Anda di halaman 1dari 17

KETERGANTUNGAN MASYARAKAT INDONESIA

TERHADAP BANTUAN LUAR NEGERI


MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Masyarakat
Indonesia yang diampu oleh:
1. Drs. H. Wahyu Eridiana, M.Si
2. Setio Galih Marlyono, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 5
Annisa Rizki Amalia 1700094
Arneta Tasya 1705075
Bintang Mahesa 1703268
Dandung Gusty Priyoga 1703370
Nisfah Laeli Marufah 1700561
Sifa Aufiyazzahra 1702517

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Salawat dan salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarganya, para
sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Kami bersyukur kepada Ilahi
Rabbi, bahwasannya atas taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Ketergantungan Masyarakat Indonesia terhadap Bantuan
Luar Negeri”.
Dalam makalah ini, kami berusaha akan mengupas bagaimana selama ini
kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia masih sangat bergantung terhadap
bantuan dari luar negeri (atau dalam hal lain produk-produk impor/produk luar
negeri). Hal-hal yang berkaitan dengannya seperti sebab timbulnya ketergantungan
dan dampak yang ditimbulkannya akan kami kupas semaksimal mungkin dalam
makalah ini. Kami pun menyadari betul bahwasannya mungkin dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan, baik keterbatasan kami
dalam memahami permasalahan, kurangnya sumber-sumber referensi maupun dari
segi penyusunannya sendiri yang masih banyak kekurangan di sana-sini.
Oleh karena itu, besar harapan kami agar para pembaca sekalian dapat
mengkritisi kami agar dapat kami perbaiki ke depannya. Semoga makalah ini
bermanfaat guna menambah wawasan para pembaca dan kita semua. Amin.
Sekian.

Bandung, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I – PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II – KAJIAN TEORI ................................................................................ 3
2.1 Teori Ketergantungan ............................................................................... 3
2.2 Bantuan Luar Negeri ................................................................................. 3
BAB III – PEMBAHASAN ............................................................................... 5
3.1 Sejarah Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri ..................... 5
3.2 Faktor Timbulnya Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri .... 6
3.3 Dampak Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri .................... 7
3.4 Cara Mengatasi Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri ....... 8
BAB IV – KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 11
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 11
4.2 Saran ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sejatinya merupakan negara yang kaya bila dilihat dari
kekayaan sumberdaya alamnya. Akan tetapi, karena SDM nya masih kurang
mumpuni maka kekayaan sumberdaya alam tersebut pun masih belum dapat
dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, banyak dari kebutuhan kita
yang dicukupi dengan impor atau mendatangkan barang dari luar negeri.
Hal tersebut menimbulkan ketergantungan kita terhadap barang-barang dari
luar negeri (baik dalam wujud impor barang maupun bantuan luar negeri).
Sekilas memang saat kita mendatangkan barang-barang dari luar
negeri, tidak akan ada dampak buruk apapun terhadap negara kita. Namun,
bila ketergantungan tersebut terus-menerus kita “lestarikan”, maka bukan
tidak mungkin kedaulatan kita sendiri akan terancam. Dalam makalah ini,
kami akan membahas faktor-faktor apa saja yang menimbulkan
ketergantungan tersebut, lalu dampak-dampak yang ditimbulkannya serta
bagaimana cara mengatasi ketergantungan tersebut. Hal tersebut karena
sejatinya pemenuhan hajat hidup warga negara merupakan bagian dari
kedaulatan negara. Bila negara saja tak mampu memenuhi hajat hidup
warganya, maka kedaulatannya pun dapat dengan mudah terancam.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia menjadi
ketergantungan terhadap bantuan luar negeri?
b. Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat dari ketergantungan
Indonesia terhadap bantuan luar negeri?
c. Bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan ketergantungan
tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Studi Masyarakat
Indonesia; dan
b. Menambah wawasan mengenai ketergantungan kita terhadap bantuan
dari luar negeri, baik dalam kondisi darurat maupun dalam kondisi tidak
darurat.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Menambah wawasan para pembaca mengenai ketergantungan kita
terhadap bantuan dari luar negeri, baik dalam kondisi darurat maupun
dalam kondisi tidak darurat; dan
b. Mengingatkan kepada para pembaca bahwasannya sebagai negara yang
berdaulat, seharusnya Indonesia tidak terlalu ketergantungan terhadap
masuknya bantuan-bantuan dari luar negeri.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Teori Ketergantungan


Secara umum, Teori Ketergantungan adalah teori yang
menggunakan pendekatan struktural. Oleh sebab itu, Teori
Ketergantungan ini dapat digolongkan ke dalam kelompok Teori
Struktural. Dalam Teori Struktural, disebutkan bahwa kemiskinan yang
terdapat pada negara-negara Dunia Ketiga, khususnya pada rendahnya
produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang
bersifat eksploitatif, yaitu negara yang kuat akan mengeksploitasi
negara yang lemah. Menurut Teori Struktural, perdagangan dunia yang
bebas justru dimanfaatkan sebagai wadah untuk mengeksploitasi
negara-negara yang lemah di Dunia Ketiga.
Theotonio Dos Santos (dalam Ruslin, 2003) mengemukakan bahwa
kondisi ketergantungan adalah satu kondisi dimana kehidupan ekonomi
negara-negara tertentu sangat bergantung pada perkembangan dan
ekspansi dari negara-negara lain, dimana negara-negara yang
ketergantungan tersebut hanya berperan sebagai penerima akibat
(objek) saja. Hubungan ketergantungan terjadi bila ekonomi beberapa
negara (negara-negara maju) bisa berekspansi dan berdiri sendiri,
sedangkan ekonomi negara-negara yang ketergantungan (negara-negara
berkembang) mengalami perubahan tetapi hanya sebagai akibat dari
ekspansi tersebut, baik positif maupun negatif.

2.2 Bantuan Luar Negeri


Morghentau (1962) yang merupakan salah satu tokoh central
realism, dalam artikelnya yang berjudul A Political Theory of Foreign
Aid mencoba mengembangkan tipologi dari bantuan internasional atau
bantuan luar negeri. Ia mengidentifikasi lima tujuan dari kebijakan
bantuan luar negeri, yaitu: military (militer, alutsista), prestige (gengsi),
humanitarian (kemanusiaan), economic (ekonomi), dan subsistence
(penghidupan). Tipologi ini diangkat untuk mengorganisasikan
kompleksitas kebijakan yang di labeli dengan nama “foreign aid”.
Berdasarkan hal ini maka ada dua tipe strategi yang di gunakan untuk
mendapatkan pengaruh: propaganda dan suap (propaganda and bribes).
Sebagian besar tipe bantuan internasional atau bantuan luar negeri yang
di identifikasi bersifat politis, hanya sedikit yang sifatnya humanitarian
foreign aid. Artinya, hal yang seharusnya bersifat non politis kemudian
bersifat sangat politis ketika di letakkan dalam konteks politik.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri


Seusai orde lama berakhir kemudian berganti menjadi orde baru, Soeharto
dihadapkan dengan kondisi serba tidak stabil, terutama dalam bidang
ekonoomi, salah satu masalah yang paling rumit yang dihadapi pada era
Soeharto pada awal itu adalah hiperinflasi yang mencapai -+ 650 persen,
sehingga menyebbabkan melonjaknya harga-harga brang terutama
sembako. Hal ini bermula pada saat rezim Soekarno yang hanya mencetak
uang untuk membayar hutang dan mendanai proyek-proyek mercusuar yang
bermula pada tahun 1960-an.
Lembaga pemerhati ekonomi Indonesia yang ada di Belanda, yaitu
Indonenesia investment menuliskan dalam laporannya yang berjudul
“History of Indonesia: Politicts and the Economy Under Soekarno.” Pada
masa itu Indonesia sedang terbebani hutang yang sangat besar selain itu
pada waktu yang besamaan ekspor yang melemah dan pendapatan
perkapita yang turun dengan signifikan.
Pada tahun 2015 lalu, tercatat hutang Indonesia sudah mencapai 302,4
miliar dollar Amerika atau setara dengan 4.234 triliun rupiah. Walaupun
angka tersebut masih tergolong baik-baik saja, tetap saja resiko yang
didapatkan terhadap erekonomian Indonesia masih harus diwaspadai.
Sebagai negara yang berkembang seperti Indonesia, tentu saja
membutuhkan peningkatan standar kehidupan yang begitu sangat
signifikan, seperti halnya dalam pembangunan fasilitas-fasilitas public
dalam skala besar, lalu deficit perdagangan yang cukup tinggi apalagi
dengan sumber daya yang rendah apalagi teknologi yang belum
memumpuni sehingga memperlambat pembangunan, selain itu peminjaman
uang dari luar negeri juga digunakan ketika Indonesia tertimpa musibah atau
bencana, uang tersebut digunakan untuk membangun wilayah yang telah
porak poranda yang diakibatkan oleh bencana alam tersebut.
Hal tersebut membuat Indonesia ketergantungan terhadap bantuan luar
negeri, demi bersaing dengan negara lain Indonesia membangun
infrastruktur terus menerus demi kemudahan masyrakatat Indonesia,
walaupun pembangunan tidak sampai ke tiap pelosok Indonesia tetapi dana
yang dipinjam tidaklah sedikit. Selain itu, musibah yang dihadapi Indonesia,
yaitu tsunami dan gempa di Palu dan Lombok, membuat Indonesia akan
semakin tergiur dengan bantuan luar negeri, hanya demi untuk membangun
kembali wilayaah yang telah hancur dan rusak akibat becana alam. Selain
itu penyebab lain dari Indonesia yang terus tergiur dengan bantuan luar
negeri dan sedikit sulit untuk melunasi hutang-hutangnya yaitu, korupsi
yang sulit diatasi, korupsi yang terus merajalela dan sulit sekali diberantas
di Indonesia ini membuat Indonesia terus menambah total hutang luar
negerinya, pemanfaatan sumber daya yang adapun menjadi masalah lain,
karena kita memiliki sumber daya yang cukup apalagi sumber daya alam
yang melimpah, akan tetapi bangsa kita tidak bisa mengolahnya sehingga
alam kita ini lebih banyak dikuasai oleh bangsa lain dan penghasilannya
dinikmati oleh bangsa tersebut.
3.2 Faktor Timbulnya Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Negara Indonesia menerima
bantuan luar negeri. Berbagai alasan yang biasanya digunakan agar suatu
negara menerima bantuan dari negara lain yakni dengan adnya berbagai
kepentingan antara kedua belah pihak serta dengan adanya motivasi dari
negara pemberi kepada negara penerima bantuan tersebut. Berbagai faktor
tersebut, yakni:

a. Faktor praktis dan ekonomis, faktor ini sering kali menjadi alasan bagi
negara penerima bantuan luar negeri karena biasanya negara penerima
bantuan luar negeri yang notabenenya adalah negara yang sedang
berkembang seperti halnya negara indonesia. Kebanyakan negara
berkembang lebih cenderung mempercayai pendapat ahli ekonomi dari
negara-negara maju. Rata-rata negara berkembang lebih mempercayai
bahwa bantuan luar negeri merupakan stimulan serta obat pendorong
bagi negara berkembang bagi proses pembangunan, membantu dalam
mengalihkan struktur ekonomi negara yang bersangkutan serta
membantu negara yang bersangkutan dalam mencapai tahap take off
menuju pertumbuhan ekonomi negaranya yang lebih baik.
b. Faktor yang berkaitan dengan masalah politik, yakni karena negara
penerima bantuan luar negeri menganggap bahwa bantuan yang
diberikan dapat memberikan kekuatan politik bagi seorang pemimpin
yang tengah berkuasa pada negara penerima bantuan untuk menekan
oposisi dan memperkuat serta mempertahankan kekuasaannya. Bantuan
dalam faktor ini tidak hanya bantuan secara transfer sumber keuangan
melainkan dengan adanya bantuan seperti bantuan militer serta
pertahanan dalam negeri.
c. Faktor yang berkaitan dengan moral, dalam faktor ini bantuan
dilatarbelakangi dengan rasa tanggungjawab kemanusiaan dari negara
kaya dalam hal ini negara maju kepada negara miskin dalam hal ini
negara yang tergolong kedalam negara berkembang. Hal ini dikarenakan
negara kaya merasa berhutang budi kepada negara miskin karena
eksploitasi yang telah dilakukan negara maju pada masa penjajahan
dulu. Oleh sebab itulah, bantuan dari negara maju merupakan kewajiban
sosial untuk pembangunan negara-negara berkembang.
3.3 Dampak Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri
Mengenai dampak dari bantuan luar negeri itu sendiri masih terdapat
pro dan kontra, dimana salah satu pihak menyebutkan bahwa dengan adanya
bantuan luar negeri dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik di
negara berkembang. Sementara itu di lain pihak menyebutkan bahwa
bantuan luar negeri sama sekali tidak membantu pertumbuhan akan tetapi
malah memperlambat pertumbuhan dengan adanya subsitusi terhadap
investasi dan tabungan dalam negeri serta membesarnya depisit neraca
pembayaran negara-negara berkembang. Yang mana semua itu merupakan
kewajiban dari negara-negara berkembang untuk membayar hutangnya,
selain itu negara berkembang juga harus merima produk atau menampung
produk ekspor dari negara yang meminjamkan bantuannya.
Bantuan resmi yang diberikan kepada negara berkembang juga
dikritik karena terlalu menitik beratkan kepada pertumbuhan di sektor
modern, yang pada akhirnya hanya menumbuhkan kesenjangan antara
masyarakat kaya dan miskin hingga memunculkan stratifikasi sosial.
Semetara itu pada masa orde baru bantuan luar negri berpengaruh pada:
 Selama empat pelita, pinjaman luar negri berpengaruh terhadap
Domestik Bruto/Pendapatan Nasional, pembiayaan dalam negri tanpa
bantuan uar negri menunjukan tidak ada pengaruhnya terhadap
pendapatan nasional.
 Mengenai, arus modal asing pengaruhnya tidak signifikan terhadap
investasi indonesia, modal asing malah tidak meningkatkan tabungan
rakyat indonesia.
Akhir-akhir ini banyak pihak yang menyebutkan bahwa bantuan luar
negri hanya akan menumbuhkan kaum birokrat yang korup, mematikan
daya saing masyarakat penerimanya, selain itu akan menciptakan mentalitas
pengemis. Akan tetapi sekarang ini banyak juga masyarakat yang antipati
terhadap bantuan dari negara lain karena banyak muncul masalah domestik
seperti pengangguran, devisit anggaran pemerintah, serta masalah neraca
pembayaran yang kemudian mulai menjadi tolak ukur dari masyrakat untuk
mendukung bantuan dari luar negri itu sendiri.
3.4 Cara Mengatasi Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri
Negara Indonesia dewasa ini semestinya sudah harus memikirkan
cara untuk mengatasi beban ketergantungan terhadap negara lain. Salah satu
ketergantungan yang diemban Indonesia yakni utang luar negeri. Ada
banyak cara untuk mengatasi masalah tersebut, sebagaian cara yang ada
akan kami ulas.
Pertama, dengan cara meningkatkan daya beli masyarakat.
Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara meminimalisir pengambilan
pajak dari masyarakat. Komitmen pemerintah diwujudkan melalui rencana
pemberian stimulus melalui penghapusan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
10 persen bagi pelaku usaha yang membeli produk dalam negeri untuk
pengerjaan proyek-proyek infrastruktur (D. RI, 2015). Dengan dihapusnya
PPN diharapkan masyarakat dapat meningkatkan daya belinya terhadap
produk dalam negeri.
Kedua, meningkatkan pajak atas barang mewah dan impor.
Penerapan Pajak Penjualan Atas Barang Merah (PPnBM) untuk smartphone
diharapkan dapat menjaga neraca perdagangan, selain itu untuk menekan
jumlah impor ponsel yang cukup tinggi. Karena jenis ponsel yang banyak
diminati di dalam negeri terbanyak berasal dari impor, salah satunya
kategori smartphone (K. RI, 2013).
Ketiga, konsep pembangunan berkelanjutan. Menurut KLH (1990)
pembangunan, yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi, dapat diukur
keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria. Yaitu: (1) Tidak ada
pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural
resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3)
Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable
resources ataupun replaceable resources (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 2017).
Keempat, menyerukan untuk menggunakan produk dalam negeri.
Menurut Mendag, masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa
mengonsumsi produk lokal adalah salah satu kunci pertumbuhan ekonomi
yang akan membawa kesejahteraan rakyat Indonesia. “Bila konsumen
Indonesia lebih senang membeli barang-barang impor, yang akan memetik
manfaat terbesar adalah produsen barang di luar negeri. Uang kita akan
mengalir ke luar tanpa ada manfaat ekonomi ke dalam,” ujarnya (Wirjawan,
2013).
Kelima, megembangkan sumber daya manusia guna meningkatkan
kualitas. Transfer Knowledge Berbasis Teknologi yang dapat menghasilkan
tenaga profesional (kualitas SDM) yang inovatif dan mandiri, kooperatif,
komunikatif, disiplin, beretika, berjiwa kewirausahaan serta memiliki iman
dan taqwa dalam bidang teknik industri sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pengguna (bisnis, industri, pemerintah, dsb.) dan memiliki daya
saing tinggi, maka perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai
dan melibatkan seluruh civitas academica dan pemerintah daerah setempat,
melalui transfer ilmu pengetahuan yang berbasis pada teknologi (Nu’man,
2004).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Indonesia memang memiliki banyak potensi yang dapat menunjang
tercapainya kemandirian, baik dalam hal politik hingga ekonomi. Namun
masih sangat disayangkan, Indonesia hingga saat ini masih ketergantungan
terhadap uluran tangan dari negara-negara lain yaitu dalam wujud bantuan
internasional atau bantuan luar negeri. Setiap tahunnya ada saja keran impor
yang dibuka oleh pemerintah Indonesia, sehingga menyebabkan derasnya
aliran barang-barang impor di Indonesia. Cita-cita untuk berswasembada
mungkin akan sulit untuk terwujud.
Oleh karena itu, dibutuhkan usaha-usaha untuk meningkatkan
kemandirian kita dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut
untuk menghentikan ketergantungan terhadap barang-barang dari luar
negeri, baik dalam bentuk impor barang maupun bantuan internasional atau
bantuan luar negeri.
4.2 Saran
Kami hendak menyampaikan beberapa saran yang mungkin akan
membantu meringankan permasalahan ketergantungan tersebut. Pertama,
kami menyarankan kepada pemerintah agar lebih fokus pada
mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki oleh Negara, guna mencegah
terjadinya ketergantungan pada negara lain. Kedua, kami menyarankan
untuk membangun basis ekonomi yang kuat, sektor ekonomi yang vital
seharusnya diperkuat (misalnya pertanian, industri, dst.) agar kita tidak
perlu lagi mengimpor barang-barang kebutuhan dasar. Dan yang ketiga,
kami menyarankan agar pihak terkait melakukan sosialisasi dan penyuluhan
kepada masyarakat hingga ke tingkat rendah mengenai kemandirian
ekonomi, minimal ekonomi keluarga guna menguatkan perekonomian
seperti pada saran yang kedua.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, P. dan P. (2017). Pembangunan


Ekonomi dalam Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Diambil dari
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/pembangunan-ekonomi-dalam-
konsep-pembangunan-berkelanjutan-68
Jamli, Ahmad. (2011). Kebijakan Fiskal dan Moneter. Jakarta: Universitas
Gunadarama
Nu’man, A. H. (2004). Mendongkrak daya beli masyarakat melalui transfer “,
355–371. Diambil dari https://media.neliti.com/media/publications/7316-
ID-mendongkrak-daya-beli-masyarakat-melalui-transfer-knowledge-
berbasis-teknologi-s.pdf
Rahman, Ardri Fitri dalam terjemahan artikel “Foreign Aid Disarray: Theoretical
Gaps and Policy Failures, Stefan Cibian”. Diakses pada 17 Oktober
2018 pada laman
https://www.google.com/amp/s/civiculture.wordpress.com/2009/06/24/ba
ntuan-luar-negeri-dalam-teori-hubungan-internasional-perspektif-
realisme-dan-liberalisme/amp/
RI, D. (2015). Strategi mengatasi penurunan daya beli di tengah perlambatan
ekonomi, VII(09). Diambil dari
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info Singkat-VII-9-I-
P3DI-Mei-2015-52.pdf
RI, K. (2013). Kajian pengenaan pajak penjualan atas barang mewah atas
smartphone, (September). Diambil dari
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/kajian ppnbm atas hp.pdf
Tita Ruslin, I. (2013). Relasi Ekonomi-Politik dalam Perspektif Dependencia.
Jurnal Politik Profetik, 1 (1).
Wardhana, I gede. [online]. Dampak Bantuan Luar Negeri dan Modal Asing
terhadap Ketahanan Nasional. Diakses pada 06 Oktober 2018 pada
laman
http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=82425&lokasi=lokal
Wirjawan, M. G. (2013). Mencintai Produk Lokal Kunci Kesejahteraan
Indonesia, (5). Diambil dari
http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/05/10/mendag-gita-wirjawan-
mencintai-produk-lokal-kunci-kesejahteraan-indonesia-id0-
1368177604.pdf

Anda mungkin juga menyukai