Anda di halaman 1dari 185

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa secara administratif merupakan bentuk pemerintahan terkecil yang

dipimpin oleh Kepala Desa melalui sebuah pemilihan secara langsung. Secara

formal pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, sebagai dasar hukum yang mengatur segala sesuatu yang dianggap

penting bagi Desa. Secara definitif, berdasarkan peraturan tersebut Desa atau

dengan sebutan lain diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita

kemerdekaan, sehingga Desa perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi

kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang

kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat

yang adil, makmur dan sejahtera.

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah bagian dari

wilayah desa yang memiliki ragam budaya masyarakat yang berbeda-beda,

sehingga pemerintah desa akan terus melakukan koordinasi yang efektif dalam

melakukan kegiatan pembangunan berdasarkan skala prioritasnya yang dibuat

1
dalam Musrenbangdus, Musrenbangdes dan selanjutnya dijadikan landasan untuk

pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati bersama.

Berdasarkan azas rekognisi dan subsidiaritas, ada 2 (dua) kewenangan

yang dilegitimasi Undang-Undang Desa yaitu, kewenangan berdasarkan hak asal

usul dan kewenangan lokal berskala desa. Beralaskan kewenangan desa inilah,

Desa berhak menyelenggarakan dan menyusun perencanaan hingga penganggaran

pembangunan sendiri tanpa harus bergantung pada sistem perencanaan

pembangunan daerah. Bagi kementerian/lembaga yang hendak memasukkan

programnya ke desa, maka harus merekognisi “mengingat” dokumen perencanaan

desa sebagai dokumen yang harus diacu oleh pemerintah desa.

Bicara tentang aset desa, biasanya telah dibatasi pada aset yang bersifat

terwujud. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa,

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Pedoman

Pengelolaan Kekayaan Desa, dan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007

tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa, sumber pendapatan desa terdiri

dari PADesa, hasil pajak dan retribusi, bagian dana perimbangan yang berupa

ADD, Bantuan Keuangan dan Pemerintah, Pemprov, dan PemKab serta dari pihak

ketiga. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 2014 dalam

BAB I Pasal 1 ayat 11 yaitu:

“Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli

Desa, dibeli atau diperoleh atas Beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah”.

181
Kekayatan Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis bisa
dilihat sebagai berikut:
- Tanah Kas Desa/Bengkok : 13.332 Ha
- Tanah Titisara : 0,240 Ha
- Tanah Desa/sarana pendidikan dan Olahraga : 0600 Ha
- Tanah Kuburan : 1,572 Ha
- Irigasi / Saluran air : 16,800 Ha
- Jalan Desa / Jalan Dusun : 0,600 Ha
- Kendaraan roda dua : 3 Unit
Seiring dengan berjalannya pengelolaan aset desa di Desa Utama, banyak

sekali pegawai yang mengalami kesulitan dalam pengelolaan aset desa, karena

pegawai yang kurang memiliki pemahaman baik tentang pengelolaan aset desa,

begitu juga dengan masyarakatnya yang apatis dan kurang peduli terhadap

pengelolaan aset desa, dan juga kurangnya masyarakat yang mengembangkan aset

desa yang sudah dipinjamkan oleh pihak desa tersebut.

Untuk mendukung pengelolaan aset desa secara efisien dan efektif, serta

menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset desa, maka pemerintah desa

perlu memiliki atau mengembangkan sistem informasi manajemen yang

komprehensif dan handal sebagai alat untuk pengambilan keputusan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016

Tentang Pengelolaan Aset Desa, menetapkan dalam BAB I Pasal 1 ayat 6 bahwa:

“Pengelolaan aset desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari


perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan,
pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian aset
Desa “.

181
Kekayaan desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan dimanfaatkan

sepenuhnya untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan masyarakat desa.

Sehubungan dengan uraian-uraian diatas berdasarkan observasi yang telah

dilakukan oleh peneliti di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis,

ditemukan bahwa pengelolaan Aset Desa oleh Pemerintah Desa belum optimal.

Hal ini dapat dilihat dari adanya indikator-indikator sebagai berikut:

1. Sikap masyarakat desa yang apatis terhadap pengelolaan aset desa;

2. Sebagian Tanah Milik Desa Belum disertifikasikan;

3. Masyarakat yang kurang memanfaatkan lahan tanah milik desa yang

sudah dipinjam pakaikan kepada masyarakat.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan maka penulis tertarik

untuk melakukan kegiatan penelitiansecara lebih lanjut mengenai pengelolaan aset

desa dan hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

” PENGELOLAAN ASET DESA OLEH PEMERINTAH DESA DI DESA

UTAMA KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis merumuskan

masalah-masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengelolaan Aset Desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis?

181
2. Apa saja hambatan-hambatan yang di hadapi pada proses pembuatan

sertifikat tanah dalam pelaksanaan Pengelolaan Aset Desa di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis?

3. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-

hambatan dalam Pengelolaan Aset Desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1 Untuk mengetahui Pengelolaan Aset Desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

2 Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang di hadapi pada proses

pembuatan sertifikat tanah dalam pelaksanaan Pengelolaan Aset Desa

di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

3 Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan-hambatan dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan Ilmu

Pengetahuan di bidang Ilmu Administrasi Publik, khususnya mengenai

181
Pengelolaan Aset Desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Penulis

Skripsi ini diharapkan dapat memperluas Ilmu Pengetahuan dan

wawasan tentang Pengelolaan Aset Desa;

b. Bagi Universitas Galuh Ciamis

Skripsi ini diharapkan dapat menambah kepustakaan pada Program

Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik;

c. Bagi Instansi Terkait dan Instansi Lain

Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi

Para Pimpinandan Pegawai di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis.

1.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan peneliti,

Pengelolaan Aset Desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis

ini dilihat masih kurang efektif dan efisien, dan belum sepenuhnya memenuhi

prosedur dalam pengelolaan aset desa, sepertihalnya salah satu permasalahan

dalam membuat sertifikat tanah milik desa, tanah milik desa ada yang belum

disertifikatkan, padahal dalam peraturaan PERMENDAGRI Nomor 1 Tentang

Aset Desa, Aset Desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama Pemerintah

Desa.

181
Pada dasarnya, jika dilihat seacara keilmuan, Pengelolaan Aset Desa Oleh

Pemerintah Desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis,

termasuk kedalam perspektif Administrasi Publik. DR.H. Amin Ibrahim (2007

)mengartikan bahwa:

“Administrasi Publik adalah seluruh upaya penyelenggaraan


pemerintah yang meliputi kegiatan manajemen pemerintah
(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pembangunan) dengan sebuah mekanisme kerja serta
dukungan sumber daya manusia”.

Selanjutnya, dengan melihat pada uraian diatas maka permasalahan yang

terkait dengan pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa secara umum dapat

dijelaskan sebagai pengelolaan yang baik. Pengelolaan yang baik merupakan

pengelolaan pemerintahan desa yang menjunjung tinggi transparansi,

akuntabilitas, responsivitas, berpegang teguh pada aturan dan prosedur yang

berlaku, dan berbasis pada partisipasi masyarakat. Tata pemerintahan desa yang

baik juga akan menjamin penyelenggaraan pemerintahan desa berjalan secara

efektif untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen,

secara etimologi pengelolaan berasal dari kata “kelola” (to manage) dan biasanya

merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan.

Meskipun banyak ahli yang memberikan pengertian tentang pengelolaan yang

berbeda-beda, namun pada prinsipnya memiliki maksud dan tujuan yang sama.

Pradjudi (dalam buku Rahardjo 2011:21) mengatakan bahwa

“Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya

yang menurut suatu perencana diperlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja

181
tertentu”. Kemudian Soekanto (dalam buku Rahardjo 2011:22) mengemukakan

bahwa Pengelolaan dalam Administrasi merupakan suatu proses yang dimulai dari

proses perencanaan, pengaturan, pengawasan, penggerak sampai dengan proses

terwujudnya tujuan.

Dalam PERMENDAGRI No.1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset

Desa BAB I Pasal 1 Ayat 5 dan Ayat 6 bahwa:

1. Aset Desa merupakan barang Milik Desa yang berasal dari kekayaan

asli milik desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran

Pendapatandan Belanja Desa (APBDesa) atau perolehan hak lainnya

yang sah;

2. Pengelolaan Aset Desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan,

pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, pentausahaan,

pelaporan penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian aset

desa.

Pemerintah desa perlu mengetahui jumlah dan nilai kekayaan desa yang

dimilikinya, baik yang saat ini dikuasai maupun yang berupa potensi yang belum

dikuasai atau dimanfaatkan. Untuk itu pemerintah desa perlu melakukan

identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset desa.

Jenis kekayaan desa dapat terdiri dariberupa Tanah Kas Desa, Tanah

Ulayat, Pasar Desa, Pasar Hewan, Tambatan Perahu, Bangunan Desa, Pelelangan

Ikan, Pelelangan Hasil Pertanian, Hutan Milik Desa, Mata Air Milik Desa,

Pemandian Umum, dan Aset Lainnya Milik Desa antara lain:

181
1. Kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan

dan belanja negara, anggaran dan pendapatan belanja daerah, anggaran

pendapatan dan belanja desa;

2. Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang

sejenisnya;

3. Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak, danlain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

4. Hasil kerja sama desa;

5. Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Adapun asas-asas pengelolaan aset desa meliputi:

1. Asas Fungsional

2. Asas Kepastian Hukum

3. Asas Keterbukaan

4. Asas Efisiensi

5. Asas Akuntabilitas

6. Asas Kepastian Nilai

Berdasarkan teori-teori diatas, peneliti berpendapat bahwa:

1. Pengelolaan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan cara

menggerakan dan mengelola sumber daya manusia.

2. Aset Desa yaitu sekumpulan jenis barang milik desa, asli dari pendapatan

milik desa yang terbukti status kepemilikannya dan disertifikatkan atas

nama pemerintah desa.

181
3. Pengelolaan aset desa dilaksanakan berdasarkan asas kepentingan umum,

fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,

akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Pengelolaan aset desa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

taraf hidup masyarakat desa, serta meningkatkan pendapatan desa. Badan

Permusyawaratan desa berdasarkan tata cara pengelolaan aset desa diatur dalam

peraturan pemerintah.

181
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang relevan sebelumnya dilakukan oleh Rosi Yuliawati pada

tahun 2017 dengan Judul “Pengelolaan Potensi Desa Oleh Pemerintah

Desa Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADES) Di

Desa Kawalimukti Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis”. Adapun hasil

dari penelitian ini yaitu berdasarkan hasil penelitian mengenai

pengelolaan potensi desa oleh pemerintah desa dalam rangka

meningkatkan pendapatan asli desa (pades) di Desa Kawalimukti

Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis dengan mengacu kepada teori yang

di kemukakan oleh Nurcholis (2011 : 94) bahwa dalam penegelolaan

terdapat asas-asas pengelolaan potensi, diantaranya asas fungsional, asas

kepastian hukum, asas keterbukaan, asas efisiensi, asas akuntabilitas dan

asas kepastian nilai sudah dilakukan namun dalam pelaksanaannya belum

optimal karena masih terdapat hambatan-hambatan di setiap indikator, hal

ini terlihat dari tanggapan informan. Berdasarkan hasil observasi dan juga

wawancara yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat bahwa ada beberapa

indikator pengelolaan potensi desa di Desa Kawalimukti dalam rangka

meningkatkan Pendapat asli desa (Pades) sudah berjalan tetapi

pelaksanaannya belum optimal untuk dapat meningkatkan pendapatan asli

desa, khususnya pengelolaan BUMDes pemerintah desa masih belum

tahu program program apa yang harus di kembangkan.

11
2.2 Pengertian Pengelolaan

Dalam dunia perkantoran, kata pengelolaan merupakan istilah yang

dipakai dalam ilmu manajemen. Berkaitan dengan ilmu managemen,ilmu

managemen juga sering dipakai dalam ilmu administrasi publik,karena ilmu

managemen bagian dari ilmu administrasi publik. Dalam kegiatan pengelolaan

aset desa sendiri pengelolaan sangat penting, agar aset desa yang dikelola oleh

desa bisa terselasaikan dengan baik. Maka dari itu kita harus memahami lebih

jauh lagi tentang pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa, berikut penjelasan

mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa.

Pengertian pengelolaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

mempunyai 4 pngertian yaitu:

1. Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola;

2. Pengelolaan adalah proses melakukankegiatan tertentu dengan

menggerakan tenaga orang lain;

3. Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan

dan tujuan organisasi;

4. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal

yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Selanjutnya Pradjudi (dalam buku Rahardjo,2011: 21) mengatakan bahwa

Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya

yang menurut suatu perencana diperlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja

tertentu. Sedangkan, Soekanto (dalam buku Rahardjo,201: 22) mengemukakan

bahwa pengelolaan dalam administrasi adalah merupakan suatu proses yang

181
dimulai dari proses perencanaan, pengaturan, pengawasan, penggerakkan sampai

dengan proses terwujudnya tujuan.

Kemudian menurut Hamalik (dalam buku Rahardjo, 2011: 22) istilah

pengelolaan identik dengan istilah manajemen, dimana manajemen itu sendiri

merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan, hal ini senada dengan yang

dikemukakan oleh Balderton (dalam buku Rahardjo, 2011: 22) yang

mengemukakan hal yang sama antara pengelolaan dengan manajemen, yaitu

menggerakkan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha manusia untuk

mencapai tujuannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa istilah pengelolaan memiliki

pengertian yang sama dengan manajemen, dimana pengelolaan merupakan bagian

dari proses manajemen karena di dalamnya harus diperhatikan mengenai proses

kerja yang baik, mengorganisasikan suatu pekerjaan, mengarahkan dan

mengawasi sehingga apa yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik.

Selanjutnya, dari beberapa pengertian tentang pengelolaan yang penulis

paparkan, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengelolaan bukan hanya

melaksankan suatu kegiatan, akan tetapi merupakan kegiatan yang meliputi

fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

181
2.3 Pengelolaan Aset Desa

2.3.1 Pengertian Aset Desa

Aset desa merupakan barang milik desa yang berasal dari

kekayaan asli milik desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDesa) atau perolehan hak lainnya

yang sah.

2.3.2 Jenis - Jenis Aset Desa

Desa sebagai badan hukum mempunyai kekayaan. Jenis – jenis

kekayaan desa terdiri dari:

a. Tanah kas desa;

b. Tanah ulayat;

c. Pasar desa;

d. Pasar hewan;

e. Tambatan perahu;

f. Pelelangan hasil pertanian;

g. Hutan milik desa;

h. Mata air milik desa;

i. Bangunan desa;

j. Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa;

k. Pemandian umum;

l. Dan aset lainnya yang sah milik desa, yang mencakup:

 Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

APBDesa/Daerah;

181
 Barang yang berasal dari perolehan lainnya dan/atau lembaga

dan pihak ketiga;

 Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang

sejenis;

 Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan peraturan

perundanga-undangan yang berlaku;

 Hak desa dari dana perimbangan, pajak daerah, dan retribusi

daerah;

 Hibah dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota;

 Hibah dari pihak ketiga (3) yang sah dan tidak mengikat; dan

 Hasil kerjasama desa.

2.3.3 Asas-asas pengelolaan aset desa

1. Asas fungsional

Merupakan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-

masalah dibidang pengelolaan barang milik desa yang

dilaksanakan pemerintah harus sesuai fungsi, wewenang, dan

tanggung jawab.

2. Asas kepastian hukum

Pengelolaan aset desa harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan

aturan perundang-undangan.

181
3. Asas keterbukaan

Penyelenggaraan pengelolaan aset desa harus terbuka bagi semua

pihak, dan masyarakat berhak menerima informasi mengenai

tujuan, sasaran, dan hasil pengelolaan aset desa.

4. Asas efisiensi

Pengelolaan aset desa diarahkan supaya digunakan sesuai standar

kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara

optimal.

5. Asas akuntabilitas

Merupakan seluruh proses dan kegiatan pengelolaan aset desa dari

usulan hingga pencapaian, hasinya harsu dapat dipertanggung

jawabkan pada semua pihak terutama masyarakat desa.

6. Asas kepastian hukum

Pengelolaan aset desa harus didukung oleh adanya ketepatan

jumlah dan nilai, dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan

pemindahtanganan aset serta penyusutan neraca pemerintah.

2.3.4 Rangkaian Kegiatan Pengelolaan Aset Desa

1. Perencanaan

Tahapan kegiatan secara sistematik untuk merumuskan berbagai

rincian kebutuhan barang milik desa.

2. Pengadaan

181
Kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan desa.

3. Penggunaan

Kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam

menggunakan aset desa yang sesuai dengan tugas dan fungsi.

4. Pemanfaatan

Pendayagunaan aset desa secara tidak langsung dipergunakan

dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan desa dan tidak

mengubah status kepemilikan.

5. Pengamanan

Proses, cara perbuatan mengamankan aset desa dalam bentuk fisik,

hukum, dan administratif.

6. Pemeliharaan

Kegiatan yang dilakukan agar semua aset desa selalu dalam

keadaan baik dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa.

7. Penghapusan

Kegiatan menghapus/meniadakan aset desa dari buku data

inventaris desa dengan keputusan kepala desa untuk membebaskan

pengelolaan barang, pengguna barang, dan/atau kuasa pengguna

barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang

yang berada dalam penguasaannya.

8. Pemindahtanganan

Pengalihan kepemilikan aset desa.

181
9. Penatausahaan

Rangkaian kegiatan yang dilakukan meliputi pembukuan,

inventarisasi, dan pelaporan aset desa sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

10. Pelaporan

Penyajian keterangan berupa informasi terkait dengan keadaan

objektif aset desa.

11. Penilaian

Suatu proses kegiatan pengukuran yang didasarkan pada data/fakta

yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis

tertentu untuk memperoleh nilai aset desa.

12. Pembinaan dan Pengawasan

Suatu proses kegiatan yang memberikan pelatihan penyusunan,

pendayagunaan, monitoring dan bimbingan ditujukan untuk

menjamin agar pemerintahan desa dapat berjalan sesuai dengan

rencana dan ketentuan yang telah ditetapkan.

13. Pengendalian

Proses pengumpulan informasi secara rutin tentang segala aspek

selama pelaksanaan pembangunan.

2.3.5 Ciri-Ciri Pengelolaan Aset Desa

a. Aset desa menjadi milik desa;

b. Aset desa dibuktikan dengan dokumen kepemilikan yang sah atas

nama desa;

181
c. Pengelolaan aset desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional,

kepastian hukum, efektif dan efisien, akuntabilitas dan kepastian

nilai;

d. Pengelolaan aset desa harus berdayaguna dan berhasilguna untuk

meningkatkan pendapatan desa;

e. Pengelolaan aset desa harus mendapatkan persetujuan BPD;

f. Biaya pengelolaan aset desa dibebankan pada Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Desa;

g. Aset desa dikelola oleh pemerintah desa dan dimanfaatkan untuk

kepentingan umum;

h. Perencanaan kebutuhan aset desa disusun dalam rencana kerja dan

anggaran pendapatan dan belanja desa setelah memperhatikan

ketersediaan barang milik desa yang ada.

2.3.6 Maksud dan Tujuan Pengelolaan Aset Desa

a. Maksud Pengelolaan Aset Desa

1. Mengamankan aset desa;

2. Menyeragamkan sistem dan prosedur dalam pengelolaan aset

desa;

3. Memberikan jaminan kepastian hukum dalam pengelolaan aset

desa; dan

4. Mengoptimalkan pemanfaatan aset desa.

181
b. Tujuan Pengelolaan Aset Desa

1. Menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan

pemerintah desa;

2. Terwujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan aset desa;

3. Terwujudnya pengelolaan aset desa yang tertib, efektif dan

efisien; dan

4. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan aset desa.

2.3.7 Syarat-Syarat Pengelolaan Aset Desa Yang Baik

a. Aset desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama pemerintah

desa;

b. Aset desa berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti status

kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib;

c. Aset desa dapat diasuransikan sesuai kemampuan keuangan desa

dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Aset desa dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai

pembayaran atas tagihan kepada pemerintah desa;

e. Aset desa dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk

mendapatkan pinjaman.

Pengelolaan aset desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional,

kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Pengelolaan aset desa harus berdaya guna dan berhasil guna untuk

meningkatkan pendapatan desa. Pengelolaan aset desa harus mendapatkan

persetujuan BPD.

181
Biaya pengelolaan aset desa dibebankan pada anggaran pendapatan

dan belanja desa. Pengelolaan kekayaan desa dikelola oleh pemerintah desa

dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat desa. Perencanaan

kebutuhan aset desa disusun dalam rencana kerja dari anggaran pendapatan

dan belanja desa setelah memperhatikan ketersediaan barang milik desa

yang ada.

2.3.8 Aset Desa Diperoleh Melalui

a. Pembelian;

b. Sumbangan;

c. Bantuan dari pemerintah dan pmerintah daerah maupun pihak lain;

dan

d. Bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

2.3.9 Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Aset Desa

a. Sewa

Sewa adalah Pemanfaatan aset desa oleh pihak lain dalam

jangka waktu tertentu untuk menerima imbalan uang tunai.

Pemanfaatan aset desa ini dilakukan atas dasar:

 Menguntungkan desa;

 Jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai jenis aset desa

dan dapat diperpanjang;

181
 Penetapan tarif ditetapkan dengan keputusan kepala desa

setelah mendapat persetujuan BPD.

Pemanfaatan ini dilakukan dengan surat perjanjian sewa

menyewa, sekurang kurangnya memuat:

 Pihak-pihak yang terikat dengan perjanjian;

 Obyek perjanjian sewa menyewa;

 Jangka waktu;

 Hak dan kewajiban para pihak;

 Penyelesaian perselisihan;

 Keadaan diluar kemampuan para pihak; dan

 Peninjauan pelaksanaan perjanjian.

b. Pinjam Pakai

Pinjam Pakai adalah penyerahan penggunaan kekayaan

desa antara pemerintah desa dalam jangka waktu tertentu tanpa

menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir

harus diserahkan kembali kepada pemerintah desa yang

bersangkutan.

Pemanfaatan aset desa ini dilakukan atas dasar surat

perjanjian yang sekurang kurangnya meliputi:

 Pihak-pihak yang terikat dengan perjanjian;

 Obyek perjanjian sewa menyewa;

 Jangka waktu;

 Hak dan kewajiban para pihak;

181
 Penyelesaian perselisihan;

 Keadaan diluar kemampuan para pihak; dan

 Peninjauan pelaksanaan perjanjian.

c. Kerjasama Pemanfaatan

Kerjasama Pemanfaatan adalah pendayagunaan kekayaan

desa oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka

peningkatan penerimaan desa bukan pajak dan sumber

pembiayaan lainnya.

Pemanfaatan aset desa ini dilakukan atas dasar:

 Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna kekayaan desa;

 Meningkatkan pendapatan desa.

Kerjasama pemanfaatan aset desa dilaksanakan dengan

ketentuan sebagai berikut:

 Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana adalam

APBDes untuk memenuhi biaya operasioal/pemeliharaan/

perbaikan kekayaan desa;

 Penetapan mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan

musyawarah mufakat antara kepala desa dan BPD;

 Ditetapkan oleh kepala desa setelah mendapat persetujuan

BPD;

 Tidak dibolehkan menggadaikan/memindahtangankan kepada

pihak lain;

181
 Jangka waktu paling lama tiga (3) tahun sesuai dengan jenis

aset desa dan dapat diperpanjang.

Pemanfaatan aset desa dilakukan atas dasar surat perjanjian

kerjasama sekurang kurangnya memuat:

 Pihak-pihak yang terikat dengan perjanjian;

 Obyek perjanjian sewa menyewa;

 Jangka waktu;

 Hak dan kewajiban para pihak;

 Penyelesaian perselisihan;

 Keadaan diluar kemampuan para pihak; dan

 Peninjauan pelaksanaan perjanjian.

d. Bangun Serah Guna dan Bangun Guna Serah

Bangun serah guna adalah pemanfaatan kekayaan desa

berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan

dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh

pihak lain dalam jangka waktu yang telah disepakati, untuk

selanjutnya diserahkan kembali setelah berakhirnya jangka waktu.

Sedangkan Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan

kekayaan desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara

menidirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan

setelah pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh

pihak lain dalam jangka waktu yang telah disepakati.

181
Pemanfaatan aset desa berupa bangun serah guna dan bangun

guna serah dilakukan atas dasar:

 Pemerintah desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi

penyelenggraaan pemerintahan desa untuk kepentingan desa

pelayanan umum;

 Tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan Belanja

Desa untuk penyediaan bangunan dan fasilitas.

Hasil pemanfaatan aset desa merupakan penerimaan/pendapatan desa.

Penerimaan desa wajib seluruhnya disetorkan pada rekening desa. Aset desa yang

berupa tanah desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan hak kepemilikan

kepada piak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum. Pelepasan hak

kepemilikan tanah desa untuk umum dilakukan setelah mendapat ganti rugi

berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik dan

beralokasi di desa setempat.

Pelepasan hak kepemilikan tanah desa tersebut ditetapkan dengan

keputusan kepala desa. Keputusan kepala desa diterbitkan setelah mendapatkan

persetujuan BPD dan mendapat izin tertulis dari Bupati/Walikota dan gubernur.

Tata cara pengelolaan aset desa diatur dengan peraturan Bupati/Walikota.

Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan aset desa kepada

Bupati/Walikota melalui Camat, setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-

waktu apabila diperlukan. Laporan hasil pengelolaan aset desa merupakan bagian

dari laporan pertanggungjawaban.

181
Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan aset

desa. Pembinaan dilakukan dengan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan dan

melindungi aset desa. Bupati/walikota melakukan pengawasan pengelolaan aset

desa dengan melakukan audit.

2.4 Pemerintah Desa

2.4.1 Pengertian Pemerintah Desa

Pemerintah Desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan

nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa.

Dalam melaksanakan kekuasaaan kepala desa dapat

menguasakan sebagian kekuasaanya kepada perangkat desa, yang

terdiri dari:

a. Sekretaris Desa selaku pembantu pengelola aset desa,

berwenang dan bertanggungjawab sebagai berikut:

 Meneliti rencana kebutuhan aset desa;

 Meneliti rencana kebutuhan pemeliharaan aset desa;

 Mengatur penggunaan, pemanfaatan, penghapusan dan

pemindahtanganan aset desa yang telah disetujui oleh

kepala desa;

 Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi

aset desa; dan

181
 Melakukan pengawasan dan pengendalian atas

pengelolaan aset desa.

b. Perangkat Desa sebagai petugas/pengurus aset desa, bertugas

dan bertanggungjawab sebagai berikut:

 Mengajukan rencana kebutuhan aset desa;

 Mengajukan permohonan penetapan penggunaan aset

desa yang diperoleh dari beban APBDesa dan perolehan

lainnya yang sah kepada kepala desa;

 Melakukan inventarisasi aset desa;

 Mengamankan dan memelihara aset desa yang

dikelolanya; dan

 Menyusun dan menyampaikan laporan aset desa.

2.4.2 Unsur - Unsur Pembantu Kepala Desa

a. Sekretaris Desa, yaitu unsur staff pelayanan yang diketahui oleh

Sekretaris Desa;

b. Unsur Pelaksana Teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang

melaksanakan urusan teknis dilapangan seperti urusan pengairan,

keagamaan dan lain-lain;

c. Unsur Kewilayahan, yaitu Pembantu Kepala Desa kerjanya seperti

Kepala Dusun;

181
2.4.3 Tujuan Pemerintah Desa

a. Penyeragaman Pemerintahan Desa

Belum terlaksana sepenuhnya, masih berkisar pada sumbangan-

sumbanagn desa.

b. Memperkuat Pemerintahan Desa

Dengan diperlemahnya undang-undang pemerintah desa, berbagai

sumber-sumber penghasilannya dan hak ulayahnya sebagai

sumber penghasilan masyarakat pertanian diambil.

c. Mampu Menggerakkan Masyarakat dalam Partisipasi

Pembangunan

Pembangunan digerakkan dari “atas” tidak berasal dari “bawah”

sehingga pembangunan dianggap ”proyek pemerintah”.

Masyarakat tidak merasa memiliki.

d. Masyarakat digerakkan secara mobilisasi, bukan partisipasi.

e. Penyelenggaraan administrasi desa yang makin mulus dan efektif

masih jauh dari yang diharapkan khususnya sumber daya manusia.

f. Memberikan arah perkembangan dan kemajuan masyarakat

(ketahanan masyarakat desa)

Fungsi ini sebenarnya ada pada LKMD, tetapi pranata ini tidak

disebut dalam UU No.5 Tahun 1979.

2.4.4 Kewenangan dan Tanggungjawab Kepala Desa dalam

Pengelolaan Aset Desa

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan aset desa;

181
b. Menetapkan pembantu pengelola dan petugas/pengurus aset desa;

c. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan aset

desa;

d. Menetapkan kebijakan pengamanan aset desa;

e. Mengajukan usul pengadaan, pemindahtanganan dan/atau

penghapusan aset desa yang bersifat strategis melalui musyawarah

desa;

f. Menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan aset desa

sesuai batas kewenangan; dan

g. Menyetujui usul pemanfaatan aset desa selain tanah dan/atau

bangunan.

2.4.5 Kewenangan Kepala Desa dalam Urusan Pemerintahan Desa

Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakkanurusan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam

melaksanakan tugasnya, Kepala Desa mempunyai wewenang sebagai

berikut:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

b. Mengajukan rancangan peraturan desa;

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapatkan persetujuan

dari BPD,

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai

APBDesa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

181
e. Membina kehidupan masyarakat desa;

f. Membina perekonomian desa;

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan

peratuaran perundang-undangan; dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

2.4.6 Kewajiban Kepala Desa dalam Melaksanakan Tugas

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa mempunyai

kewajiban:

a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan

(UUD RI) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI);

b. Meningkatakan kesejahteraan rakyat;

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan

bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme(KKN);

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan

desa;

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;

181
h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan dan aset desa;

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya

dan adat istiadat;

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa;

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup.

Tugas dan kewajiban Kepala Desa dalam memimpin

penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan peraturan

daerah berdasarkan peraturan pemerintah. Agar fokus pada pelayanan

kepada masyarakat, Kepala Desa dilarang:

a. Menjadi pengurus partai politik;

b. Merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota BPD, dan

lembaga kemasyarakat di desa bersangkutan;

c. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD;

d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden,

dan pemilihan kepala daerah;

181
e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok

masyarakat dan mendeskriminasikan warga atau golongan

masyarakat lain;

f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang

dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan

atau tindakan yang akan dilakukaknya;

g. Menyalahgunakan wewenang, dan

h. Melanggar sumpah janji/jabatan.

2.4.7 Pemberhentian Kepala Desa

Alasan kepala desa berhenti disebabkan oleh:

a. Meninggal dunia;

b. Permintaan sendiri;

c. Diberhentikan, kepala desa diberhentikan dengan alasan:

1. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;

2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau

berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;

3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa;

4. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan;

5. Tidak melaksanakan kewajiban kepala desa; dan/atau

6. Melanggar larangan bagi kepala desa.

Masa jabatan kepala desa adalah 6(enam) tahun,yang dihitung sejak yang

bersangkutan dilantik. Kepala desa yang sudah menduduki jabatan kepala desa

hanya boleh menduduki jabatankepala desa lagi untuk satu kali masa jabatan.

181
Sesuai dengan prinsip demokrasi, kepala desa mempunyai kewajiban

untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desakepada

bupati/walikota, memberikan laporan keterenagn pertanggungjawaban kepada

BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa kepada

masyarakat. Laporan pemerintahan desa disampaikan kepada bupati/walikota

melalui camat 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1(satu) kali dalam satu tahun

dalam musyawarah BPD. Menginformasikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan desa kepada masyarakat dapat berupa selembaran yang ditempelkan

pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai

pertemuan musyawarah desa, laporan tersebut digunakan oleh bupati/walikota

sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan

sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. Kepala desa juga wajib menyampaikan

laporan akhir masa jabatan kepala desa yang disampaikan kepada bupati/walikota

melalui camat dan kepada BPD.

Kepala desa dibantu oleh perangkat desa dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya. Perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa. Perangkat

desa terdiri atas sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi

oleh pegawai negeri sispil yang memenuhi persyaratan, yaitu:

a. Berpendidikan paling rendah lulusan SMA atau sederajat;

b. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;

c. Mmpunyai kemampuan dibidang administrasi perkantoran;

181
d. Mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan bidang

perencanaaan;

e. Memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan

f. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.

Sekteratis Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas

nama Bupati/Walikota. Adapun Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala

Desa dari penduduk desa yang bersangkutan. Pengangkatan kepala desa

ditetapkan dengan keputusan kepala desa. Untuk bisa diangkat sebagai perangkat

desa, calon harus berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 60

(enam puluh) tahun. Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat desa lainnya

diatur dengan peraturan darerah kabupaten/kota yang sekurang-kurangnya

memuat:

a. Persyaratan calon;

b. Mekanisme perangkatan;

c. Masa jabatan;

d. Kedudukan keuangan;

e. Uraian tugas;

f. Larangan; dan

g. Mekanisme pemberhentian.

Jumlah perangkat desa disesauaikan dengan kebutuhan dan kondisi

sosial budaya masyarakat setempat. Susunan organisasi dan tata kerja

pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa. Ketentuan lebih lanjut

181
mengenai pedoman penyusunan organisasi dantata kerja pemerintahan desa diatur

dengan peraturan daerah kabupaten/kota sekurang-kurang memuat:

a. Tata cara penysusunan stuktur organisasi;

b. Perangkat;

c. Tugas dan fungsi;

d. Hubungan kerja.

Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap

bulan dan/atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa yang

ditetapkan setiap tahun dalam APBDesa. Penghasilan tetap tersebut paling sedikit

sama dengan upah minimum regional kabupaten/kota.

Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan keuangan kepala desa dan

perangkat kepala desa, diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang

sekurang-kurangnya memaut:

a. Rincian jenis penghasilan;

b. Rincian jenis tunjangan;

c. Penentuan besarnya dan pembebanan pemberian;

d. Penghasilan dan/atau tunjangan.

181
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini,

digunakan metodologi penelitian kualitatif. Metode ini penulis bertujuan

menyelidiki keadaan sebenarnya mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah

desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Menurut David williams (dalam buku Moleong, 2014: 5) menulis bahwa “

penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan

menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang

tertarik secara alamiah”.

Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasanya dimanfaatkan adalah

wawancara, observasi dan dokumentasi. Menurut definisi lain dikemukakan

bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara

terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku

individu atau sekelompok orang. Definisi ini secara jelas memberi gambaran

bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan

dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.

Secara harfiah, metode penelitian kualitatif ini untuk membuat gambaran

mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan

akumulasi data dasar belaka. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk

36
membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.2 Fokus Kajian

Untuk memudahkan pemahaman dalam membahas penelitian, maka fokus

kajian penelitiannya adalah sebagai berikut:

Pengelolaan Aset Desa berdasarkan asas-asas pengelolaan aset desa

menurut Nurcholis (2011 :94):

1. Asas Fungsional

a. Adanya pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa sesuai

tugas dan fungsinya;

b. Adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa.

2. Asas Kepastian Hukum

a. Adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaan

aset desa yang ditetapkan satu tahun;

b. Adanya pihak pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah desa dalam

pengelolaan aset desa.

3. Asas Keterbukaan

a. Adanya transparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak

yang terlibat dalam pengelolaan aset desa;

b. Masyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan informasi terkait

dengan pengelolaan aset desa.

181
4. Asas Efisiensi

a. Adanya pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam pengelolaan

aset desa secara langsung maupun tidak langsung;

b. Aset desa yang sudah ditetapkan penggunaannya harus diinventarisasi

ke dalam buku inventaris desa.

5. Asas Akuntabilitas

a. Adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset desa di

dalam ruang lingkup pemerintah desa;

b. Kepala desa melaporkan hasil pengelolaan aset desa kepada

bupati/walikota memlaui camat.

6. Asas Kepastian Nilai

a. Memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap penggunaan barang secara

berkesinambungan, sehingga nilai ekonomi berbanding lurus dengan

niai manfaat.

b. Adanya kesesuaian antara dana yang dikeluarkan dengan barang yang

dibeli dari pengelolaan tersebut..

3.3 Data dan Sumber Data

1. Data

Menurut Arikunto (2013: 161) data adalah hasil pencatatan

peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Selanjutnya, dalam

Sumber SK Menteri dan Keputusan No.0256/U/1977 tanggal 11 Juli 1977

181
disebutkan bahwa “ data merupakan segala fakta dan angka yang dapat

dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi”.

2. Sumber Data

Menurut Arikunto (2013: 172) sumber data dalam penelitian

adalah subjek darimana data diperoleh”. Selanjutnya Lofland (dalam

Moleong, 2014: 157) menjelaskan bahwa, ”Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.

Sumber data dalam penelitian di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis sebagai berikut:

a. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pegawai di

Desa Utama dan Pembantu Pengelola Aset Desa di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis yang mempunyai

keterkaitan mengenai pengelolaan aset desa, dengan rincian

sebagai berikut:

 Kepala desa :1 orang

 Sekretaris desa :1 orang

 KaBag Umum :1 orang

 BPD :1 orang

 Kepala dusun :4 orang

Jumlah : 7 orang

181
b. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan hasil observasi,

dokumentasi, data dari Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis dan buku-buku literatur yang berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan, karena pada

umumnya, data yang dikumpulkan sangat berguna dalam penyelesaian laporan

skripsi ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan

mempelajari buku-buku dan bahan pustaka lainnya, yang berhubungan

dengan masalah yang sedang diteliti penulis.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan teknik pengumpulan data dan

penyelesaian secara langsung yang diperoleh dari lokasi penelitian.

Pelaksanaan studi lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

181
a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan secara langsung kepada objek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dimana pewawancara

(peneliti yang diberi tugas melakukan pengumpulan data ) mengajukan

suatu pertanyaan kepada yang diwawancarai.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

merekam audio.

3.5 Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan

menggunakan beberapa jenis teknik pengumpulan data yaitu observasi,

wawancara dan dokumentasi dan dilakukan secara berkesinambungan.

Menurut Bogdan (dalam buku Sugiyono 2016: 244) menyatakan bahwa “

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka peneliti menggunakan beberapa

teknis analisis data, khususnya yang berkaitan dengan jenis penelitian kualitatif

diuraikan sebagai berikut :

181
a. Reduksi Data

Identifikasi satuan (unit), pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan

yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna

bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Data yang diperoleh

dari lapangan cukup banyak, maka perlu dicatat dan secara teliti dan rinci,

mereduksi berarti merangkum, memilah-milah hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yan lebih jelas.

b. Menyusun ‘hipotesis kerja’

Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang

proporsional. Hipotesis kerja ini sudah merupakan teori substantif (yaitu

teori yang berasal dan masih terkait dengan data).

c. Triangulasi

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu.

3.6 Lokasi dan Jadwal Penalitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing


Kabupaten Ciamis. Penelitian yang dilakukan kurang lebih selama 6 bulan,
terhitung mulai dari bulan November 2017 sampai dengan bulan Mei 2018. Untuk
lebih jelasnya penulis membuat tabel jadwal penelitian sebagai berikut:

181
Tabel 1.3
Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
2017 2017 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
1 Penjajagan
2 Studi
Kepustakaan
3 Studi
Lapangan
4 Pengumpulan
Matrik
Penelitian
5 Penyususnan
Proposal
Penelitian
6 Seminar
Proposal
Penelitian
7 Penyusunan
Skripsi
8 Sidang Skripsi

181
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten

Ciamis

Dengan upaya lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis terdiri dari pemerintah desa

utama dan badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa dipimpin oleh

kepala desa dan 5 orang perangkat desa, 1 orang bendahara desa dan 4 orang

kepala wilayah atau kepala dusun, 1 operator dan 1 pesuruh sehingga seluruhnya

berjumlah 13 orang. Sementara anggota BPD di desa utama berjumlah 7 orang,

yang terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, serorang wakil ketua

merangkap anggota dan seorang sekretaris merangkap anggota serta 4 anggota.

4.1.2 kedudukan, tugas dan fungsi desa utama kecamatan cijeungjing

kabupaten ciamis

4.1.2.1 Kedudukan

Berdasarkan UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, pada Bab II

pasal 5 mengenai kedudukan dn jenis desa,bahwa Desa berkedudukan di

wilayah Kabupaten/Kota.

181
4.1.2.2 Tugas dan fungsi desa utama kecamatan cijeungjing kabupaten

ciamis

Dalam menjalankan tugas dan fungsiKepala Desa, Kepala Seksi Dan

Kepala Dusun dapat dibantu oleh Staf Desa.

a. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa dan perangkat desa wajib

menerapkan prinsip koordinasi, intergrasi, sinkronisasi dan pengawasan

melekat atas segala kegiatan pemerintah desa;

b. Setiap pimpinan satuan tugas pemerintah desa bertanggung jawab

memimpin satuan tugas pemerintah desa bertanggungjawab memimpin

dan mengkoordinasikan bawahannya serta memberikan bimbingan dan

petunjuk dalam pelaksanaan tugasnya;

c. Setiap pimpinan satuan tugas di lingkungan pemerintah desa mengikuti

petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasannya masing-masing serta

menyampaikan laporan tepat waktu;

d. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan tugas wajib diolah dan

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan lrbih lanjut dalam memberikan

petunjuk kepada bawahan

4.1.3 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis

4.1.3.1 Susunan Organisasi

a. kepala desa

b. Perangkat desa terdiri atas

181
Sekretaris desa

 Urusan tatausaha dan umum

 Urusan perencanaan

 Urusan keunangan

Pelaksana teknis

 Seksi pemerintahan

 Seksi kesejahteraan

 Seksi pelayanan

Pelaksana kewilayahan.

 Kepala dusun

4.1.3.2 Tata Kerja

1. Kepala Desa

a. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa,

melaksanakan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat.

b. untuk melaksanakan tugasnya kepala desa memiliki fungsi sebagai

berikut:

1. menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti:

o Tata praja/penyelenggaraan pemerintahan

o Penetapan peraturan di desa

o Pembinaan masalah pertanahan

o Pembinaan ketentraman dan ketertiban

o Melakukan upaya perlindungan masyarakat

181
o Administrasi kependudukan, dan

o Penataan dan pengelolaan wilayah

2. melaksanakan pembangunan, seperti:

o pembangunan sarana prasarana pedesaan

o pembangunan bidang pendidikan

o pembangunan bidang kesehatan

3. pembinaan kemasyarakatan, seperti:

o pembinaan pelaksaan hak dan kewajiban masyarakat

o pembinaan partisipasi masyarakat

o pembinaan sosial budaya masyarakat

o pembinaan keagamaan

o pembinaan ketenagakerjaan

4. menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan

lembaga lainnya

5. pelaksana tugas lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Sekretaris Desa

a. sekretaris desa berada dibawah dan bertanggunng jawab kepada

kepala desa;

b. sekretaris desa berkedudukan sebagai pimpinan sekretaris desa

c. sekretaris desa bertugas membantu kepala desa dalam bidang

adminitrasi pemerintahan desa;

d. untuk melaksanakan tugasnya, sekretaris desa mempunyai fungsi

sebagai berikut:

181
1. melaksanakan urusan ketatausahaan, seperti:

o tata naskah

o pengundangan peraturan desa dalam lembaran desa

o pengundangan peraturan kepala desa dan peraturan bersama

kepala desa dalam berita desa, dan

o administrasi surat menyurat, arsip, dan ekspedisi

2. melaksanakan urusan umum, seperti:

o penataan administrasi perangkat desa

o penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor

o penyiapan rapat

o pengadminitrasian dan inventarisasi aset

o pengurusan perjalanan dinas

o pelayanan umum, dan

o pembangunan, penataan dan pemeliharaan sarana prasarana

3. melaksanakan urusan keuangan, seperti:

o pengurusan adminitrasi keuangan

o pengurusan adminitrasi sumber-sumber pendapatan dan

pengeluaran

o pengurusan verifikasi adminitrasi keuangan, dan

o pengurusan adminitrasi penghasilan kepala desa, perangkat

desa, BPD, dan lembaga pemerintah desa lainnya.

4. Melaksankan urusan perencanaan, seperti:

o Penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja desa

181
o Penginventarisir data-data dalam rangka pembangunan

o Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program, dan

o Penyusunan laporan

5. Mengkoordinasikan tugas-tugas seksi

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepala desa sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

 kepala urusan berkedudukan sebagai unsur sekretariat

 kepala urusan bertugas membantu sekretaris desa dalam urusan

pelayanan administrasib pendukungpelaksanaan tugas-tugas

pemerintah.

 Urusan tata usaha dan umum dipimpin oleh seorang kepala urusan

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala desa

melalui sekretaris desa.

1. kepala urusan tata usaha dan umum mempunyai fungsib

sebagai berikut:

a. pengelolaan tata naskah, adminitrasi surat menyurat, arsip

dan ekspedisi

b. penataan adminitrasi perangkat desa

c. penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor

d. penyiapan rapat

e. pencatatan, pengadminitrasian, dan inventarisasi aset desa

f. pengurusan perjalan dinas

g. pelayanan umum kesekertariatan

181
h. pembangunan, penataan dan pemeliharaan sarana prasarana

p-emerintahan desa

i. pelaksaan tugas lain yang diberikan sekretaris desa sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

 Urusan perencanaan dipimpin oleh seorang kepala urusan yng

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala desa melalui

sekretaris desa.

 Kepala urusan perencanaan bertugas membantu sekretaris desa

dalam mengkoordinasi urusan perencanaan

 Untuk mlaksanakan tugasnya, urusan perencanaan mempunyai

fungsi sebgai berikut:

a. memfasilitasi tahapan dan adminitrasoi perencanaan

pembangunan desa;

b. menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan;

c. melalkukan monitoring dalam evaluasi program;

d. penyusunan laporan; dan

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan sekretaris desa sesuai

dengan perundang-undnagan.

 Urusan keuangan dipimpin oleh seorang kepala urusan yang

berada dibawah dan bertanggung jawanb kepada kepala desa

melalui nsekretaris desa

 Kepala urusan keuangan bertugas membantu sekretaris desa

dalam melaksanakan urusan keuangan

181
 Untuk melaksanakan tugasnya kepala urusan keuangan

mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. penyiapan bahan dan penyusun rencana anggaran pendapatan

dan belanja dessa

b. pengurusan adminitrasi keuangan

c. pengurusan adminitrasi sumber-sumber pendapatan dan

pengeluaran

d. pengurusan verifikasi admintrasi keuangan

e. pengurusan adminitrasi penghasilan kepala desa, perangkat

desa BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya; dan

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan sekretaris desa sesuai

dengan perundang-undangan.

3. Pelaksana Teknis

 pelaksana teknis berkedudukan sebagai kepala seksai;

 kepala seksi bertuga smembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas

operasioanal;

 seksi pemerintahan dipimpin oleh kepala seksi yang berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada kepala desa melalui sekretarsi desa;

 kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. melaksanakan manajemen tata praja/ penyelenggraan

pemerintahan;

b. menyusun rancangan regulasi desa;

c. pembinaan masalah pertanahan;

181
d. pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

e. pembinaan politk;

f. pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat;

g. pengelolaan adminitrasi kependudukan;

h. penataan dan pengelolaan wilayah;

i. pendataan dan pengelolaan profil desa; dan

j. pelaksanaan tugas lain yang diberikan sekretaris desa sesuai

dengan ketentuan perundang-undngan.

 Seksi kesejahteraan dipimpin olehb seorang keapal seksi yang berada

dibawah dan bertanggungjaab kepada kepala desa;

 Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Elaksanakan pembangunan sarana prasarana pedesaan;

b. Fasilitasi dan pembangungan bidang pendidikan;

c. Fasilitasi dan pembangunan bidang kesehatan;

d. Fasilitasi dan pembangunan bidang srarana prasarana keagamaan;

dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepala desa seduai dengan

ketentuan perundang-undnagan.

4. Pelaksana Kewilayahan

 pelaksana kewilayahan berkedudukan sebagai kepala dusun;

 kepala dusun berkeudukan berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada kepala desa sebagai unsur satuan tugas kewilayahan;

181
 kepala dusun bertugas membantu kepala desa sebagai pelaksana

kewilayahan;

 untuk melaksanakan tugasnya kepala dusun mempunyai fungsi sebgai

berikut :

a. pembinaan ketentraman dan ketertiban,pelaksaan upaya

perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan

dan pengelolaan wilayah;

b. mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan di wilayahnya;

c. melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan

kemampuan dan kesadaran masyarakat dslam menjaga

lingkungannya;

d. melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam

menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan;

e. pencatatan dan inventarisasi potensi dan sumber daya di wilayah

kerjanya; dan

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepal desa sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

4.1.4 Visi Dan Misi Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis

A. VISI : “MEMBANGUN KESADARAN DAN KOLEKTIF AKAN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) PERANGKAT

DESA DAN UNSUR APARATURB PEMERINTAH DESA”.

181
B. MISI :

1. Menyadarkan tugas pokok dan fungsi perangkat desautama dan

unsur aparatur pemerintahan desa utama;

2. Memeberikan tugas kepada perangkat desa dan menghimbau

unsur aparatur pemerintah sebagai mitra pemerintah desa

untuk menjalankan tupoksi;

3. Memonitor tugas kerja yang menjadi tugas masing-masing;

4. Melakukan evaluasi seluruh bidang kerja yang ditugasi untuk

dilaksanakan sampai sejauh mana tingkat keberhasilannya;

5. Melakukan koreksi seperlunya bila dianggap belum tepat

sasaran;

6. Melakukan koordinasi degan berbagai pihak yang

berkepentingan untuk kemajuan desa utama;

7. Patuh kepada keputusan yang sudah disepakati dalam

musyawarah.

4.1.5 Karakteristik Pegawai di Lingkungan Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis

4.1.5.1 Keadaan Pegawai

Dalam sebuah organisasi yang terdiri dari beberapa pegawai, suatu

lingkungan kerja harus dapat menjunjung setiap pekerjaan pegawai.

Sehingga dalam bekerja tidak mengalamibanyak keterlambatan

penyelesaian, penetapan lingkungan yang baik merupakan suatu aspek

181
yang perlu diperhatikan sebagai faktor yang mendukukng seseorang dalam

pelaksanaan tugas dan pekerjaan.

Selain itu jumlah pegawai merupakan unsur utama yang

mendukung dalam pencapaian suatu tujuan organisasi, sehingga perlu

diperhatikan jumlah komposisi pegawai dengan kapasitas fungsi dari

Kantor Desa Utama Kecamatan Cijeunging Kabupaten Ciamis. Adapun

jumlah pegawai di Kantor Desa Utama Kecamatan Cijeunging Kabupaten

Ciamis sebanyak 13 orang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

4.1
KEADAAN DAN JUMLAH PEGAWAI BERDASARKAN
PANGKAT DI DESA UTAMA KECAMATAN CIJEUNGJING
KABUPATEN CIAMIS

NO PANGKAT PEGAWAI JUMLAH


1 Kepala desa 1
2 BPD 1
3 Sekretaris Desa 1
4 Kaur Keuangan 2
Staf Bendahara
5 Kaur Umum 1
6 Kasi Pemerintahan 3
Kasi Kesra
Kasi Pelayanan
7 Kadus 4
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, berdasarkan pangkat

pegawai di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis sudah

mempunyai tupoksinya masing-masing sesuai degan keahliannya.

181
4.2
KEADAAN DAN JUMLAH PEGAWAI BERDASARKAN
TINGKAT PENDIDIKAN DI DESA UTAMA KECAMATAN
CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS

NO PENDIDIKAN JUMLAH
1 Sarjana S3 -
2 Sarjana S2 1
3 Sarjana S1 5
4 SLTA 7
5 SLTP -
JUMLAH 13
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pendididkan terakhir yang

telah ditempuh oleh masing-masing pegawai paling banyak adalah tingkat

SLTA yaitu dengan jumlah 7 orang, strata dua (S2) 1 orang dan strata satu

(S1) 5 orang, keseluruhan pegawai desa utama kecamatan cijeungjing

kabupaten ciamis adalah 13 orang. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas

pegawai desa adalah lulusan SLTA.

Berkaitan dengan pengetahuan dan pola pikir dalam

mengembangkan pekerjaan, status gender dalam pekerjaan menjadi bagian

yang tidak dapat terpisahkan dalam mengukur tingkat pelaksanaan

pekerjaan. Pandangan ini, dilihat berdsarkan kenyataan dilapangan

,enunjukan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

suatu organisasi.

181
Berikut ini adalah jumlah pegawai berrdasarkan jenis kelamin di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

4.3
KEADAAN DAN JUMLAH PEGAWAI BERDASARKAN JENIS
KELAMIN DI DESA UTAMA KECAMATAN CIJEUNGJING
KABUPATEN CIAMIS

NO JENIS KELAMIN JUMLAH


1 Laki-laki 11
2 Perempuan 2
JUMLAH 13
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, jumlah pegawai laki-laki

lebih dominan dibandingkan dengan pegaai perempuan, hal ini

dikarenakan tugas yang harus dilaksanakan di desa utama kecamatan

cijeungjing kabupaten ciamis lebih bersifat pada penanganan pekerjaan

yang bersifat teknis. Maka secara rasional tenaga laki-laki akan lebih

banyak dibutuhkan dibandingkan dengan tenaga perempuan. Namun

demikian, hal tersebut tidak mempengaruhi kinerja pegawai secara

keseluruhan dalam bekerja, karena tanggung jawab akan pekerjaan

seseorang tidak bisa ditentukan oleh banyaknya laki-laki ataupun

perempuan.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Transkipsi Hasil Wawancara

Untuk mengetahui sejauhmana pengelolaan aset desa oleh pemerintah

desa di desa utama kecamatan cijeungjing kabupaten ciamis, berikut ini

penulis sajikan hasil wawancara dengan 7 informan.

181
1. Asas fungsional

Merupakan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-

masalah dibidang pengelolaan barang milik desa yang dilaksanakan

pemerintah harus sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab. Berikut

merupakan hasil waancara penulis dengan informan mengenai:

a. Adanya pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa

sesuai tugas dan fungsinya

Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pengelolaan aset

desa, diperlukan adanya pengelola aset desa yang ditetapkan

pemerintah desa sesuai tugas dan fungsinya. Untuk mengetahuinya,

penulis telah melakukan wawancara dengan beberapa informan di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan satu

diperoleh penjelasan bahwa:

“ ada, tetapi belum bisa dikatakan dengan baik, karena masih


terkendala dengan kontrol dari pihak terkait, dan termasuknya
dari pihak kecamatan, dari kecamatan ke kabupaten”.

Dari uraian hasil wawancara dengan informan satu, dapat

diperoleh penjelasan bahwa masih terdapat pengelola aset desa yang

kurang bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsi yang sudah

diberikan pemerintah, begitu juga dengan pihak kecamatan dan

kabupaten yang masih acuh terhadap pengelolaan aset desa.

Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan informan dua 2,

diperoleh penjelasan yang menyatakan bahwa:

181
“Surat Keputususn (SK) sudah dibuat, karena sudah suatu
keharuasan bagi desa harus ada tim pengelola aset, namun
sampai saat ini sbelum juga berjalan”.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa Surat Keputusan

(SK) tentang pengelolaan aset desa sudah dibuat, tetapi sampai saat ini

tim pengelola aset desa yang sudah ditetapkan pemerintah belum juga

berjalan dan belum sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan tiga (3),

diperoleh penjelasan bahwa:

“pengelolaan aset desa yang ditetapkan pemerinah desa sudah


dikerjakan dengan tupoksinya masing-masing”.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa informan tersebut

mengatakan bahwa pengelolaan aset desa yang ditetapkan pemerintah

desa sudah dikerjakan sesuai dengan tupoksinya masing-masing.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan empat (4),

diperoleh penjelasan bahwa:

“sudah dikerjakan dengan baik, dengan adanya pergantian job


pekerjaan pada saat itu sudah dikerjakan sesuai dengan
fungsinya”.

Dari hasil wawancara dengan informan empat (4) dapat

dijelaskan bahwa pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa

sudah dikerjakan sesuai dengan fungsinya, karena sudah dibagi-bagi

tugas sesuai dengan keahliannya.

Selanjutnya, hasil wawancara dengan informan lima (5), dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

181
“sudah dikelola dengan baik, hanya saja hasil dari aset desa itu
saya rasakan kurang memuaskan, seharusnya lebih
dkembangkan lagi apa yang bisa menjadi pendapatan untuk
pemerintah desa dari aset desa ini”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan aset

desa yang ditetapkan pemerintah desa sudah dikerjakan dan dikelola

dengan baik oleh pengelola aset desa, tetapi hasil dari pengelolaan

aset desa itu kurang memuaskan untuk pihak terkait, dan seharunya

pemerintah desa harus lebih giat lagi untuk terus menggali apa yang

seharusnya yang bisa menjadi penghasilan untuk desa dalam set desa

tersebut.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan informan

enam (6), dapat di peroleh penjelasan sebagai berikut :

“ jika berhubungan dengan aset, yang megelola, ,mengatur apa


yang dimaksud dengan aset itu ada bagiannya, yaitu ada di kasi
pelayanan dan mendapatkan bantuan darii kasi umum, karena
menyangkut dasar pokok dea untuk membangun desa
dilakukan dengan tupoksinya”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat diperoleh penjelasan

bahwa pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa sudah

sesuai dengan tupoksinya, dan yang mengatur dan mengelola aset desa

itu bagian kasi pelayanan yang dibantu oleh kasi umum.

Selanjutnya wawancara dengan informan tujuh (7), diperoleh

penjelasan sebagai berikut:

“untuk selama ini yang saya tau sudah dikelola dengan baik
dan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku”.

181
Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa pengelola aset desa

yang ditetapkan pemerintah desa sudah dijalankan dengan baik sesuai

tugas dan fungsinya dan jga sudah sesuai peraturan yang berlaku

mengenai pengelolaan aset desa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis,

mengenai adanya pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa

sesuai tugas dan fungsinya dapat disimpulkan bahwa, sudah ada

pengelola aset itu sendiri yaitu kasi pelayanan yang dibantu oleh kaur

umum dan pegawai lainnya dan sudah dilakukan sesuai dengan tugas

dan fungsinya tetapi hasil dari pengelolaan aset itu sendiri tidak selalu

berjalan dengan maksimal.

Kemuadian berdasarkan observasi, dapat dideskripsikan bahwa

pemerintah desa kurang mementingkan dalam pengelelolaan aset,

sehingga aset yang ada di desa tidak berjalan dengan maksimal,

karena pemerintah desa belum bisa menyelesaikan pekerjaan yang

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

b. Adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, pemerintah desa sebaiknya mengadakan kegitatan khusus yang

berhubungan degan pengelolaan aset desa untuk pemenuhan

kebutuhan dalam penyelenggaraan aset desa. Untuk mengetahuinya,

181
berikut adalah wawancara yang dilakukan di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasakan hasil wawancara dengan informan satu (1) di desa

utama dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“belum ada, karena hanya berpatokan kepada tupoksi


perangkat yang ditugaskan dalam st desa saja, dan mereka
hanya sebatas mencatat aset yang ada, aset yang sudah tidak
ada dan aset yang sedang disusulkan saja”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak

adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan yang berkaitan

dengan pengelolaan aset desa, dan mereka hanya melibatkan

perangkat desa yang ditugaskan untuk mengurus aset desa itupun

hanya sebatas mencatat saja.

Selanjutnya, hasil wawancara dengan informan dua (2)

mengatakan bahwa:

“ya ada, tetapi masih belum sempurna dan menuju pada


tujuannya, karena dilakukan tahap demi tahap karena di desa
itu selalu belajar dan belajar terus, tapi kalau melihat
kinerjanya itu menuju pada kebaikan”.

Dari hsasil tersebut dapat penulis jelaskan bahwa ada kegiatan

khusus untuk pemenuhan kebutuhan aset desa yang dilakukan di Desa

Utama, tetapi belum begitu sempurna, tetapi selalu dilakukan

perbaikan untuk menjadi lebih baik lagi.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan tiga (3),

mengatakan sebgai berikut:

181
“ada, dan itu sudah sesuai kebutuhan, contohnya kegitan
pelatiha dari dinas pertanian yang diadakan di Desa Utama”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa ada

kegiatan khusus aset desa untuk pemenuhan kebutuhan dan itu sudah

dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, contohnya pemerintah

desa menghadirkan pelatihan dari dinas pertanian, karena mayoritas

msyarakat di Desa Utama adalah petani.

Sementara hasil wawancara dengan informan empat (4) dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“untuk selama ini, kegiatan yang dikhususkan untuk aset desa


cenderung belum terlihat sama sekali”.

Dari hasil tersebut penulis dapat jelaskan bahwa menurut

informan ke-4 di Desa Utama sampai saat ini belum ada kegiatan

khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan

pengelolaan aset desa.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan lima (5), dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“ada, contohnya dari dinas pertanian dan adanya dibangun


JIDES (Jaringan Irigasi Desa) dengan dibangunnya JIDES
dapat mempermudah masyarakat untuk mngairi
pesawahannya“.

Dari hsil tersebut dapat penulis jelaskan bahwa ada kegiatan

khusus untuk pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan aset desa,

contohnya pelatihan-pelatihan dari dinas pertanian dan dengan

181
dibangunnya JIDES mempermudah masyarakat dalam menyalurkan

air untuk peswahannya.

Sementara, hasil wawancara dengan informan enam (6) dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“sampai saat ini, yang saya lihat belum ada kegiatan yang
dikhususkan untuk penyelenggaraan aset desa”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

menurut informan ke-6 tidak ada kegiatan khusus untuk pemenuhan

kebutuhan dalam penyelenggaraan pengelolaan aset desa.

Selanjutnya, hasil wawancara dengan informan tujuh (7) dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“sampai saat ini tidak ada, karena belum begitu diperlukan”.

Dari hasil wawancara dengan informan ke-7 dapat penulis

jelaskan bahwa selama ini tidak ada kegiatan yang khsusukan untuk

pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan pengelolaan aset desa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis

mengenai adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa 5 informan mengatakan tidak

ada kegiatan khusus mengenai adanya kegiatan khsusu utuk

pemenuhan kebutuhan aset desa, 2 informan mengatakan sudah ada

kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan aset dan itu sudah sesuai.

Berdasarkan hasil observasi dapat penulis deskripsikan

mengenai adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa, bahwa pemerintah desa belum

181
mengadakan kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan karena

terkendala dengan tidak adanya anggaran khusus untuk aset desa.

2. Asas kepastian hukum

Pengelolaan aset desa harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan

aturan perundang-undangan.

a. Adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentang

penggunaan aset desa yang ditetapkan setiap tahun

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, Kepala Desa sebaiknya membuat keputusan yang mengatur

tentang penggunan aset yang ditetapkan setiap tahun. Untuk

mengetahuinya, berikut adalah wawancara yang dilakukan di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan ke-1 dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“belum ada keputusan kepala desa dalam mengatur aset desa,


karena belum ada hal luar biasa yang terkait dengan aset desa
dari tahun ke tahunnya, setiap tahun sama saja, jadi dirasa
belum perlu”.

Dari hasil tersebut dapat penulis jelaskan bahwa belum ada

keputusan kepala desa terkait dengan pengelolaan aset desa setiap

tahunnya, karena dari tahun ke tahunnya aset desa di Desa Utama

masih itu-itu saja, tidak ada kemajuan jadi dirasa belum begitu

diperlukan keputusan kepala desa untuk mengatur penggunaan aset

desa setiap tahunnya.

181
Sementara, hasil wawancara dengan informan ke-2, dapat

diperoleh penjelasan bahwa:

“ada keputusan kepala desa yang ditetapkan setiap tahunnya,


biasanya menyatu dengan APBDes, darimana, kemana dan
penggunaan aset itu, dan selalu dibahas dalam rapat di Desa”.

Dari hasil wawancara tersebut, dapat penulis jelaskan bahwa

setiap tahunnya ada keputusan kepala desa terkait dengan aset desa,

tetapi biasanya disatukan dengan APBDes.

Selanjutnya, hasil wawancara dengan informan ke-3 dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“perencanaan sudah dibuat, tetapi penetaannya belum


dilaksnakan dan belum ditetapkan, tetapi kami berusaha agar
segera terselenggara”.

Dari hasil wawancara tersebut, dapat penulis jelaskan bahwa

keputusan kepala desa yang mengatur penyelenggraan aset desa setiap

tahunnya masih dalam proses, karena perencanaan yang sudah dibuat,

hanya saja penetapannya belum dilaksanakan dan ditetapkan.

Selanjutnya, hasil wawancara dengan informan ke-4

mengatakan bahwa:

“ada, yaitu ditulis dalam PerDes, ada yang dibuat oleh BPD
terus diajukan ke Kepala Desa, jika BPD tidak membuat
PerDes, Kepala Desa yang membuat PerDes tetapi harus
disetujuai oleh BPD, jadi mengatur setiap tahunnya”.

Dari hasil wawancara diatas dapat penulis jelaskan bahwa ada

keputusan kepala desa yang mengatur penggunaan aset desa setiap

tahunnya dan selalu ditulis dalam PerDes,jika Kepala Desa tidak

181
membuat keputusan BPD lah yang membuat keputusan dan itu selalu

disetujui bersama.

Sementara, hasil wawancara dengan infoman ke-5 dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“kalau keputusan untuk mengatur penggunaan aset desa itu


tidak ada, hanya saja jika mengundurkan diri itu ada
PerDesnya,”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak

ada keputusan kepala desa untuk mengatur penggunaan aset desa

setiap tahunnya, tetapi jika ingin/atau mau mengundurkan diri itu baru

ada PerDesnya ( Peraturan Desa).

Sementara hasil wawanacara dengan informan ke-6

mengatakan bahwa:

“ada, bentuknya seperti PerDes, PerDes dibuat atas persetujuan


masyarakat melalui BPD, kemudian dimusyaarhakan ke desa
dan kemudian dinaikkan menjadi PerDes”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa ada

keputusan kepala desa yang mengatur aset desa, yaitu tercantum

dalam PerDes, sebelum dinaikkan ke PerDes masyarakat harus

mengetahuinya terlebih dahulu dan harus mendapat persetujuan dari

masyarakat dan kemudian dimusyawarahkan dan jika disetujui dari

semua pihak baru dinaikkan ke PerDes.

Sementara hasil wawanacara dnegan informan ke-7 dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

181
“tidak ada, ketetapan itu adanya di desa, dan adnya di kasi
umum yang mengelola aset desa “.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak

ada keputusan kepala desa yang mengatur tentang aset desa per

tahunnya, tetapi ketetapan dalam mengelola aset desa adanya dikaur

umum.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai adanya keputusan

kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset desa yang

ditetapkan setiap tahun bahwa, keputusan kepala desa yang mengatur

tentang penggunaan aset desa yang ditetapkan setiap tahun selalu

dibuat dan dimasukkan kedalam PerDes dan pemerintah desa sudah

melakukan standar operasional dalam pengelolaan aset desa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis mengenai

adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset

desa yang ditetapkan setiap tahun di Desa Utama ini ada aturan yang

dibuat oleh kepala desa untuk mengatur tentang penggunaan aset desa

yaitu di tulis dalam PerDes yang bisa di buat oleh Kepala Desa atau

BPD, tetapi aturan tersebut belum di tetapkan dan dilaksanakan,

karena menurutnya dirasa belum diperlukan.

b. Adanya Pihak Pengawas Yang Ditunjuk Oleh Pemerintah Desa

Dalam Pengelolaan Aset Desa

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, pemerintah desa sebaiknya mempunyai pengawas khsusus untuk

pengelolaan aset desa, agar pengelolaana aset desa bisa tertata dengan

181
baik dan rapih, juga tidak tercampur dengan urusan yang lainnya.

Untuk mengetahuinya, berikut adalah wawancara yang dilakukan di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan hasil wawancara informan ke-1 dapat diperoleh

penjelasan sebgai berikut:

“untuk saat ini tidak ada, karena dirasa belum begitu


diperlukan”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa tidak ada

pengawas khusus untuk penegelolaan aset desa, karena merasa belum

begitu diperlukan, dalam aset desa belum ada yang begitu menonjol

untuk pemerintah desa mempunyai pengawas khusus.

Selanjutnya, hasil wawacara yang dilakukan kepada informan

ke-2 dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“jika di desa ada, yaitu dnya di kaur umum ke sekretaris desa


dan semua masyarakat ikut mengawasi unsur-unsur desa”.

Dari hasil wawancara tersebut daoat dijelaskan bahwa tidak

ada pengawas khusus untuk pengelolaan aset desa, dan jika itu ada

bisa dipegang oleh kaur umum dan sekretaris desa, tetapi semua

masyarakat pun harus ikut mengawasi unsur-unsur yang ada di Desa

utama.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan ke-3

mengatakan bahwa:

“untuk sementara tidak ada, tetapi BPD dipanggil sebagai


pengawas di desa Utama termasuknya mengawasi aset desa”.

181
Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak

ada pengawas khusus untuk pengelolaana aset desa, tetapi BPD

dipanggil untuk mengawasi semua yang bersangkutan dengan desa di

Desa Utama termasuk juga urusan pengelolaan aset desa.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan ke-5 dapat

diperoleh penjelasan sebgai berikut :

“secara khusus tidak ada, karena yang mengawasi semua aset


desa semua perangkat yang terlibat daalam pengelolaan aset
desa”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak

ada pengawas khusus untuk pengelolaan aset desa di pemerintahan

desa Utama, karena yang mengawasi aset desa adalah semua

perangkat desa yang terlibat dalam pengelolaan aset desa, jadi mereka

bersama-sama saling mengawasi.

Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan

informan ke-6 dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“selama ini tidak ada, hanya dikembalikan pada tugas kasia


pelayanan dan kasi umum, kalaupun ada itu paling haya
megontrol dan mengecek saja”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak

ada pengawas khusus terkait dengan aset desa, dan jika ada paling

hanya mengontrol dan mengecek saja, mengadakan pengawas khusus

di Desa Utama belum begitu diperlukan.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan ke-7 dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

181
“kalau secara khusus tidak ada, tetapi semua yang terkait
dengan aset desa ikut mengawasi”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dijelaskna bahwa tidak ada

pengawas khusus utuk pengelolaana aset desa, tetapi semua yang

terlibat dalam urusan aset desa ikut saling mengawasi aset yang ada di

Desa Utama.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan mengenai

adanya pihak pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah desa dalam

pengelolaan aset desa, tidak ada pengawas khusus untuk pengelolaan

aset desa, tetapi semua yang terlibat dalam aset desa ikut saling

mengawasinya.

Berdasarkan hasil observasi mengenai adanya pihak khusus

yang ditunjuk oleh pemerintah desa dalam pengelolaan aset desa dapat

dideskripsikan bahwa, pemerintah desa tidak memiliki pengawas

khusus terkait dengan pengelolaan aset desa ktetapi semua perangkat

desa yang terlibat saling mengawasi, karena dirasa belum diperlukan

dan juga terkait dengan dana yang tidak ada anggaran khusus untuk

pengawas pengelola aset desa.

3. Asas Keterbukaan

Penyelenggaraan pengelolaan aset desa harus terbuka bagi semua

pihak, dan masyarakat berhak menerima informasi mengenai tujuan,

sasaran, dan hasil pengelolaan aset desa.

181
a. Adanya Transparansi Dalam Mengelola Aset Milik Desa

Terhadap Pihak Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Aset Desa

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, sebagai pemerintah yang baik harus lebih transparansi terhadap

pihak yang terlibat dalam pengelolaan aset desa. Untuk

mengetahuinya, berikut adalah wawancara yang dilakukan di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berikut hasil wawancara penulis dengan informan ke-1 di desa

utama dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“ada, tetapi kami pemerintah desa selalu mengadakan


musyaarah setiap satu (1) minggu sekali, harinya yaitu hari
rabu”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan kembali

bahwa pemerintah desa selalu tranparansi terhadap pihak yang terlibat

dengan pengelolaan aset desa, karena pemerintah desa selalu

mengadakan musyawarah setiap satu (1) minggu sekali, dan apa yang

menjadi bagian dari desa seklalu disampaikan kepada pihak yang

terlibat.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan informan ke-2

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“tidak hanya dalam aset desa saja, kami selalu terbuka


terhadap kegiatan apapun yang ada di desa selalu tranparansi”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

tidak hanya dalam pengolaan aset desa saja, tetapi dalam hal apapun

181
yang berkaitan denagn desa pemerintah desa selalu terebuka dengan

pihak terkait.

Selanjutnya hasil wawancara dari informan ke-3 dapat

diperoleh sebagai berikut:

“ya pemerintah desa transparansi terhadap pihak yang terlibat”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa

pemerintah desa memang selalu transparansi terhadap pihak yang

terlibat terkait dengan urusan pengelolaan aset desa.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

penulis terhadap informan ke-4 dapat dijelaskan sebagai berikut:

“kepala desa selalu terbuka kepada kami semua, apapun itu


baik yang ada ataupun yang dibutuhkan selalu transparansi”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa kepala

desa selalu transparansi terhadap apapun yang berkaitan dengan desa

termasuk dalam urusan pengelolaan asset desa.

Selanjutnya hasil wawnacara yang dilakukan penulis terhadap

informan ke-5 dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“terlibat, karena pemerintah desa selalu transparansi terhadap


kami”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa

memang pemerintah desa selalu transparansi terhadap pihak yang

terlibat, karena dalam urusan aset desa tidak ada yang perlu di

sembunyikan karena aset desa adalah milik bersama.

181
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara yang penulis

lakukan dengan informan ke-7 dapat diperoleh penjelasan bahwa:

“sudah melakukan keterbukaan, karena setiap pertemuan selalu


dibicarakan dan pemerintah desa selalu hiperaktif dalam
memberikan informasi”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan kembali

bahwa setiap ada pertemuan/rapat pemerintah selalu transparansi

terhaap pihak yang terkait, dan pemerintah desa juga selalu hiperaktif

dalam memberikan informasi kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis

mengenai adanya transparansi dalam mengelola aset milik desa

terhadap pihak yang terlibat dalam pengelolaan aset desa ini sudah

sangat terbuka, kepala desa dan aparat pemerintah desa setiap 1

minggu sekali bermusyawarah dan mengemukakan apa saja informasi

tentang aset desa.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan mengenai

adanya transparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak

yang terlibat dalam pengelolaan aset desa, bahwa pemerintah desa

selalu terbuka terhadap pihak terkait, karena pemerintah selalu

hiperaktif dalam memberikan informasinya. Dengan demikian,

pemerintah desa sudah melakukan tupoksinya sebagai pegawai desa

dan sesuai aturan yang berlaku.

181
b. Masyarakat Memiliki Hak/Akses Untuk Mendapatkan Informasi

Terkait Dengan Pengelolaan Aset Desa

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, setiap masyarakat yang ada di Desa Utama berhak mendapatkan

informasi dari desa terkait urusan apapun yang ingin mereka ketahui,

pemerintah desa harus lebih terbuka lagi kepada masyarakat dalam

memberikan informasi. Untuk mengetahuinya, berikut adalah

wawancara yang dilakukan di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan

informan ke-1 dapat diperoleh penjelasan bahwa:

“ada, pemerintah ddesa di kami selalu terbuka kepada


masyarakat, selalu mengadakan musyawarah bersama”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan oleh penulis

bahwa Pemerintah desa selalu rutin mengadakan musyawarah

bersama, dan dalam musyawarah tersebut selalu membahas apa yag

menjadi kegiatan di desa. Apa yang menjadi kebutuhan masyarakat,

pemerintah desa selalu senantiasa terbuka kepada masyarakat.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan informan ke-2

dapat dijelaskan sebagai berikut:

“dari desa sendiri sudah terbuka, karena itu hak masyarakat


desa tidak akan menutupi jika itu masih dalam hal sebatas
kewajaran saja”.

181
Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

pemerintah desa selalu terbuka kepada masyarakat, apa yang ingin

diketahui masyarakat pemerintah desa selalu memberikan

informasinya, jika informasi yang diinginkan tersebut masih dalam

sebatas kewajaran, karena masyarakat juga mempunyai hak untuk

tahu tentang keadaan di desa.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan informan ke-3

menjelaskan bahwa:

“terbuka, tetapi tidak semua maasyarakat mengetahuinya,


paling dari tingkat RT ke atas, dan hanya orang-orang tertentu
saja”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa

pemerintah desa selalu terbuka kepada masyarakatnya, tetapi yang

mengetahui informasi tersebut biasanya hanya dari tingkat RT ke atas

dan orang-orang terpenting di desa tersebut, masyarakat biasa kadang

tidak mengetahui informasi dari desa.

Selanjutnya berdasarkan wawancara informan ke-4

menjelaskan bahwa:

“terbuka, apa yang ingin kami ketahui, kami selalu mendapat


informasinya, karena segala sesuatu yang akan dilakukan oleh
desa harus diketahui oleh masyarakat”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa

masyarakat selalu memiliki akses/hak untuk mendapatkan informansi

yang diinginkannya, karena segala sesuatu yang akan dilaksanakan

oleh desa, harus diketahui oleh masyarakat di desa tersebut.

181
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan mengenai

masyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan informasi terkait

dengan pengelolaan aset desa, pemerintah desa selalu terbuka terhadap

masyarakat dan masyarakat selalu memiliki hak/akses untuk

mendapatkan informasi dari pemerintah desa.

Berdasarkan hasil observasi mengenai masyarakat memiliki

hak/akses untuk mendapatkan informasi terkait dengan pengelolaan

aset desa dapat dideskripsikan bahwa masyarakat selalu memiliki

hak/akses untuk mendapatkan informasi, selagi informasi yang

diinginkan itu masih dalam batas kewajaran.

4. Asas Efisisensi

Pengelolaan aset desa diarahkan supaya digunakan sesuai standar

kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan

tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

a. Adanya Pembinaan Dan Peningkatan Kompetensi Dalam

Pengelolaan Aset Desa Secara Langsung Maupun Tidak Langsung

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, sebaiknya pemerintah desa lebih sering lagi mengadakan

pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa

baik secara langsung maupun tidak langsung, guna lebih

memperdalam ilmu dalam pengelolaan aset desa. Untuk

mengetahuinya, berikut adalah wawancara yang dilakukan di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

181
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan

informan ke-1 dapat diperoleh penjelasana bahwa:

“tidak ada pembinan dan peningkatan kompetensi khusus


untuk urusan aset desa, tetapi kami sebagai perankat desa
selalu saling mengawasi”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

pemerintah tidak melakukan pembinaan dan peningkatan kompetensi

khusus untuk aset desa, dikarenakan setiap perangkat desa di Desa

Utama sama-sama saling mengawasi.

Sementara berdasarkan wawancara dengan informan ke-2 dapat

dijelaskan sebagai berikut:

“ada, tetapi kadang menyatu dengan pembinaan keuangan dan


aplikasi khusus untuk aset pun ada, tetapi di desa kami belum
menggunakan aplikasi khusus itu, karena tidak
mewajibkannya”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan kembali oleh

penulis bahwa ada pembinaan dan peningkatan terkait dengan aset

desa, tetapi menyatu dengan pembinaan keuangan, dalam pembinaan

tersebut ada mengatakan aa aplikasi khusus untuk aset desa, tetapi di

Desa Utama sendiri belum menggunakan aplikasi tersebut, karena

pihak pemerintah tidak mewajibkan bahwa dokumen aset desa harus

memakai aplikasi tersebut, jika mau menggunakan silahkan dan jika

tidak menggunakan aplikasi khusus juga tidak apa-apa.

Sementara berdasarkan wawancara dengan informan ke-3

mengatakan:

181
“pernah, yaitu setiap setahun sekali pasti ada pembinaan dan
peningkatan yang berhubungan dengan aset desa, tetapi kadang
selalu disatukan dengan pembinaan lain”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap

setahun sekali selalu ada pembinaan dan peningkatan terkait dengan

aset desa, tetapi pembinaan terebut tidak dikhususkan untuk urusan

aset desa saja, pembinaan tersebut selalu menyatu dengan pembinaan

urusan lainnya seperti halnya menyatu dengan pembinaan keuangan.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan informan ke-4

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“secara langsung maupun tidak langsung itu pasti ada, tetapi


sampai saat hasil dari pembinaan tersebut belum kontinyu”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

selalu ada pembinaan dan peningkatan untuk urusan aset desa secara

langsung maupun tidak langsung, tetapi sampai saat ini hasil dari

pembinaan tersebut belum begitu terlihat hasilnya, setiap tahunnya

masih sama saja, tidak ada perubahan.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan informan ke-6

diperoeleh penjelasan bahwa:

“selalu dijadwalkan, karena dana yang turun dari pusat untuk


ke desa ada 40% untuk pemberdayaan”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

selalu ada pembinaan dan peningkatan terkait aset desa,karena selalu

direncanakan terlebih dahulu, dan ada 40% dana dari pusat yang turun

ke desa itu khusus untuk pemberdayaan saja.

181
Selanjutnya berdasarkan dengan informan ke-7 diperoleh

sebagai berikut:

“ada penyuluhan, misalnya dari dinas pertanian dan itu ada


kadang setiap setahun sekali pasti ada”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa pemerintah

desa selalu mengadakan penyuluhan dalam pembinaan dan peningkatan

aset desa dan itu selalu rutin dilaksanakan oleh pemerintah desa.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai adanya pembinaan dan

peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa secara langsung

maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti yaitu pemerinah desa

melakukan pembinaan dan pengawasan terkait dengan aset desa tetapi

kadang menyatu dengan pembinaan keuangan.

Berdasarkan hasil obsevasi mengenai adanya pembinaan dan

peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa secara langsung

maupun tidak langsung yang dilakukan penulis dapat dideskripsikan

bahwa ada pembinaan dan peningkatan kompetensi terkait aset

pemerintahan, karena ada dana turun ke desa sekitar 40% untuk

pemberdayaan.

b. Aset Yang Sudah Ditetapkan Penggunaanya Harus

Diinventarisisasi Ke Dalam Buku Inventaris Desa

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, setiap aset yang sudah ditetapkan penggunaannya harus

diinventarisasikan ke dalam buku inventaris desa. Untuk

181
mengetahuinya, berikut adalah wawancara yang dilakukan di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan wawancara dengn informan ke-1 diperoleh

penjelasan bahwa:

“tidak ada, kepala desa hanya memberikan kebijakan umumnya


saja, karena yang memegang inventarisasi itu ada pada di kaur
umum”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

kepala desa tidak mengetahui apakah aset desa selalu

diinventarisasikan ke dalam buku inventaris desa, karena menurutnya

kepala desa hanya memberikan kebijakan saja terkait dengan aset desa

tersebut.

Sementara berdasarkan hasil wawancara dengan informan ke-2

berpendapat bahwa:

“masih dalam proses, karena aset desa yang msuk maupun


keluar harus dilaporkan dan disesuaikan dengan ADD
(Anggaran Dana Desa)”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa

penginventarisasian aset desa masih dalam proses, karena terkendala

dengan ADD (Anggaran Dana Desa) yang harus dilaporkan dan

disesuaikan sesuai dengan kebutuhan saja.

Sementara berdasarkan wawancara dengan 5 informan

diperoleh penjelasan yang sama yaitu:

“ada, buku itu dipegangnya di bagian kaur umum, dan selalu


aset yang ada di desa selalu dicatat oleh kaur umum”.

181
Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan oleh penulis

bahwa pemerintah desa sudah melakukan yang terbaik terkait dengan

aset desa, terutama dalam pembukuannya, karena aset desa yang sudah

ditetapkan penggunaanya di inventarisasikan ke dalam buku inventaris

desa dan itu dpegang dan dicatat oleh kaur umum.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis mengenai

aset yang sudah ditetapkan penggunaannya harsu diinventarisasi ke

dalam buku inventaris desa, pemerintah desa selalu menginvarisasi

aset masuk maupun aset keluar kedalam buku inventaris desa.

Berdasarkan hasil observasi dapat dideskripsikan bahwa aset

selalu diinventarisasi kedalam buku inventaris desa, karena selalu

dicatat dan harus disesuaikan dnegan ADD dan dipegang oleh bagian

kaur umum.

5. Asas Akuntabilitas

Merupakan seluruh proses dan kegiatan pengelolaan aset desa dari

usulan hingga pencapaian, hasinya harsu dapat dipertanggung jawabkan

pada semua pihak terutama masyarakat desa.

a. Adanya Koordinasi Dan Laporan Aspek-Aspek Pengelolaan Aset

Desa Di Dalam Ruang Lingkup Pemerintah Desa

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset

desa di dalam ruang lingkup pemerintah desa. Untuk mengetahuinya,

181
berikut adalah wawancara yang dilakukan di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan wawancara dengan informan ke-1 diperoleh

penjelasan sebagai berikut:

“secara normatif ada, tetapi tidak ada yang menanyakan jadi


hanya di catat saja”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

jika dilihat dalam aturannya itu ada, tetapi sampai saat ini pihak

kecamatan tidak pernah menanyakannya, jadi oleh pemerintah desa

hanya di catat saja tanpa dilaporkan kepada pihak terkait.

Selanjunya berdasarkan wawancara dengan informan ke-2

dperoleh penjelasan sebgai berikut:

“ada, dan masuknya ke kaur keuangan tetapi dipakai untuk


tunjangan perangkat desa,RT/RW, dan Karang Taruna”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

menurutnya selalu ada laporan dan koordinasi dari pihak yang

mengurus aset desa tersebut, tetapi dari hasil aset desa tersebut dipakai

tunjangan untuk para perangkat desa, dan pengurus masing-masing

aset desa.

Sementara berdasarkan wawancara dnegna informan ke-3

diperoleh penjelasan sebgai berikut:

“belum ada laporan khusus samapi saat ini karena desa hanya
menyuruh mengelola saja, dan itu juga sudah syukur mau
mengelola aset tersebut”.

181
Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa sampai

saat ini tidak ada laporan dan koordinasi terkait aset desa kepada

pemerintah desa, karena pemerintah desa hanya menyuruh

mengelolanya saja, tidak disuruh untuk dikelola menjadi penghasilan

bagi desa.

Sementara berdasarkan wawancara dengan informan ke-4

diperoeleh penjelasan bahwa:

“ada, kami selalu kompak, apa yang menjadi temuan yang bisa
di jadikan aset desa kami selalu berkoordinasi terhadapat pihak
pemerintah desa agar menjadikannya aset desa yang baru”.

Dari hasil wawancara yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa

pihak yang terlibat dalam aset desa selalu melaporkan dan

berkoordinasi selalu dengan pemerintah desa terkait dengan aspek-

aspek pengelolaan aset desa, apa yang menjadi temuan baru selalu

dikoordinasikan dengan pemerintah desa agar mejadi bagian dari aset

desa atau menjadi pemasukan bagi desa.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan mengenai

adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset desa di

dalam ruang lingkup pemerintah desa,dari ke 7 informan ada 4

informan yang menjawab adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek

pengelolaan aset desa tetapi belum maksimal, 3 informan mengatakan

menyatakan sampai saat ini belum ada koordinasi dan laporan aspek-

aspek khusus dalam pengelolaan aset desa.

181
Berdasarkan hasil observasi mengenai adanya koordinasi dan

laporan aspek-aspek pengelolaan aset desa di dalam ruang lingkup

pemerintah desa dapat dideskripsikan bahwa pemerintah desa tidak ada

koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset desa, karena

mereka hanya disuruh untuk mengelola saja.

b. Kepala Desa Melaporkan Hasil Pengelolaan Aset Desa Kepada

Bupati/Wali Kota Melalui Camat

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa,sebagai kepal desa yang bertanggung jawab sebaikya kepala desa

selalu melaporkan hasil pengelolaan aset desa kepada bupati/walikota

melalui camat dan itu harus rutin tanpa harus diminta terlebih dahulu.

Untuk mengetahuinya, berikut adalah wawancara yang dilakukan di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan ke-1 diperoleh

penjelassan sebagai berikut:

“tidak ada, karena tidak selalu diminta oleh camat, dan kadang
dari kecamatan pun kadang mengabaikannya, karena dari
kabupatennya pun sama tidak dipertanyakan, jadi pihak
pemerintah desa juga kadang leha-leha”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan bahwa

kepala desa tidak pernah melaporkan hasil pengeolaan aset desa

kepada bupati/walikota melalui camat, dikarenakan dengan alasan dari

camat tidak pernah menanyakannya dan tidak mempedulikannya,

181
dalam arti acuh terhadap laporan hasil pengelolaan aset desa yang

diberikan oleh pemerintah desa.

Sementara berdasarkan hasil wawancara dengan informan ke-2

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“ada, tapi belum rutin dilaporkan, karena memang kadang dari


camatnya tidak ditanyakan, tapi kadang kita inisiatif
memberikan laporan itu”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan oleh penulis

bahwa ada laporan kepala desa kepada bupati/walikota yang melalui

camat, tetapi belum rutin dilaksnakan, dalam arti masih jarang

dilaksanakan dan itu juga karena ke inisiatifan dari pemerintah desa.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan informan ke-

3 diperoleh penjelasan sebagi berikut:

“dalam pertahunnya laporan pemerintah desa selalu dibuat dan


dilaporkan pada camat, tidak hanya tentang aset desa saja, tapi
semua urusan yang ada di desa”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa

setiap tahunnya laporan selalu dibuat dan kepala desa selalu

melaporkan hasil laporannya kepada bupati/walikota, tidak hanya

urusan aset desa saja urusan yang lainnya pun selalu di laporkan setiap

tahunnya.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan informan ke-

5 dapat diperoleh penjelasan bahwa:

“kurang tau, hanya saja jika ada rapat selalu dibahas oleh
perangkat desa, tapi mungkin setiap tahunnya selalu di
laporkan”.

181
Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis deskripsikan

bahwa informan ke-5 kurang mengetahui kegiatan/urusan yang ada di

desa, tetapi dalam rapat laporan hasil aset desa selalu di bahas oleh

perangkat desa.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan informan ke-

6 berpendapat bahwa:

“hasil pengelolaan aset desa sering dilaporkan, apa yang


menjadi hambatan atau temuan selalu dilaporkan, dan di
musyawarahkan dalam rapat di desa”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa

laporan hasil pengelolaan aset desa selalu dilaporkan, dan

kemudian selalu dibahas di dalam pertemuan di desa, dan apa yang

menjadi temuan atau hambatan selalu dimusyawarhkan dengan

semua perangkat desa termasuknya kepala desa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaukan penulis

mengenai kepala desa melaporkan hasil pengelolaan aset desa

kepada bupati/walikota melalui camat, 4 informan menjawab

bahwa kepala desa selalu rutin melaporkan hasil pengelolaan aset

desa kepada bupati/walikota melalui camat dan selalu dibahas

setiap ada pertemuan di desa, 3 informan mengatakan bahwa

kepala desa tidak pernah melaporkan hasil npengelolaan aset desa

kepada bupati/wlikota melalui camat karena tidak diminta oleh

camat dan kadang pihak camat selalu mengabaikannya.

181
Berdasarkan hasil observasi dapat dideskripsikan oleh

penulis mengenai kepala desa melaporkan hasil pengelolaan aset

desa kepada bupati/walikota melalui camat bahwa, kepala desa

tidak rutin melaporkan hasil pengelolaan aset desa kepada

bupati/walikota melalui camat, karena terkendala dengan

ketidakpedulian pihak atasan dalam meminta laporan kepada

pemerintah desa.

6. Kepastian Nilai

Pengelolaan aset desa harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah

dan nilai, dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan

aset serta penyusutan neraca pemerintah.

a. Memanfaatkan Dan Mengevaluasi Tehadap Penggunaan Barang

Secara Berkesinambungan, Sehinnga Nilai Ekonomi Berbanding

Lurus Dengan Nilai Manfaat

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, sebaiknya dalam memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap

penggunaan barang secara berkesinambungan sehingga nilai ekonomi

berbanding lurus dengan nilai manfaat. Untuk mengetahuinya, berikut

adalah wawancara yang dilakukan di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasrakan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

informan ke-1 diperooleh penjelasan sebagai berikut:

181
“selama ini sudah sesuai, karena barang yang kita beli sesuai
dengan kebiutuhan, karena tidak anggarannya untuk hal yang
lainnya”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa

barang yang ada di desa tersebut sudah sesuai kebutuhan karena

barang yang dibeli selalu yang dibutuhkan oleh desa, jadi barang selalu

bermanfaat untuk desa.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan informan ke-

2 diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“sesuai atau tidaknya tergantung kepada desanya sendiri,


karena desa adalah otonomi desa. Desa harus mampu
memanfaatkan dana yang ada harus sesuai dengan kebutuhan
di desa”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa dalam

memanfaatkan penggunaan barang yang berkesinambungan, nilai

ekonomi dpat berbanding lurus dengan nilai manfaat tergantung dari

desanya sendiri, karena dari desa lah setiap urusan/kegiatan harus

mempengaruhi kehidupan di sekitar lebih baik/maju lagi.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan informan ke -6

dapat diperoleh penjelasan bahwa:

“setiap hasil selalu disesuaikan dengan kemampuan, karena


untuk mendorong keberhasilan desa harus didorong oleh hasil
aset yang memang bisa dikatakan begitu besar, seharusnya
pemerintah desa harus terus menggali lagi potensi desa di desa
ini”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis definisikan bahwa

setiap kebutuhan yang ada di desa selalu disesuaikan dengan hasil

181
yang diperoleh, karena untuk mendorong keberhasila desa, pemerintah

desa harus terus menggali lagi apa yang bisa menjadi potensi desa,

guna bisa menjadi pemasukan/penghsilan kas desa.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan mengenai

memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap penggunaan barang secara

berkesinambungan, sehingga nilai ekonomi berbanding lurus dengan

nilai manfaat,dari semua informan mengatakan bahwa pemerinah desa

sudah melalukan kesesuaian antara nilai ekonomi dengan nilai

manfaat.

Berdasarkan hasil obsevasi dapat dideskripsikan bahwa

pemerintah desa sudah memanfaatkan dan mengevaluasi barang yang

sesuai dengan kebuutuhan di desa, karena sebelum mengeluarkan,

pihak desa selalu direncanakan terlebih dahulu.

b. Adanya Kesesuaian Antara Dana Yang Dikelaurkan Dengan

Barang Yang Dibeli Dari Pengelolaan Aset Desa

Dalam meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan aset

desa, apakah dana yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli dari

pengelolaan aset desa harus disesuaikan dengan penghasilan dari aset

desa. Untuk mengetahuinya, berikut adalah wawancara yang dilakukan

di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan

informan ke-1 dapatdiperoleh penjelasan bahwa:

181
“sesuai, karena kebutuhan di desa selalu di musyawarahkan
terlebih dahulu dan disesuaikan dengan anggaran yang sudah
direncanakan sebelumnya”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefifnisikan bahwa

kesesuaian antara dana yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli

dari pengelolaan aset desa sudah sesaui kebutuhan di desa, karena

sebelum membeli atau mengeluarkan sesuatu, pemerintah desa selalu

mengadakan musyawarah terlebih dahulu dengan perangkat desa.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan informan ke-2

dapat diperoeleh penjelassan bahwa:

“setiap apapun kebutuhan di desa selalu sesuai dengan yang


dibutuhkan, karena selalu dianggarkan dan itu hasil
musyawarah”.

Dari hasil waawancara tersebut, dapat penulis definisikan

bahwa setiap kebutuhan di desa selalu diesuaikan dengan dana yang

ada, dan setiap kebutuhan di desa selalu di musyawarahkan terlebih

dahulu dengan yang lainnya.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan 5 informan di

dapatkan penjelasan sebagai berikut:

“dana yang dibutuhkan pemerintah desa selalu sesuai dengan


yang dibutuhkan dengan apa yang mau dibeli oleh dana desa”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa

kebutuhan di desa selalu di sesuaikan dnegan dana yang tersedia di

desa, karena kebutuhan desa selalu hasil dari musyawarah, apa yang

181
mau dibeli yang menjadi kebutuhan desa selalu disesuaikan dengan

dana yang ada.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti mengenai adanya kesesuaian antara dana yang dikeluarkan

dengan barang yang dibeli dari pengeloalaana aset desa, dari ke 7

informan mengatakan bahwa pemerintah sudah melakukan kesesuaian

antara dana yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli oleh

pemerintah desa, pemerintah selalu mengeluarkan dana sesuai

kebutuhan desa, karena kebutuhan di desa selalu disesuaikan dengan

anggaran yang sudah direncanakan sebelumnya.

Hambatan-Hambatan Pada Pengelolaan Aset Desa Oleh Pemerintah

Desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis

1. Asas Fungsional

a. Adanya Pengelola Aset Desa Yang Ditetapkan Pemerintah Desa

Sesuai Tugas Dan Fungsinya

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan adanya pengelolaan

aset desa yang ditetapkan pemerintah desa sesuai dengan tugas dan

fungsinya terlihat kurangnya rasa tanggung jawab terhadap tugas dan

fungsi yang sudah diberikannya. Untuk mengetahui hambatannya,

berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

181
Berdasarkan tanggapan dengan informan ke-1 mengenai

adanya pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa sesuai

tugas dan fungsinya diperoleh penjelasan bahwa:

“masih ada sengketa tanah terkait aset desa yang sampai saat
ini belum terselesaikan dan masih melakukan dengan proses
pembiaran”.

Dari hasil wawancara tersebut, mengenai hambatan dalam

tupoksi pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa, masih

ada sengketa tanah yang belum terselesaikan dikarenakan terhambat

oleh anggaran sampai saat ini sengketa tersebut masih dalam proses

pembiaran.

Sementara tanggapan tentang hambatan dalam adanya

pengelola aset desa yang ditetapkan oleh pemerrintah desa sesuai tugas

dan fungsinya menurut informan ke-2 dapat diperoleh penjelasan

bahwa:

“hambatan di desa kami yaitu kurangnya koordinasi dengan


pihak yang terkait, sehingga dalam melaksanakan kegiatan
tersebut kadang tidak sesuai rencana sebelumnya, sehingga
tupoksi pemerintah desa terkait dengan aset desa belum valid
100% ”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa

hambatan dalam pengelolaan aset desa yang ditetapkan pemerintah

desa sesuai tugas dan fungsinya bahwa tiap-tiap perangkat desa yang

terkait dengan aset desa kurang saling berkoordinasi sehingga

membuat tugas dan pokok fungsi yang di berikan tidak valid

181
sepenuhnya, masih ada perangkat desa yang masih dirasa kurang

bertanggung jawab atas tugasnya.

Selanjutnya hambatan menurut informan ke-3 mengenai

adanya pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa sesuai

tugas dan fungsinya diperoleh penjelesan sebagai berikut:

“banyak yang tidak tahu tentang keseluruhan aset desa karena


kadang disebabkan oleh pergantian kepala desa karena setiap
kepala desa pasti merubah kebijakan sebelumnya”.

Dari hasil wawancara mengenai hambatan tersebut bahwa

sebagian perangkat desa terutama masyarakat belum mengetahui

keseluruhan tentang aset desa yang dimiliki oleh desa di Desa Utama,

kadang ketidaktahuan itu salah satunya bisa disebabkan karena

pergantian kepala desa karena setiap kepala desa mempunyai

kebijakannya masing-masing, dan itu membuat pekerjaan yang

sebelumnya yang ada di desa menjadi kurang efektif.

Berdsarkan observasi yang dilakukan penulis mengenai

hambatan tentang adanya pengelola aset desa yang ditetapkan

pemerintah desa sesuai tugas dan fungsinya dapat didefinisikan bahwa

sebagian orang masih belum tahu keseluruhan tentang aset desa yang

dimiliki oleh pemerintah desa, karena kurangnya koordianasi dari

pihak terkait.

181
b. Adanya Kegiatan Khusus Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam

Penyelenggaraan Pengelolaan Aset Desa

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan dalam

penyelenggaraan kebutuhan khusus untuk pemenuhan kebutuhan aset

desa. Untuk mengetahui hambatannya, berikut adalah hasil wawancara

yang dilakukan penulis di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan tanggapan informan 1 mengenai hambatan tentang

adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa dapat diperoleh jawaban

bahwa:

“sumber daya manusia kurang menunjang dan pendidikan rata-


rata dari SLTA jadi kurang memahami tentang kepemrintahan
yang baik di desa itu bagaimana, harus seperti apa untuk ke
depannya”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis definiskan bahwa

hambatan tersebut bisa karena sebagian perangkat desa rata-rata hanya

lulusan SLTA, karena pendidikan di SLTA hanya belajar tentang

gambaran umumnya saja, jadi mereka yang hanya lulusan SLTA

kurang memahami bagaimana cara memimpin kepemimpinan yang

baik dan mengembangkan aset yang ada di desa agar menjadi lebih

manfaat lagi.

181
Sedangkan berdasarkan informan ke-2 mengenai hambatan

tentang adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa dapat diperoeleh penjelasan:

“waktunya belum maksimal, karena tidak ada khusus untuk


kepentingan terkait aset desa”.

Dari hasil wawancara tersebut, mengenai hambatan dalam

kegiatan khusus untuk pengelolaan aset desa dapat didefinisikan

bahwa untuk pemerintah desa tidak diberikan dana khusus untuk

pengelolaan aset desa, karena itulah ktidak ada kegiatan khusus untuk

pemenuhan penyelenggaraan aset desa.

Berdasarkan hasil observasi mengenai hambatan dalam adanya

kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan

pengelolaan aset desa dapat dideskripsikan bahwa, ada 3 informan

yang menjawab bahwa SDM yang kurang menunjang didukung juga

dari pendidikan rata-rata lulusan SLTA yang kurang memahami

tentang kepemerintahan dii desa, dan juga terkendala dengan waktu

yang belum maksimal.

2. Asas Kepastian Hukum

a. Adanya Keputusan Kepala Desa Yang Mengatur Tentang

Penggunaan Aset Desa Yang Ditetapkan Setiap Tahun

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan hambatan-hambatan apa saja

mengenai adanya keputusan kepala desa yang mengatur teentang

penggunaan aset desa yang ditetapkan setiap tahunnya. Untuk

181
mengetahui hambatannya, berikut adalah hasil wawancara yang

dilakukan penulis di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten

Ciamis:

Berdasarkan tanggapan dengan informan ke-1 bahwa hambatan

mengenai adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentanng

penggunaan aset desa yang ditetapkan setiap tahunnya diperoleh

penjelasan bahwa:

“ada kontraversial antara BPD dengan kepala desa, sehingga


membuat suatu keputusan menjadi tidak tersepakati oleh salah
satu pihak”.

Dari hasil wawancara tersebut tentang hambatan mengenai

adanya kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset desa yang

ditetapkan setiap tahun bahwa ada keputusan yang dibuat yang tidak

disetujui oleh satu pihak, sehinnga memicu kontraversial antara BPD

dengan kepala desa.

Sementara berdasarkan tanggapan informan ke-2 mengenai

adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset

desa yang ditetapkan setiap tahunnya diperoleh penjelesan bahwa:

“ada satu keputusan yang tidak menguntungkan satu pihak dan


ini masih dalam tahap disukusi, agar tidak ada yang dirugikan
lagi, harus sama-sama saling menguntungkan semua pihak”.

Dari hasil waancara tersebut dapat didefinisikan mengenai

hambatan adanya keputusan kepala desa yang mengatur penggunaan

aset desa setiap tahunnya bahwa dalam keputusan kepala desa ada

salah satu pihak yang merassa dirugikan, dan sampai saat ini di

181
musyawarahkan terus menerus agar tidak terjadi konflik antara

perangkat desa dan agar tidak ada yang merasa dirugikan atas

keputusan tersebut.

Berdasarkan hasil observasi mengenai hambatan dalam adanya

keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset desa

yang ditetapkan setiap tahun, maka dapat dideskripsikan bahwa ada

salah satu pihak yang dirugikan atas keputusan kepala desa dalam

musyawarah tersebut,sehingga keputusan tersebut harus dirubah agar

tidak ada yang harus dirugikan.

b. Adanya Pihak Pengawas Yang Ditunjuk Oleh Pemerintah Desa

Dalam Pengelolaan Aset Desa

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan adanya pihak

pengawas yang ditunjuk pleh pemerintah desa dlam pengelolaan aset

desa. Untuk mengetahui hambatannya, berikut adalah hasil wawancara

yang dilakukan penulis di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan tanggapan dengan informan 1 mengenai hambatan

adanya keputusan kepala desa yang mengatur penggunaan aset desa

setiap tahunnya didapat penjelasan sebagai berikut:

“kurangnya konsultasi dari pihak desa kepada masyarakat,jadi


masyarakat itu kurang mengetahui apa saja aset yang ada di
desa dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di desa”.

181
Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan kembali

bahwa hambatan tersebut dipicu oleh karena kekurang tidaktahuan

masyarakat terkait dengan aset desa dan kegiatan-kegiatan yang ada di

desa disebabkan dari pemerintah desanya kurang terbuka kepada

masyarakatnya, dan itu membuat masyarakat tidak tahu urusan yang

ada di desa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai

hambatan adanya pihak pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah desa

dalam pengelolaan aset desa dapat dideskripsikan bahwa informasi

yang diberikan kepada masyarakat dari pihak desa kurang terbuka dan

itu membuat masyarakat menjadi tidak tahu apa yang menjadi urusan-

urusan yang ada di desa, sehingga masyarakat tidak bisa ikut

mengawasi terkait dengan aset desa.

3. Asas Keterbukaan

a. Adanya Transparansi Dalam Mengelola Aset Milik Desa

Terhadap Pihak Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Aset Desa

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan mengenai

adanya tranparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak

yang terkait dalam pengelolaan aset desa. Untuk mengetahui

hambatannya, berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis

di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

181
Berdasarkan tanggapan informan 1 mengenai hambatan adanya

transparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak yang

terlibat dalam pengelolaan aset desa diperoleh penjelasan bahwa:

“lemahnya komunikasi dan informasi yang di dapatkan oleh


kami, kurang terbuka“.

Dari hasil wawancara tersebut terdapat hambatan bahwa dalam

komunikasi dan informasi tidak semua pihak terkait mendapatkan dan

tahu tentang informasi mengenai aset desa yang diinformasikan oleh

pemerintah desa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai

hambatan dalam adanya transparansi dalam mengelola aset milik desa

terhadap pihak yang terlibat dalam pengelolaan aset desa dapat

dideskripsikan bahwa hambatan yang terjadi karena lemahnya

komunikasi dan informasi, sehingga ada pihak yang dirugikan

dikarenakan informasi yang kurang lengkap.

b. Masyarakat Memiliki Hak/Akses Untuk Mendapatkan Informasi

Terkait Dengan Pengelolaan Aset Desa

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan mengenai

masyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan informasi terkait

dengan pengelolaan aset desa. Untuk mengetahui hambatannya,

berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

181
Berdasarkan tanggapan informan ke-1 mengenai hambatan-

hambatan tentang masyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan

informasi terkait dengan pengelolaaa aset desa diperoleh penjelasan

bahwa:

“jika diundang dalam musyawarah sebagian undangan ada


yang tidak hadir, jadi saya rasa kurang kekompakkan antara
pemerintah desa dengan masyarakat’.

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa dari

masyarakatnya sendiri kadang kurang peduli terhadap pemerintah

desanya, dalam contoh pemerintah mengundang masyarakat untuk

hadir dalam musyawarah Rapat Akhir Tahun (RAT) masyarakat yang

di undang kadang tidak hadir semuanya.

Selanjutnya berdasarkan tanggapa informan ke-2 mengenai

masyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan informasi terkait

dengan pengelolaana aset desa diperoleh penjelasan bahwa:

“sebagian masyarakat belum berani menyampaikan aspirasi


langsung kepada pemerintah desa”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa

pemerintah desa kurang memperhatikan keinginan masyarakat dan

aspirasi dari masyarakat kadang diacuhkan, oleh sebab itu banyak

masyarakat yang canggung untuk menyampaikan aspirasi langsung

kepada pemerintah desa.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan mengenai

hambatan dalam masyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan

181
informasi terkait dengan pengelolaan aset desa dapat dideskripsikan

bahwa, dari masyarakatnya sendiri tidak saling melengkapi, jika di

undang dalam musyawarah desa, ada sebagian masyarakat yang tidak

hadir dalam musyawarah tersebut, sehingga tidak adanya kekompakan

antara pemerintah desa dengan masyarakat.

4. Asas Efisisensi

a. Adanya Pembinaan Dan Peningkatan Kompetensi Dalam

Pengelolaan Aset Desa Secara Langsung Maupun Tidak Langsung

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan mengenai

adanya pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam pengelolaaan

aset desa secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mengetahui

hambatannya, berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis

di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan tanggapan informan ke-1 mengenai hambatan

tentang adanya pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam

pengelolaan aset desa secara langsung maupun tidak langsung dapat

diperoleh penjelasan bahwa:

“sumber daya manusia yang belum siap dan tidak ada


penekanan khusus untuk memakai aplikasi khusus untuk
pengelolaan aset desa”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa dari

kabupatennya sendiri untuk mengelola aset desa tidak ada penekanan

atau diwajibkan menggunakan/memakai aplikasi khusus untuk aset

181
desa, jadi tiap desa ada yang menggunakan dan tidak

menggunakannya, tapi di desa utama sendiri belum menggunakan

aplikasi khusus untuk pengelolaana aset desa, karena sumber daya

manusianya yang belum siap dan anggaran yang belum direncanakan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis mengenai

hambatan dalam adanya pembinaan dan peningkatan kompetensi

dalam pengelolaan aset desa secara langsung maupun tidak langsung

dapat dideskripsikan bahwa kurangnya kesadaran pegawai dalam

untuk menggunakan aplikasi khusus untuk aset desa agar

mempermudah dan memperlancar dalam pekerjaan. Dan juga Sumber

Daya Manusia yang belum siap sehingga dalam pengerjaan kurang

maksimal.

b. Aset Yang Sudah Ditetapkan Penggunaanya Harus

Diinventarisisasi Ke Dalam Buku Inventaris Desa

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan mengenai

aset yang sudah ditetapkan penggunaannya harus diinventarisasi ke

dalam buku inventaris desa. Untuk mengetahui hambatannya, berikut

adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan tanggapan informan ke-1 mengenai hambatan

tentang aset yangsudah ditetapkan penggunaanya harus diinventarisasi

181
ke dalam buku inventaris desa dapat diperoleh penjelasan sebagai

berikut:

“ sampai saat ini inventarisasi belum maksimal, karena saya


sebagai kaur umum yang baru, dan menjabat baru satu (1)
tahun belum mengetahui semua apa saja aset desa yang ada di
desa ini, dan saya juga belum sharing pada desa yang lain
terkait aset desa, bagaimana aset desa yang lain itu “.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefifnisikan bahwa

dalam penginventarisasian aset desa ke dalam buku inventaris desa di

desa utama belum maksimal, dan itu disebabkan oleh pemegang

tentang pengelolaan aset desa dipegang oleh pejabat yang baru

menjabat selama 1 tahun, jadi belum tau bagaimana pengelolaan aset

desa yang baik.

Sementara berdasarka tanggapan informan ke-2 menganai

hambatan tentang aset yang sudah ditetapkan penggunaanya harus

diinventarisasi ke dalam buku invntaris desa dapat diperoleh

penjelasan bahwa:

“seharusnya dalam pengelolaan itu ada penambahan,


penyusutan, penghapusan dan lain-lain, tetapi disini belum
sinkron dan tupoksi tidak maksimal”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa aset

yang sudah ditetapkan penggunaannya belum sepenuhnya

diinventarisasi ke dalam buku inventaris desa, dan salah satunya

disebabkan oleh tupoksi perangkat desa tidak berjalan dengan

maksimal.

181
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai

hambatan aset yang sudah ditetapkan penggunaannya harus

diinvetarisasikan ke dalam buku inventaris desa dapat dideskripsikan

bahwa dalam inventarisasi aset desa belum begitu maksimal, dan juga

pegawai desa tidak melakukannya sesuai tupoksinya.

5. Asas Akuntabilitas

a. Adanya Koordinasi Dan Laporan Aspek-Aspek Pengelolaan Aset

Desa Di Dalam Ruang Lingkup Pemerintah Desa

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan mengenai .

Untuk mengetahui hambatannya, berikut adalah hasil wawancara yang

dilakukan penulis di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten

Ciamis:

Berdasarkan tanggapan dengan informan 1 mengenai hambatan

tentang adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset

desa di dalam ruang lingkup pemerintah desa diperoleh penjelasab

bahwa:

“tidak ada hambatan, karena komunikasi antara pemerintah


desa dengan pihak yang terlibat berjalan dengan baik dan
saling suport, hanya saja koordinasi dan laporan harus lebih
ditimgkatkan lagi”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa

dalam hal koordinasi dan laporan terkait dengan aset desa, di desa

utama tidak ada hambatan semuanya berjalan dengan baik, karena

181
perangkat desa dengan pihak yang terlibat dengan pengelolaan aset

desa selalu saling mendukung/suport.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis mengenai

hambatan adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan

aset desa di dalam ruang lingkup pemerintah desa, semua informan

mengatakan tidak adanya hambatan dalam berkoordinasi dan laporan

aspek-aspek aset desa, karena komunikasi antara pemerintah desa

dengan pihak yang terkait berjalan dengan baik dan saling suport,

sehinnga tidak ada hambatan dalam hal ini.

b. Kepala Desa Melaporkan Hasil Pengelolaan Aset Desa Kepada

Bupati/Wali Kota Melalui Camat

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan mengenaai

kepala desa melaporkan hasil pengelolaan aset desa kepada

bupati/walikota melalui camat. Untuk mengetahui hambatannya,

berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan tanggapan dengan informan ke-1 tentang

hambatan mengenai kepala desa melapaorkan hasil pengelolaan aset

desa kepada bupati/walikota melalui camat diperoleh penjelasan

sebagai berikut:

“ birokrasinya selalu menunggu perintah dari atas dulu, tidak


ada kesadaran sendiri untuk melaporkannya”.

181
Dari hasil wawancara tersebut dapat didefifnisikan bahwa

hambatan ini dipengaruhi oleh ketidaksadaran kepala desa untuk

inisiatif melaporkan hasil aset desa, karena birokrasinya hanya

menunggu perintah dulu dari atasan, baru.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pemerintah desa

mengenai hambatan dalam kepala desa melaporkan hasil pengelolaan

aset desa kepada bupati/walikota melalui camat, bahwa dapat

dideskripsikan kurangnya kesadaran kepala desa maupun pegawai

desa untuk melakukan pelaporan terkait dengan aset desa melalui

camat, sehingga aset yang ada tidak menjadi penghasilan untuk

pemerintah desa.

6. Kepastian Nilai

a. Memanfaatkan Dan Mengevaluasi Tehadap Penggunaan Barang

Secara Berkesinambungan, Sehinnga Nilai Ekonomi Berbanding

Lurus Dengan Nilai Manfaat

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan mengenai

memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap penggunaan barang secara

berkesinambungan, sehingga nilai ekonomi berbanding lurus dengan

nilai manfaat. Untuk mengetahui hambatannya, berikut adalah hasil

wawancara yang dilakukan penulis di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

181
Berdasarkan tanggapan dengan informan ke-1 mengenai

hambatan tentang memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap barang

secara berkesinambungan, sehingga nilai ekonomi berbanding lurus

dengan nilai manfaat diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“pemerintah desa kurang membuka jalan yang menjadi temuan


agar menjadi penghasilan bagi desa dan apa yang menjadi
kebutuhan bersama harus di tingkatkan lagi”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis

lakukan menganai hambatan memanfaatkan dan mengevaluasi

terhadap penggunaan barang secara berkesinambungan, sehingga nilai

ekonomi berbanding lurus dengan nilai manfaat, maka dapat

dideskripsikan bahwa pemerintah desa kurang menggali potensi yang

seharusnya menjadi penghasilan dari aset desa itu, sehingga tidak ada

pemasukan untuk pemerintah desa dari aset desa.

b. Adanya Kesesuaian Antara Dana Yang Dikelaurkan Dengan

Barang Yang Dibeli Dari Pengelolaan Aset Desa

Dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis berkaitan dengan hambatan tentang

adanya kesesuaian antara dana yang dikeluarkan dengan barang yang

dibeli dari pengelolaan aset desa. Untuk mengetahui hambatannya,

berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan tanggapan dengan informan ke-1 tentang

hambatan mengenai adanya kessuaian antara dana yang dikeluarkan

181
dengan barang yang dibelia dari pengelolaan aset desa dpat diperoleh

penjelasan sebagai berikut:

“karena masih menggunakan danan pemerintah, jadi belum


bebas untuk menunjang kebutuhan yang lainnya”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan bahwa

hambatan ini salah satunya dapat dipengaruhi oleh anggaran yang

masih menggunakan dari dana pemerintah, karena pemerintah tidak

memberikan dana khusus untuk pengelolaana aset desa, jadi daa dari

pemerintah harus dibagi-bagi ke dalam urusan-urusan atau kegiatan-

kegaiatan yang ada di desa.

Sementara berdasarkan tanggapan informan ke-2 mengenai

hambatan tentang adanya kesesuain dana yang dikeluarkan dengan

dana yang dibeli dari pengelolaan aset desa diperoleh penjelasan

bahwa:

“peralatan yang kurang memadai, setiap kali meminta sesuatu,


harus munggu dulu”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis definisikan bahwa

peralatan untuk perwatan terkait aset desa kurang memadai, dan jika

membutuhkan peralatan yang sma setiap dusunnya, mereka harus

nunggu giliran terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis mengenai

hambatan adanya kesesuaian antara dana yang dikeluarkan dengan

barang yang dibeli dari pengelolaan aset desa, dapat dideskripsikan

bahwa dkarenakan masih menggunakan dana pemerintah jadi belum

181
bebas untuk menunjang kebutuhan yang lainnya, karena tidak ada

anggaran khusus untuk mengelola aset desa lebih dalam lagi.

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan-

Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pengelolaan Aset Desa Oleh

Pemerintah Desa D Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten

Ciamis

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan informan,

dapat diketahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-

hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan aset desa di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Setelah berbicara hambatan-

hambatan dalam pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, maka peneliti juga

mencoba untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut melalui proses

wawancara sebagai berikut:

1. Asas Fungsional

a. Adanya Pengelola Aset Desa Yang Ditetapkan Pemerintah Desa

Sesuai Tugas Dan Fungsinya

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis

di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan keterangan dari informan satu (1) mengatakan

bahwa:

181
“upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi
hamabatan dalam adanya pengelola aset desa yang ditetapkan
pemerintah sesuai tugas dan fungsinya yaitu harus punya
konsistensi untuk memintan laporan kepada pemerintah desa,
agar dari pemerintah desa nya juga tidak leha-leha”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan satu, dapat

diperoleh penjelasan bahwa pihak kecamatan harus konsisten dalam

meminta laporan terkait dengan aset desa kepada pemerintah desa,

agar pemerintah desa selalu giat dalam catat mencatat terkait aset desa

dan agar perangkat desa bekerja sesuai tugas dan fungsinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dua dan

informan tiga diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“konsultasi/sharing dengan desa lain dengan pihak yang terkait


yang sama-sama memegang tentang pengelolaan aset desa dan
aset desa yang ada dan sudah tidak ada harus mendata ulang
lagi “.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dapat definisikan bahwa

upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pengelolaan

aset desa yang ditetapkan pemerintah desa agar sesuai tugas dan

fungsinya yaitu setiap perangkat desa yang terkait dengan pengelola

aset desa seharusnya mendata ulang kembali aset desa yang masih ada

dan aset desa yang sudah tidak ada, dan juga lebih banyak lagi

mengadakan sharing/konsultasi terhadap desa yang lainnya, agar

menajdi lebih baik lagi dan tersusun .

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan informan

empat dan lima diperoleh penejelasan bahwa:

181
“potensi desa harus lebih ditingkatkan lagi, apa yang menjadi
aset milik desa harus terus dikembangakan, dn adanya
komunikasi antara pemerintah desa, BPD, lembaga terkait,
karena bila ada komunikasi SDM akan bagus”.

Berdasrakan hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan

bahwa agar peemerintah desa menjalankan tugas dn fungsinya dengan

baik tiap perangkat desa harus sering berkomunikasi dengan lembaga

terkait, karena dari seringnya berkomunikasi dan saling mendukung

dapat memicu keberhasilan suatu pemerintahan desa menjadi lebih

baik lagi, dan apa yang bisa menjadi potensi desa harus terus digali

lagi dan harus dikembangkan agar menjadi pemasukan bagi desa.

Berdasarkan hasil observasi mengenai upaya dalam menangai

hambatan, maka dapat dideskripsikan pihak camat harus punya

konsistensi dalam meminta laporan kepada pemerintah desa dan juga

harus lebih sering lagi membuka komunikasi antara pihak satu dengan

pihak yang lainnya agar kinerja untuk meningkatkan SDM semakin

bagus lagi.

b. Adanya Kegiatan Khusus Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam

Penyelenggaraan Pengelolaan Aset Desa

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut adalah wawancara yang dilakukan penulis di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

Menurut hasil wawancara penulis dengan informan dapat

diketahui upaya yang dilakukan pemerintah desa mengenai adanya

181
kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan

pengelolaan aset desa. Menurut keterangan dari informan satu

mengatakan bahwa:

“selalu berkoordinasi dengan sesama perangkat desa dan


lembaga terkait, dan dari segi kerjasama harus lebih
ditingkatkan lagi anatar pemerintah desa dengan dusun-dusun
yang ada di desa ini, dalam menggali potensi desa, pemerintah
desa harus berusaha bagaiman caranya supaya bisa meningkat
menjadi lebih baik lagi dalam segi apapun”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan

kembali bahwa upaya dalam menghadapi hambatan mengenai adanya

kegiatan khsusu untuk pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan

pengelolaan aset desa yaitu pemerintah desa harus sering

berkoordinasi dan bekerja sama dengan perangkat desa, lembaga

terkait dan juga pihak yang terkait dalam aset desa, karena dari

seringnya berkoordiasi dan kerjasama dapat merubah segalanya

menjadi lebih baik.

Sedangkan berdasrakan tanggapan informan keduan mengenai

upaya dalam adanya kegiatan khsuus untuk pemeuhan kebutuhan

dapat dijelaskan sebagai berikut:

“diupayakan aparatur desa atau BPD walaupun krluaran SLTA


harus memahami tentang kepemerintaha, dan lebih bagus lagi
jika sekolah lagi dan mengambil jurusan yang menjadi tugas
dan fungsinya di desa “.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan

bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah perangkat desa yang

181
masih lulusan SLTA, seharusnya berkeinginan untuk sekolah yang

lebih tinggi lagi sesuai tugas dan fungsinya di desa tersebut agar lebih

paham terkait dengan kepemerintahan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi mengenai upaya

untuk menangani hambatan dalam adanya kegiatan khusus untuk

pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan pengelolaan aset desa

dapat dideskripsikan bahwa pemerintah desa harus selalu

berkoordinasi dengan semua perangkat dan lembaga yang ada di desa

utama, dan diupayakan aparatur desa harus terusberusaha agara

pemerintah desa harus terus meningkat menjadi lebih baik lagi dan

layak untuk menjadi contoh untuk yang lainnya.

2. Asas Kepastian Hukum

a. Adanya Keputusan Kepala Desa Yang Mengatur Tentang

Penggunaan Aset Desa Yang Ditetapkan Setiap Tahun

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya,berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis

di Desa Utama Kecamtan Cijengjing Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan hasil wawanacara dengan informan satu yang

mewakili dari tujuh informan mengenai hambatan tentang adanya

keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaanaset desa

yang ditetapkan setiap tahun, diperoleh penjelasan bahwa:

“diadakannya musyawarah, dan lebih mementingkatn apa yang


menjai kebutuhan masyarakatnya”.

181
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti mengenai upaya dalam menangani hambatan tentang adanya

keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset desa

yang ditetapkan setiap tahun dapat dideskripsikan bahwa pemerintah

desa harus lebih sering lagi mengadakan musywarah bersama dan juga

lebih memetingkan lagi masyarakatnya, apa yang menjadi kebutuhan

masyarakat harus diutamakan terlebih dahulu, karena pemerintah desa

tidak akan maju tanpa adanya masyarakat.

b. Adanya Pihak Pengawas Yang Ditunjuk Oleh Pemerintah Desa

Dalam Pengelolaan Aset Desa

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut adalah wawancara yang dilakukan penulis di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis:

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan satu tentang

upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan mengenai adanya

pihak pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah desa dalam

pengelolaan aset desa, diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“untuk ke depannya ingin ada sosialisasi transparansi kepada


masyarakat, karena desa itu milik masyarakat bukan milik
pribadi, seharusnya masyarakat tahu apa saja kegiatan yang
dilakukan oleh desa”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat penulis jelaskan

bahwa pemerintah desa harus lebih transparansi lagi kepada

181
masyarakat, karena tanpa masyarkat desa tidak mungkin ada, karena

desa adalah milik bersama.

Berdasrkan wawancara dengan informan dua, diperoleh

penjelasan sebagai berikut:

“upaya untuk mnegatasi hambatan mengenai adanya pihak


pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah desa dalam
pengeleloaan aset desa ini, jika ingin lebih aman lagi,
seharusnya ada pengawas khusus untuk aset desa, agar tidak
campur aduk dengan urusan yang lainnya”.

Berdasrakan hasil wawancara tersebut dapat didefinisikan

bahwa upayanya harus ada pengawas khusus untuk pengelolaan aset

desa, agar pengawas tersebut tidak double job dengan urusan yang

lainnya, dan pengelolaan aset desa akan lebih aman lagi.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan mengenai

upaya untu menangani hambatan tentang adanya pihak pengawass

yang ditunjuk oleh pemerintah desa dalam pengelolaan aset desa,

dapat dideskripsikan bahwa jika ingin lebih aman, pemerintah desa

harus mempunyai pengawas khusus utuk aset desa agar tidak segala

sesuatu yang berkaitan dengan aset desa dapat terperinci dengan baik.

3. Asas Keterbukaan

a. Adanya Transparansi Dalam Mengelola Aset Milik Desa

Terhadap Pihak Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Aset Desa

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut wawancara yang dilakukan penulis di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

181
Berdasarkan hasil wawancara dengan infroman satu tentang

upaya untuk mengatasi hambatan mengenai addanya transparansi

dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak yang terlibat dalam

pengelolaan aset desa, diperoleh penjelasan bahwa:

“membuka jalur komunikasi dan dan informanasi, melakukan


koordinasi kemudian memberi kesepakatan dengan pemegang
aset, jadi hal-hal yang krusial dibebankan kepada pemegang
aset”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat penulis

definisikan bahwa upaya yang harus dilakukan yaitu membuka jalur

komunikasi dan informasi terhadap pihak yang terlibat dengan aset

desa dan melakukan koordinasi, kemudian saling menyetujui bahwa

hal-hal yang ringan dibebankan kepada pemegang aset tersebut.

Sementara berdasarkan wawancara dengan informan dua dan

informan tiga mngetakan bahwa:

“harus saling mengingatkan kembali, tim pengelola harus aktif


dan tidak harus dipinta terlebih dulu seharusnya harus inisiatif,
dan pemerintah desa harus menginformasikan karena pihak
yang terlibat harus tahu apa yang terjadi di desa”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti mengenai upaya untuk menangani hambatan dalam adanya

transparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak yang

terlibat dalam pengelolaan aset desa, maka dari itu dapat

dideskripsikan pihak terkait dengan pengelolaan aset desa harus saling

berkoordinasi dan lebih selektif lagi terhadap potensi desa, jika ada

181
sesuatu hal yang penting yang harus diinformasikan, harus saling

terbuka dan dmusyawarahkan bersama.

b. Masyarakat Memiliki Hak/Akses Untuk Mendapatkan Informasi

Terkait Dengan Pengelolaan Aset Desa

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut wawancara yang dilakukan penulis di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan tanggapan informan satu tentang uapaya untuk

mengatasi hambatan mengenai masyarakat memiliki hak/akses untuk

mendapatkan iformasi terkait dengan pengelolaan aset desa diperoleh

penjelasan sebgai berikut:

“agar mempermudah informasi sampa tepat waktu dan tepat


sasaran, kami menggunakan alat, salah satunya dengan media
telekomunikasi yaitu handphone dan balai desa, setiap
informasi dari desa kepala dususn selalu
memusyawarahkannya kepada masyarakat “.

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis definisikan bahwa

untuk mempermudah informasi cepat sampat dan tepat sasaran, kepala

dusun menggunakan media telekomunikasi misalnya dengan

handphone dan balai desa digunakan untuk bermusyawarah bersama,

jadi informasi yang didapat dari pemerintah desa selalu tersampaikan

kepada masyarakat.

Sementara berdasarkan tanggapan informan dua dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut:

181
“seharusnya diupayakan dalam musyawarah harus hadir, dan
informasi harus sampai kepada masyarakat, dan dalam sarana
prasarana lebih ditingkatkan lagi”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti mengenai upaya untuk menangani hambatan tentang

masyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan nformasi terkait

dengan pengelolaan aset desa, maka dapat dideskripsikan bahwa

pemerintah desa harus lebih transparanssi terhadap masyarakat, dan

begitu juga dengan masyarakatnya, jika ada undangan untuk

bermusyawarah di desa harusnya masyarakat diupaayakan untuk ikut

bermusyawarah bersama.

4. Asas Efisisensi

a. Adanya Pembinaan Dan Peningkatan Kompetensi Dalam

Pengelolaan Aset Desa Secara Langsung Maupun Tidak Langsung

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut wawancara yang dilakukan peneliti di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

berdasarkan hasil wawancara dengan informan satu menganai

upaya untuk mengatasi hambatan tentang adanya pembinaan dan

peningkatan kompetensi dalam pengelolaana set desa secara langsung

maupun tidak langsung, diperoleh penjelasan sebgai berikut:

“harusnya ada pembinaan dalam peningkatan kompetensi


khusus untuk pengelolaan aset desa misalnya diadakan
pelatihan-pelatihan khusus terkait aset desa”.

181
Dari hasil wawancara terseut dapat penulis definisikan bahwa

untuk meningkatkan kompetensi terkait aset desa, seharusnya

pemerintah desa mengadakan pelatihan-pelatihan khusus untuk

pengelolaan aset desa, dan seharusnya pembinaan dalam peningkatan

kompetensi aset desa seharusnya rutin dilakukan maupun secara

langsung atau secara tidak langsung.

Berdasarkan tanggapan dari informan dua, mengenai upaya

untuk mengatasi hambatan dapat diperoleh penjelasan bahwa:

“harus lebih ditingkatkan lagi apa yang menjadi kebutuhan


masyarakat selagi itu tidak merugikan, karena masyarakat
adalah no.1 yang harus dilayani oleh masyarakat”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

penulis mengenai upaya untuk menangani hambatan tentang adanya

pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa

secara langsung maupun tidak langsung, dapat dideskripsikan bahwa

pemerintah desa harus mengadakan pelatihan-pelatihan terkait dengan

aset desa agar aset yang ada bisa lebih bermanfaat lagi dan bisa

menjadi pendapatan asli desa di desa utama, dan apa yang menjadi

kebutuhan masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi agar kompetensi

pengelolaan aset desa lebih meningkat lagi.

b. Aset Yang Sudah Ditetapkan Penggunaanya Harus

Diinventarisisasi Ke Dalam Buku Inventaris Desa

181
Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut wawancara yang dilakukan peneliti di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan tanggaapan dari infoman satu yang mewakili dari

tujuh informan mengenai upaya untuk mengatasi hambatan dalam aset

yang sudah ditetapkan penggunaannya harus diinventarisasi ke dalam

buku inventaris desa diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“harus memperdalam lagi pengetahuan tentang pengelolan aset


desa, dan seharusnya ada aplikasi khusus untuk aset desa, agar
dapat mempermudah dalam pengerjaan dan tidak ribet, yang
memegang urusan dalam pengelolaan aset desa harus
bertanggung jawab dan yang terkait juga harus saling
memiliki”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

penulis mengenai upaya dalam menangani hambatan tentang aset yang

sudah ditetapkan penggunaannya harus diinventarisasi ke dalam buku

inventaris desa, maka dapat dideskripsikan bahwa pemerintah desa

harus lebih terbuka lagi dengan pihak pengelola aset desa terkait

dengan pengiventarisasian buku inventaris desa dan juga harus

mementingkan menggunakan aplikasi khusus untuk aset desa, agar

mempermudah pekerjaan dan dokumen tentang aset desa teratata

dengan baik.

5. Asas Akuntabilitas

a. Adanya Koordinasi Dan Laporan Aspek-Aspek Pengelolaan Aset

Desa Di Dalam Ruang Lingkup Pemerintah Desa

181
Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut wawancara yang dilakukan peneliti di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan tanggapan dari informan satu yang mewakili

tanggapan semu informan tentang upaya untuk mengatasi hambatan

mengenai adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset

desa di dalam ruang lingkup pemerintah desa, mengatakan bahwa:

“seharusnya ada laporan dari pihak pengelola kepada pemeritah


desa, dan harus sering mengadakan sharing dengan yang
lainnya, kita belajar dari diri sendiri terlebih dulu”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti

lakukan mengenai upaya dalam menangasin hambatan tentang adanya

koordinasi dan laporan spek-aspek pengelolaan aset desa di dalam

ruang lingkup pemerinah desa, dapat dideskripsikan pemerintah desa

harus melakukan sharing dengan yang lainnya dan kmasukan-masukan

dari pihak yang lainnya bisa dijadikan wawasan yang lebih baik lagi,

agar pemerintah desa menjadi lebih baik lagi.

b. Kepala Desa Melaporkan Hasil Pengelolaan Set Desa Kepada

Bupati/Wali Kota Melalui Camat

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut wawancara yang dilakukan peneliti di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan satu yang

mewakili dari informan lain dapat diperoleh penjelasan bahwa:

181
“kepala desa harus selalu konsisten memberikan laporan
kepada camat, dan pihak camat harus rutin menanyakan hasil
laporan terkait aset desa kepada kepala desa”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan,

mengenai upaya dalam menangani hambatan tentang kepala desa

melaporkan hsail pengelolaan aset desa kepada bupati/walikota

melalui camat, maka dapat dideskripsikan seharusnya dengan

kesadaran sendiri diupayakan untuk melaporkan hasil pengelolaan

aset desa kepada bupati/walikota melalui camat tanpa harus dipinta

dulu oleh pihak camat, walaupun pihak camat selalu mengabaikannya

kepala desa harus tetap menyampaikan hasil pegelolaan aset desa.

6. Kepastian Nilai

a. Memanfaatkan Dan Mengevaluasi Tehadap Penggunaan Barang

Secara Berkesinambungan, Sehinnga Nilai Ekonomi Berbanding

Lurus Dengan Nilai Manfaat

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut wawancara yang dilakukan peneliti di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan tanggaapan informan satu yang mewakili seluruh

tanggapan dari informan lainnya mengenai upaya untuk mengatasi

hambatan dalam memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap

181
penggunaan barang secara berkesinambungan, sehinnga nilai ekonomi

berbanding lurus dengan nilai manfaat, diperoleh penjelasan bahwa:

“untuk pemerintah desanya sendiri, harus lebih mengenali


kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat, dan untuk
masyarakat, seharusnya lebih mandiri, tidak harus menunngu
dulu bantuan turun dari pemerintah, harusnya apa yang ada
saat ini hrus dikembangkan lagi”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis

lakukan mengenai upaya dalam menangani hambatan tentang

memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap penggunaan barang secara

berkesinambungan, sehinnga nilai ekonomi berbanding lurus dengan

nilai manfaat, dapat dideskripsikan, untuk masyarakatnya seharusnya

lebih mandiri, jangan hanya menunggu bantuan turun dari pemerintah

desa, harus berinisiatif agar desa lebih maju lagi, dan untuk

pemerintah desa pun harus lebih mengenali dan mendengarkan

aspirasi masyarakatnya.

b. Adanya Kesesuaian Antara Dana Yang Dikelaurkan Dengan

Barang Yang Dibeli Dari Pengelolaan Aset Desa

Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi

hambatannya, berikut wawancara yang dilakukan peneliti di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan tanggapan dari infoeman satu mewakili seluruh

tanggapan dari tujug informan mengenai upaya untuk mengatasi

hambatan dalam adanya kesesuaian antara dana yag dikeluarkan

181
dengan barang yang dibeli dari pengelolaan aset desa, diperoleh

penjelasan sebagai berikut:

“aset desa harus diinventarisir lagi, apa ang menjadi kebutuhan


setiap dusunnya, dan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat
harus lebih ditingkatkan lagi “.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

penulis mengenai upaya dalam menangani hambatan tentang adanya

keseuaian antar dana yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli dari

pengelolaan aset desa, dapat dideskripsikan pemerintah desa harus

mengutamakan kebutuhan yang benar-benar diperlukan lagi dan

mengutamakan kebiutuhan masyarakatnya, karena masyarakatlah desa

ada dan maju lebih baik.

4.3 Interpretasi Data Dan Triangulasi Data

Setelah menyajikan transkipsi hasil wawancara, penulis melakukan

interpretasi data dan uji validasi data. Dimana pengertian interpretasi data

menurut L. R. Gay (1996 : 458) yaitu “suatu usaha yang dilakukan untuk

menemukan arti atau jawaban dari data”. Interpretasi data bermanfaat

untuk mencari makna dan hasil penelitian dari data yang diperoleh dengan

teori-teori yang relevan dengan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif

ini digunakan menggunakan triangulasi yang sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan oleh moleong (2011 : 330) triangulasi adalah:

“teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu


yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

181
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya”.

Triangulasi ini menjelaskan bahwa yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah triangulasi sumber data, yang dimana dilakukan

dengan mengenali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber

pengolahan data, dengan arti membandingkan sumber yang berbeda

seperti hasil wawancara, observasi dan studi kepustakaan kemudian

diambil kesimpulan mengenai apa yang diteliti. Kegunaan interpretasi data

dan triangulasi data yaitu untuk mengetahui sejauhmana ketepatan data

yang diperoleh, apakah relevan atau tidak terkait dengan hasil penelitian

yang dilakukan.

Dari pengertian interpretasi data dan triangulasi dapat disimpulkan

bahwa setelah mencari data yang bermanfaat yang diperoleh dari data-data

yang relevan, kemudian hasil penelitian ini dibandingkan antara hasil

wawancara dengan hasil observasi, apakah pemerintah desa sudah

melakukan tugas dan fungsinya yang sesuai dengan teori-teori yang

relevan.

Untuk lebih jelasnya, dapat peneliti uraikan interpretasi data

tersebut dalam beberapa indikator yang dijadikan acuan dalam mengetahui

pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

1. Asas Fungsional

a. Adanya pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa

sesuai tugas dan fungsinya

181
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 5 informan menyatakan bahwa pengelola aset desa sudah

dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menurut 2 informan

menyatakan bahwa pengelola aset desa yang dietapkan pemerintah

desa belum bisa dikatakan dengan baikkarena masih terkendala dari

pihak lain, tetapi Surat Keputusan (SK) sudah dibuat karena sudah

keharusan bagi desa harus ada tim pengelola khusus untuk aset desa.

Kemudian berdasarkan hasil observasi, terkait dengan

pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa sudah ada, yaitu

kasi pelayanan yang dibantu oleh kasi umum dan pegawai lainnya

yang berkaitan dengan aset desa. Dalam pengelolaannya pun sudah

dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsinya, tetapi hasil dari

pengelolaan aset itu sendiri tidak selalu berjalan dengan maksimal. Ini

jelas tercantum dalam pendapat menurut ahli yang dikemukakan oleh

Mangkunegara, (2005 : 67):

“(3) kemampuan kerja merupakan hassil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seoarang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya”.

Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara dan observasi

serta dikaitkan dengan teori di atas, didapatkan gambaran bahwa

dalam mengukur pengelolaan aset desa yang ditetapkan pemerintah

desa sesuai tugas dan fungsinya dapat dikatakan belum optimal,

karena bisa dilihat dari hasil pengelolaan aset desa belum dirasakan

181
oleh perangkat desa maupun masyarakat desa dan harus ada evaluasi

khusus untuk pengelolaan aset desa.

b. Adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, ada empat (4)

informan yang menyatakan bahwa samapai saat ini belum ada

kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan

aset desa, yang hanya berpatokan pada tupoksi perangkat yang

ditugaskan, karena hanya sebatas mencatat saja dan dirasa juga belum

begitu diperlukan. Tiga (3) informan menyatakan ada dan itu sudah

sesuai kebutuhan contohnya dibangunnya JIDES (Jaringan Irigasi

Desa).

Berdasarkan hasil observasi mengenai adanya kegiatan khusus

untuk pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan aset desa, yaitu

belum ada kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan aset desa, karena terkendala dengan tidak adanya

anggaran khusus untuk pengelolaan aset desa, tetapi pemerintah desa

sedang berusaha untuk meningkatkan pengelolaan aset desa. Dalam

Permendagri no.1 tahun 2016 tentang pengelolaan aset desa bahwa:

“pemenuhan kebutuhan adalah Kegiatan untuk melakukan


pemenuhan kebutuhan barang dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa”.

Berdasarkan penelitian dan ungkapan teori bahwa

pengambilan keputusan yang di lakukan oleh aparat pemerintah desa

181
harus sesuai dengan tupoksi, dan untuk pemenuhan kebutuhan agar

pengelolaan aset desa berjalan dengan baik, sebaiknya pemerintah

Desa Utama mengadakan lebih banyak kegiatan untuk menunjang

terselenggaranya pengelolaan aset desa yang lebih baik.

2. Asas Kepastian Hukum

a. Adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentang

penggunaan aset desa yang ditetapkan setiap tahun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 4 informan menyatakan bahwa sudah adanya keputusan

kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset desa yang

ditetapkan setiap tahun. Menurut 3 informan menyatakan bahwa belum

ada keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset

desa yang di tetapkan setiap tahun karenabelum dirasa perlu, hanya

jika kepala desa mengundurkan diri ada PerDes nya, juga ketetapan itu

adanya di kasi umum yang mengelola aset desa.

Berdasarkan hasil observasi mengenai adanya adanya

keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset desa

yang ditetapkan setiap tahun, yaitu untuk keputusan kepala desa dalam

mengelola aset desa memang ada, tapi keputusan tersebut tidak

khusus, keputusan tersebut masih menyatu dengan urusan yang

lainnya. Hal ini dapat di jelaskan menurut Kamus Besar Bhasa

Indonesia (KBBI) bahwa:

181
“(1) hal berwenang (2) hak dan kekuasaan yang dipunyai

untuk melakukan sesuatu: ”

Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara dan observasi

serta dikaitkan dengan teori di atas, didapatkan gambaran bahwa

keputusan kepala desa dalam memutuskan sesuatu yang ada di desa

sangat diperlukan, karena keputusan kepala desa lah yang bisa

membuat suatu pemerintahan desa lebih bagus dan lebih berkualitas

lagi.

b. Adanya pihak pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah desa

dalam pengelolaan aset desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, ada 6 informan

yang menyatakan bahwa sampai saat ini belumadanya pihak pengawas

yang di tunjuk oleh pemerintah desa dalam pengelolaan aset desa,

karena dirasa pengawas untuk pengelolaan aset desa belum di

perlukan, semua perangkat desa dan masyarakt yang terlibat dalam

pengelolaan aset desa , bersama-sama mengawasi pengelolaan aset

desa itu sendiri. 1 informan menyatakan ada pengawas yang ditunjuk

oleh pemerintah desa yaitu kaur umum ke sekretaris desa.

Berdasarkan hasil observasi mengenai adanya pihak pengawas

yang di tunjuk oleh pemerintah desa dalam pengelolaan aset desa,

yaitu sejauh ini belum ada pengawas khusus untuk pengelolaan aset

yang di miliki oleh Desa Utama karena semua aparat dan BPD, juga

masyarakat di harapkan bisa mengawasi pengelolaan aset desa dengan

181
cara bersama-sama, hanya di kembalikan kepada kasi umum untuk

mengontrol dan mengecek saja. Menurut S.P Siagian (2011 : 2):

“pengawasan adalah sebuah proses pengamatan pelaksanaan


dari seluruh kegiatan organisasi untuk dapat menjamin supaya
seluruh pekerjaan yang sedang dilakukan dpat sesuai dengan
rencana yang sudah ditentukan sebelumnya”.

Berdasarkan wawancara dan observasi dan ungkapan teori

bahwa pengelolaan aset desa sudah seharusnya di lakukan berdasarkan

hukum dan aturan perundang-undangan oleh setiap pemerintah desa

dan mesti adanya salah satu pegawai yang di beri tanggung jawab

untuk mengelola aset desa tersebut, agar setiap aset yang ada di

lingkungan pemerintah desa dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

3. Asas Keterbukaan

a. Adanya transparansi dalam mengelola aset milik desa terhada

pihak yang terlibat dalam pengelolaan aset desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh semua informan menyatakan bahwa di Desa Utama sudah

adanya transparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak

yang terlibat dalam pengelolaan aset desa, dalam pengelolaan aset desa

ini sudah sangat terbuka, kepala desa dan aparat pemerintah desa

setiap 1 minggu sekali bermusyawarah dan mengemukakan apa saja

informasi tentang aset desa

Kemudian berdasarkan hasil observasi, terkait adanya

transparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak yang

181
terlibat dalam pengelolaan aset desa, yaitu pemerintah desa selalu

terbuka terhadap pihak terkait, karena pemerintah selalu hiperaktif

dalam memberikan informasinya. Dengan demikian, pemerintah desa

sudah melakukan tupoksinya sebagai pegawai desa dan sesuai aturan

yang berlaku.dan ini dapat dijelaskan oleh pendapat ahli menurut Hari

Sabarno (2004 : 30):

“transparansi merupakan salah satu aspek mendassar bagi


terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Perwujudan tata pemerintahan yang baik mensyaratkan adanya
keterbukaan, keterlibatan, dan kemudahan akses bagi
masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemerintah”.

Berdasarkan wawancara dan observasi dan ungkapan teori

bahwa dalam pengelolaan aset desa pmeritah desa harus saling

transparansi terhadap pihak yang terlibat Keterbukaan dan kemudahan

informasi penyelenggraan pemerintahan memberikan pengaruh untuk

mewujudkan berbagai indikator lainnya.

b. Masyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan informasi

terkait dengan pengelolaan aset desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, sesmua

informan yang menyatakan bahwa masyarakat memiliki hak/akses

untuk mendapatkan informasi terkait dengan pengelolaan aset desa,

yaitu di Desa utama ini masyarakat memiliki hak atas informasi

tentang aset desa, salah satu nya dengan adanya musyawarah yang di

lakukan setiap 1 minggu sekali, meskipun tidak semua masyarakat

yang ikut dalam musyawarah tersebut, hanya dari tingkat RT ke atas

181
saja, di harapkan dengan perwakilan tersebut, masyarakat mampu

mengetahui informasi tentang aset desa.

Berdasarkan hasil observasi mengenai masyarakat memiliki

hak/akses untuk mendapatkan informasi terkait dengan pengelolaan

aset desa, yaitu masyarakat selalu memiliki hak/akses untuk

mendapatkan informasi, selagi informasi yang diinginkan itu masih

dalam batas kewajaran, masyarakat selalu di beri tahu ketika akan

diadakan musyawarah. dan ini dapat dijelaskan oleh pendapat ahli

menurut Hari Sabarno (2004 : 30):

“transparansi merupakan salah satu aspek mendassar bagi


terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Perwujudan tata pemerintahan yang baik mensyaratkan adanya
keterbukaan, keterlibatan, dan kemudahan akses bagi
masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemerintah”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi serta ungkapan

teori bahwa sejauh ini pemerintah desa dan masyarakat sudah sangat

terbuka, ini di buktikan dengan adanya musyawarah antara pemerintah

desa dan masyarakat yang di lakukan 1 minggu sekali membahas

tentang aset desa tersebut, masyarakat mengetahui info tentang aset

desa minimalnya perwakilan dari masyarakat.

4. Asas Efisensi

a. Adanya pembinaan dan peningkatan ompetensi dalam

pengelolaan aset desa seara langsung maupun tidak langsung

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 6 informan menyatakan bahwaada pembinaan dan

181
peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa secara langsung

maupun tidak langsung. Menurut 1 informan menyatakan pembinaan

dan peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa secara

langsung maupun tidak langsung tidak ada, tetapi dari pihak desa

sebagai perangkat desa selalu saling mengawasi.

Kemudian berdasarkan hasil observasi, terkait denganadanya

pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa

secara langsung maupun tidak langsung, yaitu ada pembinaan dan

peningkatan kompetensi terkait aset pemerintahan, karena pemerintah

mempunyai dana yang turun ke desa sekitar 40% untuk pemberdayaan.

Menurt suparno (2005 : 24) bahwa:

“competency refers to on individual’s knowledge, skill, ability


or personality characteristics that directly influence job
performen”.

Artinya, kompetensi mengandung aspek-aspek pengetahuan,

ketrampilan (keahlian) dan kemampuan ataupun karakteristik

kepribadian yang mempengaruhi kinerja.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi serta ungkapan

teori diatas bahwa pembinan dan peningkatan kompetensi dalam suatu

suatu pemerintaha wajib ada demi kinerja yang lebih bagus lagi.

b. Aset yang sudah ditetapkan penggunaannya harus

diinventarisasikan ke dalam buku inventaris desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, ada 1 informan

yang menyatakan bahwa tidak adaaset yang sudah di tetapkan

181
penggunaannya di investasikan ke dalam buku inventaris desa karena

deasa hanya memeberikan kebijakan umumnya saja, ada kaur umum

yang memegang inventarisasi tentang aset desa,1 informan

menyatakan masih dalam proses. 5 informan menyatakan ada aset

yang sudah di tetapkan penggunaannya di investasikan ke dalam buku

inventaris desa dan itu selalu di catat oleh bagian kaur umum.

Berdasarkan hasil observasi aset yang sudah di tetapkan

penggunaannya harus di investasikan ke dalam buku inventaris desa,

yaituada buku inventarisasi yang dipegang oleh bagian kaur umum, di

dalamnya ada catatan asaet desa untuk laporan dan akan di sesuaikan

dengan ADD. Hal ini dapat dijlaskan oleh pendapat ahli menurut

chabib sholeh dan heru rochmansjah (2010 : 180):

“inventarisasi merupakan kegiatan/tindakan untuk melakukan


penghitungan, pengurursan, penyelenggaraan peraturan,
pencatatan data dan pelaporan barang milik daerah dlam unit
pemakaian”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi serta dikaitkan

dengan ungkapan teori bahwa di Desa Utama ini dalam pengelolaan

aset desa sudah di arahkan dengan cukup baik, ada jadwal pembinaan

agar penegelolaan aset desa berjalan dengan baik dan pengelolaan aset

desa yang sudah di tetapkan penggunaannya di catat oleh aparat yang

berwenang untuk laporan.

5. Asas Akuntabilitas

181
a. Adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset desa

di dalam ruang lingkup pemerintah desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 4 informan menyatakan sudah ada koordinasi dan laporan

aspek-aspek peneglolaan aset desa di dalam ruang lingkup pemerintah

desa tetapi belum maksimal. Menurut 3 informan menyatakan bahwa

koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset desa di dalam

ruang lingkup pemerintah desabelum ada laporan khusus, menyatakan

sampai saat ini belum ada koordinasi dan laporan aspek-aspek khusus

dalam pengelolaan aset desa.

Kemudian berdasarkan hasil observasi, terkait dengan adanya

koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan aset desa di dalam

ruang lingkup pemerintah desa, yaitu koordinasi selalu ada tetapi untuk

laporan aspek-aspek pengelolaan aset desa belum maksimal di

laksanakan, hanya di catat saja oleh aparat pemerintah tetapi belum

ada laporan khusus pengelolaan aset desa. Ini dijelaskan oleh

pendapat ahli menurut G.R Terry dalam buku Hasibuan (2006 :85)

mengemukakan bahwa:

“koordinasi merupakan suatu usaha yang sinkron dan teratur


untuk menyediakan jumlah dn waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan
yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah
ditentukan”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi serta dikaitkan

dengan ungkapan teori bahwa dalam koordinasi di desa utama setiap

181
kegiatan selalu saling berkoordinasi dengan yang lainnya yaitu

perangkat desa dan pihak terkait dengan kegiatan tersebut.

b. Kepala desa melaporkan hasil pengelolaan aset desa kepada

buptai/walikota melalui camat

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, ada 1 (satu)

informan yang menyatakan bahwa tidak ada aset yang sudah di

tetapkan penggunaannya di investasikan ke dalam buku inventaris desa

karena deasa hanya memeberikan kebijakan umumnya saja, ada kaur

umum yang memegang inventarisasi tentang aset desa, 1 (satu)

informan menyatakan masih dalam proses. 5 (lima) informan

menyatakan ada aset yang sudah di tetapkan penggunaannya di

investasikan ke dalam buku inventaris desa dan itu selalu di catat oleh

bagian kaur umum.

Berdasarkan hasil observasi adanya kesesuaian antara dana

yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli dari pengeloalaana aset

desa, yaitu ada buku inventarisasi yang dipegang oleh bagian kaur

umum, di dalamnya ada catatan asaet desa untuk laporan dan akan di

sesuaikan dengan ADD.

Menurut Nurcholis (2011 : 94) menyatakan salah satu asas –

asas pengelolaan aset desa yaitu asas akuntabilitas merupakan seluruh

proses dan kegiatan pengelolaan aset desa dari usulan hingga

pencapaian, hasilnya harus dapat di pertanggung jawabkan pada semua

pihak terutama masyarakat.

181
Berdasarkan hasil wawanacara dan tobsevasi disertai dengan

ungkapan teori diatas bahwa setiap pegawai pemerintah desa dan

pemerintah kecamatan ada koordinasi setiap kali rapat, dan pemerintah

desa melaporkan hasil pengelolaan aset desa tersebut untuk

mempertanggung jawabkan kegiatan pengelolaan aset desa yang masih

di rencanakan atau yang sudah dilaksanakan.

6. Asas Kepastian Nilai

a. Memanfaatkan dan megevaluasi terhadap penggunaan barang

secara berkesinambungan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, semua

informan menyatakan sudah memanfaatkan dan mengevaluasi

terhadap penggunaan barang secara berkesinambungan, sehingga

ekonomi berbanding lurus dengan nilai manfaat, karena pembelian

barang di sesuaikan dengan apa yang di butuhkan untuk pengelolaan

aset desa.

Kemudian berdasarkan hasil observasi, terkait dengan

memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap penggunaan barang secara

berkesinambungan, yaitu pihak pemerintah desa sebelum

mengeluarkan barang atau aset desa selalu direncanakan terlebih

dahulu dan di musyawarahkan dengan berbagai pihak terkait. Ini

181
dijelaskan oleh pendapat ahli menurut Burg dalam buku Lysons

(2000) mengemukakan bahwa:

“logistik adalah intergrasi dari pengadaan, transportasi


manajemen persediaan dan aktifitas pergudangan dalam
menyediakan alat/cara yang berbiaya efektif, untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan, baik internal maupun eksternal”.

Berdasarkan hasil wawancara dan obsevasi disertai dengan

ungkapan teori diatas bahwa pemanfaatan dan pengevaluasian

terhadap penggunaan barang yang berkesinambungan sudah

dilaksankan di desa tersebut, semua aset desa berupa barang selalu

bermanfaat dan sudah sesuai kebutuhan.

b. Adanya kesesuaian antara dana yang dikeluarkan dengan barang

yang dibeli dari pengelolaan aset desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, 7 informan

menyatakan bahwa antara dana yang dikeluarkan dengan barang yang

dibeli dari pengeloalaana aset desa sudah sesuai, pemerintah desa

sudah melakukan kesesuaian antara dana yang dikeluarkan dengan

barang yang dibeli oleh pemerintah desa, pemerintah selalu

mengeluarkan dana sesuai kebutuhan desa, karena kebutuhan di desa

selalu disesuaikan dengan anggaran yang sudah direncanakan dan di

musyawarahkan sebelumnya.

Berdasarkan hasil observasi adanya kesesuaian antara dana

yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli dari pengeloalaana aset

desa, yaitu memang sudah sesuai dengan apa yang di butuhkan untuk

181
pengelolaan aset desa, di desa sendiri terdapat catatan-catatan

perencanaan anggaran untuk pengelolaan aset desa. Ini dijelaskan oleh

pendapat ahli menurut Munanadar ( 2007 : 11) mengatakan bahwa:

“anggaran yaitu suatu rencana yang disusun secara sistematis


yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinayatakn
dalam unit kesatuan moneter yang berlaku untuk jangka
periode tertenu yang akan datang”.

Berdasarkan hasil wawanacara dan obsevasi disertai dengan

ungkapan teori diatas bahwa setiap kebutuhan yang ada di desa utama

selalu disesuaikan degan dnaa yang sudah direncanakan sebelumnya,

dan di desa utama sendiri apa yag dikeluarkan dari dana tersebut dan

apa yang dibeli sudah disepakati bersama. Pengelolaan aset desa di

laksanakan dengan berbagai pertimbangan oleh aparat pemerintah

desa, sebelum membeli apa yang di butuhkan untuk pengelolaan aset

desa, selalu ada musyawarah terlebih dahulu untuk menentukan

anggaran, agar apa yang di beli sesuai dengan kebutuhan dan lebih

efektif untuk kemanfaatan khalayak umum.

Berikut adalah interpretasi data dan triangulasi data mengenai

hambatan-hambatan tentang pengelolaana set desa oleh pemerintah

desa di desa utama kecamatan cijeungjing kabupaten ciamis dapa

dijabarkan sebagai berikut:

1. Asas Fungsional

a. Adanya pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa

sesuai tugas dan fungsinya

181
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 4 (empat) jawaban informan yang menyatakan bahwa

pengelola aset desa yang di tetapkan pemerintah desa sesuai tugas dan

fungsinya masih terdapat hambatan, banyak yang tidak mengetahui

keseluruhan perihal aset desa dikarenakan pergantian kepala desa,

karena setiap mengganti kepala desa, kebijakan pun akan berubah,

juga masih ada sengketa tanah terkait aset desa yang sampai saat ini

belum terselesaikan dan masih di biarkan begitu saja.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikator pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah desa sesuai

dengan fungsinya, yaitu tentang pegawai pemerintah desa itu sendiri,

masih belum mempunyai kesadaran untuk berkoordinasi dengan

pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan aset desa.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, dilihat dari indikator pengelola aset desa yang

ditetapkan pemerintah desa sesuai dengan fungsinya, bahwa

ditemukannya hambatan mengenai banyaknya pegawai yang tidak

mengetahui keseluruhan tentang pengelolaan aset desa dan perlu

adanya penyelesaian tentang sengketa tanah yang belum di selesaikan.

181
b. Adanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 3 (tiga) jawaban informan yang menyatakan bahwa adanya

kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan

pengelolaan aset desa masih terdapat hambatan, yaitu kegiatan dari

pihak kecamatan belum konsisten di laksanakan dengan waktu yang

belum maksimal, dan juga SDM yang kurang memahami tentang

kepemerinthan di desa karena pegawai desa setempat memiliki rata –

rata pendidikan lulusan SLTA.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikatoradanya kegiatan khusus untuk pemenuhan kebutuhan dalam

penyelenggaraan pengelolaan aset desa, yaitu SDM yang kurang

mumpuni di karenakan pegawai di pemerintah desa rata-rata lulusan

SLTA, sehingga para pegawai belum memahami tentang

kepemrintahan desa dan juga terkendala oleh waktu yang belum

maksimal.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikator adanya kegiatan khusus untuk

pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan pengelolaan aset desa,

181
bahwa ditemukannya hambatan mengenai masih banyaknya SDM

yang bekerja di pemrintahan desa yang belum mengetahui secara

keseluruhan bagaimana mengelola aset desa dengan baik, di

karenakan pendidikan rata-rata pegawai lulusan SLTA.

2. Asas Kepastian Hukum

a. Adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentang

penggunaan aset desa yang ditetapkan setiap tahun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 2 (dua) jawaban informan yang menyatakan bahwa adanya

keputusan kepala desa yang mengatur tentang penggunaan aset desa

masih terdapat hambatan, yaitu adanya kontroversial antara satu pihak

dan pihak lainnya, di karenakan dari kebijakan yang di ambil, ada

salah satu pihak yang dirugikan dan masih dalam tahap diskusi.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikator adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentang

penggunaan aset desa, yaitu terjadinya kontroversial mengenai

keputusan kepala desa, ada salah satu pihak yang di rugikan atas

keputusan kepala desa tersebut.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikator danya keputusan kepala desa

181
yang mengatur tentang penggunaan aset desa, bahwa ditemukannya

hambatan mengenai keputusan kepala desa yang merugikan salah satu

pihak dan menjadi kontroversial, sehingga keputusan tersebut harus

diubah agar tidak ada salah satu pihak yang di rugikan.

b. Adanya Pihak Pengawas Yang Ditunjuk Oleh Pemerintah Desa

Dalam Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 1 (satu) jawaban informan yang menyatakan adanya pihak

pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah desa dalam pengelolaan aset

masih terdapat hambatan, yaitu kurang nya kerja sama antara pihak

desa dengan masyarakat, dalam hal ini masyarakat tidak bisa

mengawasi jalannya pengelolaan aset desa karena pihak desa tidak

berkonsultasi dengan masyarakat..

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikatoradanya pihak pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah desa

dalam pengelolaan aset yaitu kurangnya kerja sama antara pihak desa

dengan masyarakat, di harapkan jika pihak desa bekerja sama dengan

masyarakat, masyarakat pun bisa ikut mengawasi jalannya pengelolaan

aset desa itu sendiri.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

181
Kabupaten Ciamis, diihat dari indikatoradanya pihak pengawas yang

ditunjuk oleh pemerintah desa dalam pengelolaan aset, bahwa

ditemukannya hambatan mengenai pengawas yang di tunjuk oleh

pemerintah desa memang belum ada, juga belum adanya kerja sama

dengan masyarakat,untuk mengawasi jalannya pengelolaan aset desa di

Desa Utama diharapkan masyarakat juga dapat memantau bagaimana

jalannya pengelolaan aset desa tersebut.

3. Asas Keterbukaan

a. Adanya Transparansi Dalam Mengelola Aset Milik Desa

Terhadap Pihak Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 3 (tiga) jawaban informan yang menyatakan adanya

transparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap pihak yang

terlibat dalam pengelolaan aset desa masih terdapat hambatan, yaitu

lemahnya komunikasi dan informasi, BPD belum dapat mengetahui

adanya aset desa yang berada di luar desa dan sebagian masyarakat

belum berani menyampaikan aspirasi langsung kepada pemerintah

desa.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikatoradanya transparansi dalam mengelola aset milik desa terhadap

pihak yang terlibat dalam pengelolaan ast desayaitu sebagian

masyarakat yang ada di Desa Utama belum berani menyampaikan

181
aspirasi nya, di buktikan belum adanya catatan di kantor kepala desa

mengenai aspirasi masyarakat.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikatoradanya transparansi dalam

mengelola aset milik desa terhadap pihak yang terlibat dalam

pengelolaan aset desa, bahwa ditemukannya hambatan mengenai

transparansi memang di desa Utama ini belum banyak informasi yang

di simpan di beberapa lokasi tertentu mengenai data aset desa, bahkan

BPD juga belum mengetahui secara pasti berapa aset desa yang

dimiliki oleh Desa Utama yang berada di luar desa, perlu adanya

sosialisasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan aset desa.

b. Masyarakat Memiliki Hak/Akses Untuk Mendapatkan Informasi

Terkait Dengan Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 2 (dua) jawaban informan yang menyatatakan

bahwamasyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan informasi

terkait dengan pengelolaan aset desa masih terdapat hambatan, yaitu

kurang nya kekompakan bersama, misalnya jika di undang dalam

musyawarah mengenai penegelolaan aset desa sebagian ada yang tidak

hadir, masyarakat juga belum saling melengkapi dengan pihak desa.

181
Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi dilapangan,

maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikatormasyarakat memiliki hak/akses untuk mendapatkan informasi

terkait dengan pengelolaan aset desa yaitu pihak desa memang

memiliki informasi terkait dengan pengelolaan asaet desa, tetapi jarang

sekali masyarakat yang datang ke kanor kepala desa untuk mengetahui

mengenai aset desa.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikatoradanyamasyarakat memiliki

hak/akses untuk mendapatkan informasi terkait dengan pengelolaan

aset desa, bahwa ditemukannya hambatan mengenai masyarakat belum

memiliki kesadaran tersendiri untuk datang ke undangan yang di

berikan oleh pihak desa mengenai aset desa, padahal dalam orum

tersebut bagi masayarakat dapat mengeluarkan aspirasi.

4. Asas Efisisensi

a. Adanya Pembinaan Dan Peningkatan Kompetensi Dalam

Pengelolaan Aset Desa Secara Langsung Maupun Tidak Langsung

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 1 (satu) jawaban informan yang menyatakan bahwa adanya

pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa

secara langsung maupun tidak langsung masih terdapat hambatan,

181
yaitu karena SDM yang belum mumpuni dalam pengelolaan aset desa

jadi SDM di pemerintahan desa belum siap mengelola aset desa yang

ada juga belum ada penekanan untuk menggunakan aplikasi khusus

aset desa.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikatoradanya pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam

pengelolaan aset desa secara langsung maupun tidak langsung yaitu

kurangnya kesadaran pegawai untuk menggunakan aplikasi khusus

untuk aset desa agar mempermudah dan memperlancar dalam

mengelola aset desa. Dan juga Sumber Daya Manusia yang belum siap

sehinnga untuk dalam pengerjaan kurang maksimal.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikatoradanya pembinaan dan

peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa secara langsung

maupun tidak langsung, bahwa ditemukannya hambatan kurangnya

kesadaran aparat pemerintah desa untuk menggunakan aplikasi khusus

untuk mengelola aset desa, perlu adanya dorongan dari pihak terkait

agar aparat pemerintah desa dapat menggunakan aplikasi khusus untuk

mengelola aset desa agar mempermudah pengelolaan itu sendiri.

181
b. Aset Yang Sudah Ditetapkan Penggunaanya Harus

Diinventarisisasi Ke Dalam Buku Inventaris Desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 2 (dua) jawaban informan yang menyatakan aset yang sudah

ditetapkan penggunaannya harus diinvetarisasikan ke dalam buku

inventaris desa masih terdapat hambatan, yaitu sejauh ini inventarisasi

belum di lakukan secara maksimal, dalam pengelolaan aset desa belum

sinkron mengenai penambahan, penyusutan, penghapusan dan lain –

lain juga tupoksi tidak maksimal.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikator aset yang sudah ditetapkan penggunaannya harus

diinvetarisasikan ke dalam buku inventaris desa yaitu dalam

menginventarisasi aset desa belum dilakukan dengan maksimal di

karenakan pegawai belum melakukan pengelolaan asaet desa sesuai

tupoksi nya.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikator aset yang sudah ditetapkan

penggunaannya harus diinvetarisasikan ke dalam buku inventaris desa,

bahwa ditemukannya hambatan yaitu belum melakukan

inventarisasikan ke dalam buku inventaris desa secara maksimal

181
karena pegawai pemerintah desa belum melakukannya sesuai tupoksi,

perlu si sinkronkan antara penambahan, penyusutan dan penghapusan

dalam pengelolaan aset desa.

5. Asas Akuntabilitas

a. Adanya Koordinasi Dan Laporan Aspek-Aspek Pengelolaan Aset

Desa Di Dalam Ruang Lingkup Pemerintah Desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 1 (satu) jawaban informan mengenaiadanya koordinasi dan

laporan aspek-aspek pengelolaan ast desa di dalam ruang lingkup

pemerintah desatidak hambatan, karena komunikasi antara pemerintah

desa dengan pihak terkait berjalan dengan baik dan saling meng

suport.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkantidak ada hambatan yang terjadi dalam

indikatoradanya koordinasi dan laporan aspek-aspek pengelolaan ast

desa di dalam ruang lingkup pemerintah desakarena dalam runag

lingkup pemerintah desa komunikasi terjalin dengan baik begitu pula

dengan pihak yang terkait dengan pengelolaan aset desa berjalan

dengan baik dan saling suport.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikator adanya koordinasi dan laporan

181
aspek-aspek pengelolaan ast desa di dalam ruang lingkup pemerintah

desa, bahwa tidak ditemukannya hambatan karenakoordinasi anatara

pihak desa dan pihak yang terkait pengelolaan aset desa sudah berjalan

dengan baik dan saling suport.

b. Kepala Desa Melaporkan Hasil Pengelolaan Aset Desa Kepada

Bupati/Wali Kota Melalui Camat

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 1 (satu) jawaban informan yang menyatakan kepala desa

melaporkan hasil pengelolaan aset desa kepada bupati/walikota

melalui camat masih terdapat hambatan, yaitu aparat pemerintah desa

masih belum memiliki kesadaran sendiri untuk melaporkan hasil

pengelolaan aset desa, kepala desa hanya menuggu di perintah untuk

melaporkan hasil pengelolaan aset desa dari pemerintah yang lebih

atas.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikator kepala desa melaporkan hasil pengelolaan aset desa kepada

bupati/walikota melalui camatyaitu kurangnya kesadaran kepala desa

maupun pegawai desa untuk melakukan pelaporan terkait dengan aset

desa melalui camat, sehingga aset yang ada tidak menjadi penghasilan

untuk pemerintah desa.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

181
oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikatorkepala desa melaporkan hasil

pengelolaan aset desa kepada bupati/walikota melalui camat, bahwa

ditemukannya hambatan yaitu belum adanya kesadaran dari kepala

maupun aparat pemerintah desa untuk melaporkan hasil pengelolaan

aset desa kepada bupati melalui camat, perlu adanya arahan dari pihak

pemerintah yang lebih atas untuk lebih menekankan para kepala desa

untuk selalu melaporkan hasil pengelolaan aset desa nya masing –

masing.

6. Kepastian Nilai

a. Memanfaatkan Dan Mengevaluasi Tehadap Penggunaan Barang

Secara Berkesinambungan, Sehinnga Nilai Ekonomi Berbanding

Lurus Dengan Nilai Manfaat

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 2 (dua) jawaban informan yang menyatakan memanfaatkan

dan mengevaluasi terhadap penggunaan barang secara

berkesinambungan, sehinnga nilai ekonomi berbanding lurus dengan

nilai manfaatmasih terdapat hambatan, yaitu belum adanya

peningkatan kembali mengenai kebutuhan bersama, dan belum

ditemukan peluang untuk memperoleh pengahasilan desa.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikatormemanfaatkan dan mengevaluasi terhadap penggunaan

181
barang secara berkesinambungan, sehinnga nilai ekonomi berbanding

lurus dengan nilai manfaat yaitu bahwa pemerintah desa kurang

menggali potensi yang seharusnya menjadi penghasilan dari aset desa

itu, sehingga tidak ada pemasukan untuk pemerintah desa dari aset

desa.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikator memanfaatkan dan

mengevaluasi terhadap penggunaan barang secara berkesinambungan,

sehinnga nilai ekonomi berbanding lurus dengan nilai manfaat, bahwa

ditemukannya hambatan yaitu pemerintah desa belum bisa menggali

potensi dari aset desa tersebut agar menjadi pengahasilan untuk desa,

perlu adanya inovasi untuk menggali potensi desa agar menjadi

pemasukan untuk pemerintah desa maupun masyarakat Desa Utama.

b. Adanya Kesesuaian Antara Dana Yang Dikelaurkan Dengan

Barang Yang Dibeli Dari Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat

diperoleh 3 (tiga) jawaban informan yang menyatakan adanya

kesesuaian antara dana yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli

dari pengelolaan aset desa masih terdapat hambatan, yaitu dalam

melakukan pengelolaan aset desa masih menggunakan dana dari

pemerintah desa sehingga harus menunggu terlebih dahulu ketika akan

181
dipergunakan juga peralatan untuk mengelola aset desa kurang

memadai.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara observasi

dilapangan, maka menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi dalam

indikatoradanya kesesuaian antara dana yang dikeluarkan dengan

barang yang dibeli dari pengelolaan aset desa yaitu dkarenakan masih

menggunakan dana pemerintah jadi belum bebas untuk menunjang

kebutuhan yang lainnya, karena tidak ada anggaran khusus untuk

mengelola aset desa lebih dalam lagi.

Berdasarkan pada jawaban dari hasil wawancara dan observasi

di lapangan, maka di peroleh gambaran bahwa pengelolaan aset desa

oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diihat dari indikator adanya kesesuaian antara

dana yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli dari pengelolaan

aset desa bahwa ditemukannya hambatan yaitu mengenai dana yang

masih menggunakan dana dari pemerintah dan perlatan yang kurang

memadai untuk mengelola aset desa, sehingga belum bisa menunjang

kebutuhan untuk pengelolaan aset desa, perlu adanya anggaran dana

untuk dapat menjalankan pengelolaan aset desa agar berjalan dengan

baik.

Berikut adalah interpretasi data mengenai upaya-upaya dalam

menangani hambatan tentang pengelolaan aset desa oleh pemerintah

181
desa di desa utama kecamatan cijeungjing kabupaten ciamis, dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Asas Fungsional

a. Adanya Pengelola Aset Desa Yang Ditetapkan Pemerintah Desa

Sesuai Tugas Dan Fungsinya

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikator adanya pengelola aset desa yang di tetapkan

pemerintah desa sesuai tugas dan fungsinya, maka diperoleh 6 (enam)

jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu harus konsisten

meminta laporan kepada pemerintah desa tentang pengelolaan aset desa

dan melakukan komunikasi dengan desa lain juga pihak terkait unituk

meningkatkan SDM yang lebih baik dalam mengelola aset desa.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai adanya pengelola aset desa yang

di tetapkan pemerintah desa sesuai tugas dan fungsinyadiperlukannya

konsistensi dari pihak camat dalam meminta laporan kepada

pemerintah desa dan juga harus lebih sering membuka komunikasi

antara pihak satu dengan pihak yang lainnya agar kinerja untuk

meningkatkan SDM semakin bagus lagi.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenaipengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di Desa

Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya untuk

181
upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai dilakukan

secara bertahap.

b. Adanya Kegiatan Khusus Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam

Penyelenggaraan Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikatoradanya kegiatan khusus untuk pemenuhan

kebutuhan dalam penyelenggaraan pengelolaan aset desa, maka

diperoleh 5 (lima) jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu

mengupayakan aparatur desa/BPD/Kelurahan meskipun lulusan SLTA

dapat mehami kepemerintahan lebih baik lagi jika melanjutkan

pendidikan sesuai bidang yang digelutinya, dan harus meningkatkan

kerja sama antar aparatur desa dengan dusun untuk mengadakan

kegiatan khusus pengelolaan aset desa.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai pemerintah desa harus selalu

berkoordinasi dengan semua perangkat dan lembaga yang ada di desa

utama, dan diupayakan aparatur desa harus terusberusaha agara

pemerintah desa harus terus meningkat menjadi lebih baik lagi dan

layak untuk menjadi contoh untuk yang lainnya.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

181
dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan semua perangkat desa

dan lembaga yang ada di desa Utama agar pemenuhan kebutuhan

dalam menyelenggarakan pengelolaan desa dapat berjalan dengan

baik.

2. Asas Kepastian Hukum

a. Adanya Keputusan Kepala Desa Yang Mengatur Tentang

Penggunaan Aset Desa Yang Ditetapkan Setiap Tahun

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikatoradanya keputusan kepala desa yang mengatur

tentang penggunaan aset desa yang ditetapkan setiap tahun, maka

diperoleh 2 (dua) jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu

mengupayakan adanya musyawarah bersama dan dan mengetahui apa

yang menjadi kepentingan masyarakat mengenai penggunaan aset

desa.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai adanya keputusan kepala desa

yang mengatur tentang penggunaan aset desa yang ditetapkan setiap

tahun, diupayakan pemerintah desa harus lebih sering lagi mengadakan

musywarah bersama dan juga lebih memetingkan lagi masyarakatnya,

apa yang menjadi kebutuhan masyarakat harus diutamakan terlebih

dahulu, karena pemerintah desa tidak akan maju tanpa adanya

masyarakat.

181
Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara pemerintah desa berupaya lebih sering

mengadakan musyawarah bersama antara aparat pemerintah desa

dengan masyarakat agar lebih mengetahui apa yang di butuhkan demi

kepentingan masyarakat.

b. Adanya Pihak Pengawas Yang Ditunjuk Oleh Pemerintah Desa

Dalam Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikatoradanya pihak pengawas yang ditunjuk oleh

pemerintah desa dalam pengelolaan aset desa,, maka diperoleh 2 (dua)

jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu pemerintah desa

ingin mengadakan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih

transparan, karena desa milik masyarakat bukan milik pribadi dan

ingin mengadakan pengawas khusus untuk mengelola aset desa agar

tidak tercampur dengan urusan yang lainnya.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenaiadanya pihak pengawass yang

ditunjuk oleh pemerintah desa dalam pengelolaan aset desa,,

diupayakan agar lebih aman, pemerintah desa harus mempunyai

181
pengawas khusus utuk aset desa agar segala sesuatu yang berkaitan

dengan aset desa dapat terperinci dengan baik.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi transparansi kepada

masyarakat agar masyarakat tahu tentang pengelolaan desa, dan

menunjuk pengawas khusus agar pelaksanaan pengelolaan aset desa

lebih efektif lagi.

3. Asas Keterbukaan

a. Adanya Transparansi Dalam Mengelola Aset Milik Desa

Terhadap Pihak Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikator adanya transparansi dalam mengelola aset milik

desa terhadap pihak yang terlibat dalam pengelolaan aset desa, maka

diperoleh 5 (lima) jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu

melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan melakukan

kesepakatan dengan pemegang aset, jadi hal-hal yang krusial di

bebankan kepada pemegang aset, tim pengelola harus aktif melporkan

hasil pengelolaan aset desa tanpa di pinta terlebih dahulu, pemerintah

membuka jalur komunikasi dan informasi agar pihak yang terlibat

dalam pengelolaan aset daerah mengetahui apa yang terjadi di desa,

181
dan baik pemerintah maupun masyarakat haru selektif dalam

mengelola aset desa.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai adanya transparansi dalam

mengelola aset milik desa terhadap pihak yang terlibat dalam

pengelolaan aset desa,diupayakan pihak terkait dengan pengelolaan

aset desa harus saling berkoordinasi dan lebih selektif lagi terhadap

potensi desa, jika ada sesuatu hal yang penting yang harus

diinformasikan, harus saling terbuka dan dimusyawarahkan bersama.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara melkukan koordinasi dengan pihak-pihak

terkait mengenai pengelolaan aset desa, membuka jalur komunikasi

dan informasi juga lebih selektif terhadap potensi yang ada di desa

Utama, berusaha melakukan musyawarah bersama untuk menciptakan

keterbukaan.

b. Masyarakat Memiliki Hak/Akses Untuk Mendapatkan Informasi

Terkait Dengan Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikator masyarakat memiliki hak/akses untuk

mendapatkan nformasi terkait dengan pengelolaan aset desa, maka

181
diperoleh 5 (lima) jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu

membuka jalur komunikasi dan informasi juga melakukan koordinasi

dengan pemegang aset, sehingga hal-hal yang kursial dibebankan

kepada pemegang aset, diupayakan ketika diadakan musyawarah

semua pihak yang terkait dapat mengahadiri musyawarah tersebut,

agar informasi dapat sampai ke masyarakat, untu mempermudah akses

untuk mendapatkan informasi tepat waktu dan tepat sasaran salah satu

media yang digunakan yaitu handphonedan balai desa, lebih

menngkatkan lagi sarana dan prasarana.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai masyarakat memiliki hak/akses

untuk mendapatkan nformasi terkait dengan pengelolaan aset

desadiupayakan pemerintah desa harus lebih transparanssi terhadap

masyarakat, dan begitu juga dengan masyarakatnya, jika ada undangan

untuk bermusyawarah di desa harusnya masyarakat diupaayakan

untuk ikut bermusyawarah bersama.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara melakukan koordinasi dengan berbagai pihak

yang terkait dengan pengelolaan aset desa dan melakukan kesepakatan

dengan pemegang aset, membuka jalur komunikasi dan informasi dan

181
mengupayakan masyarakat hadir dalam setiap musyawarah mengenai

pengelolaan aset desa agar semua informasi dapat tersampaikan, juga

agar informasi sampai dengan tepat dan cepat aparat pemerintah

meggunakan media telekomunikasi handphone, dan meningkatkan

saran adan prasarana.

4. Asas Efisisensi

a. Adanya Pembinaan Dan Peningkatan Kompetensi Dalam

Pengelolaan Aset Desa Secara Langsung Maupun Tidak Langsung

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikatoradanya pembinaan dan peningkatan kompetensi

dalam pengelolaan aset desa secara langsung maupun tidak langsung,

maka diperoleh 5 (lima) jawaban informan dalam mengatasi hambatan

yaitu harus ada pembinaan atau pelatihan-pelatihan untuk

meningkatkan kompetensi khusus pengelolaan aset desa, pengelolaan

aset desa harus seuai dengan aturan yang berlaku, menigkatkan lagi

kebutuhan masyarakat selagi tidak merugikan pihak desa.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai adanya pembinaan dan

peningkatan kompetensi dalam pengelolaan aset desa secara langsung

maupun tidak langsungdiupayakan pemerintah desa harus mengadakan

pelatihan-pelatihan terkait dengan aset desa agar aset yang ada bisa

lebih bermanfaat lagi dan bisa menjadi pendapatan asli desa di desa

utama, dan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat harus lebih

181
ditingkatkan lagi agar kompetensi pengelolaan aset desa lebih

meningkat lagi.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara akan diadakannya pembinaan atau pelatihan –

pelatihan khusus pengelolaan aset desa untuk meningkatkan

kompetensi SDM, lebih meningkatkan lagi keperluan yang di

butuhkan oleh masyarakat agar pengelolaan asaet desa dapat dilakukan

dengan maksimal.

b. Aset Yang Sudah Ditetapkan Penggunaanya Harus

Diinventarisisasi Ke Dalam Buku Inventaris Desa

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikator aset yang sudah ditetapkan penggunaannya harus

diinventarisasi ke dalam buku unventaris desa,, maka diperoleh 4

(empat) jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu yang

mengelola aset desa lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang

pengelolaan aset desa, harus ada aplikasi khusus untuk pengelolaan

aset desa agar lebih mudah dan tidak ribet dlam mengerjakannya.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai adanya aset yang sudah

ditetapkan penggunaannya harus diinventarisasi ke dalam buku

181
unventaris desa,diupayakan pemerintah desa harus lebih terbuka lagi

dengan pihak pengelola aset desa terkait dengan pengiventarisasian

buku inventaris desa dan juga harus mementingkan menggunakan

aplikasi khusus untuk aset desa, agar mempermudah pekerjaan dan

dokumen tentang aset desa teratata dengan baik.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara orangg yang khusus mengelola aset desa

memperdalam pengetahuan mengenai pengelolaan aset desa, dan di

harapkan menggunakan aplikasi khusus pengelolaan aset desa agar

lebih efektif dalam mengelola aset desa di Desa Utama.

5. Asas Akuntabilitas

a. Adanya Koordinasi Dan Laporan Aspek-Aspek Pengelolaan Aset

Desa Di Dalam Ruang Lingkup Pemerintah Desa

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikatoradanya koordinasi dan laporan aspek-aspek

pengelolaan aset desa di dalam ruang lingkup pemerinah desa maka

diperoleh 3 (tiga) jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu

seharusnya dari pihak pengelola aset desa ada laporan kepada

pemerintah desa, saling berkoordinasi dengan pihak yang lain agar

181
dapat masukan-masukan agar pengelolaan aset desa lebih meningkat

lagi.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai adanya koordinasi dan laporan

spek-aspek pengelolaan aset desa di dalam ruang lingkup pemerinah

desa diupayakansharing dengan yang lainnya dan kmasukan-masukan

dari pihak yang lainnya bisa dijadikan wawasan yang lebih baik lagi,

agar pemerintah desa menjadi lebih baik lagi..

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara sharing dengan pihak-pihak terkait dan

mengupayakan pihak yang mengelola aset desa melaporkan hasil

pengelolaan nya kepada pemerintah desa.

b. Kepala Desa Melaporkan Hasil Pengelolaan Set Desa Kepada

Bupati/Wali Kota Melalui Camat

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikator kepala desa melaporkan hasil pengelolaan aset

desa kepada bupati/walikota melalui camatmaka diperoleh 2 (dua)

jawaban informan dalam mengatasi hambatan yaitu dari pihak camat

sebaiknya rutin menanyakan hasil laporan pengelolaan aset desa

181
kepada kepala desa dan juga pihak desa konsisten memberikan laporan

kepada camat.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai kepala desa melaporkan hasil

pengelolaan aset desa kepada bupati/walikota melalui

camatdiupayakan seharusnya dengan kesadaran sendiri diupayakan

untuk melaporkan hasil pengelolaan aset desa kepada bupati/walikota

melalui camat tanpa harus dipinta dulu oleh pihak camat, walaupun

pihak camat selalu mengabaikannya kepala desa harus tetap

menyampaikan hasil pegelolaan aset desa.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara harus adanya kesadaran dari pihak camat dan

pihak desa untuk saling mengingatkan mengenai pengelolaan aset desa

untuk di laporkan kepada wali kota/bupati agar pengelolaan dapat

berjalan dengan baik.

6. Kepastian Nilai

a. Memanfaatkan Dan Mengevaluasi Tehadap Penggunaan Barang

Secara Berkesinambungan, Sehinnga Nilai Ekonomi Berbanding

Lurus Dengan Nilai Manfaat

181
Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikator tentang memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap

penggunaan barang secara berkesinambungan, sehinnga nilai ekonomi

berbanding lurus dengan nilai manfaat maka diperoleh 2 (dua) jawaban

informan dalam mengatasi hambatan yaitu untuk masyarakat

sebaiknya tidak harus menunggu bantuan dari pemerintah langsung

saja berinisiatif memanfaatkan aset yang ada dan untuk pemerintah

desa harus lebih mengenali kebutuhan dan aspirasi dari

masyarakatnya.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai memanfaatkan dan mengevaluasi

terhadap penggunaan barang secara berkesinambungan, sehinnga nilai

ekonomi berbanding lurus dengan nilai manfaatdiupayakan seharusnya

dengan kesadaran sendiri diupayakan untuk masyarakatnya seharusnya

lebih mandiri, jangan hanya menunggu bantuan turun dari pemerintah

desa, harus berinisiatif agar desa lebih maju lagi, dan untuk pemerintah

desa pun harus lebih mengenali dan mendengarkan aspirasi

masyarakatnya.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara saling membutuhkan antara masyarakat dan

181
pihak desa, masyarakat lebih inisiatitif untuk bergerak sendiri

memnfaatkan yang aset yang ada juga pemerintah desa lebih

memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakatnya agar antara

masyarakat ada kerja sama yang baik untuk pnegelolaan aset yang

lebih bermanfaat lagi.

b. Adanya Kesesuaian Antara Dana Yang Dikeluarkan Dengan

Barang Yang Dibeli Dari Pengelolaan Aset Desa

Berdasarkan hasil wawancara dari informan penelitian,

mengenai indikator tentang adanya keseuaian antar dana yang

dikeluarkan dengan barang yang dibeli dari pengelolaan aset desa

maka diperoleh 2 (dua) jawaban informan dalam mengatasi hambatan

yaitu pihak pengelola menginventalisir kebutuhan masyarakat di setiap

dusunnya dan melakukan peningkatan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

cara observasi dilapangan, mengenai adanya kesesuaian antar dana

yang dikeluarkan dengan barang yang dibeli dari pengelolaan aset desa

diupayakan harus mengutamakan kebutuhan yang benar-benar

diperlukan lagi dan mengutamakan kebiutuhan masyarakatnya, karena

masyarakatlah desa ada dan maju lebih baik.

Dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi di

lapangan mengenai pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di

Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, khususnya

181
untuk upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi sudah mulai

dilakukan dengan cara memprioritaskan kebutuhan masyarakat demi

berjalannya pengelolaan aset desa agar dapat bermanfaat baik untuk

masyarakat atau pihak pemerintah desa.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 pembahasan hasil interpretasi data dan triangulasi data tentang

Pengelolaan Aset Desa Oleh Pemerintah Desa Di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis

Dalam lingkup pemerintahan terkecil yaitu pemerintah desa, Desa

memiliki adanya aset desa yang mana dari aset desa tersebut akan dikelola

oleh pemerintah Desa untuk di manfaatkan seluruhnya demi kepentingan

penyelenggraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat. Oleh karena itu aset desa perlu di kelola oleh sumber daya

manusia yang mumpuni dan di laksanakan dengan baik agar dalam

pemanfaatan nya tepat sasaran, desa memiliki hak asal usul dan hak

tradisonal dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan, sehingga Desa perlu

dilindungi dan di berdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan

demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam

melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil, makmur dan sejahtera.

181
Dengan demikian dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset

desa karena ini merupakan kekayaan yang di miliki oleh desa, maka

kemanfaatannya pun harus di rasakan oleh semua masyarakat yang ada di

desa, bukan hanya oleh pemerintah desa saja, maka dari itu pengelolaan

yang di mulai dari perencanaan sampai dengan pengendalian aset desa

tersebut harus di tangani oleh sumber daya manusia yang ahli dalam

mengelola aset desa.

Data-data pada subbab sbelumnya sudah diolah dengan inerpretasi

data dan triangulasi data setiap aspek/variabelnya, kemudian pada bagian

ini data dan temuan tersebut akan dijadikan acuan dalam pemnjawab

rumusan maslah. Pada bagian ini akan di jelaskan pembahasan hasil

wawancara mengenai pengelolaan aset desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

1. Asas Fungsional

Berdasarkan hasil penelitian, pada dimensi asas fungsional

untuk indikator adanya pengelola aset desa yang ditetapkan pemerintah

desa sesuai tugas dan fungsinya, di Desa Utama ini sudah ada pengelola

aset itu sendiri yaitu kasi pelayanan, oleh Kasi Pelayanan dan pegawai

lainnya sudah dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsinya tetapi hasil

dari pengelolaan aset itu sendiri tidak selalu berjalan dengan maksimal.

Selanjutnya indikator adanya kegiatan khsusus untuk

pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan pengelolaan aset desa,

yaitu di Desa Utama ini kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan

181
penyelenggaraan pengelolaan aset desa ada, dengan salah satu contoh

dibangunnya Jaringan Irigasi Desa, tetapi untuk pemenuhan kebutuhan

dan penyelenggaraan pengelolaan aset desa ini tidak hanya dilakukan

dengan satu kegiatan, kegiatan-kegiatan untuk menunjang pemenuhan

pengelolaan aset desa ini masih dilakukan bertahap oleh pemerintah

Desa Utama.

Salah satu asas-asas dalam pengelolaan aset desa itu adalah asas

fungsional, dimana untuk pengambilah keputusan dan pemecahan

masalah-masalah yang dilaksanakan oleh pemerintah desa itu harus

sesuai dengan tugas dan fungsinya yang sudah ditetapkan bersama.

Berdasarkan penelitian dan ungkapan teori bahwa pengambilan

keputusan yang di lakukan oleh aparat pemerintah desa harus sesuai

dengan tufoksi, dan untuk pemenuhan kebutuhan agar pengelolaan aset

desa berjalan dengan baik, sebaiknya pemerintah Desa Utama

mengadakan lebih banyak kegiatan untuk menunjang terselenggaranya

pengelolaan aset desa yang lebih baik.

2. Asas Kepastian Hukum

Berdasarkan hasil penelitian pada dimensi asas kepastian hukum

untuk indikator adanya keputusan kepala desa yang mengatur tentang

penggunaan aset desa yang di tetapkan setiap tahun, yaitu di Desa

Utama ini ada aturan yang dibuat oleh kepala desa untuk mengatur

tentang penggunaan aset desa yaitu di tulis dalam PerDes yang bisa di

181
buat oleh Kepala Desa atau BPD, tetapi aturan tersebut belum di

tetapkan dan dialaksanakan.

Untuk indikator selanjutnya mengenai adanya pihak pengawas

yang di tunjuk oleh pemerintah desa dalam pengelolaan aset desa, yaitu

sejauh ini belum ada pengawas untuk pengelolaan aset yang di miliki

oleh Desa Utama karena semua aparat dan BPD di harapkan bisa

mengawasi pengelolaan aset desa dengan cara bersama-sama, hanya di

kembalikan kepada kasi tertentu untuk mengontrol dan mengecek saja.

Salah satu asas-asas dalam pengelolaan aset desa yaitu asas

kepastian hukum, dimana pengelolaan aset desa yang ada di

pemerintahan desa harus berdasarkan kepada hukum yang berlaku dan

perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan penelitian dan ungkapan teori bahwa pengelolaan

aset desa sudah seharusnya di lakukan berdasarkan hukum dan aturan

perundang-undangan oleh setiap pemerintah desa dan mesti adanya

salah satu pegawai yang di beri tanggung jawab untuk mengelola aset

desa tersebut, agar setiap aset yang ada di lingkungan pemerintah desa

dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

3. Asas Keterbukaan

Berdasarkan hasil penelitian pada dimensi asas keterbukaan

untuk indikator adanya transparansi dalam mengelola aset milik desa

terhadap pihak yang terlibat dalam pengelolaan aset desa, yaitu dalam

pengelolaan aset desa ini sudah sangat terbuka, kepala desa dan aparat

181
pemerintah desa setiap 1 minggu sekali bermusyawarah dan

mengemukakan apa saja informasi tentang aset desa.

Selanjutnya indikator mengenai masyarakat memiliki hak/akses

untuk mendapatkan informasi terkait dengan pengelolaan aset desa,

yaitu di Desa utama ini masyarakat memiliki hak atas informasi tentang

aset desa salah satu nya dengan adanya musyawarah yang di lakukan

setiap 1 minggu sekali, tetap tidak semua masyarakat yang ikut dalam

musyawarah tersebut, hanya dari tingkat RT ke atas saja, di harapkan

dengan perwakilan tersebut, masyarakat mampu mengetahui informasi

tentang set desa.

Salah satu asas-asas dalam pengelolaana aset desa adalah asas

keterbukaan, dimana dalam setiap penyelenggaraan yang ada di desa

harus diketahui oleh semua pihak termasuk oleh masyarakat, karena

masyarakat berhak mendapatkan informasi mengenai tujuan, sasaran

dan juga hasil pengelolaan aset desa di desa tersebut.

Berdasarkan penelitian dan ungkapan teori bahwa sejauh ini

pemerintah desa dan masyarakat sudah sangat terbuka, ini di buktikan

dengan adanya musyawarah antara pemerintah desa dan masyarakat

yang di lakukan 1 minggu sekali membahas tentang aset desa tersebut,

masyarakat mengetahui info tentang aset desa minimalnya perwakilan

dari masyarakat.

4. Asas Efisiensi

181
Berdasarkan hasil penelitian pada dimensi asas efisiensi untuk

indikator adanya pembinaan dan peningkatan kompetensi dalam

pengelolaan aset desa secara langsung maupun tidak langsung yaitu, di

Desa Utama selalu di jadwalkan untuk melakukan pembinaan tetapi belum

di lakukan secara kontinyu, terkadang menyatu dengan pelatihan lain

selain pengelolaan aset desa.

Selanjutnya indikator mengenai aset yang sudah di tetapkan

penggunaannya harus di investasikan ke dalam buku inventaris desa

yaitu, setelah aset desa di tetapkan penggunaannya oleh kaur umum di

catat dan di masukkan ke dalam buku inventarisasi, untuk laporan dan

akan di sesuaikan dengan ADD.

Salah satu asa-asas dalam pengelolaan aset desa adalah asas

efisiensi, pemerintah desa dalam mengelola aset desa diarahkan untuk

menggunakan aset desa sesuai standar kebutuhan yang diperlukan

untuk menunjang tugas dan pokok fungsi pemerintah desa secara

optimal.

Berdasarkan penelitian dan ungkapan teori bahwa di Desa

Utama ini dalam pengelolaan aset desa sudah di arahkan dengan cukup

baik, ada jadwal pembinaan agar penegelolaan aset desa berjalan

dengan baik dan pengelolaan aset desa yang sudah di tetapkan

penggunaannya di catat oleh aparat yang berwenang untuk laporan.

5. Asas akuntabilitas

181
Berdasarkan hasil penelitian pada dimensi asas akuntabilitas

untuk indikator adanya koordinasi dan laporan aspek-aspek peneglolaan

aset desa di dalam ruang lingkup pemerintah desa yaitu, untuk

koordinasi selalu ada tetapi untuk laporan aspek-aspek pengelolaan aset

desa belum maksimal di laksanakan, hanya di catat saja belum ada

laporan khusus penegelolaan aset desa.

Indikator selanjutnya mengenai kepala desa melaporkan hasil

pengelolaan aset desa kepada bupati/wali kota melalui camat yaitu,

kepala desa Utama selalu melaporkan hasil pengelolaan aset desa ketika

ada rapat antara pemerintah desa dan pemerintah kecamatan, dan setiap

tahun selalu membuat laporan pengelolaan aset desa untuk di laporkan

kepada camat.

Salah satu asas-asas terkait dengan pengelolaan aset desa adalah

asas akuntabulitas, diamana asas akuntabulitas merupakan seluruh

proses dan kegiatan dalam pengelolaana aset desa sehingga aset desa

dapat dipertanggung jawabkan oleh pemerintah desa ataupun oleh

pemegang aset tersebut kepada semua pihak bahkan kepada

masyarakat.

Berdasarkan penelitian dan ungkapan teori bahwa setiap

pegawai pemerintah desa dan pemerintah kecamatan ada koordinasi

setiap kali rapat, dan pemerintah desa melaporkan hasil pengelolaan

aset desa tersebut untuk mempertanggung jawabkan kegiatan

181
pengelolaan aset desa yang masih di rencanakan atau yang sudah

dilaksanakan.

6. Asas Kepastian Nilai

Berdasarkan hasil penelitian pada dimensi asas kepastian nilai

untuk indikator memanfaatkan dan mengevaluasi terhadap penggunaan

barang secara berkesinambungan, sehingga ekonomi berbanding lurus

dengan nilai manfaat yaitu untuk pemanfaatan aset desa sebelumnya di

sesuaikan terlebih dahulu dengan kebutuhan, agar apa yang di beli

sesuai dengan apa yang di butuhkan dan lebih bermanfaat untuk

khalayak umum.

Indikator selanjutnya mengenai adanya kesesuaian antara dana

yang di keluarkan dengan barang yang di beli dari pengelolaan aset

desa yaitu, sejauh ini pemerintah desa Utama selalu mengeluarkan dana

sesuai dengan kebutuhan, karena sebelum membeli apa yang akan di

butuhkan aparat pemerintah bermusyawarah terlebih dahulu untuk

menganggarkan dana kebutuhan desa.

Salah satu asas-asas terkait dengan pengelolaana aset desa

adalah asas kepastian nilai, dimana dalam pengeleloaan aset desa harus

adanya tetapan nilai dan jumlah, untuk pengoptimalisasikan dalam

pemanfaatan dan pemindahtanganan aset serta penyusustan neraca

pemerintah.

Berdasarkan penelitian dan ungkapan teori bahwa pengelolaan

aset desa di laksnakan dengan berbagai pertimbangan oleh aparat

181
pemerintah desa, sebelum membeli apa yang di butuhkan untuk

pengelolaan aset desa, selalu ada musyawarah terlebih dahulu untuk

menentukan anggaran, agar apa yang di beli sesuai dengan kebutuhan

dan lebih efektif untuk kemanfaatan khalayak umum.

4.4.2 pembahasan hasil interpretasi data dan triangulasi data mengenai

Hambatan-Hambatan Pada Pengelolaan Aset Desa Oleh Pemerintah

Desa Di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis

Dalam mengelola sesuatu hal tentu selalu ada hambatan yang di

hadapi, tidak terkecuali dengan pengelolaan aset desa di Desa Utama ini,

dari mulai kegiatan perencanaan sampai dengan pengendalian tentu ada

hambatannya masing-masing.

Untuk lebih mengetahui hambatan-hambatan dalam pengelolaan aset

desa oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis, diantaranya sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia yang kurang mumpuni untuk mengelola aset

desa karena rata-rata pendidikan pegawai adalah SLTA.

2. Kurangnya koordinasi antara pihak desa dengan masyarakat.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk bermusyawarah demi

kelancaran pengelolaan aset desa.

4. Belum ada penekanan khusus untuk penggunaan aplikasi aset desa

5. Belum adanya kesadaran aparat pemerintah untuk melaporkan hasil

pengelolaan aset desa kepada Bupati melalui camat

181
6. Jika ada kebutuhan untuk pengelolaan aset desa harus menunggu dulu,

karena masih menggunakan dana pemerintah.

Hasil observasi menunjukkan terdapat hambatan-hambatan dalam

pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis, diantaranya dalam mengelola aset desa di

Desa Utama ini kurang sumber daya manusia yang mumpuni, sebagai

contoh masih ada sengketa tanah terkait aset desa yang sampai saaat ini

belum terselesaikan dan di biarkan begitu saja, kurangnya koordinasi

antara pihak desa dan masyarakat yang menyebabkan kontraversial dan

ada salah satu kebijakan yang merugikan salah satu pihak, kurangnya

kesadaran masyarakat untuk bermusyawarah mengenai pengelolaan aset

desa yang mengakibatkan aspirasi masyarakat tidak tersampaikan kepada

masyarakat, belum di gunakannya aplikasi khusus pengelolaan aset desa

sehingga pengelolaan aset desa belum di laksanakan secara optimal, aparat

pemerintah belum memiliki kesadaran untuk melaporkan hasil

pengelolaan aset desa kepada bupati melalui camat, kebutuhan untuk

pengelolaan aset desa harus menunggu dulu, karena masih menggunakan

dana dari pemerintah sehingga perlatan untuk pengelolaan aset desa

kurang memadai.

Pengelolaan aset desa akan berjalan lebih maksimal jika sudah

memiliki ciri-ciri pengelolaan aset desa yang baik, salah satu nya

berdasarkan asas-asas pengelolaan aset desa, tetapi di Desa Utama ini

belum semua asas pengelolaan aset desa berjalan dengan baik, yang di

181
mulai dari asas fungsional sampai asas kepastian nilai perlu lebih di

efektifkan kembali, dan hanya ada tiga (3) asas yang sudah dilakukan dan

dilaksanakan pemerinah desa sesuai dengan teori atau aturan yang

berlaku, sedangkan tiga(3) asas lagi belum pemerintah desa laksanakan

dengan betul dan belum sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.

4.4.3 Pembahasan hasil interpretasi data dan triangulasi data tentang

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan-

Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pengelolaan Aset Desa Oleh

Pemerintah Desa Di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis

Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya –upaya yang

dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang di hadapai dalam

pengelolaan aset desa oleh pemerintah di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis, yaitu sebagai berikut:

1. Berusaha melakukan komunikasi antara pemerintah desa, BPD, dan

lembaga terkait untuk menigkatkan SDM yang lebih baik.

2. Berencana merekrut pegawai khusus untuk mengelola aset desa dan

melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pengelolaan aset

desa.

181
3. Pemerintah membuka jalur komunikasi dan informasi untuk

memudahkan pihak-pihak yang terlibat dengan pengelolaan aset desa

mendapatkan informasi.

4. Akan diadakannya pelatihan khusus terkait pengelolaan aset desa.

5. Berusaha sharing dengan pihak yang terkait dengan pengelolaan aset

desa untuk memaksimalakan hasil dari pengelolaan aset desa.

6. Lebih memperdalam apa yang di butuhkan masyarakat dan

menampung aspirasi masyarakat untuk meningkatkan hasil

pengelolaan aset desa.

Hasil observasi menunjukkan terdapat beberapa upaya untuk

mengatasi hambatan-hambatan dalam pengelolaan aset desa oleh

pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten

Ciamis, diantaranya melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dan

sharing terkait aset desa untuk meningkatkan dan mengembangkan

kualitas aset milik desa, berencana merekrut pegawai khusus untuk

pengelolaan aset desa dan mengsosialisaikan terkait aset desa karena aset

desa bukan hanya dimiliki oleh pemerintah desa tetapi milik masyarakat

umum, pemerintah mebuka jalur komunikasi dan informasi kepada pihak-

pihak yang terkait salah satunya dengan menggunkan media

telekomunikasi yaitu handphone, diadakannya peltihan khusus terkait

pengelolaan aset desa untuk mendalami aset desa dan mempermudah

pengerjaan agar tidak ribet.

181
Upaya yang di lakukan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan

pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis yaitu, sebaiknya mengikuti rangkaian

kegiatan pengelolaan aset desa yakni perencanaan, pengadaan,

penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan,

pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan dan

pengawasan, dan pengendalian. Jika kegiatan yang disebutkan dapat di

realisasikan dengan optimal, maka hasil dari pengelolaan aset desa pun

akan maksimal sesuai aturan yang berlaku.

181
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan baik mulai dari

pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada analisis data dalam

penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan aset desa oleh

pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis

dalam pelaksanaannya belum berjalan dengan optimal, yaitu hasil dari

pengelolaan aset desa yang dilakukan oleh pegawai tidak selalu berjalan

dengan maksimal, dan pemerintah desa belum banyak mengadakan kegiatan

untuk menunjang terselenggaranya pengelolaan aset desa baru satu kegiatan

yang telah dilaksanakan yaitu membangun jaringan irigasi desa, dalam

pelaksanaan pengelolaan aset desa belum dilakukan berdasarkan aturan

perundang-undangan dan belum ada pegawai yang mumpuni dan khusus

mengelola aset desa. Sumber Daya Manusia yang belum mampu mengelola

aset desa dengan baik dikarenakan pegawai yang ada rata-rata pendidikan

terakhirnya SLTA, kurangnya koordinasi antara pihak desa dan masyarakat

181
untuk bermusyawarah dalam mengelola aset desa, tidak ada penekanan khusus

untuk penggunaan aplikasi khusus aset desa untuk memudahkan kelancaran

pengelolaan aset desa, aparat desa belum memiliki kesadaran untuk

melaporkan hasil dari pengelolaan aset desa melalui camat kepada bupati.

Dengan membuka jalur komunikasi dan informasi untuk memudahkan

pihak-hak yang terlibat dalam pengelolaan aset desa, akan mengadakan

pelatihan khusus untuk mengelola aset desa, sharing dengan pihak-pihak yang

kompeten dalam mengelola aset desa, dan lebih memprioritaskan apa yang di

butuhkan oleh masyarakat juga menampung aspirasi masyarakat terkait

pengelolaan aset desa agar hasil dari pengelolaan aset desa lebih meningkat,

pemerintah desa terkait dengan pengelolaan aset desa belum sepenuhnya

mengikuti aturan yang berlaku, masih banyak dari setiap indikator yanga da

di pembahasan belum dilaksanakan oleh pemerintah desa di Desa Utama

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Oleh sebab itu, dalam pengelolaan

aset desa perlu adanya perbaikan-perbaikan untuk pemanfaatan aset desa yang

lebih manfaat lagi nilainya dan juga bisa menjadi penghasilan/pendapatan bagi

desa.

5.2 Saran

Melihat dari kesimpulan yang penulis kemukakan sebelumnya,

kemudian penulis dapat mengemukakan beberapa saran atau rekomendasi

sebagai bahan pertimbangan dalam memaksimalkan pelaksanaan pengelolaan

181
aset desa oleh pemerintah desa di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing

Kabupaten Ciamis yang dapat penulis uraikan sebagai berikut :

1. Sebaiknya pegawai yang berada di lingkungan desa mempunyai keahlian

untuk mengelola aset desa dengan diadakannya pelatihan mengenai

pengelolaan aset desa, agar aset yang di miliki oleh Desa Utama dapat

dimanfaatkan dengan optimal oleh pegawai yang mumpuni dan bisa

menggunakan aplikasi agar lebih mudah dalam mengelola aset desa

tersebut.

2. Sebaiknya pihak Desa dan masyarakat selalu berkoordinasi agar

masyarakat tahu pentingnya aset desa untuk kepentingan masyarakat dan

menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk selalu bermusyawarah dalam

mengelola aset desa demi kelancaran terselenggaranya pengelolaan aset

desa yang optimal.

3. Sebaiknya aparat pemerintah Desa Utama memiliki kesadaran tersendiri

untuk melaporkan hasil dari pengelolaan aset desa kepada Bupati melalui

camat setempat, agar jika ada yang kurang atau belum baik mengenai

pengelolaan aset desa bisa langsung ada arahan dari pemerintah yang lebih

tinggi untuk perbaikan dan juga agar lebih mudah berkoordinasi dengan

pemerintah yang lebih tinggi jika ada keperluan mengenai pengelolaan

aset desa.

4. Sebaiknya aset berupa tanah Bangkok yang ada di Desa Utama harus

segera di sertifikatkan, karena sudah suatu keharusan bagi desa bahwa

181
aset yang ada di desa dan mutlak milik desa harus di sertifikatkan dengan

atas nama desa tersebut.

5. Seharusnya pemerintah desa berusaha berkoordinasi antara pemerintah

desa, BPD, dan lembaga terkait untuk meningkatkan SDM dalam

mengelola aset desa agar lebih maju, melakukan rencana untuk merekrut

pegawai khusus untuk mengelola aset desa dan melakukan sosialiasi

kepada masyarakat terkait pengelolaan aset desa agar masyarakat tahu apa

saja aset desa yang dimiliki oleh pemerintah desa Utama.

181

Anda mungkin juga menyukai