Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

MENGENAI TEMPAT SAMPAH

POSKO 14

YUSRIL MAHENDRA N 201 16 221

DITA TASYAH PARIGADE N 201 16 133

LIDYA N 201 16 023

JESSICA RIKU N 201 16 016

NASTESYA GEBRIELLA M N 201 16 101

VIVIN VIRDAYANTI N 201 16 216

MEYDIA RIZKI ANNISA N 201 16 160

SRI WAHYUNI N 201 16 112

BESSE HASRI AINUN N 201 16 019

FIRDA N 201 16 025

JULIONO N 201 16 099

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO dalam Chandra, 2007 sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Tempat sampah terdiri dari beberapa golongan yaitu tempat sampah
organic, tempat sampah Non organik dan B3. Tempat Sampah Organik atau
Tong Sampah Organik adalah tempat sampah yang hanya digunakan untuk
membuang sampah-sampah organik saja. Contohnya ; sampah sayuran, daun,
makanan, ranting, dan bahan organik lainnya. Tempat Sampah Anorganik atau
Tong Sampah Anorganik adalah tempat sampah yang hanya digunakan untuk
membuang sampah-sampah Anorganik atau Non Organik saja. Contohnya
Sampah Plastik, Kaleng, Kaca, dan bahan organik lainnya. Tempat Sampah B3
adalah tempat sampah yang hanya digunakan untuk membuang sampah Selain
Organik & Anorganik atau sampah-sampah bekas bahan kimia dan bahan
berbahaya lainnya. Contohnya Sampah kimia, Batere, sampah pestisida, bahan
berbahaya lainnya (Riduan, A, 2012).
Di Indonesia, kebutuhan plastik terus meningkat hingga mengalami
kenaikan rata-rata 200 ton per tahun. Tahun 2002, tercatat 1,9 juta ton, di tahun
2003 naik menjadi 2,1 juta ton, selanjutnya tahun 2004 naik lagi menjadi 2,3 juta
ton pertahun. Di tahun 2010 menjadi 2,4 juta ton, dan pada tahun 2011, sudah
meningkat menjadi 2,6 juta ton. Akibat dari peningkatan penggunaan plastik ini
adalah bertambah pula sampah plastik (Surono, 2011). Berdasarkan data
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), setiap hari penduduk Indonesia
menghasilkan 0,8 kg sampah per orang atau secara total sebanyak 189 ribu ton
sampah/hari. Dari jumlah tersebut 15% berupa sampah plastik atau sejumlah
28,4 ribu ton sampah plastik/hari (Zulfan Arico, 2017).
Permasalahan sampah dimulai sejak meningkatnya jumlah manusia dan
hewan penghasil sampah, dengan semakin padatnya populasi penduduk di suatu
area. Untuk daerah pedesaan yang jumlah penduduknya masih relatif sedikit,
permasalahan sampah tidak begitu terasa karena sampah yang dihasilkan masih
dapat ditanggulangi dengan cara sederhana misalnya dibakar, ditimbun atau
dibiarkan mengering sendiri.Untuk daerah dengan penduduk padat (pemukiman,
perkotaan) yang area terbukanya tinggal sedikit, dirasakan bahwa sampah
menjadi problem tersendiri (Suyono dan Budiman, 2010).
Hal yang melatar belakangi pembuatan tempat sampah adalah kondisi
pada posko pengungsian posibinti kecamatan Biromaru, dimana masih
kurangnya penyediaan tempat sampah dan masih terdapatnya sampah yang
berserakan di dekat tenda-tenda pengungsian yang diamana sampah yang
berserakan tersebut akan menimbukan berbagai macam penyakit dan menjadi
sarang nyamuk yang menimbulkan penyakit yaitu DBD.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan tempat sampah ini agar masyarakat di posko
pengungsian posibinti kecamatan Biromaru dapat mebuang sampah di tempat
sampah sesuai golongannya.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yaitu dengan adanya tempat sampah masyarakat di posko
pengungsian posibinti kecamatan Biromaru dapat merubah perilaku mereka
untuk membuang sampah di tempat sampah.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Manfaat pembuatan sampah bagi mahasiswa, yaitu mahasiswa dapat
bergotong royong untuk membuat tempat sampah serta berinteraksi langsung
dengan masyarakat sekaligus mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan
pada bangku kuliah.

2. Bagi program studi kesehatan masyarakat


Manfaat penyuluhan bagi program studi kesehatan masyarakat, yaitu
menjalankan program pengabdian kepada masyarakat (PKM).
BAB II
TARGET DAN LUARAN

A. Target
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada posko pengungsian
posibinti kecamatan Biromaru, kami melihat kondisi pengungsian yang dimana
terdapat bahan pencemar seperti debu, asap dan pasir yang berasal dari aktivitas
rumah tangga kemudian terpapar langsung kepada masyarakat yang ada di
pengungsian tersebut. Target intervensi yang kami tujukan adalah kepada anak-
anak karena anak-anak mudah terserang penyakit ISPA.

B. Luaran
Program yang kami intervensi kan, yaitu melakukan penyuluhan mengenai
kesehatan (ISPA).

BAB III
METODE PELAKSANAAN

Adapun langkah-langkah intervensi yang kami lakukan, yaitu:


1. Melakukan observasi pada posko pengungsian posibinti kecamatan Biromaru.
2. Membahas dan menentukan permasalahan yang akan di intervensi.
3. Menentukan intervensi yang akan diberikan kepada anak-anak.
4. Mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk intervensi.
5. Menjalin kerja sama dengan pihak lain yang akan membantu program intervensi.
6. Mengumpulkan anak-anak yang ada dipengungsian tersebut pada suatu tempat.
7. Memberikan pre test mengenai ISPA kepada anak-anak untuk mengetahui
pengetahuan mereka sebelum dilakukan penyuluhan.
8. Melakukan penyuluhan mengenai ISPA.
9. Memberikan post test mengenai ISPA kepada anak-anak untuk mengetahui
apakah pengetahuan mereka meningkat atau tidak setelah dilakukan penyuluhan.
BAB IV
HASIL DAN DAMPAK YANG DICAPAI

A. Hasil dari intervensi


Berdasarkan intervensi non fisik yang kami lakukan, yaitu penyuluhan
didapatkan hasil bahwa pengetahuan anak-anak setelah mengikuti penyuluhan
mengenai ISPA meningkat dibandingkan dengan sebelum mengikuti
penyuluhan ISPA serta mereka mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan saat penyuluhan.

B. Dampak setelah intervensi


Dampak setelah kami melakukan intervensi non fisik, yaitu penyuluhan bahwa
anak-anak diposko pengungsian yang mengikuti penyuluhan tersebut menjadi
mengerti dan memahami tentang pengertian ISPA, faktor penyebab ISPA, tanda
dan gejala ISPA serta cara pencegahan ISPA.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari intervensi non fisik (penyuluhan) yang kami lakukan
adalah:
1. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai hidung
sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).
2. Virus utama penyebab ISPA adalah rhinovirus dan coronavirus. Virus lain
yang juga menjadi penyebab ISPA adalah virus parainfluenza, respiratory
syncytial virus, dan adenovirus.
3. Tanda dan gejala penyakit ISPA, yaitu sering bersin, hidung tersumbat
atau berair, para-paru terasa terhambat, batuk-batuk dan tenggorokan
terasa sakit, kerap merasa kelelahan dan timbul demam serta tubuh terasa
sakit.
4. Pencegahan penyakit ISPA, yaitu mencuci tangan secara teratur terutama
setelah beraktivitas, hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut,
hidung, dan mata dengan tangan agar terlindung dari penyebaran virus dan
bakteri, hindari merokok, menutup mulut ketika bersin serta perbanyak
konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
B. Saran
Dengan adanya penyuluhan yang kami lakukan, diharapkan masyarakat yang
ada dipengungsian tersebut, khusunya anak-anak dapat menjaga kebersihan
diri dan melindungi diri dari paparan debu, asap dan pasir sehingga dapat
terhindar dari penyakit ISPA.
Daftar Pustaka

Riduan, A. 2012. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Bantaran


Sungai Kali Negara Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jurnal Socioscientia
Kopertis Wilayah XI Kalimantan, 4(2): 187-196.

Suyono & Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kontek Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: EGC
Zulfan, 2017, Pengolahan Limbah Plastik Menjadi Produk Kreatif Sebagai
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir, Jurnal Pengabdian Masyarakat,
Vol 1 No 1, Hal 1-6, ISSN 2598-1218.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai