SAKIT SYARIAH
(KODEKIS)
PENDAHULUAN
Pasal 1
ِ س ِإ َّّل ِل َي ْعبُد
ُون ِ ْ َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو
َ اْل ْن
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku.
(QS Adz-Dzaariyaat: 56)
Pasal 2
Pasal 4
ب أ َ َح ِد ُك ْم
ِ أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أ َ َّن نَ َه ًرا ِببَا
سا َما تَقُو ُل ً يَ ْغت َ ِس ُل فِي ِه ُك َّل يَ ْو ٍم َخ ْم
ذَ ِل َك يُ ْب ِقي ِم ْن دَ َر ِن ِه قَالُوا َّل يُ ْب ِقي
ش ْيئًا قَا َل فَذَ ِل َك ِمثْ ُل َ ِم ْن دَ َرنِ ِه
َّللاُ ِب ِهَّ ت ْالخ َْم ِس يَ ْم ُحو ِ صلَ َوا َّ ال
َ ْال َخ
طا ي َا
Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di
dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia
mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali,
apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?”
Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit
pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka
begitulah perumpamaan shalat lima waktu,
dengannya Allah menghapuskan dosa.”
(Hadits Riwayat Bukhari Nomor 497 dan Muslim
Nomor 107).
BAB II
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
َ َما أ ُ ِب ْي َح ِلل
ض ُر ْو َر ٍة يُ ْقدَ ُر ِبقَ ْد ِرهَا
Kaidah Fiqhiyyah:“Sesuatu yang dibolehkan karena
terpaksa adalah menurut kadar halangannya”.
Pasal 10
Pasal 11
ض ِ اس ُكلُوا ِم َّما فِي ْاْل َ ْر ُ َّيَا أَيُّ َها الن
ت ُ ط ِيبًا َو َّل تَت َّ ِبعُوا ُخ
ِ ط َوا َ َح ََل ًّل
ٌ ان ۖ ِإنَّهُ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُم ِب
ين َ ش ْي
ِ ط َّ ال
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”.
(QS.al-Baqarah: 168)
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
BAB III
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP
SEJAWAT
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
ير ِم ْن
ٌ ِون فِي ِه َما َكث ٌ ُان َم ْغب
ِ َ نِ ْع َمت
ُ الص َّحةُ َو ْالفَ َرا
غ ِ اس ِ َّالن
“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh
kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu
luang”. (Hadits Riwayat Bukhari Nomor 5933)
Pasal 19
َ ب ْال ِع ْل ِم فَ ِري
ضةٌ َعلَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َ
ُ َ طل
“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim.”
(Hadits Riwayat Ibnu Majah Nomor 220)
Pasal 20