Anda di halaman 1dari 9

PATOFISIOLOGI

Kejang Demam

Disusun oleh :
Sureza Larke
03009244

Pembimbing
dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 10 Oktober – 17 Desember 2016

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

0
I. DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE), kejang demam
merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1 bulan, yang
berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan infeksi sistem saraf pusat,
tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak berhubungan dengan kejang simptomatik
lainnya . Menurut consensus statment on febrile seizures kejang demam adalah
suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5
tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial
atau penyebab tertentu1,2
II. PATOFISIOLOGI

Gambar 1.1 Patofisiologi Kejang demam

Bahan baku atau sumber energi otak yang utama adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi. Dalam proses oksidasi tersebut diperlukan oksigen yang

1
disediakan melalui perantaraan paru-paru. Oksigen dar paru-paru ini diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskular.3

Suatu sel, khususnya sel otak atau neuron dalam hal ini, dikelilingi oleh
suatu membran yang terdiri dari membran permukaan dalam dan membran
permukaan luar. Membran permukaan dalam bersifat lipoid, sedangkan membran
permukaan luar ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan
mudah dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium
(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+
dalam neuron tinggi dan Konsentrasi (Na+) rendah, sedangkan di luar neuron
terdapat keadaan yang sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut
potensial membran neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membranini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial membran tadi dapat berubah oleh
adanya. 3

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

2. Rangsangan yang datang mendadak seperti rangasangan mekanis,


kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya

3. Perubahan fisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau


keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%.
Pada seorang anak usia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
sirkulasi tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi
kenaikan suhu tubuh pada seorang anak dapat mengakibatkan adanya perubahan
keseimbangan membran neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion
Kalium dan ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas

2
ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangga dengan perantaraan
neurotransmiter sehingga terjadilah kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang
yang berbeda, dan tergantung dari tinggi rendahnya nilai ambang kejang, seorang
anak menerita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, serangan kejang telah terjadi pada suhu 38°C,
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, serangan kejang baru terjadi
pada suhu 40°C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
berulangnya kejang demam akan lebih sering pada anak dengan ambang kejang
yang rendah. Sehingga dalam penanggulangan anak dengan ambang kejang
demikian perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa anak tersebut akan
mendapat serangan. 3

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya


dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi pada kejang lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai terjadinya apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian tadi adalah faktor penyebab
hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan neuron. 4

III. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang
mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang
diukur dengan cara memasukkan termometer ke dalam lubang dubur,
menunjukkan angka lebih besar dari 38,5o Celsius. Dari anamnesa biasanya
didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga lainnya (ayah, ibu, atau

3
saudara kandung). Sedangkan dari pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan
adanya kelainan.2,4
Manifestasi Klinis:
kejang demam sederhana :

Kejang bersifat umum,Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari
15 menit), Pemeriksaan EEG normal, Kejang berlangsung singkat < 15
menit, Kejang umum tonik dan atau klonik, Akan berhenti sendiri. 2,4
kejang demam kompleks:

Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai
kejang demam kompleks, Kejang lama > 15 menit, Kejang fokal atau
parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang parsial),Berulang atau lebih
dari 1 kali dalam 24 jam.2,4
Pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada kasus kejang demam
lebih ditujukan untuk mencari penyebab terjadinya demam, antara lain: 2,5
1. Pemeriksaan Laboratorium
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas.
3. Elektroensefalografi
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala, Computed tomography scan (CT-Scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) hanya atas indikasi, seperti:
a. Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis)
b. Paresis nervus VI
c. Papiledema
IV. PENGELOLAAN DAN TATALAKSANA
a. Antipiretik dan Antibiotik
Antipiretik: paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15
mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam.
Antibiotik untuk mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang
terjadi.5
b. Penanganan Kejang pada Neonatus

4
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan
napas. Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang
dengan cara:5
KEJANG
30 menit Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5
menit

KEJANG (+)
luminal IM 10 mg/kg/BB dalam 5
menit
30 menit
KEJANG (+)
Luminal IV/IM 10 mg/kgBB dalam 5
30 menit menit

Kejang (-) Kejang (+)

Bila kejang berulang dalam 2 hari berikanFenitoin bolus iv 20mg/kgBB dalam 15 ml


luminal 5mg/kg/hari per oral sampai bebasNaCL, berikan dalam 30 menit
kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah
c. Penangana
bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian
luminal dari awal n Kejang
pada Anak
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan
napas. Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang
dengan cara:5

5
d. Edukasi pada orang tua
Kejang demam merupakan hal yang sangat menakutkan orang tua dan tak
jarang orang tua menganggap anaknya akan meninggal. Pertama, orang tua
perlu diyakinkan dan diberi penjelasan tentang risiko rekurensi serta petunjuk

6
dalam keadaan akut. Lembaran tertulis dapat membantu komunikasi antara
orang tua dan keluarga. Bentuk edukasi pada orang tua dapat berbentuk seperti
Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik,
memberitahukan cara penanganan kejang, memberi informasi mengenai risiko
berulang, pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi harus
diingat risiko efek samping obat.5
Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang:
1. Tetap tenang dan tidak panik.
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
3. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun lidah mungkin
tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang.
6. Berikan diazepam rektal. Jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus Penatalaksanaan


Kejang Demam. Cetakan Kedua. BP IDAI:2006; hal 1-2.
2. Arief RF, Penatalaksanaan Kejang Demam. Continuing Medical
Education. Vol(42)9:2015. 658-659 p
3. S, Soetomenggolo; Taslim; Ismail,S. Buku Ajar Neurologis Anak. Cetakan
Kedua. BP. IDAI. Jakarta: 2000; hal 244-51.
4. Mansjoer, A; Suprohaita; Wardhan, W.I; Setiowulan, W. Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 2. Edisi Ketiga. Media Aesculapius. FK UI. Jakarta:
2000; hal 434-7.

5. Haslam Robert H.A Sistem Saraf, ilmu kesehatan anak Nelson, Vol.3,
Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2000.

7
8

Anda mungkin juga menyukai