Disusun Oleh:
1. Nur Azizah 6411415002
2. Feronika Wilia A 64114150xx
3. Ira Anggun O 6411415008
4. Tsalisatul Maulidah 6411415013
5. Nandya Andila A 6411415016
6. Fatah 64114150xx
7. Chadori 64114150xx
8. Avika 6411415xxx
9. Zurria Kirana 6411415xxx
10. Dwi Septina 6411415xxx
11. Mb Dita 6411417xxx
PENDAHULUAN
Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak tergantikan dalam
Dengan pemberian obat penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat
kesembuhannya. Selain itu obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka persepsi
masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat
setelah berkunjung ke sarana kesehatan baik rumah sakit, puskesmas, maupun poliklinik.
Selain itu, pengelolaan dan pengadaan obat dalam pelayanan kesehatan juga merupakan
indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan dalam pelayanan kesehatan.
secara optimal demi tercapainya ketepatan jumlah dan jenis obat dan perbekalan kesehatan.
Pengelolaan obat ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat yang membutuhkan di Puskesmas. Tujuan dari pengelolaan obat adalah untuk
menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah yang
cukup, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, obat
perlu dikelola dengan baik, efektif, dan efisien (Rosmania & Supriyanto, 2015).
Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana pemerintah dalam bidang kesehatan yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala daerah melalui sekretaris daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas untuk
melaksanakan sebgian urusan daerah dalam bidang kesehatan untuk menunjang tercapainya
kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan dan melakukan tugas pembantuan sesuai dengan
Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa Dinas Kesehatan
Kabupaten merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas kesehatan mempunyai
tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di bidang kesehatan
Puskesmas rawat jalan) pada 22 kecamatan. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Deli Serdang
salah satunya yaitu pengelolaan obat di tingkat kabupaten. Dalam hal ini, salah satu sarana
penunjang upaya kesehatan pada dinas kesehatan adalah gudang farmasi, yang selanjutnya
fungsi dan strukturnya. Keberadaan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang mempunyai perannan penting dalam pengelolaan obat dan vaksin skala
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk menganalisis
Manajemen Logitsik Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Lubuk Pakam.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran manajemen
logistik obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam.
1.4 MANFAAT
2. Sebagai referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai manajemen logistik obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model manajemen persediaan.
EOQ sangat berguna untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang dapat
meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Selain itu, EOQ juga
Untuk memperjelas pengertian tentang Economic Order Quantity (EOQ), ada beberapa
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan volume atau jumlah pembelian yang
paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi
yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan
berapa total bahan yang tetap untuk dibeli dalam setiap kali pembelian untuk
diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah
EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal,
atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Pada pendekatan Economic
Order Quantity (EOQ), tingkat ekonomis dicapai pada keseimbangan antara biaya pemesanan
Jika persediaan besar maka biaya pemesanan akan turun tetapi biaya penyimpanan naik.
Sebaliknya, jika persediaan kecil maka biaya pemesanan akan naik tetapi biaya penyimpanan
turun. Dalam menentukan EOQ sangat dipengaruhi oleh faktor tinggi rendahnya tingkat
permintaan bahan baku hingga datangnya pesanan. Dengan adanya faktor tersebut maka EOQ
EOQ deterministik adalah suatu model EOQ dimana parameter sistem pengawasan
sediaan dianggap selalu sama atau tidak berubah. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk EOQ
deterministik adalah:
c. Pemakaian bahan relative stabil dari waktu ke waktu selama periode yang
bersangkutan.
d. Bahan yang bersangkutan selalu tersedia di pasar setiap saat akan dibeli.
Menurut (Siswanto, 1985), suatu model dikatakan probabilistik apabila satu dari
demand atau leadtime atau bahkan keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti dimana
Dalam model probabilistik yang menjadi hal pokok adalah analisis perilaku persediaan
selama lead time. Karena pada kondisi ini, lead time dan demand bersifat probabilistik, maka
a. Demand atau tingkat pemakaian tidak tetap namun leadtime atau periode datangnya
pesanan tetap.
Apabila demand atau tingkat pemakaian tidak tetap namun leadtime atau periode
datangnya pesanan tetap, maka sebelum menentukan kapan pemesanan dilakukan terlebuh
dahulu harus menentukan leadtime yang diharapkan (expected leadtime). Tetapi jika leadtime
dan demand tidak tetap, maka untuk menentukan EOQ dan kapan sebaiknya dilakukan
pemesanan, terlebih dahulu harus menentukan tingkat pemakaian yang diharapkan selama
Perumus EOQ :
(D/Q) x S = (Q/2) x H
2DS = HQ²
Keterangan :
2.2 ROP
2.3 LEADTIME
konsumsi yaitu metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi perbekalan farmasi pada
tahun sebelumnya.
Dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
8. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang.
9. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran yang akan dating
Menurut Depkes RI (1990) pada pedoman perencanaan obat dan pengelolaan obat,
bahwa dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perhitungan perkiraan
untuk jangka waktu tertentu dan data dapat diperoleh dari kartu stok.
Pemakaian nyata per tahun = stok awal + jumlah yang diterima - sisa stok (yang dihitung
per 1 November) - jumlah obat yang hilang/rusak/kadaluarsa.
sebagai berikut.
Menghitung Pemakaian Rata-rata per bulan = pemakaian nyata obat per tahun : berapa
bulan obat habis dipakai
Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan pada saat terjadi kekosongan
obat.
Menghitung kekurangan obat = waktu kekosongan obat x pemakaian rata-rata per bulan
Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun = angka pemakaian nyata per
tahun + angka kekurangan obat.
Jumlah waktu tunggu adalah jumlah obat yang diperlukan sejak rencana kebutuhan
Menghitung waktu tunggu = pemakaian rata-rata per bulan x waktu yang dibutuhkan
sejak rencana kebutuhan obat diajukan sampai dengan obat diterima.
6. Menentukan stok pengaman
obat
Dalam hal perkiraan perhitungan kebutuhan obat di instalasi farmasi Dinas Kesehatan
Deli serdang diketahui bahwa mereka tidak melakukan perhitungan perkiraan kebutuhan obat
yang seharusnya. Hanya saja dalam perencanaan kebutuhan obat untuk tahun berikutnya
berdasarkan pemakaian tahun lalu. Pemakaian tahun lalu ini dibuat dalam bentuk laporan yang
namanya LPLPO. LPLPO ini merupakan laporan bulanan dari puskesmas. Setelah itu LPLPO
ini dilaporkan ke dinas kesehatan deli serdang per triwulan untuk direkap. Hasil rekapan
LPLPO ini dilakukan perhitungan yaitu jumlah pemakaian rata-rata per bulan dikalikan dengan
18 bulan. Pada kenyataannya kita tahu bahwa dalam 1 tahun ada 12 bulan. Tetapi, 18 bulan ini
diperoleh dari penambahan 6 bulan yang dijadikan sebagai stok pengaman (Buffer Stock).
DAFTAR PUSTAKA
Diagustin, R. (2016). Rancang Bangun Aplikasi Pengelolaan Persediaan Obat Dan Peralatan
Medis Pada Dinas Kesehatan Tulungagung. Thesis.
Lubis, A. (2017). Analisis Manajemen Logistik Obat Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2017. Skripsi.
Rosmania, F. A., & Supriyanto, S. (2015). Analisis Pengelolaan Obat Sebagai Dasar
Pengendalian Safety Stock Pada Stagnant Dan Stockout Obat. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, 1-10.