Anda di halaman 1dari 101

Plan Do Check Action

PENINGKATAN CAKUPAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT


PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH

Oleh:
Kevin Rizki A K 1740312446
Marna Septian 1740312116
Mohamad Asyraf Bin Mohd Rosli 1740312406
Rinsanny Esvi Falensia 1740312118
Gangeswary A/P Bathumalai 1740312606
Fathia Deliza 1740312203
Indah Novita Rahmi 1740312281
Shintia Surya Putri 1740312279
Dwi Sekar Ayu Gunasari 1740312115
Indah Ridhoila 1740312447

Pembimbing:
Abdiana, SKM, M. Epid
dr. Ida Rahmah Burhan, MARS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018

Fakultas Kedokteran universitas Andalas i


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan atas

kehadirat-Nya yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran, dan waktu, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal yang berjudul “ Peningkatan Cakupan Pemeriksaan Inspeksi Visual

Asam Asetat pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh“. Laporan PDCA ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tahap kepaniteraan klinik ilmu kesehatan

masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas atau Rumah Sakit DR. M. Djamil

Padang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Abdiana, SKM, M. Epid dan Ibu dr. Ida

Rahmah Burhan, MARS selaku preseptor yang telah membimbing kami dalam penulisan

makalah ini. Tidak juga lupa kami berterima kasih kepada Ibu dr. Desy Susanty sebagai Kepala

Puskesmas Pauh, beserta seluruh staf Puskesmas yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing kami selama menyelesaikan laporan ini.

Tentunya penulisan laporan PDCA ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua

pihak.

Padang, September 2018

Penulis

Fakultas Kedokteran universitas Andalas ii


HALAMAN PENGESAHAN
Plan Do Check Action (PDCA)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

Judul laporan : PENINGKATAN CAKUPAN PEMERIKSAAN INSPEKSI


VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAUH

Periode : 2 September – 3 November 2018


Pelaksana :

Kevin Rizki A K 1740312446


Marna Septian 1740312116
Mohamad Asyraf Bin Mohd Rosly 1740312406
Rinsanny Esvi Falensia 1740312118
Gangeswary A/P Bathumalai 1740312606
Fathia Deliza 1740312203
Indah Novita Rahmi 1740312281
Shintia Surya Putri 1740312279
Dwi Sekar Ayu Gunasari 1740312115
Indah Ridhoila 1740312447

Mengetahui/Menyetujui

Pembimbing

Abdiana, SKM, M. Epid dr. Ida Rahmah Burhan, MARS

Fakultas Kedokteran universitas Andalas iii


HALAMAN PENGESAHAN
Plan Do Check Action (PDCA)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyrakat
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
Judul laporan : PENINGKATAN CAKUPAN PEMERIKSAAN INSPEKSI
VISUAL ASAM ASETAT PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAUH

Periode : 2 September – 3 November 2018

Pelaksana :

Kevin Rizki A K 1740312446


Marna Septian 1740312116
Mohamad Asyraf Bin Mohd Rosly 1740312406
Rinsanny Esvi Falensia 1740312118
Gangeswary A/P Bathumalai 1740312606
Fathia Deliza 1740312203
Indah Novita Rahmi 1740312281
Shintia Surya Putri 1740312279
Dwi Sekar Ayu Gunasari 1740312115
Indah Ridhoila 1740312447

Mengetahui/Menyetujui

Penguji

dr. Husna Yetti, PhD dr. Firdawati, M. Kes

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6


2.1 Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) .................................................... 6
2.2 Kanker Serviks ........................................................................................... 14

BAB 3 ANALISIS SITUASI ......................................................................... 35


3.1 Kondisi Geografis....................................................................................... 35
3.2 Kondisi Demografis.................................................................................... 36
3.3 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi ......................................................... 39
3.4 Sarana dan Prasarana ................................................................................ 40
3.5 Capaian Program Puskesmas Pauh ............................................................. 43

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................ 46


4.1 Identifikasi Masalah .................................................................................. 46
4.2 Penentuan Prioritas Masalah ..................................................................... 47
4.3 Analisis Sebab Masalah ............................................................................. 54
4.4 Diagram Ishikawa ...................................................................................... 56
4.5 Alternatif Pemecahan ................................................................................ 56

BAB 5 RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM PDCA ........................... 58


5.1 Plan ( Tahap Persiapan ) ........................ Error! Bookmark not defined.
5.2 Do ( Pelaksanaan ) ............................................. Error! Bookmark not defined.
5.3 Check ( Tahap Evaluasi ) .................................... Error! Bookmark not defined.
5.4 Action ( Tahap Berkelanjutan ) .......................... Error! Bookmark not defined.

BAB 6 LAPORAN KEGIATAN ................................................................... 65


6.1 Penyuluhan dan Pelatihan Duta dan Kader IVA (DIVA)................................ 65
6.2 Pembentukan dan Pensosialisasian Klinik PERAWAN ................................. 69
6.3 Pelaksanaan Program Kartu Cegah Jangan Terjadi Kanker Serviks (CANTIKS 73
6.4 Penyuluhan Kanker Serviks dan Pemeriksaan IVA ...................................... 76

ii
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 7 PENUTUP ......................................................................................... 84
7.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 84
7.2 Saran .............................................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 90

iii
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stadium Klinik Kanker Serviks Menurut FIGO 2000 29

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk menurut Kelurahan 38

Tabel 3.2 Perbandingan Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan


Penduduk menurut Kelurahan 39

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur 40

Tabel 3.4 Data Sasaran Penduduk Upaya Kesehatan Puskesmas Pauh 41

Tabel.3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh 44

Tabel 3.6 Jumlah dan Kondisi Prasarana di Puskesmas Pauh 45

Tabel 3.7 Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh 46
Tabel 3.8 Pencapaian Kinerja berdasarkan SPM 47
Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh 51
Tabel 4.2 Penilaian Prioritas Masalah di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh 54
Tabel 5. 1 Jadwal Kegiatan PDCA 62

iv
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. IVA Positif (kiri) IVA Negatif (kanan) 12

Gambar 2.2: Genitalia Interna Wanita 16

Gambar 2.3 : Perjalanan Infeksi HPV menjadi Kanker Serviks 22

Gambar 2.4 : Skema Pembentukan Zona Transformasi Serviks 24

Gambar 2.5 : Stadium Klinis Kanker Serviks 27

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh 38

Gambar 4.1 Diagram Ishikawa 60

Gambar 6. 1 Grafik Tingkat Pengetahuan Peserta DIVA

v
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya. (Kemenkes RI, 2014).1

Puskesmas Pauh merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang ada di

wilayah Kota Padang dengan luas wilayah 146,29 km2 dan jumlah penduduk

68.448 jiwa dalam wilayah kerjanya. Puskesmas Pauh memiliki banyak program

dalam kinerjanya, setiap program memiliki target dan pencapaian masing-

masingsesuai standar pelayanan minimal yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan

Kota (DKK). Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai kesenjangan antara target

dan pencapaian yang diperoleh masing-masing program. (Laporan Tahunan

Puskesmas Pauh 2017).2

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas PauhTahun

2017 terdapat beberapa kesenjangan antara target dan pecapaian di kecamatan

Pauh, diantaranya pada program penyakit tidak menular terdapat kesenjangan

cakupan pemeriksaan IVA, pada program pengendalian dan pemberantasan

penyakit terdapat kesenjangan dalam penjaringan suspek TB paru, pada program

kesehatan terdapat pemasalahan pada jamban sehat dan pada lingkungan gizi masih

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


terdapat permasalahan pada ASI Eksklusif dan juga kesenjangan pada Program

HIV2

Berdasarkan analisis masalah tersebut baik dari urgensi masalah,

kemungkinan intervensi, akibat, biaya, dan sumber daya yang dibutuhkan, maka

diprioritaskan untuk menelaah mengenai masalah kurangnya angka kunjungan

untuk deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas

Pauh.

Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari serviks, serviks adalah

sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan

dengan vagina melalui ostium uteri eksternus (Kemenkes RI tahun 2015)3. Kanker

ini disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV) dan menyerang wanita

usia subur dan dampak dari kanker serviks ini bisa menyebabkan kematian

(Kumalasari, 2012)4.

Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh terbanyak wanita di 45

negara, pada tahun 2012 terdapat 528.000 kasus baru terdiagnosis di seluruh dunia

dan terdapat 266.000 wanita meninggal di dunia akibat dari kanker serviks (WHO,

2014)5. Kanker serviks merupakan pembunuh nomor 2 pada wanita setelah kanker

payudara. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker

dengan jumlah kasus kanker serviks sebanyak 522.354 kasus (Kemenkes RI,

2015)3. Di Sumatera Barat kasus kanker serviks berjumlah 490 kasus dan Kota

Padang menjadi jumlah tertinggi dengan jumlah kasus 334 (Dinkes Sumbar, 2014)6.

Kanker serviks dapat menyebabkan infertilitas , morbiditas, mortalitas pada

wanita sehingga merupakan ancaman yang cukup seius. Oleh karena itu penting

dilakukan upaya pencegahan untuk mengendaliakan dan mencegah terjadinya

2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
kanker serviks. Berkembangnya kanker serviks salah satunya disebabkan

keterlambatan dalam deteksi dini (Sari, 2014)7. Berdasarkan estimasi data World

Health Organization (WHO) Tahun 2013 terdapat hanya 5% wanita di negara

berkembang yang hanya melakukan deteksi dini. WHO mengatakan terdapat

490.000 wanita didunia yang terkena kanker serviks pada tiap tahunnya disebabkan

karena keterlambatan dalam deteksi dini. Deteksi dini yang direkomendasikan yaitu

tes HPV, pemeriksaan sitologi dan pemeriksaan IVA. (WHO,2014)5

Di Indonesia metode deteksi dini yaitu dengan cara IVA, di negara

berkembang metode IVA lebih banyak dilakukan daripada vaksinasi virus HPV

karena vaksinasi masih membutuhkan biaya lebih besar. Pemeriksaan IVA

merupakan suatu metode pemeriksaan dengan mengoleskan serviks atau leher

rahim menggunakan lidi wotten yang telah dicelupkan kedalam asetat atau cuka 3-

5% dengan mata telanjang. Daerah yang tidak normal akan berubah menjadi putih

(acetowhite) dengan batas yang tegas dan mengindikasikan bahwa serviks mungkin

memiliki lesi prekanker (Mulyati, 2012). 8

Angka kunjungan wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan IVA di

Puskesmas Pauh terbilang rendah. Pada laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun

2017 sasaran pemeriksaan IVA sebanyak 8.555 orang wanita usia subur dengan

target sebanyak 2.880 orang namun capaian dari pemeriksaan ini hanya sebanyak

235 orang (8,3%)2. Berdasarkan pencatatan tahun 2018 bulan Januari- Agustus

2018 jumlah target capaian 1880 orang namun capaian yang ada baru 90 orang.

Jumlah ini masih jauh dari target yang diharapkan. Wanita usia subur tebanyak

berada di kelurahan Pisang dengan jumlah 3342 orang dan masih belum banyak

yang melakukan pemeriksaan IVA. Pada kuisioner yang disebarkan pada 30 wanita

3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
usia subur di Kecamatan Pauh didapatkan bahwa belum satu pun yang melakukan

pemeriksaan IVA dengan alasan tidak mengetahui adanya pemeriksaan IVA (

46,7%), takut ( 30%) dan malu ( 20%) untuk memeriksakan diri.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

PDCA (plan,do,check,action) mengenai permasalahan ini dan melakukan inovasi

intervensi dalam meningkatkan jumlah capaian masyarakat dalam program

penyakit tidak menular yaitu deteksi dini kanker servis dengan metode IVA di

wilayah kerja Puskesmas Pauh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas

Pauh?

2. Apa prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pauh?

3. Apa alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilaksanakan untuk

permasalahan utama di wilayah kerja Puskesmas Pauh?

4. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan partisipasi masyarakat dalam upaya deteksi dini

kanker serviks dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Pauh?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan partisipasi masyarakat dalam

upaya deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di wilayah kerja

Puskesmas Pauh..

1.3.2 Tujuan Khusus

4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
1. Untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah

kerja Puskesmas Pauh.

2. Dapat menentukan prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Pauh.

3. Dapat mengetahui alternatif penyelesaian masalah yang dapat

dilaksanakan untuk permasalahan utama di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

4. Dapat mengetahui langkah-langkah kegiatan yang bisa dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan partisipasi masyarakat untuk

deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di wilayah kerja

Puskesmas Pauh.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Puskesmas

Dapat mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi dalam upaya

deteksi dini kanker serviks pada WUS dengan metode IVA di wilayah kerja

Puskesmas Pauh.

1.4.2. Bagi Penulis

Sebagai media pembelajaran dalam mengidentifikasi masalah dan

pemecahan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Dapat membantu meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku

masyarakat dalam upaya deteksi dini kanker serviks pada WUS dengan

metode IVA.

5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)


2.1.1 Pengertian IVA

Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) adalah pemeriksaan leher rahim

secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata

telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka

(3-5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas

menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin

memiliki lesi prakanker.9

IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya

sederhana dibandingkan dengan jenis penapisan lain karena :

a. Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan.

b. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk

penapisan kanker leher rahim.

c. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di

semua jenjang sistem kesehatan.

d. Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan

mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan).

e. Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan yang

tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai

lesi pra kanker.9

6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Menurut Kemenkes RI no.34 tahun 2015 tentang penanggulangan kanker

leher rahim, kelompok sasaran untuk pemeriksaan IVA ditinjau dari perjalanan

penyakit kanker leher rahim adalah:

a. Perempuan berusia 30-50 tahun

b. Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge (keluar

cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah (bahkan

jika di luar usia tersebut).

c. Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang rutin,

perempuan yang hamil dapat menjalani skrining dengan aman, tetapi tidak

boleh menjalani pemgobatan dengan krioterapi) oleh karena itu

pemeriksaan IVA belum dapat dimasukan pelayanan rutin pada klinik

antenatal.

d. Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB

dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan IVA.

Pemeriksaan IVA dilakukan setiap tahun berturut-turut selama 3 tahun. Jika

hasil pemeriksaan negatif selama 3 kali pemeriksaan maka pemeriksaan berikutnya

dilakukan dengan interval 5 tahun.3

Menurut buku saku pencegahan kanker serviks yang dikeluarkan oleh

departemen kesehatan RI, lesi pra kanker dapat terjadi dalam waktu 2-3 tahun

setelah infeksi, maka dari itu setiap WUS yang telah melakukan hubungan seksual

lebih dari 3 tahun dapat memeriksakan diri untuk melihat ada atau tidaknya lesi

pada leher rahim.Apabila lesi tidak diketahui dan tidak diobati,dalam waktu 3-17

tahun dapat berkembang menjadi kanker leher rahim.

7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.1.2 Tahapan Pemeriksaan Metode IVA

Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah

dilatih dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat

yang sudah diencerkan, berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk

mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%. Daerah yang tidak

normal akan berubah warna dengan batas tegas menjadi putih (acetowhite), yang

mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi pra kanker.3

a. Peralatan dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan IVA adalah peralatan yang biasa

tersedia di klinik atau poli KIA berikut:

1. Meja periksa ginekologis

2. Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan leher

rahim.

3. Spekukulum graves bivalved (cocor bebek).

4. Nampan atau wadah alat

5. Sarana pencegahan infeksi

Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan mudah:

1) Kapas lidi atau forsep untuk memegang kapas.

2) Sarung tangan periksa sekali pakai.

3) Spatula kayu yang masih baru.

4) Larutan asam asetat (3-5%)/ asam cuka

a. Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran

kemudiandiencerkan menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam

cuka dicampur dengan 4 bagian air) Contohnya: 10 ml asam cuka 25%

8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dicampur dengan 40 ml air akan menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau

20 ml asam cuka 25 % dicampur dengan 80 ml air akan menghasilkan 100

ml asam asetat 5%

b. Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 % diencerkan

dengan air dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian asam cuka dicampur 7

bagian air) Contohnya : 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 70 ml air

akan menghasilkan 80 ml asam asetat 3%

c. Campur asam asetat dengan baik

d. Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan disimpan

untuk beberapa hari 6) Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi alat dan

sarungtangan.

a. Konseling Sebelum Menjalani IVA

Sebelum menjalani test IVA, ibu diedukasi dan dilakukasn konseling. Topik-

topik yang harus dibahas adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA

2. Sifat dari kanker leher rahim sebagai sebuah penyakit.

3. Faktor-faktor resiko terkena penyakit tersebut.

4. Pentingnya penapisan dan pengobatan dini

5. Konsekuensi bila tidak menjalani penapisan.

6. Mengkaji pilihan pengobatan jika hasil tes IVA abnormal.

7. Peran pasanagan pria dalam penapisan dan keputusan menjalani pengobatan.

8. Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga ibu siap menjalani

krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat hasil IVA abnormal.

9. Arti dari tes IVA positif atau negatif

9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
10. Pentingnya membersihkan daerah genital sebelum menjalani tes IVA

(Kemenkes RI, 2013).

c. Tindakan IVA

Tindakan IVA dimulai dengan penilaian klien dan persiapan, tindakan IVA,

pencatatan dan diakhiri dengan konseling hasil pemeriksaan. Penilaian klien

didahului dengan menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi dan

harus ditulis, termasuk komponen berikut:

a) Paritas.

b) Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah.

c) Pemakaian alat KB.

d) Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah.

e) Riwayat Infeksi Menular Seksual (termasuk HIV).

f) Merokok.

g) Hasil papsmear sebelumnya yang abnormal.

h) Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim.

i) Penggunaan steroid atau obat-obat alergi yang lama (kronis).

1) Tes IVA dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Inspeksi/periksa genelita eksternal dan lihat apakah terdapat discharge

pada mulut uretra. Beritahu ibu bahwa spekulum akan dimasukkan.

b. Dengan hati-hati masukkan spekulum kedalam vagina. Atur spekulum

sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat. Bila leher rahim sudah terlihat

kunci spekulum dalam posisi terbukasehingga tetap berada di tempatnya

saat melihat leher rahim.

c. Pindahkan sumber cahaya agar leher rahim dapat terlihat dengan jelas.

10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
d. Amati leher rahim apakah ada infeksi (cervitis) sperti cairan keputuhan

mucous etopi (ectropion); kista Nabothy atau kista Nabothian, nanah atau

lesi “strawberry”(infeksi Trichomonas).

e. Gunakan kapas lidi bersih untuk membersihkan cairan yang keluar, darah

atau mukosa dari leher rahim. Buang kapas lidi kedalam wadah anti

bocor/kantung plastik.

f. Identifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah di sekitarnya.

g. Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada leher

rahim. Bila perlu, gunakan kapas lidi bersih untuk mengulang pengolesan

asam asetat dampai seluruh permukaan leher rahim benar-benar telah

dioleskan asam asetat secara merata. Buang kapas lidi yang telah dipakai.

h. Setelah leher rahim dioleskan larutan larutan asam asetat, tunggu selama

1 menit agar diserap dengan memunculkan reaksi acetowhite.

i. Periksa SSK dengan teliti. Lihat apakah leher rahim mudah berdarah. Cari

apakah ada bercak putih yang tebal dan epithel acetowhite.

Gambar 2.1. IVA Positif (kiri) IVA Negatif (kanan)

j. Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan

kapas lidi bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris yang

11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
terjadi saat pemeriksaan dan mungkin mengganggu pandangan. Buang

kapas lidi yang telah terpakai.

k. Bila pemeriksaan visual leher rahim telah selesai, gunakan kapas lidi

yang baru untuk menghilangkan sisa asam asetat dari leher rahim dan

vagina. Buang kapas yang telah dipakai pada tempatnya.

l. Lepaskan spekulum secara halus, jika hasil tes IVA negative, letakkan

spekulum ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk desinfeksi.

Jika hasil tes IVA positif dan setelah konseling pasien yang menginginkan

pengobatan segera. Letakkan spekulum pada nampan atau wadah agar

dapat digunakan pada saat krioterapi.

2) Setelah Tes IVA

a. Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin 0,5% atau alkohol

untuk menghindari kontaminasi silang antar pasien.

b. celupkan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik ke dalam larutan klorin

0,5%. Jika pemeriksaan rectovaginal dilakukan, sarung tangan harus

dibuang.

c. Cuci tangan.

d. Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk berpakaian.

e. Catat hasil temuan IVA bersama temuan lain seperti bukti adanya infeksi

(cervitis); ectropion; kista Nabothian, ulkus atau strawberry serviks. Jika

terjadi perubahan acetowhite, yang merupakan ciri adanya lesi prakanker,

catat hasil pemeriksaan leher rahim sebagai abnormal.

f. Gambarkan sebuah “peta” leher rahim pada area yang berpenyakit pada

formulir catatan.

12
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
g. Diskusikan dengan klien hasil tes IVA dan pemeriksaan panggulbersama

klien. Jika hasil tes IVA negatif, beritahu kapan klien harus kembali untuk

tes IVA.

h. Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan pada klien

langkah selanjutnya yang dianjurkan. Jika pengobatan dapat segera

diberikan, diskusikan kemungkinan tersebut bersamanya. Jika perlu rujukan

untuk tes atau pengobatan lebih lanjut. Aturlah waktu untuk rujukan dan

berikan formulir yang diperlukan sebelum klien tersebutmeninggalkan

puskesmas/klinik. Akan lebih baik lagi jika kepastian rujukan dapat

disampaikan pada waktu itu juga.9

d. Konseling Setelah Tindakan IVA

1) Jika hasil tes IVA negatif, beritahu ibu untuk datang menjalani tes kembali

1 tahun kemudian. Jika hasil negatif dalam tiga tahun berturut-turut maka

ibu dapat datang 5 tahun lagi serta ingatkan ibu tentang faktor-faktor

resiko.

2) Jika hasil tes IVA pada wanita usia diatas 65 tahun 2 kali berturut-turut

negatif, maka tidak perlu dilakukan skrining

3) Untuk wanita usia diatas 50 tahun, tes IVA cukup dilakukan 5 tahun sekali.

4) Jika hasil tes IVA positif, jelaskan artinya dan pentingnya pengobatan dan

tindak lanjut dan diskusikan langkah-langkah selanjutnya yang dianjurkan.

Edukasi untuk kembali memeriksakan IVA 1 tahun kemudian.

5) Jika telah siap menjalani krioterapi. Beritahu tindakan yang akan

dilakukan lebih baik pada hari yang sama atau hari lain bila klien inginkan.

6) Jika tidak perlu merujuk, isi kertas kerja dan jadwal pertemuan yang perlu

13
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.1.3 Kategori Pemeriksaan IVA

Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang

dapat dipergunakan adalah :

1. IVA negatif : Serviks normal

2. IVA radang : Serviks dengan radang (Servisitis), atau kelainan jinak

laiinnya (Polip serviks).

3. IVA Positif : ditemukan bercak putihacetowhite. Kelompok ini yang

menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA,

karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks pra-kanker (displasia

ringan, sedang, berat atau kanker serviks in situ) 10.

4. IVA Kanker serviks : Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan

stadium kanker leher rahim, masih akan bermanfaat bagi penurunan

kematian akibat kanker leher rahim bila ditemukan masih pada stadium

invasif dini (stadium IB-IIA).11

2.2 Kanker Serviks

2.2.1 Definisi Kanker Serviks


Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal yang terjadi pada daerah
serviks, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina), dan
merupakan kanker primer yang berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau
porsio).12

14
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Gambar 2.2: Genitalia Interna Wanita5
Secara histologik permukaan serviks dilapisi oleh epitel kolumnar pada
bagian proksimal dan epitel gepeng tanpa keratin pada bagian distal. Zona
transformasi antara kedua jenis epitel tersebut disebut dengan zona
squamocolumnar junction (SCJ) dan merupakan daerah terbanyak kanker
serviks dan lesi prekursornya berasal.6
Sebagian besar kanker serviks (80-90%) adalah kanker sel skuamosa,
sedangkan 10-20% adalah adenokarsinoma. Selain itu, terdapat jenis histologi
sel kanker serviks yang lain yaitu yang berjenis sel kecil atau small cell.
Gambaran histologi small cell jarang ditemukan, namun sifatnya lebih
progresif dan potensial untuk menimbulkan metastase meski dalam stadium
awal bila dibandingkan dengan jenis hsitologi sel kanker serviks yang lain.
Prognosisnya pun sangat buruk dengan angka harapan hidup selama 5 tahun
pada stadium awal sebesar 31,6% - 36,4%, sedangkan untuk stadium lanjut
sebesar 0% - 14%.6

2.2.2 Epidemiologi Kanker Serviks


Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang. Diperkirakan setiap tahun
dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi
di negara berkembang. Umur penderita antara 30-60 tahun dan terbanyak pada
umur 45-50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif
sekitar 10 tahun, hanya 9% dari perempuan berumur kurang dari 35 tahun yang

15
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
menunjukkan keganasan serviks uteri yang invasif pada saat didiagnosis,
sedangkan 53% dari karsinoma in situ terdapat pada wanita dibawah umur 35
tahun.3
Di Indonesia, insiden kanker serviks diperkirakan ± 40.000 kasus
pertahun dan masih merupakan kanker perempuan yang tersering. Mortalitas
kanker serviks masih tinggi karena ± 90% terdiagnosis pada stadium invasif,
lanjut bahkan terminal.
2.2.3 Etiologi Kanker Serviks
Penyebab terjadinya kanker serviks belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor ekstrinsik yang mempengaruhi terjadinya kanker ini, sebagai
berikut :
a. Usia

Kanker serviks terjadi mulai dari dekade kedua kehidupan. Setengah dari
perempuan didiagnosis dengan penyakit ini adalah antara 35 - 55 tahun dan
jarang mempengaruhi perempuan di bawah usia 20 tahun.6

Menurut Diananda (2007), usia lebih dari 35 tahun mempunyai risiko


tinggi terhadap kanker serviks. Semakin tua usia seseorang, maka semakin
meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker
serviks pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan
bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin
melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.6

b. Usia pertama menikah


Usia pertama kali menikah atau berhubungan seksual merupakan salah
satu faktor yang cukup penting, karena terjadinya kanker serviks dengan masa
latennya memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan seksual
pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula proses
munculnya kanker serviks. Menurut Aziz (2002), wanita menikah dibawah usia
16 tahun biasanya 10-12 kali lebih besar kemungkinan terjadinya kanker
serviks daripada yang menikah setelah berusia 20 tahun ke atas.4

16
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar
matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau
belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di
selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru
matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan
kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada
serviks belum matang dan terjadi proses metaplasia skuamosa yang aktif yang
terjadi di dalam zona transformasi. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan
sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia
yang dibawa sperma ataupun bahan karsinogenik.4
Metaplasia skuamosa merupakan suatu proses fisiologi, tetapi di bawah
pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi sehingga mengakibatkan
suatu zona transformasi yang tidak patologik. Perubahan ini menginisiasi suatu
proses neoplasia intraepitel serviks (Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN)
yang merupakan fase prainvasif dari kanker serviks.4

c. Paritas
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan risiko mendapat kanker serviks.
Pada beberapa penelitian dengan metode case control didapatkan bahwa
wanita yang 3 atau 4 kali partus memiliki 2.6 kali risiko untuk terkena kanker
serviks, sedangkan wanita yang melahirkan lebih dari 7 memiliki risiko
sebesar 3.8 kali.5
Alasan fisiologi adanya hubungan antara paritas dan kanker serviks
sampai saat ini belum jelas, namun kemungkinan faktor hormonal pada saat
kehamilan yang membuat wanita lebih peka terhadap infeksi HPV (human
papilloma virus) dan trauma serviks pada saat melahirkan diduga sebagai
alasannya.5
d. Kontrasepsi yang pernah digunakan
Diananda (2007) mengatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral yang
dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko
kanker serviks 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan

17
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
risiko kanker serviks karena jaringan serviks merupakan salah satu sasaran
yang disukai oleh hormon steroid perempuan.7 WHO melaporkan risiko
relatif pada pemakai kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai
dengan lamanya pemakaian.8
Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim/intrauterine device
(AKDR/IUD) juga diduga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
Penggunaan IUD berpotensi terhadap terjadinya erosi serviks akibat iritasi
kronik dari benang sehingga memudahkan terjadinya infeksi yang kemudian
menjadi radang yang terus-menerus. Iritasi kronik tersebut dapat
menyebabkan transformasi sel epitel normal menjdi epitel displastik yang
reversibel setelah pengangkatan IUD.7
e. Berganti-ganti pasangan seksual
Menurut Diananda (2007), berganti-ganti pasangan akan
memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya HPV.7 Risiko
terjadinya kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila mitra seks 6 atau
lebih.5
f. Pasangan suami yang tidak sirkumsisi
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pria yang sudah disirkumsisi
akan menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV, HSV-2 dan HPV, selain itu
juga menurunkan risiko terjadinya trikomoniasis dan vaginosis bakterial pada
pasangan wanitanya.14
Sirkumsisi merupakan tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis (preputium). Pria yang
belum disirkumsisi, ketika melakukan hubungan seksual akan mengakibatkan
terjadinya retraksi preputium sehingga paparan mukosanya mengenai
langsung vagina ataupun cairan serviks. Padahal rongga pada preputium
kondisinya lembab, sehingga menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan
HPV dan HSV-2, sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi.14
g. Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang dihisap
sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic
aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok,

18
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di
dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi
virus. Risiko wanita perokok terkena 4-13 kali lebih besar dibandingkan
wanita bukan perokok.8

2.2.4 Patogenesis Kanker Serviks


Penyebab utama kanker serviks adalah virus yang disebut Human
Papilloma (HPV). HPV tersebar luas, dapat menginfeksi kulit dan mukosa
epitel. HPV dapat menyebabkan manifestasi klinis baik lesi yang jinak
maupun lesi kanker. Tumor jinak yang disebabkan infeksi HPV yaitu veruka
dan kondiloma akuminata sedangkan tumor ganas anogenital adalah kanker
serviks, vulva, vagina, anus dan penis. Sifat onkogenik HPV dikaitkan
dengan protein virus E6 dan E7 yang menyebabkan peningkatan proliferasi
sel sehingga terjadi lesi pre kanker yang kemudian dapat berkembang
menjadi kanker
- Morfologi HPV
Human papilloma virus (HPVs) adalah virus DNA famili
papillomaviridae. HPV virion tidak mempunyai envelope, berdiameter 55
nm, mempunyai kapsid ikosahedral. Genom HPV berbentuk sirkuler dan
panjangnya 8 kb, mempunyai 8 open reading frames (ORFs) dan dibagi
menjadi gene early (E) dan late (L). Gen E mengsintesis 6 protein E yaitu
E1, E2, E4, E5, E6 dan E7, yang banyak terkait dalam proses replikasi virus
dan onkogen, sedangkan gen L mengsintesis 2 protein L yaitu L1 dan L2
yang terkait dengan pembentukan kapsid. Virus ini juga bersifat
epiteliotropik yang dominan menginfeksi kulit dan selaput lendir dengan
karakteristik proliferasi epitel pada tempat infeksi.

19
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
E Protein Perananya

E1 Mengontrol pembentukan DNA virus dan mempertahankan


efisomal

E2 E Mengontrol pembentukan / transkripsi / transformasi

E4 Mengikat sitokeratin

E5 Transformasi melalui reseptor permukaan (epidermal growt factor,


platelet derivat growth factor, p123)

E6 Immortalisasi / berikatan dengan p 53, trans activated / kontrol


transkripsi

E7 Immortalitas / berikatan dengan Rb1,p107,p130

L Protein Peranannya

L1 Protein sruktur / mayor Viral Coat Protein

L2 Protein sruktur / minor Viral Coat Protein

- Klasifikasi
HPV dibagi menjadi 2 yaitu virus tipe low-risk (resiko rendah) dan
high-risk (resiko tinggi) yang dihubungkan dengan resiko keganasan.
a. HPV tipe low-risk (resiko rendah).
Tipe low-risk cendrung menyebabkan tumor jinak meskipun
kadangkala dapat menyebabkan kanker antara lain kanker anogenital
yaitu tipe 6, 11, 42, 43, 44, 54, 61, 70, 72, dan 81
b. HPV tipe high-risk (resiko tinggi)
Tipe high-risk (resiko tinggi) cenderung menyebabkan tumor ganas.
Lebih dari 30 tipe HPV yang diklasifikasikan onkogenik atau resiko
tinggi (high- risk) sebab hubungannya dengan kanker serviks yaitu
tipe 16, 18, 31, 33, 34, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, 68 dan 82.
HPV tipe 16 paling sering dijumpai dan sekitar 50% kanker serviks
6
invasif dijumpai HPV tipe 18, 45, 31, 33, 52 dan 58. Infeksi persisten
HPV-16, HPV-18, HPV-31, HPV-45 sering menyebabkan kanker
serviks

20
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier dan
terpotong di antara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dan DNA
manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi, jika E2 tidak berfungsi akan
merangsang E6 dan E7 berikatan dengan gen p53 dan pRb. Protein E6 dari
HPV 16 and 18 akan mengakibatkan inaktivasi gen p53 melalui mekanisme
pengikatan yang disebut ubiquitin-dependent proteolytic pathway (E6AP),
sehingga akan terjadi penurunan kadar protein p53 (wild type). Protein E7
(oncoprotein) akan mengikat gen pRb, sehingga akan berakibat sama seperti
pada protein p53. Ikatan E7 dengan pRb tersebut menyebabkan tidak terikatnya
gen E2F (faktor transkripsi) oleh protein-pRb, sehingga gen E2F menjadi aktif
dan akan membantu c-myc untuk terjadinya replikasi DNA dan menstimuli
proliferasi sel.36 Siklus sel yang tidak terkontrol menyebabkan proliferasi sel
melebihi batas normal sehingga berubah menjadi sel karsinoma.11

Gambar 2.3 : Perjalanan Infeksi HPV menjadi Kanker Serviks 12

Prevalensi puncak infeksi HPV dimulai pada usia sekitar 20 tahun, yaitu
setelah wanita memulai aktivitas seksualnya. Kemudian menjadi kondisi pre-

21
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
kanker setelah 10 tahun kemudian dan mencapai fase invasif pada usia 40-50
tahun.12

2.2.5 Patologi Kanker Serviks


Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel
kolumnar, kedua epitel tersebut dibatasi oleh squamocolumnar junction (SCJ).
Yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita
dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena
trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.13
Selama perkembangannya, epitel silindris penghasil mucus di
endoserviks bertemu dengan epitel gepeng yang melapisi eksoserviks,
keseluruhan serviks yang terpajan dilapisi oleh sel gepeng. Epitel silindris tidak
tampak dengan mata telanjang atau secara kolposkopi. Seiring dengan waktu
pada sebagian besar perempuan muda, terjadi pertumbuhan ke bawah epitel
silindris dibawah eksoserviks (ektropion), sehingga SCJ terletak di bawah
eksoserviks dan epitel silindris menjadi terpajan. Remodelling terus berlanjut
dengan regenerasi epitel gepeng dan silindris pada zona transformasi, sehingga
SCJ kembali pada tempatnya dan epitel silindris tidak terpajan lagi.14

22
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Gambar 2.4 : Skema Pembentukan Zona Transformasi Serviks 14

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel


serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar
menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh
pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada
masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat
2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara
epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini
disebut daerah transformasi.13
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses
metaplasia. Masuknya bahan-bahan yang dapat mengubah sifat sel secara
genetik atau mutagen pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-

23
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
sel yang berpotensi ganas. Perubahan biasanya terjadi pada daerah SCJ atau
daerah transformasi. Sel-sel yang mengalami mutasi dapat berkembang
menjadi sel displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia
berat, kanker in situ dan kemudian berkembang menjadi kanker invasif.13

2.2.6 Klasifikasi Kanker Serviks


Terdapat dua klasifikasi kanker serviks, yaitu : 16
1. Berasal dari portio (serviks pars vaginalis) yang disebut skuamos sel atau
epidermoid kanker (ektoserviks rahim). Menurut gambaran klinisnya,
epidermoid kanker dibagi menjadi 4 stadium, yaitu:
a) Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronika biasa.
b) Stadium permulaan (early stage)
Sering tampak sebagai lesi disekitar ostium uteri externum, pada batas
kedua jenis epitel. Tampak sebagai daerah yang granuler, keras, lebih
tinggi dari sekitarnya dan mudah berdarah. Kadang-kadang
permukaannya tertutup oleh pertumbuhan yang papiler.
c) Stadium setengah lanjut (moderately advanced stage)
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir portio. Bentuknya
seperti bloemkool (=cauliflower growth). Bentuk ini disebut everting
atau exophytic. Bila tumbuhnya ke dalam jaringan serviks disebut
inverting atau endophytic. Teraba sebagai indurasi yang keras.
d) Stadium lanjut (advanced stage)
Terjadi pengrusakan oleh jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah. Vagina
disekitarnya menjadi keras, juga ligamentum latum sebagai akibat
infiltrasi jaringan kanker dan juga karena infeksi. Selanjutnya jaringan
kanker dapat mengenai rectum, kandung kemih dan dapat
menyembuhkan fistula.
2. Berasal dari kanalis servikalis yang disebut adenokarsinoma (endoserviks
rahim)

24
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Berdasarkan gambaran mikroskopis kanker serviks dibedakan menjadi
dua, yaitu :16
1. Kanker intraepithelial-kanker insitu (KIS)
Adalah keadaan dimana seluruh lapisan epitel gepeng diganti oleh sel
abnormal yang tidak berdiferensiasi, yang tidak dapat dibedakan dengan sel-
sel kanker. Perubahan-perubahan ini belum menembus membrane basalis
atau pembuluh limfa.
2. Kanker invasif
Umumnya gejala belum sesuai dengan derajat ketidak matangan sel. Makin
tidak matang selnya-selnya, makin radiosensitif. Stadium dari tumor lebih
penting dari pada jenis selnya.

2.2.7 Gejala Klinis Kanker Serviks


Pada stadium dini kanker serviks tidak menunjukkan gejala yang khas
atau bahkan tidak ada gejala sama sekali sehingga sulit diketahui.9 Beberapa
tanda dan gejala pada kanker serviks antara lain keputihan, perdarahan vagina
yang abnormal, nyeri, anemia dan lain-lain.17
Keputihan merupakan keluarnya cairan mukus yang encer, yang keluar
dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Sedangkan perdarahan timbul sebagai akibat terbukanya pembuluh darah yang
makin lama akan lebih sering terjadi. Perdarahan ini dapat terjadi setelah
coitus, dicurigai terjadi pada menstruasi yang lama dan banyak dan dapat pula
terjadi pada wanita menopause. Perdarahan spontan umumnya terjadi pada
tingkat stadium lanjut, terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.17
Gejala klinis lain pada kanker serviks yaitu nyeri, rasa nyeri timbul akibat
infiltrasi sel tumor ke serabut saraf. Rasa nyeri daerah pelvis dirasakan di perut
bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa menjalar ke
paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif, sering dimulai dengan
low back pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah. Dapat
pula terjadi nyeri pada saat BAK (buang air kecil) atau BAB (buang air besar).
Anemia juga dapat terjadi karena adanya perdarahan pervaginam yang
berulang. Pada kasus kanker serviks yang telah metastasis dapat terjadi

25
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
kegagalan faal ginjal (CRF= Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi tumor ke
ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi
total.18

2.2.8 Penyebaran Kanker Serviks


Penyebaran kanker serviks terdiri atas 3 cara, yaitu : 1) melalui pembuluh
darah, 2) pembuluh limfe, 3) langsung menyebar ke parametrium, korpus
uterus, vagina, kandung kemih dan rektum.9
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
tumor dapat menyebar ke kelenjar iliaka dalam (hipogastrika). Kanker serviks
umumnya terbatas pada daerah panggul saja tetapi tergantung dari kondisi
imunologi tubuh penderita. Kanker in situ (KIS) akan berkembang menjadi
mikro invasive dengan menembus membran basalis. Jika sel tumor sudah
berada dalam pembuluh darah atau limfa maka prosesnya sudah invasif
penyebaran secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornises vagina, korpus
uterus, rectum dan kandung kemih dimana pada tingkat akhir (terminal stage)
dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih.19
Penyebaran secara limfogen kearah parametrium akan menuju ke
kelenjar limfe regional melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliaka
interna, eksterna dan komunis, obturator, hipogastrika, parasakral, paraaorta,
melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia kiri mencapai paru,
hati, ginjal, tulang dan otak.20

Gambar 2.5 : Stadium Klinis Kanker Serviks21

26
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 2.1 : Stadium Klinik Kanker Serviks Menurut FIGO 2000 22

Stadium Kriteria
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3 mm
dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3mm tetapi < 5
mm dengan diameter permukaan tumor <7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 mm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 mm
II Lesi telah keluar serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
IIA Lesi telah meluas ke sepertiga vagina proksimal
IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium
dan atau sepertiga vagina distal)
IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal/bawah

IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding pangul


IV Lesi menyebar keluar dari organ genitalia
IVA Lesi meluas keluar rongga panggul, dan atau menyebar
ke mukosa vesika urinaria
IVB Lesi meluas ke mukosa rectum, dan atau meluas ke organ
jauh

27
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.2.10 Diagnosis Kanker Serviks
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes Papanicolaou (tes Pap). Pap
smear dapat mendeteksi lesi secara dini dengan tingkat ketelitian sampai
90% pada kasus kanker serviks, akibatnya angka kematian akibat kanker
serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Sitodiagnosis didasarkan
pada kenyataan, bahwa sel-sel permukaan secara terus menerus dilepaskan
oleh epitel dari permukaan traktus genitalis. Sel-sel yang dieksfoliasi atau
dikerok dari permukaan epitel serviks merupakan mikrobiopsi yang
memungkinkan kita mempelajari proses dalam keadaan sehat dan sakit.
Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa
gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara
histologik.13
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani
pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka
pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil
pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut: 23
a. Normal.
b. CIN I : displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat
ganas),
dimana sel abnormal terbatas pada sepertiga luar lapisan
permukaan yang melapisi serviks. termasuk didalamnya
adalah perubahan sel yang disebabkan oleh virus HPV.
c. CIN II : displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal menempati setengah
dari lapisan permukaan serviks.
d. CIN III : kanker in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar) dan kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan
serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya),

28
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dimana keseluruhan lapisan epitel tersusun oleh sel
abnormal namun belum menyebar ke bawah permukaan.

Gambar 5 : Histologi Cervic Intraepithelial Neoplasia (CIN)24

2. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. 22
Biopsi dilakukan di daerah abnormal jika squamocolumnar junction
(SCJ) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SCJ tidak terlihat
seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di kanalis
servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara
konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam
sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.13
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan
pembesaran 10-15x, untuk menampilkan porsio dipulas terlebih dahulu
dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV atau
NIS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh darah.25
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik,

29
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
konisasi harus dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang
dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi atau dapat pula
dengan menggunakan tes Schiller. Pada tes ini digunakan larutan lugol
(yodium 5g, kalium yodida 10g, air 10 ml). Serviks diolesi dengan larutan
yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan
sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.13
Konisasi diagnostic dilakukan pada keadaan dimana proses dicurigai
berada di endoserviks rahim, lesi tidak tampak seluruhnya dengan
pemeriksaan kolposkopi, diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar
spesimen biopsi, dan jika terdapat kesenjangan hasil sitologi dan
histopatologik.13

5. Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)


IVA merupakan pemeriksaan skrining alternative dari Papsmear
karena murah dan praktis, sangat mudah dilakukan dengan peralatan
sederhana. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat serviks yang
telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Zat ini akan meningkatkan
osmolaritas cairan ekstraseluler epitel abnormal. Cairan ekstraseluler
hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga membrane akan
kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Akibatnya jika permukaan epitel
disinari maka sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma namun akan
dipantulkan dan permukaan epitel abnormal akan berwarna putih.26
Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan juga akan
berwarna putih setelah pengusapan asam asetat tetapi dengan intensitas
yang kurang dan cepat menghilang, ini yang membedakannya dengan
proses pra-kanker dimana epitel putih lebih tajam dan lebih lama
menghilang karena asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi
koagulasi protein yang lebih banyak.26
Makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan
histologiknya. Demikian pula makin makin tajam batasnya, makin tinggi
derajat jaringannya, sehingga dengan pemberian asam asetat akan
didapatkan hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan

30
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
bercak putih (displasia). Dibutuhkan satu sampai dua menit untuk dapat
melihat perubahan-perubahan pada epitel. Serviks yang diberi larutan
asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan
hilang setelah sekitar 50-60 detik. Lesi yang tampak sebelum aplikasi
larutan asam asetat bukan merupakan epitel putih namun dikatakan suatu
leukoplakia.26
2. 11 Penatalaksanaan Kanker Serviks
a. Pencegahan
Kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor-faktor penyebab kanker. Pencegahan kanker
didefinisikan sebagai pengidentifikasian faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat sebab-sebab
ini tidak efektif dengan cara-cara apapun yang mungkin.13
Pencegahan kanker serviks dapat berupa pencegahan primer
sekunder maupun tersier. Pencegahan primer merujuk pada
kegiatan/langkah yang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk
menghindarkan diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan
tumbuhnya kanker. Pencegahan primer ini dapat berupa 9,13
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia
muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.
2. Dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat, seperti menjaga kebersihan
alat kelamin dan tidak merokok.
3. Memperbanyak makan sayur dan buah segar serta berolahraga
Pencegahan sekunder diterapkan dengan pengidentifikasian
kelompok populasi berisiko tinggi terhadap kanker, skrining populasi
tertentu, deteksi dini kanker pada individu yang tidak bergejala
(asimtomatik) dan pengubahan perilaku manusia sehingga kemungkinan
penyembuhan dapat ditingkatkan.8 Skrining ini dapat dilakukan melalui
pemeriksaan pap smear pada wanita diatas usia 25 tahun, telah menikah
dan sudah mempunyai anak.9
Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining, dimana
dengan program skrining dapat memperoleh beberapa keuntungan yaitu

31
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
: memperbaiki prognosis pada sebagian penderita sehingga terhindar dari
kematian akibat kanker, tidak diperlukan pengobatan radikal untuk
mencapai kesembuhan, adanya perasaan tentram bagi mereka yang
menunjukkan hasil negatif dan penghematan biaya karena pengobatan
yang relatif murah. Di beberapa negara maju yang telah melakukan
program skrining penyakit kanker serviks dalam upaya menemukan
penyakit pada tingkat prakanker, dapat menurunkan kematian sampai
lebih dari 50%.27
Pencegahan tersier ditujukan pada seseorang yang telah positif
menderita kanker serviks dan menjadi cacat karena komplikasi
penyakitnya atau karena pengobatan. Sehingga perlu dilakukan
rehabilitasi untuk mengembalikan bentuk dan atau fungsi organ yang
cacat, supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di
masyarakat. Rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk penderita kanker
serviks pasca menjalani operasi contohnya yaitu dengan melakukan
gerakan-gerakan untuk membantu mengembalikan fungsi gerak dan
untuk mengurangi pembengkakan, bagi penderita yang mengalami
alopesia (rambut gugur) akibat kemoterapi dan radioterapi bisa diatasi
dengan memakai wig untuk sementara karena umumnya rambut akan
tumbuh kembali.27

3 Pengobatan
Kanker serviks dapat ditangani dengan pembedahan, terapi radiasi
atau kemoterapi. Penentuan terapi yang digunakan berdasarkan stadium,
ukuran dan lokasi kanker, usia dan kondisi kesehatan pasien. Terapi
kanker serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik.28 Pengobatan pada kanker serviks dapat berupa :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah

32
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Pembedahan
dipilih hanya untuk kanker serviks stadium I atau II.28
Ada beberapa macam bentuk terapi bedah, antara lain : a)
radical trachelectomy, merupakan suatu cara pembedahan dimana
serviks, sebagian vagina dan limfonodi pelvis diangkat. Pembedahan
ini ditujukan untuk tumor yang kecil dan pada pasien kanker serviks
yang ingin memiliki keturunan lagi; b) total hysterectomy, dilakukan
pengangkatan uterus dan serviks; c) radical hysterectomy, dilakukan
pengangkatan serviks, beberapa jaringan disekitar serviks, uterus dan
sebagian vagina. Pembedahan secara radikal dan total histerektomi
harus diikuti dengan pengangkatan jaringan tuba dan ovarium yang
dikenal sebagai salpingo-oophorectomy, dan pengangkatan limfonodi
yang berada didekat tumor.28

2. Terapi penyinaran (radioterapi)


Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.28 Terdapat dua macam terapi penyinaran untuk
kanker serviks, yaitu : a) terapi radiasi eksternal, dilakukan sebanyak
lima kali dalam seminggu (sekali dalam sehari) selama 6 minggu, b)
terapi radiasi internal (brachytherapy), terapi ini dilakukan dengan
menempatkan kapsul radioaktif di vagina atau dekat serviks. terapi ini
dapat diulang dua kali atau lebih selama beberapa minggu.28
3. Kemoterapi
Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka
dianjurkan menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat
obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa
diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.19,28

33
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
4. Terapi biologis
Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.19
2.2.12 Prognosa
Prognosa kanker serviks tergantung dari tingkatan klinik dan jenis
histologik tumor. Biasanya penyakit ini ditemukan dalam stadium lanjut, maka
angka harapan hidupnya tidak seberapa baik.22 Harapan hidup selama 5 tahun
pada pasien kanker serviks yaitu 100% pada stadium prainvasif, 90% pada
stadium I, 82% pada stadium II, 35% pada stadium III dan 10% pada stadium
IV.14
Pasien kanker serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam
2 tahun.28

34
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis


Puskesmas Pauh terletak di Jalan Irigasi Pasar Baru Kelurahan Cupak

Tangah Kecamatan Pauh, berjarak sekitar + 8 km dari pusat kota sebelah timur Kota

Padang. Wilayah kerja Puskesmas Pauh membentang pada 00 58’ Lintang Selatan,

1000 21’ 11’ Bujur Timur, ketinggian 10 - 1.600 m dari permukaan laut dan terdiri

dari 60 % dataran rendah dan 40 % dataran tinggi, curah hujan + 384.88 mm/tahun,

temperatur antara 280 - 310 C. Jumlah kelurahan sebanyak 9 Kelurahan yang terbagi

menjadi 52 RW dan 176 RT dengan luas wilayah + 146,29 km2, adapun batas

wilayah wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah sebagai berikut :2

a. Sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok.

b. Sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan

Kuranji.

c. Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Koto Tangah.

d. Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kecamatan

Lubuk Begalung.

Batas wilayah tersebut dapat juga dilihat melalui peta wilayah kerja seperti

terlihat pada gambar dibawah ini:

35
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
KEC. KOTO TANGAH

U LAMBUNG BUKIT
KAB. SOLOK

KEC. KURANJI

LIMAU MANIS
KAPALO KOTO

CUPAK
TANGAH
BINUANG KP.
DALAM
LIMAU MANIS SELATAN

KEC. PADANG
TIMUR
PISANG KOTO LUAR
KEC. LUBUK KILANGAN
PIAI TANGAH
KEC. LUBUK
BEGALUNG

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

3.2 Kondisi Demografis

Peningkatan jumlah penduduk yang besar , penyebaran penduduk yang

tidak merata serta pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berdampak kepada

peningkatan pelayanan kesehatan dan kondisi kesehatan. Berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh data kependudukan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk menurut Kelurahan29


No Kelurahan Penduduk KK RW RT

1 Pisang 9.062 1.799 7 23


2 Binuang Kampung Dalam 6.345 1.067 5 18
3 Piai Tangah 4.102 835 4 12
4 Cupak Tangah 9.830 3.234 6 21
5 Kapalo Koto 8.878 2.176 4 15
6 Koto Luar 8.255 1.651 6 25
7 Lambung Bukit 3.579 720 4 13
8 Limau Manis Selatan 10.620 2.086 8 31
9 Limau Manis 7.777 1.901 8 18
Jumlah 68.448 15.467 52 176

36
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Setiap puskesmas idealnya menangani maksimal 30.000 penduduk di

wilayah kerjanya, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Pauh terdapat 68.448

penduduk. Kapasitas rasio puskesmas terhadap penduduk di Puskesmas Pauh lebih

besar dari yang seharusnya. Hal tersebut menyebabkan kurang maksimalnya

cakupan pelayanan tenaga kesehatan.2

Dari tabel diatas terlihat jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Limau

Manis Selatan sebanyak 10.620 penduduk, namun tidak menentukan bahwa

kelurahan tersebut paling padat karena luas wilayahnya cukup besar, seperti terlihat

pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Perbandingan Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan


Penduduk menurut Kelurahan2
No Kelurahan Luas Penduduk Kepadatan Laju pertumbuhan
penduduk (%)

1 Pisang 3,99 9.062 2.271 2,49


2 Binuang Kp. Dalam 2,97 6.345 2.136 1,83
3 Piai Tangah 4,97 4.102 825 0,83
4 Cupak Tangah 2,99 9.830 3.288 3,58
5 Kapalo Koto 35,83 8.878 248 4,63
6 Koto Luar 18,92 8.255 436 2,05
7 Lambung Bukit 38.80 3.579 92 1,65
8 Limau Manis Selatan 12,96 10.620 819 3,26
9 Limau Manis 24,86 7.777 313 3,91
Jumlah 146,29 68.448 468 2,92

Luas wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah 146,29 km2, didiami oleh

68.448 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pauh adalah

37
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
468 jiwa/km2. Tabel diatas menunjukkan bahwa Kelurahan Cupak Tangah adalah

kelurahan dengan kepadatan tertinggi antara 9 kelurahan tersebut. Berdasarkan UU

No. 50/PRP/1960, angka ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pauh tergolong dalam

wilayah dengan kepadatan penduduk sangat padat sehingga berbagai masalah dapat

bermunculan seperti masalah kesehatan.30

Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Pauh adalah 2,92% pertahun,

dengan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak 0,40% dari penduduk perempuan

seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur29
Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Total Sex Ratio
(Th)
Lk Pr

0–4 3.160 3.035 6.195 104,12

5–9 2.933 2.900 5.833 101,14

10 – 14 2.699 2.637 5.336 102,35

15 – 19 4.305 4.336 8.641 99,29

20 – 24 5.770 5.211 10.991 110,73

25 – 29 2.760 2.579 5.339 107,02

30 – 34 2.457 2.513 4.970 97,77

35 – 39 2.249 2.311 4.560 97,32

40 – 44 2.091 1.998 4.089 104,65

45 – 49 1.661 1.733 3.394 95,85

50 – 54 1.563 1.462 3.025 106,91

55 – 59 1.189 1.195 2.384 99,50

60 – 64 783 764 1.547 102,49

65 – 69 437 433 870 100,92

38
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
70 – 74 243 312 555 77,88

75 + 257 472 729 54,45

Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit

berdasarkan golongan umur, sehingga sasaran dari setiap program puskesmas pun

akan berbeda. Misalnya pada tabel dilaporkan sasaran terbanyak Puskesmas Pauh

adalah usia produktif sebanyak 47.327 orang dan wanita usia subur yaitu sebanyak

34.349 orang sehingga program kesehatan yang harus lebih diperhatikan adalah

kesehatan reproduksi wanita yang salah satu contoh program yang dapat dilakukan

pada kelompok tersebut adalah pemeriksaan IVA, tanpa mengabaikan

permasalahan kesehatan di setiap golongan umur lainnya.2

3.3 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi


3.3.1 Kondisi Sosial

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang

relatif homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya

menjadi potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk kesehatan. Potensi

keninik-mamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi panutan dalam

melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat. Dari segi kepercayaan, mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam

dengan komposisinya sekitar 99%, sisanya Katholik, Protestan, Budha, dan lain-

lain.

3.3.2 Kondisi Budaya

39
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan

kanak-kanak dasar sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas

Pauh menyebabkan semakin banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan

diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak pembangunan. Sistem

kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk setempat masih dipakai sebagian

besar penduduk dan merupakan kekuatan yang dapat digarap apabila caranya

diketahui. Pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama

peran serta masyarakat.1

3.3.3 Kondisi Ekonomi

Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh bisa dikatakan

bervariasi mulai dari petani sekitar 46% dengan kemampuan terbatas sampai ke

kelompok mampu dan mapan, swasta sekitar 24%, PNS 17%, ABRI 5%, dan

sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan

rendah dan tidak menentu secara signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga

miskin ternyata menduduki proporsi yang cukup besar yaitu 22,4% dari total

penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh.1

3.4 Sarana dan Prasarana

Puskesmas dan jaringannya merupakan sarana penyelenggara pelayanan

kesehatan dasar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Semakin banyak jumlah ketersediaannya maka semakin mempermudah masyarakat

dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Sementara itu rumah bersalin, klinik,

praktek dokter/dokter gigi, praktek bidan, apotek dan toko obat merupakan sarana

40
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
pelayanan kesehatan swasta yang juga memberikan pelayanan kesehatan dasar pada

masyarakat.29

Tabel.3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit Pemerintah 1


2 Rumah Sakit Swasta 1
3 Klinik Bersalin 5
4 Klinik Umum 1
5 Puskesmas Rawat Inap 1
6 Puskesmas Keliling 1
7 Puskesmas Pembantu 4
8 Praktek Dokter/Spesialis 5
9 Praktek Dokter Gigi 2
10 Praktek Bidan 5
11 Apotek 3
12 Toko Obat 5

Untuk menunjang pelayanan kesehatan, Puskesmas Pauh didukung oleh

prasarana yang cukup memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas, namun

masih terdapat berbagai kekurangan yang akan diupayakan pengadaannya pada

tahun mendatang melalui perencanaan tingkat Puskesmas.2

41
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 3.6 Jumlah dan Kondisi Prasarana di Puskesmas Pauh
No Jenis Prasarana Jumlah Kondisi

Baik Rusak Rusak Rusak


Ringan Sedang Berat
1 Sistem Sanitasi
- Sarana Air Bersih 1 1
- IPAL
- TPS -
- Incenerator
1 1
-
2 Sistem Kelistrikan
- PLN 2 2
- Genset
1 1
3 Sistem Komunikasi
- Telepon 1 1
- Wifi
1 1
4 Sistem Transportasi
- Ambulance 1 1
- Motor
7 5 2
5 Peralatan medis dan Terlampir
non medis

42
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Dari tabel di atas terlihat bahwa Puskesmas Pauh masih kekurangan

prasarana penting seperti IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), padahal sebagai

puskesmas rawat inap sarana sanitasi tersebut mutlak dimiliki. Pada tahun 2018

sudah direncanakan akan dibuat IPAL dan untuk pengolahan sampah medis

Puskesmas Pauh masih menjalin kerjasama dengan pihak ketiga melalui BLUD

(Badan Layanan Umum Daerah).1

Puskesmas sebagai ujung tombak upaya kesehatan masyarakat didukung

oleh kertersediaan sumber daya berbasis masyarakat, seperti terlihat pada tabel

berikut.

Tabel 3.7 Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) di Wilayah Kerja


Puskesmas Pauh
No Jenis Sarana Jumlah

1. Posyandu Balita 70
2. Posyandu Lansia 10
3. Posbindu ( Pos Pembinaan Terpadu ) 13
4. Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan ) 5
 Poskeskel Koto Luar
 Poskeskel Cupak Tangah
 Poskeskel Kapalo Koto
 Poskeskel Limau Manis Selatan
 Poskeskel Pisang
5. Puskesmas Pembantu ( Pustu ) 4
 Pustu Jawa Gadut (Kel. Limau Manis)
 Pustu Ulu Gadut (Kel. L.Manis Selatan)
 Pustu Batu Busuk (Kel. Lambung Bukit)
 Pustu Piai ( Kel. Piai Tangah )

3.5 Capaian Program Puskesmas Pauh

43
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Menurut Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Minimal dinyatakan bahwa Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang

selanjutnya disingkat SPM Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak

diperoleh setiap warga secara minimal.

Berikut hasil pencapaian kinerja Puskesmas Pauh berdasarkan Standar

Pelayanan Minimal tersebut.

Tabel 3.8 Pencapaian Kinerja berdasarkan SPM

No Program Kegiatan Capaian(%) Target(%)

1 Kesehatan 1. Sanitasi tempat 79,8 89


lingkungan umum
67,4 81
2. Sanitasi pengelolaan
makanan
78 100
3. Kualitas air
bersih/air minum isi
ulang
69,53 80
4. Jamban sehat

1. Status gizi dan 76,5 100


KADARZI

2. Distribusi Vit. A
2 Gizi 93,79 100
3. ASI ekslusif
65,8 85
4. Garam beryodium
96,37 100

3 P2P 1. Imunisasi dasar 94,55 95

44
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2. Penjaringan suspek 44,52 100
TB

1. Pelayanan kesehatan 3,43 6,48


DM

2. Pelayanan kesehatan
16,4 24,28
4 PTM hipertensi

3. Deteksi dini kanker


serviks (IVA)
8,3 30

1. Pelayanan kesehatan 46,16 60


5 Program HIV/AIDS
orang dengan HIV

1. UKS 96,38 100

2. Program lansia 91,86 70


6 UKM-P
3. Pelayanan kesehatan 97,3 100
ODGJ

1. Pelayanan kesehatan 97,4 95


ibu hamil

2. Pelayanan kesehatan
97,41 95
ibu bersalin

3. Pelayanan kesehatan
7 KIA bayi baru lahir 92,55 90

4. Pelayanan kesehatan
balita
82,25 92
5. Pelayanan kesehatan
usia pendidikan dasar
94,5 95

45
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan


wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan petugas yang
menjalankan program serta analisis laporan tahunan Puskesmas Pauh. Proses ini
dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan Puskesmas Pauh.
Masalah yang diidentifikasi adalah semua permasalahan yang terdapat di
Puskesmas Pauh. Beberapa potensi masalah yang berhasil diidentifikasi di
Puskesmas Pauh adalah :

Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh

No Program Permasalahan Sasaran Target Pencapaian Kesenjangan

1. PTM Cakupan 8.555 30% 8,3% -21.7%


pemeriksaan IVA
2. P2P Penjaringan suspek1.040 100% 44,52% -55,48%
TB Paru
3. Kesehatan Jamban sehat 65. 515 80% 69,53% -10,47%
Lingkungan
4.Gizi ASI eksklusif 645 85% 65,8% -19,2%
5.Program Pelayanan Kesehatan 60% 46,16% -13,64%
Orang dengan HV
HIV/AIDS

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2017

46
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
4.2 Penentuan Prioritas Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang ada di Puskesmas Pauh


ditemukan beberapa permasalahan yang perlu untuk diselesaikan. Tetapi perlu
dilakukan penentuan prioritas penyelesaian masalah karena tidak mungkin
dilakukan pemecahan masalah secara sekaligus. Untuk itu digunakan metode
skoring Hanlon untuk menentukan prioritas masalah. Kriteria skoring yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Urgensi

a. Nilai 1 = tidak penting

b. Nilai 2 = kurang penting

c. Nilai 3 = cukup penting

d. Nilai 4 = penting

e. Nilai 5 = sangat penting

2. Kemungkinan intervensi

a. Nilai 1 = tidak mudah

b. Nilai 2 = kurang mudah

c. Nilai 3 = cukup mudah

d. Nilai 4 = mudah

e. Nilai 5 = sangat mudah

47
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3. Biaya

a. Nilai 1 = sangat mahal

b. Nilai 2 = mahal

c. Nilai 3 = cukup mahal

d. Nilai 4 = murah

e. Nilai 5 = sangat murah

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

a. Nilai 1 = sangat rendah

b. Nilai 2 = rendah

c. Nilai 3 = sedang

d. Nilai 4 = tinggi

e. Nilai 5 = sangat tinggi

48
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 4.2 Penilaian Prioritas Masalah di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

No. Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Ranking

1. Penjaringan 4 4 4 5 17 I
suspek TB

2. Pemeriksaan 4 4 4 4 16 II
IVA

suspek TB

Paru

3. Belum 3 3 4 4 14 III

tercapainya

ASI eksklusif

4. Jamban Sehat 4 1 2 4 11 IV

5 Pengendalian 4 1 2 4 11 IV
Kasus HIV/
AIDS

1. Penjaringan suspek TB Paru di Puskesmas Pauh


a. Urgensi: 4 (Penting)
Dengan distribusi jumlah penduduk yang banyak serta kepadatan yang cukup
tinggi menjadi penting dalam upaya intervensi terhadap penjaringan suspek TB
paru di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Upaya ini telah dilakukan dengan pemberian
penyuluhan kepada msyarakat serta telah dibentuknya sobat TB sebagai kader yang
menjaring suspek TB dengan cara menampung dahak dan memeriksakannya ke
puskesmas. Keberhasilan setelah dibentuknya sobat TB yaitu adanya peningkatan
penjaringan suspek sebesar 32,9% berdasarkan laporan tahunan tahun 2016
menjadi 44,52% pada tahun 2017.

49
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
b. Intervensi: 4 (Mudah)
Intervensi penjaringan suspek TB paru tergolong mudah. Hal yang dapat
dilakukan antara lain dimulai dengan memberikan penyuluhan pentingnya
penjaringan suspek TB dan cara pengumpulan dahak yang baik dan benar,
menyebarkan pamflet, menjalin kerjasama dengan masyarakat dan pihak yang
terkait untuk membentuk kelompok peduli TB yang memastikan pengumpulan
dahak suspek TB. Puskesmas pauh sendiri telah memulai program ‘ketuk pintu’
yang merupakan kegiatan dimana petugas kesehatan yang turun langsung ke tempat
tinggal suspek TB.

c. Biaya: 4 (Murah)
Biaya yang diperlukan untuk penjaringan suspek TB paru termasuk murah,
diperlukan pembuatan leaflet sebagai media informasi dan edukasi untuk
masyarakat serta perbanyakan pot dahak untuk menampung dahak suspek TB yang
akan diperiksakan ke puskesmas.

d. Mutu: 5 (Sangat tinggi)


Jika penjaringan suspek TB terlaksana sepenuhnya sesuai target maka akan
membantu mendeteksi dini kasus TB paru sehingga pasien TB BTA+ dapat
langsung diobati dan mencegah penularan TB dari pasien TB BTA+ yang lebih
banyak lagi.

2. Cakupan pemeriksaan IVA


a. Urgensi: 4 (Penting)
Pada tahun 2017, sasaran untuk pemeriksaan IVA sebanyak 8.555 orang
WUS (Wanita Usia Subur) dengan target sebanyak 2.820 orang. Capaian dari
pemeriksaan ini sebanyak 235 orang (8,3%). (Data Pemeriksaan IVA Puskesmas
Pauh 2017). Untuk tahun 2018 target pemeriksaan IVA masih sama yaitu sebanyak
2.820 orang. Berdasarkan data pencatatan dari Januari-Agustus 2018, jumlah
target WUS dalam 8 bulan untuk yang dilakukan pemeriksaan IVA ialah 1.880
orang, namun capaian yang ada baru 90 orang. Hal ini menjadi penting mengingat
jumlah WUS yang banyak di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Akan sangat baik jika

50
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
deteksi dini dari kanker serviks dapat dilakukan pada sebanyak mungkin WUS dan
dilakukan secara berkelanjutan nantinya.
b. Intervensi: 4 (Mudah)
Intervensi untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan IVA termasuk mudah.
Dapat dimulai dengan memberikan penyuluhan kepada WUS mengenai pentingnya
pemeriksaan IVA sebagai upaya deteksi dini suatu kanker serviks, dimana
penemuan kasus yang lebih dini akan sangat memudahkan penanganan yang dapat
dilakukan dibandingkan pada kasus yang ditemukan pada stadium lanjut. Selain itu
dapat dilakukan kerjasama dengan masyarakat dan pihak terkait untuk dibentuknya
kader peduli IVA yang memastikan WUS di wilayahnya mendapat informasi dan
mau melakukan pemeriksaan IVA secara rutin nantinya.
c. Biaya: 4 (Murah)
Biaya untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan IVA tergolong murah
karena hanya memerlukan penyuluhan baik kepada masyarakat yaitu WUS dan
calon kader nantinya, selain itu pembuatan pamflet yang berisi informasi mengenai
kanker serviks dan pemeriksaan IVA serta suatu kartu kendali yang dapat
digunakan ketika WUS melakukan pemeriksaan IVA ke puskesmas atau bidan desa
nantinya. Selain itu untuk pemeriksaan IVA hanya membutuhkan cuka dapur dan
peralatan yang sudah tersedia di puskesmas.
d. Mutu: 4 (Tinggi)
Dengan peningkatan cakupan pemeriksaan IVA akan memberikan dampak
yang besar dimana deteksi dini terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan
baik dan berkelanjutan serta penemuan kasus akan didapatkan secara lebih cepat
pada stadium yang lebih awal, hal ini akan berpengaruh pada intervensi yang lebih
mudah dan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker serviks nantinya.

3. ASI Eksklusif

a. Urgensi : 3 (cukup penting)


ASI ekslusif merupakan nutrisi yang sangat penting untuk bayi usia 0-6
bulan, yang akan berpengaruh status gizi serta pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Selain itu, pemberian ASI juga dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu

51
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dan anak. Data dari Kementrian Kesehatan tahun 2013 pencapaian ASI ekslusif di
Indonesia baru mencapai 54,3% (Pusdatin, 2013). Berdasarkan hasil pemantauan,
pemberian ASI Ekslusif tahun 2017 di Puskesmas Pauh adalah sebanyak 65,8%
dengan target pemberian ASI ekslusif sebanyak 85%. Dalam hal ini, pencapaian
pemberian ASI ekslusif belum memenuhi target.

b. Intervensi : 3 (cukup mudah)


Intervensi yang dilakukan cukup mudah berupa program Inisiasi Menyususi
Dini (IMD) yang dicanangkan pemerintah. Data Riskesdas tahun 2010, angka IMD
29,3% dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 34,5% (Pusdatin,
2013). Intervensi lain yang bisa diberikan melalui penyuluhan tentang pentingnya
ASI. Penyuluhan bisa dilakukan dengan mengumpulkan ibu-ibu hamil dan
menyusui.

c. Biaya : 4 (murah)
Biaya untuk intervensi masalah pencapaian target cakupan ASI eksklusif
murah karena yang diperlukan adalah penyuluhan yang lebih banyak dan
ditingkatkan pencakupan jumlah masyarakat penyuluhan tentang ASI, dan perlunya
usaha dari tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang ASI dan
penjelasan tentang pentingnya ASI eksklusif kepada bayi setiap ANC.

d. Mutu : 4 (tinggi)
Jika intervensi dapat berjalan dengan optimal, maka kemungkinan perbaikan
mutu yang dicapai tinggi sehingga didapatkan target untuk ASI eksklusif tercapai.

4. Jamban Sehat
a. Urgensi : 4 (Penting)
Jamban sehat merupakan sanitasi dasar yang harus dimiliki setiap rumah
masyarakat. Hal ini disebabkan karena jamban merupakan salah satu indikator
kesehatan lingkungan di masyarakat. Salah satu kriteria jamban sehat yaitu,
berjarak 10 meter dari sumber air minum sehingga dapat mencegah penularan

52
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
penyakit melalui fecal oral. Target penggunaan jamban sehat di Puskesmas Pauh
sebesar 80%, sedangkan angka pencapaian 69,53%.

b. Intervensi : 1 (Tidak mudah)


Intervensi terhadap penggunaan jamban sehat di setiap rumah tidak mudah
karena memerlukan biaya dalam pembangunannya, sehingga dengan sosial
ekonomi masyarakat yang tidak merata diperlukan kerjasama lintas sektor.
Kesadaran dan kebiasaan masyarakat untuk menggunakan jamban sehat juga masih
kurang, sehingga perlu penyuluhan untuk pembangunan dan penggunaan jamban
sehat.

c. Biaya : 2 (Mahal)
Biaya yang diperlukan pembangunan jamban sehat mahal karena untuk
mewujudkan jamban yang sehat diperlukan anggaran dana yang cukup besar dan
mencakup satu wilayah kerja Puskesmas.

d. Mutu : 4 (Tinggi)
Mutu pemecahan masalah ini tinggi karena apabila tersedia jamban sehat di
setiap rumah dan masyarakat menggunakannya dengan optimal, maka dapat
menurunkan angka morbiditas penyakit yang ditularkan melalui fecal-oral. Hal ini
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Pauh.

5. Pengendalian Kasus HIV/AIDS

a. Urgensi : 4 (Penting)

Perkembangan epidemiologi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di


Asia, dengan prevalensi HIV di Sumatera Barat sekitar 0,24%. Sebagian besar
provinsi di Indonesia sudah melakukan program pengendalian serta pemberantasan
kasus HIV. Upaya yang dilakukan baru sebatas mengungkap kasus HIV dan
mempertahankan keadaan sekarang, serta tidak menularkan dan ditularkan oleh
HIV. Pencapaian skrining Rapid Test dilakukan pada Ibu hamil, keluarga penderita
TB paru, dan kelompok berisiko pada tahun 2017 didapatkan dari total 1531 yang
diperiksa didapatkan 10 orang reaktif .

53
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
b. Intervensi : 1 (Tidak mudah)

Intervensi penjaringan kasus HIV ini masih tergolong sulit. Hal ini
diakibatkan karena HIV masih menjadi hal yang tabu di dalam masyarakat sehingga
keterbukaan masyarakat terhadap penyakit ini sangat kurang. Oleh karena itu, akan
sangat sulit dilakukan intervensi apabila kesadaran masyarakat sendiri tidak ada.
Kelompok berisiko juga sulit untuk ditemukan dan apabila ditemukan biasanya
akan dikucilkan dari lingkungan masyarakat. Pengetahuan masyarakat tentang HIV
pun masih sangat sedikit sehingga banyak informasi mereka yang tidak diketahui.
Oleh karena itu , butuh waktu dan tenaga yang besar dalam menyelesaikan
permasalahan ini.

c. Biaya : 2 (Mahal)

Untuk melakukan skrining dibutuhkan pemeriksaan laboratorium yang


biayanya tidak sedikit dan tidak semua pelayanan kesehatan menyediakan
pemeriksaan ini. Selain itu, pemeriksaan HIV ini direkomendasikan untuk
dilakukan secara berkala agar dapat mendeteksi dini HIV. Oleh karena itu butuh
biaya yang cukup besar untuk melakukan pemeriksaan HIV pada kelompok
berisiko.

d. Mutu : 4 (Tinggi)

Apabila skrining dapat dilakukan, maka akan sangat membantu dalam


mencegah penularan dari HIV di masyarakat, sehingga angka penularan dan
penderita dapat menurun. Hal ini sangat penting karena, pencegahan HIV masih
merupakan salah satu fokus utama di Indonesia. Oleh karena itu, dengan dilakukan
pemeriksaan HIV ini dapat meningkatkan derajat kesehatan di Puskesmas Pauh.

4.3 Analisis Sebab Masalah

Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi prioritas masalah adalah


cakupan pemerikasaan IVA di puskesmas Pauh, khususnya di kelurahan Lambung
Bukit. Dari hasil analisis data sekunder yaitu diskusi dengan pimpinan Puskesmas
dan petugas Puskesmas Pauh maka didapatkan beberapa sebab dari masalah yang
terjadi.

54
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
4.3.1 Manusia

a. Masyarakat:
Didapatkan dari wawancara menggunakan kuesioner dengan pertanyaan
berikut untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Kanker
servik.
Perkiraan hasil yang didapatkan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai penyakit Kanker servik serta kesadaran dan keinginan penderita dalam
melakukan pemeriksaan dini IVA. Selain itu masih ada stigma negatif dari
masyarakat mengenai pemeriksaan IVA.

b. Tenaga Kesehatan
 Kader belum bekerja maksimal
 Pengetahuan kader kurang

4.3.2. Metode
 Pemeriksaan IVA oleh puskesmas masih belum ada koordinasi yang
baik

4.3.3. Material
 Belum tersedianya leaflet, poter, spanduk, dan video edukasi
mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA
 Belum ada media pencatatan dan pengingat untuk pemeriksaan IVA

4.3.4. Environment
 Belum adanya tempat pemeriksaan khusus yang ramah wanita bagi para
WUS

55
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
4.4 Diagram Ishikawa
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan dalam diagram Ishikawa (diagram tulang
ikan/fishbone) sebagai berikut :

MANUSIA METODE
A
 Stigma negati masyarakat  Pemeriksaan iva oleh
tentang IVA puskesmas belum terkoordinasi
dengan baik
 Pengetahuan masyarakat
dan tenaga kesehatan yang
masih kurang 

Cakupan
Pemeriksaan rendah
  Belum ada tempat
pemeriksaan IVA yang  Belum tersedianya poster dan
ramah wanita . Leaflet, dan video edukasi
tentang IVA
 Belum ada media pengingat dan
penacatatan IVA
MATERIAL
LINGKUNGAN  Leaflet
Gambar 4.1 Diagram Ishikawa
4.5 Alternatif Pemecahan

4.5.1 Manusia
a. Masalah:

1. Stigma negati masyarakat tentang IVA


2. Pengetahuan masyarakat dan tenaga kesehatan yang masih kurang
b. Rencana :
1. Kenyuluhan secara berkala mengenai penyakit kanker leher rahim
2. Menyediakan leaflet mengenai pentingnya pemeriksaan IVA di tempat
pelayanan kesehatan.
3. Memfasilitasi tenaga kesehatan dan kader IVA melakukan kunjungan untuk
dapat memberikan konseling terkait pentingnya deteksi dini pemeriksaan
iva dan pengobatannya
c. Pelaksana : pemegang program, dokter muda, dan kader
d. Sasaran : masyarakat di wilayah Puskesmas Pauh
e. Waktu : Oktober-November 2018
f. Tempat : Kelurahan Pisang
g. Target :meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap Kanker Serviks
dan IVA
4.5.2 Metode
a. Masalah :
1. Pemeriksaan iva oleh puskesmas belum terkoordinasi dengan baik

b. Rencana : penyegaran kader IVA dengan memberikan materi pengetahuan


tentang kanker serviks
c. Pelaksana : pemegang program, dokter muda, dan tenaga kesehatan.
d. Sasaran : kader di wilayah kerja Puskesmas Pauh
e. Waktu : Oktober-November 2018
f. Tempat : Puskesmas Pauh
g. Target :kader IVA yang mampu menganjurkan penderita suspek kanker
servik untuk memeriksakannya dirinya ke puskesmas

56
4.5.3 Material
a. Masalah :
1. Belum tersedianya poster dan Leaflet, dan video edukasi tentang IVA
2. Belum ada media pengingat dan penacatatan IVA
b. Rencana : penyebaran leaflet serta penempelan poster tentang penyakit
kanker servik dan pentingnya pengobatan kanker servik di Wilayah kerja
Puskesmas pauh
c. Pelaksana : pemegang program, dokter muda, kader.
d. Sasaran : masayarakat di Wilayah kerja Puskesmas Pauh
e. Waktu : Oktober-November 2018
f. Tempat : Puskesmas Pauh
g. Target : Tersebarnya leaflet kepada masyarakat, penderita kanker servik
serta kader.

4.5.4 Lingkungan
a. Masalah :
1. Belum ada tempat pemeriksaan IVA yang ramah wanita
b. Rencana : Menyediakan tempat dan asilitas pemeriksaan IVA yang ramah
wanita
c. Pelaksana : pemegang program, dokter muda.
d. Sasaran : Wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Pauh
e. Waktu : Oktober-November 2018
f. Tempat : Puskesmas Pauh
g. Target : Terbentuknya klinik Ramah wanita

57
BAB 5
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM PDCA

5.1 Plan ( Tahap Persiapan )

Pada tahapan persiapan ini dilakukan wawancara pemegang program di setiap

UKP dan UKM, tinjauan terhadap laporan dari bulan Januari s/d Desember tahun

2017 serta buku laporan pencatatan pemeriksaan IVA bulan Januari s/d Agustus

2018 serta mengadakan konsultasi dengan pimpinan Puskesmas untuk

mengidentifikasi permasalahan yang terdapat disetiap bagian. Kegiatan ini

berlangsung dari tanggal 5 – 14 September 2018.

Prioritas masalah yang didapatkan adalah rendahnya cakupan pemeriksaan

IVA pada wanita usia subur. Pada laporan bulan Januari s/d Agustus tahun 2018,

jumlah wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA adalah 90 dari target

1880. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan cakupan

pemeriksaan IVA diantaranya yaitu:

1. Membentuk duta dan kader IVA (DIVA) yang berasal dari kader posyandu,

duta diambil dari WUS yang pernah melakukan IVA. Selanjutnya diadakan

pelatihan terhadap kader agar lebih memahami tentang kanker serviks dan

pemeriksaan IVA. Nantinya kader ini juga diharapkan mampu memberikan

informasi mengenai pemeriksaan IVA terhadap wanita usia subur lainnya dan

mendorong untuk dilakukan pemeriksaan tersebut. Duta IVA diharapkan

menjadi role model serta membagikan pengalamannya dalam pemeriksaan

IVA, sehingga stigma wanita usia subur tentang pemeriksaan IVA menjadi

positif.

58
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2. Pelaksanaan program Kartu Kendali IVA ( DIVA ). Program ini diawali

dengan pembuatan dan pencetakan kartu, kemudian melakukan kerjasama

dengan kader IVA yang telah terbentuk serta para pembina wilayah untuk

pendistribusian kartu kendali pada wanita-wanita usia subur di kelurahannya

masing-masing. Kemudian diadakan pelatihan mengenai cara pengisian kartu,

pentingnya melakukan pemeriksaan IVA, dan komunikasi efektif terhadap

kader tersebut agar dapat menyampaikan informasi mengenai pemeriksaan

IVA dengan baik. Para kader ini diharapakan menjadi lini pertama untuk

mengenalkan pemeriksaan IVA kepada wanita usia subur yang nantinya akan

dilakukan pemeriksaan.

3. Membentuk suatu Klinik Pauh Ramah Wanita (PERAWAN) bekerjasama

dengan Puskesmas Pauh untuk menjadi tempat pemeriksaan IVA ataupun

deteksi dini lainnya seperti pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) yang

nyaman bagi para wanita usia subur karena semua petugas kesehatan yang

terlibat dalam klinik ini adalah wanita, berjalan satu kali dalam satu minggu

yaitu pada hari Jum’at dan disebut dengan hari perawan.

4. Mengadakan penyuluhan mengenai kanker serviks dan pentingnya melakukan

pemeriksaan IVA terhadap wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Pauh,

khususnya di Kelurahan Pisang.

5. Menyediakan media promosi berupa leaflet dan poster mengenai pentingnya

melakukan pemeriksaan IVA.

59
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 4. 2 Jadwal Kegiatan PDCA
No Kegiatan September Oktober

I II III IV I II III

PERSIAPAN ( Plan )

1 Pertemuan internal
antara pemegang
program PTM,
PromKes, Kepala
Puskesmas, dan
Dokter Muda

2 Melakukan
pertemuan dengan
kader posyandu
yang akan dijadikan
kader IVA serta
pembina wilayah
untuk sosialisasi
kartu CANTIKS

3 Rencana
pembentukan klinik
PERAWAN di
Puskesmas Pauh

4 Bekerjasama dan
diskusi dengan
pemerintahan
tingkat Kelurahan di
Pisang

PELAKSANAAN ( Do )

1 Peresmian dan
sosialisasi klinik
PERAWAN di
Puskesmas Pauh

2 Membentuk DIVA
dan melakukan
pelatihan dengan
kader Posyandu

60
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
terkait pemeriksaan
IVA

3 Penyuluhan
mengenai kanker
serviks dan
pentingnya
melakukan
pemeriksaan IVA
terhadap wanita usia
subur di Kelurahan
Pisang

4 Pendistribusian
kartu CANTIKS
sebagai pengingat
untuk melakukan
pemeriksaan IVA
kepada kader dan
WUS

5 Pembagian leaflet
dan pengadaan
poster di Puskesmas.

MONITORING DAN EVALUASI ( Check )

1 Terbentuknya DIVA

2 Pengadaan Kartu
CANTIKS

3 Terbentuknya klinik
PERAWAN

4 Peningkatan
pengetahuan kader
melalui pre-test dan

61
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
post-test pada saat
pelatihan

5 Peningkatan
pengetahuan WUS
mengenai
pemeriksaan IVA
yang dinilai dari
pre-test dan post-test
pada saat
penyuluhan

6 Tersedianya leaflet
dan poster mengenai
pentingnya
melakukan
pemeriksaaan IVA

TINDAK LANJUT ( Action )

1 Berjalannya
kegiatan DIVA dan
peningkatan
pengetahuan serta
keterampilan para
kader.

2 Berjalannya klinik
PERAWAN dengan
adanya sosialisasi
dan pemeriksaan
IVA secara berkala.

3 Berjalannya
program kartu
CANTIKS

62
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
5.2 Do ( Pelaksanaan )
1. Membentuk duta dan kader IVA (DIVA) dan melakukan pelatihan

dengan kader Posyandu terkait pemeriksaan IVA

2. Penyuluhan mengenai kanker serviks dan pentingnya melakukan

pemeriksaan IVA terhadap wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas

Pauh, khususnya Kelurahan Pisang

3. Melakukan penyuluhan kepada kader di kelurahan Pisang mengenai

kanker serviks dan IVA serta mendistribusikan kartu DIVA sebagai

pengingat untuk melakukan pemeriksaan IVA.

4. Membentuk dan mensosialisasikan klinik PERAWAN pada wanita usia

subur

5. Pembagian leaflet dan pengadaan poster di Puskesmas.

5.3 Check ( Tahap Evaluasi )

Tahap ini bertujuan untuk megetahui kesuksesan jalannya kegiatan-kegiatan

pelaksanaan program kerja. Keberhasilan pelaksanaan dapat dilihat dari

terbentuknya DIVA, peningkatan pengetahuan kader mengenai pemeriksaan IVA

yang dinilai dari pre-test dan post-test pada saat pelatihan, meningkatkan

pengetahuan WUS mengenai pemeriksaan IVA yang dinilai dari pre-test dan post-

test pada saat penyuluhan, terbentuknya kartu DIVA, terbentuk dan berjalannya

klinik PERAWAN setiap hari Jum’at, tersedianya leaflet dan poster mengenai

pentingnya melakukan pemeriksaaan IVA di Puskesmas Pauh.

63
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
5.4 Action ( Tahap Berkelanjutan )

1. Berjalannya kegiatan DIVA dan peningkatan pengetahuan serta

keterampilan para kader dengan pemberian penyuluhan dan pelatihan

mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA.

2. Berjalannya klinik PERAWAN dengan adanya sosialisasi dan

pemeriksaan IVA secara berkala.

3. Berjalannya program kartu DIVA yang ditandai dengan meningkatnya

cakupan pemeriksaan IVA yang dilakukan di klinik PERAWAN dengan

pencatatan yang baik.

64
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 6

LAPORAN KEGIATAN

6.1 Penyuluhan dan Pelatihan Duta dan Kader IVA (DIVA)


6.1.1 Tahap Persiapan

Persiapan pertama adalah tim PDCA melakukan diskusi dengan pemegang

program PTM dan kepala Puskesmas Pauh untuk menentukan program yang dapat

dilakukan sebagai pengoptimalan untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan IVA

di Puskesmas Pauh. Salah satunya dengan mengadakan penyuluhan dan pelatihan

kepada para kader posyandu tentang bahaya kanker serviks dan cara deteksi dini

kanker serviks melalui pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) oleh dokter

spesialis obstetri dan ginekologi. Peserta yang akan diundang dalam mengikuti

pelatihan ini adalah petugas kesehatan Puskesmas Pauh yakni pembina wilayah,

pemegang program KB, para lurah se kecamatan Pauh serta kader-kader posyandu

dan wanita usia subur yang sebelumnya sudah dipilih untuk menjadi duta IVA.

Kader posyandu Puskesmas Pauh nantinya akan diangkat menjadi kader IVA.

Persiapan selanjutnya adalah permintaan pemateri secara tertulis ke bagian

obstetri dan ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang, kemudian Prof. Dr. dr.

Yusrawati, Sp.OG(K) selaku ketua bagian obstetri dan ginekologi RSUP Dr. M.

Djamil Padang menunjuk dr. Hudilla Rifa Karmia, Sp.OG selaku staff di bagian

obstetri dan ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk menjadi pemateri acara

pelatihan DIVA. Setelah itu, dilakukan pemberian undangan kepada para peserta

tentang acara tersebut.

Selain penyuluhan, para duta dan kader juga dibekali dengan modul tentang

kanker serviks dan cara deteksi dini yang bersumber dari Kemenkes RI tahun 2014.

65
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Modul dapat dijadikan pedoman dan acuan bagi DIVA dalam memberikan

informasi terhadap WUS dilingkungannya.

Sebelum pemberian materi pelatihan, para peserta akan diberikan pre-test

untuk melihat pengetahuannya tentang kanker serviks dan cara deteksi dini kanker

serviks dan pada akhir materi akan diberikan post test untuk menilai peningkatan

dari pengetahuan peserta.

6.1.2 Tahap Pelaksanaan

Penyuluhan dan pelatihan DIVA dilaksanakan pada hari Senin, 08 Oktober

2018 di Aula Pertemuan Puskesmas Pauh. Acara dimulai dengan pembukaan yang

dilakukan oleh Sekretaris Camat selaku perwakilan Camat Pauh yang berhalangan

hadir. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi. Sebelum diberikan materi

peserta melakukan pre-test terlebih dahulu dan setelah materi selesai dilanjutkan

dengan melakukan post-test.

Ketika materi berlangsung peserta telah mendapatkan modul tentang kanker

serviks dan cara deteksi dininya. Peserta terlihat sangat antusias dan peserta juga

memiliki semangat untuk bertanya kepada pemateri tentang kanker serviks dan cara

deteksi dini yang dapat dilakukan.

6.1.2.1 Pretest

Sebelum pre-test, dilaksanakan terlebih dahulu peresmian tiga duta IVA

masing-masing dari kelurahan Pisang, Limau Manis Selatan dan Cupak Tangah

oleh kepala puskesmas Pauh, Sekcam dan ketua TP-PKK kecamatan Pauh dengan

cara pemberian selempang. Kemudian, pelaksanaan pre-test bertujuan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan peserta yang akan mengikuti penyuluhan dan

pelatihan DIVA. Hal ini agar dapat menjadi evaluasi apakah terjadi peningkatan

66
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
pengetahuan peserta setelah diberikan materi tentang kanker serviks dan cara

deteksi dini kanker serviks, terutama untuk kader posyandu Puskesmas Pauh yang

nantinya akan menjadi kader IVA serta para duta yang telah ditunjuk sebelumnya.

Pelaksanaan pre-test dilakukan setelah acara dibuka dengan kata sambutan

oleh Sekretaris Camat Kecamatan Pauh. Pretest dilaksanakan pada hari Ssenin, 08

Oktober 2018 pukul 10.00 WIB sampai 10.30 WIB. Jumlah peserta yang mengikuti

pre-test adalah 21 orang. Pre-test ini berupa kuesioner yang berisi mengenai

pengetahuan tentang kanker serviks dan cara deteksi dini kanker serviks yang terdiri

dari pengertian kanker serviks, penyebab kanker serviks, faktor risiko kanker

serviks, cara deteksi dini kanker serviks, pengertian IVA, target pemeriksaan IVA,

jarak ideal dilakukannya pemeriksaan IVA, syarat pemeriksaan IVA, dan hasil

pemeriksaan IVA.

6.1.2.2 Materi Penyuluhan dan Pelatihan Duta dan Kader IVA (DIVA)

Kegiatan PDCA dilakukan pada hari Senin, 08 Oktober 2018 di Aula

Pertemuan Puskesmas Pauh. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan DIVA ini

ditujukan kepada kader dari posyandu Puskesmas Pauh serta duta yang telah

ditunjuk sebelumnya. Pelatihan ini diberikan oleh dokter Spesialis Obstetri dan

Ginekologi RSUP Dr.M.Djamil Padang.

Pada hari pelaksanaan, materi diberikan oleh dr. Hudilla Rifa Karmia,

Sp.OG mengenai pengetahuan tentang pengertian dan konsep dari kanker serviks

dan cara deteksi dini kanker serviks yang terdiri dari pengertian kanker serviks,

faktor-faktor penyebab kanker serviks, gejala-gejala kanker serviks, akibat yang

ditimbulkan, cara deteksi dini kanker serviks serta pemeriksaan IVA. Kemudian

67
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dilanjutkan dengan sesi diskusi, beberapa peserta mengajukan pertanyaan dan

dilanjutkan dengan pemberian jawaban oleh dr. Hudilla Rifa Karmia, Sp.OG.

Setelah materi selesai, dilakukan post test untuk melihat bagaimana

pengetahuan peserta setelah diberikan materi. Acara ditutup dengan pemberian

bingkisan dan sertifikat kepada pemateri.

6.1.3 Tahap Evaluasi

Tingkat pengetahuan DIVA


78 75.6
76
74
72
70
68 66.3
66
64
62
60
Pre-test Post-test

Grafik 6. 2 Tingkat Pengetahuan Peserta DIVA


Tahap evaluasi pelatihan kader ini dilakukan dengan cara melihat seberapa

banyak peserta yang berpartisipasi. Berdasarkan pre-test dan post-test yang telah

dibagikan didapatkan bahwa pengetahuan peserta kader setelah dilaksanakannya

kegiatan pelatihan meningkat dibandingkan sebelumnya. Penilaian kuesioner

tentang pengetahuan peserta mengenai kanker serviks seperti yang terlihat pada

grafik 6.1. Uji statistik terhadap nilai pre-test dan post-test pada kader didapatkan

rata-rata nilai pretest adalah 66,3% dan nilai post test adalah 75,6% dengan nilai P

0,000. Hasil nilai P ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan

antara nilai pre-test dan post-test.

68
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tingkat Pengetahuan DIVA per Item Pertanyaan
Pretest Postest

100% 100% 100%


94,7% 95%
89,4% 86,3% 89,5%
83,3% 81,8%83%
77,2%
72,7%
68,4%
64%
59%
42.10%

18,2% 21%
9%

No.1 No.2 No 3 No 4 No 5 No 6 No 7 No 8 No 9 No 10

Grafik 6. 3 Tingkat Pengetahuan DIVA per Item Pertanyaan

Berikut grafik tingkat pengetahuan Kader yang dijabarkan per item

pertanyaan. Terlihat bahwa terdapat peningkatan jawaban yang benar disemua

pertanyaan. Pada Pre Test, pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah

pertanyaan tentang pengertian pemeriksaan IVA dan syarat sebelum melakukan

pemeriksaan IVA. Sedangkan, pada Post Test didapatkan pertanyan yang paling

banyak dijawab salah adalah pertanyaan tentang syarat sebelum melakukan

pemeriksaan IVA.

6.2 Pembentukan dan Pensosialisasian Klinik PERAWAN

6.2.1 Tahap Persiapan

Persiapan pertama adalah tim PDCA melakukan diskusi dengan pemegang

program PTM, kader, dan ketua Puskesmas Pauh untuk menentukan program yang

dapat dilakukan sebagai pengoptimalan kegiatan pemeriksaan serviks di Puskesmas

69
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Pauh. Salah satunya dengan membentuk suatu klinik ramah wanita untuk menjadi

tempat pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) ataupun deteksi dini

lainnya seperti pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) yang nyaman bagi para

wanita usia subur karena semua petugas kesehatan yang terlibat dalam klinik ini

adalah wanita. Klinik Pauh Ramah Wanita (PERAWAN) ini adalah merupakan

salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kunjungan pemeriksaan IVA

bagi wanita usia subur dan aktif secara seksual. Persiapan yang selanjutnya

dilakukan adalah pertemuan dengan kepala Puskesmas, pemegang program IVA,

dan pemegang program KB untuk mensosoalisasikan konsep klinik PERAWAN

dan diskusi mengenai dekorasi serta tataruang Klinik PERAWAN. Didapatkan

kesepakatan bahwa Klinik PERAWAN akan beroperasi setiap hari dengan konsep

dekorasi bernuansa pink, dengan tujuan untuk memberi kesan klinik PERAWAN

memang khusus bagi wanita saja.

Tim PDCA kemudian melakukan diskusi dengan kepala Pusekesmas

mengenai rancangan alur layanan Klinik PERAWAN. Setelah alur layanan

disepakati, tim PDCA serta kepala puskesmas bertemu dengan Ketua TP PKK

Kecamatan Pauh untuk mensosialisasikan serta meminta dukungan untuk

membantu mensosialisasikan Klinik PERAWAN ini. Disepakati bahwa pada

kegiatan EXPO pada tingkat Kecamatan Pauh mengenai pemeriksaan IVA yang

akan dilakukan oleh pihak PKK, program Klinik PERAWAN ini akan diangkatkan

sebagai salah satu bentuk dukungan. Hasil lain dari pertemuan itu ada disepakatinya

waktu launching dan peresmian Klinik PERAWAN yang akan dihadiri pihak

kecamatan dan PKK pada hari Senin 8 Oktober 2018 di Puskesmas Pauh.

70
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tahap persiapan selanjutnya adalah tim PDCA melakukan dekorasi dan

tataruang Klinik PERAWAN. Selain menyiapkan dekorasi dan tata ruang Klinik

PERAWAN, tim PDCA juga menyiapkan media informasi berupa poster dan leaflet

untuk diletakkan di Klinik Perawan. Tahap terakhir adalah tim PDCA membagikan

undangan kepada semua kader IVA, semua duta IVA, sembilan pembina wilayah,

Sembilan lurah di Kecamatan Pauh, pemegang program P2KB, pemegang program

KB dan IVA di Puskesmas Pauh, ketua PKK Kecamatan Pauh serta Camat Pauh.

6.2.2 Tahap Pelaksanaan

Peresmian Klinik PERAWAN dilaksanakan pada hari Senin 8 Oktober 2018

di Puskesmas Pauh. Acara dimulai pada pukul 10.30 wib. Peserta yang hadir dalam

acara ini adalah 2 kader IVA dari masing-masing kelurahan dengan total 18 orang,

3 orang duta IVA, Sembilan Pembina wilayah, 9 lurah, pemateri penyuluhan, ketua

PKK Kecamatan Pauh, serta perwakilan Camat Kecamatan Pauh. Acara peresmian

ini disaksikan oleh semua pasien dan keluarga pasien yang hadir pada jam

pelayanan pada hari itu. Acara dibuka oleh moderator lalu dilanjutkan dengan

sambutan dari ketua PDCA, dan sambutan dari Kepala Puskesmas Pauh, sambutan

dari Ketua PKK Kecamatan Pauh, perwakilan Camat Kecamatan Pauh. Sebelum

Selanjutnya dilakukan sosialisasi mengenai Klinik PERAWAN oleh Kepala

Puskesmas dr. Dessy dan pengenalan kanker serviks dan pemeriksaan IVA singkat

oleh dr. Hudilla Rifa Karmia Sp.OG yang ikut hadir kepada pasien dan keluarga

pasien yang ikut menyaksikan peresmian Klinik PERAWAN. Selanjutnya

dilakukan pemotongan pita oleh Ketua PKK, Camat Kecamtan Pauh, Kepala

Puskesmas dan ketua PDCA sebagai bentuk peresmian Klinik PERAWAN. Acara

71
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
peresmian Klinik PERAWAN ditutup dengan pembacaan doa oleh tim PDCA dan

dilanjutkan dengan acara penyuluhan dan pelatihan duta dan kader IVA.

6.2.3 Evaluasi

Launching dan peresmian Klinik PERAWAN secara umum terlaksana

dengan baik. Dalam pelaksanaannya terdapat kendala yaitu karena acara launching

dan peresmian Klinik PERAWAN yang ada di Puskesmas Pauh dilakukan pada jam

pelayanan puskesmas sehingga menyebabkan sedikit terganggunya jam pelayanan

puskesmas. Namun hal tersebut tidak menjadi suatu masalah bagi pasien dan

keluarga pasien karena terlihat antusias pasien dan keluarga pasien yang datang

pada hari pelayanan saat acara launching dan peresmian Klinik Perawan sangat

tinggi. Evaluasi kerja klinik PERAWAN dapat dilakukan dengan cara pembuatan

borang pencatatan untuk setiap WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di klinik

PERAWAN, kemudian dilakukan rekapan dan pelaporan ke pihak terkait seperti

pimpinan puskesmas dan pemegang program PTM.

Dengan terbentuknya Klinik PERAWAN ini, diharapkan regulasi pencataan

untuk WUS yang telah melakukan pemeriksaan IVA menjadi lebih baik. Kerjasama

dengan pihak FKTP lain juga harus dilakukan dimasa depan. Kerjasama dengan FKTP

tersebut bertujuan untuk kepentingan pendataan WUS yang telah melakukan pemeriksaan

IVA. Nantinya setiap 6 bulan sekali dilakukan pelaporan jumlah WUS yang melalukan

peneriksaan IVA di FKTP tersebut kepada Klinik PERAWAN yang nanti akan

dikumpulkan oleh pemegang program PTM. Kerjasama dengan Kader dan Duta IVA yang

sudah terpilih untuk membawa WUS melalukan pemeriksaan IVA juga dilakukan.

Diharapkan untuk memenuhi capaian jumlah WUS yang melakukan pemeriksaan IVA,

satu orang Kader dan Duta IVA harus membawa dua orang WUS tiap minggu untuk

72
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
melakukan pemeriksaan IVA. Selanjutnya, WUS yang datang baik ke Klinik PERAWAN

maupun ke FKTP tersebut dilakukan juga pencataan di Kartu CANTIKS.

6.3 Pelaksanaan Program Kartu Cegah Jangan Terjadi Kanker Serviks


(CANTIKS)

6.3.1 Tahap Perencanaan


Kartu CANTIKS merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk

meningkatkan kunjungan pemeriksaan IVA bagi wanita usia subur dan aktif secara

seksual. Kartu CANTIKS bertujuan untuk mengenalkan lebih awal mengenai

pentingnya pemeriksaan IVA dan juga sebagai pengingat kapan wanita usia subur

harus berkunjung kembali untuk melakukan pemeriksaan IVA selanjutnya.

Persiapan yang dilakukan berupa diskusi dengan pimpinan Puskesmas, serta diskusi

bersama tim PDCA untuk menentukan konsep desain kartu CANTIKS yang akan

dibuat. Tim PDCA juga melakukan diskusi dengan pembina wilayah di masing-

masing kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pauh mengenai

pendistribusia kartu CANTIKS kepada wanita usia subur melalui para kader.

Setelah didiskusikan, disepakati waktu launching kartu CANTIKS pada hari Senin

tanggal 8 Oktober 2018 di aula Puskesmas Pauh bersamaan dengan program

pelatihan dan penyuluhan duta dan kader IVA (DIVA) serta peresmian klinik

PERAWAN. Tim PDCA kemudian menghubungi konsulen bagian Ilmu Kebidanan

dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dr. Hudilla Rifa Karmia,

Sp.OG sebagai pemateri untuk memberikan penyuluhan mengenai kanker serviks

dan pemeriksaan IVA di aula Puskesmas Pauh. Tim PDCA juga menyiapkan materi

73
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
penyuluhan yang dibuat dalam bentuk file presentasi power point yang mudah

dipahami.

Selanjutnya pemberian kartu CANTIKS juga akan dilakukan pada hari Sabtu

tanggal 13 Oktober 2018 dan Senin tanggal 15 Oktober 2018 kepada wanita usia

subur yang datang untuk melakukan pemeriksaan IVA pada acara sosialisasi kanker

serviks.

6.3.2 Tahap Pelaksanaan

Penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Oktober 2018 di aula

Puskesmas Pauh. Acara dimulai pada pukul 09.00. Peserta yang hadir dalam acara

ini adalah 9 orang pembina wilayah yang ada di Puskesmas Pauh, dan 18 orang

kader dimana masing-masing kelurahan diwakili oleh dua orang kader. Acara

dibuka oleh moderator lalu dilanjutkan dengan sambutan dari ketua PDCA, dan

sambutan dari Kepala Puskesmas Pauh sambutan dari TP-PKK kecamatan Pauh,

sambutan dari Kepala Kecamatan Pauh, kemudian dilanjutkan dengan

pengangkatan duta IVA (DIVA) Pauh, dan penyerahan kartu CANTIKS secara

simbolis kepada kader yang hadir. Saat menyerahkan kartu CANTIKS, dijelaskan

kepada kader bahwa kartu CANTIKS merupakan kartu pengingat untuk melakukan

pemeriksaan IVA, diharapkan kader dapat mendistribusikan kartu ini kepada

wanita usia subur yang ada di wilayahnya sehingga mereka mau melakukan

pemeriksaan IVA setelah menikah dan telah aktif secara seksual, dan juga hasil

pemeriksaan dapat terdokumentasi dengan baik, walaupun nantinya pemeriksaan

IVA dilakukan di fasilitas kesehatan yang berbeda. Acara dilanjutkan dengan

peresmian klinik PERAWAN dan penyuluhan mengenai kanker serviks dan

74
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
pemeriksaan IVA oleh dr. Hudilla Rifa Karmia, SpOG. Kemudian acara ditutup

dengan pembacaan doa oleh salah seorang dokter muda.

Pada hari Sabtu, tanggal 13 Oktober 2018, tim PDCA beserta tim Puskesmas

Pauh dan juga perwakilan dari bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas yang diwakili oleh dr. Synthia Ambelina (PPDS

Obgyn) datang ke Pos Kesehatan Pisang untuk melakukan konseling dan

penyuluhan terkait kanker serviks dan pemeriksaan IVA serta mendistribusikan

kartu CANTIKS kepada wanita usia subur yang hadir yaitu sebanyak 8 orang.

Selanjutnya pada hari Senin, tanggal 15 Oktober 2018, tim PDCA beserta tim

Puskesmas Pauh datang ke Kantor Kecamatan Pauh untuk melakukan sosialisasi

mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA bekerjasama dengan TP-PKK

dalam acara “Pencanangan Kegiatan Bulan Pemeriksaan Kesehatan di Kecamatan

Pauh”. Dalam acara tersebut penyuluhan diberikan oleh dokter muda Puskesmas

Pauh. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemeriksaan IVA dan pemberian kartu

CANTIKS kepada seluruh wanita usia subur yang hadir dengan jumlah sebanyak

25 orang.

Kartu CANTIKS yang tersisa selanjutnya diberikan kepada masing-masing

pembina wilayah untuk didistribusikan kepada seluruh wanita usia subur yang ada

di wilayah tersebut. Pendistribusian ini juga melibatkan para kader, dimana

nantinya para kader lah yang akan turun secara aktif memberikan kartu CANTIKS

kepada para wanita usia subur yang telah aktif secara seksual di wilayahnya.

75
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
6.3.3 Tahap Evaluasi

Launching kartu CANTIKS secara umum terlaksana dengan baik. Namun ada

beberapa kendala yang ditemukan terkait kartu CANTIKS seperti belum

terdistribusinya kartu CANTIKS secara merata diseluruh wilayah kerja Puskesmas

Pauh. Kendala lain yang ditemukan adalah belum adanya sosialisasi mengenai kartu

CANTIKS ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) lainnya seperti klinik

Pratama, praktik bidan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pauh, sehingga para

tenaga medis di FKTP tersebut tidak mengetahui tentang adanya kartu CANTIKS

sebagai media dokumentasi hasil pemeriksaan IVA.

6.4 Penyuluhan Kanker Serviks dan Pemeriksaan IVA


6.4.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tim PDCA melakukan diskusi dengan pemegang

program PTM, kader, dan ketua Puskesmas Pauh untuk menentukan program yang

dapat dilakukan sebagai pengoptimalan kegiatan pemeriksaan serviks di

Puskesmas Pauh. Hasil diskusi dengan kepala puskesmas dan pemegang program

PTM didapat kegiatan penyuluhan tentang kanker serviks dan deteksi dini melalui

pemeriksaan Inspeksi Asam Asetat (IVA). Kemudian dilakukan pertemuan dengan

ketua TP PKK Kecamatan Pauh dengan hasil diskusi melakukan penyuluhan dan

pemeriksaan IVA di tempat yang memiliki wanita usia subur terbanyak dan

penyuluhan dan pemeriksaan IVA bersamaan dengan acara bulan pemeriksaan

kesehatan. Kemudian ditentukan lokasi penyuluhan sekaligus pemeriksaan di

kelurahan Pisang. Penentuan lokasi ini karena kelurahan pisang memiliki jumlah

wanita usia subur tertinggi berdasarkan data demografi wilayah kerja Puskesmas

Pauh. Selanjutnya dilakukan diskusi dan koordinasi kegiatan dengan Camat Pauh,

lurah Pisang dan Pembina Wilayah kelurahan Pisang mengenai tempat pelaksanaan,

76
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
waktu, peserta, dan rencana kegiatan yang akan dilakukan, serta meminta izin untuk

melaksanakan kegiatan.

Tahap persiapan selanjutnya adalah permintaan pemateri secara tertulis ke

bagian obstetri dan ginekologi RSUP Dr. M.Djamil Padang, kemudian dr.

Yusrawati, Sp.OG (K) selaku ketua bagian obstetri dan ginekologi RSUP Dr.

M.Djamil Padang menunjuk dr.Hudila Rifa Karmia, Sp.OG selaku staff di bagian

obstetri dan ginekologi RSUP Dr. M.Djamil Padang untuk menjadi pemateri acara

penyuluhan Kanker Serviks dan Deteksi Dini melalui Pemeriksaan Inspeksi Asam

Asetat (IVA). Surat undangan dipersiapkan dan disebar ke Kelurahan Pisang, Ketua

TP PKK, DUTA dan Kader.

Berdasarkan hasil diskusi, didapatkan waktu dan tempat pelaksanaan

penyuluhan dan pemeriksaan IVA yaitu pada hari Sabtu (13/10/2018) jam 09.30

WIB di Pos Kesehatan Pisang dan Senin (15/10/2018) jam 08.00 WIB di Klinik

Kantor Camat Pauh. Penyuluhan dilaksanakan di Pos Kesehatan Pisang karena

merupakan salah satu tempat pemeriksaan kesehatan di kelurahan Pisang dan

sudah dikenal oleh masyarakat di kelurahan Pisang, dan di Klinik Kantor Camat

Pauh seiring pelaksanaan acara “Pencanangan Kegiatan Bulan Pemeriksaan

Kesehatan di Kecamatan Pauh”. Setelah penyuluhan, acara dilanjutkan dengan

pemeriksaan Inspeksi Asam Astetat ( IVA ) sebagai salah satu deteksi dini kanker

serviks.

Pada tahap persiapan ini juga dipersiapkan alat-alat yang akan digunakan

untuk pemeriksaan Inspeksi Asam Asetat (IVA) berupa meja pemeriksaan, lampu,

spekulum vagina, kapas cebok, kapas lidi, asam asetat 5%, dan antisepsis. Selain

itu untuk keperluan administrasi juga dipersiapkan lembaran persetujuan dan hasil

pemeriksaan Inspeksi Asam Asetat (IVA) bagi wanita usia subur yang akan

77
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dilakukan pemeriksaan. Untuk microphone dan speaker menggunakan fasilitas

dari puskesmas Pauh. Beberapa hari sebelum acara dokter muda juga melakukan

persiapan tempat dengan memasang tenda, menyusun kursi dan menyiapkan

tempat untuk penyuluhan dan pemeriksaan IVA. Spanduk juga dipasang di bagian

depan dari pos kesehatan agar masyarakat mengetahui acara yang diadakan dan

brosur diberikan kepada kader dan juga disebar di tempat keramain yang ada di

kelurahan Pisang.

6.4.2 Tahap Pelaksanaan

6.4.2.1 Penyuluhan Kanker Serviks dan Deteksi Dini melalui Pemeriksaan

Inspeksi Asam Asetat (IVA).

Kegiatan PDCA dilakukan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2018 di Pos

Kesehatan Kelurahan Pisang dan Senin 15 Oktober 2018 di Klinik Kantor Camat

Pauh. Kegiatan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2018 di Pos Kesehatan Kelurahan

Pisang ini berlangsung dari pukul 09.30 – 12.00 WIB dan diikuti 8 peserta. Kegiatan

ini dimulai pada pukul 09.30 diawali dengan registrasi warga yang datang ke

penyuluhan sekaligus pretest sebelum materi diberikan. Acara pembukaan

dilakukan pada pukul 10.00 WIB, dihadiri oleh kepala Puskesmas Pauh, Perwakilan

TP PKK, perwakilan lurah pisang dan duta IVA dari Cupak Tangah. Acara

pembukaan diawali dengan kata sambutan oleh Kepala Puskesmas Pauh dan

perwakilan kelurahan Pisang dan dilanjutkan dengan bincang – bincang dengan

duta IVA tentang pengalaman dan motivasi kepada masyarakat untuk melakukan

Tes IVA. Setelah acara pembukaan selesai dilanjutkan dengan pemeriksaan IVA

sambil menunggu masyarakat untuk datang ke Pos Kesehatan Pisang. Setelah

pemeriksaan IVA dilakukan penyuluhan oleh dr. Hudila Rifa Karmia, SP.OG yang

diwakili oleh dr Syntia Ambelina mengenai kanker serviks dan deteksi dini melalui

78
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
IVA. Materi diberikan selama 1 jam dan dilanjutkan dengan sesi diskusi antara

peserta penyuluhan dengan pemateri. Warga terlihat cukup antusias dengan

kegiatan penyuluhan ini. Pada sesi tanya jawab terlihat banyak warga yang

bertanya seputar fakta dan mitos menegenai kanker serviks. Kegiatan

penyuluhan ini diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan

kesadaran untuk melakukan deteksi dini melalui metode IVA.

Kegiatan yang dilakukan Senin 15 Oktober 2018 di Klinik Kantor Camat

Pauh dimulai pukul 08.00 WIB diawali dengan registrasi di meja registrasi. Pada

kegiatan ini terdapat 25 peserta. Wanita usia subur yang telah registrasi diberikan

pre test lalu diberikan penyuluhan oleh dokter muda, penyuluhan yang diberikan

mengenai kanker serviks dan deteksi dini melalui IVA. Setelah penyuluhan

diberikan wanita usia subur diberikan post test untuk menilai pengetahuan

setelah diberikan penyuluhan. Wanita usia subur yang telah diberikan

penyuluhan bisa melakukan pemeriksaan IVA di tempat yang telah disediakan.

6.4.2.1.1 Pretest

Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita

usia subur yang akan mengikuti penyuluhan. Hal ini agar dapat menjadi evaluasi

bagi kami apakah terjadi peningkatan pengetahuan peserta setelah diberikan materi

tentang kanker serviks dan cara deteksi dini kanker serviks.

Pelaksanaan pre-test dilakukan setelah registrasi. Pretest dilaksanakan pada

hari Sabtu, 13 Oktober 2018 dan Senin, 15 Oktober 2018. Jumlah peserta yang

mengikuti pre-test adalah 33 orang. Pre-test ini berupa kuesioner yang berisi

mengenai pengetahuan tentang kanker serviks dan cara deteksi dini kanker serviks

yang terdiri dari pengertian kanker serviks, penyebab kanker serviks, faktor-faktor

79
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
risiko kanker serviks, cara deteksi dini kanker serviks, pengertian IVA, target

pemeriksaan IVA, jarak ideal dilakukannya pemeriksaan IVA, syarat pemeriksaan

IVA, hasil pemeriksaan IVA.

6.4.2.1.2 Materi

Kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2018 di Pos

Kesehatan Kelurahan Pisang penyuluhan ini dilakukan dalam bentuk pemberian

materi oleh dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG yang memberikan materi mengenai

Kanker serviks dan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Pada hari

pelaksanaan, materi diberikan oleh dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG yang diwakili oleh

dr Syntia Ambelina. Pada hari Senin, 15 Oktober 2018 pemberian materi penyuluhan

dilakukan oleh dokter muda. Materi yang diberikan pada ke dua acara mengenai

pengetahuan yaitu pengertian dan konsep dari kanker serviks dan cara deteksi dini

kanker serviks yang terdiri dari pengertian kanker serviks, faktor-faktor penyebab

kanker serviks, gejala-gejala kanker serviks, akibat yang ditimbulkan, cara deteksi

dini kanker serviks serta pemeriksaan IVA. Setelah materi selesai, dilakukan post

test untuk melihat bagaimana pengetahuan peserta setelah diberikan materi.

6.4.2.2 Pemeriksaan Deteksi Dini kanker Serviks dengan Metode Inspeksi

Asam Asetat ( IVA)

Kegiatan deteksi dini pada Sabtu 13 Oktober 2018 dimulai dengan registrasi

dan dilanjutkan dengan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks. Pada

kegiatan ini dokter muda dibagi menjadi 3 ruangan yaitu registrasi, kemudian

dilanjutkan ke ruangan yang ke 2 yaitu ruang skrining dan ruang tunggu, dan

berakhir di ruangan yang ke 3 yaitu pemeriksaan IVA.

Pertama-tama warga mengisi registrasi terlebih dahulu, dilanjutkan ke ruang ke

2 yaitu ruang skrining dimana warga di anamnesis dan mengisi inform concent

80
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
,anamnesis dilakukan oleh 2 orang dokter muda kemudian dokter muda membantu

mengisi formulir pemeriksaan. Disini wanita usia subur diberi pertanyaan berupa nama,

umur dan faktor risiko kanker. Kemudian wanita usia subur yang sudah selesai di

skrinoing bisa menunggu di kursi yang telah disediakan untuk melakukan pemeriksaan

IVA. Wanita usia subur yang sudah terpanggil namanya masuk ke ruangan 3 yaitu

pemeriksaan serviks dengan metode IVA. Semua hasil pemeriksaan ini akan dicatat di

lembar formulir pemeriksaan. Setelah Pemeriksaan IVA selesai warga yang selesai

diperiksa diberikan kartu CANTIKS yang telah diisi tanggal pemeriksaan saat ini, hasil

dan tanggal pemeriksaan selanjutnya. Pada kegiatan ini terdapat 7 wanita usia subur

yang memeriksakan IVA. Dari hasil pemeriksaan, didapatakan hasil 6 orang negatif, 1

orang positif . WUS dengan hasil IVA positif dianjurkan untuk datang ke Puskesmas

untuk tindakan lebih lanjut.

Kegiatan pada Senin 15 Oktober 2018 dilakukan setelah penyuluhan.

Dilakukan dengan sistem 2 meja yaitu meja pertama yaitu meja registrasi dan skrining.

WUS yang akan Tes IVA melakukan registrasi terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan

anamnesis yang bertujuan untuk menskrining WUS dan penandatangan inform

concent, Setelah proses dimeja pertama selesai dilanjutkan dengan pemeriksaan IVA.

Semua hasil pemeriksaan ini akan dicatat di lembar formulir pemeriksaan. Setelah

Pemeriksaan IVA selesai WUS yang selesai diperiksa diberikan kartu CANTIKS yang

telah diisi tanggal pemeriksaan saat ini, hasil dan tanggal pemeriksaan selanjutnya.

Pada kegiatan ini terdapat 20 wanita usia subur yang memeriksakan IVA. Dari hasil

pemeriksaan, didapatakan hasil 20 orang negatif,

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada

wanita usia subur sehingga dapat menemukan kanker serviks pada stadium awal

sehingga akan menurunkan angka mortalitas akibat kanker serviks dan

81
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
memperbaiki prognosis pasien. Selain itu, dalam kegiatan ini diharapkan agar

wanita usia subur dapat rutin melakukan pemeriksaan serviks dengan metode IVA.

6.1.3 Tahap Evaluasi

Tingkat Pengetahuan Peserta Penyuluhan


100.0
90.0
82
80.0
70.0
60.0 56

50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
Pre-test Post-test
Series 1

Grafik 6. 4 Tingkat Pengetahuan Peserta Penyuluhan

Tahap evaluasi penyuluhan ini dilakukan dengan cara melihat seberapa

banyak peserta yang berpartisipasi. Berdasarkan pre-test dan post-test yang telah

dibagikan didapatkan bahwa pengetahuan peserta penyuluhan kanker serviks

setelah dilaksanakannya kegiatan penyuluhan meningkat dibandingkan

sebelumnya. Penilaian kuesioner tentang pengetahuan peserta mengenai kanker

serviks seperti yang terlihat pada grafik 6.3. Uji statistik terhadap nilai pre-test dan

post-test pada kader didapatkan rata-rata nilai pretest adalah 56% dan nilai post test

adalah 82% dengan nilai P 0,000. Hasil nilai P ini menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan yang signifikan antara nilai pre-test dan post-test.

82
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tingkat Pengetahuan Peserta Peyuluhan per Item
Pertanyaan
Pretest Post test

100.00%
90.90% 91% 90.90% 93.9%
85%
73.80% 79% 76%
70% 72.7%
60.60% 63.6%66.7%
55% 55% 51.50%
45%
30.30% 33%

No 1 No 2 No 3 No 4 No 5 No 6 No 7 No 8 No 9 No 10

Grafik 6. 5 Tingkat Pengetahuan Peserta Penyluhuan per Item Pertanyaan

Berikut grafik tingkat pengetahuan peserta yang dijabarkan per item

pertanyaan. Terlihat bahwa terdapat peningkatan jawaban yang benar disemua

pertanyaan. Terutama pada pertanyaan cara deteksi dini IVA yaitu pada post test

semua WUS menjawab dengan benar.

Tahap evaluasi untuk acara pemeriksaan dengan asam asetat dilihat dari

jumlah peserta yang mengikuti. Dilihat dari hasilnya didapatkan 27 wanita usia

subur yang memeriksakan IVA. Dari hasil pemeriksaan, didapatakan hasil 26 orang

negatif, 1 orang positif.

Kesimpulan yang didapatkan warga antusias untuk mengikuti pemeriksaan

IVA. kendala yang ditemukan saat pemeriksaan yaitu beberapa warga memiliki

keinginan untuk memeriksakan namun rasa takut untuk mengikuti tahap

pemeriksaan lebih besar sehingga kami dari dokter muda perlu meyakinkan dan

menjelaskan kembali mengenai pemeriksaan IVA.

83
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan
1. Masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pauh berdasarkan data yang

diperoleh dari laporan Puskesmas Pauh dari bulan Januari s.d Juni tahun

2018, terdapat beberapa masalah, diantaranya rendahnya penjaringan suspek

TB, cakupan pemeriksaan IVA yang belum mencapai target, rendahnya

angka ASI Eksklusif, rendahnya angka jamban sehat.

2. Berdasarkan penilaian prioritas, didapatkan prioritas masalah kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah cakupan pemeriksaan IVA yang belum

mencapai target.

3. Sebagai alternatif penyelesaian masalah cakupan pemeriksaan IVA yang

belum mencapai target di wilayah kerja Puskesmas Pauh maka dilakukan

upaya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan wanita usia subur

tentang pentingnya pemeriksaan IVA, membangun kerjasama lintas sektor

dengan kecamatan untuk pembentukkan duta dan kader khusus IVA,

menyediakan media promosi kesehatan tentang deteksi dini kanker serviks

melalui pemeriksaan IVA dan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya

pemeriksaan IVA sebagai salah satu bentuk deteksi dini kanker serviks, dan

menyediakan klinik ramah wanita untuk dilakukannya pemeriksaan IVA.

Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya, membentuk duta dan kader IVA

(DIVA) , mengadakan penyuluhan mengenai kanker serviks dan pentingnya

melakukan pemeriksaan IVA kepada masyarakat, yang diharapkan mampu

memberikan pengetahuan serta meningkatkan kesadaran wanita usia subur

84
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
untuk melakukan pemeriksaan IVA, membuat Kartu CANTIKS (Kartu

Cegah Agar Tidak Terjadi Kanker Serviks) untuk mencatat pemeriksaan IVA

yang telah dilakukan wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Pauh dan

menjadi pengingat bagi para wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan

IVA selanjutnya sesuai yang diagendakan, membuat klinik Pauh Ramah

Wanita (PARAWAN) yang menjadi tempat dilakukannya pemeriksaan IVA

di Puskesmas Pauh.

7.2 Saran
7.2.1 Pihak Puskesmas

1. Pemegang program IVA dan pembina wilayah harus memberikan pengarahan

dan pengawasan kepada 18 kader IVA yang telah dibentuk untuk mengajak

minimal dua orang per minggu per kader ke Klinik Parawan di Puskesmas

Pauh dengan dasar dari 2880 target wanita usia subur yang ada di Kecamatan

Pauh, yang telah melakukan pemeriksaan IVA sampai dengan Oktober 2018

sejumlah 123 orang. Wanita usia subur yang belum melakukan pemeriksaan

IVA di Kecamatan Pauh sejumlah 2757 orang. Dengan mentargetkan selama

2 tahun cakupan tersebut terpenuhi maka kader IVA di masing-masing

wilayah kerja harus melaksanakan tugasnya dengan baik.

2. Dengan sudah terbentuknya buku saku, leaflet dan poster tentang kanker

serviks dan pemeriksaan IVA , pemegang program IVA dapat berkomunikasi

dengan kader untuk melakukan promosi kesehatan rutin per bulan kepada

wanita usia subur di wilayah kerja masing-masing. Para kader dapat mendata

jadwal arisan rutin ibu-ibu yang ada di wilayah kerjanya dan melakukan

promosi kesehatan tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA sekaligus

85
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
mengajak dan menjadwalkan ibu-ibu untuk melakukan pemeriksaan IVA per

minggunya ke klinik Parawan di Puskesmas Pauh sesuai dengan waktu yang

dimiliki ibu-ibu anggota arisan. Saat mempromosikan pemeriksaan IVA rutin

setiap bulan ini, kader berkoordinasi dengan duta IVA untuk hadir di acara

tersebut sebagai testimoni bahwa pemeriksaan IVA itu penting dan tidak

menyakitkan. Setelah dilakukan promosi kesehatan tersebut kader dapat

melaporkan kegiatannya kepada pembina wilayah, kemudian pembina

wilayah melaporkan kegiatannya kepada pemegang program promosi

kesehatan untuk meningkatkan angka promosi kegiatan luar gedung.

3. Duta IVA yang terbentuk baru berjumlah 3 orang dari Kelurahan Pisang,

Kelurahan Cupak Tangah, dan Kelurahan Limau Manis Selatan. Sebaiknya

kader IVA dan pembina wilayah masing-masing wilayah kerja di 6 kelurahan

lain mencari wanita usia subur untuk dijadikan duta IVA untuk masing-

masing kelurahan. Selanjutnya duta tersebut dapat diberikan pelatihan dan

pengarahan bersama duta yang telah dibentuk sebelumnya oleh pemegang

program IVA / tenaga kesehatan yang kompeten tentang kanker serviks,

pemeriksaan IVA, dan cara berbicara didepan umum dengan baik.

4. Kartu CANTIKS (Cegah Agar Tidak Terjadi Kanker Serviks) yang telah

dibuat selanjutnya dapat didistribusikan kepada wanita usia subur yang telah

melakukan pemeriksaan IVA baik di Puskesmas maupun di FKTP lain. Kartu

ini diharapkan menjadi dokumen resmi dan wajib dimiliki seluruh wanita usia

subur yang ada di Kecamatan Pauh. Perlu dilakukan sosialisasi kartu ini

kepada seluruh FKTP yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pauh sehingga

seluruh FKTP menjadi familiar dengan kartu ini. Pada tahap awal distribusi

86
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
kartu ini, kartu sebaiknya disediakan di klinik Parawan dibawah tanggung

jawab pemegang program IVA. Pemegang program IVA harus memiliki

catatan distribusi pemegang kartu CANTIKS berikut data yang ada didalam

kartu tersebut. Kartu ini memiliki nomor register khas yang ada dalam catatan

pemegang program IVA. Lebih lanjut, kartu ini dibagikan oleh pemegang

program IVA ke pembina wilayah masing-masing kelurahan untuk diberikan

kepada masing-masing kader IVA untuk didistribusikan kepada ibu-ibu

arisan yang telah melakukan pemeriksaan IVA dan untuk FKTP yang ada di

wilayah kerjanya sebagai tanda telah dilakukan pemeriksaan IVA di FKTP-

nya. Pada akhirnya, diharapkan data cakupan pemeriksaan IVA di Kecamatan

Pauh lebih mudah dikumpulkan oleh pemegang program IVA dan bidang

kesehatan Kecamatan Pauh dengan terwujudnya integrasi data cakupan

pemeriksaan IVA ini.

5. Klinik Parawan yang telah diresmikan harus siap menerima wanita usia subur

yang dibawa oleh kader ke Puskesmas Pauh yang apabila berjalan sesuai yang

diharapkan setiap minggunya akan ada 72 wanita usia subur dari 9 kelurahan

yang akan melakukan pemeriksaan IVA di klinik Parawan. Untuk itu

penanggung jawab klinik Parawan yang saat ini juga menjabat sebagai

pemegang program KB harus melakukan koordinasi dengan pemegang

program IVA dan tim pemeriksa IVA test mengenai penyesuaian agenda

dalam gedung dan luar gedung pihak terkait dan jadwal kehadiran wanita usia

subur yang akan melakukan pemeriksaan IVA.

6. Kepala Puskesmas harus memonitor dan mengevaluasi setiap dua bulan

kinerja program DIVA (Duta dan Kader IVA), kartu CANTIKS (Cegah Agar

87
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tidak Terjadi Kanker Serviks), dan Klinik Parawan dengan menerima

laporan dari pemegang program IVA pencapaian jumlah wanita usia subur

yang telah melakukan pemeriksaan IVA baik di klinik Parawan atau di FKTP

lain. Apabila belum mencapai target yaitu 288 orang per bulan harus dicari

apa masalah yang ditemui dan dilakukan diskusi dengan pemegang program

IVA, pemegang program KB, tim pemeriksa IVA test, dan pembina wilayah

masing-masing kelurahan. Pembina wilayah hadir dengan membawa kendala

yang dihadapi oleh kader-kader yang ada di wilayah kerjanya untuk

dikomunikasikan dalam forum tersebut. Setelah didapatkan solusi dari

pertemuan tersebut pembina wilayah bertanggung jawab menyampaikan dan

berdiskusi kembali dengan kader yang ada di wilayah kerjanya untuk

menjalankan solusi yang didapatkan dari forum pertemuan dua bulanan

tersebut.

7.2.2 Pihak Lintas Sektor

1. Pihak Kecamatan Pauh baik dari Camat dan Ketua TP PKK harus terus

memberikan dukungan kepada Puskesmas terkait program yang telah dibuat.

Pihak kecamatan dapat memberikan SK khusus untuk duta dan kader IVA

yang nantinya akan berujung pada honor yang dapat menjadi salah satu faktor

peningkatan kinerja kader IVA.

2. Pihak Kecamatan juga dapat membantu memfasilitasi pengadaan acara-acara

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di Kecamatan

Pauh, terutama peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks

88
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dan pemeriksaan IVA, dan peningkatan cakupan pemeriksaan IVA. Hal ini

dapat dilakukan dengan kerjasama pihak Kecamatan, Puskesmas, dan badan

yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang berkaitan dengan pemeriksaan

IVA seperti BkkBN untuk melakukan penyuluhan kanker serviks dan

pemeriksaan IVA di tempat kerja sekaligus melakukan pemeriksaan IVA di

tempat kerja yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

89
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI (2014). Peraturan Menteri Kesehatan No. 75


tahun 2014 tentang Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI
2. Puskesmas Pauh. Laporan Tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2017. Padang:
Puskesmas Pauh; 2018
3. Kementerian Kesehatan RI (2015). Panduan Program Nasional Gerakan
Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara.
Jakarta
4. Kumalasari,Intan. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika.
5. World health Organization.(2014). Comprehensive Cervical Cancer Control
A Guide to Essential Practice Second Edition. Diakses tanggal 14
September 2018 Melalui
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/144785/9789241548953_e
ng.pdf;jsessionid=B0587856ECE95D9F2A51318C13F5BB15?sequence=
1
6. Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar (2015). Laporan Tahunan Akhir
2014.diakses pada tanggal 14 September 2018 melalui
http://dinkes.sumbarprov.go.id/.
7. Sari AP, Syahrul F (2014). Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan
Vaksinasi HPV pada Wanita Usia Dewasa.Jurnal Berkala Epidemiologi Vol
2.No.3 hal 321-330
8. Mulyati Sri, Suwarsa Oki, Arya IFD (2015). Pengaruh Media Film
Terhadap Sikap Ibu pada Deteksi Dini Kanker Serviks. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 2. No.01 hal 16-24
9. Kementerian Kesehatan RI (2013). Pedoman Teknis Pengendalian Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim. Jakarta.
10. Aziz, M. F. (2002). Skrining dan deteksi dini kanker serviks. Dalam H. M.
Ramli, R. Umbas, & S. S. Panigoro, editor. Deteksi dini kanker. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;. h. 97-110
11. Kustiyati, Sri dan Winarni (2011). Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Dengan Metode Iva
12. Tapan E. Kanker Serviks. (2005) Kanker, Antioksidan dan Terapi
Komplementer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo;. h. 13-20.
13. Sjamsuddin S. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Cermin Dunia
Kedokteran; 2001. 133: 9-13.
14. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Dalam : Hartanto H.,Darmaniah N.,
Wulandari N., editor. Buku Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta : EGC;
2007. h. 765-766.Kementerian Kesehatan RI (2015). Panduan Program

90
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan
Kanker Payudara. Jakarta
15. Crum CP. The Female Genital Tract. Dalam : Kumar V, Abbas AK, Fausto
N. Robbins and Cotran, editor. Pathologic Basis of Disease. Edisi 7.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. h. 1072-1073
16. Bagian Obstetri dan Ginekologi. Ginekologi. Bandung: FK UNPAD; 1981.
h. 129-132.
17. SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Karsinoma Serviks Uteri.
Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda
Kallimantan Timur. Edisi VI. Samarinda; 2006. h. 93-94.
18. Gray RH, Kigozi G, Serwadda D, et al. The effects of male circumcision on
female partner’s genital tract symptoms and vaginal infections in a
randomized trial in Rakai, Uganda. Am J Obstet Gynecol; 2009. 200(1):
42.e1-42.e7.
19. Setyarini E. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker
Serviks di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan; 2009.
20. Jonathan SB, Neville F, Hacker. Practical Gynecologic Oncologic. Edisi 3.
Philadelphia: Lippincott William; 2000. h.
21. Yellia M. Mengenal Kanker. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi
Kanker. Depok : PT Agromedia Pustaka; 2009. h. 1,9.
22. Andrijono, Dr. Sp.OG(K). Sinopsis Kanker Ginekologik. Jakarta: Divisi
Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI; 2004. h. 56,66.
23. Schiffman M, Castle PE. The Promise of Global Cervical Cancer
Prevention. The New England Journal of Medicine; 2005. 353: 2102-2103.
24. Epocrates online. Abnormal Pap Smear. 2009. (Online).
(https://online.epocrates.com/data_dx/reg/1123/img/1123-3-iline.gif,
diakses 16 September 2018).
25. Kusuma F, Moegni EM. Penatalaksanaan Tes Pap Abnormal. Cermin
Dunia Kedokteran; 2001. 133: 23.
26. Novel SS, Safitri R, Nuswantara S. Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Uji
Sitologi dan DNA HPV. Cermin Dunia Kedokteran; 2010. 37: 91-92.

91
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
27. Sukarja IDG. Onkologi Klinik. Airlangga. Edisi II. Surabaya: University
Press; 2000.
28. National Cancer Institute. What You Need To Know About “Cervical
Cancer”. 2008. (Online).
(http://www.cancer.gov/cancertopics/wyntk/cervix.pdf, diakses tanggal 16
September 2018).
29. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan

Masyarakat. Diunduh dari :

http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20170210134843.keputusan_ment

eri_kesehatan_nomor_128_menkes_sk_ii_2004_tentang_kebijakann_dasar

_pusat_kesehatan_masyarakat.pdf diakses 15 September 2018.

30. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang 2015.

Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang; 2016.

92
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai