Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI

DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG LUBUK PAKAM

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Logistik

Dosen Pengampu: Bayti Ikhsanita, S.K.M., M.Kes

Disusun Oleh:
1. Nur Azizah 6411415002
2. Feronika Wilia A 64114150xx
3. Ira Anggun O 6411415008
4. Tsalisatul Maulidah 6411415013
5. Nandya Andila A 6411415016
6. Fatah 64114150xx
7. Chadori 64114150xx
8. Avika 6411415xxx
9. Zurria Kirana 6411415xxx
10. Dwi Septina 6411415xxx
11. Mb Dita 6411417xxx

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASAYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak tergantikan dalam

pelayanan kesehatan, karena digunakan sebagai intervensi mengatasi masalah kesehatan.

Dengan pemberian obat penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat

kesembuhannya. Selain itu obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka persepsi

masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat

setelah berkunjung ke sarana kesehatan baik rumah sakit, puskesmas, maupun poliklinik.

Selain itu, pengelolaan dan pengadaan obat dalam pelayanan kesehatan juga merupakan

indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan dalam pelayanan kesehatan.

Manajemen pengelolaan obat merupakan rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan obat yang dikelola

secara optimal demi tercapainya ketepatan jumlah dan jenis obat dan perbekalan kesehatan.

Pengelolaan obat ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar bagi

masyarakat yang membutuhkan di Puskesmas. Tujuan dari pengelolaan obat adalah untuk

menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah yang

cukup, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, obat

perlu dikelola dengan baik, efektif, dan efisien (Rosmania & Supriyanto, 2015).

Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana pemerintah dalam bidang kesehatan yang

dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

kepala daerah melalui sekretaris daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas untuk

melaksanakan sebgian urusan daerah dalam bidang kesehatan untuk menunjang tercapainya
kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan dan melakukan tugas pembantuan sesuai dengan

bidangnya (Diagustin, 2016).

Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa Dinas Kesehatan

Kabupaten merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas kesehatan mempunyai

tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di bidang kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang merupakan pelaksana teknis bidang

pembangunan kesehatan membawahi 34 Puskesmas (19 Puskesmas rawat inap dan 15

Puskesmas rawat jalan) pada 22 kecamatan. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Deli Serdang

salah satunya yaitu pengelolaan obat di tingkat kabupaten. Dalam hal ini, salah satu sarana

penunjang upaya kesehatan pada dinas kesehatan adalah gudang farmasi, yang selanjutnya

direvitalisasi sebagai Instalasi Farmasi Kabupaten dengan harapan lebih mengedepankan

fungsi dan strukturnya. Keberadaan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang mempunyai perannan penting dalam pengelolaan obat dan vaksin skala

Kabupaten/Kota (Profil Dinas Kesehatan Deli Serdang, 2015).

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk menganalisis

Manajemen Logitsik Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Lubuk Pakam.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana Economic Order Quantity (EOQ) di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang Lubuk Pakam?

2. Bagaimana ROP (lengkapi)

3. Bagaimana leadtime (lengkapi)


4. Bagaimana buffer stock (lengkapi)

1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran manajemen

logistik obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam.

1.4 MANFAAT

Manfaat dari pembuatan laporan ini terdiri atas:

1. Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

2. Sebagai referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai manajemen logistik obat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

2.1.1 Pengertian Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model manajemen persediaan.

EOQ sangat berguna untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang dapat

meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Selain itu, EOQ juga

berguna untuk mengatasi masalah berkaitan dengan ketidakpastian melalui persediaan

pengaman (safety stock).

Untuk memperjelas pengertian tentang Economic Order Quantity (EOQ), ada beberapa

pendapat tentang Economic Order Quantity diantaranya adalah:

a. Menurut Gitosudarmo, 2002

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan volume atau jumlah pembelian yang

paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi

kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya)

yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan

pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal.

b. Menurut Yamit, 1999

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pesanan yang dapat

meminimumkan total biaya persediaan, pembelian yang optimal. Untuk mencari

berapa total bahan yang tetap untuk dibeli dalam setiap kali pembelian untuk

menutup kebutuhan selama satu periode.

c. Menurut Riyanto, 2001


Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat

diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah

pembelian yang optimal.

EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal,

atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Pada pendekatan Economic

Order Quantity (EOQ), tingkat ekonomis dicapai pada keseimbangan antara biaya pemesanan

dan biaya penyimpanan.

Jika persediaan besar maka biaya pemesanan akan turun tetapi biaya penyimpanan naik.

Sebaliknya, jika persediaan kecil maka biaya pemesanan akan naik tetapi biaya penyimpanan

turun. Dalam menentukan EOQ sangat dipengaruhi oleh faktor tinggi rendahnya tingkat

permintaan bahan baku hingga datangnya pesanan. Dengan adanya faktor tersebut maka EOQ

diklasifikasikan menjadi 2 model yaitu EOQ model deterministik dan probabilistik.

2.1.2 EOQ Deterministik

EOQ deterministik adalah suatu model EOQ dimana parameter sistem pengawasan

sediaan dianggap selalu sama atau tidak berubah. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk EOQ

deterministik adalah:

a. Selama periode yang bersangkutan tingkat harga barang konstan.

b. Setiap saat akan diadakan pembelian selalu ada dana.

c. Pemakaian bahan relative stabil dari waktu ke waktu selama periode yang

bersangkutan.

d. Bahan yang bersangkutan selalu tersedia di pasar setiap saat akan dibeli.

e. Fasilitas penyimpanan selalu tersedia berapa kalipun pembelian akan diadakan.

f. Tidak ada kehendal manajemen dalam berspekulasi.

2.1.3 EOQ Probabilistik


EOQ probabilistik adalah suatu model EOQ dimana parameter-parameter dari sistem

pengawasan persediaan tidak dapat diketahui dengan pasti.

Menurut (Siswanto, 1985), suatu model dikatakan probabilistik apabila satu dari

demand atau leadtime atau bahkan keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti dimana

perilakunya harus diuraikan dengan distribusi probabilitas.

Dalam model probabilistik yang menjadi hal pokok adalah analisis perilaku persediaan

selama lead time. Karena pada kondisi ini, lead time dan demand bersifat probabilistik, maka

akan ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi:

a. Demand atau tingkat pemakaian tidak tetap namun leadtime atau periode datangnya

pesanan tetap.

b. Leadtime tidak tetap namun demand tetap.

c. Demand dan leadtime tidak tetap.

Apabila demand atau tingkat pemakaian tidak tetap namun leadtime atau periode

datangnya pesanan tetap, maka sebelum menentukan kapan pemesanan dilakukan terlebuh

dahulu harus menentukan leadtime yang diharapkan (expected leadtime). Tetapi jika leadtime

dan demand tidak tetap, maka untuk menentukan EOQ dan kapan sebaiknya dilakukan

pemesanan, terlebih dahulu harus menentukan tingkat pemakaian yang diharapkan selama

leadtime (expected usage during leadtime).

Perumus EOQ :

EOQ terjadi bila biaya pemesanan = penyimpanan

(D/Q) x S = (Q/2) x H

2DS = HQ²

Q² = (2DS) / HMaka Q’ = (√2DS / H )

Keterangan :

D = jumlah kebutuhan barang (unit/tahun)


S =biaya pemesanan (rupiah/pesanan)

h = biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang)

C = harga barang (rupiah/unit)

H = h x C = biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun)

Q = jumlah pemesanan (unit/pesanan)

2.2 ROP

2.3 LEADTIME

2.4 BUFFER STOCK


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 PERENCANAAN PENGADAAN OBAT PADA DINKES KABUPATEN DELI

Perencanaan Pengadaan obat pada Dinkes Kabupaten Deli menggunakan metode

konsumsi yaitu metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi perbekalan farmasi pada

tahun sebelumnya.

Dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun.

2. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan.

3. Menghitung kekurangan jumlah obat.

4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya pertahun.

5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang.

6. Menghitung leadtime (waktu tunggu).

7. Menentukan stok pengaman.

8. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang.

9. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran yang akan dating

Perhitungan Perkiraan Kebutuhan Obat

Menurut Depkes RI (1990) pada pedoman perencanaan obat dan pengelolaan obat,

bahwa dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat harus sesuai dengan standar yang

ditetapkan. Ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perhitungan perkiraan

kebutuhan obat sesuai dengan peraturan Depkes RI (1990), yaitu :

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun


Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah obat yang dikeluarkan dengan kecukupan

untuk jangka waktu tertentu dan data dapat diperoleh dari kartu stok.

Pemakaian nyata per tahun = stok awal + jumlah yang diterima - sisa stok (yang dihitung
per 1 November) - jumlah obat yang hilang/rusak/kadaluarsa.

2. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan

Untuk mengetahui pemakaian rata-rata perbulan kita dapat menggunakan rumus

sebagai berikut.

Menghitung Pemakaian Rata-rata per bulan = pemakaian nyata obat per tahun : berapa
bulan obat habis dipakai

3. Menghitung kekurangan obat

Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan pada saat terjadi kekosongan

obat.

Menghitung kekurangan obat = waktu kekosongan obat x pemakaian rata-rata per bulan

4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya (riil) pertahun

Merupakan jumlah obat yang sesungguhnya dibutuhkan selama 1 tahun.

Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun = angka pemakaian nyata per
tahun + angka kekurangan obat.

5. Menghitung waktu tunggu (LeadTime)

Jumlah waktu tunggu adalah jumlah obat yang diperlukan sejak rencana kebutuhan

diajukan sampai dengan obat diterima

Menghitung waktu tunggu = pemakaian rata-rata per bulan x waktu yang dibutuhkan
sejak rencana kebutuhan obat diajukan sampai dengan obat diterima.
6. Menentukan stok pengaman

Merupakan jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya kekosongan

obat

Nilai stok pengaman dapat diperoleh berdasarkan pengalaman dari monitoring


dinamika logistik.

Dalam hal perkiraan perhitungan kebutuhan obat di instalasi farmasi Dinas Kesehatan

Deli serdang diketahui bahwa mereka tidak melakukan perhitungan perkiraan kebutuhan obat

yang seharusnya. Hanya saja dalam perencanaan kebutuhan obat untuk tahun berikutnya

berdasarkan pemakaian tahun lalu. Pemakaian tahun lalu ini dibuat dalam bentuk laporan yang

namanya LPLPO. LPLPO ini merupakan laporan bulanan dari puskesmas. Setelah itu LPLPO

ini dilaporkan ke dinas kesehatan deli serdang per triwulan untuk direkap. Hasil rekapan

LPLPO ini dilakukan perhitungan yaitu jumlah pemakaian rata-rata per bulan dikalikan dengan

18 bulan. Pada kenyataannya kita tahu bahwa dalam 1 tahun ada 12 bulan. Tetapi, 18 bulan ini

diperoleh dari penambahan 6 bulan yang dijadikan sebagai stok pengaman (Buffer Stock).
DAFTAR PUSTAKA
Diagustin, R. (2016). Rancang Bangun Aplikasi Pengelolaan Persediaan Obat Dan Peralatan
Medis Pada Dinas Kesehatan Tulungagung. Thesis.

Lubis, A. (2017). Analisis Manajemen Logistik Obat Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2017. Skripsi.

Rosmania, F. A., & Supriyanto, S. (2015). Analisis Pengelolaan Obat Sebagai Dasar
Pengendalian Safety Stock Pada Stagnant Dan Stockout Obat. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, 1-10.

Utama, R. N. (2012). Pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Pengendalian Dan


Perencanaan Persediaan Obat Di Puskesmas Pada Lingkungan Dinas Kesehatan
Bandung . Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai