A. DEFINISI
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500
gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan
(Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Liewollyn,
2002).
B. KLASIFIKASI ABORTUS
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau terjadi dengan
sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi bulan kedua dan ketiga.
Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a) Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan biasanya terjadi
beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan
selama beberapa minggu.
nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan Sonografi vagina,
pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (HCG) serum, dan kadar
progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk
memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik
pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi
intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar
harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila
janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase.
Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat membantu dalam proses pengambilan
keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan,
maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
1) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.
2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular. Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
3) Pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1) rasa mules lebih sering dan kuat
2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan
cunam ovum, disusul dengan kerokan.
c. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila
plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus.
2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap
corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi
setelah dibiarkan lama, cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya
apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika
anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
C. ETIOLOGI
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-sebab abortus
spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan pertumbuhan
yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup terus. Abortus spontan yang
disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin
besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.
Beberapa sebab abortus adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi terjadinya
aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester
pertama yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada
monosomi X (45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan memungkinkan
lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
2) Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu aborsi aneuploid
dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena adanya kelainan kromosom baik
kelainan struktural kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus
euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung
aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa faktor ayah
serta kondisi lingkungan. (Williams,2006)
b. Faktort ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut
· Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
· Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
· Parasit, misalnya malaria.
b) 2 Infeksi kronis
· Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
· Tuberkulosis paru aktif.
2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
3) Penyakit kronis, misalnya :
Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
Nephritis
Diabetes angka abortus dan malformasi congenital meningkat pada wanita dengan
diabetes. Resiko ini berkaitan dengan derajat control metabolic pada trisemester
pertama.
Anemia berat
Penyakit jantung
Toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi pada
plasenta
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang menyebabkan
necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh janin akan terlepas dari
dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim, sehingga merangsang
kontraksi rahim untuk terjadi eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut “Bligrted
Ovum”.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
E. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
1. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk
dari vulva.
2. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
3. Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak
nyeri.
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan syok
septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
H. PENATALAKSANAAN ABORTUS
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
a. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat
kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus
dengan mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus
dengan vakum disebut kuretase isap .
b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5 atau 6 mm
fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu setelah keterlambatan haid disebut
juga induksi haid, haid instan dan mini abortus.
c. Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk abortus lebih
disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada penyakit yang cukup
significanpada uterus, histerektomi mungkin merupakan terpa ideal.
2. Teknik medis
a. Oksitosin
b. Prostaglandin
c. Urea hiperosomik
d. Larutan hiperostomik intraamnion.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu hamil
pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada
kandungannya. Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan resiko
aborsi.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya
adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat
menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan
keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat
penyakit yang pernah dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan
reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola
aktivitas sehari – hari.
4. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
1) RR= 18 x/menit
2) Tidak ada suara nafas tambahan
3) Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. B2 (Blood)
1) Tekanan darah : 60/40 mmHg
2) Nadi : 50x/menit
3) Suhu : 39o C
4) Hb : 5 gr/Dl
5) Leukosit : 15.000
6) Akral dingin
7) CRT > 2 detik
c. B3 (Brain)
- Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
a. B4 (Bladder) : -
b. B5 (Bowel)
- Nyeri di daerah perut
- Penurunan nafsu makan
- Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
c. B6 (Bone)
- Turgor kulit baik
- Pergerakan dalam batas normal
d. Psikologis
- Ansietas
e. Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga : baik
5. Pemeriksaan laboratorium
a. darah : leukosit naik 15.000
Hb : 5 gr/dL
B. ANALISIS DATA
2 S: Gangguan aktivitas
· Biasanya pasien merasa Perdarahan
lemas
O: Anemia
· Biasanya nadi lemah (50
x/menit) dan pasien terlihat
pucat Kelemahan
Gangguan aktivitas
3 S: Gangguan rasa
Keguguran janin nyaman : nyeri
· Biasanya pasien
mengeluh nyeri di perut dan Rangsangan pada
pasien merintih kesakitan uterus
O:
P = Aborsi Prostaglandin
Q = Severe pain
R = Abdomen Dilatasi serviks
S = (skala ± 8)
T = Current
Nyeri
4 S:- Resiko Tinggi infeksi
O: Keguguran janin
· Leukosit klien biasanya
15.000, Lepasnya buah
· Suhu 39oC kehamilan dari
implantasinya
Terputusnya pembuluh
darah ibu
Perdarahan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan
2. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas b.d kurang pengetahuan.
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnos Tujuan Intervensi Rasional
a
Kepera
watan
1 Resiko Tidak Mandiri :
syok terjadi 1. Cek Airway, Breathing, 1. Sebagai pertolongan pertama pada
hemorrh devisit and Circulation keadaan syok
agic b.d volume 2. Penderita 2. 2. Mencegah gangguan perfusi serebral
Perdara cairan, dibaringkan dalam dan untuk auto transfusi
han seimbang posisi trendelenburg,
antara yaitu posisi telentang
intake biasa dengan kaki 3. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
dan sedikit tinggi 30 akibat abortus memiliki karekteristik
output derajat bervariasi
baik 3. Monitor kondisi TTV 4. Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
jumlah tiap 2 jam kebutuhan harian ditambah dengan
maupun jumlah cairan yang hilang pervaginal
kualitas
4. Monitor input dan 1. Tranfusi mungkin diperlukan pada
output cairan kondisi perdarahan massif
2. Setelah kebebasan
jalan nafas terjamin
untuk meningkatkan
oksigenasi dapat
diberi oksigen 100%
kira- kira 5 liter pm
melalui jalan nafas
dan bila perlu
penderita diberi cairan
bikarbonat natricus
2 Ganggu Klien Mandiri :
an dapat 1. pantau tingkat 1. Mungkin klien tidak mengalami
Aktivitas melakuka kemampuan klien perubahan berarti, tetapi perdarahan
b.d n untuk beraktivitas
kelemah aktivitas masif perlu diwaspadai untuk menccegah
an, tanpa kondisi klien lebih buruk.
penurun adanya 2. Aktivitas merangsang peningkatan
an komplika 2. Monitor pengaruh vaskularisasi dan pulsasi organ
sirkulasi si aktivitas terhadap reproduksi
kondisi 3. Mengistiratkan klilen secara optimal
uterus/kandungan
3. Bantu klien untuk 4. Mengoptimalkan kondisi klien, pada
memenuhi kebutuhan abortus imminens, istirahat mutlak sangat
aktivitas sehari-hari diperlukan
4. Bantu klien untuk 5. Menilai kondisi umum klien
melakukan tindakan
sesuai dengan
kemampuan / kondisi
klien
5. Evaluasi
perkembangan
kemampuan klien
melakukan aktivitas
3 Ganggu Klien Mandiri :
an rasa dapat 1. Monitor kondisi 1. Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
nyaman beradapt nyeri yang dialami dilakukan dengan skala maupun deskripsi
: Nyeri asi klien
b.d dengan 2. Meningkatkan koping klien dalam
Kerusak nyeri Edukasi: melakukan guidance mengatasi nyeri
an yang 2. Terangkan nyeri
jaringan dialami yang diderita klien
intrauteri dan penyebabnya 3. Mengurangi onset terjadinya nyeri
dapat dilakukan dengan pemberian
Kolaborasi : analgetika oral maupun sistemik dalam
3. Kolaborasi spectrum luas/spesifik
pemberian analgetika
4 Resiko Tidak Mandiri :
tinggi terjadi 1. Monitor kondisi 1. Perubahan yang terjadi pada dishart
Infeksi infeksi keluaran atau dimonitor setiap saat dischart keluar.
b.d selama dischart yang keluar; Adanya warna yang lebih gelap disertai
perdara perawata jumlah, warna, dan bau tidak enak mungkin merupakan
han, n bau tanda infeksi
kondisi perdarah 2. Inkubasi kuman pada area genital yang
vulva an relatif cepat dapat menyebabkan infeksi
lembab
2. Lakukan perawatan 1. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
vulva kebersihan genital
Kolaborasi:
1. Lakukan
pemeriksaan biakan
pada dischart
5 Cemas Tidak Mandiri :
b.d terjadi 1. Monitor tingkat 1. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
kurang kecemas pengetahuan/ peningkatan rasa cemas
pengeta an, persepsi klien dan
huan pengetah keluarga terhadap 2. Kecemasan yang tinggi dapat
uan klien penyakit. menyebabkan penurunan penialaian
dan 2. Monitor derajat objektif klien tentang penyakit.
keluarga kecemasan yang 3. Kelibatan klien secara aktif dalam
terhadap dialami klien. tindakan keperawatan merupakan
penyakit support yang mungkin berguna bagi klien
meningka dan meningkatkan kesadaran diri klien.
t 3. Bantu klien 4. Peningkatan nilai objektif terhadap
mengidentifikasi masalah berkontibusi menurunkan
penyebab kecemasan kecemasan.
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
: EGC
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume 2. Jakarta ; EGC.
Normahendi,W.A.2007.Abortus.http://fkuii.org/tikidownload_wiki_attachment.php?attId=964&
page=Wulan%20Asih%20Normahendri. 09 Januari 2019 pada pukul 22.00 wib
.
Asuhan Keperawatan pada Pasien Abortus. http://mediadankomputer.co.cc//?p=424 09
Januari 2019 pada pukul 22.00 wib