spirituil, berdasarkan Pancasila, dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu, perlu juga menyadari tentang landasan
pembangunan nasional yang bertumpu pada pokok pikiran untuk membangun Manusia Indonesia
seutuhnya, dan membangun seluruh masyarakat Indonesia.

Pers sebagai sub-sistim dari sistim sosial yang ada, di mana pers itu diterbitkan, perlu menjaga
adanya kesadaran tersebut, untuk memantapkan arah pengabdian pers nasional bagi kepentingan
masyarakatnya. Suatu pengabdian yang akan turut menjamin keberhasilan pembangunan, yang
pada gilirannya akan dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan pers itu sendiri.

Sudah barang tentu, pengabdian pers kepada masyarakatnya bukan hanya atas pertimbangan
yang bersifat pragmatik semacam itu, yaitu pertimbangan yang mementingkan hasil-hasil yang
praktis tanpa perlu mengkaitkannya dengan berbagai teori dan alam pemikiran, yang sebenarnya
jauh lebih pokok. Hal ini dapat dipelajari dalamPedoman Pembinaan Idiil Pers, yang
menyangkut pers pembangunan.

Di dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers dijelaskan, bahwa pers nasional sebagai lembaga
masyarakat yang mempunyai fungsi untuk mendukung kemajuan masyarakat lingkungannya,
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyebar luaskan pesan-pesan kemajuan dan
keberhasilan pembangunan kepada masyarakat pembacanya. Penyebarluasan pesan-pesan
semacam itu sekaligus akan dapat menanamkan kesadaran, kepercayaan dan harapan yang wajar
kepada masyarakat bahwa orang Indonesia itu sebenarnya mampu untuk merencanakan dan
menyelesaikan pembangunan dengan baik; bahwa setiap keberhasilan pembangunan akan
menempatkan kita dalam keadaan yang lebih baik, dan bahwa dengan demikian arah
pembangunan yang kita anut itu dapat di pertanggung-jawabkan.

Pers pembangunan tidak diharapkan untuk menutup mata terhadap kesulitan, kekurangan
ataupun kegagalan dari pembangunan. Tetapi yang penting untuk diperhatikan adalah perlunya
turut menanamkan kepercayaan akan kemampuan sendiri dalam mengatasi segala macam
problema. Kesulitan apapun yang kita alami dalam melaksanakan pembangunan nasional, perlu
diambil hikmahnya dan dimanfaatkan untuk mengadakan koreksi dan penyempurnaan, tanpa
mengganggu stabilitas nasional yang sangat diperlukan bagi kelangsungan pembangunan itu
sendiri secara terencana.

Untuk itu, pers pembangunan bertugas turut menciptakan suasana batin masyarakat, agar dapat
diliputi dengan rasa syukur, penuh harapan dan penuh kemauan untuk bekerja giat dan lebih
tekun dalam membantu pelaksanaan pembangunan. Suasana batin semacam itu akan dapat
membantu pengembangan iklim sosial yang menguntungkan bagi suksesnya pembangunan.
Inilah juga yang disebut dengan istilah pembinaan sikap mental dan sikap hidup manusia
pembangunan, ialah suatu sikap yang dalam taraf terakhir bersumber pada tata dasar dan falsafah
hidup Pancasila. Di sinilah terkaitnya pers, sebagai salah satu media komunikasi massa, sebagai
jalur yang diharapkan turut memasyarakatkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999, Tentang Pers, istilah
‘pers’ berarti lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik
maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala
jenis saluran tersedia.

Akhir-akhir ini, timbul kegamangan dalam dunia pers. Kegamangan itu merupakan akibat dari
pelaksanaan kebebasan pers berupa kritik yang tak berperasaan, menyesatkan, dan sangat miring.
Ada dua kasus utama yang diamati oleh peneliti, yang pertama kasus Djadja Suparman (DS)
versus beberapa harian, antara lain Radar Bali, Sumatra Ekspres, Rakyat Merdeka, dan Jawa Pos,
yang kedua kasus Tommy Winata (TW) versus majalah Tempo. Korban-korban pemberitaan
pers telah berjatuhan, dan hal ini menunjukkan bahwa slogan selalu yang pertama dalam
melansir sesuatu berita, betul-betul merupakan persaingan bebas dalam kebebasan pers.
Persaingan bebas dalam kebebasan pers ternyata juga mengandung aspek negatif, sehingga
diplesetkan menjadi kebablasan pers. Pencegahan kebablasan pers itu menyebabkan pers terbuka
untuk dikontrol masyarakat. Selain itu, Undang-Undang Pers (UUP) juga sudah menyiapkan
mekanisme penyelesaian permasalahan akibat kebebasan pers dalam pemberitaan, lebih-lebih
apabila korbannya para politisi atau konglomerat hitam.

B. Perumusan Masalah

Didasarkan atas judul penelitian dan latar belakang masalah di atas, dapat dikatakan bahwa
penelitian ini masuk dalam penelitian hukum yang mengatur bidang kegiatan pers. Masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah implikasi berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers


Terhadap Kebebasan Pers?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implikasi berlakunya Undang-
Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terhadap Kebebasan Pers.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan Hukum Tata Negara, khususnya
yang berhubungan dengan Pers setelah berlakunya Undang-undang No. 40 Tahun 1999 Tentang
Pers
Memberikan sumbangan pemikiran tentang peran pers dalam pembangunan.
Sekian informasi sederhana saya mengenai Contoh Proposal Skripsi Hukum.Semoga apa yang
saya berikan ini dapat membantu teman - teman dengan adanya artikel saya mengenai Contoh
Proposal Skripsi Hukum.

Anda mungkin juga menyukai