Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN SUHU TUBUH

1. DEFINISI
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara
prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi
melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan
mekanisme control suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontror suhu tubuh
sebagaimana kerja thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan
pada suhu tubuh . Hipotakamus anterior mengontrol pengeluaran panas , dan
hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.

2. GANGGUAN KETIDAKSEIMBANGAN SUHU TUBUH


A. HIPERTERMI
a. Definisi:
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami
peningkatan suhu tubuh lebih dari 37oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF)
per rectal karna peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.
b. Batasan karakteristik
 Mayor (Harus Terdapat)
- Suhu lebih tinggi dari 37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF)
per rectal
 Minor (Mungkin Terdapat)
1. Kulit kemerahan
2. Hangat pada sentuhan
3. Peningkatan frekuensi pernapasan
4. Takikardia
5. Menggigil/merinding
6. Dehidrasi
7. Sakit dan nyeri yang spesifik atau umum (mis,, sakit,
malaise/kelelahan/kelemahan)
8. Kehilangan napsu makan
c. Faktor-faktor yang berhubungan
Situasional (Personal, Lingkungan)
1. Berhubungan dengan:
 Pemajanan pada panas, sinar matahari
 Ketidaktepatan pakaian dengan iklim
 Tak ada akses pada udara dingin

2. Berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap:


 Berat badan ekstream
 Dehidrasi
3. Berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitas berat
Maturasional

B. HIPOTERMI
a. Definisi :
Hipotermia : suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
untuk menderita penurunan suhu tubuh dibawah 35,5oC (96oF) per rectal
disebabkan oleh peningkatan factor-faktor eksternal.
b. Batasan karakteristik
 Mayor (80% - 100%)
1. Penurunan suhu tubuh di bawah 35,5oC (96oF) per rectal
2. Kulit dingin
3. Pucat (sedang)
4. Menggigil (ringan)
 Minor (50% - 79%)
1. Kebingungan mental/mengantuk/gelisah
2. Nadi dan pernapasan menurun
3. Kakeksia/malnutrisi
c. Faktor _ faktor yang berhubungan
Situasional (personal, lingkungan)
1. Berhubungan dengan :
 Terpajan dingin, hujan, salju,angin,
 Pakaian tidak sesuai dengan cuaca
 Ketidakmampuan untuk membayar tempat berlindung atau alat
pemanas
2. Berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap :
 Berat badan menurun secara drastic
 Mengonsumsi alcohol
 Dehidrasi
 Tidak aktif
 Maturasional
3. Berhubungan dengan tidak efektifnya regulasi suhu sekunder terhadap
usia.
3. TATALAKSANA MEDIS
A. Hipertermia
1. Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asataminofen
Rasional : Membantu dalam penurunan panas
2. Pindahkan orang ke daerah maupun luar ruangan yang dingin dan buka
pakaina ketat
3. Dinginkan orang tersebut dengan cepat enggunakan metode apapun
4. Pantau suhu tubuh
5. Jika individu yang terkena masih sadar, berikan cairan dingin untuk minum
6. Jika ada muntah, pastikan jalan napas tetap tebuka

B. Hipotermia
1. Berikan penutup (insulasi)pada seluruh tubuh dan coba untuk
menghangatkan pasien tanpa menunda pemberian resusitasi jantung,paru dan
transportasi ke lingkungan yang lebih hangat.
2. Berika cairan berkarbohidrat tinggi dan makan untuk mencoba memberikan
upaya kewaspadaan kepada pasien yang sedang menggigil dan tidak
memiliki resiko aspirasi
3. Teknik pemberian cairan iv hangat.
4. Nacl 0,9% 40-42 derajat Celsius dan berikan secara hati hati untuk mencegah
overload cairan
5. Pemberian cairan kristaloid hangat harus berdasarkan status hidrasi pasien,
kadar gula darah, elektrolit, Ph darah pasien

4. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a. Kaji batasan karakteristik
Kaji riwayat dari gejala-gejala (suhu kulit abnormal, perubahan mental,
sakit kepala, mual, letargi, vertigo)
b. Kaji factor-faktor yang berhubugan
1. Hipertermia
 Dehidrasi
 Baru saja terpajan terhadap penyakit menular tanpa imunitas yang
diketahui
 (mis., campak vaksin, atau penyakit sebelumnya)
 Baru saja terserang panas yang berlebihan: matahari, panas,
kelembapan
 Baru saja beraktivitas berlebihan
 Radiasi/kemoterapi/imunosupresif
 Penggunaan alcohol
 Kerusakan penyesuaian
 Lingkungan rumah:
 Ventilasi adekuat?
 Pendingin udara?
 Suhu ruangan?
 Obat-obatan:
 Diuretika
 Antikolinergik
 Depresan SSP
 Antidepresi
 Vasokonstriksi
 Seberapa sering memakainya? Kapan terakhir memakainya?

2. Hipotermia
 Baru terpajan udara dingin/basah
 Tidak aktif
 Kerusakan penyesuaian
 Obat-obatan:
 Vasodilator
 Depresan SSP
 Lingkungan rumah :
 Pemanas dan selimut adekuat
 Pakaian adekuat (mis., kaos kaki, topi, sarung tangan)?
 Tempat berlindung adekuat, panas
3. Pakaian yang disesuaikan dengan lingkungan
4. Maslaah yang memperberat hipotermia atau hipertermia
 Merokok
 Diabetes
 Infeksi berulang
 Masalah mobilisasi
 Gangguan neurologis
 Riwayat radang dingin (frostbite)

2. Data Objektif
A. Kaji batasan Karakteristik
1. Tanda Vital
 Batas suhu normal:
 Suhu saat ini
 Irama dan frekuensi jantung normal
 Pernapasan abnormal
 Tekanan darah normal
2. Status mental
 Sadar/mengantuk/kebingungan/orientasi/koma
3. Kulit dan sirkulasi
 Utuh?
 Luka bakar (uraikan derajat dan sisi)?
 Cedera (uraikan)?
 Ruam (uraikan jenis dan sisi)?
 Luka gigitan (uraikan sisi)?
 Turgor: normal/dehidrasi
 Suhu/indera rasa: panas, hangat, dingin, basah, kering
 Warna: merah/pucat/kebiruan
 Frostbite: (uraikan Sisi)
 Kualita nadi perifer (raialis, pedalis)
4. Tanda-tanda dehidrasi
 Mulut kering/lidah berkeru/bibir kering
 Meningkatnya berat jenis urine

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
2. Resiko Hipotermi b.d (uraikan)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
hipertermia
Kriteria hasil:
Individu akan
 Mengidentifikasi faktor-faktor resiko hipertermia
 Menurunkan faktor-faktor resiko hipertermia
 Mempertahankan suhu tubuh normal

Intervensi:
A. Kaji adanya faktor-faktor yang memperberat resiko
1. Dehidrasi
2. Lingkungan panas/latihan
B. Pantau suhu tubuh dan lingkungan
C. Hilangkan atau kurangi faktor-faktor pemberat resiko
1. Untuk dehidrasi:
a. Pantau masukan dan haluran dan berikan minuman kesukaan untuk
mempertahankan keseimbangan masukan dan haluaran
b. Ajari pentingnya mempertahankan masukan cairan yang adekuat
(cairan dingin 2000 ml setiap hari bila tidak kontraindikasi untuk
penyakit jantung atau ginjal) untuk mencegah dehidrasi jelaskan
pentingnya tidak menahan haus sebagai indikasi kebutuhan akan
cairan.
c. Lihat juga Kekurangan Volume Cairan
2. Untuk lingkungan yang panas/latihan:
a. Kaji apakah pakaian atau sprei untuk lingkungan terlalu panas atau
rencana aktivitas.
b. Ganti baju yang berlebihan dan/atau selimut (angkat topi, sarung
tangan, atau kaos kaki) untuk meningkatkan penguapan. Anjurkan
untuk mengenakan pakaian dari bahan katun
c. Pasang AC, dehumidifier, kipas angin, atau mandi dingin atau
kompres
d. Ajari pentingnya meningkatkan masukan cairan selama udara panas
dan aktivitas. Beri tahu tidak melakukan aktivitas pada udara panas
e. Ajari untuk memakai topi atau payung selama terkena sinar
matahari.
D. Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi
1. Jelaskan bahwa anak-anak dan orangtua lebih beresiko terhadap
hipertermia.
2. Ajari tanda-tanda dini terhadap hipertermia atau sangat panas:
 Kulit kemerahan
 Sakit kepala/bingung
 Kelemahan
 Hilang napsu makan
3. Ajari untuk mandi dingin beberapa saat ketika suhu panas, jangan
memakai sabun untuk mencegah kulit menjadi kering.
4. Ajari untuk memakai es atau handuk basah pada tubuh, khususnya di
aksila dan lipatan paha
5. Jelaskan untuk tidak minum alkohol, kafein dan makan makanan yang
berat dalam jumlah besar selama cuaca panas
6. Tekankan untuk melaporkan peningkatan suhu yang menetap.

2. Diagnosa 2 : Resiko Hipotermi b.d (uraikan)


Kriteria hasil
Individu akan
 Mengidentifikasi factor-faktor risiko hipotermia
 Menurunkan factor-faktor resiko hipotermia
 Mempertahankan suhu tubuh normal

Intervensi
A. Kaji adanya factor-faktor resiko
1. Terpajan lingkungan dingin yang lama (dirumah atau diluar rumah)
2. Kemiskinan/ tidak ada tempat berlindung
3. Usia ekstrem (mis. Bayi baru lahir, orang tua)
4. Penyakit neurovaskuler/ vaskuler perifer
5. Perioperasi
B. Pantau suhu tubuh dan lingkungan
C. Turunkan atau hilangkan penyebab atau factor-faktr yang memperbesar, jika
memungkinkan :
1. Untuk terpajan lingkungan dingin yang lama :
a. Kaji suhu ruangan dirumah
b. Ajari untuk menjaga suhu ruangan pada 38,5oc – 41,25oc atau lapisi baju
dengan sweater
c. Jelaskan pentingnya memakai topi, sarung tangan, dan kaus kaki hangat
dan sepatu untuk mencegah penguapan
d. Anjurkan membatasi berpergian ketika suhu sangat dingin
e. Berikan selimut listrik, selimut hangat atau seprei dan flannel untuk tidur
f. Berikan mandi panas sebelum klien dingin
g. Ajari cara memakai baju rangkap jika diperlukan pada pagi hari
h. Jelaskan bahwa bisa memakai baju rangkap pada pagi hari ketika
metabolisme tubuh rendah.
2. Untuk kemiskinan/ tidak mampu membayar tempat berlindung
a. Konsultasikan dengan pelayanan social untuk mengidentifikasi sumber-
sumber bantuan financial/ baju hangat/ tempat berteduh
b. Ajari pentingnya menjaga penguapan sebelum suhu tubuh menurun
secara nyata
c. Berikan kaos kaki hangat, sweater, sarung tangan, topi
3. Untuk usia ekstrem (bayi baru lahir, lansia)
a. Pertahankan suhu ruangan pada 38,5oC – 41,25oC
b. Instruksikan untuk memakai penutup kepala, kaos kaki dan sarung
tangan untuk mencegah penguapan
c. Jelaskan pada anggota keluarga bahwa bayi baru lahir, bayi, dan lansia
mudah terjadi penguapan (lihat juga ketidakefektifan termoregulasi)
4. Untuk penyakit neurovaskuler/ vaskuler perifer
a. Jaga suhu ruangan pada 38,5oC – 41,25oC
b. Kaji sirkulasi yang adekuat di ekstremitas (nadi perifer)
c. Instruksikan untuk memakai penutup kepala, kaos kaki dan sarung
tangan untuk mencegah penguapan
d. Ajari untuk mandi air hangat
5. Untuk anak-anak dan lansia selama intra operasi, kecuali bila hipotermia
diperlukan untuk menurunkan perdarahan, pertimbangkan intervensi berikut
a. Tingkatkan suhu kamar operasi sebelum operasi
b. Gunakan lampu radian panas portebel untuk pemanasan selama
pembedahan
c. Tutup dengan selimut hangat ketika tiba diruang operasi
d. Jika mungkin gunakan kasur hangat
e. Selama persiapa pembedahan dan pembedahan, pertahankan sebanyak
mungkin tubuh yang ditutupi jika memungkinkan
f. Susun preparat, darah, cairan, anesthesia, irigasi, hangat
g. Ganti gaun basah dan gunakan yang kering
h. Pertahankan agar krpala tetap teertutup
i. Lanjutkan tindakan mempertahankan panas pascaoperasi
6. Berikan penyuluhan kesehatan jika diindikasikan
a. Jelaskan hubungan usia sebagai rsiko terhadap hipotermia
b. Ajari tanda-tanta dini hipotermia
 Kulit dingin
 Pucat, putih, kemerahan
c. Jelaskan kebutuhan minum 8-10 gelas setiap hari dan mengkonsumsi roti
posi kecil dengan sering dan minuman hangat
d. Jelaskan untuk tidak minum alcohol selama udara sangat dingin.

D. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang diberikan,
yaitu:
 Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal
 Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
 Pasien tampak tidak lemas
 Mukosa bibir lembab

DAFTAR PUSTAKA
http://ilmukeperawatandankesehatan.blogspot.com/2016/01/laporan-pendahuluan-
kebutuhan.html?m=1
https://fenacikasa.blogspot.com/2017/11/laporan-pendahuluan-suhu.html?m=1
Carpenito, Lynda Jual, 1998 Diagnosa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis,
Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai