Anda di halaman 1dari 9

BAB I.

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Seyogyanya setiap kehamilan merupakan kehamilan yang direncanakan. Kehamilan yang
tidak direncanakan setelah melalui berbagai pertimbangan selanjutnya dapat menjadi kehamilan
yang diterima atau kehamilan yang tidak dikehendaki. Pertimbangan tersebut antara lain meliputi
aspek kesehatan, ekonomi, sosial, dan agama.1
Dari aspek kesehatan dipertimbangkan kesehatan ibu secara keseluruhan, riwayat kehamilan
dan persalinan terakhir, umur dan kesehatan anak terkecil. Dari aspek ekonomi dipertimbangkan
antara lain penghasilan suami / istri, apakah masih bergantung kepada orang tua, ikatan dinas dan
peraturan perusahaan tempat bekerja. Sedangkan dari asoek sosial dipertimbangkan masalah sekolah
dan pekerjaan. Dari aspek agama dipertimbangkan tentang status pernikahan dan penerimaan
kehamilan tersebut. 1
Sudah sejak lama usaha – usaha untuk mencegah dan menunda kehamilan dilakukan orang,
terlebih sejak ditemukannya metoda kontrasepsi pada awal abad 20-an. Sejak itu kontrasepsi dipakai
secara luas di masyarakat. Tetapi sikap, kepatuhan dan pengetahuan tentang kontrasepsi itu sendiri
masih relatif rendah. Sehingga seringkali dijumpai adanya kegagalan yang akhirnya terjadi kehamilan
yang tidak diinginkan. 2
Bila kehamilan tersebut dapat diterima maka selanjutnya ia akan berjalan seperti kehamilan
yang direncanakan, namun bila kehamilan tersebut tidak dikehendaki maka selanjutnya akan timbul
upaya untuk melanjutkan aborsi, baik secara aman maupun tidak aman ( safe dan unsafe abortion ). 2
diperkirakan 2/3 dari kehamilan yang tidak dikehendaki berakhir dengan abortus.1
Kontrasepsi darurat merupakan metode kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan ( unprotected intercourse ), yang
digunakan segera setelah melakukan senggama. Hal ini juga sering disebut sebagai kontrasepsi
pascasenggama atau morning after pil atau morning after treatment atau disebut juga kontrasepsi
sekunder. Faktor lain tentang penggunaan kontrasepsi darurat ini adalah pada kasus – kasus
perkosaan yang akhir – akhir ini sedang marak terjadi di masyarakat.2
WHO memperkirakan bahwa setiap tahun 200.000 wanita meninggal akibat terminasi
kehamilan yang tidak diinginkan akibat suatu praktek aborsi yang tidak aman ” Unsafe abortion ”.
Banyak dari mereka yang dapat diselamatkan apabila kondar lebih banyak diketahui dan disediakan
untuk masyarakat. Metode KB pasca senggama yang digunakan sekarang ini, yang dinamakan
Metode Yuzpe menggunakan teknologi yang telah dilakukan sejak 30 tahun lalu, sayangnya sangat
sedikit pelayanan KB yang menerapkannya untuk keselamatan jiwa bagi wanita. Apabila program –
program KB cukup serius dalam mencegah daripada mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan,
mereka harus menerapkan metode kondar. 1

1
I.2. Tujuan Penulisan
Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai :
I. 2. A. Definisi kontrasepsi darurat.
I. 2. B. Perkembangan pemakaian kontrasepsi darurat.
I. 2. C. Indikasi pemakaian kontrasepsi darurat.
I. 2. D. Mekanisme kerja kontrasepsi darurat.
I. 2. E.Cara pemakaian kontrasepsi darurat.
I. 2. F. Macam – macam kontrasepsi darurat.
I.2. G. Prospek masa depan kontrasepsi darurat.

2
BAB II. TINJAUAN TEORI
II. 1. Istilah kontrasepsi darurat.
Kontrasepsi darurat ( emergency contraception ) disebut pula sebagai kontrasepsi pasca
senggama karena digunakan segera setelah senggama atau berhubungan seksual. Hal ini berbeda
dengan kontrasepsi pada umumnya yang digunakan sebelum senggama. Kontrasepsi ini sering pula
disebut sebagai kontrasepsi sekunder atau morning after pil atau morning after treatment.1,2
Istilah kontrasepsi sekunder asalnya untuk menepis anggapan bahwa obat tersebut harus
segera dipakai atau digunakan setelah senggama atau harus menunggu keesokan harinya.
Kontrasepsi ini juga untuk menekankan bahwa cara KB ini lebih baik daripada tidak sama sekali,
namun tetap kurang efektif bila dibandingkan dengan cara KB yang rutin dan benar. 1,2

II. 2. Perkembangan pemakaian kontrasepsi darurat.


Perjalanan sejarah kontrasepsi darurat dimulai sejak tahun 1920-an, ketika pertamakalinya
ditemukan bahwa ekstrak estrogen dari ovarium dapat menghambat kehamilan. Sedangkan
kontrasepsi darurat dengan hormonal dikembangkan sejak tahun 1960 yaitu percobaan / pemakaian
pertama estrogen dosis tinggi yang dipakai setelah senggama. Kemudian pada tahun 1970
dikembangkan preparat kombinasi estrogen – progesteron atau yang disebut Yuspe regimen dan
sejak tahun 1976 pemasangan AKDR untuk kontrasepsi darurat ini meliputi pemakaian levonogestrel,
suatu progesteron dosis rendah, anti progesteron mefipreston dan Gn – RH danazol. 2

II. 3. Indikasi pemakaian kontrasepsi darurat.


Indikasi kontrasepsi darurat adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki
setelah pasangan suami istri melakukan senggama yang tidak terlindungi, misalnya pada kelompok
unmeet need. Hal ini juga diindikasikan pada pasangan suami istri yang sudah mengenakan
kontrasepsi baik secara alamiah ataupun medik, namun kurang adekuat, seperti : 1,2
1. Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi, seperti :
a. Salah hitung masa subur ( kalender ).
b. Kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya.
c. Diafragma robek atau diangkat terlalu cepat.
d. Vaginal tablet tidak larut.
e. Terlambat mengangkat ( roti gosong ).
f. Lupa minum pil KB lebih dari 2 hari berturut - turut .
g. AKDR ekspulsi.
h. Tidak suntik lebih dari 2 minggu untuk suntik KB 3 bulan.
i. Terlambat suntik KB lebih dari 1 minggu untuk suntik KB 1 bulanan.

3
2. Wanita korban perkosaan kurang dari 72 jam.
3. Tidak menggunakan kontrasepsi, baik karena alasan medis maupun belum bersedia, tetapi
ingin mencegah kehamilan.
4. Wanita yang tidak sedang memakai kontrasepsi apapun, karena tugas suaminya yang sering
bepergian dalam jangka waktu lama.

II. 4. Manfaat kontrasepsi darurat


Manfaat kontrasepsi darurat yaitu :1
1. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
2. Mendukung hak perempuan untuk mengatur reproduksinya sendiri.
3. Mendukung kesehatan reproduksi perempuan :
a. Memberi waktu pemulihan yang sempurna bagi organ reproduksi.
b. Frekuensi kehamilan dapat diatur sesuai kondisi kesehatan fisik dan psikososial.
c. Risiko aborsi dapat dihindarkan.
4. Bukan sebagai pil penggugur kandungan.
5. Cara kerja kondar adalah fisiologis, sehingga tidak mempengaruhi kesuburan dan siklus haid
yang akan datang.
6. Efek samping ringan dan berlangsung singkat.
7. Tidak ada pengaruh buruk di kemudian hari pada organ sistem reproduksi dan organ tubuh
lainnya.

II. 5. Mekanisme kerja kontrasepsi darurat.


Mekanisme kerja kontrasepsi darurat yang selama ini diketahui adalah menghambat atau
menunda ovulasi, menghambat perjalanan sel telur atau sperma dalam saluran tuba, mempengaruhi
fase luteal, embriotoksik, menginduksi aborsi dan mencegah implantasi dengan merubah kondisi
endometrium.2

II. 6. Cara pemakaian kontrasepsi darurat


Kontrasepsi darurat dapat diberikan dalam 2 macam pemberian, yaitu mekanik dengan
menggunakan AKDR yang mengandung tembaga dan medik ( hormonal ) yang diberikan secara
oral.1,2
II.6.A. Cara mekanik
Satu – satunya kontrasepsi darurat mekanik adalah AKDR yang mengandung logam tembaga.
Jika dipasang dalam waktu 5 – 7 hari setelah sengggama, AKDR ini mampu mencegah kehamilan.
Alat kontrasepsi ini melepaskan ion tembaga yang mematikan sperma dan menyebabkan

4
perubahan pada endometrium sehingga mencegah nidasi. Dalam suatu analisa dari 20 penelitian
terhadap pemasangan AKDR tembaga pasca senggama menunjukkan bahwa angka kegagalannya
tidak lebih dari 0,1 %. Selanjutnya AKDR dapat dipakai terus dan efektif dapat mencegah
kehamilan hingga 10 tahun. Cara ini merupakan kontraindikasi bagi wanita yang menderita atau
terpapar penyakit akibat hubungan seksual, hamil atau diduga hamil. Menurut survey demografi
kependudukan Indonesia ( SDKI ) tahun 2012 jumlah akseptor IUD sebanyak 3,9 % untuk
Indonesia dan 79,9 % untuk Provinsi Sumatera Selatan. 1,2,3
II.6.B. Cara medik ( hormonal ) 1,2
Terdapat paling sedikit 5 cara pemberian kontrasepsi darurat yang telah diteliti secara luas,
metoda terbanyak masing – masing bersifat hormonal dan saat ini diterapkan secara oral.
Sekalipun pemberian pervaginam sedang dalam tahap penelitian, namun kepustakaan yang telah
dipublikasi masih terbatas pada pemberian oral.
II. 6. B. a. Pil Progestin
Cara kontrasepsi darurat dengan menggunakan turunan progesteron terdiri dari 0,75 mg
levonogestrel yang terbagi dalam 2 dosis. Pemberian dimulai dalam jangka waktu 48 jam setelah
senggama. Walaupun cara ini termasuk yang pertama kali ditemukan tahun 1960, hanya sedikit
penelitian yang telah dipublikasikan yang menguraikan tentang efektifitas kontrasepsi pasca
senggama. Dilaporkan angka kegagalan 2,4 %. 2
Di Hongaria, Gedeon Richter memproduksi strip yang terdiri dari 10 pil berisi masing – masing
0,75 mg levonogestrel dengan nama Postinor. Tidak seperti cara Yuzpe, Postinor ini dapat
diperoleh di banyak negara berkembang bahkan dijual bebas di beberapa tempat. 2
Berbeda dengan pernyataan di atas dr. Helena Von Houten pada tahun 1998 melaporkan dalam
penelitiannya bahwa penggunaan levonogestrel sebagai kontrasepsi darurat yang diulang 12 jam
kemudian lebih efektif dibandingkan dengan metode Yuzpe. Dalam penelitiannya pada 1955
wanita di seluruh dunia, disebutkan persentase wanita hamil yang mendapatkan metode Yupze
3,2 % dan 1,1 % wanita hamil mendapatkan levonogestrel. Proporsi kehamilan levonogestrel
mampu melindungi 85 % wanita dibanding 57 % wanita dengan metode Yuzpe. Penelitian ini juga
menyebutkan bahwa pemberian kontrasepsi ( Yupze dan levonogestrel ) lebih awal menun jukkan
angka kehamilan yang lebih rendah. Sebagai contoh, pemberian pada 24 jam pertama,
levonogestrel mampu melindungi sampai 95 % dari kehamilan, dan metode Yuzpe 77 %.
Pemberian pada 25 – 48 jam berikutnya, rata – rata keberhasilan pada kelompok levonogestrel 85
% dan kelompok Yupze hanya 38 %.2
Secara ringkasnya penggunaan pil Progestin adalah sebagai berikut : 1
 2 x 1 tablet dalam waktu 3 hari pasca senggama ( dosis pertama 1 tablet, diulang 1
tablet kedua 12 jam sesudah tablet pertama )

5
II. 6. B. b. Pil Estrogen
Penberian estrogen dosis tinggi sama efektifnya seperti metode Yuzpe. Namun efek
sampingnya lebih sering timbul. Pada setiap kasus, pemberian estrogen dosis tinggi harus
diberikan dalam waktu 72 jam setelah senggama. Hal ini penting diketahui karena bila sampai
lebih dari 72 jam disamping kurang berguna akan menimbulkan efek teratogen. Pil diminum 2 x
sehari selama 5 hari, setiap kali yang diminum setara dengan 25 mg DES, etinil estradiol
dibutuhkan 2,5 mg per dosis sedangkan estrogen yang teresterifikasi dan terkonyugasi masing –
masing dibutuhkan 10 mg perdosisnya atau 5 mg esteron per dosis. 1,2
II. 6. B. c. Pil Kombinasi Estrogen – Progesteron
Secara keseluruhan cara ini terdiri dari 200 µg etinilestradiol dan 1,0 mg levonogestrel.
Pemberian dapat dimulai segera setelah senggama hingga 72 jam kemudian dengan dosis 100 µg
etinilestradiol dan 0,5 mg levonogestrel dengan dosis yang sama diulang 12 jam kemudian. 2
Cara ini cukup populer karena hormon yang digunakan setara dengan bahan aktif yang
ditemukan dalam pil KB yang mudah didapat dan telah beredar di pasaran. Metoda ini juga
dikenal sebagai metoda Yuzpe.2
Efek samping cara Yuzpe sama seperti yang ditemukan pada pemakaian pil KB, yaitu nausea,
( termasuk muntah pada 20 % kasus ), sakit kepala, nyeri payudara, nyeri abdomen dan pusing.
Yang sering dilaporkan adalah nausea, yakni 50% dari wanita yang mengalami efek samping.
Nausea dapat dicegah dengan minum pil bersamaan dengan makanan atau susu. Beberapa
dokter secara rutin memberikan cara Yuzpe ini dengan pemberian anti – emetik sebelumnya. 2
Secara ringkas cara pemberian pil kombinasi adalah : 1
2 x 4 tablet dalam waktu 3 hari pasca senggama ( dosis pertama 1 x 4 tablet diulang 1 x 4
tablet 12 jam kemudian setelah dosis pertama ).
II. 6. B. d. Pil Anti Progesteron 1,2
Metoda baru dengan pemakaian antiprogestin ini dapat digunakan tanpa mengindahkan
tenggang waktu setelah hubungan seksual yang tak terlindung. Tak penting pula kapan atau berapa
kali hubungan seksual dilakukan asal diberikan pada fase luteal. Jika antiprogestin diberikan pada
fase luteal, perdarahan ini terjadi tanpa memandang adanya hasil pembuahan dini atau hasil konsepsi
tersebut telah nidasi atau belum.
Saat ini baru ada 2 penelitian yang telah mengevaluasi penggunaan mifepriston sebagai
kontrasepsi darurat, prespektif tidak diketemukan satu kehamilan pun dalam kedua penelitian
tersebut. Pemberian mifepriston dengan dosis tunggal 600 mg dengan tenggang waktu 72 jam pasca
senggama. Dosis yang lebih rendah mungkin saja efektif dan waktu pemberian bisa saja melewati 72
jam.

6
II. 6. B. e. Pil Danazol 1,2
Danacrine dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat. Cara ini dapat diberikan dengan dosis
2 x 400mg yang diberikan selang 12 jam, seperti halnya dengan cara Yuzpe. Varian lain juga telah
diteliti dengan pemberian 3 x 400 mg yang diberikan selang waktu 12 jam. Keuntungan danazol
antara lain karena jarang terjadi efek samping. Efek samping ini yang mungkin terjadi tidak terlalu
berat dibandingkan dengan cara Yuzpe. Danazol dapat juga diberikan kepada wanita yang
mempunyai kontraindikasi terhadap pil KB atau estrogen. Kerugiannya adalah kurangnya
informasi tentang cara ini dan harganya yang relatif mahal.

II. 7. Macam – macam kontrasepsi darurat. 2


Secara keseluruhan preparat yang digunakan sebagai kontrasepsi darurat, cara
pemberian dan dosisnya diperlihatkan pada tabel berikut :
Cara Preparat Dosis Waktu Pemberian
1. Mekanik Copper T 1 x pemasangan Dalam waktu 7 hari
AKDR - Cu Multiload pasca senggama
Nova – T
2. Medik Microgynon 50 2 x 2 tablet Sampai 72 jam pasca
Pil kombinasi Ovral senggama diulang 12
( Yuzpe ) Neogynon jam kemudian
Nordiol
Eugynon
Microgynon 30 2 x 4 tablet
Mikrodiol Idem
Noedette
Progestin Postinor 2 x 1 tablet Idem
Estrogen Lynoral 2,5 mg /dosis dalam waktu 7 hari
Premarin 10 mg / dosis pasca senggama
Progynova 10 mg / dosis 2 x 1 tablet dalam 5
hari
Anti Progestin RU 486 1 X 600 mg dalam waktu 7 hari
pasca senggama
GnRH Danocrine 2 x 4 tablet dalam waktu 7 hari
Azol pasca senggama

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

7
III. 1. Kesimpulan
A. Jutaan kehamilan yang tidak diinginkan (unintended pregnancy) terjadi setiap
tahunnya akibat kegagalan kontrasepsi. Jumlah ini akan lebih banyak bila diperhitungkan
juga karena sebab lain seperti kasus perkosaan, kegagalan kontrasepsi tradisional, atau
unmet need.
B. Kontrasepsi darurat merupakan salah satu kontrasepsi yang efektif. Jutaan
kehamilan yang tidak dikehendaki atau aborsi dapat dicegah apabila kontrasepsi darurat
dapat diterima dan tersedia secara luas.
C. Ada 2 macam cara pemberian kontrasepsi darurat yaitu cara mekanik dengan
menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim dan cara medik dengan menggunakan pil
(progestin, pil kombinasi estrogen - progesteron, pil anti progesteron, pil danazol )

III.2. Saran
Untuk mendukung pelayanan kontrasepsi darurat sebaiknya dilakukan upaya : 4
A. Advokasi yang strategis di tiap tingkat administrasi untuk mendukung pelaksanaan pelayanan
Kontrasepsi Darurat.
B. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi, serta konseling melalui tenaga kesehatan dan
kader terlatih bagi semua Wanita Usia Subur ( WUS ), Pasangan Usia Subur ( PUS ), dan calon
pengantin ( catin ).
C. Pemberian informasi melalui media terpilih.
D. Kerjasama dengan Jejaring Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan (PP
–KtP), khususnya dalam kasus – kasus perkosaan.

8
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardiah, Andi Tahir. med.unhas.ac.id/obgin/index.php.
2. Amran, Rizani.
3. SDKI 2012
4. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak, Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai