Kelompok 5 - Ketergantungan Terhadap Bantuan Luar Negeri - 3A - Pendidikan Geografi
Kelompok 5 - Ketergantungan Terhadap Bantuan Luar Negeri - 3A - Pendidikan Geografi
Disusun oleh:
Kelompok 5
Annisa Rizki Amalia 1700094
Arneta Tasya 1705075
Bintang Mahesa 1703268
Dandung Gusty Priyoga 1703370
Nisfah Laeli Marufah 1700561
Sifa Aufiyazzahra 1702517
Segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Salawat dan salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarganya, para
sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Kami bersyukur kepada Ilahi
Rabbi, bahwasannya atas taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Ketergantungan Masyarakat Indonesia terhadap Bantuan
Luar Negeri”.
Dalam makalah ini, kami berusaha akan mengupas bagaimana selama ini
kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia masih sangat bergantung terhadap
bantuan dari luar negeri (atau dalam hal lain produk-produk impor/produk luar
negeri). Hal-hal yang berkaitan dengannya seperti sebab timbulnya ketergantungan
dan dampak yang ditimbulkannya akan kami kupas semaksimal mungkin dalam
makalah ini. Kami pun menyadari betul bahwasannya mungkin dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan, baik keterbatasan kami
dalam memahami permasalahan, kurangnya sumber-sumber referensi maupun dari
segi penyusunannya sendiri yang masih banyak kekurangan di sana-sini.
Oleh karena itu, besar harapan kami agar para pembaca sekalian dapat
mengkritisi kami agar dapat kami perbaiki ke depannya. Semoga makalah ini
bermanfaat guna menambah wawasan para pembaca dan kita semua. Amin.
Sekian.
Penyusun
DAFTAR ISI
a. Faktor praktis dan ekonomis, faktor ini sering kali menjadi alasan bagi
negara penerima bantuan luar negeri karena biasanya negara penerima
bantuan luar negeri yang notabenenya adalah negara yang sedang
berkembang seperti halnya negara indonesia. Kebanyakan negara
berkembang lebih cenderung mempercayai pendapat ahli ekonomi dari
negara-negara maju. Rata-rata negara berkembang lebih mempercayai
bahwa bantuan luar negeri merupakan stimulan serta obat pendorong
bagi negara berkembang bagi proses pembangunan, membantu dalam
mengalihkan struktur ekonomi negara yang bersangkutan serta
membantu negara yang bersangkutan dalam mencapai tahap take off
menuju pertumbuhan ekonomi negaranya yang lebih baik.
b. Faktor yang berkaitan dengan masalah politik, yakni karena negara
penerima bantuan luar negeri menganggap bahwa bantuan yang
diberikan dapat memberikan kekuatan politik bagi seorang pemimpin
yang tengah berkuasa pada negara penerima bantuan untuk menekan
oposisi dan memperkuat serta mempertahankan kekuasaannya. Bantuan
dalam faktor ini tidak hanya bantuan secara transfer sumber keuangan
melainkan dengan adanya bantuan seperti bantuan militer serta
pertahanan dalam negeri.
c. Faktor yang berkaitan dengan moral, dalam faktor ini bantuan
dilatarbelakangi dengan rasa tanggungjawab kemanusiaan dari negara
kaya dalam hal ini negara maju kepada negara miskin dalam hal ini
negara yang tergolong kedalam negara berkembang. Hal ini dikarenakan
negara kaya merasa berhutang budi kepada negara miskin karena
eksploitasi yang telah dilakukan negara maju pada masa penjajahan
dulu. Oleh sebab itulah, bantuan dari negara maju merupakan kewajiban
sosial untuk pembangunan negara-negara berkembang.
3.3 Dampak Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri
Mengenai dampak dari bantuan luar negeri itu sendiri masih terdapat
pro dan kontra, dimana salah satu pihak menyebutkan bahwa dengan adanya
bantuan luar negeri dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik di
negara berkembang. Sementara itu di lain pihak menyebutkan bahwa
bantuan luar negeri sama sekali tidak membantu pertumbuhan akan tetapi
malah memperlambat pertumbuhan dengan adanya subsitusi terhadap
investasi dan tabungan dalam negeri serta membesarnya depisit neraca
pembayaran negara-negara berkembang. Yang mana semua itu merupakan
kewajiban dari negara-negara berkembang untuk membayar hutangnya,
selain itu negara berkembang juga harus merima produk atau menampung
produk ekspor dari negara yang meminjamkan bantuannya.
Bantuan resmi yang diberikan kepada negara berkembang juga
dikritik karena terlalu menitik beratkan kepada pertumbuhan di sektor
modern, yang pada akhirnya hanya menumbuhkan kesenjangan antara
masyarakat kaya dan miskin hingga memunculkan stratifikasi sosial.
Semetara itu pada masa orde baru bantuan luar negri berpengaruh pada:
Selama empat pelita, pinjaman luar negri berpengaruh terhadap
Domestik Bruto/Pendapatan Nasional, pembiayaan dalam negri tanpa
bantuan uar negri menunjukan tidak ada pengaruhnya terhadap
pendapatan nasional.
Mengenai, arus modal asing pengaruhnya tidak signifikan terhadap
investasi indonesia, modal asing malah tidak meningkatkan tabungan
rakyat indonesia.
Akhir-akhir ini banyak pihak yang menyebutkan bahwa bantuan luar
negri hanya akan menumbuhkan kaum birokrat yang korup, mematikan
daya saing masyarakat penerimanya, selain itu akan menciptakan mentalitas
pengemis. Akan tetapi sekarang ini banyak juga masyarakat yang antipati
terhadap bantuan dari negara lain karena banyak muncul masalah domestik
seperti pengangguran, devisit anggaran pemerintah, serta masalah neraca
pembayaran yang kemudian mulai menjadi tolak ukur dari masyrakat untuk
mendukung bantuan dari luar negri itu sendiri.
3.4 Cara Mengatasi Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri
Negara Indonesia dewasa ini semestinya sudah harus memikirkan
cara untuk mengatasi beban ketergantungan terhadap negara lain. Salah satu
ketergantungan yang diemban Indonesia yakni utang luar negeri. Ada
banyak cara untuk mengatasi masalah tersebut, sebagaian cara yang ada
akan kami ulas.
Pertama, dengan cara meningkatkan daya beli masyarakat.
Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara meminimalisir pengambilan
pajak dari masyarakat. Komitmen pemerintah diwujudkan melalui rencana
pemberian stimulus melalui penghapusan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
10 persen bagi pelaku usaha yang membeli produk dalam negeri untuk
pengerjaan proyek-proyek infrastruktur (D. RI, 2015). Dengan dihapusnya
PPN diharapkan masyarakat dapat meningkatkan daya belinya terhadap
produk dalam negeri.
Kedua, meningkatkan pajak atas barang mewah dan impor.
Penerapan Pajak Penjualan Atas Barang Merah (PPnBM) untuk smartphone
diharapkan dapat menjaga neraca perdagangan, selain itu untuk menekan
jumlah impor ponsel yang cukup tinggi. Karena jenis ponsel yang banyak
diminati di dalam negeri terbanyak berasal dari impor, salah satunya
kategori smartphone (K. RI, 2013).
Ketiga, konsep pembangunan berkelanjutan. Menurut KLH (1990)
pembangunan, yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi, dapat diukur
keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria. Yaitu: (1) Tidak ada
pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural
resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3)
Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable
resources ataupun replaceable resources (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 2017).
Keempat, menyerukan untuk menggunakan produk dalam negeri.
Menurut Mendag, masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa
mengonsumsi produk lokal adalah salah satu kunci pertumbuhan ekonomi
yang akan membawa kesejahteraan rakyat Indonesia. “Bila konsumen
Indonesia lebih senang membeli barang-barang impor, yang akan memetik
manfaat terbesar adalah produsen barang di luar negeri. Uang kita akan
mengalir ke luar tanpa ada manfaat ekonomi ke dalam,” ujarnya (Wirjawan,
2013).
Kelima, megembangkan sumber daya manusia guna meningkatkan
kualitas. Transfer Knowledge Berbasis Teknologi yang dapat menghasilkan
tenaga profesional (kualitas SDM) yang inovatif dan mandiri, kooperatif,
komunikatif, disiplin, beretika, berjiwa kewirausahaan serta memiliki iman
dan taqwa dalam bidang teknik industri sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pengguna (bisnis, industri, pemerintah, dsb.) dan memiliki daya
saing tinggi, maka perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai
dan melibatkan seluruh civitas academica dan pemerintah daerah setempat,
melalui transfer ilmu pengetahuan yang berbasis pada teknologi (Nu’man,
2004).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Indonesia memang memiliki banyak potensi yang dapat menunjang
tercapainya kemandirian, baik dalam hal politik hingga ekonomi. Namun
masih sangat disayangkan, Indonesia hingga saat ini masih ketergantungan
terhadap uluran tangan dari negara-negara lain yaitu dalam wujud bantuan
internasional atau bantuan luar negeri. Setiap tahunnya ada saja keran impor
yang dibuka oleh pemerintah Indonesia, sehingga menyebabkan derasnya
aliran barang-barang impor di Indonesia. Cita-cita untuk berswasembada
mungkin akan sulit untuk terwujud.
Oleh karena itu, dibutuhkan usaha-usaha untuk meningkatkan
kemandirian kita dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut
untuk menghentikan ketergantungan terhadap barang-barang dari luar
negeri, baik dalam bentuk impor barang maupun bantuan internasional atau
bantuan luar negeri.
4.2 Saran
Kami hendak menyampaikan beberapa saran yang mungkin akan
membantu meringankan permasalahan ketergantungan tersebut. Pertama,
kami menyarankan kepada pemerintah agar lebih fokus pada
mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki oleh Negara, guna mencegah
terjadinya ketergantungan pada negara lain. Kedua, kami menyarankan
untuk membangun basis ekonomi yang kuat, sektor ekonomi yang vital
seharusnya diperkuat (misalnya pertanian, industri, dst.) agar kita tidak
perlu lagi mengimpor barang-barang kebutuhan dasar. Dan yang ketiga,
kami menyarankan agar pihak terkait melakukan sosialisasi dan penyuluhan
kepada masyarakat hingga ke tingkat rendah mengenai kemandirian
ekonomi, minimal ekonomi keluarga guna menguatkan perekonomian
seperti pada saran yang kedua.
DAFTAR PUSTAKA