Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

PERILAKU PENGGUNAAN MASKER PADA KOMUNITAS PETUGAS


PARKIR DI WILAYAH KECAMATAN CEMPAKA PUTIH PERIODE MEI
2018

KELOMPOK : B-10

Siti Jarofiyah (1102015225)

Raden Maurizka Chairunnisa (1102015185)


Salma Nara Fadhilla (1102015212)
Sandi Rizki Ardianto (1102012260)
Naraswari Ramadhiastuti A. (1102014188)
Muhammad Lutfi Kurnia (1102015150)

Nur Hanief (1102015171)

Nur Intan Hasanah Assagaf (1102015172)

Veranisa Sucia (1102015244)

Pembimbing
Dr Juharma Zanira

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN AJAR 2017/2018
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Gambaran umum wilayah Cempaka Putih


1.1.1. Geografi
Kecamatan Cempaka putih merupakan salah satu kecamatan di ibukota
Negara, yang terletak di kota administrasi Jakarta pusat. Lalu lalang kendaraan,
udara panas, dan lembab, serta orang-orang yang bergegas mengejar waktu
adalah pemandangan yang sudah biasa terlihat di Kecamatan Cempaka Putih.
Kecamatan Cempaka Putih merupakan daerah yang sebagian besar
perkantoran, pusat perbelanjaan, dan pemukiman penduduk. Lokasinya dekat
dengan pemerintahan kota membuat kecamatan ini menjadi tempat ideal bagi
penduduk asli maupun pendatang untuk bermukim.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171
Tahun 2007, maka luas wilayah Kecamatan Cempaka Putih adalah 4,69 km2
(9,74 persen dari total luas wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat). Secara
administrasi pemerintahan, Kecamatan Cempaka Putih terdiri dari 3 Kelurahan,
yaitu Kelurahan Rawasari (kode pos 10570), Cempaka Putih Timur (kode pos
10510), dan Cempaka Putih Barat (kode pos 10520).
Kelurahan Cempaka Putih Timur merupakan kelurahan yang terluas
dengan luas wilayah 2,22 km2 atau sekitar 47 persen dari seluruh luas
Kecamatan Cempaka Putih dan kelurahan yang terkecil luasnya adalah
Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan luas wilayah 1,22 km2 atau sekitar 26
persen dari seluruh luas wilayah Kecamatan Cempaka Putih.

1
Gambar 1. Peta Kecematan Cempaka Putih
(sumber: google maps).

1.1.2. Batas Wilayah


Kecamatan Cempaka Putih yang terletak di Jakarta Pusat adalah hasil
pemekaran dari Kecamatan Senen. Batas wilayah Kecamatan Cempaka Putih
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kemayoran
Sebelah Barat : Johar Baru dan Senen
Sebelah Timur : Pulo Gadung
Sebelah Selatan : Matraman

Gambar 2. Perbatasan Kecamatan Cempaka Putih dan kecamatan-kecamatan


di sekitarnya
(sumber http://www.streetdirectory.com/indonesia/jakarta/)

2
1.1.3. Gambaran Umum Wilayah Cempaka Putih Secara Geografis
1.1.3.1 Situasi Kependudukan
Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2016, jumlah penduduk wilayah
kelurahan Cempaka Putih 84.850 orang, yang terdiri dari 43.616 laki-laki atau
sekitar 51,40 persen dari seluruh jumlah penduduk kecamatan Cempaka Putih
dan 41.234 perempuan atau sekitar 48,60 persen dari seluruh jumlah
penduduk kecamatan Cempaka Putih. Kepadatan Penduduk Kecamatan
Cempka Putih 19.626 orang per Km2
Jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2000, Kecamatan
Cempaka Putih mengalami kenaikan jumlah penduduk sebesar 0,31 persen
per tahun. Fenomena kenaikan jumlah penduduk tersebut tidak terjadi di
seluruh kelurahan, hanya Kelurahan Cempaka Putih Timur yang mengalami
penurunan.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Cempaka Putih Menurut Kelurahan,


Tahun 2000 dan 2010
Kecamatan 2000 2010
Rawasari 21 882 23 794
Cempaka Putih Timur 24 996 23 822
Cempaka Putih Barat 35 346 37 234
Jumlah 82 224 84 850
(Sumber: Sensus Penduduk 2000, dan 2010 BPS Jakarta Pusat)
Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di
Cempaka Putih, Tahun 2014
Kepadatan
Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk
(Orang/Km2)
Rawasari 1,22 24 874 20 389
Cempaka Putih Timur 1,25 27 375 21 900
Cempaka Putih Barat 2,22 39 799 17 927
Jumlah 4,69 19 626 92 048
(Sumber: BPS Kota Adm. Jakarta Pusat)

3
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan
Kepadatan Penduduk Tahun 2016
Jenis Kelamin Rasio Kepadatan
Luas
Kelurahan Laki- Perempuan Jumlah Jenis Penduduk
wilayah
Laki Kelamin (Jiwa/Km2)
Rawasari 1,22 21.930 21.669 43.599 101,20 35.737
Cempaka 1,25 14.801 14.809 29.610 99,95 23.588
Putih
Timur
Cempaka 2,22 21.930 21.669 43.599 101,20 19.639
Putih
Barat
Jumlah 4,69 58.661 58.147 116.808 100,88 24.906
(Sumber : Kantor Kelurahan Se-Kecamatan Cempaka Putih)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Yang Lahir, Mati, Datang dan Pindah Tahun 2016
Kelurahan Lahir Mati Datang Pindah
Rawasari 123 60 140 201
Cempaka Putih Timur 111 123 141 145
Cempaka Putih Barat 559 270 567 787
Jumlah 793 453 848 1133
(Sumber : Kantor Kelurahan Se-Kecamatan Cempaka Putih)

1.1.3.2 Pendidikan
Untuk mendukung pembangunan sumber daya manusia diperlukan sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai dan mencukupi. Pada tahun 2015
terdapat 30 Sekolah Dasar Negeri (SDN), 2 Sekolah Menengah Pertama
(SMP), 3 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 1 Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
Sedangkan untuk sekolah swasta ada 28 Taman Kanak-kanak (TK), 10
Sekolah Dasar (SD), 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 3 Sekolah
Menengah Atas (SMA), 7 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan 10
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) atau Akademi.

4
Tabel 5. Jumlah Sekolah Negeri Menurut Kelurahan, Tahun 2015
Kelurahan SD SMP SMA SMK
Rawasari 7 1 - 1
Cempaka Putih Timur 6 - 3 -
Cempaka Putih Barat 17 1 - -
Jumlah 30 2 3 1
(Sumber: Kantor Kelurahan se-Kecamatan Cempaka Putih)

Tabel 6. Jumlah Sekolah Swasta Menurut Kelurahan, Tahun 2015

Kelurahan TK SD SMP SMA SMK Akademi/PT


Rawasari 8 2 2 2 1 1
Cempaka Putih Timur 8 6 4 - 2 5
Cempaka Putih Barat 12 2 3 1 4 4
Jumlah 28 10 9 3 7 10
(Sumber: Kantor Kelurahan se-Kecamatan Cempaka Putih)

1.1.3.3 Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, untuk itu
ketersediaan sarana kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk, pada
tahun 2015 di Kecamatan Cempaka Putih tersedia 3 rumah sakit umum, 4
rumah sakit bersalin/ rumah bersalin, 4 puskesmas, dan 104 tempat praktek
dokter.
Tahun 2015 Kecamatan Cempaka Putih memiliki tenaga kesehatan yang
terdiri dari 10 orang dokter pria, 7 dokter wanita, 14 dokter gigi, 9 orang bidan,
dan 10 orang mantra kesehatan.
Jumlah tenaga kesehatan di wilayah Kecamatan Cempaka Putih masih
belum merata dimana kelurahan Rawasari merupakan kelurahan yang paling
sedikit jumlah tenaga kesehatannya, yaitu hanya 9 orang yang terdiri dari 3

5
dokter umum, 3 dokter gigi dan 3 bidan. Jika dibandingkan dengan kelurahan
lainnya.

Tabel 7. Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kelurahan Tahun 2016


Fasilitas Kesehatan
Rumah Rumah Balai Puskesmas Tempat
Kelurahan
Sakit Bersalin Pengobatan Praktek
Dokter
Rawa Sari 1 2 15 1 19
Cempaka Putih 2 1 6 1 61
Timur
Cempaka Putih - 2 - 2 24
Barat
Total 3 5 21 4 104
(Sumber: Kantor Kelurahan se-Kecamatan Cempaka Putih)

Tabel 8. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kelurahan Tahun 2016


Dokter Dokter Dokter Mantri
Kelurahan Bidan
Pria Wanita Gigi Kesehatan
Rawa Sari 2 1 3 3 -
Cempaka Putih Timur 3 3 6 3 9
Cempaka Putih Barat 5 3 5 3 1
Total 10 7 14 9 10
(Sumber: Kantor Kelurahan se-Kecamatan Cempaka Putih)

1.2. Profil petugas parkir


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) petugas parkir atau disebut
juga juru parkir berasal dari kata “ juru “ yang berarti orang yang pandai dalam
suatu pekerjaan yang memerlukan latihan, kecakapan dan kecermatan
(keterampilan), sedangkan kata “ parkir “ merupakan orang yang pekerjaannya
mengatur kendaraan yang parkir.
Petugas parkir yang berada di Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, yang
bersedia menjadi responden kelompok kami terdapat 9 orang, yaitu:

6
1. Tn. Junaedi
Tn. Junaedi tinggal bersama istrinya yang bernama Ny. Suryati. Keluarga
Tn. Junaedi belum dikaruniai anak.

Tabel 9. Data Anggota Keluarga Tn. Junaedi


Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin (perhari)
Tn. Suami L 42 SD Juru Rp. 100.000-
Junaedi tahun Parkir 150.000

Ny. Istri P 42 SMP Ibu Tidak


Suryati tahun Rumah Berpenghasilan
Tangga
L: Laki-laki; P: Perempuan

Keluarga Tn. Junaedi bertempat tinggal di Jalan Cempaka Baru Timur 11


RT 11/rw 05, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Tn. Junaedi berusia
42 tahun dan bekerja sebagai juru parkir dengan rata-rata penghasilan per hari
dapat mencapai Rp 100.000 hingga Rp 150.000. Istrinya, Ny. Suryati berusia
42 tahun dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Tn. Junaedi belum
memiliki anak.
a. Bangunan tempat tinggal
Tn. Junaedi mengontrak tempat tinggal, dengan ukuran bangunan 3m
× 4m dan luas bangunan 12 m2. Kontrakan tersebut terdiri dari satu kamar
tidur, satu ruang tamu dan satu kamar mandi, setiap ruangan dipisahkan
oleh sekat. Lantai dilapisi keramik. Atap terbuat dari asbes. Langit-langit
terbuat dari triplek dengan dinding terbuat dari batako. Terdapat 1 jendela
di depan rumah dekat pintu masuk yang dapat dibuka. Ventilasi terdapat
di depan rumah sebanyak dua buah, permanen terbuka. Luas kamar tidur
kurang lebih 6m2, pencahayaan tidak mencukupi karena tidak terdapat
jendela. Cahaya matahari dari jendela di depan hanya dapat menerangi
ruang tamu dan tidak dapat menerangi kamar tidur karena terdapat sekat

7
diantara kedua ruang. Terdapat satu buah lampu di tengah rumah yang
berfungsi untuk menerangi ketiga ruangan sekaligus baik ruang tamu,
kamar tidur, dan kamar mandi dengan daya 25 watt. Air untuk MCK
didapat dari pompa air tanah yang ditampung di bak dan berwarna jernih,
tidak berbau, dan tidak berasa. Pembuangan limbah cair rumah tangga
langsung keselokan di belakang rumah. Keluarga Tn. Junaedi tidak
memiliki tempat pembuangan sampah sendiri. Sampah ditumpuk di
depan kontrakan dan diangkut oleh tukang sampah setiap hari.
b. Lingkungan tempat tinggal
Bagian belakang tempat tinggal Tn. Junaedi adalah tanah kosong.
Bagian kiri dan kanan tempat tinggal Tn. Junaedi menempel dengan
kontrakan yang lain. Di depan kontrakan terdapat pagar yang membatasi
antara kontrakan tersebut dengan jalan.
c. Pola makan
Keluarga Tn. Junaedi rata-rata makan 3 kali dalam sehari, yaitu pagi,
siang, dan malam, namun tidak teratur. Makanan didapat dari membeli di
warteg dikarenakan tidak terdapat dapur di rumah. Menu sehari-hari
antara lain nasi, ikan, sayur, tempe, tahu, dan telur. Tn. Junaedi rutin
memakan sayur dan jarang mengonsumsi buah-buahan. Air minum
didapat dari air galon isi ulang.
d. Riwayat obstetri dan pola asuh anak.
Istri Tn. Junaedi, Ny. Suryati belum pernah memiliki riwayat
kehamilan. Ny. Suryati belum pernah menggunakan KB dalam bentuk
apapun.
e. Kebiasan berobat
Ketika Tn. Junaedi maupun Ny. Suryati sakit, biasanya berobat ke
Puskesmas yang ditempuh 20 menit dengan berjalan kaki. Tn. Junaedi
tidak pernah meminum jamu untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu

8
dan juga tidak pernah berobat ke dukun atau orang pintar. Seluruh
anggota keluarga Tn. Junaedi tidak terdaftar dalam BPJS.
f. Riwayat penyakit
Terdapat riwayat penyakit asam urat di keluarga Tn. Junaedi yaitu
pada Ny. Suryati. Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat
stroke, maupun jantung tidak ada di keluarga Tn. Junaedi. Tn. Junaedi
mempunyai riwayat penyakit demam thypoid.
g. Perilaku dan aktivitas sehari-hari
Tn. Junaedi bekerja selama 5-8 jam sehari dan selama bekerja tidak
pernah menggunakan masker. Tn. Junaedi mengaku jarang begadang dan
rutin berolahraga futsal seminggu sekali. Tn. Junaedi terbiasa mandi 3
kali sehari, dan sikat gigi 3 kali sehari. Tn. Junaedi sering membasuh
tangan dengan air setiap sebelum makan, tetapi tidak menggunakan
sabun. Tn. Junaedi memiliki kebiasaan merokok sebanyak 1 bungkus
rokok perhari, dan minum kopi 2 cangkir sehari.

Tabel 10. Faktor Internal Keluarga Tn. Junaedi


No Faktor Internal Permasalahan
1. Pola Makan Keluarga Tn. Junedi umumnya makan 3 kali sehari,
dengan menu makanan antara lain nasi, ikan, sayur, tahu,
tempe, dan telur, namun jarang makan buah-buahan.
2. Riwayat Obstetri Pasangan Tn. Junaedi dan Ny. Suryati belum memiliki
dan Pola Asuh anak, dan Ny. Suryati diketahui belum memiliki riwayat
Anak kehamilan.
3. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Junaedi membasuh tangan dengan air setiap
akan makan tetapi tidak menggunakan sabun.
4. Merokok Tn. Junaedi adalah seorang perokok aktif dan merokok
sebanyak 1 bungkus sehari.

9
Tabel 11. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Junaedi
No Faktor Eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan Luas bangunan 12m2.
2. Ruangan dalam rumah Ruangan terdiri dari 1 kamar mandi, satu ruang
tamu, dan 1 kamar tidur yang disekat.
3. Jamban Jamban terletak di dalam rumah, limbah cair
keluarga langsung dibuang melalui selokan yang
ada di belakang rumah.
4. Jendela dan ventilasi Terdapat 1 jendela di depan rumah dekat dengan
pintu masuk yang dapat dibuka. Ventilasi hanya
terdapat di depan rumah sebanyak 2 buah.
5. MCK MCK dilakukan di jamban dalam rumah.
6. Sumber air Sumber air untuk MCK didapatkan dari pompa air
tanah. Sifat airnya jernih, tidak berbau, dan tidak
berasa.
7. Pencahayaan Pencahayaan seluruh rumah hanya berasal dari 1
lampu berdaya 25 watt yang berada di tengah
kontrakan tempat tinggal keluarga Tn. Junaedi.
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
limbah cair selokan.
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Junaedi tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah sendiri. Sampah tersebut
dikumpulkan di depan kontrakan dan diangkut oleh
tukang sampah setiap hari.
10. Lingkungan sekitar Sebelah kanan dan kiri tempat tinggal keluarga Tn.
rumah Junaedi menempel langsung dengan kontrakan
tetangga. Di bagian belakang kontrakan tersebut
merupakan tanah kosong. Di bagian depan
kontrakan terdapat pagar yang membatasi
kontrakan dengan jalan.

2. Tn. Imam
Tn. Imam tinggal bersama adiknya di suatu kontrakan rumah, karena istri
beserta anak-anak dari Tn. Imam berada di Cirebon.

10
Tabel 12. Data Anggota Keluarga Tn. Imam
Status Jenis Penghasilan
Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
keluarga kelamin (perhari)
Net Adik L 24 thn SMA Tukang Rp 300.000
gorengan
L : Laki-Laki

Tn. Imam bertempat tinggal di Sunter. Tn. Imam berusia 32 tahun dan
bekerja sebagai tukang parkir dengan rata-rata penghasilan 100.000 per
harinya. Tn. Imam tinggal bersama adiknya, bernama Net yang berusia 24
tahun bekerja sebagai tukang gorengan. Penghasilan Tn Imam cukup untuk
menghidupi sehari-harinya. Untuk keluarganya diluar kota, Tn. Iman
menghidupinya dengan uang hasil penjualan sehari-hari dari toko sembako
yang ia miliki.
a. Bangunan tempat tinggal
Tn. Imam tinggal di sebuah kontrakan dengan ukuran bangunan 3 m
x 4 m dan luas bangunan 12 m2. Di dalam rumah terdapat satu kamar
tidur, dengan satu kamar mandi, dan satu dapur. Bangunan rumah tidak
bertingkat, lantai rumah keramik dengan langit-langit triplek. Atap
terbuat dari asbes dan dinding tersusun dari batako. Terdapat satu jendela
yang bisa dibuka di depan dekat pintu. Pencahayaan pada rumah terdapat
lampu di depan rumah 1 buah, di dalam kamar tidur 1 buah, serta di ruang
tamu 1 buah dengan daya 25 watt. Kamar mandi teretak di dalam rumah.
Sumber air yang di dapat untuk MCK yaitu melaui PAM, dengan air yang
cukup jernih namun berbau dan tidak ada rasa. Pembuangan limbah cair
rumah tangga seperti, air bekas cucian di buang melalui selokan. Sumber
listrik di peroleh melalui token yang terdapat pada rumahnya sendiri.
Pembuangan sampah dilakukan setiap hari ke tempat pembuangan
sampah.

11
b. Lingkungan pemukiman
Bagian depan rumah yaitu jalan, belakang terdapat rumah, serta
samping kanan dan kiri juga terdapat rumah.
c. Pola makan
Tn. Imam dan adiknya rata-rata makan 2 kali sehari, yaitu siang dan
malam, namun tidak selalu tepat waktu. Makan sering masak sendiri
dengan menu sehari-harinya yaitu nasi, sayur, udang tempe. Selain itu,
Tn. Imam juga sering mengkonsumsi makanan selingan pada malam
harinya. Sebelum makan, Tn. Imam sering mencuci tangannya dengan air
bersih, dan konsumsi air minum melalui air galon isi ulang yang direbus
sendiri. Tn. Imam mengkonsumsi air minum sebanyak 1 liter dan sering
mengkonsumsi kopi sebanyak 2-3 cangkir perharinya.
d. Riwayat obstetri dan pola asuh anak
Istri Tn. Imam tidak pernah mengalami keguguran, namun saat ini
sedang memakai KB yang berjenis suntik. Saat anak nya masih bayi,
diberikan ASI eksklusif sampai berusia 2 tahun serta diberikan susu
kemasan formula sejak usia 6 bulan karena anjuran bidan.
e. Kebiasaan berobat
Tn Imam biasaa berobat ke Puskesmas. Untuk mencapai puskesmas,
Tn. Imam memilih menggunakan motor pribadi dengan waktu tempuh 10
menit. Tn. Imam tidak pernah mengkonsumsi jamu. Tn Imam saat ini
tidak mengeluh mengenai kesehatannya, namun 2 tahun terakhir ini
pernah mengalami sakit kepala.
f. Riwayat penyakit
Tn. Iman dan adiknya mengaku tidak memiliki riwayat penyakit
tertentu.

12
g. Perilaku dan aktivitas sehari-hari
Tn. Imam sudah bekerja sebagai tukang parkir selama lebih dari satu
tahun. Tn. Imam selain menjadi tukang parkir, sebenarnya juga memiliki
toko sembako sendiri di kota asalnya. Saat bekerja sebagai tukang parkir,
Tn. Imam jarang menggunakan masker. Tn Imam sering mencuci
tangannya sebelum makan menggunakan sabun dan tidak menggunakan
alat makan yang sama dengan teman kerjanya.
Tn Imam merupakan perokok aktif yang sering menghabiskan 1-2
bungkus seharinya. Tn. Imam sering begadang dengan waktu tidur 1-5
jam seharinya. Dalam pekerjaannya sebagai tukang parkir, Tn. Imam
menghabiskan waktu >10 jam sehari. Tn.Imam sering berolahraga yaitu
futsal setiap hari selama 90 menit. Tn. Imam sering mandi 2 kali sehari
dan tidak menggunakan alat mandi yang bersamaan dengan temannya

Tabel 13. Faktor Internal keluarga Tn. Imam


No Faktor internal Permasalahan
1. Kebiasaan merokok 1-2 bungkus perharinya
2. Pola makan 2 kali sehari, namun tidak selalu teratur
3. Kebersihan diri Selalu mencuci tangan sebelum makan

Tabel 14. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Imam


No Faktor eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan 12 m2
2. Ruangan dalam rumah Di dalam rumah terdapat satu kamar tidur,
dengan satu kamar mandi, dan satu dapur.
3. Jamban Memiliki 1 jamban di dalam kamar tidur,
limbah cair langsung dibuang ke selokan
4. Jendela dan ventilasi Terdapat jendela 1 buah
5. MCK MCK di lakukan di dalam rumah
6. Pencahayaan Memiliki 1 lampu di setiap ruangannya

13
Lanjutan Tabel 14.
7. Sumber air Didapatkan dari PAM, jernih, agak berbau
namun tidak memiliki rasa
8. Saluran pembuangan limbah Limbah cair langsung di buang ke selokan

3. Tn. Surya
Tn. Surya tinggal bersama keluarganya yang terdiri dari 1 kakak dan 6
adik di rumah milik pribadi. Tn. Surya belum berkeluarga.

Tabel 15. Data Anggota Keluarga Tn. Surya


Status Jenis Penghasilan
Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
keluarga kelamin (perhari)
Junaidi Kakak L 42 thn SMP Tukang Rp 100.000
Parkir
Pranata Kakak L 40 thn SMP Kuli Rp 100.000
Yana Adik P 34 thn SMP Tukang Rp 150.000
Gorengan
Reni Adik P 30 thn SMA Tukang Rp 150.000
Gorengan
Yuli Adik P 29 tahun SMA Karyawan Rp 100.000
Ros Adik P 27 thn SMP Belum -
Bekerja
Doni Adik L 24 thn SMA Karyawan Rp 100.000
May Adik P 22 thn SMA Belum -
Bekerja
L : Laki-Laki P : Perempuan

Tn Surya bertempat tinggal di Sumur Batu. Tn Surya berusia 37 tahun


dan bekerja sebagai tukang parkir dengan rata-rata penghasilan Rp 100.000
per harinya. Tn. Surya tinggal bersama anggota keluarganya yang hampir
seluruhnya telah bekerja.

14
a. Bangunan tempat tinggal
Tn. Surya tinggal di rumahnya sendiri dengan ukuran bangunan 4 m
x 10 m dan luas bangunan 40 m. Di dalam rumah terdapat tiga kamar
tidur, dengan satu kamar mandi, satu dapur, dan satu ruang tamu.
Bangunan rumah tidak bertingkat, lantai rumah keramik dengan langit-
langit asbes. Atap terbuat dari asbes dan dinding tersusun dari batako.
Terdapat tiga jendela yang bisa dibuka satu buah dimasing-masing kamar.
Pencahayaan pada rumah terdapat lampu 1 buah dimasing-masing kamar
dengan 15 watt, di dalam kamar mandi 1 buah dengan 15 watt, di dapur
1 buah dengan 15 watt. Kamar mandi teretak di dalam rumah. Sumber air
yang di dapat untuk MCK yaitu melaui PAM, dengan air yang jernih,
tidak berbau dan tidak ada rasa. Pembuangan limbah cair rumah tangga
seperti, air bekas cucian di buang melalui selokan. Sumber listrik di
peroleh melalui token yang terdapat pada rumahnya sendiri. Pembuangan
sampah dilakukan setiap hari ke sungai didekat rumah.
b. Lingkungan pemukiman
Bagian depan rumah yaitu warung, belakang terdapat rumah
kontrakan, serta samping kanan dan kiri juga terdapat rumah kontrakan.
c. Pola makan
Tn. Surya rata-rata makan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore,
namun tidak selalu tepat waktu. Makan sering masak sendiri dengan
menu sehari-harinya yaitu nasi, tempe dan tahu. Tn. Surya tidak pernah
mengkonsumsi makanan selingan. Sebelum makan, Tn. Surya sering
mencuci tangannya dengan air bersih dan sabun, dan konsumsi air minum
melalui air galon isi ulang. Tn. Surya mengkonsumsi air minum sebanyak
2 liter dan sering mengkonsumsi kopi sebanyak 2-3 cangkir perharinya.

15
d. Riwayat obstetri dan Pola Asuh Anak
Tn. Surya belum berkeluarga dan beliau tidak mengetahui terkait
riwayat obstetri ibunya.
e. Kebiasaan berobat
Tn Surya biasa berobat ke Rumah Sakit Islam Jakarta dengan
menggunakan BPJS. Untuk mencapai Rumah Sakit, Tn. Surya memilih
menggunakan motor pribadi dengan waktu tempuh 10 menit. Tn. Surya
mengkonsumsi jamu satu kali dalam seminggu.
f. Riwayat penyakit
Tn Surya saat ini memiliki keluhan mengenai kesehatannya yaitu
memiliki benjolan di bawah matanya. Selama 2 tahun terakhir ini Tn.
Surya tidak mengalami penyakit apapun
g. Perilaku dan aktivitas sehari-hari
Tn. Surya sudah bekerja sebagai tukang parkir selama lebih dari 7
tahun. Saat bekerja sebagai tukang parkir, Tn. Surya jarang menggunakan
masker. Tn Surya sering mencuci tangannya sebelum makan dan tidak
menggunakan alat makan yang sama dengan teman kerjanya.
Tn Surya merupakan perokok aktif yang sering menghabiskan 1
bungkus seharinya. Tn. Surya tidak begadang dengan waktu tidur 5-10
jam seharinya. Dalam pekerjaannya sebagai tukang parkir, Tn. Surya
menghabiskan waktu 8-10 jam sehari. Tn. Surya jarang berolahraga. Tn.
Surya mandi 2 kali sehari dan tidak menggunakan alat mandi yang
bersamaan dengan keluarganya.

Tabel 16. Faktor Internal Keluarga Tn Surya


No Faktor internal Permasalahan
1. Kebiasaan merokok 1 bungkus perharinya
2. Pola makan 3 kali sehari, namun tidak selalu teratur
3. Kebersihan diri Selalu mencuci tangan sebelum makan

16
Tabel 17. Faktor Eksternal Keluarga Tn Surya
No Faktor eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan 40 m
2. Ruangan dalam rumah Di dalam rumah terdapat 3 kamar tidur, satu
kamar mandi, satu ruang tamu dan satu
dapur.
3. Jamban Memiliki 1 jamban di dalam rumah, limbah
cair langsung dibuang ke selokan
4. Jendela dan ventilasi Terdapat jendela 3 buah, masing-masing 1
buah di dalam kamar
5. MCK MCK di lakukan di dalam rumah
6. Pencahayaan Memiliki 1 lampu di setiap ruangannya,
kecuali di ruang tamu.
7. Sumber air Didapatkan dari PAM, jernih, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa
8. Saluran pembuangan limbah Limbah cair langsung di buang ke selokan

4. Tn. Sahri
Tn. Sahri tinggal bersama istrinya yang bernama Ny. Muslimah. Tn.
Sahri memiliki 3 orang anak yang tinggal di kampung.

Tabel 18. Data Anggota Keluarga Tn. Sahri


Status Jenis Penghasilan
Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (perhari)
Tn. Sahri Suami L 44 SD Juru Rp. 100.000-
tahun Parkir 150.000
Ny. Istri P 40 SD Ibu Tidak
Muslimah tahun Rumah Berpenghasilan
Tangga
L: Laki-laki; P: Perempuan

Keluarga Tn. Sahri bertempat tinggal di Cempaka Putih Warna, Jakarta


Pusat. Tn. Sahri berusia 44 tahun dan bekerja sebagai juru parkir dengan rata-
rata penghasilan per hari dapat mencapai Rp 100.000 hingga Rp 150.000.

17
Istrinya, Ny. Muslimah berusia 40 tahun dan berprofesi sebagai ibu rumah
tangga. Tn. Sahri memiliki 3 orang anak yang tinggal di kampung bersama
neneknya.
a. Bangunan tempat tinggal
Tn. Sahri mengontrak tempat tinggal, dengan ukuran bangunan 3m ×
4m dan luas bangunan 12 m2. Kontrakan tersebut terdiri dari dua kamar
tidur dan satu kamar mandi, setiap ruangan dipisahkan oleh sekat. Lantai
dilapisi keramik. Atap terbuat dari asbes. Langit-langit terbuat dari triplek
dan kayu dengan dinding terbuat dari batako. Tidak terdapat jendela dan
ventilasi yang cukup pada kontrakan Tn. Sahri. Luas kamar tidur kurang
lebih 6m2, pencahayaan tidak mencukupi karena tidak terdapat jendela.
Cahaya matahari dari pintu di depan hanya dapat menerangi ruang tamu
dan tidak dapat menerangi kamar tidur karena terdapat sekat diantara
kedua ruang. Terdapat satu buah lampu di setiap ruangan yang berfungsi
untuk menerangi ruangan dengan daya 10 watt. Air untuk MCK didapat
dari pompa air tanah yang ditampung di bak dan berwarna jernih, tidak
berbau, dan tidak berasa. Pembuangan limbah cair rumah tangga melalui
septic tank. Keluarga Tn. Sahri tidak memiliki tempat pembuangan
sampah sendiri. Sampah ditumpuk di depan kontrakan dan diangkut oleh
tukang sampah setiap hari.
b. Lingkungan tempat tinggal
Bagian belakang, kiri dan kanan tempat tinggal Tn. Sahri menempel
dengan kontrakan yang lain. Di depan kontrakan terdapat jalan buntu.
c. Pola makan
Keluarga Tn. Sahri rata-rata makan 2 kali dalam sehari, yaitu siang,
dan malam. Keluarga Tn. Sahri memasak sendiri untuk makanannya.
Menu sehari-hari antara lain nasi, sayur, tempe, tahu, telur, dan terkadang
ikan. Air minum didapat dari air galon isi ulang.

18
d. Riwayat obstetri dan pola asuh anak.
Istri Tn. Sahri, Ny. Muslimah pernah memiliki riwayat keguguran
sebanyak dua kali, dan saat ini sedang menggunakan KB jenis suntik.
Pada saat anak – anak Tn. Sahri masih bayi diberikan ASI eksklusif tanpa
tambahan susu formula sampai usia satu tahun.
e. Kebiasan berobat
Ketika Tn. Sahri maupun Ny. Muslimah sakit, biasanya berobat ke
Puskesmas yang ditempuh 5 menit dengan sepeda motor. Tn. Sahri tidak
pernah meminum jamu untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dan
juga tidak pernah berobat ke dukun atau orang pintar. Istri Tn. Sahri suka
mengkonsumsi jamu pada saat sedang hamil.
f. Riwayat penyakit
Tidak terdapat riwayat penyakit yang diderita baik oleh Tn. Sahri
maupun Ny. Muslimah.
g. Perilaku dan aktivitas sehari-hari
Tn. Sahri bekerja selama 5-8 jam sehari, selama bekerja jarang
menggunakan masker. Tn. Sahri mengaku jarang begadang dan jarang
berolahraga.Tn. Sahri terbiasa mandi 2 kali sehari, dan sikat gigi 2 kali
sehari. Tn. Sahri terbiasa membasuh tangan dengan air setiap sebelum
makan, tetapi tidak menggunakan sabun. Tn. Sahri memiliki kebiasaan
merokok sebanyak 1 bungkus rokok perhari.

Tabel 19. Faktor Internal Keluarga Tn. Sahri


No Faktor Internal Permasalahan
1. Pola Makan Keluarga Tn. Sahri umumnya makan 2 kali sehari,
dengan menu makanan antara lain nasi, sayur, tahu,
tempe, telur, dan terkadang ikan.
2. Riwayat Obstetri Pasangan Tn. Sahri dan Ny. Muslimah memiliki 3 anak,
dan Pola Asuh dan diketahui bahwa Ny. Muslimah pernah memiliki
Anak riwayat keguguran sebanyak 2 kali.

19
Lanjutan Tabel 19.
3. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Sahri membasuh tangan dengan air setiap
akan makan tetapi tidak menggunakan sabun.
4. Merokok Tn. Sahri adalah seorang perokok aktif dan merokok
sebanyak 1 bungkus sehari.

Tabel 20. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sahri


No Faktor Eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan Luas bangunan 12m2.
2. Ruangan dalam rumah Ruangan terdiri dari 1 kamar mandi, dan 2 kamar
tidur.
3. Jamban Jamban terletak di dalam rumah, limbah cair
keluarga dibuang melalui septic tank.
4. Jendela dan ventilasi Tidak terdapat jendela yang mengakibatkan tidak
adanya ventilasi udara yang cukup
5. MCK MCK dilakukan di jamban dalam rumah.
6. Sumber air Sumber air untuk MCK didapatkan dari pompa air
tanah. Sifat airnya jernih, tidak berbau, dan tidak
berasa.
7. Pencahayaan Pencahayaan setiap ruangan berasal dari 1 lampu
berdaya 10 watt
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
limbah cair septic tank

9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Sahri tidak memiliki tempat


sampah pembuangan sampah sendiri. Sampah tersebut
dikumpulkan di depan kontrakan dan diangkut oleh
tukang sampah setiap hari.
10. Lingkungan sekitar Sebelah kanan dan kiri tempat tinggal keluarga Tn.
rumah Junaedi menempel langsung dengan kontrakan
tetangga. Di bagian belakang kontrakan tersebut pula
terdapat rumah kontrakan lain. Di bagian depan
kontrakan merupakan jalan buntu.

20
5. Tn. Billy S.
Tn. Billy S. tinggal bersama istrinya yang bernama Ny. Nur dan satu
anak yang bernama Alfi Nur Alfiani.

Tabel 21. Data Anggota Keluarga Tn. Billy


Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin (perhari)
Tn. Billy S Suami L 51 - Juru Rp. 50.000-
tahun Parkir 200.000
Ny. Nur Istri P 47 SMA Ibu Tidak
tahun Rumah Berpenghasilan
Tangga
Alfi Nur Anak P 18 SMK Pelajar Tidak
Alfiani tahun Berpenghasilan
L: Laki-laki; P: Perempuan

Keluarga Tn. Billy S bertempat tinggal di Johar Baru, Jakarta Pusat. Tn.
Billy S. berusia 51 tahun dan bekerja sebagai juru parkir dengan rata-rata
penghasilan per hari dapat mencapai Rp 50.000 hingga Rp 200.000. Istrinya,
Ny. Nur berusia 47 tahun dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Tn. Billy
S. sudah memiliki 1 anak.
a. Bangunan Tempat Tinggal
Tn. Billy S mengontrak tempat tinggal, dengan ukuran bangunan 4m
× 5 m dengan luas bangunan 20 m2. Kontrakan tersebut terdiri dari satu
kamar tidur, dapur dan satu kamar mandi. Lantai dilapisi keramik. Atap
terbuat dari asbes. Langit-langit terbuat dari triplek dengan dinding
terbuat dari batako. Terdapat 1 ventilasi di kamar yang dapat dibuka.
Cahaya matahari dari jendela di depan hanya dapat menerangi kamar.
Terdapat satu buah lampu di kamar yang berfungsi untuk menerangi
ketiga ruangan sekaligus baik dapur, kamar tidur, dan kamar mandi
dengan daya 25 watt. Air untuk MCK didapat dari air PAM dan berwarna
jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Pembuangan limbah cair rumah
21
tangga langsung ke septic tank. Keluarga Tn. Billy S. tidak memiliki
tempat pembuangan sampah sendiri. Sampah ditumpuk di depan
kontrakan dan diangkut oleh tukang sampah setiap hari.
b. Lingkungan Tempat Tinggal
Bagian belakang tempat tinggal Tn. Billy adalah tanah kosong.
Bagian kiri dan kanan tempat tinggal Tn. Billy menempel dengan
kontrakan yang lain. Di depan kontrakan terdapat pohon.
c. Pola Makan
Keluarga Tn. Billy S rata-rata makan 2 kali dalam sehari, yaitu pagi
dan malam, tetapi tidak tepat waktu. Makanan didapat dari memasak dan
membeli di warteg. Menu sehari-hari antara lain nasi, ikan, sayur, tempe,
tahu, dan telur. Air minum didapat dari air galon. Tn. Billy tidak pernah
mencuci tangan sesudah dan sebelum karena ia memakai sendok ketika
makan. Tn. Billy sering meminum kopi 6 cangkir dalam sehari dan sering
jalan di pinggir jalan.
d. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak.
Istri Tn. Billy S, Ny. Nur pernah memiliki riwayat kehamilan dan
tidak memiliki riwayat keguguran. Ny. Nur pernah menggunakan KB
dalam bentuk suntik. Saat anak masih bayi diberikan ASI eksklusif.
e. Kebiasan Berobat
Ketika Tn. Billy dan keluarga biasanya berobat ke Puskesmas yang
ditempuh 15 menit dengan mengendarai motor. Tn. Billy tidak pernah
meminum jamu untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dan juga
tidak pernah berobat ke dukun atau orang pintar.
f. Riwayat Penyakit
Tidak ada riwayat penyakit di keluarga Tn. Billy. Riwayat penyakit
seperti diabetes, TB paru, asma, hipertensi, riwayat stroke, maupun
jantung tidak ada di keluarga Tn. Billy.

22
g. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Tn. Billy bekerja selama 10 jam sehari dan selama bekerja tidak
pernah menggunakan masker. Tn. Billy mengaku sering begadang dan
rutin berolahraga push up 3x dalam seminggu. Tn. Billy terbiasa mandi 2
kali sehari. Tn. Billy tidak pernah mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan. Tn. Billy memiliki kebiasaan merokok, dan minum kopi 6 cangkir
sehari.

Tabel 22. Faktor Internal Keluarga Tn. Billy


No Faktor Internal Permasalahan
1. Pola Makan Keluarga Tn. Billy S. umumnya makan 2 kali sehari,
dengan menu makanan antara lain nasi, ikan, sayur, tahu,
tempe, dan telur, namun jarang makan buah-buahan.
2. Riwayat Obstetri Pasangan Tn. Billy dan Ny. Nur sudah memiliki 1 anak,
dan Pola Asuh dan Ny. Nur tidak memiliki riwayat keguguran
Anak
3. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Billy tidak pernah mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan
4. Merokok dan Tn. Billy adalah seorang perokok aktif dan meminum
Minum Kopi kopi 6 cangkir per hari

Tabel 23. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Billy


No Faktor Eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan Luas bangunan tidak tahu
2. Ruangan dalam rumah Ruangan terdiri dari 1 kamar mandi, satu dapur, dan 1
kamar tidur yang disekat.
3. Jamban Jamban terletak di dalam rumah, limbah cair keluarga
langsung dibuang melalui septic tank
4. Jendela dan ventilasi Terdapat 1 jendela di kamar. Ventilasi hanya terdapat
di kamar.
5. MCK MCK dilakukan di jamban dalam rumah.
6. Sumber air Sumber air untuk MCK didapatkan dari PAM. Sifat
airnya jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.

23
Lanjutan Tabel 23.
7. Pencahayaan Pencahayaan seluruh rumah hanya berasal dari 2
lampu berdaya 25 watt yang berada di kamar dan di
luar rumah tempat tinggal keluarga Tn. Billy
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke septic
limbah cair tank.
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Billy memiliki tempat pembuangan
sampah sampah sendiri. Sampah tersebut dikumpulkan di
depan kontrakan dan diangkut oleh tukang sampah
setiap hari.
10. Lingkungan sekitar Sebelah kanan dan kiri tempat tinggal keluarga Tn.
rumah Billy menempel langsung dengan kontrakan tetangga.
Di bagian belakang kontrakan tersebut merupakan
tanah kosong. Di bagian depan kontrakan terdapat
pohon.

6. Tn. Rahmat
Tn. Rahmat tinggal bersama orang tuanya yang bernama Tn. Anshar dan
Ny. Merdi dan satu orang adiknya yang bernama Deri. Keluarga Tn. Rahmat
tinggal di rumah milik pribadi.

Tabel 24. Data Anggota Keluarga Tn. Rahmat


Status Jenis Penghasilan
Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (perhari)
Rahmat Anak 17 Juru Rp 100.000-
L SMA
Okiarlin Kandung tahun Parkir 200.000
Tn.
Ayah L - SMP Buruh Rp 100.000
Anshar
Ibu Tidak
Ny.
Ibu P - SMK Rumah Berpengha-
Merdi
Tangga silan
Tidak
Anak 14
Deri L SMP Pelajar Berpengha-
Kandung tahun
silan
L: Laki-laki; P: Perempuan

24
Keluarga Tn. Rahmat bertempat tinggal di Jalan Cempaka Putih Timur,
Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Tn. Rahmat berusia 17 tahun dan
bekerja sebagai juru parkir dengan rata-rata penghasilan per hari dapat
mencapai Rp 100.000 hingga Rp 200.000. Ayahnya, Tn. Anshar, seorang
buruh perusahaan dengan penghasilan Rp 100.000 per hari, dan ibunya
merupakan seorang ibu rumah tangga yaitu Ny. Merdi. Tn. Rahmat
mempunyai satu saudara kandung yaitu Tn. Deri, pelajar yang masih berusia
14 tahun.
a. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Rahmat mempunyai tempat tinggal seluas 50 m2 yang
terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur, dan sebuah
teras. Atap terbuat dari bahan tanah liat berwarna jingga. Langit-langit
dan dinding terbuat dari triplek. Terdapat sebuah jendela di depan rumah
dekat teras yang dapat dibuka. Luas kamar tidur kurang lebih 10 m2,
pencahayaan mencukupi karena terdapat lampu di tiap kamar. Cahaya
matahari dari jendela di depan hanya dapat menerangi bagian dalam
depan rumah dan tidak dapat menerangi kamar tidur. Kemudian terdapat
kamar mandi di luar rumah dan sumber air untuk MCK didapat dari
pompa air tanah yang ditampung di bak dan berwarna jernih, tidak
berbau, dan tidak berasa. Pembuangan limbah cair rumah tangga
langsung keselokan di belakang rumah. Keluarga Tn. Rahmat memiliki
tempat pembuangan sampah sendiri. Sampah ditumpuk di sebelah rumah
dan diangkut oleh tukang sampah setiap hari.
b. Lingkungan Tempat Tinggal
Bagian kiri, kanan, dan belakang tempat tinggal Tn. Rahmat
menempel dengan rumah yang lain. Di depan rumahnya terdapat jalan
setapak yang membatasi antara rumah tersebut dengan jalan umum.

25
c. Pola Makan
Tn. Rahmat rata-rata makan 3 kali dalam sehari dengan waktu makan
yang tak menentu. Kemudian ia mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
makanan selingan saat malam hari. Ibunya sering memasak makanan di
rumah. Menu sehari-hari antara lain nasi, tahu, tempe, ikan, sayur dan
masakan rumah lainnya. Selain itu, ia juga sering jajan di pinggir jalan.
Tn. Rahmat rutin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Air
minum didapat dari air galon isi ulang, dalam sehari Tn. Rahmat dapat
minum hingga 1 liter air mineral, sedangkan untuk kopi sekitar satu
cangkir sehari.
d. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak.
Ibu Tn. Rahmat, Ny. Merdi memiliki dua orang anak dan belum
pernah memiliki riwayat keguguran dan sekarang menjalani program KB
dalam bentuk pil. Saat Tn. Rahmat masih bayi, ia mendapatkan ASI
ekslusif dari ibunya.
e. Kebiasan Berobat
Ketika keluarga Tn. Rahmat sakit, umumnya berobat ke Puskesmas
yang ditempuh 15 menit berkendara dengan motor. Tn. Rahmat rutin
meminum jamu dua kali dalam seminggu untuk mengobati penyakit-
penyakit tertentu dan juga tidak pernah berobat ke dukun atau orang
pintar.
f. Riwayat Penyakit
Dalam dua tahun terakhir, Tn. Rahmat tidak memiliki keluhan dan
riwayat penyakit. Tetapi ibu dari Tn, Rahmat, yaitu Ny. Merdi
mempunyai riwayat hipertensi. Riwayat penyakit seperti tuberkulosis
paru, diabetes, stroke, jantung serta asma tidak ada di keluarga Tn.
Rahmat.

26
g. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Tn. Rahmat telah menjadi juru parkir selama 7 tahun. Dalam sehari
ia bekerja selama 5-8 jam sehari dan selama bekerja tidak pernah
menggunakan masker dan sering merokok selama bekerja. Tn. Rahmat
mengatakan jarang begadang serta mempunyai waktu tidur 5-10 jam pada
malam hari. Selain itu, ia rutin berolahraga dua kali seminggu dengan
durasi selama 30 menit. Tn. Rahmat terbiasa mandi 2 kali sehari dan tidak
pernah menggunakan alat mandi bersama kecuali gayung. Saat bekerja
Tn. Rahmat tidak sering bertukar handuk maupun pakaian dengan teman
kerjanya.

Tabel 25. Faktor Internal Keluarga Tn. Rahmat


No Faktor Internal Permasalahan
1. Pola Makan Keluarga Tn. Rahmat umumnya makan 3 kali sehari,
dengan menu makanan antara lain nasi, tahu, tempe, ikan,
sayur dan masakan rumah lainnya, tetapi pola makan
yang tidak menentu dan sering mengkonsumsi makanan
selingan di malam hari.
2. Riwayat Obstetri Orang tua Tn. Rahmat sudah memliki dua orang anak dan
dan Pola Asuh tidak ada riwayat keguguran. Selain itu, ibunya, Ny.
Anak Merdi mengikuti program KB dalam bentuk pil.
3. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Rahmat membasuh tangan dengan air setiap
sebelum dan sesudah makan.
4. Merokok Tn. Rahmat adalah seorang perokok aktif dan sering
merokok selama bekerja.

Tabel 26. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Rahmat


No Faktor Eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan Luas bangunan tidak ingat secara rinci, namun
mengaku sekitar 50 m2.
2. Ruangan rumah Ruangan terdiri dari 2 kamar tidur, satu kamar
mandi di luar rumah, dan 1 dapur.

27
Lanjutan Tabel 26.
3. Jamban Jamban terletak di luar rumah, limbah cair keluarga
langsung dibuang melalui selokan yang ada di
sekitar rumah
4. Jendela dan ventilasi Terdapat 1 jendela yang tidak dapat dibuka di
depan rumah dekat dengan teras. Ventilasi hanya
melalui jendela tersebut.
5. MCK MCK dilakukan di kamar mandi yang letaknya di
luar rumah.
6. Sumber air Sumber air untuk MCK didapatkan dari pompa air
tanah. Sifat airnya jernih, tidak berbau, dan tidak
berasa.
7. Pencahayaan Pencahayaan seluruh rumah hanya berasal dari
masing masing kamar, dimana bersumber dari
lampu berdaya 7 watt.
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
limbah cair selokan sekitarnya.
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Rahmat memiliki tempat
sampah pembuangan sampah sendiri di luar rumah. Sampah
tersebut dikumpulkan di depan rumah dan diangkut
oleh tukang sampah setiap hari.
10. Lingkungan sekitar Sebelah kanan, kiri, dan belakang tempat tinggal
rumah keluarga Tn. Rahmat menempel langsung dengan
rumah tetangga. Di bagian depan kontrakan
terdapat jalan setapak yang membatasi rumah
dengan jalan.

7. Tn. Teddy
Tn. Teddy tinggal bersama kakaknya dan dua orang temannya di
kontrakan.

28
Tabel 27. Data Anggota Keluarga dan Teman Tn. Teddy
Status Jenis Penghasilan
Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (perhari)
Juru
Tn. Adik 23
L SMP Parkir dan Rp 300.000
Teddy Kandung tahun
Ojek
Tn. Kakak 30 Juru
L SMA Rp 300.000
Dede kandung tahun parkir
Tn. 22 Juru
Teman L SMA Rp 300.000
Hasan tahun parkir
31 Ojek Rp 200.000
Tn. Jery Teman L SMA
tahun pengkolan -300.000
L: Laki-laki; P: Perempuan

Keluarga Tn. Teddy bertempat tinggal di Harapan mulya, Jakarta Pusat.


Tn. Teddy berusia 23 tahun dan bekerja sebagai juru parkir dengan rata-rata
penghasilan per hari dapat mencapai Rp 300.000. Tn Teddy belum
mempunyai istri dan dia tinggal bersama kakak dan dua orang temannya di
sebuah kontrakan.
a. Bangunan tempat tinggal
Tn. Teddy tinggal dikontrakan, dikontrakan tersebut terdapat satu
kamar tidur dengan ukuran 3m x 3m, satu ruang tamu berukuran 4m x 3m
serta teras. Kontrakan. Atap kontrakan terbuat dari asbes, Lantai dilapisi
keramik. Langit-langit terbuat dari triplek dengan dinding terbuat dari
batako. Terdapat 2 jendela satu di depan rumah dekat pintu masuk yang
dapat dibuka dan satu terdapat di kamar. Pencahayaan tidak maksimal
karena jarang dibukanya ventilasi atau jendela. Dikontrakannya terdapat
dua lampu yaitu satu di kamar tidur dan satu di ruang tamu. Kamar mandi
terletak di luar rumah, Air untuk MCK didapat dari pompa air tanah yang
ditampung di bak dan berwarna jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
Pembuangan limbah cair rumah tangga di septic tank. Tn. Teddy biasanya

29
membuang sampah di depan kontrakannya yang telah disediakan yang
dibuang setiap 2-3 minggu sekali.
b. Lingkungan tempat tinggal
Bagian belakang tempat tinggal Tn. Teddy adalah rumah. Bagian kiri
dan kanan tempat tinggal Tn. Teddy menempel dengan kontrakan yang
lain, serta di depan kontrakan terdapat parkiran
c. Pola makan
Keluarga Tn. Teddy rata-rata makan 3 kali dalam sehari, yaitu pagi,
siang, dan malam. Makanan didapat dari membeli di warteg. Menu
sehari-hari antara lain nasi, ikan, sayur, jengkol dll. Air minum didapat
dari air galon isi ulang.
d. Riwayat obstetri dan pola asuh anak.
Tn. Teddy belum berkeluarga dan mengaku tidak mengetahui
mengenai riwayat kehamilan maupun KB ibunya.
e. Kebiasan Berobat
Ketika Tn. Teddy sakit biasanya berobat ke Puskesmas yang
ditempuh 5 menit dengan kendaraan bermotor. Tn. Teddy tidak pernah
meminum jamu untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dan juga
tidak pernah berobat ke dukun atau orang pintar. Seluruh anggota
keluarga Tn. Teddy tidak terdaftar dalam BPJS.
f. Riwayat Penyakit
Tidak ada riwayat penyakit yang diderita Tn. Teddy namun,
orangtuanya memiliki riwayat hipertensi.
g. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Tn. Teddy bekerja selama 5-8 jam sehari dan selama bekerja tidak
pernah menggunakan masker. Tn. Teddy sering begadang setiap dia jaga
malam dan tidak berolahraga. Tn. Teddy terbiasa mandi 3 kali sehari. Tn.
Teddy sering mencuci tangan dengan air setiap sebelum dan sesudah

30
makan, tetapi tidak menggunakan sabun. Tn. Teddy memiliki kebiasaan
merokok sebanyak 1 bungkus rokok perhari, dan minum kopi 3 cangkir
sehari.

Tabel 28. Faktor Internal Keluarga Tn. Teddy


No Faktor Internal Permasalahan
1. Pola Makan Keluarga Tn. Teddy umumnya makan 3 kali sehari,
dengan menu makanan antara lain nasi, ikan, sayur, dll.
2. Riwayat Obstetri Tn. Teddy belum berkeluarga dan tidak mengetahui
dan Pola Asuh mengenai riwayat kehamilan maupun KB ibunya.
Anak
3. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Teddy mencuci tangan dengan air setiap
sebelum dan setelah makan tetapi tidak menggunakan
sabun.
4. Merokok dan Tn. Teddy adalah seorang perokok aktif dan merokok
Minum Kopi sebanyak 1 bungkus sehari dan minum kopi 3 cangkir
sehari

Tabel 29. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Teddy


No Faktor Eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan Tn. Tidak mengetahui luas bangunan kontrakannya
2. Ruangan dalam rumah Ruangan terdiri dari 1 kamar tidur, satu ruang tamu
dan teras
3. Jamban Jamban terletak di luar rumah, limbah cair keluarga
langsung dibuang di septic tank.
4. Jendela dan ventilasi Terdapat 1 jendela di depan rumah dekat dengan
pintu masuk yang dapat dibuka dan satu buah
ventilasi dikamar tidur
5. MCK MCK dilakukan di jamban dalam rumah.
6. Sumber air Sumber air untuk MCK didapatkan dari pompa air
tanah. Sifat airnya jernih, tidak berbau, dan tidak
berasa.
7. Pencahayaan Pencahayaan rumah berasal dari 1 lampu di ruang
tamu dan satu lampu di kamar tidur

31
Lanjutan Tabel 29.
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
limbah cair septic tank
9. Tempat pembuangan Tn. Teddy membuang sampah ditempat yang telah
sampah disediakan didepan kontrakannya dan dibuat setiap
2 – 3 minggu sekali
10. Lingkungan sekitar Sebelah kanan dan kiri tempat tinggal Tn. Teddy
rumah menempel langsung dengan kontrakan tetangga. Di
bagian belakang kontrakan tersebut terdapat
rumah. Di bagian depan kontrakan terdapat
parkiran

8. Tn. Rhama
Tn. Rhama tinggal bersama orangtua dan adiknya di rumah milik
pribadi. Tn Rhama belum menikah.

Tabel 30. Data Anggota Keluarga Tn. Rhama


Status Jenis Penghasilan
Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (perhari)
Tn. Kuli
Ayah L - SMP Rp 150.000
Junaidi bangunan
Ny. Buruh Rp 30.000-
Ibu P - SMK
Sumingsih cuci 50.000
Tn. Anak 18 Juru
L SMA Rp 100.000
Rhama Kandung tahun Parkir
Anak 14 Juru
Tn. Fachri L SMP Rp 50.000
Kandung tahun Parkir
L: Laki-laki; P: Perempuan

Keluarga Tn. Rhama bertempat tinggal di Jalan Cempaka Putih Tengah,


Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Tn. Rhama berusia 18 tahun dan
bekerja sebagai juru parkir dengan rata-rata penghasilan per hari dapat
mencapai Rp 100.000. Ayahnya, Tn. Junaidi bekerja serabutan sebagai kuli
bangunan dengan pendapatan Rp 150.000 perhari. Ibunya Ny. Sumingsih
merupakan seorang buruh cuci dengan pendapatan per hari antara Rp 30.000
32
hingga Rp 50.000, dan adiknya Tn. Fachri merupakan pelajar SMP yang saat
sore hari bekerja sebagai juru parkir dengan penghasilan Rp 50.000 per hari.
a. Bangunan tempat tinggal
Tn. Rhama mempunyai tempat tinggal milik pribadi yang terdiri dari
dua kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur, dan sebuah teras. Setiap
ruangan disekat. Atap terbuat dari bahan tanah liat. Langit-langit terbuat
dari triplek dan dinding terbuat dari batako. Terdapat sebuah jendela di
depan rumah dekat teras yang dapat dibuka, dan sebuah jendela lagi di
kamar orangtuanya. Luas kamar tidur kurang lebih 10 m2, pencahayaan
mencukupi karena terdapat lampu di tiap kamar. Cahaya matahari yang
masuk lewat jendela hanya menerangi bagian ruang tamu dan kamar
orangtua Tn. Rhama. Terdapat lampu berdaya 25 watt dimasing-masing
ruangan. Kemudian terdapat kamar mandi di dalam rumah dan sumber
air untuk MCK didapat dari pompa air tanah yang ditampung di bak dan
berwarna jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Pembuangan limbah cair
rumah tangga langsung keselokan di belakang rumah. Keluarga Tn.
Rhama tidak memiliki tempat pembuangan sampah sendiri. Sampah
ditumpuk di sebelah rumah dan diangkut oleh tukang sampah setiap hari.
b. Lingkungan tempat tinggal
Bagian kiri, kanan, tempat tinggal Tn. Rhama menempel dengan
rumah yang lain. Bagian belakang rumah Tn rhama merupakan tanah
kosong. Di depan rumahnya terdapat jalan setapak yang membatasi
antara rumah tersebut dengan jalan umum.
c. Pola makan
Tn. Rhama rata-rata makan 3 kali dalam sehari dengan waktu
makan yang tak menentu. Kemudian ia mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi makanan selingan saat malam hari. Ibunya sering
memasak makanan di rumah. Menu sehari-hari antara lain nasi, tahu,

33
tempe, sayur dan masakan rumah lainnya. Tn. Rhama tidak pernah jajan
dipinggir jalan dan rutin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Air minum didapat dari air galon isi ulang, dalam sehari Tn. Rahmat
dapat minum hingga 1,5 liter air mineral.
d. Riwayat obstetri dan pola asuh anak.
Ibu Tn. Rhama, Ny. Sumingsih memiliki dua orang anak yaitu
Tn. Rhama dan Fachri. Ny. Sumingsih tidak memiliki riwayat keguguran
dan sekarang menjalani program KB dalam bentuk pil. Saat Tn. Rhama
masih bayi, ia mendapatkan ASI ekslusif dari ibunya hingga usia 2 tahun.
e. Kebiasan berobat
Ketika keluarga Tn. Rhama sakit, umumnya berobat ke
Puskesmas yang ditempuh 15 menit berkendara dengan motor. Tn.
Rhama dan keluarga tidak pernah minum jamu maupun pergi ke dukun
untuk berobat, namun sering membeli obat di warung.
f. Riwayat penyakit
Dalam dua tahun terakhir, Tn. Rhama tidak memiliki keluhan dan
riwayat penyakit. Tetapi orangtua Tn, Rhama, yaitu Tn Junaidi dan Ny.
sumingsih mempunyai riwayat hipertensi. Riwayat penyakit seperti
tuberkulosis paru, diabetes, stroke, jantung serta asma tidak ada di
keluarga Tn. Rhama.
g. Perilaku dan aktivitas sehari-hari
Tn. Rhama telah menjadi juru parkir selama 2 tahun. Dalam
sehari ia bekerja selama 5-8 jam sehari dan selama bekerja tidak pernah
menggunakan masker dan sering merokok selama bekerja. Tn. Rhama
mengatakan sering begadang dengan durasi tidur malam kurang dari 5
jam. Selain itu, ia jarang berolahraga. Tn. Rhama terbiasa mandi 2 kali
sehari dan tidak pernah menggunakan alat mandi seperti handuk

34
Bersama dengan keluarga yang lainnya. Saat bekerja Tn. Rhama tidak
sering bertukar handuk maupun pakaian dengan teman kerjanya.

Tabel 31. Faktor Internal Keluarga Tn. Rhama


No Faktor Internal Permasalahan
1. Pola Makan Keluarga Tn. Rhama umumnya makan 3 kali sehari,
dengan menu makanan antara lain nasi, tahu, tempe,
sayur dan masakan rumah lainnya, tetapi pola makan
yang tidak menentu dan sering mengkonsumsi makanan
selingan di malam hari.
2. Riwayat Obstetri Orang tua Tn. Rhama memiliki dua orang anak dan
dan Pola Asuh tidak ada riwayat keguguran. Selain itu, ibunya, Ny.
Anak Sumingsih mengikuti program KB dalam bentuk pil.
Ny. Sumingsih juga memberikan ASI eksklusif kepada
Tn. Rahma hingga ia berusia 2 tahun.
3. Kebersihan Diri Keluarga Tn. Rhama membasuh tangan dengan air
setiap sebelum dan sesudah makan.
4. Merokok Tn. Rhama adalah seorang perokok aktif dan sering
merokok selama bekerja.

Tabel 32. Faktor Eksternal Keluarga Tn Rhama


No Faktor Eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan Luas bangunan tidak ingat.
2. Ruangan rumah Ruangan terdiri dari 2 kamar tidur, satu kamar
mandi di dalam rumah, 1 teras dan 1 dapur.
3. Jamban Jamban terletak di dalam rumah, limbah cair
keluarga langsung dibuang melalui selokan yang
ada di belakang rumah
4. Jendela dan ventilasi Terdapat 1 jendela yang dapat dibuka di depan
rumah dekat dengan teras, dan 1 jendela lagi di
kamar orangtua Tn. Rhama. Ventilasi hanya
melalui jendela tersebut.
5. MCK MCK dilakukan di kamar mandi yang letaknya di
dalam rumah.

35
Lanjutan Tabel 32.
6. Sumber air Sumber air untuk MCK didapatkan dari pompa air
tanah. Sifat airnya jernih, tidak berbau, dan tidak
berasa.
7. Pencahayaan Pencahayaan seluruh rumah hanya berasal dari
masing masing kamar, dimana bersumber dari
lampu berdaya 25 watt.
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
limbah cair selokan sekitarnya.
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Rhama tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah. Sampah tersebut
dikumpulkan di depan rumah dan diangkut oleh
tukang sampah setiap hari.
10. Lingkungan sekitar Sebelah kanan dan kiri tempat tinggal keluarga Tn.
rumah Rhama menempel langsung dengan rumah
tetangga. Di bagian depan terdapat jalan setapak
yang membatasi rumah dengan jalan. Di belakang
rumah adalah lahan kosong

9. Tn. Ajis
Tn. Ajis 20 tahun lulusan SMP, dia bekerja sebagai juru parkir
berpendapan setiap harinya Rp. 50.000/ hari. Tn. Ajis saat ini tinggal di salah
satu kontrakan di Jakarta bersama dengan 4 orang temannya.

Tabel 33. Data Teman Satu Kontrakan Tn. Ajis


Status Jenis Penghasilan
Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (perhari)
17
Tn. Lutfi Teman L SMA Grab bike Rp 200.000
tahun
Rp 150.000 -
Tn. Kowi Teman L - SMP Grab bike
250.000
Tn. Rp 100.000 -
Teman L - SMK Grab bike
Herman 200.000
Tn. 14 Juru Rp 50.000-
Teman L SMP
Musafa tahun Parkir 80.000
L: Laki-laki; P: Perempuan

36
Tn. Ajis bertempat tinggal di Johar Baru Jakarta Pusat. Tn. Ajis berusia
20 tahun dan bekerja sebagai juru parkir dengan rata-rata penghasilan per hari
mencapai Rp 50.000. Tn. Ajis belum berkeluarga dan saat ini dia tinggal
bersama 4 orang temannya di dikontrakan.
a. Bangunan tempat tinggal
Kontrakan yang sekarang ditempati oleh Tn. Ajis dan teman-
temannya mempunyai 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur bersama, 1
ruang tamu dan 1 ruang keluarga. Lantainya berbahan plester, dengan
langit-langit bangunan berbahan triplek, atap berbahan genteng, dan tidak
ada pondasi. Kontrakan tersebut mempunyai 2 jendela yang terletak di
bagian depan dan bisa dibuka. Terdapat 5 lampu yang berfungsi sebagai
penerangan di dalam kontrakan tersebut. Satu lampu di teras, 2 di kamar
tidur, 1 di kamar mandi, dan 1 di ruang tamu dengan daya lampu masing-
masing sebesar 15 watt. Kamar mandi berada di dalam, dan air yang
digunakan bersumber dari air tanah namun masih tetap jernih, tidak
berbau, dan tidak berasa. Pembuangan limbah cair rumah tangga
langsung menuju selokan. Sumber listrik di kontrakan langsung
ditanggung oleh pribadi. Sampah-sampah dari dalam rumah selalu
dibuang ke tempat sampah.
b. Lingkungan tempat tinggal
Bagian depan dari kontrakan langsung menghadap ke jalan.
Sedangkan bagian belakang, dan juga samping kiri dan kanan langsung
berbatasan dengan kontrakan lain.
c. Pola makan
Sehari-hari Tn. Ajis makan 3 kali sehari, yaitu pada waktu pagi,
siang, dan malam tanpa diselingi oleh camilan ataupun makanan ringan
lain. Namun pola makan tersebut tidak selalu teratur dilakukan. Ajis
biasanya tidak memasak sendiri makanan yang akan dikonsumsi

37
melainkan langsung membeli di warung makan. Makanan yang biasa
dikonsumsi biasanya nasi putih dan juga ikan. Sebelum dan sesudah
makan, Ajis selalu mencuci tangannya terlebih dahulu. Ajis selalu
bergantian menggunakan peralatan makan dan minum dengan temannya.
Untuk air minum, biasanya Ajis mengkonsumsi air minum kemasan.
Dalam sehari, Ajis bias menghabiskan sekitar 1 liter air minum. Ajis tidak
pernah mengkonsumsi kopi, juga tidak pernah membeli jajanan yang
dijual dipinggir jalan.
d. Riwayat obstetri dan pola asuh anak.
Tn. Ajis belum berkeluarga dan mengaku tidak mengetahui riwayat
kehamilan maupun riwayat KB ibunya.
e. Kebiasan Berobat
Tn. Ajis biasanya hanya mengkonsumsi obat-obatan yang dijual di
warung. Setiap 2 minggu sekali, Ajis juga rutin meminum jamu.
f. Riwayat Penyakit
Tn. Ajis mengaku tidak memiliki riwayat penyakit dan tidak
mengeluhkan sakit apapun selama 2 tahun terakhir.
g. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Tn. Ajis bekerja sebagai juru parkir selama 5-8 jam sehari dan selama
bekerja tidak pernah menggunakan masker. Tn. Ajis sering begadang dan
jarang berolahraga. Tn. Ajis terbiasa mandi 2 kali sehari dan terbiasa
mencuci tangan dengan air setiap sebelum dan sesudah makan, tetapi
tidak menggunakan sabun. Tn. Ajis memiliki kebiasaan merokok
sebanyak 1 bungkus rokok perhari, tetapi dia tidak minum kopi. Tn. Ajis
juga kerap menggunakan pakaian dan handuk besama dengan temannya.

38
Tabel 34. Faktor Internal Tn. Ajis
No Faktor Internal Permasalahan
1. Pola Makan Tn. Ajis umumnya makan 3 kali sehari, dengan menu
makanan antara lain nasi, ikan, sayur, dll.
2. Riwayat Obstetri Tn. Ajis belum berkeluarga dan mengaku tidak
dan Pola Asuh mengetahui terkait riwayat kehamilan maupun riwayat
Anak KB ibunya.
3. Kebersihan Diri Tn. Ajis mencuci tangan dengan air setiap akan makan
dan sesudah makan tetapi tidak menggunakan sabun.
4. Merokok Tn. Ajis adalah seorang perokok aktif dan merokok
sebanyak 1 bungkus sehari.

Tabel 35. Faktor Eksternal Tn. Ajis


No Faktor Eksternal Permasalahan
1. Luas bangunan Luas bangunan Tn. Ajis tidak ingat secara rinci
2. Ruangan rumah Ruangan terdiri dari 2 kamar tidur, satu kamar
mandi, 1 ruang tamu dan 1 dapur.
3. Jamban Jamban terletak di dalam rumah, limbah cair
keluarga langsung dibuang melalui selokan yang ada
di sekitar rumah
4. Jendela dan ventilasi Terdapat 2 jendela yang dapat dibuka di depan
rumah dekat dengan teras. Ventilasi hanya melalui
jendela tersebut.
5. MCK MCK dilakukan di kamar mandi.
6. Sumber air Sumber air untuk MCK didapatkan dari pompa air
tanah. Sifat airnya jernih, tidak berbau, dan tidak
berasa.
7. Pencahayaan Pencahayaan seluruh rumah hanya berasal dari
masing masing kamar, dimana bersumber dari lampu
berdaya 15 watt.
8. Saluran pembuangan Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
limbah cair selokan sekitarnya.

39
Lanjutan Tabel 35.
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Ajis memiliki tempat pembuangan
sampah sampah sendiri di luar rumah. Sampah tersebut
dikumpulkan di depan rumah dan diangkut oleh
tukang sampah setiap hari.
10. Lingkungan sekitar Bagian depan dari kontrakan langsung menghadap
rumah ke jalan. Sedangkan bagian belakang, dan juga
samping kiri dan kanan langsung berbatasan dengan
kontrakan lain.

1.3. Penentuan Area Masalah


1.3.1. Penjabaran Area Masalah Keluarga Binaan

1. Keluarga Tn. Junaedi


a. Masalah Medis
1) Riwayat penyakit asam urat pada istri Tn Junaedi, yaitu Ny. Suryati.
2) Riwayat demam thypoid pada Tn. Junaedi.
b. Masalah Non Medis
1) Tidak pernah menggunakan masker saat bekerja.
2) Kebiasaan mencuci tangan tanpa sabun.
3) Kebiasaan merokok saat bekerja.
4) Jarang mengonsumsi buah-buahan.
5) Pola makan tidak teratur

2. Keluarga Tn. Imam


a. Tidak ada masalah medis
b. Masalah Non Medis
1) Tidak pernah menggunakan masker saat bekerja.
2) Begadang dengan waktu tidur kurang dari 5 jam sehari.
3) Sering mengonsumsi makanan selingan pada malam hari.
4) Pola makan tidak teratur.

40
3. Keluarga Tn. Surya
a. Masalah Medis
1) Adanya benjolan di bawah mata
b. Masalah Non Medis
1) Kebiasaan jarang menggunakan masker saat bekerja.
2) Kebiasaan merokok saat bekerja.
3) Pola makan tidak teratur.

4. Keluarga Tn. Sahri


a. Masalah Medis
1) Adanya riwayat keguguran (abortus) sebanyak 2 kali pada istri Tn.
Sahri.
b. Masalah Non Medis
1) Kebiasaan mengonsumsi jamu oleh istri Tn. Sahri saat sedang
hamil.
2) Jarang menggunakan masker saat bekerja.
3) Kebiasaan mencuci tangan tanpa sabun.
4) Kebiasaan merokok saat sedang bekerja.

5. Keluarga Tn. Billy S.


a. Tidak ada riwayat masalah medis
b. Masalah Non Medis
1) Pola makan tidak teratur.
2) Kebiasaan tidak pernah mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan pada Tn. Billy.
3) Kebiasaan jajan di pinggir jalan.
4) Kebiasaan minum kopi lebih dari 5 cangkir sehari.
5) Kebiasaan tidak pernah menggunakan masker saat bekerja.
6) Kebiasaan merokok saat bekerja.
7) Kebiasaan begadang.
41
6. Keluarga Tn. Rahmat
a. Masalah Medis
1) Riwayat hipertensi pada Ibu Tn. Rahmat yang bernama Ny. Merdi
b. Masalah Non Medis
1) Kebiasaan jajan di pinggir jalan.
2) Pola makan tidak teratur.
3) Kebiasaan minum jamu untuk mengobati penyakit tertentu.
4) Kebiasaan merokok saat bekerja.
5) Kebiasaan tidak pernah menggunakan masker saat bekerja.

7. Keluarga Tn. Teddy


a. Tidak ada riwayat masalah medis.
b. Masalah Non Medis
1) Kebiasaan membuang sampah di depan tempat tinggal dan
menumpuk hingga 2-3 minggu baru diangkut oleh tukang sampah.
2) Kebiasaan tidak menggunakan masker saat bekerja.
3) Kebiasaan merokok saat bekerja.
4) Kebiasaan mencuci tangan tidak menggunakan sabun.

8. Keluarga Tn. Rhama


a. Masalah Medis
1) Adanya riwayat hipertensi di kedua orangtua Tn. Rhama
b. Masalah Non Medis
1) Kebiasaan mengonsumsi makanan selingan saat malam hari.
2) Kebiasaan mengobati penyakit dengan mengonsumsi obat yang
dibeli di warung.
3) Kebiasaan merokok saat bekerja
4) Kebiasaan tidak menggunakan masker saat bekerja.
5) Kebiasaan begadang dengan durasi tidur malam kurang dari 5 jam.
6) Kebiasaan jarang berolahraga.
42
9. Keluarga Tn. Ajis
a. Tidak ada riwayat masalah medis.
b. Masalah Non Medis
1) Pola makan tidak teratur.
2) Kebiasaan membeli makanan di warung.
3) Kebiasaan berganti-gantian dalam menggunakan peralatan makan
dan peralatan mandi dengan teman.
4) Kebiasaan mengobati penyakit yang diderita dengan mengonsumsi
obat yang dibeli di warung.
5) Kebiasaan meminum jamu.
6) Kebiasaan tidak menggunakan masker saat bekerja.
7) Kebiasaan merokok saat bekerja.
8) Kebiasaan begadang.
9) Kebiasaan jarang berolahraga.

1.3.2. Usulan Area Masalah Keluarga Binaan


Dari beberapa rumusan masalah keluarga binaan yang didapat, 4 masalah
terbesar yang menjadi usulan untuk diangkat adalah:
1. Pola makan yang tidak teratur
2. Hipertensi
3. Perilaku penggunaan masker
4. Perilaku merokok
5. Perilaku mencuci tangan dengan sabun

1.3.3. Metode Pemilihan Area Masalah


Pemilihan area masalah yang akan kami gunakan adalah metode Delphi.
Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand
Corporation, California pada tahun 1960-an. Metode Delphi merupakan suatu
teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok yang mempunyai

43
keahlian yang sama. Metode Delphi merupakan metode yang menyelaraskan
proses komunikasi komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif
dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks dan dapat pula digunakan
untuk menentukan prioritas masalah (Fajariyani , 2012). Proses penetapan
metode Delphi dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya. (Harold, et al, 1975).

Gambar 3. Proses Methode Delphi


Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan, maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta
menetapkan area masaah yaitu “Perilaku Penggunaan Masker pada
Komunitas Petugas Parkir di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Periode
Mei 2018”. Dalam penelitian ini, metode Delphi digunakan sebagai penentu
area masalah.

44
1.3.4. Penentuan Area Masalah Keluarga Binaan
Dari beberapa masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut,
diputuskan untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Penggunaan Masker
pada Komunitas Petugas Parkir di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
Periode Mei 2018”.
Pemilihan area masalah ini didasarkan pada metode Delphi dan melalui
pertimbangan sebagai berikut:
1. Dari hasil wawancara terhadap responden didapatkan didapatkan perilaku
penggunaan masker saat bekerja yang sangat rendah. Semua responden
memiliki kebiasaan untuk tidak menggunakan masker saat bekerja.
Variabel perilaku sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Dari
hasil presurvey didapatkan bahwa sebagian besar petugas parkir tidak
mengetahui bahaya dari polusi yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor
dan juga debu sekitar. Sebagian yang mengetahuinya, beranggapan bahwa
karena selama ini mereka belum pernah sakit walaupun tidak menggunakan
masker, itu berarti tanpa masker pun mereka aman, hal ini menjadi
kebiasaan dan dianggap wajar.
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, maka diputuskan
untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Penggunaan Masker pada
Komunitas Petugas Parkir di Kecamatan Cempaka Putih Periode Maret 2018”.

45
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diagnosis Komunitas


Diagnosis komunitas adalah upaya yang sistematis yang meliputi upaya
pemecahan masalah kesehatan keluarga sebagai unit primer komunitas adalah
masyarakat sebagai lokus penegakkan diagnosis komunitas. Dalam
melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari
bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang
sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh
pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode
penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan gizi) (Notoatmodjo, 2010). Menurut Dahlan
(2009), diagnosis komunitas dimulai dengan pengumpulan data melalui
wawancara atau anamnesis mengenai symptom dan sign, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang sederhana sampai pemeriksaan penunjang lanjutan,
diagnosis banding, diagnosis sementara dan akhirnya penetapan diagnosis tetap
seorang pasien.

2.2. Teori Perilaku

2.2.1. Pengertian Perilaku


Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

46
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan
batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman
dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat,
sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau
motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga
domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan
istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).
Menurut Skinner (Notoatmodjo, 2007) juga merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalaui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skinner
disebut teori “S-O-R atau stimulus organisme respon. Skinner juga
membedakan adanya dua proses yaitu :
a. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
ransangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
electing stimulation karena menimbulkan respon respon yang relative
tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk
makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respon
responden ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar
berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan
kegembiraanya dengan mengadakan pesta dan lain sebagainya.

47
b. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau
job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnya (stimulus
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melaksankan tugasnya.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua:
a. Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulasi ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati
secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat di amati atau di
lihat oleh orang lain. (Notoatmodjo, 2007)

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Menurut konsep dari Lawrence Green, yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2007) bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat,

48
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan pemberian Informasi
(Notoatmodjo, 2007).
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau kearah
yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,
keluarga atau masyarakat (Notoatmodjo, 2011).
Keyakinan seseorang didapat dari adanya variabel intelektual
yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara
berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-
faktor yang berhubungan dan menggunakan pengetahuan tersebut
untuk menyelesaikan masalahnya (Suprajitno, 2004).
2. Sosial ekonomi
Tingkat sosial Ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam masyarakat, tingkat sosial ekonomi adalah gambaran tentang
keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial
ekonomi. Tingkat sosial ekonomi meliputi pendidikan, pendapatan,
dan pekerjaan yang merupakan penyebab secara tidak langsung dari
masalah kesehatan (Adi R, 2004).
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjdinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan
bereaksi terhadap penyakitnya. Hal ini mempengaruhi keyakinan
kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi
seseorang, biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala
penyakit yang dirasakan (Suprajitno, 2004).
Pekerjaan menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2008),
adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

49
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah, berulang dan
banyak tantangan. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
pendapatan, status sosial, pendidikan serta masalah kesehatan.
Pekerjaan dapat mengukur status sosial ekonomi serta masalah
kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja (Timmreck, 2005).
3. Pemberian Informasi
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk
yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengmbilan
keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi (Kusrini, 2007).
Dengan memberikan informasi, penyuluhan dan sebagainya akan
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Dalam
pemberian surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap
sikap konsumennya (Wawan, 2010).
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, ketersediaan
makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti : puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes,
pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja
bergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien,
penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain, keluarga. Apakah penguat

50
itu positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang
berkaitan. Misalnya pada pendidikan kesehatan sekolah di tingkat sekolah
lanjutan tingkat atas, yang penguatnya datang dari teman sebaya, guru,
pejabat sekolah. Penelitian tentang perilaku remaja menunjukkan bahwa
perilaku penggunaan obat di kalangan remaja sangat dipengaruhi oleh
dorongan teman-teman, terutama teman dekat (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,
minat, kondisi fisik.
b. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
sarana.
c. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan
metodedalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

51
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

52
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini
mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

53
2.2.3. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2010) ini mencakup:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
Perilaku seseorang terhadap penyakit yaitu bagaimana manusia
berespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya) maupun
aktif (tindakan yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut). Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit yakni:
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
(health promotion behavior) misalnya makanan begizi, olahraga, dsb.
b) Perilaku pencegahan penyakit (health promotion behavior) misalnya
tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk, imunisasi.
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking
behavior) misal mengobati sendiri penyakitnya atau mencari
pengobatan ke puskesmas, RS, dukun, dsb.
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilitation behavior) misal melakukan diet, mematuhi anjuran
dokter dalam rangka pemulihan kesehatan.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon
seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan modern maupun
tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas kesehatan,
cara pelayanan, petugas kesehatan, obat-obatan.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)
Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Unsur-unsur yang
terkandung didalamnya zat gizi, pengelolaan makanan, dsb.

54
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang
terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini
mencakup air kotor, limbah, rumah yang sehat, pembersihan sarang-sarang
nyamuk.
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2010) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2) Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan,
atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking
behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.2.4. Pengukuran Perilaku


Cara mengukur perilaku ada dua cara (Notoatmodjo, 2010) yaitu:
1. Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, bulan yang lalu (recall).
2. Perilaku yang diukur secara tidak langsung yakni, dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.

55
Pengukuran perilaku berisi pernyataan-pernyataan terpilih yang sesuai
dengan perilaku pencegahan dan telah diuji reabilitas serta validitasnya maka
dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku responden. Kriteria
pengukuran perilaku yakni :
a) Perilaku Baik jika nilai ≥ 7
b) Perilaku Kurang baik jika nilai ≤ 6
Subyek memberi respon dengan skala gutman jawaban ya diberi skor 1
dan jawaban tidak diberi skor 0 (Hidayat, 2009).

2.2.5. Teori Perubahan Perilaku


Dalam perilaku keseahatan terdapat beberapa hal penting yaitu masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan
tujuan dari sebuah pemberian informasi kesehata, maka ada banyak teori
tentang perubahan perilaku ini (Notoatmodjo, 2007), antara lain :
a. Teori Stimulus Organisme (SOR)
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (Stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber
komunikasi (sources), seperti kredibilitas kepemimpinan dan gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang,
kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953) dalam buku
(Notoatmodjo, 2007) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada
hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses belajar pada individu. Stimulus (rangsang)
yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus telah mendapat perhatian dari oganisme (diterima) maka
selanjutnya stimulus ini akan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu itu organisme mengolah stimulus tersebut lalu timbul kesedian
untuk bertindak (Bersikap). Dukungan fasilitas serta dorongan telah

56
didapat dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan
(perubahan perilaku).
b. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Dalam teori ini menyebutkan bahwa dissonance
(ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua
elemen kognisi yang saling bertengtangan. Elemen bertetangan yaitu
pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu menghadapi
suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersenbut menimbulkan pendapat
atau keyakinan yang berbeda di dalam individu itu sendiri. Penyeleseian
konflik ini adalah penyesuaian diri secara kognitif. Dengan penyesuain diri
ini maka akan terjadi keseimbangan kembali dan keberhasilan yang
ditunjukan itu dengan tercapainya keseimbangan kembali menunjukan
adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku
(Notoatmojdo, 2007).
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti stimulus yang dibutuhkan
adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut. Menurut Katz perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu
yang bersangkutan (Notoatmdjo, 2007). Perilaku memiliki fungsi
instrumental yaitu seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap
objek demi kebutuhannya. Perilaku berfungsi sebagai defence macanism
atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkunganya. Perilaku
berfungsi sebagai menerima objek dan pemberi arti. Dalam peranya dengan
tindakan itu seseorang senatiasa menyesuaikan diri dengan lingkunganya.
Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi.

57
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuata-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu
dapat berubah apabila kekuatan-kekuatan dalam diri tersebut memilki
ketidakseimbangan di dalam diri seseorang maka ada tiga terjadinya
perubahan perilaku, (Notoatmodjo, 2007). Kekuatan–kekuatan pendorong
meningkat sehingga akan terjadinya pendorong untuk perubahan perilaku.
Stimulus ini berupaya penyuluhan atau informasi yang diberikan.
Kekuatan kekutan penahan melemah sehingga akan menurunkan kekuatan
penahan. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

2.2.6. Bentuk Perubahan Perilaku


Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan para ahli dalam pemahamnya terhadap perilaku. Menurut WHO
(World Health Organization) dikelompokan menjadi tiga, (Notoatmodjo, 2007)
yaitu :
a. Perubahan alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia dari waktu ke waktu pasti memilki perubahan dan
perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah
b. Perubahan terencana (Planned Change)
Perubahan terencana ini terjadi karena adanya perencanaan sendiri
oleh subjek yang akan merubah perilakunya sendiri
c. Kesedian untuk berubah (Readdiness to Change)
Apabila terdapat inovasi atau program-program pembanguan di
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah subjek akan menerima
inovasi tersebut atau perubahan tersebut (perubahan perilakunya), dan
sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan
tersebut.

58
2.3. Alat Pelindung Diri (APD)

2.3.1. Definisi APD


Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, alat
pelindung diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

2.3.2. Jenis dan Fungsi APD


Berikut Alat Pelindung Diri (APD) menurut Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri:
1. Alat pelindung kepala
a. Fungsi
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar
oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro
organisme) dan suhu yang ekstrim.
b. Jenis
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-
lain.
2. Alat pelindung mata dan muka
a. Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan
benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
59
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
b. Jenis
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman
(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng
muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
3. Alat pelindung telinga
a. Fungsi
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
b. Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan
penutup telinga (ear muff).
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
a. Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan
kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas/ fume, dan sebagainya.
b. Jenis
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari
masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator,
Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam
dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA),
Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing
apparatus.

60
5. Alat pelindung tangan
a. Fungsi
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,
suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus
listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen
(virus, bakteri) dan jasad renik.
b. Jenis
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari
logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung
tangan yang tahan bahan kimia.
6. Alat pelindung kaki
a. Fungsi
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa
atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena
bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
b. Jenis
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan
yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah
atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-
lain.
7. Pakaian pelindung
a. Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia,

61
cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen
dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan
jamur.
b. Jenis
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek
(Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian
atau seluruh bagian badan.
8. Alat pelindung jatuh perorangan
a. Fungsi
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja
agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga
pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring
maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga
tidak membentur lantai dasar.
b. Jenis
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman
tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety
rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan
jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
9. Pelampung
a. Fungsi
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air
atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau
mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada
posisi tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di
dalam air.

62
b. Jenis
Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi
keselamatan (life vest), rompi pengatur keterapungan (Bouyancy Control
Device).

2.4. Faktor Hazard yang yang Berhubungan dengan Pekerjaan pada Petugas
Parkir

Tabel 36. Faktor Hazard yang Mungkin pada Pekerjaan Petugas Parkir
Jenis bahaya Contoh Resiko Konsekuensi
(Hazard)
Faktor Fisik a. Bising a. Gangguan a. Tuli
b. Radiasi sinar pendengaran b. Kanker Kulit
matahari b. Kulit c. Lemas,
c. Suhu Panas c. Dehidrasi kelelahan
Faktor Biologis a. Bakteri Infeksi a. Demam
b. Jamur b. Panu
c. Virus c. Influenza
Faktor Kimia Asap Gangguan ISPA
Pernapasan
Faktor Ergonomik a. Berdiri terlalu a. Persendian / a. Encok, pegal-
lama tulang pegal
b. Gerakan b. Otot tangan b. Pegal-pegal,
tangan keram
Faktor Psikososial a. Jam Kerja yang Otak dan tubuh Stres, kelelahan,
lama / istirahat pusing
kurang
b. Menjaga
kendaraan
pengunjung
Kecelakaan Tertabrak atau Cedera Luka-luka,
terserempet lumpuh, hingga
kendaraan kematian
(Sumber: Mariah dan Anisa N, 2013)

63
2.4.1. Bising Lalu Lintas
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, kebisingan adalah bunyi yang
tidak diinginkan dari suatu kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia dan ketidaknyamanan
lingkungan. Seseorang yang terpajan kebisingan melebihi nilai ambang batas
kebisingan yakni 85 dBA selama 8 jam akan dapat merusak pendengaran atau
terkena gangguan pendengaran (Chaeran, 2008). Gangguan pendengaran akibat
bising merupakan gangguan pendengaran neurosensoris kedua tersering
dijumpai setelah gangguan pendengaran akibat presbikusis. Di seluruh dunia
kejadian gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja sebesar 16%
dengan variasi berkisar 7-21% (Nandi SS dan Dhatrak SV, 2008). Kebisingan
juga dapat menimbulkan keluhan lainnya seperti susah tidur, mudah emosi dan
gangguan konsentrasi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja (Joshi SK, et
al, 2003)
Bising lalu lintas merupakan bunyi yang ditimbulkan oleh lalu lintas.
Tingkat gangguan bising yang berasal dari bunyi lalu lintas dipengaruhi oleh
intensitas bunyinya, seberapa sering terjadi dalam satu satuan waktu serta
frekuensi bunyi yang dihasilkannya (Resmana, et al, 2008). Menurut penelitian
Susilawati (2010) intenstitas bising lalu lintas di atas 85 dB disertai bunyi peluit
berkisar 99,8-101 dB yang dibunyikan dengan kekuatan maksimal secara
statistik bermakna menyebabkan penurunan fungsi pendengaran pada juru
parkir.

2.4.2. Sinar Matahari


Dalam beberapa hal sinar ultra violet bermanfaat untuk manusia yaitu
diantaranya untuk mensintesa Vitamin D dan juga berfungsi untuk membunuh
bakteri. Namun disamping manfaat tersebut di atas sinar ultra violet dapat
merugikan manusia apabila terpapar pada kulit manusia terlalu lama. Sinar ultra
violet (UV) dapat digolongkan menjadi UV A dengan panjang gelombang

64
diantara 320 – 400 nm, UV B dengan panjang gelombang 290 – 320 nm dan
UV C dengan panjang gelombang 10 – 290 nm. Semua Sinar UV A di emisikan
ke bumi, sedangkan sinar UV B sebagian diemisikan ke bumi (terutama yang
panjang gelombangnya mendekati UV A). Sinar UV B dengan panjang
gelombang lebih pendek dan sinar UV C tidak dapat diemisikan ke bumi karena
diserap lapisan ozon di atmosfir bumi. Dengan demikian apabila lapisan ozon
yang ada di atmosfir rusak, sinar UV B yang masuk ke bumi akan semakin
banyak (BPOM, 2009).
Dari ketiga jenis sinar ultraviolet yang sudah dibahas, masing – masing
memiliki ciri-ciri dan tingkat keparahan efek radiasi yang berbeda-beda.
Namun pada umumnya, sinar ultraviolet yang terpapar masuk ke bumi, dapat
berdampak sebagai berikut (Isfardiyana dan Safitri, 2014):
a. Kemerahan pada kulit, dapat disertai rasa gatal dan sensasi seperti kulit
terbakar terutama karena sinar UV B.
b. Meningkatkan resiko terjadinya katarak.
Faktor ekstrinsik terjadinya katarak antara lain adalah pajanan kronis ultra
violet, infra merah atau sinar matahari, merokok, nutrisi, myopia, alkohol,
derajat sosial ekonomi, status pendidikan dan multivitamin (Tana dkk.,
2007).
c. Dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
Paparan sinar UV dapat menimbulkan terjadinya kerusakan fotokimia pada
DNA dari sel-sel yang berada di dalam tubuh. Hal ini akan memicu
terbentuknya kanker, terutama kanker kulit pada manusia. Beberapa jenis
kanker kulit disebabkan oleh sinar UV. Sinar matahari di siang dan sore
hari sangat riskan untuk merusak kulit. Sel-sel kulit dapat memburuk akibat
terkena sinar matahari.
d. Radiasi sinar UV A yang menembus dermis dapat merusak sel kulit. Kulit
dapat kehilangan elastisitas, Paparan sinar UV A yang dapat menembus

65
bagian demis kulit dapat merusak sel-sel yang berada pada dermis. Hal ini
membuat elastisitas kulit menjadi berkurang. Kerutan pada kulit
merupakan salah satu efek samping dari hilangnya dan berkurangnya
elastisitas kulit.

2.4.3. Pencemaran Udara


Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Pencemaran udara dapat bersumber dari berbagai macam,
antara lain: asap kendaraan bermotor, asap pabrik, limbah indutri, limbah rumah
tangga dan lain-lain. (Dinas Perhubungan Kota Lampung). Emisi gas buang,
berupa asap knalpot, adalah akibat terjadinya proses pembakaran yang tidak
sempurna, dan mengandung timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate
matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SO2), hidrokarbon (HC),
karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox)” (BPLH DKI Jakarta,
2013).

Tabel 37. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang


Pencemar Keterangan
Karbon monoksida (CO) Standar kesehatan : 10 mg/m3 (9ppm)
Oksida sulfur (SOx) Standar kesehatan : 8 ug/m3 (0,03 ppm)
Partikulat matter Standar kesehatan : 50 ug/m3 selama 1 tahun; 150 ug/m3
Oksida nitrogen (NOx) Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam
Ozon (O3) Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam
(Sumber: Ismiyati, Marlita D, Saidah D, 2014)

Berlebihnya tingkat konsentrasi zat pencemar seperti yang disebut


tersebut, hingga melampaui ambang batas toleransi yang diperkenankan akan
memberikan dampak negatif yang berbahaya terhadap lingkungan, naik

66
manusia, tumbuhan, hewan, dan rusaknya benda-benda (material) serta
berpengaruh pada kualitas air hujan (hujan asam) (MN Rao, et al, 1994)..
Ada tiga cara masuknya bahan pencemar udara ke dalam tubuh manusia,
yaitu melalui inhalasi, ingestasi, dan pencemaran kulit. Inhalasi adalah
masuknya bahan pencemar udara ke tubuh manusia melalui sistem pernapasan
seperti yang terlihat pada gambar 3. Bahan pencemar ini dapat mengakibatkan
gangguan pada saluran pernapasan, selain itu bahan pencemar tersebut masuk
ke dalam peredaran darah dan menimbulkan dampak pada organ atau jaringan
tubuh yang lain. (MN Rao, et al, 1994).

Gambar 4. Ukuran dan Penetrasi Partikel ke Sistem Pernapasan


(MN Rao, et al, 1994)

Bahan pencemar udara yang berdiameter cukup besar tidak jarang masuk
melalui saluran pencernaan (ingestasi), seperti ketika makan atau minum di
pinggir jalan. Bahan pencemar tersebut dapat menimbulkan efek local dan dapat
pula menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Permukaan kulit juga
dapat menjadi pintu masuk bahan pencemar udara dan dapat menimbulkan efek
seperti dermatitis, alergi, hingga menimbulkan efek sistemik yang dapat terjadi
karena pencemar organik melakukan penetrasi ke kulit dan masuk ke aliran
darah (Budiyono A, 2001).

67
2.5. APD yang Digunakan oleh Petugas Parkir
1. Earplug
Bising lalu lintas merupakan bunyi yang ditimbulkan oleh lalu lintas.
Tingkat gangguan bising yang berasal dari bunyi lalu lintas dipengaruhi
oleh intensitas bunyinya, seberapa sering terjadi dalam satu satuan waktu
serta frekuensi bunyi yang dihasilkannya. Menurut penelitian Susilawati
intensitas bising lalu lintas di atas 85 db disertai bunyi peliut berkisar 99,8-
101 db yang dibunyikan saat dengan kekuatan maksimal secara statistik
bermakna menyebabkan penurunan fungsi pendengaran pada juru parkir.
Juru parkir mempunyai risiko 7 kali lebih besar dibandingkan dengan
kontrol untuk mengalami penurunan fungsi pendengaran akibat bising.
Oleh karena itu, juru parkir disarankan menggunakan earplug saat bekerja
untuk meredam bising. (Arifani N, 2004).
2. Seragam lengkap termasuk rompi.
3. Masker
Lalu lintas kendaraan bermotor yang cukup padat mempengaruhi
kualitas udara, kepadatan lalu lintas kendaraan tidak hanya terjadi di jalan
raya, tetapi juga dapat terjadi di tempat parkir karena penggunaan
kendaraan bermotor yang terus meningkat yang akhirnya mempengaruhi
kualitas udara di tempat parkir (Wardhana, 1995). Kemacetan lalu lintas di
tempat parkir dengan ventilasi yang kurang baik akan menyebabkan tingkat
pencemaran udara yang tinggi, hal ini terjadi karena gas buang dari
kendaraan bermotor tersebut tidak dapat bersirkulasi. Emisi gas buang
kendaraan bermotor yang semakin meningkat dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada orang yang berada di dekat lokasi polutan,
khususnya juru parkir. Emisi gas buang kendaraan bermotor mengandung
timbal (Pb), karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida
(SOx), hidrokarbon (HC), dan partikel atau debu yang dapat menganggu

68
fungsi saluran pernapasan. Oleh karena itu penggunaan masker sangat
penting untuk menghindari masuknya faktor pencemar dari saluran
pernapasan dan mulut. (Kristanto AG, et al, 2013)

2.6. Penggunaan Masker Menurut Islam


Penggunaan masker merupakan salah satu tindakan untuk pencegahan
penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran pernapasan seperti ISPA.
Pencegahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan tindakan
preventif untuk menghindari terhadap segala hal yang tidak diinginkan atau
bahkan merugikan jika hal itu terjadi. Jika disandarkan dengan kata penyakit,
pencegahan penyakit berarti upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk
menghindari munculnya penyakit.
Pemakaian masker dengan bertujuan untuk menghindari polusi dan
mencegah terjadinya penyakit pada saluran pernapasan termasuk dalam salah
satu upaya pencegahan penyakit yang diajarkan Rasulullah saw yaitu menjaga
kebersihan dan menghindari diri dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari
paparan agen pencemar udara maupun kebisingan.
Menjaga kebersihan yang dimaksud yaitu menjaga lingkungan dari
polusi. Beberapa objek yang dapat terkena polusi, diantaranya yaitu air, tanah,
udara. Jika lingkungan sudah dipenuhi polusi, maka akan menjadi sumber bibit
penyakit, diantaranya influenza, hepatitis, cacar, dan lain-lain.
Rasulullah bersabda:

‫ب أ َ َح ُد ُك ْم‬
َ ‫ان فَ ِإذَا تَثَا َء‬
ِ ‫ش ْي َط‬
‫ُب ِم ْن ال ه‬ ُ ‫َّللاِ َوالتهثَاؤ‬
‫اس ِم ْن ه‬ ُ ‫ا ْلعُ َط‬
‫ض َحكُ ِم ْن َج ْوفِ ِه‬ ْ َ‫ان ي‬ ‫علَى فِي ِه َوإِذَا قَا َل آ ْه آ ْه فَ ِإ هن ال ه‬
َ ‫ش ْي َط‬ َ َ‫فَ ْلي‬
َ ُ‫ض ْع يَ َده‬
‫ب‬ ‫ُب فَ ِإذَا قَا َل ه‬
َ ‫الر ُج ُل آ ْه آ ْه ِإذَا تَثَا َء‬ َ ‫اس َو َيك َْر ُه التهثَاؤ‬
َ ‫ب ا ْلعُ َط‬ ‫َو ِإ هن ه‬
ُّ ‫َّللاَ يُ ِح‬
‫س ٌن‬
َ ‫ِيث َح‬ ٌ ‫سى َهذَا َحد‬ َ ‫ض َحكُ فِي َج ْوفِ ِه قَا َل أَبُو ِعي‬ ْ َ‫ان ي‬ ‫فَ ِإ هن ال ه‬
َ ‫ش ْي َط‬
‫ص ِحي ٌح‬
َ
69
”Apabila salah seorang dari kamu menguap, hendaklah ia meletakkan kedua
tangannya di mulutnya, karena sesungguhnya setan akan masuk pada saat
menguap.”(HR. Tirmidzi; 2670)

Dari Abu Hurairah, Rasululloh bersabda bahwa apabila bersin, beliau


menutup wajahnya dengan kedua tangannya atau pakaiannya, dan menekan
suara dengannya.
Udara disekitar lahan parkir kendaraan bermotor juga banyak
mengandung polutan yang berasal dari emisi kendaraan bermotor, seperti
karbon monoksida, timbal, nitrogen oksida, dll, juga mengandung agen polutan
organic seperti bakteri dan virus. Untuk itu masker digunakan sebagai barrier
agar agen-agen polutan tersebut tidak masuk ke saluran pernapasan dan mulut
sehingga dapat terhindar dari bahaya penyakit salah satunya ISPA. Hadist
mengenai tidak boleh membahayakan diri sendiri tercantum dalam sabda
Rasulullah swt:
“Tidak boleh membahayakan (diri) dan tidak boleh membahayakan
(orang lain)”.

70
2.7. Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilaku
Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh
3 faktor yaitu:

Alat Pelindung Diri untuk Juru Parkir


1. Earplug
2. Masker

Faktor Perdisposisi Faktor Pendukung Factor Pendorong


(Predisposing factors): (Enabling factors): (Reinforcing factors):
- Pengetahuan Ketersediaan fasilitas atau
Sikap dan perilaku petugas
- Sikap sarana – sarana kesehatan
kesehatan atau petugas
- Kepercayaan –
seperti puskesmas, obatlain yang merupakan
- Keyakinan obat, dan peralatan
kelompok referensi dari
- Nilai – nilai kesehatan. perilaku masyarakat.

Perilaku Penggunaan Masker pada


Juru Parkir

(Sumber: Lawrence Green dalam Notoadmodjo, 2010)

71
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yaitu Perilaku Penggunaan Masker
pada Petugas Parkir di Kecamatan Cempaka Putih Periode Mei 2018.

Pengetahuan

Kebiasaan Perilaku Penggunaan Masker pada


Juru Parkir

Sarana dan
Prasarana

2.7. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur
Cara Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Perilaku Perilaku Pengamatan Lembar a. Menggunakan Nominal
penggunaan menggunakan langsung kuesioner masker
masker masker oleh dan b. Tidak
juru parkir wawancara menggunakan
selama masker
bekerja.
2 Pengetahuan Pengetahuan Wawancara Lembar 1. Baik, jika Ordinal
juru parkir kuesioner hasil 8-10
terhadap 2. Cukup, jika
bahaya yang hasil 5-7,
akan 3. Buruk, jika
ditimbulkan hasil <5
jika tidak
menggunakan
masker
3 Kebiasaan Ada tidaknya Wawancara Lembar a. Baik, jika Ordinal
kebiasaan kuesioner hasil 2-3
yang b. Buruk, jika
dilakukan hasil < 2
sejak lama
dan menjadi
72
bagian dari
kehidupan
juru parkir
tersebut
4 Sarana dan Ketersediaan Wawancara Lembar a. Baik jika Ordinal
Prasarana masker oleh kuesioner hasil ≥4
pemilik toko b. Buruk jika
yang dijaga hasil < 4
juru parkir
tersebut
maupun milik
pribadi juru
parkir.

73
DAFTAR PUSTAKA

Adi, R. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Edisi 1. Jakarta: Granit
Aiman bin Abdul Fattah. 2004. Keajaiban Thibbun Nabawi. Surakarta: Daru’sh-
Sho’ifah. p: 158 – 165.
Arifani N. 2004. Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan tenaga kerja. Cermin Dunia
Kedokteran. 144:24-28.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Naturakos Edisi 11 2009. Vol. IV/No.11,
September 2009 ISSN 1907-6606
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Pengertian Pencemaran
Udara
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Zat – zat Pencemar
Udara.
Budiyono A, 2001. Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara pada
Lingkungan. Berita Dirgantara Vol. 2, No.1, Maret 2001.
Chaeran, M. 2008. Studi Kasus Bandara Ahmad Yani Semarang. Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro
Dahlan, M. Sopiyudin. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
Dinas Perhubungan Kota Lampung. Pencemaran Udara. dishub.lampungprov.go.
id/downlot.php?file=Polusi-Udara.pdf. (Diakses ada 2 Juni 2018 pukul 18.33
WIB)
Gambaran umum wilayah Kecamatan Cempaka Putih secara geografis.
https://jakpuskota.bps.go.id. (Diakses pada 28 Mei 2018, pukul 20.00 WIB)
Green LW. 2000. Health Promotion Planning on Educational and Environment
Approach.
Hidayat, AA. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

74
http://www.streetdirectory.com/indonesia/jakarta/ (Diakses pada 28 Mei 2018, pukul
20.30 WIB)
Isfardiyana SH, Safitri SR. 2014. Pentingnya Melindungi Kulit dari Sinar Ultraviolet
dan Cara Melindungi Kulit dengan Sunblock Buatan Sendiri. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, Vol. 3, No. 2, Mei 2014
Ismiyati, Marlita D, Saidah D. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog)
- Vol. 01 No. 03, November 2014
Joshi SK, Devkota S, Chamling S. 2003. Enviromental noise induced hearing loss in
Nepal. Kathmandu University Med J 2003; 1:177-83.
Kristanto GA, Sumabrata J, Astuti SK. 2013. Analisis Kualitas Udara di Ruang Parkir
Bawah Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Pengguna. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 5, Nomor 2, Juni 2013 Hal. 117-126
Kusrini, Koniyo Andri. Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi Akutansi
dengan Visual basic dan Mocrosoft SQL Server. Yogyakarta. C.V ANDI
OFFSET
Mariah, Anisa N. 2013. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Petugas
Parkir Mobil di Private Care Center RSUP Wahidin Sudirohusodo. Makassar:
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
MN Rao, HVN Rao, et al. 1994. Air pollution, Six reprint. New Delhi: Publishing
Company Limited TATA McGRAW-HILL.
Nandi SS, Dhatrak SV. 2008. Occupational noise-induced hearing loss in India. Indian
J Occup Environ Med 2008; 12:53-56
Notoatmodjo S. 2010. Pendidilkan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Resmana, Thiang, Kuntjoro JA. 2008. Prediksi kepadatan kendaraan bermotor
berdasarkan tingkat kebisingan lalu lintas dengan menggunakan logika Puzzy.

75
Available from: http://puslit.petra.ac.id/journals/ informatics/. (Cited on
December 20, 2008).
Sarwono S, 2004. Sosiologi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. EGC.
Susilawati NK, Sudana W, Setiawan EP. 2010. Pengaruh bising lalu lintas terhadap
penurunan fungsi pendengaran pada juru parkir di kota Denpasar. Bali: ORLI
Vol. 40 No. 2 Tahun 2010
Tana, L., Rif’ati, L., dan Ghani, L. 2007. Peranan Pekerjaan Terhadap Kejadian
Katarak Pada Masyarakat Indonesia Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta;
Puslitbang Biomedis dan Famasi.
Timmreck, TC. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC
Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika.

76
Kuesioner Diagnosis Komunitas
Blok Kedokteran Komunitas Kelompok B10

Responden yang terhormat,


Dalam rangka menyusun Tugas Blok Kedokteran Komunitas: Diagnosis
Komunitas di Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, kami memohon kesediaannya
untuk mengisi kuesioner ini. Oleh karena itu kepada responden, kami mengharapkan
agar memberikan jawaban yang sebenar-benarnya dan sesuai dengan keaadan
Saudara/i pada saat ini. Identitas pribadi dan seluruh informasi yang Saudara/i berikan
akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Identitas
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Agama :
No. HP :
Pendapatan per hari :

77
Kuesioner Pre Survey Diagnosis Komunitas
Blok Kedokteran Komunitas Kelompok B10

1. Data Anggota Keluarga atau Teman Satu Tempat Tinggal Responden


1. Dimana anda tinggal saat ini?
a. Rumah Pribadi b. Kontrakan c. Kost
2. Berapa orang yang tinggal di tempat tinggal anda saat ini?
a. 1-3 orang b. 3-6 orang c. >6 orang
Jenis
Pendidi-
Nama Status Kela- Usia Pekerjaan Penghasilan
kan
min

2. Bangunan Tempat Tinggal


1. Berapa ukuran bangunan tempat tinggal Anda? …… m x …… m
2. Apakah tempat tinggal anda bertingkat?
a. Ya b. Tidak
3. Berapa jumlah ruangan di tempat tinggal bapak?
4. Berapa luas masing masing ruangan tersebut?
a. Kamar tidur : …… m2
b. Kamar mandi : …… m2
c. Dapur : …… m2
d. Ruang keluarga : …… m2
e. Ruang tamu : …… m2
f. Teras : …… m2
78
5. Terbuat dari apakah lantai rumah Anda?
a. Plester b. Keramik
6. Terbuat dari apakah langit-langit rumah Anda?
a. Triplex b. Selain itu, ……….
7. Terbuat dari apakah atap rumah Anda?
a. Genting tanah liat b. Asbes c. Selain itu, ……
8. Terbuat dari apakah dinding rumah Anda?
a. Tripleks b. Batu bata c. Batako
9. Apakah rumah Anda memiliki pondasi?
a. Ada b. Tidak
10. Apakah dirumah anda terdapat ventilasi?
a. Ada, jumlah…. b. Tidak ada
11. Dimana lokasi ventilasi rumah anda?
12. Berapa jumlah lampu di tiap ruangan tempat tinggal Anda?
13. Berapa daya lampu yang anda gunakan? ……. Watt
14. Dimana lokasi kamar mandi di tempat tinggal Anda?
a. Di dalam rumah b. Di luar rumah
15. Dari mana anda mendapatkan sumber air untuk MCK?
a. PAM b. air tanah
16. Bagaimana pembuangan limbah cair rumah tangga Anda?
a. Langsung ke septic tank
b. Langsung ke selokan sekitar
c. Langsung ke sungai dekat rumah
17. Apakah anda memiliki tempat pembuangan atau pembakaran sampah sendiri?
a. Ya b. Tidak
18. Jika tidak, setiap berapa hari sampah Anda dibuang ke tempat pembuangan
sampah?

79
3. Lingkungan Tempat Tinggal
No Batas Tempat Keterangan
Tinggal
1 Depan
2 Belakang
3 Samping Kanan
4 Samping Kiri

4. Pola Makan
1. Berapa kali anda makan dalam sehari?
a. 3 kali/hari b. 2 kali/hari c. 1 kali/hari
2. Kapan saja waktu makan Anda?
(Lingkari sesuai waktu makan, boleh lebih dari 1)
a. Pagi b. Siang c. Sore d. Malam
3. Apakah pola makan anda tepat waktu?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda sering makan selingan diantara waktu makan?
a. Ya b. Tidak
5. Kapan anda makan makanan selingan Anda?
(Lingkari sesuai waktu makan, boleh lebih dari 1)
a. Pagi b. Siang c. Sore d. Malam
6. Apakah anda atau keluaga anda memasak makanan anda sendiri?
a. Ya b. Tidak
7. Jika iya, siapakah yang memasak makanan Anda?
a. Ibu b. Istri c. Anak
8. Apakah menu makanan sehari-hari Anda?
……………………………………….
9. Apakah anda selalu mencuci tangan dengan air bersih sebelum dan sesudah
makan?
a. Ya b. Tidak
10. Dari manakah sumber air minum anda?
a. Air galon b. Air kemasan c. Air rebusan
80
11. Berapa liter air mineral yang anda minum dalam sehari? ……… L
12. Apakah anda sering mengkonsumsi kopi?
a. Ya b. Tidak
13. Seberapa sering anda minum kopi?
…………. Cangkir
14. Apakah anda sering jajan dipinggir jalan?
a. Ya b. Tidak

5. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak


1. Apakah ada seseorang di keluarga Anda yang sedang hamil?
a. Ya b. Tidak
2. Jika iya, siapa?
a. Istri b. Anak
3. Apakah istri atau ibu anda pernah mengalami keguguran?
a. Ya b. Tidak
4. Jika iya, berapa kali istri atau ibu anda mengalami keguguran?
……………. Kali
5. Apakah istri anda menggunakan KB?
a. Ya b. Tidak
6. KB jenis apa yang digunakan istri bapak?
a. Suntik
b. Spiral
c. Implan/susuk
d. Pil
e. Kondom
7. Saat anak anda masih bayi, apakah diberikan ASI eksklusif?
a. Ya b. Tidak
8. Jika iya, sampai usia berapa anak Anda diberikan ASI eksklusif?
………… bulan

81
9. Jika tidak, apakah makanan pengganti ASI yang diberikan pada anak anda?
a. Air tajin b. Lain-lain, ……………
10. Mengapa anda memberikan makanan tersebut dibandingkan ASI?
……………………………………………………………….
11. Apakah Anda memberikan makanan pendamping ASI selama anak berusia 0-
2 tahun?
a. Ya b. Tidak

6. Kebiasaan Berobat
1. Jika ada anggota keluarga Anda yang sakit, kemana biasanya Anda
membawanya berobat?
a. Puskesmas
b. Dukun/orang pintar
c. Hanya membeli obat di warung
2. Bagaimana cara anda untuk mencapai puskesmas?
a. Kendaraan pribadi, ………………….
b. Kendaraan umum, ………………….
3. Berapa lama waktu yang Anda butuhkan dari rumah ke puskesmas?
…………. menit
4. Apakah Anda atau keluarga Anda sering meminum jamu?
a. Ya b. Tidak
5. Jika iya, berapa kali anda meminum jamu dalam seminggu?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. Lebih dari 2 kali

7. Riwayat Penyakit
1. Apakah saat ini anda memiliki keluhan mengenai kesehatan anda?
a. Ya, saya memiliki keluhan __________________________
b. Tidak

82
2. Apakah saat ini anda sedang mengalami suatu penyakit?
a. Ya, saya mengalami _______________________________
b. Tidak
3. Apakah selama 2 tahun terakhir ini anda mengalami suatu penyakit?
a. Ya, saya pernah mengalami _________________________
b. Tidak
Keterangan
Riwayat
No Sudah Berapa Riwayat
Penyakit Siapa
Lama Pengobatan
1 Hipertensi
2 TB paru
3 Dibetes
4 Stroke
5 Jantung
6 Asma
7 Lainnya:
………….

8. Perilaku dan Aktivitas Sehari-Hari


1. Sudah berapa lama Anda menjadi tukang parkir?
a. Ya _______ bulan/ tahun b. Tidak
2. Apakah anda memiliki pekerjaan lain selain tukang parkir?
a. Ya __________________ b. Tidak
3. Apakah anda selalu menggunakan masker saat bekerja?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda selalu mencuci tangan dengan air bersih sebelum dan sesudah
makan?
a. Ya b. Tidak

83
5. Apakah anda sering berbagi makanan/ minuman menggunakan perlatan
makan yang sama dengan teman kerja anda?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah anda seorang perokok?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah anda sering begadang?
a. Ya b. Tidak
8. Berapa lama anda tidur pada waktu malam hari?
a. 1-5 jam b. 5-10 jam c. >10 jam
9. Berapa lama anda bekerja dalam sehari?
a. 5-8 jam/hari b. 8-10 jam/hari c. >10 jam/hari
10. Apakah anda sering berolahraga?
a. Ya b. Tidak
11. Seberapa sering anda berolahraga dalam seminggu?
………………………. Kali
12. Berapa lama anda berolahraga dalam sehari?
………………………. Menit
13. Berapa kali anda mandi dalam sehari?
a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali
14. Apakah anda sering menggunakan alat mandi bersama?
a. Ya b. Tidak
15. Apakah anda sering bertukar pakaian atau handuk dengan teman kerja anda?
a. Ya b. Tidak
16. Apakah anda memiliki keluhan lain selain yang tertera di atas?
a. Ya
___________________________________________________________
_________
b. Tidak

84

Anda mungkin juga menyukai