Sahputra PDF
Sahputra PDF
ABSTRAK
ABSTRACT
Local people in Indonesia believe that Salak fruit have peculiar property
for antidiabetic. Study activity of Salak fruit as antidiabetic have not been
determined yet. The research objective is to analyze inhibitory effect of skin and
flesh from Salak fruit variety Pondoh extract from different on α-glucosidase
enzyme activity. Flesh and skin from Salak Pondoh were extracted with ethanol
solution of 70% using reflux method. Extract from the flesh and the skin were
used for phytochemical assay and used for α-glucosidase inhibit test with
spectrophotometer method at 400nm.
The yield percentages of water mass from Yogyakarta and Balikpapan on
immature skin, mature skin, immature flesh and immature flesh were 87.59%
(Yogyakarta), 97.08% (Balikpapan), 75.24% (Yogyakarta), 94.52%
(Balikpapan), 93.58% (Yogyakarta), 98.50% (Balikpapan), 94.68%
(Yogyakarta), 98.27% (Balikpapan) respectively. The yield percentages of the
crude extracts were 7.90% (Yogyakarta), 7.27% (Balikpapan), 7.84%
(Yogyakarta), 7.38% (Balikpapan), 51.54% (Yogyakarta), 62.61% (Balikpapan),
67.16% (Yogyakarta), 50.85% (Balikpapan) respectively. The result of the
phytochemical analysis indicates that the extracts contained flavonoids, tannin,
alkaloid and hydroquinon. Salak Pondoh crude extract from Yogyakarta have no
inhibitory activity after evaluated on inhibition test against α-glucosidase enzyme.
Salak Pondoh crude exrtact from Balikpapan was potent inhibitors for α-
glucosidase enzyme although with just up to 0% and lower than 50%. As
comparison solution were used Glucobay solution of 1% which had inhibition
against α-glucosidase enzyme over 75.67%.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia
Disetujui
Diketahui
Tanggal Lulus :
6
PRAKATA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 14 Februari 1984 dari
ayah Krisman dan Ibu Farida Hanum. Penulis merupakan anak pertama dari
empat bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMU YAPENA Kabupaten Aceh Utara dan
pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi
masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama kuliah penulis aktif di bebrapa kelembagaan seperti Ikatan
Mahasiswa Kimia (IMASIKA) periode 2002/2003 dan 2003/2004, Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Tingkat Persiapan Besama periode 2002/2003 dan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) periode 2003/2004,
Ikatan Keluarga Mahasiswa Kimia Indonesia (IKA HIMKI). Penulis juga pernah
menjadi operator Laboratorium Komputer Kimia ”Chem-net” pada tahun 2003.
Pada bulan Juli sampai Agustus 2006 penulis melakukan Praktik Lapangan di Di
Laboratorium Pengujian Nutrisi Pusat Penelitian Biologi Lembaga ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor dengan judul Analisis Proksimat
dan Energi Total Rayap dan Kroto sebagai Pakan.
.
8
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Salak (Salacca Edulis Reinw) ............................................... 2
Diabetes Melitus .................................................................................. 3
Inhibitor Enzim α-Glukosidase ............................................................. 3
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat .................................................................................. 4
Metode .............................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ekstraksi................................................................................... 6
Uji Fitokimia ..................................................................................... 7
Daya Hambat Enzim α-glukosidase ................................................... 8
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9
LAMPIRAN .................................................................................................... 12
9
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil analisis kadar air kulit dan daging buah salak varietas Pondoh
Yogyakarta dan Balikpapan ....................................................................... 6
2 Rendemen daging dan kulit salak hasil pemekatan dengan rotavapor .......... 7
5 persen inhibisi α-glukosidase ekstrak kulit dan daging buah salak .............. 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Buah Salak ................................................................................................. 2
2 Struktur Acarbose...................................................................................... 4
3 Struktur Miglitol ......................................................................................... 4
4 Reaksi Degradasi Glikogen ........................................................................ 4
5 Grafik Absorbansi ekstrak kulit dan daging salak pondoh ........................... 9
6 Grafik persen inhibisi α-glukosidase ekstrak kulit dan daging buah salak ... 9
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahap penelitian ........................................................................................ 13
2 Diagram alir uji aktivitas penghambatan α-glikosidase .............................. 14
3 Sistem reaksi enzim untuk satu sampel dengan volume total 8 ml` ............ 15
4 Data statistik persen rendemen ekstrak kulit dan daging buah salak
varietas pondoh daerah asal tanam Yogyakarta dan Balikpapan .................. 16
5 Tabel hasil uji ANOVA dan Duncan rendemen ekstrak kulit dan daging
buah salak .................................................................................................. 17
6 Data statistik persen inhibisi α-glukosidase dan absorbansi ekstrak kulit
dan daging buah salak dan larutan standar glukobay 1% ............................. 18
7 Tabel uji ANOVA dan Duncan persen inhibisi α-glukosidase ekstrak......... 19
8 Tabel uji ANOVA dan Duncan absorbansi ekstrak kulit dan daging buah
salak dan larutan standar glukobay 1% ....................................................... 20
9 Tabel persen kadar air dan bobot kering kulit dan daging buah salak ......... 21
10 Hasil uji fitokimia ekstrak daging dan kulit buah salak ............................. 22
11 Gambar hasil analisis fitokimia ................................................................ 23
11
Metode
Analisis Pendahuluan (Kadar Air)(Sahputra
2006)
Cawan porselin dikeringkan dalam oven
bersuhu 105oC selama 3 jam dan didinginkan
dalm desikator selama 1 jam, kemudian
ditimbang sehingga diperoleh bobot kering
cawan, kemudian ditambahkan sampel
sebanyak 2,5 gram. Setelah itu cawan berisi
sampel dikeringkan di oven listrik dengan
Gambar 3 Struktur miglitol suhu 105oC selama 3 jam, kemudian diangkat
15
dan disimpan dalam desikator selama 1 jam, kemudian disentrifus, selanjutnya supernatan
dan ditimbang bobot cawan setelah digunakan untuk membuat larutan stándar.
pengeringan. Pengeringan berulang dilakukan Persen inhibisi dapat dihitung dari
sampai diperoleh bobot yang konstan, ketika persamaan: [(C – S)/ C] x 100%. Dengan S=
bobot pada saat pengeringan (sampel dalam absorbansi sampel (S1-S0 dengan S1=
cawan) tidak mengalami kenaikan bobot absorbansi sampel dengan penambahan enzim
setelah pengeringan pertama . Bobot kering dan S0= absorbansi sampel tanpa penambahan
diperoleh dengan persamaan : enzim) dan C= absorbansi kontrol (DMSO),
BK (%) = (BC + SOK) – BC x 100% tanpa sampel (kontrol-blanko).
BSS
Dengan BK= bobot kering, BC= bobot
Analisis Fitokimia
cawan, SOK= sampel oven konstan dan BSS=
Analisis fitokimia yang dilakukan dalam
bobot sampel segar.
penelitian ini hanya dilakukan secara
Adapun kadar air diperoleh dengan
kualitatif, analisis ini dilakukan untuk
persamaan :
mengetahui senyawa-senyawa aktif yang
Kadar air (%) = 100% - Bobot Kering (%)
terkandung dalam ekstrak kulit salak. Analisis
fitokimia dilakukan berdasarkan metode
Ekstraksi Kulit Salak
Harborne (1987). Senyawa yang diidentifikasi
Buah salak varietas Pondoh dibersihkan
adalah alkaloid, flavonoid, saponin, steroid
serta dikupas kulitnya dari daging buahnya.
dan triterpenoid, fenolik hidrokuinon, serta
Daging buah dipotong kecil dan tipis. Kulit
tanin.
dan daging buah salak dimasukkan ke dalam
Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik
oven. Hasil pengeringan berupa simplisia
Hidrokuinon. Sebanyak 0.1 gram ekstrak
kering dihaluskan dan diekstraksi dengan
sampel ditambahkan 5 mL metanol 30% lalu
metode refluks. Simplisia kering sebanyak
dipanaskan selama 5 menit. Filtrat
20 gram diekstraksi dengan 200 mL pelarut
ditambahkan dengan 5 tetes NaOH 10% atau
etanol 70% selama 2 jam pada suhu 70 ºC
H2SO4 pekat. Terbentuknya warna merah
menggunakan refluks. Ekstrak yang diperoleh
karena penambahan NaOH menunjukkan
kemudian disaring dengan kertas saring.
adanya senyawa fenolik hidrokuinon
Ekstrak yang telah disaring diuapkan dengan
sedangkan warna merah yang terbentuk
rotary vapour evaporator pada suhu 50 ºC dan
karena penambahan H2SO4 pekat
dioven pada suhu 40 ºC maka diperoleh
menunjukkan adanya flavonoid. Sebagai
ekstrak kasar.
pembanding digunakan bauh pinang.
Uji Tanin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak
Uji Inhibisi α-glukosidase (Sutedja 2003)
sampel ditambah dengan 5 mL akuades
Larutan enzim dibuat dengan melarutkan
kemudian dididihkan selama 5 menit.
1.0 mg α-glukosidase dalam buffer fosfat (pH
Selanjutnya dilakukan penyaringan dan filtrat
7.0) yang mengandung bovin serum albumin.
yang didapat ditambahkan dengan 5 tetes
Sebelum digunakan, sebanyak 1 mL larutan
FeCl3 1%. Jika terbentuk warna biru tua atau
enzim tersebut diencerkan 25 kali dengan
hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.
buffer fosfat (pH 7.0). Campuran reaksi terdiri
Pembanding yang digunakan adalah daun teh.
dari 250 µL p-nitrofenil α-D-glukopiranosa
Uji Steroid dan Triterpenoid. 0.1 gram
sebagai substrat, 490 µL buffer fosfat (pH 7.0)
ekstrak sampel ditambahkan 5 mL etanol 30%
dan 10 µL larutan sampel dalam DMSO.
lalu dipanaskan dan disaring. Filtrat diuapkan,
Setelah campuran reaksi diinkubasi selama 5
lapisan eter ditambah dengan pereaksi
menit, 250 µL larutan enzim ditambahkan dan
Lieberman Buchard (3 tetes asam asetat
selanjutnya diinkubasi selama 15 menit.
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat).
Reaksi enzim dihentikan dengan penambahan
Terbentuk warna hijau atau biru
1000 µL natrium karbonat dan p-nitrofenol
menunjukkkan adanya steroid dan warna
yang dihasilkan dibaca absorbansinya pada
merah atau ungu menunjukkan adanya
400 nm.
senyawa triterpenoid. Pembanding yang
Sampel yang di uji dilarutkan dalam
digunakan adalah daun som jawa.
pelarut DMSO dengan konsentrasi 1%.
Uji Saponin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak
Larutan stándar yang dibuat dengan
sampel ditambah dengan 5 mL akuades lalu
konsentrasi yang sama dengan larutan sampel,
dipanaskan 100 0C selama 5 menit. Kemudian
dengan melarutkan tablet Acarbose
dikocok selama 5 menit. Busa yang terbentuk
(Glucobay) dalam akuades dan HCl 2N
setinggi tidak kurang dari 1 cm dan tetap
16
stabil setelah didiamkan selama 15 menit Hasil analisis menunjukkan bahwa salak
menunjukkan adanya saponin. Pembanding varietas Pondoh dari Yogyakarta dan
yang digunakan adalah buah klerak. Balikpapan memiliki kadar air yang sangat
Uji Alkaloid. Sebanyak 0.1 gram ekstrak tinggi pada kulit muda, kulit tua, daging muda
ditambahkan dengan 5 mL kloroform dan 3 dan daging tua dan data kedua jenis salak
tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan tidak berbeda jauh. Akan tetapi salak varietas
dan diasamkan dengan H2SO4 2 M. Bagian Pondoh Balikpapan rata-rata seluruh bagian
atas (asam) diambil dan ditambahkan pereaksi buah mampu menyimpan air yang lebih
Dragendrof, Mayer, dan Wagner. Adanya banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
alkaloid ditandai dengan terbentuknya salak varietas Pondoh dari Yogyakarta dan
endapan merah dengan penambahan pereaksi Balikpapan dapat mudah busuk jika disimpan
Dragendrof, endapan putih dengan pereaksi terlalu lama. Kandungan air dalam bahan
Mayer, dan endapan coklat dengan pereaksi makanan menentukan kesegaran dan daya
Wagner. Pembanding yang digunakan adalah tahan bahan tersebut (Winarno 1997).
daun tapak dara. Semakin tinggi kadar air maka kualitas bahan
tersebut makin rendah. Kadar air harus
HASIL DAN PEMBAHASAN dipertahankan serendah mungkin agar tidak
melebihi 10% untuk mencegah pembusukan
Buah salak yang digunakan adalah buah (Sahwan 2002).
muda dan tua dari varietas pondoh dengan Kadar air dipengaruhi oleh faktor
daerah tanam berbeda, yaitu Yogyakarta dan lingkungan. Walaupun spesies yang sama
Balikpapan. Ciri dari buah yang muda adalah tetapi berbeda tempat penanaman
kulit luar terlihat berwarna gelap , sedangkan mempengaruhi kadar air. Faktor lingkungan
buah yang tua warna kulit kecoklatan. itu seperti pH, suhu tanah serta curah hujan.
Umumnya buah yang masih muda lebih kecil Balikpapan memiliki tingkat kelembaban
daripada buah yang telah tua. Bagian buah udara rata-rata yang tinggi dan suhu udara
salak yang digunakan adalah kulit luar dan rata-rata yang rendah, yaitu masing-masing
daging buah salak. Setelah kulit dan daging sebesar 85% dan 24.4oC
dipisahkan keduanya dimasukkan segera ke (www.balikpapan.go.id). Sedangkan tingkat
dalam oven untuk dikeringkan dan mencegah kelembaban rata-rata dan suhu udara rata-rata
pembusukan. Jangka waktu pengeringan pada Yogyakarta masing-masing sebesar 24.7%
kedua bagian buah sangat berbeda. Kulit salak dan 27.2oC.
selama 3 hari sudah kering dan dapat
dihaluskan, sedangkan daging buah salak Hasil Ekstraksi
selama seminggu belum kering dan tidak Hasil ekstraksi yang disajikan pada tabel 2
dapat dihaluskan. Agar tidak terjadi kerusakan dapat diketahui bahwa perbedaan tempat
pada senyawa biomelekul di dalam daging tanam tidak mempengaruhi jumlah rendemen
salak karena pemanasan yang terlalu lama, yang dihasilkan. Masing-masing kulit dan
maka daging buah salak di keluarkan dari daging salak baik Yogyakarta dan Balikpapan
oven tanpa dihaluskan dan disimpan pada memiliki persen rendemen tidak berbeda
suhu ruang di dalam tempat tertutup kedap nyata (lampiran 5), akan tetapi perbedaan
udara. Hasil analisis kadar air daging dan jumlah rendemen sangat berbeda pada bagian
kulit buah salak segar dapat dilihat pada tabel buah yang dipakai. Perbedaan ini sangat nyata
1. karena setiap bagian tanaman memiliki fungsi
fisiologis yang berbeda, sehingga meghasilkan
Tabel 1 Hasil analisis kadar air basah kulit
jumlah metabolit yang berbeda pula (Suprapto
dan daging buah salak varietas
ETS 2003). Perbedaan bobot dan kadar air
Pondoh Yogyakarta dan Balikpapan
basah tidak mempengaruhi jumlah rendemen
(%)
yang dihasilkan. Pada tabel 1 dan tabel 2
Yogyakarta Balikpapan memperlihatkan nilai yang sangat berbeda
terhadap kadar air dan persen rendemen kedua
Kulit Muda 87,596 97,083 varietas. Rataan persen rendemen (kulit dan
daging) salak varietas Pondoh dari
Kulit Tua 75,239 94,519 Yogyakarta lebih besar daripada rataan kadar
air basahnya. Hal ini karena jumlah rendemen
Daging Muda 93,579 98,499 suatu sampel tergantung pada jenis pelarut
Daging Tua 94,680 98,268 yang digunakan. Kadar air yang rendah belum
tentu memiliki rendemen yang rendah pula.
17
Tabel 3 Data agroklimat Yogyakarta dan Balikpapan tahun 2003 (BPS 2004)
Daerah Curah hujan Tekanan udara rata-rata Suhu udara rata-rata Kelembaban relatif
o
(mm/bln) (mb) ( C) (%)
Daya Hambat Enzim α-glukosidase Tabel 4 Absorbansi ekstrak kulit dan daging
Hasil uji daya hambat enzim α-glukosidase salak pondoh
dan absorbansi ekstrak daging dan kulit buah Yogyakarta Balikpapan
salak dan larutan standar glukobay dengan
konsentrasi 1% b/v dapat dilihat pada tabel 4 Kulit Muda 1,512 0,829
dan 5. Grafik persen penghambatan pada
gambar 6 menunjukkan tidak adanya Kulit Tua 1,405 1,097
penghambatan enzim α-glukosidase pada
ekstrak buah salak dari Yogyakarta. Hal ini Daging Muda 1,859 1,178
karena rataan persen (ekstrak daging dan
kulit) inhibisi pada sampel tersebut dibawah Daging Tua 1,866 1,091
0%. Pada ekstrak buah salak dari Balikpapan
masih terdapat penghambatan akan tetapi Tabel 5 Persen inhibisi α-glukosidase ekstrak
lebih rendah dari larutan standar dan lebih kulit dan daging buah salak
kecil dari 50%. Grafik absorbansi pada Yogyakarta Balikpapan
gambar 5 dapat disimpulkan adanya (%) (%)
peningkatan aktivitas enzim oleh sampel buah Kulit Muda -27.4874 30.10118
salak dari Yogyakarta. Hal ini karena nilai
absorbansi pada sampel lebih besar dari Kulit Tua -18.4654 7.546374
absorbansi kontrol yaitu reaksi enzim tanpa
penghambatan. Menurut Wikipedia (2008) Daging Muda -56.7032 0.716695
koenzim adalah senyawa organik non-protein
yang terfosforilasi yang mampu meningkatkan Daging Tua -57.2934 8.052277
aktivitas enzim. Salah satu jenis koenzim
adalah golongan vitamin yang larut air seperti Hasil analisis ANOVA dan Duncan pada
vitamin C dan B12. Penelitian sebelumnya lampiran 7 dapat disimpulkan bahwa setiap
mennyebutkan bahwa senyawa yang terdapat perlakuan pada sampel sangat berbeda nyata
pada beberapa varietas salak salah satunya dan perlakuan tidak berpengaruh nyata pada
adalah asam askorbat (vitamin C) (Setiawan et ekstrak sampel. Sebagai pembanding dipakai
al. 2001; Leong dan Shui 2002; Muchtady larutan standar glukobay 1% b/v yang
1978; Suter 1988 dalam Priyatno et al. 2006) menunjukkan penghambatan 75.67%.
Penelitian lain terhadap buah salak ekstrak Glukobay digunakan sebagai pembanding
air, etanol, dan etil asetat salak varietas karena merupakan inhibitor yang mudah
Bongkok menunjukan adanya penghambatan dipakai dan didapat.
terhadap DPPH dari asam askorbat. Hal ini Penelitian Tadera (2006) menyebutkan
dapat disimpulkan bahwa ekstrak salak bahwa flavanoid golongan flavonol, flavon,
varietas Bongkok memiliki aktivitas flavanon, isoflavon dan sianidin mampu
antioksidan (Priyatno et al 2006). Sugiwati menghambat aktivitas enzim α-glukosidase
(2005) meneliti bahwa ektrak n-butanol, dan α-amilase. Perbedaan persen
ekstrak etil asetat, ekstrak metanol, ekstrak air penghambatan antara ekstrak sampel pada dua
dan ekstrak air rebusan mampu menghambat daerah tanam yang berbeda yang sangat nyata
enzim α-glukosidase dengan persen inhibisi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Selain
yang berbeda-beda. Ekstrak n-butanol 50 ppm agrobiofisik dan iklim, jenis dan lama
memiliki aktivitas inhibisi paling tinggi penggunaan pupuk juga dapat memberikan
sebesar 69,90%. Penghambatan menurun pengaruh terhadap sampel yang di uji. Rianti
terjadi berturut-turut pada ekstrak etil asetat (2003) melaporkan bahwa pemakaian pupuk
(42,27%) dan ekstrak metanol (37,09%) dan Nitrogen mampu menurunkan pertumbuhan
ektrak air rebusan (33,01%) dan yang paling bibit tanaman pada waktu tertentu. Pemakaian
rendah yaitu pada ekstrak air yaitu sebesar pupuk Kalium juga berpengaruh nyata
0,41%. Lelono (2004) melaporkan bahwa terhadap peningkatan pertumbuhan bibit
ekstrak metanol herba sambiloto dengan tanaman pada waktu tertentu.
konsentrasi 1% b/v dan 10% b/v tida Pada penelitian ini enzim α-glukosidase
menunjukkan adanya penghambatan terhadap akan menghidrolisis p-nitrofenil-α-D-
enzim α-glukosidase. Akan tetapi ekstrak glukopiranosida menjadi p-nitrofenol dan
herba sambiloto mampu menurunkan kadar glukosa. Jumlah p-nitrofenol yang dihasilkan
glukosa darah pada tikus hiperglikemia dihitung dengan metode spektrofotometri,
sehingga herba sambiloto dianggap memiliki karena p-nitrofenol memberikan warna
potensi antidibetik hipoglikemia. kuning. Semakin besar aktivitas inhibisi
19
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan salak varietas
Pondoh dari Yogyakarta dan Balikpapan
Gambar 5 Absorbansi ekstrak kulit dan memiliki kadar air yang tinggi (di atas 10%).
daging salak pondoh Ekstrak kulit dan daging buah salak dari
ekstrak daging dan kulit salak terhadap kerja Yogyakarta tidak menunjukan aktivitas
enzim α-glukosidase, jumlah p-nitrofenol penghambatan enzim α-glukosidase, sehingga
yang dihasilkan akan semakin sedikit, tidak memiliki potensi antidiabetik
absorban yang dihasilkan semakin kecil. hiperglikemia. Ekstrak salak varietas Pondoh
Enzim α-glukosidase merupakan enzim dari Balikpapan mampu menghambat enzim
yang terlibat pada proses katabolisme α-glukosidase diatas 0%. Perbedaan tempat
polisakarida yaitu degradasi glikogen. Setelah tanam mampu menghasilkan senyawa
enzim α-glukosidase bekerja, reaksi lanjutan metabolit sekunder yang berbeda pula.
dari degradasi glikogen oleh enzim fosforilase Larutan pembanding glukobay mampu
baru dapat terjadi. Jika enzim α-glukosidase menghambat enzim α-glukosidase sebesar
dapat dihambat maka katabolisme 75.67%.
polisakarida dapat dihambat juga. Sehingga
mengurangi tingkat kadar glukosa darah pada Saran
penderita diabetes. Kondisi tingginya kadar Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
glukosa darah pada penderita diabetes dikenal metode uji in-vivo hiperglikemia dengan
dengan hiperglikemia. Pada kondisi menggunakan terapi terhadap hewan coba
hiperglikemia insulin gagal mempromosikan untuk mengetahui potensi ekstrak sebagai
glukosa darah kedalam sel untuk digunakan antidiabetes. Selain itu juga perlu dilakukan
dalam berbagai kebutuhan sel. Hiperglikemia penelitian pada ekstrak salak dengan berbagai
dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, varietas, terutama pada varietas salak yang
seperti merangsang sel β pada lagerhans untuk tidak memiliki nilai komersil seperti salak
memproduksi insulin, atau dapat juga dengan varietas Bongkok. Ekstraksi salak juga salak
menghambat proses katabolisme polisakarida. juga perlu dilakukan dengan metode yang
Senyawa yang dapat menghambat aktivitas α- berbeda dan beragam pelarut untuk
glukosidase dengan mencegah kenaikan gula mendapatkan hasil optimasi ekstrak pada
darah dari pemecahan polisakarida analisis antidiabetes
menunjukan adanya potensi antidiabetes
(Lelono 2004). DAFTAR PUSTAKA
Ekstrak kulit dan daging buah salak dari
Yogyakarta tidak menunjukkan potensi Chiasson J et al. 2002. Acarbose for
sebagai antidiabetik hiperglikemia. Akan prevention of type 2 diabetes melitus : the
stop – NIDDM Randomized. Medical
Progress 359 : 2072-2077
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Nazaruddin dan Kristiawati. 1992. 18 Varietas
Penuntun Cara Modern Menganalisa Salak. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tumbuhan. Ed ke-2. Penerjemah
Padmawinata K. Bandung: ITB. Neal MJ. 2002. Medical Pharmacology a
Glance. New York: Blackwell Science.
Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan Kimia
mahkota dewa (Phaleria marcocarpa). Di Nelson D L, Cox M M. 2004. Lehnimger:
dalam: Prosiding Pameran Produk Obat Principles of Biochemistry. New York: W
Tradisional dan Seminar Sehari Mahkota H Freeman Publisher
Dewa. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi dan Obat Pranadji DK, Martianto DH, Subandriyo VU.
Tradisional Badan Penelitian dan 1999. Perencanaan Menu untuk Penderita
Pengembangan Kesehatan. Departemen Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar
Kesehatan. Swadaya.
Karen SLM. 2005. What’s new in the Priyatno LHA et al. 2006. Aktifitas
treatment of type 2 diabetes. Medical antioksidan ekstrak daging buah salak
Progress vol 32 no 9. varietas Bongkok (Salacca Edulis
Reinw.). Acta Pharmaneutica Indonesia
Lelono RAA. 2004. Uji hipoglikemik dan uji vol XXXI no 1
daya hambat aktivitas enzim α-glukosidase
ekstrak sambiloto sebagai antidiabetes Powel DR, 2000. 365 Tips Hidup Sehat.
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Jakarta: Pustaka Delapratasa.
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. Rianti E. 2003. Pengaruh pemupukan nitrogen
dan kalium terhadap pertumbuhan
Leong LP, Shui G. 2002. An investigation of vegetatif pepaya (Carica Papaya L) pada
antioxidant capacitiy of fruit in Singapore umur bibit yang berbeda [skripsi]. Bogor:
markets. J. Food Chem 76: 69-75. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Liu et al. 2006. Synthesis and
pharmacological activities of xanthone Sahputra FM. 2006. Analisis proksimat dan
derivatives as α-glucosidase inhibitors. energi total ryap dan kroto sebagai pakan
Biorganic and Medical Chemistry 14: [laporan praktek lapangan]. Bogor:
5683-5690 Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Markham KR. 1975. Isolation Technique for Bogor.
Flavanoids. Di dalam : JB Harbone, TJ
Marby, H Marby, editor. The Flavanoid, Sahwan AD. 2002. Pakan Ikan dan Udang.
Part 2. New York : Academy Press Jakarta: Penebar Swadaya.
Muchtady D. 1978. Perubahan Fisiko Kimia Setiawan BAS, David WGD. 2000.
Buah Salak Kalengan Selama Carotenoid content of selected Indonesian
Penyimpanan. Sekolah Pascasarjana. fruits. J. Food Comp and Anal. 14: 169-
Bogor: IPB. 176.
National Center for Complementary and Schuiling DL dan Mogea JP. 1992. Salacca
Alternative Medicine. 2005. Treating Type Zalacca (Gaertner) Voss dalam PROSEA
2 Diabetes with Dietary Supplements. 2: Edible Fruit and Nuts. Bogor: Prosea
http://nccam.nih.gov. [Februari 2007] Foundation.
LAMPIRAN
23
Saring
Filtrat
Rotavapour 50ºC
Oven 40ºC
Ekstrak kasar
1000 µl
larutan 200
mM
Na2CO3
p-nitrofenol
Spektrofotometer
λ = 400
25
Lampiran 3 Sistem reaksi enzim untuk satu sampel dengan volume total 8 ml
Lampiran 4 Data statistik persen rendemen ekstrak kulit dan daging buah salak varietas pondoh daerah asal tanam Yogyakarta dan
Balikpapan
Daerah tanam Sampel Ulangan Bobot sampel (g) Bobot ekstrak (g) Rendemen (%) Rata-rata rendemen (%) Standar Deviasi
Kulit muda 1 20,014 1,991 9,947
2 20,057 1,671 8,333 7,904 2,287724
3 20,089 1,091 5,432
Kulit tua 1 20,041 2,152 10,736
2 20,179 1,367 6,774 7,838 2,539471
3 20,032 1,203 6,004
Daging muda 1 20,022 5,844 29,186
2 20,013 11,109 55,509 51,542 20,66055
Yogyakarta
3 20,489 14,328 69,932
Daging tua 1 20,132 13,925 69,167
2 20,011 12,769 63,810 67,165 2,924
3 20,217 13,852 68,518
Kulit muda 1 20,324 1,896 9,329
2 20,019 1,2266 6,127 7,267 1,789
3 20,051 1,2723 6,345
Kulit tua 1 20,333 1,818 8,941
2 20,025 1,2861 6,423 7,376 1,366
3 20,131 1,3619 6,765
Daging muda 1 20,001 16,036 80,173
2 20,023 10,382 51,851 62,611 15,337
Balikpapan
3 20,137 11,239 55,810
Daging tua 1 20,020 16,059 80,213
2 20,294 12,548 61,828 50,854 36,1187
3 20,417 2,148 10,521
Contoh perhitungan :
Persen rendemen = Bobot ekstrak x 100% = 1,991 x 100% = 9,947
Bobot sampel 20,014
16
27
Lampiran 5 Hasil uji ANOVA dan Duncan rendemen ekstrak kulit dan daging
buah salak
ANOVA
Jumlah Derajat Kuadrat F tabel
F hitung
kuadrat bebas tengah (5%)
Perlakuan 15864,224 7 2266,318 9,102 2,66
Galat 3983,872 16 248,992
Total 19848,096 23
Duncan
Lampiran 6 Data statistik persen inhibisi α-glukosidase dan absorbansi ekstrak kulit dan daging buah salak dan larutan standar glukobay
1%
Daerah Sampel ulangan Persen inhibisi Rata-rata persen inhibisi Standar Absorbansi Rata-rata
Standar Deviasi
tanam (%) (%) Deviasi Absorbansi
Kulit muda 1 -10,371 1,309
-27,487 24,206 1,512 0,287
2 -44,604 1,715
Kulit tua 1 -28,921 1,529
-18,465 14,786 1,405 0,175
2 -8,010 1,281
Daging muda 1 -68,465 1,998
-56,703 16,634 1,859 0,197
2 -44,941 1,719
Yogyakarta
Daging tua 1 -63,322 1,937
-57,293 8,526 1,866 0,101
2 -51,265 1,794
Kulit muda 1 59,865 0,476
30,101 42,092 0,829 0,499
2 0,337 1,182
Kulit tua 1 17,454 0,979
7,546 14,011 1,097 0,166
2 -2,361 1,214
Daging muda 1 -28,246 1,521
0,717 40,960 1,178 0,486
2 29,680 0,834
Balikpapan
Daging tua 1 72,934 0,321
8,052 91,757 1,088
2 -56,830 1,86
1 81,197 0,223
Kontrol Positif (glukobay 1%) 75,674 7,810 0,289 0,093
2 70,152 0,354
1 1,186
Kontrol Negatif 1,186 0,000
2 1,186
Contoh Perhitungan:
Persen inhibisi = (Kontrol negatif - Absorbansi) x 100% = (1,186 – 1,309) x 100% = -10,371
Kontrol negatif 1,186
18
29
Lampiran 7 Uji ANOVA dan Duncan persen inhibisi α-glukosidase ekstrak kulit
dan daging buah salak dan larutan standar glukobay 1%
ANOVA
Jumlah Derajat Kuadrat F F tabel
kuadrat bebas tengah hitung (5%)
Perlakuan 28380,173 8 3547,522 2,404 3,23
Galat 13280,076 9 1475,564
Total 41660,249 17
Duncan
Subset for alpha = .05
Perlakuan Ulangan
1 2
Daging tua Yogyakarta 2 -57,293450
Daging muda Yogyakarta 2 -56,703200
Kulit muda Yogyakarta 2 -27,487350
Kulit tua Yogyakarta 2 -18,465400 -18,465400
Daging muda Balikpapan 2 0,716700 0,716700
Kulit tua Balikpapan 2 7,546350 7,546350
Daging tua Balikpapan 2 8,052250 8,052250
Kulit muda Balikpapan 2 30,101200 30,101200
Larutan standar (glukobay 1%) 2 75,674550
Sig. 0,069 0,052
30
Lampiran 8 Uji ANOVA dan Duncan absorbansi ekstrak kulit dan daging buah
salak dan larutan standar glukobay 1%
ANOVA
Jumlah Derajat Kuadrat F hitung F tabel
kuadrat bebas tengah (5%)
Perlakuan 3,996 9 ,444 2,377 0,097
Galat 1,868 10 ,187
Total 5,864 19
Duncan
Subset for alpha = .05
Perlakuan Ulangan
1 2
Larutan standar (glukobay 1%) 2 0,288500
Kulit muda Balikpapan 2 0,829000 0,82900
Daging tua Balikpapan 2 1,090500 1,090500
Kulit tua Balikpapan 2 1,096500 1,096500
Daging muda Balikpapan 2 1,177500 1,177500
Kontrol 2 1,186000 1,186000
Kulit tua Yogyakarta 2 1,405000
Kulit muda Yogyakarta 2 1,512000
Daging muda Yogyakarta 2 1,858500
Daging tua Yogyakarta 2 1,865500
Sig. 0,088 0,057
31
Lampiran 9 Persen kadar air dan bobot kering kulit dan daging buah salak
Daerah tanam Perlakuan Kadar air kering (%) Bobot kering (%)
Lampiran 10 Hasil uji fitokimia ekstrak daging dan kulit buah salak
Kontrol Positif Buah Pinang Daun Teh Daun Tapak Dara Buah Pinang Daun Som Jawa Buah Klerak
Kulit Muda + ++ + + - -
Daging Muda ++ + + + - -
Yogyakarta
Daging Tua +++ ++ + + - -
Kulit Muda + ++ + + - -
Kulit Tua ++ - + + - -
Daging Muda + ++ + + - -
Balikpapan
Daging Tua + + + + - -
22
23
Alkaloid
Mayer
Wagner
Dragendorf
Flavanoid
Hidrokuinon
Saponin
Steroid
Tanin
Keterangan :
DMY : Daging muda Yogyakarta DMK : Daging muda Balikpapan
DTY : Daging tua Yogyakarta DTK : Daging tua Balikpapan
KMY : Kulit muda Yogyakarta KMK : Kulit muda Balikpapan
KTY : Kulit tua Yogyakar KTK : Kulit tua Balikpapan