Pedoman Pelayanan Rawat Inap
Pedoman Pelayanan Rawat Inap
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT Tk. II UDAYANA
BAB I
PENGERTIAN
1. Latar Belakang
Rumah Sakit Tk.II Udayana merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi di lingkungan Kodam
IX/Udayana, yang memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota TNI maupun Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan keluarganya dilingkungan TNI-AD beserta masyarakat umum dengan visi ”Menjadi
Rumah Sakit Kebanggaan Prajurit dan masyarakat umum”.Pada tahun 2010 Rumah Sakit Tk.II
Udayana termasuk didalam pelayanan keperawatan telah terakreditasi dalam 5 pelayanan dari KARS
Depkes RI.Salah satu Instalasi di Rumah Sakit Tk.II Udayana yang mendukung pelayanan kesehatan
Rumah Sakit adalah Instalasi Rawat Inap.
Tugas pokok Instalasi Rawat Inap adalah mengelola sumberdaya keperawatan mulai dari input,
proses, dan out put.Dari aspek input Instalasi rawat inap bekerja sama demgan bagian personalia
Rumah Sakit Tk.II Udayana dalam merekrut sumberdaya manusia keperawatan,merencanakan
pengembangan dan pembinaan tenaga keperawatan, menyusun standar pelayanan keperawatan,
menetapkan metode asuhan keperawatan, menetapkan metode peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.Dari aspek proses Instalasi rawat inap bekerja sama dan berkoordinasi dengan Instalasi
lainnya dan Rawat Jalan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang professional sesuai dengan
visi Rumah Sakit Tk.II Udayana .Pada aspek out put Instalasi rawat inap menilai mutu pelayanan
keperawatan dengan cara berkoordinasi dengan Instalasi rawat jalan dan komite keperawatan
melakukan penilaian secara berkala tentang mutu asuhan keperawatan seperti: penilaian mutu
pelayanan keperawatan melalui supervisi, menilai penerapan standart pelayanan keperawatan, menilai
kinerja tenaga keperawatan,dan menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
Agar pelayanan keperawatan terkelola dengan baik sesuai dengan visi Rumah Sakit Tk.II
Udayana maka Instalasi Rawat Inap perlu menyusun pedoman unit kerja sebagai panduan dalam
pembuatan program kerja.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pedoman pelayanan unit kerja ini adalah sebagai dasar untuk
pembuatan program kerja tahunan di Instalasi Rawat Inap.
b. Tujuan Khusus
1) Bidang ketenagaan
a) Tersusunnya standard dan pola tenaga keperawatan yang professional.
b) Terlaksananya rotasi dan mutasi tenaga keperawatan Rumah Sakit Tk.II
Udayana.
c) Terlaksananya orientasi bagi tenaga keperawatan yang baru di Rumah Sakit
Tk.II Udayana.
d) Terlaksananya pembinaan bagi tenaga keperawatan Rumah Sakit Tk.II
Udayana.
2) Bidang pengembangan SDM keperawatan
a) Terlaksananya pengembangan tenaga keperawatan melalui pendidikan non
formal ( pelatihan, workshop, ilmiah keperawatan, seminar dan symposium ) di
dalam maupun diluar Rumah Sakit Tk.II Udayana.
b) Terlaksananya pengembangan tenaga keperawatan melalui pendidikan formal
( Diklat PIM TK III dan TK IV, DIII Keperawatan, DIII Kebidanan, DIV
Kebidanan, S1 Keperawatan, S2 Keperawatan ) baik didalam maupun diluar
Rumah Sakit Tk.II Udayana.
a. Rawat Inap :
Merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit
untuk jangka waktu tertentu.
5. Landasan Hukum
Sumber daya manusia di instalasi rawat inap Rumkit Tk.II Udayana khususnya dikualifikasikan
berdasarkan tingkat pendidikan, dan jabatan yang diuraikan sebagai berikut :
JUMLAH
NO KUALIFIKASI PENDIDIKAN KETERANGAN
SDM (Orang)
1. S2 -
2. S1 17
3. D IV Keb 1
4. D III Kep 61
5. D III Keb 47
6. SPK 7
7. DI Kep -
8. DI Rekam Medik -
9. DI Administrasi -
10. SMA 15
11. SMK 1
12. SMP 3
13. Jumlah (orang) 152
7. Distribusi Ketenagaan
a. Berikut adalah Jumlah Distribusi SDM di ruangan perawatan di Instalasi Rawat Inap RS
Tk.II Udayana.
JUMLAH JUMLAH
STANDAR NYATA
NO RUANG PERAWAT / PERAWAT/ KURANG KET
PERAWATAN BIDAN BIDAN
c. Pengaturan Jaga
1) Jaga dibagi menjadi 3 shift. Setiap shift jaga terdiri dari 4-5 orang jaga pagi, 3 orang
jaga sore dan 3 orang jaga malam, 3-4 orang libur.
a) Jadwal jaga pagi : pukul 07.00 - 14.00 WITA
b) Jadwal jaga sore : pukul 14.00 – 20.00 WITA
c) Jadwal jaga malam : pukul 20.00 – 07.00 WITA
d) Jadwal jaga diatur setiap bulan.
d. Sistem Penugasan
1) Penugasan perawat di instalasi rawat inap di Rumkit Tk.II Udayana menggunakan
metode tim, yaitu asuhan keperawatan diberikan kepada pasien secara tim yang
terdiri atas sekelompok tenaga keperawatan yang melakukan asuhan keperawatan
pada sekelompok pasien diruangan bersangkutan.
2) Setiap tim terdiri atas ketua tim dan anggota tim.
3) Setiap tim harus :
a) Mengenal pasien dengan baik.
b) Berkomunikasi dengan baik, pada pasien, anggota tim dan dokter yang
merawat.
c) Beban kerja harus lebih menyebar, sehingga semua tenaga keperawatan dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan baik.
g. Pertemuan Berkala
1) Rapat koordinasi (intern) antara Kepala Ruangan di Instalasi Rawat Inap dengan Staf
Rawat Inap setiap sebulan sekali pada minggu pertama.
2) Rapat koordinasi antara Kepala Instalasi , Kepala Ruang Perawatan, Staf
Managemen dilakukan setiap sebulan sekali pada minggu kedua.
3) Rapat Koordinasi Kepala Instalasi Rawat Inap dengan staf administrasi ruang
perawatan dan petugas penyaji setiap bulan setiap minggu ke empat.
4) Pertemuan Insidentil.
Pertemuan Insidentil dilakukan bila ada hal-hal yang mendesak dan membutuhkan
penanganan khusus dan tidak bisa ditunda
5) Hasil rapat koordinasi di dokumentasikan dalam bentuk notulen rapat dan daftar
hadir.
h. Pelatihan
Pelatihan yang wajib diikuti oleh setiap petugas di rawat inap adalah :
1) Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
2) Pelatihan Manajemen Nyeri
3) Pelatihan pelayanan risiko tinggi
4) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
5) Pelatihan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
6) Pelatihan Kebakaran
7) Komunikasi Efektif
8) Pelayanan Prima
BAB III
FASILITAS RUANG PERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP
2) Untuk menunjang kebijakan Rumah Sakit dalam pengelolaan alat pencatatan dan
pelaporan harus ditunjang dengan:
a) Mekanisme pengelolaan alat pencatatan dan pelaporan.
b) Adanya petunjuk teknis pengisian alat pencatatan dan pelaporan.
c) Adanya SPO atau protap penyiapan alat pencatatan dan pelaporan.
d) Adanya standar alat pencatatan dan pelaporan meliputi jumlah,jenis dan
spesifikasi.
e) Adanya pedoman menghitung kebutuhan alat pencatatan dan pelaporan.
3) Alat pencatatan dan pelaporan yang dimaksud meliputi formulir/ format pencatatan,
buku tulis, kartu pasien, berkas rekam medik, mesin ketik, komputer, dan lain-lain.
Kelas II
a) Fasilitas :
(1) 1 Ruang untuk 2 pasien
(2) Kamar mandi
(3) AC
(4) Lemari Pakaian
(5) Meja Makan
(6) Televisi
Kelas III
a) Fasilitas :
(1) 1 Ruang untuk 6 pasien
(2) Televisi
(3) Kamar Mandi
(4) Kipas angin
Kelas II
a) Fasilitas :
(1) 1 Ruang untuk 2 pasien
(2) Kamar mandi
(3) AC
(4) Lemari Pakaian
(5) Meja Makan
(6) Televisi
Kelas III
a) Fasilitas :
(1) 1 Kamar untuk 3 Pasien
(2) Kamar Mandi
(3) Lemari Kecil
(4) 1 Kursi Tunggu
(5) Kipas angin
Kelas II
a) Fasilitas :
(1) 1 Ruang untuk 2 pasien
(2) Kamar mandi
(3) AC
(4) Lemari Pakaian
(5) Meja Makan
Kelas III
a) Fasilitas :
(1) 1 Kamar untuk 3 Pasien
(2) Kamar Mandi
(3) Lemari Kecil
(4) 1 Kursi Tunggu
(5) Kipas angin
Kelas I
a) Fasilitas :
(1) 1 Kamar 1 Pasien
(2) Kursi tunggu
(3) Lemari Kecil
(4) Kamar Mandi
(5) TV
(6) AC
Kelas II
a) Fasilitas :
(1) 1 Ruang untuk 2 pasien
(2) Kamar mandi
(3) AC
(4) Lemari Pakaian
(5) Meja Makan
Kelas III
a) Fasilitas :
(1) 1 Kamar untuk 3 Pasien
(2) Kamar Mandi
(3) Lemari Kecil
(4) 1 Kursi Tunggu
(5) Kipas angin
6) Ruang Perawatan VK
a) Fasilitas :
(1) 1 Kamar 4 Pasien dan 1 Kamar 2 Pasien
(2) 1 AC
(3) 1 TV
(4) 1Lemari Kecil
a. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap berdasarkan kebutuhan untuk pelayanan
kesehatan yang telah diidentifikasi (diskrining) berdasarkan sumber daya rumah sakit yang
ada. Pasien diterima hanya apabila rumah sakit menyediakan kebutuhan pelayanan rawat
inap yang sesuai dengan pasien. Untuk pelayanan rawat inap, apabila tidak tersedia
tempat tidur, maka untuk sementara pasien dirawat pada kelas perawatan yang lain/
dirujuk ke RS Jejaring rujukan.
Penerimaan pasien rawat inap ada yang terencana (terjadwal), biasanya pada pasien yang akan
dilakukan operasi elektif dan ada yang langsung dari poliklinik atau IGD. Sebelum pasien dirawat inap,
petugas admisi memberi penjelasan tentang pelayanan yang ditawarkan, termasuk perkiraan biaya
pelayanan yang tercakup di dalam “General Consent”
4. Monitoring Pasien
Untuk pasien rawat inap, semua kebutuhan pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit
harus diidentifikasi melalui proses penilaian. Jika pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap,
assesmen medis awal sudah lebih dari 30 hari, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik tersebut
harus diperbaharui dan dicatat pada form pengkajian awal yang baru. Jika pada saat penerimaan
sebagai pasien rawat inap, assesmen awal kurang dari 30 hari, maka perubahan signifikan yang
terjadi dicatat dalam lembar terintegrasi pasien. Isi minimum pengkajian awal meliputi: anamnesa,
riwayat penyakit dan pengobatan, psikologi, sosial dan ekonomi, pemeriksaan fisik, skrining gizi,
penilaian nyeri, penilaian resiko jatuh, diagnosa dan rencana tindak lanjut serta rencana pemulangan
pasien (discharge planning). Penilaian awal pasien di rawat inap harus dilakukan dalam waktu 24 jam.
Monitoring pasien dilakukan selama dalam perawatan, yang meliputi pemeriksaan vital sign
meliputi. Tensi, nadi, suhu, respirasi, SPO2, pemeriksaan DPJP dan pemeriksaan dokter anastesi.
Pelayanan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP),
perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat
inap. Rencana pelayanan pasien harus individual dan berdasarkan data asesmen awal. Rencana
pelayanan tiap pasien diperiksa ulang dan diverifikasi oleh DPJP. Kemajuan yang diperoleh dicatat
dan direvisi sesuai kebutuhan berdasarkan hasil asesmen ulang dari pasien oleh praktisi pelayanan
kesehatan dengan penjabaran pola SOAP (Subjektif, Objektif, Assemen, Plan) pada rekam medis.
Diluar jam kerja, monitoring terhadap perkembangan pasien akan dilaporkan oleh perawat jaga
kepada dokter jaga IGD, dan bila memerlukan tindakan/ terapi lebih lanjut akan dilaporkan oleh dokter
jaga IGD per telpon kepada DPJP untuk instruksi lebih lanjut. Bila DPJP tidak bisa dihubungi, maka
dokter jaga bisa mengambil tindakan yang sesuai dengan indikasi medis dan mendokumentasikannya
pada rekam medis pasien.
5. Visite
Visite dilakukan setiap hari pada jam kerja. Visite pertama dilakukan dalam waktu 1 x 24 jam dari
pasien diterima di RS. Untuk pasien yang rencana operasi elektif, visite dilakukan sehari sebelum
operasi oleh DPJP dan Dokter Anastesi dan sehari setelah operasi dilakukan oleh DPJP.
6. Prosedur Medik
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Anastesi
c. Pemeriksaan Rontgen
d. Pemeriksaan Penunjang lainnya.
Pemeriksaan tersebut diatas dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan masing-masing
pasien.
7. Konsultasi
8. Rujukan
Rujukan dilakukan dengan tujuan untuk pemeriksaan penunjang atau untuk perawatan lanjutan
a. Merujuk pasien ke Rumah sakit lain untuk pemeriksaaan penunjang dan dokter spesialis.
1) DPJP menentukan kebutuhan pemeriksaan penunjang misalnya
laboratorium/radiologi, CT scan, echocardiografi, EEG dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
2) DPJP memberikan informasi kepada pasien dan keluarga bahwa diperlukan
pemeriksaan penunjang dan dokter spesialis
3) Pasien dan keluarga menandatangani form persetujuan rujukan, apabila pasien dan
keluarga menolak harus menandatangani form penolakan rujukan.
4) DPJP menuliskan permintaan pemeriksaan penunjang pada form permintaan
penunjang diagnostik
5) Pasien rawat inap dirujuk ke rumah sakit lain dengan memakai ambulan RS Tk.II
Udayana dan didampingi oleh perawat yang bertanggungjawab di ruangan itu.
6) Hasil pemeriksaan radiologi dan jawaban konsultasi dari dokter spesialis langsung
dibawa ke dokter konsultan yang bersangkutan.
7) Semua hasil pemeriksaan penunjang dan jawaban konsultasi dokter spesialis
didokumentasikan di rekam medik pasien.
Setiap pasien pulang dibuatkan Resume oleh DPJP sebelum pasien pulang. Resume pasien
terdiri dari : alasan masuk rumah sakit, diagnosis dan status alergi, penemuan kelainan fisik dan
lainnya yang penting, prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan, pemberian
medikamentosa dan pemberian obat waktu pulang, status atau kondisi pasien waktu pulang, instruksi
follow up/ tindak lanjut.
Resume pasien rawat inap dibuat saat pasien pulang rangkap 3 yaitu untuk dibawa pasien,
didokumentasi dalam rekam medik dan praktisi kesehatan perujuk apabila pasien rujukan/ keperluan
klaim asuransi.
Pasien dan keluarga diberikan pengertian tentang instruksi tindak lanjut. Instruksi mencakup
nama dan lokasi untuk pelayanan lanjutan, kapan kembali ke rumah sakit untuk kontrol dan kapan
pelayanan yang mendesak harus didapatkan. Keluarga diikut sertakan dalam proses apabila pasien
kurang dapat mengerti dan mengikuti instruksi. Keluarga juga diikut sertakan apabila mereka berperan
dalam proses pemberian pelayanan lanjutan.
Bila pasien rawat inap atau pasien rawat jalan memilih pulang karena menolak nasehat medis,
ada resiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak adekuat. Pasien wajib memberitahukan alasan
menolak nasehat medis dan bila pasien mempunyai dokter keluarga, maka kepada dokter yang
bersangkutan dapat diinformasikan mengenai hal tersebut sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan rawat inap dilakukan setiap hari dan kompilasinya
dilaporkan setiap bulan ke Bidang Pelayanan Medik melalui kepala Instalasi Rawat Inap dan Bedah.
Pelaporan meliputi jumlah pasien, 10 besar penyakit pasien rawat inap, pelaporan indikator mutu rawat
inap, permasalahan dan rencana tindak lanjut.
Bila terdapat pasien dengan masalah-masalah multiple, komplek, dirawat dalam waktu lama (
diluar periode yang direkomendasikan), membutuhkan perawatan intensif untuk rehabilitasi dan pasien
yang membutuhkan perawatan RS tetapi RS tidak memiliki biaya perawatan dan RS tidak memiliki
kemampuan membantu dengan sistem yang berlaku maka Kepala ruangan berlaku sebagai Case
Manager yang berkoordinasi dengan DPJP, Bidang Pelayanan Medik, Bidang Penunjang Medik,
Bidang Keperawatan maupun Bagian Keuangan untuk menyelesaikan masalah pasien tersebut. Untuk
itu Case Manager wajib mengidentifikasi pasien –pasien yang membutuhkan koordinasi Case
Manager dengan menggunakan buku bantu.
Untuk pasien yang memerlukan koordinasi lintas SMF/ Length Of Stay (LOS) lebih dari 7 hari
atau melebihi hari rawat sesuai Clinical Pathway maka DPJP dapat melakukan rapat tim untuk
pembahasan kasus dengan SMF terkait. DPJP mengkoordinasikan rencana rapat Tim dengan
koordinator rawat inap dan Ka. Instalasi Rawat Inap dan Bedah selaku Case Manager untuk
menentukan waktu, tempat dan dokter yang diundang. Hasil pembahasan dalam rapat Tim selanjutnya
ditulis dalam Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.
BAB V
LOGISTIK
14. Pengelolaan
a. Perencanaan Alat
1) Perencanaan peralatan keperawatan dan kebidanan disusun berdasarkan hasil
pengkajian perkiraan kebutuhan, jumlah, jenis pelayanan,dan spesifikasi untuk
mencapai pelayanan keperawatan dan kebidanan di instalasi rawat inap.
2) Dalam membuat perencanan peralatan keperawatan dan kebidanan di instalasi
rawat inap harus memperhatikan beberapa kriteria yaitu kriteria struktur, kriteria
proses, dan kriteria hasil;
a) Kriteria Struktur meliputi :
(1) Adanya mekanisme perencanaan peralatan keperawatan dan kebidanan
(2) Adanya standar peralatan keperawatan dan kebidanan.
(3) Adanya data dan informasi jenis pelayanan.
(4) Adanya pedoman menghitung kebutuhan alat.
(5) Adanya tenaga yang merencanakan peralatan keperawatan dan
kebidanan.
b) Kriteria Proses meliputi ;
(1) Adanya mekanisme perencanan peralatan keperawatan dan kebidanan
nsesuai standar.
(2) Menyusun perencanaan alat secara “boftom up”.
(3) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam menyusun
perencanaan alat .
(4) Kriteria Hasil meliputi adanya dokumen perencanaan peralatan
keperawatan dan kebidanan.
b. Pengadaan Alat
1) Proses pengadaan alat keperawatan dan kebidanan dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku di rumah sakit untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatana dan
kebidanan
2) Untuk menunjang kebijakan rumah sakit dalam pengadaan alat keperawatan dan
kebidanan maka harus ditunjang dengan ;
a) Mekanisme yang jelas pengadaan alat keperawatan dan kebidanan.
b) Dibutuhkan tim pengadaan barang/alat yang dibutuhkan.
c) Adanya tim penerima alat yang ditunjuk sesuai sprin Karumkit.
d) Adanya usulan rencana kebutuhan peralatan keperawatan dan kebidanan.
e) Adanya tenaga keperawatan dalam tim teknis pengadaan penerimaan alat
yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit.
f) Adanya manual alat .
g) Adanya program pelatihan penggunaan alat dan pelatihan alat tertentu.
h) Pengadaan peralatan harus mempertimbangkan beberapa aspek:
(1) Alat tenun
(a) Menyerap keringat/air
(b) Mudah dibersihkan
(c) Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan.
(d) Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien.
(e) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman.
(f) Tidak menyebabkan iritasi/perlukan kulit.
(2) Alat kesehatan
(a) Mudah dibersihkan.
(b) Tidak mudah berkarat.
(c) Amanpenggunaan baik petugas dank lien.
(d) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman.
(e) Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan
argonomi.
(f) Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan alat.
(g) Tersedianya manual penggunaa alat dan prosedur.
i) Alat pencatatan dan pelaporan
(1) Bahasa sederhana dan mudah dimengerti.
(2) Mudah diisi.
(3) Ukuran,jenis kertas dan desain terstandar
j) Pemilihan peralatan keperawatan dan kebidanan didasarkan atas kebutuhan
klien dan provider .
k) Sistim distribusi peralatan keperawatan dan kebidanan (sentrallisasi dan
disentralisasi).
c. Distribusi Alat
1) Penetapan pendistribusian peralatan keperawatan dan kebidanan ke unit kerja untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan.
2) Untuk menunjang kebijakan rumah sakit dalam pendistribusian peralatan
keperawatan dan kebidanan di instalasi rawat inap, perlu ditunjang dengan:
a) Mekenisme pendistribusian peralatan .
b) Daftar usulan kebutuhan alat di setiap unit kerja.
c) Adanya jadwal pendistribusian yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Pendistribusian alat yang bersifat rutin (alat kebersihan/ alat rumah tangga) dilakukan
setiap bulan pada minggu pertama.
4) Pendistribusian alat tenun dan alkes insidentil sesuai dengan kebutuhan ruangan/
unit kerja terkait .
d. Penggunaan Alat
1) Untuk menjamin alat berfungsi dengan baik sesuai masa pakai umur teknis dan
aman bagi pasien dan keluarganya maka pimpinan rumah sakit telah menetapkan
penggunaan peralatan keperawatan dan kebidanan di instalasi rawat inap secara
tepat dan benar sesuai sop/protap.
2) Untuk menunjang kebijakan rumah sakit dalam penggunaan peralatan keperawatan
dan kebidanan di instalasi rawat inap perlu ditunjang dengan adanya:
a) SPO/ rotap penggunaan alat keperawatan dan kebidanan .
b) Tenaga terlatih untuk menggunakan alat tersebut
c) Melakasanakan pencatatan frekuensi penggunaan alat tertentu secara teratur
dan berkala
d) Sebelum menggunakan alat perawat harus :
(1) Memahami SPO/ protap penggunaan alat keperawatan dan kebidanan di
instalasi rawat inap
(2) Mengecek apakah alat tersebut sudah siap pakai.
(3) Melakukan kalibrasi alat sesuai jadwal.
(4) Mencatat frekuensi penggunaan alat dalam buku yang disediakan
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
a. Melaksanakan Identifikasi daerah yang berisiko dari aspek gedung & fasilitas.
b. Melaksanakan pemberian identitas kepada staf, pengunjung, vendor dan area beresiko.
c. Melakukan pencegahan kejadian cedera pada pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
d. Melaksanakan pengendalian lingkungan selama masa pembangunan dan renovasi.
e. Melaksanakan pemeriksaan seluruh gedung pelayanan pasien.
f. Melaksanakan proteksi kehilangan dan kerusakan dari fasilitas.
g. Memastikan bahwa rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.
h. Memastikan bahwa badan independen dalam fasilitas pelayanan mematuhi program
keselamatan dan keamanan, bahan berbahaya, manajemen keadaan darurat,
pengamanan kebakaran.
3) Sistem Utilitas.
a) Melaksanakan identifikasi terhadap resiko kegagalan listrik dan air.
b) Melaksanakan uji fungsi dari sumber alternatif & sitem utility lainnya.
c) Melaksanakan pemeriksaan dan perbaikan peralatan sistem pendukung
lainnya.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
a. Asesmen Pasien
1) Pengkajian Awal Pasien Baru dalam 24 jam.
2) Pre visit anestesi.
3) Pasien stroke yang dilakukan assesmen rehab medis.
b. Pelayanan Laboratorium
1) Angka keterlambatan penyerahan hasil pemeriksaan.
2) Angka kerusakan sampel darah.
3) Angka kesalahan menyampaikan hasil pemeriksaan.
4) Angka kesalahan pengambilan sampel.
5) Angka kesalahan pasien.
6) Pelaporan nilai kritis laboratorium.
d. Prosedur Bedah
1) Angka penundaan operasi.
2) Angka keterlambatan dimulainya operasi.
3) Angka infeksi luka operasi.
4) Angka ketidak lengkapan informed concent .
5) Angka ketidak lengkapan laporan operasi.
6) Angka ketidak lengkapan laporan anestesi.
7) Kepatuhan melaksanakan proses time out pada pasien pre operasi.
8) Ketidaksesuaian Diagnosis pra dan pasca bedah.
9) Marking.
a. Presentase pelaksanaan standar identifikasi pasien pada pemberian identitas pasien untuk
pasien di instalasi rawat inap.
b. Kepatuhan pemberian label high alert oleh farmasi.
c. Insiden Pasien Jatuh Selama Perawatan Di Instalasi Rawat Inap.
d. Pasien jatuh dengan perlukaan level minor (2) atau lebih besar terdokumentasi saat
perawatan rawat inap di rumah sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN DAN KESELAMATAN KERJA
Sesuai Peraturan Gubernur Bali No. 54 tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Minimal pada
Rumah Sakit Tk.II Udayana terdapat 9 indikator mutu yang harus selalu dievaluasi dan dilaporkan
setiap bulan di Bidang Pelayanan Medik. Adapun 10 indikator mutu yang dimaksud dan target
capaiannya yaitu :
a. Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada penularan lewat
darah.
b. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan sesuai prosedur 6 langkah dan 5 momen
dengan handrub/sabun antiseptic setiap kali kontak dengan pasien.
c. Petugas diharuskan mengunakan alat pelindung diri sesuai prosedur, baik berupa hand
schoen/ masker dan lain-lain sesuai indikasi.
BAB VIII
PENUTUP
Buku pedoman ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan dari kebijakan karumkit tentang
Pedoman Pelayanan di Rawat Inap, yang menjelaskan tata cara operasional dari konsep dan
kebijakan Pelayanan di Rawat Inap RS Tk.II Udayana sehingga pelayanan pasien dan kebutuhan
sarana prasarana serta sumber daya di rawat inap terlaksana dan terpenuhi sesuai kebijakan dan
SPM, SPO dan standar keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan dan Komisi
Nasional Keselamatan Pasien.
Demikian Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap disusun sebagai acuan dalam pembuatan
program kerja dan kegiatan selanjutnya disetiap ruangan perawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit TK.II Udayana.
Denpasar, 2016
Kepala Rumah Sakit Tk.II Udayana