Anda di halaman 1dari 82

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cempaka Putih


1.1.1. Keadaan Geografis
Kecamatan Cempaka Putih adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah
Kota madya Jakarta Pusat, memiliki wilayah seluas 4,67 Km2 yang terbagi
menjadi tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Cempaka Putih Timur (2,22 Km2),
Kelurahan Cempaka Putih Barat (1,21 Km2) dan Kelurahan Rawasari (1,24
Km2). Jumlah Rukun Warga di Kecamatan Cempaka Putih Sebanyak 30,
sedangkan Rukun Tetangga sejumlah 366 (Laporan Profil Kesehatan PKM
Kecamatan Cempaka Putih 2017). Dengan batas wilayah :
1. Sebelah Utara : Jl. Suprapto (Kecamatan Kemayoran).
2. Sebelah Barat : Jl. Pramuka (Kecamatan Matraman).
3. Sebelah Selatan : Jl. Rawa Selatan, Jl. Mardani (Kecamatan Cempaka
Putih).
4. Sebelah Timur : Jl. Jendral Ahmad Yani (Kecamatan Pulo Gadung).

Gambar 1.1 Peta Kecamatan Cempaka Putih (Sumber : Laporan Profil Kesehatan PKM
Kecamatan Cempaka Putih 2017)
Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih

Kelurahan Luas wilayah Jumlah RW Jumlah RT


(Km)
Cempaka Putih Barat 1,21 13 151

Cempaka Putih Timur 2,22 8 106

Rawa sari 1,24 9 109


Jumlah 4,67 30 366
Sumber: Laporan Tahunan PKM Kecamatan Cempaka Putih, 2017

Dari tabel di atas menunjukkan kelurahan Cempaka Putih Timur memiliki


wilayah paling besar yaitu 2,22 Km dibandingkan dengan 2 kelurahan yang lain.

1.1.2 Keadaan Demografi


Jumlah penduduk kecamatan Cempaka Putih sampai akhir bulan Desember 2017
adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Cempaka Putih

Kelurahan Jumlah Penduduk


Cempaka Putih Timur 26.942

Cempaka Putih Barat 44.112

Rawa sari 29.681


Jumlah 100.735
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah,
Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawa sari, 2017

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Kelurahan Laki-Laki Perempuan


Cempaka Putih Timur 11.345 12.643

Cempaka Putih Barat 18.663 19.042

Rawa sari 13.140 10.019


Jumlah 43.148 41.704
Sumber: Laporan Tahunan PKM Kecamatan Cempaka Putih, 2017
Jumlah penduduk di Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan 44.112 merupakan
yang tertinggi dibandingkan dengan Kelurahan Cempaka Putih Timur dan
Kelurahan Rawa sari. Disusul oleh Kelurahan Rawa sari dengan 29.681 penduduk
dan Kelurahan Rawa sari sebesar 26.942 penduduk.

Tabel 1.4 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Jenis Pendidikan Kelurahan Jumlah
Cempaka Cempaka Rawa Penduduk
Putih Putih sari
Timur Barat
Tidak Sekolah 385 - 1.090 1.475

Tidak Tamat SD/Sederajat 4.388 158 523 5.069

Tamat SD/Sederajat 4.933 2.170 1.076 8.179

Tamat SLTP/Sederajat 7.558 2.809 1.945 12.312

Tamat SLTA/Sederajat 6.886 19.103 759 26.748

Tamat Universitas/PT 1.963 3.410 158 5.531


Jumlah 26.113 27.650 5.551 59.314
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah,
Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawa sari, 2017

Menurut data di atas mayoritas penduduk di Kelurahan Rawa sari memiliki


tingkat Pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan Kelurahan Cempaka
Putih Barat dan Timur. Dilihat berdasarkan jumlah penduduk di Kelurahan Rawa
sari yang tidak sekolah sebesar 1.090 dan yang tamat Universitas/PT hanya sebesar
158 orang. Sedangkan Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan Kelurahan yang
lebih baik tingkat pendidikan pada penduduknya dilihat dari tidak adanya penduduk
yang tidak sekolah dan jumlah penduduk yang tamat Universitas/PT sebesar 3.410.
Tabel 1.5 Gambaran Penduduk Menurut Tenaga Kerja
Jenis Pencaharian Kelurahan Jumlah
Cempaka Cempaka Rawa Penduduk
Putih Putih sari
Timur Barat
Karyawan 6.294 6.099 3.312 15.705

Pedagang 2.915 9.156 398 12.469

Pegawai Negeri Sipil 4.891 2.567 2.389 9.856

TNI/POLRI 41 1.710 25 1.776

Pensiunan TNI/POLRI/PNS 2.954 3.385 881 7.220

Pertukangan 1.149 73 21 1.243

Lain-lain 6.323 111 3.407 9.841


Jumlah 24.567 23.110 10.433 58.110
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawa sari.

Dari data di atas, terlihat penduduk di Kecamatan Cempaka Putih Paling


banyak bekerja sebagai Karyawan dengan total 15.705 penduduk.

Tabel 1.6 Sarana Umum di Kecamatan Cempaka Putih


No. Sarana Umum dan Lingkungan Jumlah
1 Masjid/ Musholla/ Gereja 31/9/2

2 Panti Asuhan 2

3 Restaurant dan Rumah Makan 101

4 Tempat-tempat Umum 134

5 Tempat Pembuangan Sampah 3

6 Sarana Air Bersih (PAM dan Sumur Bor dengan Pompa ) 10.981

7 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) 1

8 Pasar 3
Sumber : Laporan Tahunan PKM Kecamatan Cempaka Putih, 2017
Tabel 1.7 Jumlah Rumah Tinggal di Kecamatan Cempaka Putih
Jenis Bangunan Cempaka Cempaka Rawa Jumlah
Putih Timur Putih sari
Barat
Rumah permanen 874 1.044 2.992 4.910

Rumah Semi Permanen 1.582 857 69 2.508

Rumah Biasa 807 54 - 861

Rumah Susun - 1 - 1

Rusun Apartemen - - 1 1

Sumber : Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawa sari

Mayoritas penduduk di Kecamatan Cempaka Putih bertempat tinggal di


rumah permanen dan semi-permanen berdasarkan jumlah masing-masing yaitu
4.910 dan 2.508. Di daerah Rawa sari menyumbangkan nilai terbesar dari rumah
permanen sebesar 2.992 dibandingkan dengan wilayah yang lain.

Tabel 1.8 Jumlah Sekolah di Kecamatan Cempaka Putih


SEKOLAH
TK SD SMP SMA SMK MA
Swas Neg Swas Neg Swas Neg Swas Neg Neg
Cempaka 10 5 2 4 1 1 0 3 0 0
Putih Barat

Cempaka
Putih 8 3 7 0 3 0 2 0 1 1
Timur

Rawa sari
10 2 4 2 1 1 0 1 0 0
Jumlah 28 10 13 6 5 2 2 4 1 1
Sumber : Laporan Tahunan PKM Kecamatan Cempaka Putih, 2017
Tabel 1.9 Sarana Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Cempaka Putih

No Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jumlah


1 Puskesmas Kelurahan 3

2 Puskesmas Keliling 2

3 Klinik Pratama 23

4 Bidan Praktik Mandiri 3

5 Dokter Praktik Mandiri 12

6 Rumah Sakit 4

7 Pengobatan Tradisional 7

8 Apotek 7
Sumber: Laporan Tahunan PKM Kecamatan Cempaka Putih, 2017

Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan terbanyak di


Cempaka Putih adalah Klinik Pratama sebanyak 23 Klinik.

1.2 Gambaran Umum Puskesmas


Kesehatan merupakan hak azasi yang tercantum dalam UUD 1945, pasal 28
H ayat 1 dan UU No 23 tahun 1992 sehingga kesehatan perlu diupayakan,
diperjuangkan, dan ditingkatkan serta dipelihara oleh setiap individu dan seluruh
komponen bangsa agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat yang pada
akhirnya dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal.
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh
orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat.
Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan,
salah satu diantaranya yang penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
(Blum, 1974).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pelayanan kesehatan
strata pertama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mencapai hasil
optimal dan meningkatkan mutu serta kinerja Puskesmas, Departemen Kesehatan
sejak tahun 2002 telah melaksanakan revitalisasi Puskesmas yang meliputi
pengembangan kebijakan Puskesmas, pengadaan tenaga, perbaikan fisik dan
peralatan (Depkes 2006). Pembahasan tentang Puskesmas telah tertuang dalam SK
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat.

1.2.1 Definisi Puskesmas


Puskesmas ialah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan
yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu
yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun
tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi
pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Jumlah kegiatan pokok
puskesmas diserahkan pada setiap puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan
kemampuan sumber daya yang dimiliki namun puskesmas tetap melaksanakan
kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif. Tidak sebatas pada aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti rumah sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis
organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat
reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar
dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan
kesehatan menjadi paradigma sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi
perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara
lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif.
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat.
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee
for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi.
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah
(partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)
menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.

1.2.2 Wilayah Kerja Puskesmas


Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah
kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II
sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh walikota / bupati
dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten / kota. Sasaran
penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 - 50.000
penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000
jiwa atau lebih merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.2.3 Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Pelayanan tersebut ditunjukkan kepada semua penduduk tidak membedakan
jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.

1.2.4 Fungsi Puskesmas


Untuk mencapai Indonesia sehat 2015, Puskesmas harus menjalankan
fungsinya secara optimal. Adapun fungsi Puskesmas sebagai berikut :
1. Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menerapkan,
menyelenggarakan dan memantau progran kesehatan. Pemberadayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan
utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat
jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.

Untuk melaksanakan fungsinya, Puskesmas menjalankan beberapa proses.


Proses ini dilaksanakan dengan cara :
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk pada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
4. Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.
5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program Puskesmas.

Setiap kegiatan yang dilakukan di puskesmas memerlukan evaluasi untuk


menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat
indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas.
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang menilai tatanan
sekolah, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat – tempat umum
mempunyai indikator :
a. Tersedianya air bersih
b. Tersedianya jamban yang saniter
c. Tersedianya larangan merokok
d. Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP
2. Pusat pemberdayaan masyarakat, indikatornya :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
b. Tumbuh dan kembangnya LSM
c. Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, meliputi :
a. Promosi kesehatan masyarakat
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )
d. KB ( Keluarga Berencana )
e. Perbaikan gizi masyarakat
f. P2M ( Pemberantasan Penyakit Menular )
g. Pengobatan dasar

Sebagai satu unit organisasi yang melaksanakan berbagai usaha di bidang


kesehatan, Puskesmas memiliki wewenang dan tanggung jawab di wilayah kerja
tertentu, biasanya satu wilayah kerja Puskesmas didasarkan atas beberapa faktor
yaitu:
1. Jumlah penduduk
2. Keadaan geografis
3. Keadaan sarana dan perhubungan dan dan
4. Keadaan infra struktur masyarakat lainnya.

1.2.5 Peran Puskesmas


Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
vital sebagai institusi pelaksana teknis dituntut memiliki kemampuan managerial
dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang
tersusun rapi serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung-jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan
kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan kebutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing – masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

1.2.6 Visi Puskesmas


Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat menuju
terwujudnya Indonesia sehat 2016. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat
adalah :
1. Lingkungan sehat.
2. perilaku penduduk yang sehat.
3. Cakupan kesehatan yang bermutu.
4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan.

1.2.7 Misi Puskesmas


Dalam rangka untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2016” ditetapkan misi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yang bertujuan
guna mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di
bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan
menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan berusaha untuk memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan
dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa
diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi
kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang
dilakukan Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari sisi yang
bersangkutan.

Untuk mencapai misi Puskesmas di atas digunakan strategi sebagai berikut :


a. Meningkatkan profesionalisme petugas
b. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan
c. Mengembangkan kemandirian Puskesmas sesuai dengan kewenangan
yang diberikan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota
d. Mengembangkan dan menetapkan azas kemitraan serta pemberdayaan
masyarakat dan keluarga
1.2.8 Upaya Kesehatan Wajib Masyarakat
Upaya kesahatan wajib masyarakat adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut antara lain :
1. Promosi kesehatan masyarakat
2. Kesehatan masyarakat
3. KIA ( Kesehatan ibu dan anak )
4. KB ( Keluarga Berencana )
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
7. Pengobatan Dasar

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai


satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk
kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah
kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

Tabel 1.7 Upaya Kesehatan Wajib, Kegiatan dan Indikator dalam Puskesmas

Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator


Promosi Kesehatan Promosi hidup bersih dan Tatanan sehat
sehat
Perbaikan perilaku sehat

Kesehatan Lingkungan Penyehatan pemukiman Cakupan air bersih


Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Kesehatan ibu dan anak Cakupan rumah sehat
ANC Cakupan K1, K4
Pertolongan persalinan Cakupan linakes

MTBS Cakupan MTBS


Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
Imunisasi Cakupan imunisasi
Keluarga Berencana Pelayanan Keluarga Cakupan MKJP non
Berencana MKJP

Pemberantasan penyakit Diare Cakupan kasus diare


menular ISPA Cakupan kasus ISPA
DBD Cakupan kasus DBD
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan

Gizi Distribusi vit A/ Fe / cap Cakupan vit A /Fe / cap


yodium yodium
PSG % gizi kurang / buruk,
SKDN
Promosi Kesehatan % kadar gizi

Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan


UGD Jumlah kasus yang
ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan
Sumber : Trihono.2005.Manajemen Kesehatan , Arrimes,ed.

Di samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas


seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk
melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat seperti Pekan
Imunisasi Nasional. Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun
perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah
Daerah.

Sedangkan upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang


ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada
yakni :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public Health Nursing/PHN)
3. Upaya Kesehatan Gigi dan mulut
4. Upaya Kesehatan Jiwa
5. Upaya Kesehatan Usia lanjut
6. Upaya Kesehatan Remaja

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya


inovasi yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya
kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan
pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas
kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
Puskesmas adalah :
1. Upaya Kesehatan Dasar
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
c. Upaya Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Kesehatan Lingkungan
f. Upaya Pengendalian Penyakit Menular
g. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
e. Upaya Kesehatan Jiwa
f. Upaya Kesehatan Mata
g. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
h. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus


menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran
puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas pemberdayaan masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program
puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang
harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan
masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Pokestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).

3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain:
i.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan dan pengobatan.
ii.UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi
kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja dan kesehatan jiwa.
iii.Puskesmas keliling : Keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
Gizi, promosi kesehatan, dan Kesehatan gigi.
iv.Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan
jiwa dan promosi kesehatan.

b. Keterpaduan Lintas Sektor.


Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatn dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral
antara lain :
i.UKS : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan dan agama.
ii. Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan
pertanian.
iii. KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan
PLKB.
iv.Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi,
dunia usaha dan organisasi kemsyarakatan.
v. Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan
ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal
dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua
macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis)
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal).
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
i.Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan
medis (contoh : operasi) dan lain-lain.
ii.Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
iii.Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas
dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di
puskesmas.

b. Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan)


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran
lingkungan dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga
dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya
kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas
kesehatan kabupaten/kota. Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan
atas tiga macam :
i.Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan
bahan pakaian.
ii.Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
iii.Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan
masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.

1.3 Visi Misi dan Prinsip Dasar Puskesmas Cempaka Putih


Visi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih:
Menjadikan Puskesmas Pilihan Utama di DKI Jakarta
Misi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih:
1) Meningkatkan SDM yang berkualitas dan kompeten secara berkelanjutan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan secara menyeluruh yang berorientasi pada
kebutuhan pelanggan.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang aman, nyaman, dan berkualitas.
4) Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan harmonis
5) Meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan lintas sektoral.

Nilai-nilai Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih:


1) Integrasi
2) Profesional
3) Kerja sama
4) Inovatif
5) Empati

Branding Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih:


1) Ramah
2) Nyaman
3) Terpercaya

1.3.2 Wilayah Kerja


Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih meliputi 3 wilayah Kelurahan yaitu
Cempaka Putih Barat, Cempaka Putih Timur, dan Rawa sari. Seluruh kelurahan di
Cempaka Putih masuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih.

1.3.3 Sumber Daya Manusia

Tabel 1.11 Pegawai Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jenis Tingkat Pendidikan


Ketenagakerjaan S2 S1 D4 D3 D1 SPRG/SPK/SMF/SMA
Kepala Puskesmas 1 0 0 0 0 0
Kepala Tata Usaha 1 0 0 0 0 0
Epidemiologi 0 1 0 0 0 0
Penyuluh Kesehatan 0 1 0 0 0 0
Dokter Umum 0 24 0 0 0 0
Dokter Gigi 0 8 0 0 0 0
Bidan 0 0 1 24 4 0
Perawat 0 5 0 29 0 1(SPK)
Perawat Gigi 0 0 0 2 0 (1SPRG)
Analisis Kesehatan 0 0 0 5 0 1(SMAK)
Sanitarian 0 0 0 3 0 0
Nutrisionis 0 0 0 2 1 0
Apoteker 0 3 0 0 0 0
Asisten Apoteker 0 0 0 7 0 4(SMF)
Administrasi Umum 0 4 0 4 0 25(SMA)
Pengemudi 0 0 0 0 0 6(SMA)
Cleaning Service 0 0 0 0 0 17(SMA)
Satpam 0 0 0 0 0 18(SMA)
Jumlah 2 46 1 76 77 73
Total 203

Sumber: Laporan Tahunan PKM Kecamatan Cempaka Putih, 2017


1.4 Program Keluarga Berencana di Puskesmas Kecamatan Cempaka
Putih
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program
pemerintah dalam rangka menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Program KB di Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada pengaturan kelahiran
dalam rangka pengendalian penduduk dan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak,
berkembangnya isu HAM, termasuk hak-hak reproduksi dan hak-hak perempuan
(kesejahteraan gender) mendorong program KB untuk memberikan penekanan
yang sama pada program kesehatan reproduksi serta peningkatan partisipasi pria.
Pemakaian kontrasepsi mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pengendalian
kelahiran dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi. Tujuan Keluarga
Berencana secara umum adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan
kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (BKKBN, 2014).

1.4.1 Tujuan
Keluarga berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga
kehamilan hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Tujuannya agar :
1. Tujuan umum berupa menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan
kesehatan ibu sehingga mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) melalui pengendalian pertumbuhan, meningkatkan
keikut sertaan kelestrarian ber – KB seluruh pelosok sehingga akan
menurunkan angka fertilitas yang bermakna.
2. Tujuan khusus berupa; Meningkatkan pemerataan pemakaian MKJP baik
terhadap peserta baru maupun kb aktif, meningkatkan dan semakin
meratanya penggarapan terhadap generasi muda dalam kaitannya dengan
pendewasaan usia kawin dan sebagai bantuan mendukung gerakan KB
nasional di daerah, Semakin meratanya kemandirian masyarakat dalam ikut
serta memberikan pelayanan atau mendapatkan pelayanan KB
(BKKBN,2014).
1.4.2 Sasaran
Sasaran program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
dan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM). Jumlah pasangan usia subur yang
menjadi 24 sasaran program ditetapkan berdasarkan survei pasangan usia subur
yang dilaksanakan sekali setiap tahun dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh
PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) di masing-masing kelurahan atau
dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) (BKKBN,2014).
Sasaran program Keluarga Berencana mempunyai tiga sasaran diantaranya :
1. Sasaran Primer Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui
untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan
remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran
primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
2. Sasaran sekunder Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat
sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi
masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social
support).
3. Sasaran tersier Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik
ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan
dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh
masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran
primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini
sejalan dengan strategi advokasi (BKKBN,2014).

1.4.3 Program dan Upaya


Program dan Upaya KB Nasional antara lain :
1. Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dan konseling calon
pengantin.
2. Konseling dan pelayanan KB pada WUS/PUS
3. Promosi KB pasca persalinan
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Penerangan dan motivasi
6. Pelembagaan program
7. Pendidikan KB
8. Pendidikan dan pelatihan tenaga program
9. Pelayanan KB
10. Pencapaian peserta KB Baru
11. Pencapaian peserta KB Aktif
12. Prasarana dan Sarana
13. Pelaporan dan Penelitian

1.4.4 Ruang Lingkup


Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat
(pada saat kunjungan, posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa wisma
dan sebagainya). Termasuk dalam kegiatan penyuluhan ini adalah konseling untuk
PUS (BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012).
Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, meliputi :
1. IUD
2. Pil KB
3. Implant (susuk KB)
4. Suntik
5. Kondom
Kegiatan program KB di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih adalah
mengadakan penyuluhan KB, menyediakan alat-alat kontrasepsi dan memberikan
pelayanan KB pada usia subur serta mengadakan pelayanan KB keliling.
Akseptor KB terdiri dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah
akseptor yang baru mengikuti program KB pertama kali tetapi belum tentu
berdomisili di Kecamatan Cempaka Putih. Sedangkan KB aktif adalah akseptor
yang mengikuti KB terusmenerus yang berdomisili di Kecamatan Cempaka Putih
(BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012).

1.4.5 Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain
(BKKBN,2014):
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach). Diarahkan untuk
meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian) yang
dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikanberbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai
kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan
kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach) Memadukan pelaksanaan
kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan menggerakkan potensi
yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan
memberi manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach) Meningkatkan kualitas pelayanan
baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien)
sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach) Memberikan peluang
kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu
untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach) Strategi tiga dimensi
program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dibagi dalam tiga
tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :
a. Tahap perluasan jangkauan Pola tahap ini penggarapan program lebih
difokuskan lebih kepada sasaran :
 Coverage Wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih
diutamakan pada penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah
Jawa, Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan
yang besar
 Coverage Khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya.
Pada tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada
pendekatan klinik.
b. Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu
tahap perluasan jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas
jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap ini inkator kuantitatif
kesertaan ber- KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan
kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan
momentum-momentum besar.
c. Tahap pembudayaan program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh
Indonesia. Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa
PUS yang menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi
dengan pendekatan Takesra (Tabungan Keluarga Sejahtera) dan
Kukesra (Kredit Usaha Keluarga Sejahtera).

Adapun kegiatan/cara operasional pelayana KB adalah sebagai berikut :


1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Pelayanan komunikasi,
informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan penerangan
konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan
massa melalui media cetak, elektronik. Dengan penerangan, motivasi
diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam ber KB, melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB Dikembangkan
program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai calon ibu
atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai
potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat
dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Dalam mencapai
sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu: pengembangan
gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera dan
gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program
ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa
aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah PSM ditonjolkan
(pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas
Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik
petugas KB, bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan
(Saifuddin A B, 2003).

1.4.6 Macam Metode Kontrasepsi yang Ada Dalam Program KB (Keluarga


Berencana) Di Indonesia
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Coitus Interuptus, metode Kalender, Metode Lendir Serviks
(MOB), Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan
antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, dan spermisida.
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang
berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.

3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon. Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam
yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).
MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah
pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan
Vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga
cairan sperma tidak diejakulasikan.
4. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2
macam yaitu pil dan AKDR (Cunningham F G, Gant NF, 2009).

1.4.7 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana di Puskesmas Wilayah


Kecamatan Cempaka Putih 2018
Akseptor KB terdiri dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah
akseptor yang baru mengikuti program KB pertama kali tetapi belum tentu
berdomisili di Kecamatan Cempaka Putih. Sedangkan KB aktif adalah akseptor
yang mengikuti KB terus-menerus yang berdomisili di Kecamatan Cempaka Putih.
Secara umum, berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Prov. DKI
Jakarta tahun 2008, target untuk peserta KB baru dan KB Aktif tahun 2018 adalah
100% dari PPM (Perkiraan Permintaan Masyarakat).

Indikator pelayanan KB :

1. Tenaga
2. Sarana dan prasarana
3. Cakupan pelayanan

1.5. Pencapaian Target Cakupan Program Keluarga Berencana di Puskesmas


Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Oktober 2018
Berikut ini adalah data – data pencapaian target cakupan program KB di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Oktober 2018 yang
didapatkan dari laporan bulanan program Keluarga Berencana di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Oktober 2018, yaitu sebagai berikut

Tabel 1.8 Indikator Pelayanan Program KB


No Indikator Target 1 Tahun Target 10 Bulan
1 Akseptor KB Aktif 100 % 83%
2 Akseptor KB Pasca Persalinan 100% 83%
3 Jumlah PUS 4T BerKB 100% 83%
4 Jumlah Akseptor KB yang 0% 0%
mengalami Efek samping
5 Jumlah Akseptor KB yang 0% 0%
mengalami komplikasi
6 Akseptor KB yang mengalami 0% 0%
kegagalan
7 Akseptor KB yang Drop Out 0% 0%

Peserta KB aktif di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih meliputi peserta KB


aktif dengan kondom, suntik, pil, implan, AKDR, MOW dan MOP, sedangkan
peserta KB Pasca Persalinan meliputi peserta KB Pasca Persalinan dengan kondom,
suntik, pil, implan, AKDR pasca plasenta, AKDR <42 hari, MOW, dan MOP.
Pada cakupan peserta KB aktif digunakan jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) sebagai pembanding. Adapun jumlah PUS pada kecamatan Cempaka Putih
mencapai 14.529 PUS yang terdiri dari 4.362 PUS di Kelurahan Cempaka Putih
Timur, 6.298 PUS di Kelurahan Cempaka Putih Barat dan 3.869 PUS di Kelurahan
Rawasari. Sedangkan pada cakupan KB Pasca Persalinan digunakan jumlah ibu
yang bersalin pada periode yang sama di Kecamatan Cempaka Putih sebagai
pembanding. Adapun jumlah ibu yang bersalin di Kecamatan Cempaka Putih pada
periode Januari-Oktober sebanyak 1.306 ibu, yang terdiri dari 380 ibu melahirkan
di Kelurahan Cempaka Putih Timur, 590 ibu di Kelurahan Cempaka Putih Barat,
dan 336 ibu di Kelurahan Rawasari.

Tabel 1.9 Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka


Putih periode Januari – Oktober 2018
Jumlah PUS KB Aktif Pencapaian Target
No Kelurahan
(a) (b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 4362 3863 88,6 83%
Timur
Cempaka Putih
2 6298 5383 85,4 83%
Barat
3 Rawasari 3869 3045 78,7 83%
Total PKM Kec. 14529 12291 84,6 83%

Tabel 1.10 Cakupan Peserta KB Aktif dengan Kondom di Puskesmas se-


Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Kondom Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 258 6,67 11,9
Timur
Kondom Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
2 5383 611 11,35 11,9
Barat
3 Rawasari 3045 715 23,48 11,9
Total PKM Kec. 12291 1584 12,89 11,9

Tabel 1.11 Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil di Puskesmas se-


Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a) Pil (b)
(b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 519 13,43 11,9
Timur
Cempaka Putih
2 5383 1590 29,53 11,9
Barat
3 Rawasari 3045 660 21,67 11,9
Total PKM Kec. 12291 2769 22,52 11,9

Tabel 1.12 Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Suntik di Puskesmas se-


Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Suntik Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 1922 49,75 11,9
Timur
Cempaka Putih
2 5383 1835 34,08 11,9
Barat
3 Rawasari 3045 890 29,22 11,9
Total PKM Kec. 12291 4647 37,8 11,9
Tabel 1.13 Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB AKDR di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
AKDR Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 Timur 3863 847 21,92 11,9

Cempaka Putih
2 5383 771 14,32 11,9
Barat
3 Rawasari 3045 571 18,75 11,9
Total PKM Kec. 12291 2189 17,8 11,9

Tabel 1.14 Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di Puskesmas se-


Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Implan Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 208 11,9
Timur 5,38
Cempaka Putih
2 5383 415 7,7 11,9
Barat
3 Rawasari 3045 103 3,38 11,9
Total PKM Kec. 12291 726 5,9 11,9

Tabel 1.15 Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOW di Puskesmas se-


Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
MOW Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 104 2,69 11,9
Timur
MOW Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
2 5383 141 2,61 11,9
Barat
3 Rawasari 3045 93 3,05 11,9
Total PKM Kec. 12291 338 2,75 11,9

Tabel 1.16 Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOP di Puskesmas se-


Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
MOP Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 5 0.12 11,9
Timur
Cempaka Putih
2 5383 20 0.37 11,9
Barat
3 Rawasari 3045 13 0.42 11,9
Total PKM Kec. 12291 38 0.3 11,9

Tabel 1.17 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan


Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Sasaran Bulin KBPP Pencapaian Target
No Puskesmas
(a) (b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 380 4 0,1 83
Timur
Cempaka Putih
2 590 21 0,39 83
Barat
3 Rawasari 336 6 0,20 83
Total PKM Kec. 1306 31 0,25 83
Tabel 1.18 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Kondom di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Kondom Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 4 0 0 10,3
Timur
Cempaka Putih
2 21 0 0 10,3
Barat
3 Rawasari 6 0 0 10,3
Total PKM Kec. 31 0 0 10,3

Tabel 1.19 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas


se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Pil Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 4 0 0 10,3
Timur
Cempaka Putih
2 21 0 0 10,3
Barat
3 Rawasari 6 0 0 10,3
Total PKM Kec. 31 0 0 10,3

Tabel 1.20 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di


Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Suntik Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 4 2 50 10,3
Timur
2 Cempaka Putih 21 12 57,14 10,3
3 Rawasari 6 3 50 10,3
Suntik Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Total PKM Kec. 31 17 54,8 10,3

Tabel 1.21 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR Pasca


Plasenta dengan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari
– Oktober 2018
AKDR Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a)
PP (b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 4 1 10,3
Timur 25
Cempaka Putih
2 21 0 10,3
Barat 0
3 Rawasari 6 0 0 10,3
Total PKM Kec. 31 1 3,22 10,3

Tabel 1.22 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR <42 Hari
PP dengan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari –
Oktober 2018
AKDR
Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a) <42 hari
(b/ax100%) (%)
PP (b)
Cempaka Putih
1 4 1 25 10,3
Timur
Cempaka Putih
2 21 7 33,3 10,3
Barat
3 Rawasari 6 2 33,3 10,3
Total PKM Kec. 31 10 32,25 10,3
Tabel 1.23 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Implan Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 4 0 0 10,3
Timur
Cempaka Putih
2 21 2 9,52 10,3
Barat
3 Rawasari 6 1 16,67 10,3
Total PKM Kec. 31 3 9,68 10,3

Tabel 1.24 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOW dengan


di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
MOW Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 4 0 10,3
Timur 0
Cempaka Putih
2 21 0 10,3
Barat 0
3 Rawasari 6 0 0 10,3
Total PKM Kec. 31 0 0 10,3

Tabel 1.25 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOP di


Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Pencapaian Target
No Puskesmas KBPP (a) MOP (b)
(b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 4 0 0 10,3
Timur
Cempaka Putih
2 21 0 0 10,3
Barat
3 Rawasari 6 0 0 10,3
Total PKM Kec. 31 0 0 10,3
Tabel 1.27 Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Perserta
KB PUS Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
4T (b/ax100%) (%)
(b)
Cempaka Putih
1 3863 149 3.85 83
Timur
Cempaka Putih
2 5383 351 6,52 83
Barat
3 Rawasari 3045 191 6,27 83
Total PKM Kec. 12291 691 5,62 83

Tabel 1.26 Cakupan Peserta KB yang Mengalami Efek Samping di Puskesmas


se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Efek
Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a) Samping
(b/ax100%) (%)
(b)
Cempaka Putih
1 3863 0 0 0
Timur
Cempaka Putih
2 5383 0 0 0
Barat
3 Rawasari 3045 0 0 0
Total PKM Kec. 12291 0 0 0
Tabel 1.26 Cakupan Peserta KB yang Mengalami Komplikasi di Puskesmas
se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Komplikasi Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 0 0 0
Timur
Cempaka Putih
2 5383 0 0 0
Barat
3 Rawasari 3045 0 0 0
Total PKM Kec. 12291 0 0 0

Tabel 1.26 Cakupan Peserta KB yang Mengalami Kegagalan di Puskesmas se-


Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Kegagalan Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 0 0 0
Timur
Cempaka Putih
2 5383 0 0 0
Barat
3 Rawasari 3045 0 0 0
Total PKM Kec. 12291 0 0 0

Tabel 1.27 Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
Drop Out Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
1 3863 6 0.15 0
Timur
Drop Out Pencapaian Target
No Puskesmas KB Aktif (a)
(b) (b/ax100%) (%)
Cempaka Putih
2 5383 20 0,37 0
Barat
3 Rawasari 3045 5 0,16 0
Total PKM Kec. 12291 31 0,25 0

1.6. Identifikasi Masalah


Dari berbagai pencapaian program KB yang dievaluasi di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Oktober 2018, program-program
yang tidak memenuhi standar yaitu kurang dan lebih dari target yang selanjutnya
akan dilakukan evaluasi. Identifikasi masalah program KB dilakukan dengan cara
menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expexted) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang
menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Adapun identifikasi masalah yang
didapat antara lain:
1) Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 84,6%
2) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Kondom di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 12,89%.
3) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 22,52%.
4) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Suntik di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 37,8%.
5) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB AKDR di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 17,8%.
6) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 5,9%.
7) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOW di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 2,75%.
8) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOP di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0,3%.
9) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka
Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25%
10) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Kondom di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0 %.
11) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0 %.
12) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 54,8%.
13) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR Pasca Plasenta di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 3,22%.
14) Cakupan KB Pasca Persalinan dengan Peserta KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 32,25%.
15) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 9,68%.
16) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOW di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0%
17) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOP di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0%
18) Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 5,62%
19) Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25%.
1.2 Rumusan Masalah
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program Keluarga Berencana
di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih maka dengan cara menghitung dan
membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas
utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk
membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah meliputi 4 W 1 H (What, Where, When, Whose, How much)
Rumusan masalah dari program program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas
adalah sebagai berikut:
1) Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 84,6% melebihi dari target yaitu 83%
2) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Kondom di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 12,89%. melebihi dari
target yaitu 11,9%
3) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 22,52%. melebihi dari
target yaitu 11,9%
4) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Suntik di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 37,8% melebihi dari
target yaitu 11,9%
5) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB AKDR di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 17,8% melebihi dari
target yaitu 11,9%
6) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 5,9% kurang dari target
yaitu 11,9%
7) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOW di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 2,75% kurang dari
target yaitu 11,9%
8) Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOP di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0,3% kurang dari target
yaitu 11,9%
9) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka
Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25% kurang dari target yaitu
83%
10) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Kondom di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0 % kurang
dari target yaitu 10,3%
11) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0 % kurang
dari target yaitu 10,3%
12) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 54,8%
melebihi dari target yaitu 10,3%
13) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR Pasca Plasenta di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 3,22% kurang dari target yaitu 10,3%
14) Cakupan KB Pasca Persalinan dengan Peserta KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 32,25% melebihi dari target yaitu 10,3%
15) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 9,68%
kurang dari target yaitu 10,3%
16) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOW di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0% kurang
dari target yaitu 10,3%
17) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOP di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0% kurang
dari target yaitu 10,3%
18) Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 5,62% kurang dari
target yaitu 83%
19) Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25% melebihi dari
target yaitu 0%
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1 Penetapan Prioritas Masalah


Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua
permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya, namun karena
keterbatasan sumber daya, dana dan waktu menyebabkan tidak semua
permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan
masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang
harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang
ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya
pengetahuan yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada
program Keluarga Berencana (KB) yang merupakan salah satu dari 6
program kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih.
Dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya manusia, dana dan waktu,
maka dari semua masalah yang telah dirumuskan, perlu ditetapkan
masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring
perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat
dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota
kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia.
Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah
meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah

1
2.1.1 Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah
yang lazim digunakan adalah teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique”
(NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :
A. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini
dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang,
namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan
prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk
memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa
mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas
masalah yang disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para
peserta diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai
beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan
pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.

2.1.2 Scoring Technique


Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan
menggunakan teknik skoring antara lain :
2.1.2.1 Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. Prevalence
Besarnya masalah yang dihadapi
2. Seriousness
Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat
dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat
masalah kesehatan tersebut.
3. Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya.
4. Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan
tersebut. Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang
diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan
sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari
arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung
nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan
yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga
sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.

2.1.2.2 Metode Matimatik PAHO


Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-
masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan
digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang
ditunjukkan dengan angka prevalensi
2. Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality
rate masing-masing penyakit.
3. Vulnerability
Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk
mengatasi masalah tersebut
4. Community and political concern
Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau
kegusaran masyarakat dan para politisi
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

2.1.2.3 Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-
masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini
memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing
kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah
yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai
terdiri dari:
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan
sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang
digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika
masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah
masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa
angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh
permasalahan tersebut.
2. Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak
penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah
kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan
adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest
member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu
kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah
ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sector lain di luar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang
digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa
banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak
sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah
tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah
seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang
digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding
dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan
yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan
tersebut.
5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai
apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut
serta apakah kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya
masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan
atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap masalah tersebut,
apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap
permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di
berbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut di atas untuk
penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot
penilaian untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil
yang didapat lebih objektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan
mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang
satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai
nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana
nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
1. Bobot 5: sangat penting
2. Bobot 4: penting
3. Bobot 3: cukup penting
4. Bobot 2: tidak penting
5. Bobot 1: sangat tidak penting

2.1.3 Pemilihan Metode MCUA


Berdasarkan kriteria yang ada, maka diputuskan untuk
menggunakan metode MCUA karena metode ini menempatkan
parameter pada kedudukan dengan berdasarkan bobot dan memberikan
hasil final score yang objektif di mana score yang diberikan pada tiap-
tiap parameter ditambahkan, lebih sederhana dan mudah dalam
penggunaannya. Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada
masing-masing masalah dengan membandingkan masalah satu dengan
lainnya, kemudian tiap masalah tersebut diberikan nilai.

2.1.3.1 Emergency
Emergency menunjukkan besar kerugian yang ditimbulkan oleh
masalah. Ini ditujukan dengan Case Fatality Rate (CFR) masing-masing
penyakit. Sedangkan untuk masalah-masalah yang tidak berhubungan
dengan penyakit digunakan proxy. Nilai proxy didapatkan dari berbagai
sumber, sedangkan sistem scoring proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil
diskusi, argumentasi, serta justifikasi. Pada permasalahan ini, pengaruh
jangka panjang KB adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI),
sehingga kelompok kami memakai angka kematian ibu sebagai proxy.
Berdasarkan data SUPAS 2015, Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah
305 orang per 100.000 jumlah kelahiran hidup, menjadi 0,3%.

Tabel 2.1 Penentuan Score Emergency Berdasarkan Proxy AKI


No. Range (%) Nilai
1. 0.5% - 8.79% 1
2. 8.8% - 17.09% 2
3. 17.1% - 25.29% 3
4. 25.3% - 34.59% 4
5. 34.6% - 42.89% 5
6. 42.9% - 51.19% 6
7. 51.2% - 59.49% 7
8. 59.5% - 67,79% 8
9. 67.8%-76.09% 9
10. 76.1%-85,39% 10
Tabel 2.3 Scoring Emergency di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Januari – Oktober 2018
Besar risiko Total Nilai
No. Daftar Masalah (Target (%) – (Besar risiko + Skor
Pencapaian (%)) Proxy)
Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas se-
1. Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 1,6 1,9 1
2018 sebesar 84,6%

Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Kondom di


2. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 0,99 1,29 1
Januari – Oktober 2018 sebesar 12,89%.

Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil di


3. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 10,6 10,9 2
Januari – Oktober 2018 sebesar 22,52%.

Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Suntik di


4. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 25,9 26,2 4
Januari – Oktober 2018 sebesar 37,8%.

Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB AKDR di


5. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 5,9 6,2 1
Januari – Oktober 2018 sebesar 17,8%.

Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di


6. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 6 6,3 1
Januari – Oktober 2018 sebesar 5,9%.
Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOW di
7. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 9,15 9,45 2
Januari – Oktober 2018 sebesar 2,75%.

Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOP di


8. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 11,6 11,9 2
Januari – Oktober 2018 sebesar 0,3%.

Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas


9. se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 82,75 83,05 10
Oktober 2018 sebesar 0,25%

Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB


10. Kondom di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 10,3 10.6 2
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0 %.

Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil


11. di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 10.3 10.6 2
Januari – Oktober 2018 sebesar 0 %.
Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
12. Suntik di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 44,5 44,8 6
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 54,8%.
Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
AKDR Pasca Plasenta di Puskesmas se-Kecamatan
13. 7,08 7,38 1
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 3,22%.
Cakupan KB Pasca Persalinan dengan Peserta KB
14. 21,9 22,2 3
AKDR <42 Hari PP di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 32,25%.
Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
15. Implan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 0,6 0,9 1
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 9,68%.
Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
16. MOW di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 10,3 10,6 2
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0%
Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
17. MOP di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 10,3 10,6 2
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0%
Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di
18. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 77,3 77,6 10
Januari – Oktober 2018 sebesar 5,62%
Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di
19. Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 0,25 0,55 1
Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25%.
2.1.3.2 Greatest Member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk
yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang
berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence
rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan
dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah
program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
Tabel 2.4. Penentuan Score Greatest Member

Total Nilai (%) Score


0.25 – 17.9 1
18 – 35.9 2
36 – 53,9 3
54 – 76.9 4
77 – 94.9 5

Tabel 2.3 Scoring Greatest Member di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Cempaka Putih Januari – Agustus 2018

Besar Masalah
(Target (%) –
No. Daftar Masalah Skor
Pencapaian
(%))
1. Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 1,6 1
84,6%
2. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Kondom di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 0,99 1
Oktober 2018 sebesar 12,89%.
3. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 10,6 1
sebesar 22,52%.
4. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Suntik di Puskesmas
se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 25,9 2
2018 sebesar 37,8%.
5. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB AKDR di Puskesmas
se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 5,9 1
2018 sebesar 17,8%.
Besar Masalah
(Target (%) –
No. Daftar Masalah Skor
Pencapaian
(%))
6. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di Puskesmas
se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 6 1
2018 sebesar 5,9%.
7. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOW di Puskesmas
se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 9,15 1
2018 sebesar 2,75%.
8. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOP di Puskesmas
se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 11,6 1
2018 sebesar 0,3%.
9. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 82,75 5
sebesar 0,25%
10. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Kondom
di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari 10,3 1
– Oktober 2018 sebesar 0 %.
11. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 10.3 1
Oktober 2018 sebesar 0 %.
12. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 44,5 3
Oktober 2018 sebesar 54,8%.
13. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR
Pasca Plasenta di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 7,08 1
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 3,22%.
14. Cakupan KB Pasca Persalinan dengan Peserta KB AKDR
<42 Hari PP di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 21,9 2
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 32,25%.
15. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 0,6 1
Oktober 2018 sebesar 9,68%.
16. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOW di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 10,3 1
Oktober 2018 sebesar 0%
17. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOP di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 10,3 1
Oktober 2018 sebesar 0%
18. Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas
se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 77,3 4
2018 sebesar 5,62%
Besar Masalah
(Target (%) –
No. Daftar Masalah Skor
Pencapaian
(%))
19. Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 0,25 1
Oktober 2018 sebesar 0,25%.

2.1.3.3 Expanding Scope


Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu
permasalahan terhadap sektor lain diluar kesehatan, berapa banyak jumlah
penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor
kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
Untuk keterpaduan lintas program diberikan nilai 2 karena masalah
pada suatu program memungkinkan untuk menimbulkan masalah pada
sektor lainnya yang berhubungan langsung dan sedangkan yang tidak ada
kaitan dengan sektor lainnya diberikan nilai 1.

Tabel 2.6. Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas


Program Periode Januari – Oktober 2018
KETERPADUAN LINTAS PROGRAM NILAI
Tidak ada keterpaduan lintas program 0
Ada keterpaduan lintas program 1

Tabel 2.7 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas


Sektoral Periode Januari – Oktober 2018
KETERPADUAN LINTAS SEKTORAL NILAI
Tidak ada keterpaduan lintas sektoral 0

Ada keterpaduan dengan 1 lintas sektoral 1

Ada keterpaduan dengan 2 lintas sektoral 2

Ada keterpaduan dengan >2 lintas sektoral 3


Tabel 2.3 Scoring Expanding Scope di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih Januari – Oktober 2018

Lintas Lintas
No. Daftar Masalah Skor
Program Sektoral

1. Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas


se-Kecamatan Cempaka Putih periode 1 3 4
Januari – Oktober 2018 sebesar 84,6%
2. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
Kondom di Puskesmas se-Kecamatan
1 3 4
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 12,89%.
3. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil
di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka
1 3 4
Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 22,52%.
4. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
Suntik di Puskesmas se-Kecamatan
1 3 4
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 37,8%.
5. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
AKDR di Puskesmas se-Kecamatan
1 3 4
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 17,8%.
6. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
Implan di Puskesmas se-Kecamatan
1 3 4
Cempaka Putih periode Januari –
Oktober 2018 sebesar 5,9%.
7. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
MOW di Puskesmas se-Kecamatan
1 3 4
Cempaka Putih periode Januari –
Oktober 2018 sebesar 2,75%.
8. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
MOP di Puskesmas se-Kecamatan
1 3 4
Cempaka Putih periode Januari –
Oktober 2018 sebesar 0,3%.
9. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih
1 3 4
periode Januari – Oktober 2018 sebesar
0,25%
10. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
1 3 4
dengan KB Kondom di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 0 %.
11. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB Pil di Puskesmas se-
1 3 4
Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 0 %.
12. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB Suntik di Puskesmas se-
1 3 4
Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 54,8%.
13. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB AKDR Pasca Plasenta di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 1 3 4
periode Januari – Oktober 2018 sebesar
3,22%.
14. Cakupan KB Pasca Persalinan dengan
Peserta KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 1 3 4
periode Januari – Oktober 2018 sebesar
32,25%.
15. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB Implan di Puskesmas se-
1 3 4
Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 9,68%.
16. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB MOW di Puskesmas se-
1 3 4
Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 0%
17. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB MOP di Puskesmas se-
1 3 4
Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 0%
18. Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur
4T di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka
1 3 4
Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 5,62%
19. Cakupan Peserta KB yang Mengalami
Drop Out di Puskesmas se-Kecamatan
1 3 4
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 0,25%.

2.1.3.4 Feasibility

Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai


seberapa mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria
ini adalah kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter
kuantitatif sehingga penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Kriteria penilaian terhadap ketersediaan teknologi, sumber daya,
ataupun obat – obatan yang efektif untuk mengatasi permasalahan.
Penilaian sumber daya menggunakan rasio tenaga kesehatan dengan jumlah
penduduk. Untuk penilaian teknologi akan digunakan penilaian
ketersediaan alat. Dan untuk penilaian obat akan dinilai dari ketersediaan
obat terhadap kegiatan puskesmas.

Tabel. Ratio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah penduduk di Wilayah


Kecamatan Cempaka Putih Januari – Oktober 2018
Tenaga Jumlah
No Puskesmas Ratio
Kesehatan Penduduk
1 Kelurahan Cempaka Putih 18 26.942 1:1.496
Timur
2 Kelurahan Cempaka Putih 18 44.112 1:2.450
Barat
3 Kelurahan Rawasari 15 29.681 1:1.978
4 Se-Kecamatan Cempaka 151 100.735 1:667
Putih

Tabel. Penentuan Score Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk


di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Januari – Oktober 2018
Range (%) Score
1 : 2.501 – 1: 3.000 1
1 : 2.001 – 1 : 2.500 2
1 : 1.501– 1 : 2000 3
1 : 1.001 – 1 : 1.500 4
1 : 501 – 1 : 1.000 5
1 : 100 – 1 : 500 6
Tabel 2.10 Skoring Ketersediaan Alat/Obat Terhadap Kegiatan Di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih Januari – Oktober 2018
Kategori Ketersediaan Skor

Tidak ada 1
Alat/Obat Ada tetapi kurang 2
Ada dan cukup 3

Tabel 2.11. Scoring Feasibility di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka


Putih Januari – Oktober 2018

Alat dan
No. Daftar Masalah SDM Jumlah
Obat

1. Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas


se-Kecamatan Cempaka Putih periode 3 5 8
Januari – Oktober 2018 sebesar 84,6%
2. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
Kondom di Puskesmas se-Kecamatan 3 5 8
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 12,89%.
3. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil
di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka 3 5 8
Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 22,52%.
4. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
Suntik di Puskesmas se-Kecamatan 3 5 8
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 37,8%.
5. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
AKDR di Puskesmas se-Kecamatan 3 5 8
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 17,8%.
6. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
Implan di Puskesmas se-Kecamatan 3 5 8
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 5,9%.
7. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB
MOW di Puskesmas se-Kecamatan 3 5 8
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 2,75%.
8. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB 3 5 8
MOP di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 0,3%.
9. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 3 5 8
periode Januari – Oktober 2018 sebesar
0,25%
10. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB Kondom di Puskesmas se- 3 5 8
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari
– Oktober 2018 sebesar 0 %.
11. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB Pil di Puskesmas se- 3 5 8
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari
– Oktober 2018 sebesar 0 %.
12. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB Suntik di Puskesmas se- 3 5 8
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari
– Oktober 2018 sebesar 54,8%.
13. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB AKDR Pasca Plasenta di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 3 5 8
periode Januari – Oktober 2018 sebesar
3,22%.
14. Cakupan KB Pasca Persalinan dengan
Peserta KB AKDR <42 Hari PP di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 3 5 8
periode Januari – Oktober 2018 sebesar
32,25%.
15. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB Implan di Puskesmas se- 3 5 8
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari
– Oktober 2018 sebesar 9,68%.
16. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB MOW di Puskesmas se- 3 5 8
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari
– Oktober 2018 sebesar 0%
17. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan
dengan KB MOP di Puskesmas se- 3 5 8
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari
– Oktober 2018 sebesar 0%
18. Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur
4T di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka 3 5 8
Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 5,62%
19. Cakupan Peserta KB yang Mengalami
Drop Out di Puskesmas se-Kecamatan 3 5 8
Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018 sebesar 0,25%.

2.1.3.5 Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan
dari suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern
terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai
seberapa concern pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern
terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi
di berbagai media. Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter
yang dapat memberikan informasi yang paling dapat dipahami masyarakat
serta pendekatan seccara personal dengan individu mengenai kegiatan KB.
Kebijakan pemerintah diberikan nilai terendah dikarenakan proses
sosialisasi bergantung pada sektor-sektor lain agar dapat sampai ke
masyarakat. Program khusus KB diberi nilai tertinggi dikarenakan
pendekatan terhadap anggota masyarakat sudah berjalan langsung sebagai
usaha eradikasi & eliminasi penyakit yang ditekankan oleh pihak
pemerintahan.
Dalam menilai aspek kebijakan pemerintah, penilaian mengacu
kepada:
1. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 212 tahun
2016.
2. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2013 tentang RPJMD Provinsi DKI
Jakarta tahun 2013-2017
3. Peraturan Daerah provinsi DKI Jakarta Nomor 12 tahun 2014
Organisasi Perangkat Daerah
4. Peraturan Gubernur Nomor 186 tahun 2012 tentang Program
Ketahanan Keluarga
5. Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Reproduksi
6. Peraturan Gubernur Nomor 47 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Nomor 162 tahun 2010 tentang
7. Peraturan Gubernur Nomor 227 tahun 2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan
Keluarga Berencana.

Tabel 2.12. Penentuan Nilai Policy


Parameter Score

Penyuluhan:
Ada 2
Tidak Ada 1
Media (Cetak dan/atau Elektronik):
Elektronik dan Cetak 2
Elektronik atau Cetak 1
Kebijakan Pemerintah (Nasional dan/atau
Daerah):
Ada 2
Tidak Ada 1
Tabel 2.13 Skoring Policy terhadap program KB di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Janauari – Oktober
2018
No. Daftar Masalah Penyuluhan Media Kebijakan Nilai
1. Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – 2 2 2 6
Oktober 2018 sebesar 84,6%
2. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Kondom di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 2 2 6
Januari – Oktober 2018 sebesar 12,89%.
3. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 2 2 6
Januari – Oktober 2018 sebesar 22,52%.
4. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Suntik di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 2 2 6
Januari – Oktober 2018 sebesar 37,8%.
5. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB AKDR di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 2 2 6
Januari – Oktober 2018 sebesar 17,8%.
6. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 2 2 6
Januari – Oktober 2018 sebesar 5,9%.
7. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOW di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 1 2 5
Januari – Oktober 2018 sebesar 2,75%.
8. Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOP di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 1 2 5
Januari – Oktober 2018 sebesar 0,3%.
9. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di 2 2 2 6
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode
Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25%
10. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
Kondom di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka 2 2 2 6
Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0 %.
11. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
Pil di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 2 2 2 6
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0 %.
12. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
Suntik di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 2 2 2 6
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 54,8%.
13. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
AKDR Pasca Plasenta di Puskesmas se-Kecamatan
2 2 2 6
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 3,22%.
14. Cakupan KB Pasca Persalinan dengan Peserta KB
AKDR <42 Hari PP di Puskesmas se-Kecamatan
2 1 2 5
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
sebesar 32,25%.
15. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
Implan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka
2 1 2 5
Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar
9,68%.
16. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
MOW di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 2 1 2 5
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0%
17. Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB
MOP di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih 2 1 2 5
periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0%
18. Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 1 2 5
Januari – Oktober 2018 sebesar 5,62%
19. Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode 2 1 2 5
Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25%.
Tabel 2.16. Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Oktober 2018

MS-1 MS-2 MS-3 MS-4 MS-5 MS-6


No Parameter
Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN

1 Emergency 2 1 2 2 1 2 2 2 4 2 4 8 2 1 2 2 1 2

2 Greatest Member 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 2 10 5 1 5 5 1 5

3 Expanding Scope 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4

4 Feasibility 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24

5 Policy 4 6 24 4 6 24 4 6 24 4 6 24 4 6 24 4 6 24

Jumlah 59 59 61 70 59 59

Tabel 2.16. Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Oktober 2018

MS-7 MS-8 MS-9 MS-10 MS-11 MS-12


No Parameter
Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN

1 Emergency 2 2 4 2 2 4 2 10 20 2 2 4 2 2 4 2 6 12

2 Greatest Member 5 1 5 5 1 5 5 5 25 5 1 5 5 1 5 5 3 15

3 Expanding Scope 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4

4 Feasibility 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24

5 Policy 4 5 20 4 5 20 4 6 24 4 6 24 4 6 24 4 6 24

Jumlah 57 57 97 61 61 79
Tabel 2.16. Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Oktober 2018

MS-13 MS-14 MS-15 MS-16 MS-17 MS-18


No Parameter
Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN Bobot N BN

1 Emergency 2 1 2 2 3 6 2 1 2 2 2 4 2 1 2 2 10 20

2 Greatest Member 5 1 5 5 2 10 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 4 20

3 Expanding Scope 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4

4 Feasibility 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24 3 8 24

5 Policy 4 6 24 4 5 20 4 5 20 4 5 20 4 5 20 4 5 20

Jumlah 59 64 55 57 55 88

Tabel 2.16. Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Oktober 2018

MS-19
No Parameter
Bobot N BN

1 Emergency 2 1 2

2 Greatest Member 5 1 5

3 Expanding Scope 1 4 4

4 Feasibility 3 8 24

5 Policy 4 5 20

Jumlah 55
Keterangan :

1) MS-1: Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka


Putih periode Januari – Oktober 2018
2) MS-2: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Kondom di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
3) MS-3: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Pil di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
4) MS-4: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Suntik di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
5) MS-5: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB AKDR di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
6) MS-6: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB Implan di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
7) MS-7: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOW di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
8) MS-8: Cakupan Peserta KB Aktif dengan KB MOP di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
9) MS-9: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
10) MS-10: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Kondom di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
11) MS-11: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Pil di Puskesmas
se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
12) MS-12: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Suntik di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
13) MS-13: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB AKDR Pasca
Plasenta di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari –
Oktober 2018
14) MS-14: Cakupan KB Pasca Persalinan dengan Peserta KB AKDR <42 Hari
PP di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018
15) MS-15: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB Implan di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
16) MS-16: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOW di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
17) MS-17: Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan dengan KB MOP di
Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
18) MS-18: Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
19) MS-19: Cakupan Peserta KB yang Mengalami Drop Out di Puskesmas se-
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018
2.2. Prioritas Masalah Terpilih
Masalah prioritas untuk program kesehatan ibu dan anak pada
puskesmas di wilayah Kecamatan Cempaka Putih yang akan ditetapkan akar
penyebab masalahnya melalui diagram fishbone sebagai berikut:
1) Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25% kurang dari
target yaitu 83% dengan final score 97
2) Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-Kecamatan
Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 5,62% kurang dari
target yaitu 83% dengan final score 88

2.3. Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah yang ada, selanjutnya
ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian
masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahapan dilakukan mecari akar
permasalahan dari tiap tiap masalah yang dijadikan prioritas. Pada tahapan ini
digunakan diagram sebab akibat yaitu diagram tulang ikan. Dengan
memanfaatkan pengetahuan serta data – data yang telah didapatkan maka dapat
disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input
merupakan sumber daya atau masukan oleh sesuatu. Sumber daya adalah
a. Man
Jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan dan motivasi kerja
b. Money
Jumlah dana yang tersedia
c. Material
Jumlah peralatan medis dan jenis obat
d. Method
Mekanisme cara yang digunakan
Proses adalah suatu kegiatan yang melalui proses maka suatu input akan
diubah menjadi output. Proses tersebut terdiri dari:
a. Planning
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai
dengan menetapkan alternative kegiatan untuk mencapainya
b. Organizing
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya
yang dimiliki organisasi dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai
tujuan organisasi
c. Actuating
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu berkerja secara optimal
melakukan tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
dengan dukungan sumber daya yang tersedia
d. Controlling
Proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disusun dan melakukan koreksi apabila
didapatkan adanya penyimpangan
Method Material Money Man

Petugas yang
Belum adanya bekerja tidak sesuai
penyuluhan yang denga bidangnya
Kurang tersedia
terfokus pada
alat untuk
program KB Pasca
penyuluhan
Persalinan
Kurangnya
tenaga ahli Cakupan Peserta
Program KB Pasca
Kurangnya tenaga kerja program KB KB Pasca
Persalinan tidak
yang disiapkan untuk Tidak ditemukan Pasca Persalinan di
menjadi fokus
penyuluhan terfokus adanya masalah Persalinan Puskesmas se-
utama pada
tentang KB pasca program Kecamatan
persalinan penyuluhan Cempaka Putih
periode Januari –
Oktober 2018
Kurangnya tenaga sebesar 0,25%
Kurangnya kesadaran kerja untuk Kurangnya Banyaknya Perencanaan kurang dari
masyarakat untuk mengkontrol Tenaga kerja program yang program
menggunakan KB pelaksanaan yang dijalankan puskesmas yang
pasca persalinan program melakukan puskesmas dilakukan setahun
penyuluhan sekali
Masyarakat Pengawasan Petugas yang
cenderung tidak program KB pasca kurang Perencanaan
menggunakan KB persalinan yang memberikan Kurangnya program yang hanya
pasca persalinan tidak berjalan penyeluhan pengaturan mengacu dengan
mengenai program KB Pasca yang sudah ada
penggunaan KB Persalinan
pasca persalinan

Environment Controlling Actuating Organizing Planning


Skema 1. Fishbone Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari –
Oktober 2018
Method Material Money Man
Kurangnya tenaga
ahli yang mampu
melakukan
penyuluhan KB PUS
Belum adanya
Kurang tersedia 4T
penyuluhan yang
alat untuk
terfokus pada program Kurangnya
penyuluhan
KB PUS 4T pemahaman
tenaga ahli

Kurangnya tenaga kerja Program KB PUS Cakupan Peserta KB


Kurangnya
yang disiapkan untuk 4T tidak menjadi Pasangan Usia Subur
tenaga ahli
penyuluhan terfokus fokus utama pada Tidak ditemukan 4T di Puskesmas se-
program KB
tentang KB PUS 4T program adanya masalah Kecamatan Cempaka
PUS 4T
penyuluhan Putih periode Januari
– Oktober 2018
sebesar 5,62% kurang
Kurangnya tenaga dari target yaitu 83%
Kurangnya kerja untuk Kurangnya Kurangnya Perencanaan
penyuluhan mengkontrol perencanaan pengaturan program
oleh petugas pelaksanaan dan pengaturan pembagian tugas puskesmas yang
kesehatan program program KB dilakukan setahun
sekali

Kurangnya Pengawasan
kesadaran program KB PUS Pelaksanaan Kurangnya
program KB PUS Kurangnya
masyarakat PUS 4T 4T yang tidak perencanaan
4T yang tidak pengaturan program
untuk menggunakan berjalan penyuluhan tentang
berjalan KB PUS 4T
KB program KB PUS
4T

Environmen Controlling Actuating Organizing Planning


t

Skema 2. Fishbone Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018
BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF CARA PEMECAHAN MASALAH

3.1 Menetapkan Alternatif Cara Pemecahan Masalah dan Menentukan Cara


Pemecahan Masalah yang Paling Fleksibel

Setelah menentukan akar penyebab masalah yang paling dominan,


untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang
paling dominan tersebut maka ditentukan beberapa alternatif pemecahan
masalah. Penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment), yaitu dengan
memberikan skoring pada bobot berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, dan
justifikasi kelompok. Parameter diletakkan pada baris, sedangkan
alternative diletakkan pada kolom. Selanjutnya kepada setiap masalah
diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan sehingga hasil yang didapatkan
merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan skor dari setiap alternatif
masalah dandijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan
masing – masing alternatif masalah tersebut. Kriteria dalam penetapan
alternatif masalah yang terbaik adalah:

1. Mudah dilaksanakan.
Diberi nilai 1 – 4, dimana nilai 4 merupakan masalah yang paling mudah
dilaksanakan dan nilai 1 adalah masalah yang paling sulit dilaksanakan.
2. Murah biayanya.
Diberi nilai 1 – 4, dimana nilai 4 merupakan masalah yang paling murah
biaya pelaksanaannya dan nilai 1 adalah masalah yang paling mahal biaya
pelaksanaannya.
3. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna.
Diberi nilai 1 – 4, dimana nilai 4 merupakan masalah yang paling mungkin
diselesaikan dengan sempurna dan nilai 1 adalah masalah yang sulit
diselesaikan dengan sempurna.
4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama.
Diberi nilai 1 – 4, dimana nilai 4 merupakan masalah yang paling dapat
diselesaikan dengan cepat dan nilai 1 adalah masalah yang memerlukan
waktu paling lama dalam penyelesaiannya.

3.2 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan


Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar 0,25% kurang
dari target yaitu 83%
Dari sembilan akar penyebab masalah, maka dipilih tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan dan ditetapkan alternatif
pemecahan masalahnya, sebagai berikut:
1. Kurangnya tenaga kerja yang melakukan penyuluhan tentang KB Pasca
Persalinan terhadap masyarakat
Alternatif : Penambahan tenaga kerja ahli yang difokuskan untuk
penyuluhan KB Pasca Persalinan
2. Perencanaan program puskesmas yang dilakukan setahun sekali
Alternatif: Melakukan perencanaan program lebih matang dan evaluasi
yang dilakukan enam bulan sekali
3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan KB pasca
persalinan
Alternatif: Melakukan penyuluhan secara rutin untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya KB pasca persalinan

Tabel 3. MCUA Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Pasca


Persalinan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari –
Oktober 2018
No. Parameter Bobot AL-1 AL-2 AL-3

N BN N BN N BN
Dapat memecahkan masalah dengan
1 4 4 16 4 16 4 16
sempurna
2 Mudah dilaksanakan 3 2 6 4 12 1 3
3 Murah biayanya 2 1 2 3 6 2 4
Waktu penerapannya sampai masalah
4 1 1 1 3 3 1 1
terpecahkan tidak terlalu lama
Jumlah 25 37 24

Keterangan:
 AL – 1 : Penambahan tenaga kerja ahli yang difokuskan untuk penyuluhan
KB Pasca Persalinan
 AL – 2 : Melakukan perencanaan program lebih matang dan evaluasi yang
dilakukan enam bulan sekali
 AL–3 :Melakukan penyuluhan secara rutin untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya KB pasca persalinan

Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode


MCUA, berdasarkan pada jumlah BN tertinggi didapatkan hasil berupa
peringkat sebagai berikut:
1. Melakukan perencanaan program lebih matang dan evaluasi yang dilakukan
enam bulan sekali
2. Penambahan tenaga kerja ahli yang difokuskan untuk penyuluhan KB Pasca
Persalinan
3. Melakukan penyuluhan secara rutin untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya KB pasca persalinan

3.3 Cakupan Peserta KB Pasangan Usia Subur 4T di Puskesmas se-


Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober 2018 sebesar
5,62% kurang dari target 83%
Dari sembilan akar penyebab masalah, maka dipilih tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan dan ditetapkan alternatif
pemecahan masalahnya, sebagai berikut:
1. Kurangnya tenaga kerja ahli pada program KB PUS 4T di Puskesmas
Cempaka Putih
Alternatif : Penambahan tenaga kerja ahli yang bertugas pada program KB
PUS 4T
2. Program KB PUS 4T tidak menjadi fokus utama pada program penyuluhan
kesehatan di Puskesmas.
Alternatif : Menjadikan program KB PUS 4T menjadi salah satu fokus
utama di Puskesmas.
3. Pembagian tugas antar tenaga kesehatan yang tidak tetap.
Alternatif : Mengatur pembagian tugas yang tepat sesuai dengan bidang
dan keahlian
Tabel 3. MCUA Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Pasangan Usia
Subur 4T di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – Oktober
2018
No. Parameter Bobot AL-1 AL-2 AL-3

N BN N BN N BN
1 Dapat memecahkan masalah dengan
4 4 16 4 16 4 16
sempurna
2 Mudah dilaksanakan 3 2 6 1 3 4 9
3 Murah biayanya 2 1 2 1 2 3 6
4 Waktu penerapannya sampai masalah
1 1 1 1 1 3 1
terpecahkan tidak terlalu lama
Jumlah 25 22 32

Keterangan:
 AL – 1 : Penambahan tenaga kerja ahli yang bertugas pada program KB
PUS 4T
 AL – 2 : Menjadikan program KB PUS 4T menjadi salah satu fokus utama
di Puskesmas.
 AL – 3 : Mengatur pembagian tugas yang tepat sesuai dengan bidang dan
keahlian
Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode
MCUA, berdasarkan pada jumlah BN tertinggi didapatkan hasil berupa peringkat
sebagai berikut:
1. Mengatur pembagian tugas yang tepat sesuai dengan bidang dan keahlian
2. Penambahan tenaga kerja ahli yang bertugas pada program KB PUS 4T
3. Menjadikan program KB PUS 4T menjadi salah satu fokus utama di
Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai