Tata Laksana Kegawatdaruratan PD Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas
Tata Laksana Kegawatdaruratan PD Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas
MATERI INTI 3
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN
PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, tingginya kematian ibu disebabkan oleh
hipertensi pada kehamilan, komplikasi masa nifas, perdarahan pascapersalinan, abortus,
perdarahan antepartum, partus lama / macet, dan kelainan amnion. Sebagian besar
penyebab kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah.
Kegawatdaruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah kondisi medis yang
mengancam jiwa yang terjadi pada kehamilan, persalinan dan nifas. Penanganan
kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuah tim medis yang
menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang
terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan. Kasus gawat darurat obstetri adalah
kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan
janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir.
(Saifuddin, 2002)
Materi pelatihan ini memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada Dokter, Bidan dan
Perawat di fasilitas kesehatan untuk melakukan Tata Laksanakegawatdaruratan
padakehamilan, persalinan dan nifas secara tim sesuai kewenangannya.
107
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
108
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
109
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
1.6.1. PERSIAPAN
Sebelum dimulainya proses pembelajaran, langkah persiapan harus dilakukan baik oleh
pelatih maupun peserta, antara lain:
1. Persiapan oleh Pelatih
Pelatih mempersiapkan materi, bahan tayang/penyajian yang akan diberikan
pada peserta di setiap sesi.
Pelatih mempersiapkan alat–alat /media bantu pelatihan di setiap sesi
sekurang–kurangnya 1 hari sebelum pelaksanaan proses pembelajaran.
110
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
A. Penugasan Sesi 1
Peserta dibagi menjadi dalam 3 kelompok kecil (skill station). Setiap kelompok
mendapatkan materi penugasan yang sama. Langkah pembelajaran dalam penugasan
terdiri dari 4 langkah yaitu menjelaskan (tell), menunjukkan (show), melakukan (do) dan
umpan balik (feedback).Berikut adalah rincian dari masing – masing langkah:
111
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
B. Penugasan Sesi 2
Peserta dibagi menjadi dalam 3 kelompok kecil (skill station). Setiap kelompok
mendapatkan materi penugasan yang sama. Berikut adalah rincian langkah – langkah
pembelajaran:
1) Pelatih memberikan soal kasus kepada seluruh peserta.
2) Peserta mengerjakan soal kasus yang diberikan pelatih dalam waktu yang
ditentukan.
3) Peserta mendiskusikan soal kasus yang telah dikerjakan kepada kelompok
pesertalainnya.
4) Pelatih dan peserta mendiskusikan soal kasus yang telah dikerjakan peserta.
5) Pelatih memberikan umpan balik dan kesimpulan dari setiap diskusi kasus.
C. Penugasan Sesi 3
Peserta dibagi menjadi dalam 3 kelompok kecil (skill station). Setiap kelompok
mendapatkan materi penugasan yang sama. Langkah pembelajaran dalam penugasan
terdiri dari 4 langkah yaitu menjelaskan (tell), menunjukkan (show), melakukan (do), dan
umpan balik (feedback). Berikut adalah rincian dari masing – masing langkah:
Langkah 1. Menjelaskan (Tell)
Langkah pembelajaran:
Pelatih menyapa peserta dengan ramah, mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri serta menyampaikan tujuan pembelajaran pada sesi ini.
Peserta mendapatkan penjelasan singkat tentang Tata Laksana kasus
kegawatdaruratan tersering pada kehamilan, persalinan, dan nifas.
112
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Langkah pembelajaran:
Peserta diminta melakukan Tata Laksanakasus kegawatdaruratan tersering pada
kehamilan, persalinan dan nifas secara tim sesuai dengan kewenangannya.
D. Penugasan Sesi 4
Peserta dibagi menjadi dalam 3 kelompok kecil (skill station). Setiap kelompok
mendapatkan materi penugasan yang sama. .Langkah pembelajaran dalam penugasan
terdiri dari 4 langkah yaitu menjelaskan (tell), menunjukkan (show), melakukan (do) dan
umpan balik (feedback). Berikut adalah rincian dari masing – masing langkah:
113
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Penilaian awal kegawatdaruratan medik pada ibu hamil, bersalin dan nifas dilakukan
dengan segera lakukan (quick check) saat ibu tiba, dan apabila ditemukan tanda-tanda
bahaya yang mengancam jiwa, maka tim respon awal harus segera dimobilisasi untuk
melakukan langkah-langkah stabilisasi sambil mempersiapkan kemungkinan rujukan ke
rumah sakit.
Seseorang yang kompeten harus segera melakukan penilaian terhadap kondisi umum ibu
segera setelah ibu tiba di fasilitas kesehatan, dan secara berkala melakukan penilaian
ulang. Penilaian tersebut harus dilakukan secara simultan yang meliputi:
1) Keluhan utama dan riwayat singkat yang relevan.
2) Segera peroleh data tanda vital secara lengkap dan akurat.
3) Pemeriksaan inspeksi, visualisasi, dan auskultasi secara cepat dan efektif.
4) Mulai dari kondisi yang paling serius dan terkait dengan tampilan pasien saat datang.
5) Gunakan alur yang logis untuk eliminasi determinan dekat.
6) Temukan penyebab gawat-darurat atau ancaman keselamatan jiwa pasien, tidak
hanya mencari diagnosis definitif.
114
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Diagnosis :
Kondisi henti jantung / henti napas biasanya akan selalu disertai dengan penurunan
kesadaran. Sebagai gold standar diganosis adalah tidak teraba nadi karotis ( gold standar
). Kondisi pada ibu hamil, bersalin dan nifas yang berisiko untuk terjadinya henti jantung/
henti napas adalah :
1) Perdarahan hebat (paling sering).
2) Penyakit tromboemboli.
3) Penyakit jantung.
4) Sepsis.
5) Keracunan obat (contoh: magnesium sulfat, anestesi lokal).
6) Eklampsia.
7) Perdarahan intrakranial.
8) Anafilaktik.
9) Gangguan metabolik/elektrolit (contoh: hipoglikemia).
10) Hipoksia karena gangguan jalan napas dan/atau penyakit paru.
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
1) Panggil bantuan tim respon awal emergensi.
2) Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum, hemodinamik, dan
keadaan yang mendukung kepada penegakan diagnosis.
3) Lakukan langkah-langkah penatalaksanaan sesuai dengan algoritma.
4) Berikan informasi yang jelas kepada keluarga situasi yang sedang terjadi serta
upaya yang sedang dilakukan oleh tim.
115
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
116
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
2 kali
Gambar 26.
Algoritma Resusitasi Jantung Paru pada ibu hamil, bersalin dan nifas
B. Syok
Definisi
Syok adalah suatu kondisi di mana terjadi kegagalan pada sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital.
Diagnosis
1) Gelisah
2) Bingung
3) Penurunan kesadaran
4) Nadi >100 kali/menit, lemah
5) Tekanan darah sistolik <90 mmHg
6) Pucat
7) Kulit dingin dan lembab
8) Pernapasan >30 kali/menit
9) Jumlah urin <30 ml/jam
Faktor Predisposisi
117
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi berikut ini:
1) Perdarahan pada kehamilan muda
2) Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
3) Perdarahan pascasalin
4) Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis, metritis)
5) Kejadian trauma
6) Gagal jantung
118
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok, cari tahu dan atasi sumber
perdarahan:
Perdarahan sebelum usia kehamilan 22 minggu
Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu dan saat persalinan
Perdarahan setelah persalinan
Transfusi dibutuhkan jika Hb < 7 g/dl atau secara klinis ditemukan keadaan
anemia berat
Syok Septik
Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur mikroba lalu mulai terapi
antibiotika sambil menunggu hasil kultur
Berikan kombinasi antibiotika kepada ibu dan lanjutkan sampai ibu tidak demam
selama 48 jam:
1) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, ditambah
2) Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam, ditambah
3) Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
Syok Anafilaktik
Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai.
Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang agresif dan berikan
epinefrin/adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) dengan dosis 0,2-0,5 ml IM atau subkutan.
Berikan terapi suportif dengan antihistamin (difenhidramin 25-50 mg IM atau
IV), penghambat reseptor H2 (ranitidin 1 mg/kgBB IV) dan kortikosteroid
(metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari, diberikan tiap 6 jam).
Pada tabel berikut ini merupakan gambaran tipe syok dan respon terhadap pemberian
cairan.
Tabel 14.
Tipe Syok, Penyebab dan Respon Terhadap Pemberian Cairan
Resusitasi Cairan
Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.
119
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus menjadi 0,5
ml/menit (8-10 tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.
Tanda-tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau ada perbaikan adalah sebagai
berikut:
Tekanan darah sistolik >100 mmHg
Denyut nadi <90 kali/menit
Status mental membaik (gelisah berkurang)
Produksi urin >30 ml/jam
Setelah kehilangan cairan dikoreksi (frekuensi nadi < 100 kali/menit dan tekanan
darah sistolik > 100 mmHg), pemberian infus dipertahankan dengan kecepatan 500
mL tiap 3-4 jam (40-50 tetes/menit).
Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin dibutuhkan dalam
penatalaksanaan syok akibat perdarahan. Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat
jumlah cairan yang hilang.
C. KEJANG
C.1. EKLAMPSIA
Definisi
Eklampsia adalah salah satu komplikasi akibat kehamilan yang termasuk penyebab
terbanyak kematian ibu yang ditandai dengan gangguan pada susunan saraf pusat seperti
kejang.
Diagnosis
1) Kejang umum dan/atau koma
2) Ada tanda dan gejala preeklampsia
3) Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,perdarahan
subaraknoid,
dan meningitis)
4) Saat hamil (usia kehamilan >20 minggu) atau nifas
120
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Gambar 27. Algoritma Penanganan Kejang pada ibu hamil atau Pasca Salin
C.2. EPILEPSI
Definisi
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang
dalam serangan-serangan, berulang, yang disebabkan oleh muatan listrik abnormal sel-sel
saraf otak yang bersifat reversibel dengan berbagai
Penyebab
1) Kejang pada epilepsi umumnya tidak dipengaruhi oleh kehamilan
2) Kehamilan pada wanita dengan riwayat epilepsi mempunyai kecenderungan:
Hipertensi
Persalinan prematur
Bayi berat badan lahir rendah
Bayi dengan kelainan bawaan
Kematian perinatal
3) Faktor Predisposisi
Idiopatik
Faktor keturunan, genetik, kelainan kongenital
121
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Diagnosis
1) Kejang umum tonik klonik
2) Riwayat kejang sebelumnya
3) Tekanan darah normal
4) Protein urin normal
5) Diagnosis ditegakkan dengan bantuan elektroensefalogram (EEG).
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
1) Panggil bantuan tim respon awal emergensi
2) Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum, hemodinamik dan
keadaan yang mendukung kepada penegakan diagnosis
3) Prinsip Tata Laksana: gunakan obat dengan dosis terendah dan HINDARI
penggunaan obat pada kehamilan muda yang meningkatkan kemungkinan
kelainan bawaan (asam valproat).
4) Jika ibu kejang, berikan 10 mg diazepam IV pelan selama 2 menit, bisa
diulang sesudah 10 menit
5) Segera rujuk ibu ke rumah sakit
C.3. MALARIA
Definisi
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium, dan ditandai dengan gejala demam, anemia, dan splenomegaly.
Faktor predisposisi
1) Faktor lingkungan (endemik)
2) Kontak dengan vektor malaria
Diagnosis
Tanda dan gejala malaria
1) Demam
2) Menggigil/kedinginan/kaku
3) Sakit kepala
4) Nyeri otot/persendian
5) Kehilangan selera makan
6) Mual dan muntah
122
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
7) Diare
8) Mulas seperti his palsu (kontraksi uterus)
9) Pembesaran limpa
10) Pembesaran limpa
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan apus darah tepi dengan mikroskop ditemukan parasit atau hasil positif
pada pemeriksaan rapid diagnostic test (RDT)
2) Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit
3) Hitung jumlah leukosit dan trombosit
4) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT/SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium, kalium, analisis gas darah, laktat)
5) Urinalisis
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum (untuk malaria tanpa komplikasi)
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada
orang dewasa lainnya. Pada ibu hamil tidak diberikan primakuin. Berikut pengobatan
malaria falciparum dan malaria vivaks pada ibu hamil:
123
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
124
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Tabel 15.
Perbedaan Tanda Dan Gejala Malaria Berat Dengan Eklampsia
D. SESAK NAPAS
D.1. ASMA AKUT
Definisi
Asma adalah penyakit sistem respirasi yang ditandai dengan episode sesak dan mengi
berulang. Hal ini disebabkan oleh inflamasi kronik saluran udara serta sekresi mukus
berlebih.Pada serangan asma akut, inflamasi akan menyebabkan saluran udara menjadi
sempit sehingga mengurangi aliran udara inspirasi dan ekspirasi.
Diagnosis
1) Sesak/sulit bernapas.
2) Mengi (wheezing).
3) Batuk berdahak.
4) Ronkhi.
Tata Laksana
Pada kehamilan
1) Beri oksigen dan pasang kanul intravena.
2) Hindari penggunaan obat penekan batuk, sedatif dan antihistamin.
3) Berikan cairan Ringer Laktat atau NaCl 0,9%.
4) Berikan terbutalin secara subkutan dengan dosis 0,25 mg per 15 menit dalam 3 dosis
atau oral 2,5 mg tiap 4-6 jam.
5) Berikan 40-60 mg metilprednisolon intravena setiap 6 jam, atau hidrokortison secara
intravena 2 mg/kgBB tiap 4 jam atau setelah loadingdose 2 mg/kgBB dilanjutkan
dengan infus 0,5 mg/kgBB/jam.
6) Jika ada tanda infeksi, beri ampisilin 2 g IV tiap 6 jam.
7) Rujuk ke fasilitas yang memadai.
Pada persalinan
1) Asma dapat memburuk selama persalinan sehingga persalinan harus dilakukan di
rumah sakit.
125
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Diagnosis
1) Sesak napas.
2) Batuk dengan sputum berbusa kemerahan.
3) Ronki basah halus pada basal paru.
Tata Laksana
1) Posisikan ibu dalam posisi tegak
2) Berikan oksigen dengan sungkup 8 – 10L/menit
3) Berikan furosemid 40 mg IV.
4) Bila produksi urin masih rendah (<30 ml/jam dalam 4 jam), pemberianfurosemid
dapat diulang.
5) Ukur keseimbangan cairan, batasi cairan yang masuk.
126
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Gambar 28. Algoritma Penanganan Sesak Napas pada Ibu Hamil atau Pascasalin
E. PINGSAN
Definisi
Pingsan adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami rasa “pusing” (dizzy) hingga
kemudian kehilangan kesadaran sejenak atau pingsan (faint). Hal ini terjadi akibat fluktuasi
tekanan darah yang terjadi sejenak dan cepat.
Penyebab pingsan dapat beragam, mulai dari sebuah efek perubahan fisiologis dari
hemodinamik ibu hamil hingga sebuah kondisi patologis. Beberapa penyebab tersebut
adalah:
1) Penurunan tekanan darah sebagai kondisi fisiologis akibat kehamilan pada trimester
awal.
2) Mual, muntah yang berlebihan.
3) Tekanan oleh uterus dan janin yang ada di dalamnya pada pembuluh darah besar
aorta, terutama saat berbaring terlentang, pada kehamilan yang lebih lanjut.
4) Cuaca yang sangat panas.
5) Anemia.
127
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
6) Dehidrasi.
7) Pingsan dapat pula terjadi akibat gangguan pada jantung yang jika tidak diatasi
dengan baik dapat menimbulkan gagal jantung di kemudian hari(lihat
penatalaksanaan gangguan jantung).
Diagnosis
1) Kehilangan kesadaran yang terjadi sangat cepat dan dalam waktu yang tidak terlalu
lama.
2) Ketika diberikan rangsang segera memberikan respon yang sesuai.
3) Harus dieksplorasi untuk memastikan penyebab dari pingsan.
Salah satu penyebab dari pingsan adalah gangguan pada jantung. Berikut adalah
penjelasan lebih jauh tentang gangguan jantung.
Diagnosis
Diagnosis gangguan jantung kadang sulit dilakukan karena perubahan fisiologis pada
kehamilan sering menyerupai tanda dan gejala gangguan jantung. Berikut ini adalah tanda
dan gejala yang dapat mendukung kecurigaan adanya penyakit jantung pada kehamilan.
1) Dispneu atau ortopneu yang memberat.
2) Batuk di malam hari.
3) Hemoptisis.
4) Pingsan.
5) Nyeri dada.
6) Sianosis.
7) Jari tabuh.
8) Distensi vena leher yang menetap.
9) Murmur sistolik grade 3/6 atau lebih.
10) Murmur diastolik.
11) Kardiomegali.
12) Aritmia yang menetap.
13) Split bunyi jantung kedua yang menetap.
Pemeriksaan Penunjang:
1) EKG,
2) Echokardiografi,
3) Foto rontgen dada (harus dilakukan dengan pelindung radiasi untuk melindungi
128
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
janin).
Untuk mendukung Tata Laksana, penting juga untuk mengenali klasifikasi kondisi klinis ibu.
Tabel 16.
Klasifikasi Klinis New York Heart Association (NYHA)
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya gagal jantung bergantung pada kelainan struktural maupun
fungsional yang mendasari. Gagal jantung juga dapat terjadi secara idiopatik.
Gambar 29. Algoritma Penanganan Pingsan pada Ibu Hamil atau Pascasalin
129
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
1.7.2. Pokok Bahasan 2: Tata Laksana Kasus Kehamilan dan Persalinan dengan
Penyulit Obstetri
Kasus kehamilan dan persalinan dengan penyulit obstetri banyak ditemukan di fasilitas
kesehatan primer maupun rujukan. Beragam kasus ditemukan yang merupakan
merupakan penyebab kematian ibu. Berikut adalah 12 kasus penyulit obstetri yang dibahas
pada modul ini, yaitu:
1. Hiperemesis Gravidarum.
2. Kehamilan Ektopik Terganggu.
3. Perdarahan Antepartum.
4. Hipertensi dalam Kehamilan, Preeklampsia dan Eklampsia.
5. Persalinan Preterm.
6. Ketuban Pecah Dini.
7. Perdarahan Pasca salin.
8. Persalinan Lama (Kelainan His, CPD, Makrosomia ).
9. Kelainan Letak dan Malpresentasi dalam Persalinan.
10. Infeksi Nifas.
11. Prolaps Tali Pusat.
A. Hiperemesis Gravidarum
Definisi
Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu. Pada keadaan
muntah-muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam-basa, elektrolit dan
ketosis; keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum.
Diagnosis
Mual dan muntah sering menjadi masalah pada ibu hamil. Pada derajat yang berat, dapat
terjadi hiperemesis gravidarum, yaitu bila terjadi:
1) Mual dan muntah hebat.
2) Berat badan turun > 5% dari berat badan sebelum hamil.
3) Ketonuria.
4) Dehidrasi.
5) Ketidakseimbangan elektrolit.
Faktor Predisposisi
Peningkatan hormon-hormon pada kehamilan berkontribusi terhadap terjadinya mual dan
muntah. Beberapa faktor yang terkait dengan mual dan muntah pada kehamilan antara
lain:
1) Riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya ataukeluarga.
2) Status nutrisi; wanita obesitas lebih jarang dirawat inap karena hiperemesis.
3) Faktor psikologis: emosi, stress.
130
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Sedapat mungkin, pertahankan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplementasi
vitamin dan asam folat di awal kehamilan.
Anjurkan istirahat yang cukup dan hindari kelelahan.
131
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Keterangan Lainnya
Awasi komplikasi mual dan muntah serta hiperemesis gravidarum, seperti
gastroesopagheal reflux disease (GERD), ruptur esofagus, perdarahan saluran cerna
bagian atas, dan defisiensi vitamin, terutama tiamin.
Mola Hidatidosa
Definisi
Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh
kelainan pada villi khorionik yang disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan edem.
Diagnosis
1) Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah banyak.
2) Mual dan muntah hebat.
3) Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4) Tidak ditemukan janin intrauteri.
5) Nyeri perut.
6) Serviks terbuka.
7) Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin.
8) Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis).
9) Penegakkan diagnosis kehamilan mola dapat dibantu dengan pemeriksaan USG.
Faktor Predisposisi
1) Usia kehamilan terlalu muda dan tua.
2) Riwayat kehamilan mola sebelumnya.
3) Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan kontraseptif oral.
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
PERHATIAN!! Kasus ini tidak boleh di Tata Laksana pada fasilitas kesehatan
primer, ibu harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Jika serviks tertutup, pasang batang laminaria selama 24 jam untuk mendilatasi
serviks.
Siapkan darah untuk transfusi, terutama pada mola berukuran besar.
b. Tata Laksana Khusus (dilakukan di FKTRL ) :
Evakuasi mola
Pemberian uterotonika
Pemeriksaan kadar HCG serum secara tiap 2 minggu
Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2 kali pemeriksaan berturut-
turut, ibu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier yang mempunyai fasilitas
kemoterapi.
HCG urin yang belum memberi hasil negatif setelah 8 minggu juga mengindikasikan
ibu perlu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier
132
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Diagnosis
1) Trias klasik ( nyeri perut mendadak, riwayat amenorrhea, perdarahan pervaginam)
2) Keadaan klinis pasien tidak sesuai dengan jumlah perdarahan.
3) Pemeriksaan tambahan : nyeri goyang portio dan tes bHCG (+).
Faktor Predisposisi
1) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
2) Riwayat operasi di daerah tuba dan/atau tubektomi.
3) Riwayat penggunaan AKDR.
4) Infertilitas.
5) Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assisted
reproductive technology/ART).
6) Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory disease/PID.
7) Merokok.
8) Riwayat abortus sebelumnya.
9) Riwayat promiskuitas.
10) Riwayat seksio sesarea sebelumnya.
Tata Laksana :
Periksa kondisi umum danhemodinamik
Cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) IV 500 cc dalam 15 menit pertama, atau 2L
dalam 2 jam pertama, dan dilanjutkan selama merujuk
Pasang 2 jalur IV
Segera lakukan rujukan !!
Siapkan donor keluarga
C. Perdarahan Antepartum
Kriteria diagnosis :
Riwayat perdarahan berulang selama masa kehamilan.
Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 28 minggu.
133
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
C.1. ABORTUS
Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu,
namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Diagnosis
1) Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
2) Perut nyeri dan kaku
3) Pengeluaran sebagian produk konsepsi
4) Serviks dapat tertutup maupun terbuka
5) Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
6) Diagnosis dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
1) Faktor dari janin (fetal),yang terdiri dari: kelainan genetik (kromosom).
2) Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal
seperti
hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat- obatan, merokok,
konsumsi alkohol, faktor immunologis dan defek anatomis seperti uterus didelfis,
inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu in partu,
umumnya pada trimester kedua), dan sinekia uteri karena sindrom Asherman.
3) Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma.
134
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
ABORTUS IMINENS
1) Pertahankan kehamilan.
2) Tidak perlu pengobatan khusus.
3) Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
4) Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal
termasuk pemantauan kadar Hemoglobin (Hb) dan USG panggul serial setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
135
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
5) Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai kemungkinan
adanya penyebab lain.
ABORTUS INSIPIENS
1) Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi
pascakeguguran.
2) Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus. Jika evakuasi
tidak dapat dilakukan segera:
3) Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
4) Rencanakan evakuasi segera.
5) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa
hasil
konsepsi dari dalam uterus.
Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran
hasil konsepsi.
6) Lakukan pemantauan pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu
baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
7) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
8) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
ABORTUS INKOMPLIT
1) Lakukan konseling.
2) Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
3) Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi
isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera
dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu).
4) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
5) Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
6) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda
akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
136
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu
diperbolehkan pulang.
ABORTUS KOMPLIT
1) Tidak diperlukan evakuasi lagi.
2) Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran. Observasi keadaan ibu.
3) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
4) Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
MISSED ABORTION
1) Lakukan konseling.
2) Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
3) Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks terbuka, bila
perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan
evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
4) Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan evakuasi
dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24 jam
evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
5) Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
6) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
7) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
137
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Diagnosis
1) Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>20 minggu.
2) Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia.
3) Syok.
4) Tidak ada kontraksi uterus.
5) Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul.
6) Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin.
7) Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG.
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum
tersedia kesiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo dilakukan
secara hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
1) Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan.
138
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
2) Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi prematur,
pertimbangkan terapi ekspektatif.
Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
Nifedipin 3 x 20 mg/hari, atau
MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g / 6 jam
Pematangan paru : pada kehamilan 24 – 34 minggu berikan dosis pertama injeksi
deksametason 6 mg IM
Rujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas lengkap
Diagnosis
1) Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap.
2) Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusio relatif baru.
3) Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi).
4) Anemia berat.
5) Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin.
6) Uterus tegang terus menerus dan nyeri.
Faktor Predisposisi
1) Hipertensi.
2) Versi luar.
3) Trauma abdomen.
4) Hidramnion.
5) Gemelli.
6) Defisiensi besi.
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Perhatian! Kasus ini tidak boleh diTata Laksana pada fasilitas kesehatan
dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.Tata Laksana
berikut ini hanya boleh dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda-tanda awal
syok pada ibu, lakukan penanganan syok (lihat pokok bahasan penanganan syok)
dan lakukan rujukan.
139
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok,
segera persiapkan rujukan.
Berikut algoritma penanganan awal keluar darah pervaginam pada kehamilan lanjut:
Gambar 31.
Algoritma Penanganan Awal Keluar Darah Pervaginam pada Kehamilan Lanjut
C.4. RUPTUR UTERI
Definisi
Ruptur uteri atau robeknya dinding rahim terjadi akibat terlampauinya daya regang
miometrium. Pada bekas seksio sesarea, risiko terjadinya ruptur uteri lebih tinggi.
Diagnosis
1) Syok atau takikardia.
140
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum, hemodinamik dan
keadaan yang mendukung kepada penegakan diagnosis (termasuk analisis
partograf)
Berikan oksigen menggunakan sungkup 8-10L/menit
Lakukan resusitasi cairan sesuai dengan kondisi ibu (lihat tata laksana syok)
Lakukan rujukan dengan terus melakukan resusitasi cairan dalam perjalanan
rujukan
D. PERSALINAN PRETERM
Definisi
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi diatas 20 minggu dan sebelum usia
kehamilan 37 minggu.
Diagnosis
1) Usia kehamilan 20 - 37 minggu.
2) Terjadi kontraksi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60 menit diikuti dengan
perubahan serviks yang progresif.
3) Pembukaan serviks ≥ 2 cm.
Faktor Predisposisi
1) Usia ibu <18 tahun atau >40 tahun.
2) Hipertensi.
3) Pertumbuhan janin terhambat.
4) Solusio plasenta.
5) Plasenta previa.
6) Ketuban pecah dini.
141
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
7) Infeksi intrauterine.
8) Bakterial vaginosis.
9) Serviks inkompetens.
10) Kehamilan ganda.
11) Penyakit periodontal.
12) Riwayat persalinan preterm sebelumnya.
13) Kurang gizi.
14) Merokok.
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Tata Laksana utama mencakup pemberian tokolitik, kortikosteroid initial dose (2 x 6
mg) untuk pematangan paru dan lakukan rujukan.
Untuk menghangatkan bayi, perawatan metode kanguru dapat dilakukan bila syarat-syarat
di bawah ini dipenuhi:
1) Bayi tidak mengalami kesulitan bernapas.
2) Bayi tidak mengalami kesulitan minum.
3) Bayi tidak kejang.
4) Bayi tidak diare.
5) Ibu atau keluarga bersedia, dan tidak sedang sakit.
142
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
3) Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi “katak”.
4) Kemudian “fiksasi” dengan selendang sehingga bayi berada dalam 1 pakaian dengan
ibu, jIka perlu gunakan selimut.
5) Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan metode kanguru.
Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
inspekulo. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak secara
tiba-tiba. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril untuk
melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di forniks posterior. Jika
tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin atau minta ibu untuk mengedan/batuk.
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan penanganan aktif
(melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan
infeksi.
Pastikan bahwa:
1) Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan
a. Bau cairan ketuban yang khas.
b. Tes Nitrazin positif (kertas lakmus berubah dari merahmenjadi biru). Harap
diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif
palsu.
c. Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati
sekretservikovaginal yang mengering.
2) Tidak ada tanda-tanda inpartu.
Setelah menentukan diagnosis ketuban pecah dini, perhatikan tanda-tanda
korioamnionitis.
Faktor Predisposisi
1) Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.
2) Infeksi traktus genital.
3) Infeksi intrauterin.
4) Bakterial vaginosis.
5) Serviks inkompetens.
6) Kehamilan ganda.
7) Penyakit periodontal.
8) Kurang gizi.
143
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
9) Perdarahan antepartum.
10) Merokok.
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Berikan antibiotik eritromisin 4x250mg kemudian lakukan rujukan ke fasilitas yang
memadai.
Diagnosis
1) Distosia pada kala I fase aktif: grafik pembukaan serviks pada partograf
berada di
antara garis waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong
garis bertindak;
ATAU
2) Fase ekspulsi (kala II) memanjang: tidak ada kemajuan penurunan bagian
terendah janin pada persalinan kala II. Dengan batasan waktu
Maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam untuk multipara, atau
Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien
menggunakan analgesia epidural.
Berikut adalah ikhtisar diagnosis dan penatalaksanaan distosia:
144
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Tabel 18.
Ikhtisar Kriteria Diagnostik dan Penatalaksanaan Distosia
Faktor Predisposisi
1) Presentasi wajah,
2) Malposisi persisten.
3) Kembar yang terkunci (terkunci pada daerah leher).
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Segerarujukibukerumahsakityangmemilikipelayananseksiosesarea.
145
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Diagnosis
1) Terhentinya kemajuan pembukaan serviks dan penurunan kepala walaupun his
adekuat. CPD terjadi akibat janin terlalu besar dan/atau panggul ibu kecil.
2) Waspadai CPD terutama pada keadaan:
Arkus pubis <900.
Teraba promontorium.
Teraba spina ischiadika.
Teraba linea innominata.
Pada primigravida bagian terbawah tidak masuk ke pintu atas panggul pada
usia > 36 minggu.
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
1) Rujuk untuk dilakukan seksio sesarea.
2) Pada kasus bayi mati, embriotomi atau kraniotomi dapat menjadi pilihan
tindakan bila syarat terpenuhi dan petugas memiliki kompetensi. Syarat
melakukan embriotomi:
Janin sudah mati, kecuali pada kasus hidrosefalus.
Pembukaan serviks > 7 cm.
Ketuban sudah pecah.
Jalan lahir normal.
Tidak terdapat tanda-tanda ruptur uteri.
H.3. MAKROSOMIA
Definisi
Bayi baru lahir dengan berat badan > 4000g.
Diagnosis
1) Diagnosis makrosomia tidak dapat ditegakkan hingga bayi dilahirkan dan ditimbang
berat badannya. Namun demikian, dapat dilakukan perkiraan sebelum bayi
dilahirkan,untuk mengantisipasi risiko distosia bahu, fraktur klavikula, atau cedera
pleksus brakialis.
2) Berat janin dapat diperkirakan dengan penilaian faktor risiko ibu, pemeriksaan klinis,
146
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Faktor Predisposisi
1) Riwayat melahirkan bayi besar ( > 4.000 gram) sebelumnya.
2) Orang tua bertubuh besar, terutama obesitas pada ibu.
3) Ibu dengan Diabetes Melitus Gestasional.
4) Multiparitas.
5) Kehamilan lewat waktu.
6) Usia ibu yang sudah tua.
7) Janin laki-laki.
8) Ras dan suku.
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Pada saat antenatal, jika ditemukan taksiran berat janin lebih dari 4000 gram, maka
lakukan rujukan untuk :
1) Memastikan taksiran berat janin dengan pemeriksaan USG.
2) Mencari penyebab makrosomia.
3) Melakukan perencanaan persalinan.
Definisi
Posisi abnormal verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap
panggul ibu.
Diagnosis
Posisi abnormal verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap
panggul ibu. Jenis jenis malposisi yaitu posisi oksiput posterior dan posisi oksiput lintang.
147
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Berikut adalah tabel yang menggambarkan jenis malposisi dengan hasil pemeriksaaan.
Tabel 4.
Jenis – jenis Malposisi dan Hasil Pemeriksaan
Faktor Predisposisi
1) Ibu dengan diabetes mellitus.
2) Riwayat hidramnion dalam keluarga.
Tata Laksana
Jika terdapat tanda persalinan macet, segera lakukan rujukan.
I.2. MALPRESENTASI
Definisi
Malpresentasi meliputi semua presentasi selain vertex.
Faktor Predisposisi:
1) Wanita multipara.
2) Kehamilan multipel (gemeli).
3) Polihidramnion / oligohidramnion.
4) Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa (mis. mioma uteri).
5) Partus preterm.
Diagnosis
1) Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih separuhnya di atas pelvis, denyut jantung
janin sepihak dengan bagian kecil.
2) Pemeriksaan vaginal: oksiput lebih
tinggi dari sinsiput, teraba fontanella anterior dan
148
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
orbita, bagian kepala masuk pintu atas panggul (PAP) adalah antara tulang orbita dan
daerah ubun-ubun besar. Ini adalah diameter yang PALING besar sehingga sulit lahir
pervaginam.
Tata Laksana
Segera lakukan rujukan.
Tata Laksana
Lakukan rujukan.
Tata Laksana
1) Persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil/mati dan maserasi.
2) Lakukan rujukan.
Diagnosis
1) Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.
2) Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian atas, bokong pada daerah pelvis,
auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi.
3) Pemeriksaan vaginal: teraba bokong atau kaki, sering disertai adanya mekonium.
4) Pada gambar (berturut-turut): presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
dan presentasi kaki (footling).
149
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Gambar 32. Presentasi Bokong
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Lakukan rujukan.
Tata Laksana
Segera Lakukan rujukan.
H. Distosia Bahu
Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak
dapat lewat di bawah simfisis pubis. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan obstetri
150
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Faktor Predisposisi
Perlu mewaspadai terjadinya distosia bahu pada persalinan berisiko baik pada masa
antepartum maupun intrapartum. Tabel berikut merupakan faktor predisposisi terjadinya
distosia bahu pada masa antepartum dan intrapartum:
Tabel. 7.
Faktor Predisposisi Terjadinya Distosia Bahu
Antepartum Intrapartum
Riwayat distosia bahu Kala I persalinan memanjang
sebelumnya Secondary arrest
Makrosomia >4500 g Kala II persalinan memanjang
Diabetes melitus
Augmentasi oksitosin
IMT >30 kg/m2 Persalinan pervaginam yang
Induksi persalinan ditolong
Diagnosis
Tanda distosia bahu yang harus diamati penolong persalinan adalah:
1) Kesulitan melahirkan wajah dan dagu.
2) Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau bahkan tertarik kembali (turtle sign).
3) Kegagalan paksi luar kepala bayi.
4) Kegagalan turunnya bahu.
Identifikasi dan obati diabetes pada ibu. Tawarkan persalinan elektif dengan induksi
maupun seksio sesarea pada ibu dengan diabetes yang usia kehamilannya mencapai 38
minggu dan bayinya tumbuh normal.
Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu.
Kenali adanya distosia seawal
mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi
meningkatkan risiko cedera pada janin.
TataLaksana
a. TataLaksana Umum
1) Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong persalinan dan resusitasi
neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan perdarahan
pascasalin atau robekan perineum setelah Tata Laksana.
2) Lakukan manuver McRobert. Dalam posisi ibu berbaring telentang, mintalah ia
untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke
arah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua
lutut ibu ke arah dada.
3) Mintalah salah seorang asisten
untuk melakukan tekanan secara
simultan ke
arah lateral bawah
pada daerah suprasimfisis untuk membantu persalinan
bahu.
4) Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, lakukan
151
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah tulang punggung
janin) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan di bawah
simfisis
pubis.
b. TataLaksana Khusus
1) Jika bahu masih belum dapat dilahirkan.
2) Buatlah episiotomi untuk memberi ruangan yang cukup untuk
memudahkan
manuver internal.
3) Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
masukkan tangan
ke dalam vagina pada sisi punggung bayi.
8) Jika semua tindakan diatas tetap tidak dapat melahirkan bahu, terdapat
manuver-manuver lain yang dapat dilakukan, misalnya kleidotomi, simfisiotomi,
metode sling atau manuver Zavanelli. Namun manuver- manuver ini hanya
boleh dikerjakan oleh tenaga terlatih.
Upaya Pencegahan
Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu.
152
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
I. INFEKSI NIFAS
Definisi
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke
dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas
Faktor Predisposisi
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti: infeksi, anemia
malnutrisi, anemia.
2. Persalinan dengan masalah seperti partus lama dengan ketuban pecah dini,
persalinan traumatik
3. Tindakan obstetri operatif.
4. Tertinggalnya selaput ketuban, sisa plasenta, dan bekuan darah dalam rongga
Rahim.
153
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Faktor Predisposisi
1. Multiparitas.
2. Kehamilan multipel.
3. Ketuban pecah dini.
4. Hidramnion.
5. Tali pusat yang panjang.
6. Malpresentasi.
Diagnosis
Pemeriksaan tali pusat dilakukan pada setiap pemeriksaan dalam saat persalinan. Setelah
ketuban pecah, lakukan lagi pemeriksaan tali pusat bila ibu memiliki faktor risiko seperti di
tabel berikut. Berikut ini prosedur khusus yang dilakukan pada kondisi tertentu:
Bila ibu tidak memiliki faktor risiko dan ketuban jernih, pemeriksaan tali pusat tidak perlu
dilakukan. Jika pecah ketuban terjadi spontan, denyut jantung janin normal, dan tidak ada
faktor risiko prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina tidak perlu dilakukan bila ketuban
jernih. Setelah ketuban pecah, periksa pula denyut jantung janin. Curigai adanya prolaps
tali pusat bila ada perubahan pola denyut jantung janin yang abnormal setelah ketuban
pecah atau amniotomi.
154
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Tali pusat terkemuka
1) Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan
posisi knee chest atau
Trendelenburg.
2) Segera rujuk
ibu ke fasilitas yang menyediakan layanan seksio sesarea.
Gambar 34.
Algoritma Penanganan Prolaps Tali Pusat
155
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik atau 90 mmHg untuk
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya
normotensi.
Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan
kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis.
Faktor predisposisi
1) Riwayat hipertensi sebelumnya.
2) Riwayat preeklampsia sebelumnya.
3) Diabetes melitus.
4) Obesitas sebelum hamil.
5) Kehamilan kembar.
6) Penyakit trofoblas.
7) Hidramnion.
8) Faktor herediter.
Diagnosis
1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg.
2) Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada
usia kehamilan <20 minggu.
3) Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin).
4) Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal.
TataLaksana
1) Ketika pertama kali ditemukan ibu hamil dengan hipertensi kronik harus
dikonsultasikan kepada Dokter Spesialis Obgin dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
156
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Diagnosis
1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg.
2) Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di
usia kehamilan
<12 minggu.
3) Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin).
4) Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati dan
trombositopenia.
5) Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan.
Tata Laksana
1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin.
157
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
A.3. PREEKLAMPSIA
Diagnosis
Preeklampsia
1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
dengan tes celup
urin menunjukkan proteinuri 1+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan
hasil >300 mg/24 jam.
2) Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu tanpa melihat
proteinuri.
Preeklampsia Berat
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu tanpa melihat
proteinuria
dan disertai keterlibatan organ lain:
1) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati.
2) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas.
3) Sakit kepala , skotoma penglihatan.
4) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion.
5) Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif.
6) Oliguria (urine output< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl.
A.4. EKLAMPSIA
1) Kejang umum dan/atau koma.
2) Ada tanda dan gejala preeklampsia.
3) Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis).
158
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
Ibu hamil dengan preeklampsia harus dirujuk ke rumah sakit. Sebelum dilakukan
rujukan ke rumah sakit lakukan stabilisasi awal sebagai berikut:
159
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Penanganan Hipertensi
1) Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu mendapat terapi antihipertensi.
2) Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan ketersediaan
obat. Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan misalnya nifedipin,
nikardipin dan metildopa.
Berikut ini adalah dosis dari masing – masing obat antihipertensi
Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk melanjutkan
terapi antihipertensi hingga persalinan
1) USG (untuk memantau pertumbuhan janin).
2) Rujuk.
Tidak ada bukti yang menunjukkan manfaat dari pembatasan aktifitas (istirahat di
rumah), pembatasan asupan garam dan pemberian vitamin C dan E dosis tinggi
Tata Laksana
1) Posisikan ibu dalam posisi tegak.
2) Berikan oksigen.
Berikan furosemide 40mg IV.
3) Batasi cairan yang masuk.
4) Rujuk.
160
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Definisi
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan,
sementara perdarahan pasca persalinan sekunder adalah perdarahan pervaginam yang
lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan.
Diagnosis
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan ≥500 ml setelah bayi lahir atau yang
berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu.
Faktor Predisposisi
1) Kelainan implantasi dan pembentukan plasenta: plasenta previa, solutio plasenta,
plasenta akreta/inkreta/perkreta, kehamilan ektopik, mola hidatidosa.
2) Trauma saat kehamilan dan persalinan: episiotomi, persalinan per vaginam dengan
instrumen (forsep di dasar panggul atau bagian tengah panggul), bekas SC atau
histerektomi.
3) Volume darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat badan kurang,
preeklampsia berat/eklampsia, sepsis, atau gagal ginjal.
4) Gangguan koagulasi.
5) Pada atonia uteri, penyebabnya antara lain uterus overdistensi (makrosomia,
kehamilan kembar, hidramnion atau bekuan darah), induksi persalinan, penggunaan
agen anestetik (agen halogen atau anastesia dengan hipotensi), persalinan lama,
korioamnionitis, persalinan terlalu cepat dan riwayat atonia uteri sebelumnya.
Tabel 21.
Penyebab Perdarahan Pasca Persalinan, Tanda dan Gejala
PENYEBAB GEJALA DAN TANDA
Atonia uteri Perdarahan segera setelah anak lahir
Uterus tidak berkontraksi atau lembek
Retensio plasenta Plasenta belum dilahirkan dalam 30 menit setelah kelahiran bayi
Sisa plasenta Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap
Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pascasalin disertai subinvolusi uterus
Robekan Jalan Perdarahan segera
lahir Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
PENYEBAB GEJALA DAN TANDA
Ruptur Uteri Perdarahan segera (perdarahan intraabdominal dan/atau pervaginam)
Nyeri perut yang hebat
Kontraksi yang hilang
161
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Tata Laksana
a. Tata Laksana Umum
1) Panggil bantuan.
2) Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
3) Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok.
4) Berikan oksigen.
5) Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) mulai
pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat)
sesuai dengan kondisi ibu. (lihat tabel berikut).
Tabel 22.
Jumlah Cairan Infus Pengganti berdasarkan Perkiraan Volume Kehilangan
Darah
Pada saat memasang infus, lakukan juga pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan.
162
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
9) Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi
(jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
10) Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
11) Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan
jumlah cairan yang masuk. (CATATAN: produksi urin normal 0.5-1 ml/ kgBB/jam
atau sekitar 30 ml/jam).
12) Siapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan
keadaan anemia berat:
1 unit whole blood (WB) atau packed red cells (PRC) dapat menaikkan
hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit sebesar 3% pada dewasa normal.
Mulai lakukan transfusi darah, setelah informed consent
ditandatangani
untuk persetujuan transfus.
13) Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan Tata Laksana spesifik
sesuai penyebab.
CATATAN:
Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang
mengandung oksitosin
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi
berat/ tidak terkontrol, penderita sakit jantung dan
penyakit pembuluh darah tepi
b.2. Retensio Plasenta
1) Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer
163
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Apabila sudah terjadi ruptura uteri, tindakan yang terbaik adalah laparatomi. Janin
dikeluarkan lebih dahulu dengan atau tanpa pembukaan uterus (hal yang
terakhir ini jika janin sudah tidak di dalam uterus lagi), kemudian dilakukan kontrol
perdarahan dan seringkali sampai harus sampai tindakan pengangkatan uterus
164
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
(histerektomi)
165
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
166
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Semua langkah tersebut perlu dikuasai oleh petugas kesehatan yang bertugas di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik di unit gawat darurat maupun di ruang bersalin dan bahkan
ruang perawatan.
1. STABILISASI PASIEN
Stabilisasi dan merujuk secara tepat waktu dengan kondisi optimal akan sangat membantu
pasien untuk dapat ditangani secara adekuat dan efektif. Dalam sistem pelayanan
kegawatdaruratan dan rujukan kesehatan antar fasilitas, hendaknya dibuat perangkat dan
mekanisme operasional yang jelas antar unsur yang terlibat.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk jejaring rujukan dimulai
dari fasilitas kesehatan tingkat pertama hingga ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
Fasilitas kesehatan rujukan di suatu daerah dapat terdiri dari RS pemerintah dan RS
swasta. Keduanya sangat perlu disatukan dalam sebuah jejaring rujukan dengan peta
kemampuan, saran dan prasarana yang jelas. Hal ini akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi rujukan.
167
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
2)Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa
antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi.
Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan
dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi
pasien.
3. PERENCANAAN RUJUKAN
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan harus
mendapatkan persetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu
memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan
dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:
1) Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan.
2) Alasan untuk merujuk ibu.
3) Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan.
4) Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan.
5) Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk merujuk.
6) Tujuan rujukan.
7) Modalitas dan cara transportasi yang digunakan.
8) Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu.
9) Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan yang dituju
10) Perkiraan lamanya waktu perawatan.
11) Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen
kelengkapan untuk
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan).
12) Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan
modalitas
transportasi lain.
13) Pilihan akomodasi untuk keluarga.
Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan kepada
tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:
1) Indikasi rujukan.
2) Kondisi ibu dan janin.
168
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
3) Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan
dan cuaca
menuju tujuan rujukan.
4) Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan.
5) Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum transportasi,
berdasarkan sebelumnya pengalaman-pengalaman rujukan.
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah:
1) Nama pasien.
2) Nama tenaga kesehatan yang merujuk.
3) Indikasi rujukan.
4) Kondisi ibu dan janin.
5) Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya.
6) Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien.
Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui oleh
tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.
1) Lengkapidankirimlahberkas-berkasberikutini(secaralangsungataupun melalui
faksimile) sesegera mungkin:
Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil
pemeriksaan,
diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan
tanda tangan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan).
Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal.
Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini.
Hasil pemeriksaan penunjang.
Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan.
2) Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
3) Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul berukuran
16 atau 18.
4) Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah
berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi,
penanganan kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien.
5) Periksakelengkapanalatdanperlengkapanyangakandigunakanuntuk merujuk, dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi.
6) Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
7) Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
Keadaan umum pasien.
Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernapasan).
Denyut jantung janin.
Presentasi.
Dilatasi serviks.
169
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Letak janin.
Kondisi ketuban.
Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi.
8) Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan dan
jam pemeriksaan terakhir.
Perlengkapan
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik dibutuhkan untuk melakukan
rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan obstetri). Pada dasarnya, perlengkapan yang
digunakan untuk proses rujukan ibu sebaiknya memiliki kriteria:
1) Akurat.
2) Ringan, kecil, dan mudah dibawa.
3) Berkualitas dan berfungsi baik.
4) Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat percepatan dan getaran.
5) Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca eksteim tanpa kehilangan akurasinya.
6) Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan jika digunakan dalam pesawat
terbang.
7) Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa mengganggu sumber listrik
kendaraan.
Perlengkapan Umum
1) Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga cadangan).
2) Tandu (stretcher).
3) Stetoskop.
4) Termometer.
5) Baskom muntah.
6) Lampu senter.
7) Sfignomanometer (digital lebih baik).
8) Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin).
9) Infusion pump (tenaga baterai).
10) Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukuran).
11) Pembalut wanita, diutamakan pembalut khusus pascasalin.
12) Lubrikan steril.
13) Larutan antiseptik.
170
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
171
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus disesuaikan
dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan. Berikut ini adalah contoh
tampilan desain ambulans sederhana yang dapat digunakan untuk merujuk ibu.
4. RUJUKAN BALIK
Definisi
Rujukan balik merupakan sarana komunikasi antara RS rujukan dengan faskes perujuk.
172
TATA LAKSANAKEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Tujuan
Melibatkan faskes perujuk dalam pemantauan dan penanganan pasca perawatan sehingga
segera dapat dikenali apabila timbul kegawatdaruratan lebih lanjut.
1.8. REFERENSI
1. JNPK-KR, 2007, Pedoman Pelatihan PONED.
2. WHO-Kemenkes 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu.
3. ACOG. Hemorrhagic syok. Educational Bulletin #235, 1997.
4. Choi PT-L et al. Crystalloid vs. colloids in fluid resuscitation: A systematic review.
Critical Care Medicine. 1999;27:200-10.
5. Scheirhout and Roberts.Fluid resuscitation with colloid or crystalloid in critically ill
patients: A systematic review of randomized trials. BMJ. 1998;316:961-4.
173