Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

MODUL HAM

Oleh Kelompok 3:
Eka Selfia Nur (10542055514)
A. Nurul Azizah Abbas (10542057814)
Siti Khadidjah (10542060815)
A. Meutia Dewi Rahmayani Yahya (10542060915)
Muhammad Sadikin (10542062015)
Rasdiana FB Matong (10542062415)
M. Yusril Ihzanul Hikmah S. (10542063115)
Risky Amalia (10542063215)
Emi Andira (10542063315)
Aulia Faradina (10542064115)
Najwa Citra Azzahra (10542064215)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH MAKASSAR

2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Daftar Isi........................................................................................................... 2

Kata Sulit.......................................................................................................... 3

Analisa Kasus ................................................................................................... 3

Dilema Etik Sentral .......................................................................................... 4

Tabel Kaidah Dasar Bioetik dan Prima Facia .................................................. 4

Tabel Etika klinik Jonson ................................................................................. 9

Perspektif Islam, Hukum, Norma dan Filsafat ................................................. 13

Prinsip Star ...................................................................................................... 22

Kesimpulan Saran dan Rekomendasi ............................................................... 23

Daftar Pustaka .................................................................................................. 25

2
Profesor dengan Berjuta Masalah

Profesor John (45) adalah seorang miliarder sekaligus filantropis di


California, USA. Sebagai pakar lingkungan yang peduli akan kesehatan
masyarakat, ia mendirikan MELINESIA International Technology Hospital (MIT
Hospital). Karena kekayaan, reputasi, dan relasinya, dengan mudah MIT Hospital
berdiri megah. Bagi Profesor John, jalur birokrasi mudah diatasi dengan strategi
lobi dan gratifikasi. Sayangnya, pengolahan limbah medis MIT Hospital tidak
begitu baik sehingga mempengaruhi kesehatan warga di sekitar MIT Hospital.
Karena kesibukannya, Profesor John belum bertindak, sampai ia menghadapi demo
dari warga dan tuntutan dari WALHI International. Saat ini Profesor John bingung
bagaimana menghadapi masalah ini. Ia berupaya mengambil jalan pintas birokrasi
lagi. Ia berkonsultasi kepada Anda selaku dokter keluarga sekaligus penasihat
pribadinya.

KATA SULIT

 Filantropis: Berdasarkan cinta kasih terhadap sesama manusia


 Gratifikasi: Uang, hadiah kepada pegawai di luar gaji
 WALHI: Lembaga pemerhati lingkungan

ANALISA KASUS

1. ANALISA KASUS (MASALAH UTAMA)

Masalah yang dapat kami identifikasi dari skenario di atas adalah sebagai berikut:

a. Pengolahan limbah medis yang tidak baik


Melinesia Internasional Technology Hospital (MIT Hospital) yang
didirikan oleh Professor John dituntut oleh komunitas pemerhati lingkungan
(WALHI) Internasional oleh karena pengolahan limbah medis yang tidak
begitu baik sehingga mempengaruhi lingkungan dan berdampak terhadap
kesehatan warga di sekitar MIT Hospital.

3
b. Gratifikasi
Professor John yang ditunjang dengan kekayaan, reputasi serta relasi yang
sangat baik menjadikan beliau sangat mudah medirikan MIT Hospital
karena dapat menempuhnya dengan jalur lobi dan gratifikasi. Selain itu
jadwal Professor John yang padat dan sibuk menunjukkan bahwa Professor
John tidak memiliki waktu yang banyak, sehingga strategi lobi dan
gratifikasi memang merupakan solusi bagi beliau.
2. DILEMA ETIK SENTRAL

Filantropis vs. Lobi & gratifikasi;


mengganggu kesehatan masyarakat

PROF. JOHN
Pakar Lingkungan vs. Pengolahan limbah
MIT hospital yang tidak baik

3. TABEL KAIDAH DASAR ETIK DAN PRIMA FASCIA

Daftar Tilikan

KAIDAH DASAR BIOETIK I ( ALTRUISME DALAM BERPRAKTEK )

BENEFICENCE
Seharusnya Seharusnya
Kriteria
Ada Tidak ada
1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong 
tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain.
2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat 
manusia.
3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak 
hanya sejauh
Menguntungkan dokter.
4) Mengusahakan agar kebaikan 
/manfaatnya lebih banyak

4
dibandingkan dengan keburukannya.

5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih 


saying
6) Manjamin kehidupan- baik- minimal 
manusia
7) Pembatasan goal-based. 
8) Maksimalisasi pemuasan 
kebahagiaan/preferensi pasien.
9) Minimalisasi akibat buruk. 
10) Kewajiban menolong pasien gawat – 
darurat.
11) Menghargai hak-hak pasien secara 
keseluruhan.
12) Tidak menarik honorarium diluar 
kepantasan.
13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara 
keseluruhan.
14) Mengembangkan profesi secara terus- 
menerus.
15) Memberikan obat berkhasiat namun 
murah.
16) Menerapkan Golden Rule Principle. 

KAIDAH DASAR BIOETIK 2 ( DO NO HARM DALAM SITUASI


EMERGENSI DAN PRAKTEK KLINIK )

NONMALEFICENCE

Seharusnya Seharusnya
Kriteria
Ada Tidak ada
1) Menolong pasien emergensi. 

5
2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini 
adalah : pasien dalam keadaan amat berbahaya
atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting
(gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut, tindakan kedokteran
teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien >
kerugian dokter atau hanya mengalami risiko
minimal.
3) Mengobati pasien yang luka. 

4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan 


euthanasia).
5) Tidak menghina/mencaci 
maki/memanfaatkan pasien.
6) Tidak memandang pasien hanya sebagai 
objek.
7) Mengobati secara tidak proporsional. 

8) Tidak mencegah pasien dari bahaya. 

9) Menghindari misrepresentasi dari pasien. 

10) Tidak membahayakan kehidupan pasien 


karena kelalaian.
11) Tidak memberikan semangat hidup. 

12) Tidak melindungi pasien dari serangan. 

13) Tidak melakukan white collar crime dalam 


bidang kesehatan/kerumahsakitan yang
merugikan pihak pasien dan Keluarganya.

KAIDAH DASAR BIOETIK 3 ( OTONOMI PASIEN DALAM BERBAGAI


SITUASI )

AUTONOMI

Seharusnya Seharusnya
Kriteria
Ada Tidak ada

1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, 


menghargai martabat pasien.

6
2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat 
keputusan (pada kondisi elektif).

3) Berterus terang. 

4) Menghargai privasi. 

5) Menjaga rahasia pesien. 

6) Menghargai rasionalitas pasien. 

7) Melaksanakan Informed consent. 

8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten 


megambil keputusan sendiri.

9) Tidak mengintervensi atau menghalangi 


autonomi pasien.
10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien 
dalam membuat keputusan, termasuk
keluarga pasien sendiri.
11) Sabar menunggu keputusan yang akan 
diambil pasien pada kasus non emergensi

12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi 


kebaikan pasien
13) Menjaga hubungan (kontrak). 

KAIDAH DASAR BIOETIK 4 ( PRINSIP KEADILAN DALAM


KONTEKS HUBUNGAN DOKTER – PASIEN )

JUSTICE

Seharus
Seharusnya nya
Kriteria
Ada Tidak
ada
1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal. 

2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi 


yang telah ia lakukan.

7
3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi 
dalam posisi yang sama.
4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, 
equality, accessibility, availability, and quality).

5) Menghargai hak hukum pasien. 

6) Manghargai hak orang lain. 

7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling 


dirugikan).
8) Tidak melakukan penyalahgunaan. 

9) Bijak dalam makro alokasi. 

10) Memberikan kontribusi yang relative sama 


dengan kebutuhan pasien.
11) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan 
kemampuannya.
12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan 
kerugian (biaya, beban, dan sanksi) secara adil.
13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada 
saat yang tepat dan kompeten.
14) Tidak memberi beban berat secara tidak merata 
tanpa alas an sah/tepat.
15) Menghormati hak populasi yang sama-sama 
rentan
penyakit/gangguan kesehatan.
16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar 
SARA, status sosial, dan lain-lain.

8
DINAMIKA KEPUTUSAN KLINIS YANG ETIS ( KONSEP PRIMA
FACIE )

General benefit result, most of Elective, educated, bread-winner,


people mature person

AUTONOMY

BENEFICENCE

Vulnerables, emergency, life saving, > 1 person, others similarity,


minor community / social’s rights

NON MALEFICENCE JUSTICE

4. TABEL ETIKA KLINIK JONSEN

MEDICAL INDICATION

Kesimpulan / Rekomendasi: Dalam kasus ini, tidak ada masalah medis yang
dialami oleh pasien,. sehingga tidak dapat dilakukan analisa etik pada bagian
Medical Indication.

QUALITY OF LIFE

NO. PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1. Bagaimana prospek, dengan Tidak dapat dinilai


atau tanpa pengobatan untuk
kembali ke kehidupan normal?

9
2. Apakah gangguan fisik, mental Tidak dapat dinilai
dan sosial yang pasien alami bila
pengobatannya berhasil?

3. Apakah ada prasangka yang


mungkin menimbulkan
kecurigaan terhadap evaluasi Tidak dapat dinilai
pemberi pelayanan terhadap
kualitas hidup pasien?

4. Bagaimana kondisi pasien


sekarang atau masa depan,
apakah kehidupan pasien Tidak dapat dinilai
selanjutnya dapat dinilai seperti
yang diharapkan?

5. Apakah ada rencana alasan Tidak dapat dinilai


rasional untuk pengobatan
selanjutnya?

6. Apakah ada rencana untuk Tidak dapat dinilai


kenyamanan dan perawatan
paliatif?

Kesimpulan / Rekomendasi: Dalam kasus ini, juga tak dapat dianalisa


berdasarkan Quality of life. Dikarenakan pasiennya tidak sedang menjalani
pengobatan dan tidak sedang mengalami masalah medis.

PATIENT PREFERRENCES

NO. PERTANYAAN ETIK ANALISIS

Apakah pasien secara mental


mampu dan kompeten secara Pasien secara mental mampu dan
1.
legal? Apakah ada keadaan yang kompeten untuk mengambil keputusan
menimbulkan ketidakmampuan?

Bila berkompeten, apa yang


2. pasien katakan mengenai pilihan Tidak ada pilihan pengobatan
pengobatannya?

10
Apakah pasien telah
diinformasikan mengenai
keuntungan dan resikonya, Belum ada penanganan dan pilihan
3.
mengerti atau tidak terhadap pengobatan
informasi yang diberikan dan
memberikan persetujuan?

Bila tidak berkompeten, siapa


yang pantas menggantikannya?
Apakah orang yang berkompeten Belum ada penanganan dan pilihan
4.
tersebut menggunakan standar pengobatan
yan sesuai dalam pengambilan
keputusan?

Apakah pasien tersebut telah


5. menunjukkan sesuatu yang lebih Tidak dapat dinilai
disukainya?

Apakah pasien tidak


berkeinginan/ tidak mampu
6. untuk bekerja sama dengan Belum ada pengobatan yang diberikan
pengobatan yang diberikan?
Kalau iya kenapa?

Sebagai tambahan, apakah hak


pasien untuk memilih untuk
7. Tidak dibahas pada skenario
dihormati tanpa memandang
etnis dan agama?

Kesimpulan / Rekomendasi: Berdasarkan kasus ini, pasien berada dalam kondisi


mental yang mampu dan kompeten. Namun, sebaiknya kita memberikan solusi
kepada pasien untuk berdiskusi dengan masyarakat sekitar dan WALHI secara
baik-baik untuk penyelesaian masalah ini.

CONTEXTUAL FEATURES

NO. PERTANYAAN ETIK ANALISIS

Terdapat masalah keluarga yang dapat


1. Apakah ada masalah mempengaruhi pengambilan keputusan
keluarga yang mungkin pengobatan.

11
memengaruhi pengambilan
keputusan dan pengobatan?

Apakah ada masalah sumber


data (klinis dan perawat)
2. yang mungkin Tidak ada masalah
mempengaruhi pengambilan
keputusan pengobatan?

Apakah ada masalah faktir


3. Tidak dibahas pada skenario
keuangan dan ekonomi?

Apakah ada faktor religius


4. Tidak dibahas pada skenario
dan budaya?

Apakah ada batasan


5. Tidak dibahas pada skenario
kepercayaan?

Apakah ada alokasi sumber


6. Tidak dibahas pada skenario
daya?

Bagaimana hukum
7. mempengaruhi pengambilan Tidak dibahas pada skenario
keputusan pengobatan?

Apakah penilitian klinik atau


8. Tidak dibahas pada scenario
pembelajaran terlibat?

Apakah ada konflik


kepentingan di dalam
9. Tidak dibahas pada skenario
pengambilan kekeputusan di
dalam suatu institusi?

Kesimpulan / Rekomendasi: Pada kasus ini, ditemukan adanya masalah seorang


Individu dengan masyarakat sekitar dan salah satu organisasi internasioanl yakni
WALHI yang kemudian berdampak hukum bagi individu tersebut, sehingga perlu
adanya musyawarah sehingga pengambilan keputusan bisa terlaksana dengan baik.

12
5. PERSPEKTIF ISLAM, HUKUM&NORMA DAN FILSAFAT

Perspektif islam

A. Pandangan Islam Terhadap Lingkungan

Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan


semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia
dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam mencegah terjadinya


pencemaran dalam lingkungan hidup. Dalam pencegahan ini tidak hanya
dilakukan secara lahiriyah saja melainkan juga dari kesadaran manusianya itu
sendiri yang tidak lepas dari keimanan.

Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia. Sehingga


lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen ekosistem yang memiliki
nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak disakiti, lingkungan memiliki nilai
terhadap sendiri. Integritas ini menyebabkan setiap perilaku manusia dapat
berpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Perilaku positif dapat menyebabkan
lingkungan tetap lestari dan perilaku negatif dapat menyebabkan lingkungan
menjadi rusak.

Integritas ini pula yang menyebabkan manusia memiliki tanggung jawab


untuk berperilaku baik dengan kehidupan di sekitarnya. Kerusakan alam
diakibatkan dari sudut pandang manusia yang anthroposentris, memandang bahwa
manusia adalah pusat dari alam semesta. Sehingga alam dipandang sebagai objek
yang dapat dieksploitasi hanya untuk memuaskan keinginan manusia.20
Hal itu digambarkan oleh Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41:

َ‫سادَ َظ َه َر‬ َ ‫اس أ َ ْيدِي َك‬


َ َ‫سبَتَْ ِب َما َوا ْلبَحْ َِر ا ْلبَ َِر فِي ا ْلف‬ َ ِ َّ‫الن‬
‫ض ِليذِيقَه َْم‬
ََ ‫ون لَعَلَّه َْم ع َِملوا الَّذِي بَ ْع‬ ََ ‫يَ ْر ِجع‬

13
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan
tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Qs. Al-baqarah ayat 11-12

{‫سدُوا ََل لَ ُهمَ قِي ََل َوإِذَا‬ َ ِ ‫ون نَحنَُ إِنَّ َما قَالُوا األر‬
ِ ‫ض فِي تُف‬ ََ ‫ُمص ِل ُح‬
(11) ‫ُون ُه َُم إِنَّ ُهمَ أَل‬ ِ ‫ون ََل َولَ ِكنَ ال ُمف‬
ََ ‫سد‬ ََ ‫( يَشعُ ُر‬12) }
“Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian membuat
kerusakan di muka bumi:" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang
yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang
yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya.

Dalam perspektif Islam Manusia dan lingkungan memiliki hubungan relasi


yang sangat erat karena Allah Swt menciptakan alam ini termasuk di dalamnya
manusia dan lingkungan dalam keseimbangan dan keserasian. Keseimbangan dan
keserasian ini harus dijaga agar tidak mengalami kerusakan. Kelangsusungan
kehidupan di alam ini pun saling terkait yang jika salah satu komponen mengalami
gangguan luar biasa maka akan berpengaruh terhadap komponen yang lain.

Manusia sebagai faktor dominan dalam perubahan lingkungan baik dan


buruknya dan segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan dan alam. Di dalam
Alquran dijelaskan bahwa kerusakan lingkungan baik di darat maupun di laut
pelakunya adalah manusia karena eksploitasi yang dilakuakan manusia tidak
sebatas memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan tidak
mempertimbangkan kelangsungan lingkungan dan keseimbangan alam tetapi lebih
didasarkan pada faktor ekonomi, kekuasaan dan pemenuhan nafsu yang tidak
bertepi. Karena faktor dominan manusia terhadap alam terutama kerusakan
lingkungan yang ada maka Allah mengingatkan dalam surat Al - A`raf ayat 56 :

‫س ِلينَ َولَنَ ْسأَلَن ِإلَ ْي ِه ْم أ ُ ْر ِس َل الذِينَ فَلَنَ ْسأَلَن‬


َ ‫ْال ُم ْر‬

14
“ Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah
memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Menurut Muhammad Idris ada tiga tahapan dalam beragama secara tuntas
dapat menjadi sebuah landasan etika lingkungan dalam perspektif Islam.

1. Pertama ta`abbud. Bahwa menjaga lingkungan adalah meupkan


impelementasi kepatuhankepada Allah. Karena menjaga lingkungan
adalah bagian dari amanah manusia sebagai khalifah. Bahkan dalam
ilmu fiqih menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan berstaus
hukum wajib karena perintahnya jelasa baik dalam Al Qur`an maupun
sabdaRasulullah Saw. Menurut Ali Yafie masalah lingkungan dalam
ilmu fiqih masuk dalam bab jinayat (pidana) sehingga jika ada orang
yang melakukan pengrusakan terhadap lingkungan dapat dikenakan
sangsi atau hukuman.
2. Kedua, ta`aqquli. Perintah menjagalingkungan secara logika dan akal
pikiran memiliki tujuan yang sangat dapat difahami.Lingkungan adalah
tempat tinggal dan tempat hidup makhluk hidup. Lingkungan alam telah
didesain sedemikian rupa oleh Allah dengan keseimbangan dan
keserasiaanya serta saling keterkaitan satu sama lain. Apabila ada
ketidak seimbangan atau kerusakan yang dilakukan manusia. Maka akan
menimbulkan bencana yang bukan hanya akanmenimpa manusia itu
sendiri tetapi semua makhluk yang tinggal dan hidup di tempat tersebut
akan binasa.
3. Ketiga, takhalluq. Menjaga lingkungan harus menjadi akhlak,tabi`at dan
kebiasaan setiap orang. Karena menjaga lingkungan ini menjdi sangat
mudah dan sangat indah manakala bersumber dari kebiasaan atau
keseharian setiap manusia sehingga keseimbangan dan dan kelestarian
alam akan terjadi dengan dengan sendirinya tanpa harus ada ancaman
hukuman dan sebab-sebab lain dengan imingimning tertentu.

15
B. Pandangan Islam Terhadap Gratifikasi

Dalam hukum Islam, gratifikasi itu lebih mengarah dalam delik


risywah (suap), yang mempunyai nama, sebutan, istilah dan model
bervariasi. Ada modelnya berbentuk hadiah, bantuan, balas jasa, uang
perantara, komisi dan lain-lainya. Akan tetapi semua itu pada hakikatnya
sama yakni bermuara pada subtansinya, risywah adalah perbuatan yang
buruk dan pelakunya dilaknat oleh Allah dan Rasulnya. Dalam hadis
Rasulullah saw bersabda: “Dari Abu Hurairah yang berkata: Rasulullah saw
bersabda:
Laknat Allah akan menimpa orang yang menyuap dan yang
menerima suap dalam hukum. (HR Ahmad, Abu Daud, dan
Tirmidzi ).

Rasulullah SAW sangat tegas melarang sahabat-sahabatnya untuk


menerima gratifikasi. Riwayat dari Abu Humaid as-Sa’idi dikisahkan, salah
seorang dari suku Al-Azdi bernama Ibnu Lutbiah ditugaskan memungut
zakat. Setelah ia pulang, ia melaporkan dan menyerahkan zakat hasil
pungutannya kepada Baitul Mal.

"Ini pembayaran zakat mereka, lalu yang ini adalah untuk saya
karena ini pemberian dari wajib zakat kepada saya pribadi," ujar si Ibnu
Lutbiah. Rasulullah SAW pun marah dan memerintahkan Ibnu Lutbiah
untuk mengembalikan gratifikasi yang diterimanya.

Rasulullah SAW bersabda, "Cobalah dia (Ibnu Lutbiah) duduk saja


di rumah ayahnya atau ibunya. Apakah akan ada yang memberikan
(gratifikasi) kepadanya?" (HR Bukhari Muslim).

Rasulullah SAW dalam hadisnya menegaskan, menerima gratifikasi


sama halnya dengan mengambil ghulul, yakni barang curian dari harta
rampasan perang. Ancamannya sangat jelas, siapa yang makan harta
gratifikasi akan datang di Hari Kiamat dalam kondisi kesusahan. Di

16
lehernya akan dipikulkan unta, sapi, dan kambing yang mengembik. (HR
Bukhari Muslim).

Perspektif hukum dan norma

HAM

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia; (UU no. 39/ 1999, pasal 1 ayat 1)

Lingkungan Hidup

Merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. (UU no. 23/
1997, pasal 1 ayat 1)

Hak Manusia atas Kesehatan

 Kesehatan adalah HAM yang fundamental dan tak ternilai demi


terlaksananya Ham yang lain. (Komentar Umum No. 14 Komite Ekosob
PBB)
 Setiap manusia mempunyai ha katas standar kehidupan yang cukup bagi
kesehatan dirinya dan keluarganya, yang mencakup makanan, tempat
tinggal, pakaian, dan pelayanan kesehatan serta pelayanan sosial yang
penting (pasal 25 ayat 1, DUHAM)

17
Hak Manusia atas Lingkungan Hidup yang Baik

 Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. (UU no.
39/ 1999, pasal 9 ayat 3)
 Setiap orang memiliki hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. (UU no. 23/ 1997, pasal 5 ayat 1)
 Amandemen ke-2 UUD 1945 pasal 28H ayat 1: “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

Pencemaran Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk


hidup, zat, energy dan/ atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan linkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya. (UU no. 23/ 1997, pasal 1 ayat 12)
Limbah

Limbah adalah sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan. (UU no. 23/ 1997, pasal 1 ayat
16)

Sengketa Lingkungan Hidup

Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang
ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya pencemaran dan/ atau perusakan
lingkungan hidup. (UU no. 23/ 1997, pasal 1 ayat 19)

18
Gratifikasi

 Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di
luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau
tanpa sarana elektronik. (UU no. 20/ 2001 pasal 12B)

Pengecualian:
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

 Sanksi tindakan gratifikasi: pidana penjara seumur hidup atau penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.

(pasal 12B ayat (2) UU no. 31/1999 jo UU No. 20/2001)

Hukuman Tindakan Pencemaran Lingkungan

UU no. 23 tahun 1997

 Pasal 42 ayat 1 dan 2: (1)“Barang siapa yang karena kealpaanya melakukan


perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau perusakkan
lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun
dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”. (2)”Jika
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).”

19
 Pasal 45: “Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini
dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, perseroan, perserikatan,
yayasan atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat dengan
sepertiga.”

UU no. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pasal 60: “Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/ atau
bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin.”

 Pasal 104: “Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/ atau bahan
ke media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal
60 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).”

Norma yang digunakan untuk menilai keseimbangan lingkungan hidup dan


tindakan gratifikasi

 Norma sosial adalah norma yang digunakan untuk menilai sikap dan juga
perilaku manusia terhadap lingkungannya. Contoh norma sosial ini ialah
kebiasaan, cara, adat istiadat, dan lain sebagainya. Hingga saat ini masih
dirasakan bahwa masyarakat begitu mengikuti adat istiadat suku tradisional.
Sehingga bisa dikatakan bahwa norma sosial yang dianut oleh masyarakat
tanah air lebih efektif dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidup saat
ini. Dimana pelanggaran terhadap norma sosial umumnya akan
mengakibatkan pelanggarnya terkena hukuman dengan berbagai bentuk
seperti pengucilan, sindiran, cemoohan, bahkan sampai pada pengusiran.
Tindakan gratifikasi juga melanggar norma sosial karena turut
menghancurkan moral baik si pelaku maupun si penerima.

 Untuk kelesatrian dan keseimbangan lingkungan hidup, umumnya


pemerintah akan menetapkan regulasi untuk mengatur hal ini termasuk di
Indonesia. Dimana pemerintah umumnya membuat undang-undang untuk

20
mengatur ini. Diantaranya ialah UU RI no 23 tahun 1997 pasal 5 dan pasal
8 yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup, UU no 39 tahun
1999 pasal 3 yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia, dan juga regulasi
dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang telah dengan resmi melakukan
ratifikasi Protokol Kyoto mengenai Lingkungan Hidup. Tindakan
gratifikasi juga turut melanggar norma-norma hukum sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku pada UU no. 20 tahun 2001.

Berdasarkan perspektif hukum dan norma diatas, dapat disimpulkan bahwa terjadi
pelanggaran hukum dan berbagai norma seperti norma sosial dan norma hukum
akibat tindakan Professor John dalam melakukan gratifikasi untuk mempercepat
dan mempermudah proses birokrasi serta kelalaian dalam pengelolaan limbah yang
menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat sekitar.

Persepktif filsafat

Tat Twam Asi berasal dari ajaran agama Hindu di India. Artinya : “ aku
adalah engkau, engkau adalah aku ”. Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah
bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa yang tengah dirasakan oleh
orang yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pun
tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu,
bagaimana menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat
dari tingkah laku kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam
bertingkah laku .

Di dalam bahasa Sansekerta, kata ”tat” berasal dari suku kata ”tad” yang
berarti ”itu” atau ”dia”. Kata ”tvam’ berasal dari suku kata ”yusmad” yang
berarti ”kamu” dan ”asi” berasal dari urat kata ” as(a) ” yang berarti ”adalah”.
Jadi secara sederhana kata ” Tat Twam Asi ” bisa diartikan ” kamu adalah dia”
atau ”dia adalah kamu”. Di dalam Katha Upanisad dinyatakan . “ nityo nityanam
cetanas cetananam eko bahunam yo vidadhati kaman tam pitha-gam ye
'nupasyanti dhiras tesam santih sasvati netaresam ” Artinya: “ Diantara

21
kepribadian yang kekal dan yang berkesadaran, ada satu kepribadian
yang menyediakan keperluan dari kepribadian-kepribadian yang lainnya.
Orang bijaksana yang memuja kepribadian yang satu ini, yang bertempat
tinggal di alamNya yang rohani akan mampu mencapai kedamaian
sejati sedangkan yang lain, yang tidak memujaNya tidak akan mencapai
kedamaian” .

Dari sloka ini dapat kita simpulkan bahwa tat tvam asi berarti ”kamu
(semua makhluk hidup) dan dia (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) adalah sama”.
Kata ”sama” di sini hendaknya tidak disalahartikan. Ini tidak berarti bahwakita
sepenuhnya sama dengan Tuhan, namun kita mempunyai sifat yang sama
dengan Tuhan dalam jumlah yang kecil.

Berdasarkan skenario bahwa Prof John adalah seorang pakar lingkungan


dan filantropis sangat bertentangan dengan apa yang telah beliau lakukan yakni
dengan mendirikan RS yang mengahsilkan Limbah yang mencemari ligkungan
sehingga memberi dampak bagi kesehatan masyarakat. Berdasarkan Prinsip tat
wam ashi jika dihubungkan dengan kasus ini Prof John dan mungkin beserta
seluruh yang terlibat dalam manajemen Rumah sakitnya selayaknya berpikir
berdasarkan kaidah ini dengan memberikan rasa empati terhadap masyarakat
yang berada disekitar Rumah sakit yang terancam bahkan terkena penyakit
akibat limbah hasil kelola Rumah sakit tersebut.

6. PRINSIP STAR

 Stop

Yaitu berhenti sejenak jika ada tindakan atau perasaan yang tidak nyaman atau
tidak benar

 Think

22
Yaitu tentang apa yang ingin anda inginkan terjadi, semakin spesifik suatu
tujuan yang kita capai maka semakin mudah untuk visual dan bertindak

 Asses

Yaitu prasangka orang lain terhadap diri sendiri,

 Respond

Yaitu melakukan suatu tindakan dengan cara apa yang telah kita rencanakan.

7. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Professor John sebagai filantropis dan pakar lingkungan telah melanggar


orientasi hidupnya yaitu membuang limbah rumah sakit yang mencemari
lingkungan sekitar. Sehingga di demo oleh masyarakat dan dituntut oleh
WALHI internasional.
2. Professor John melakukan tindakan Gratifikasi

Saran

Kita sebagai dokter keluarga dan penasihat pribadi, menasihati dan


menyadarkan professor john bahwa ia telah melanggar orientasinya sebagai
filantropis dan pakar lingkungan. Kemudian menyarankan kepada Professor
John untuk meluangkan waktunya berdiskusi dengan masyarakat dan WALHI
internasional demi menemukan solusi terbaik. (Prinsip STAR).

Rekomendasi

Sebagai seorang dokter Keluarga Kita harus memberikan arahan yang baik
buat prof John, ada beberapa poin penting yang bisa menjadi rekomendasi buat
prof John yakni, berfokus untuk memikirkan masalahnya tanpa ada kesibukan
lain, prof John harus segera membuat rancangan manajemen Rumah Sakitnya

23
dengan baik tanpa ada limbah yang membuat pencemaran lingkungan dan
wabah penyakit, selain itu Prof John direkomendasikan agar berbicara dan
berdiskusi dengan baik kepada masyarakat dan WALHI.

24
DAFTAR PUSTAKA

 M. Hanafiah, Jusuf. 2012. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.


Jakarta: EGC.
 https://www.kpk.go.id/id/layanan-publik/gratifikasi (diakses: 30 Desember
2018; pukul 07:44)
 https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/fatwa/15/11/04/nxa5y5346-bentuk-gratifikasi-dalam-syariat-islam

 Harahap, R. (2015). Etika Islam dalam Mengelola Lingkungan Hidup.


Jurnal Edutech Vol. 1 No. 1.
 Ilyas, M. (2008). Lingkungan Hidup dalam Pandangan Islam. Jurnal
Sosial Humaniora Vol. 1 No. 2, 155.
 Zakariyah, A. (2016). TINDAK PIDANA GRATIFIKASI PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM. Jurnal Hukum Pidana Islam Vol. 2 No. 2.

25

Anda mungkin juga menyukai