Anda di halaman 1dari 60

Panduan Belajar

KETERAMPILAN MEDIK
Asuhan Persalinan Normal
(APN)
Untuk Mahasiswa Kedokteran

Edisi 2
Tahun 2016

Penulis:
dr. Ario Dananto, Sp.OG

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Panduan Belajar
KETERAMPILAN MEDIK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Untuk Mahasiswa Kedokteran

Edisi 1
dr. Yanna Indrayana, Sp.JP

Edisi 2
dr. Ario Danianto, Sp.OG
Cetakan Pertama, Januari 2016

Hak Cipta © 2016 dilindungi oleh Undang – Undang


All right reserved
Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
Jalan Pendidikan 37 Mataram Telp. (0370) 640874

Sebagian besar gambar dan ilustrasi pada langkah prosedur merupakan hak milik
Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Buku ini di setting dengan bentuk huruf Bell MT

Laboratorium Keterampilan Medik ii


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

PENYUSUN PENULIS

dr. Ario Danianto, Sp.OG


Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan,
Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram, Nusa Tenggara Barat

EDITOR

dr. Monalisa Nasrul, Sp.M


Fakultas Kedokteran Universitas Mataram,
Nusa Tenggara Barat

dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M, M.Sc


Fakultas Kedokteran Universitas Mataram,
Nusa Tenggara Barat

Laboratorium Keterampilan Medik iii


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Halaman Hak Cipta ii
Asuhan Persalinan Normal
Halaman Penulis iii
Alat yang dibutuhkan 31
Daftar Isi iv
Langkah Prosedur 32
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
Daftar Istilah dan Singkatan vii Latihan
Skenario 46
Checklist 47
Pendahuluan 50
Umpan Balik
Kata Pengantar 2
Skenario 3 52
Tujuan Pembelajaran
Daftar Pustaka
4
Piramida Pembelajaran 5
Index 53

Rencana Pembelajaran
Alokasi Waktu 6
Tata Tertib 7

Materi
Anatomi Jalan Lahir dan Janin 8
Fisiologi Persalinan 14
Tahapan dan Batasan Persalinan
Normal
Kala I 15
Partograf 17
Kala II 24
Kala III 29
Kala IV 30

Laboratorium Keterampilan Medik iv


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode 4
Pembelajaran dan Metode Penilaian untuk setiap tingkat
kemampuan
Tabel 1.2. Tabel Tingkat Keterampilan Klinis ANC 5
Tabel 1.3. Tabel Rencana Alokasi Waktu 6
Tabel 1 Ukuran – ukuran kepala janin 13
Tabel 2 Disfunctional labor 16
Episiotomi Suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara,
jaringan pada septum rektovaginal, otot – otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum
APN Asuhan Persalinan Normal

Laboratorium Keterampilan Medik v


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Learning Pyramid 5


Gambar 1 Tulang Pelvis 9
Gambar 2 Bidang Pelvis 9
Gambar 3 Diameter Pelvis 10
Gambar 4 Ukuran – ukuran panggul dalam 10
Gambar 5 Cara mengukur konjugata diagonalis 10
Gambar 6 Macam – macam bentuk pelvis 11
Gambar 7 Bidang Hodge 11
Gambar 8 Diafragma panggul 12
Gambar 9 Fetal skull 13
Gambar 10 Normal progress of labor (Friedman Curve) 16
Gambar 11 Bagian infromasi tentang ibu pada partograf 18
Gambar 12 Lajur pencatatan DJJ, air ketuban dan moulase pada 18
partograf
Gambar 13 Contoh pencatatan pembukaan serviks pada partograf 21
Gambar 14 Contoh pencatatan penurunan kepala pada partograf 21
Gambar 15 Contoh pencatatan dan lamanya kontraksi uterus 23
Gambar 16 Cardinal movement of labor 25
Gambar 17 Posisi meneran duduk atau setengah duduk 26
Gambar 18 Posisi ibu jongkok atau berdiri 28
Gambar 19 Posisi ibu merangkak atau miring ke kiri 28

Laboratorium Keterampilan Medik vi


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Partograf Alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik
Nulipara/ Kehamilan untuk pertama kalinya
Primigravida
Mekonium Feses pertama bayi yang baru lahir, kental, lengket, berwarna
hitam kehijauan
CPD Cephalo Pelvic Disproportion (disproporsi kepala-panggul)
Amniotomi Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan
membuat robekan kecil
Episiotomi Suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum rektovaginal, otot – otot dan fasia perineum dan
kulit sebelah depan perineum
APN Asuhan Persalinan Normal

Laboratorium Keterampilan Medik 7


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya bagi Allah SWT, pemilik dan penguasa alam semesta,
yang memungkinkan semua cita-cita baik dan kerja keras menjadi kenyataan. Selawat
teriring salam dikirimkan kepada Rasulullah SAW, pendidik dan tauladan segala sisi
kehidupan.
Beranjak dari kebutuhan dan kesadaran diperlukannya buku panduan
keterampilan medik yang sederhana, informative, praktis, updated dan handy, kami
mengadakan revisi mayor untuk seluruh buku panduan keterampilan medik FK
Unram. Buku ini tampil dengan wajah baru, less text dan lebih padat berisikan detil
langkah-langkah pelaksanaan yang lebih sistematik disertai dengan ilustrasi dan foto
terbaru yang dibuat sendiri oleh tim laboratorium keterampilan medik FK Unram.
Kemajuan ilmu pengetahuan yang dinamis kami akomodir dengan memberikan saran
bacaan yang relevan sehingga mahasiswa mengetahui variasi teknik pemeriksaan
yang mungkin dipakai di senter pendidikan lain.
Kami menyadari bahwa keterampilan medis merupakan core competency yang
harus dimiliki oleh mahasiswa FK Unram sehingga diharapkan buku panduan
keterampilan medik ini dapat digunakan dari level akademik sampai tahap profesi
sebagai pendamping text book yang sudah ada.
Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat.
Kepada para kontributor yang telah turut bekerja keras menyumbangkan keahlian
dan pemikirannya dalam penyusunan buku ini. Kepada tim editor atas kreativitas dan
ketekunannya dan kepada tim laboratorium tramed FK Unram atas kerjasama dan
kekompakannya.
Semoga buku ini bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mataram, Agustus 2015


Ketua Lab. Keterampilan Medik

dr. Monalisa Nasrul , Sp.M

Laboratorium Keterampilan Medik 8


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

SKENARIO

Anda adalah dokter yang bertugas jaga malam di kamar bersalin RSUP NTB.
Seorang wanita usia 25 tahun datang ke kamar bersalin RSUP NTB didampingi oleh
suaminya. Oleh Anda dilakukan anamnesis, didapatkan G2P1A0, saat ini ibu
merasakan ingin meneran sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan perineum
terlihat menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka, pembukaan
serviks telah lengkap dan tampak bagian kepala bayi pada introitus vagina. Dari
hasil pemeriksaan tersebut, Anda kemudian merencanakan untuk melakukan
pimpinan persalinan Kala II. Anda kemudian memberikan penjelasan mengenai
tindakan pimpinan persalinan kepada pasien dan keluarga untuk memperoleh inform
consent. Penjelasan meliputi prosedur, manfaat serta resiko proses persalinan. Setelah
itu, anda mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.

!
INGATLAH !
• Harus selalu memperoleh informed consent sebelum
melakukan tindakan
• Menjaga perilaku profesional dan etika kedokteran

Laboratorium Keterampilan Medik 9


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

TUJUAN PEMBELAJARAN

▪ TARGET KOMPETENSI
Mahasiwa mampu melakukan demonstrasi pimpinan persalinan pada alat peraga.

▪ KATEGORI KOMPETENSI
Kategori keterampilan klinis dokter berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia tahun 2012 adalah :
Tingkat kompetensi 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri
 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan/
atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan
Metode Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan
KRITERIA Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu melakukan
Tingkat secara mandiri
Keterampilan Mampu melakukan di bawah supervisi
Klinis Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Melakukan pada
akseptor
Metode
Mampu melakukan di bawah supervisi
Pembelajaran
Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Metode
Penyelesaian Objective Workbased
Penilaian
kasus secara Structured Asessment seperti
Ujian Tulis tertulis dan/ Clinical mini – CEX,
atau lisan (oral Examination portofolio, logbook,
test) ( OSCE) dsb

Laboratorium Keterampilan Medik 10


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

▪ KETERAMPILAN KLINIS
Tabel 1.2. Tabel Tingkat Keterampilan Klinis ANC

No Keterampilan Tingkat
keterampilan
1 Manajemen Kala I
Pemeriksaan Abdomen 4
Pemeriksaan Dalam 3
2 Manajemen Kala II 3
3 Manajemen Kala III 3
4 Manajemen Kala IV 4

PIRAMIDA PEMBELAJARAN

Kuliah

Membaca

Mendengar dan Melihat

Demontrasi

Diskusi Kelompok

Mengajar orang lain – Aplikasi langsung

Latihan Mandiri

Gambar 2.1. Learning Pyramid2


Laboratorium Keterampilan Medik 11
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

RENCANA PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU

Tabel 1.2. Tabel Rencana Alokasi Waktu


Yang
No. Isi Ket.
Terlibat
1. Pertemuan ke-0 Demo pakar Seluruh 2 x 50
- Menit 0-20 : penyampaian materi persiapan dosen menit
keterampilan medik instruktur
- Menit 21-60 : demo keterampilan medik dan
- Menit 61-100 : diskusi mahasiswa

2. Pertemuan I Demo instruktur Dosen 3 x 50


- Menit 0-30 : dosen instruktur melakukan instruktur menit
penyamaan persepsi di ruang tramed dan
- Menit 31-40 : pelaksanaan pre-test mahasiswa
- Menit 41-100 : pelaksanaan demo instruktur
(durasi tergantung banyaknya materi)
- Menit 101-150 : latihan terstruktur

3. Pertemuan II dan III Latihan terstruktur I Mahasiswa 3 x 50


dan II didampingi menit
- Mahasiswa melakukan role play dan setelahnya dosen
wajib diberikan umpan balik oleh dosen instruktur
instruktur

4. Pertemuan IV Latihan mandiri Dosen 3 x 50


- Menit 0-50: mahasiswa melakukan sendiri instruktur menit
- Menit 51-90: feedback review oleh dosen dan
instruktur mahasiswa
- Menit 91-100 : pelaksanaan post-test

Laboratorium Keterampilan Medik 12


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

TATA TERTIB
1. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila
terlambat ≥ 15 menit peserta dilarang masuk.
2. Peserta harus berpakaian rapi dan sopan, dilarang memakai jeans, kaos oblong,
rok mini, legging/celana ketat.
3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti
kegiatan keterampilan medik.
4. Peserta dilarang coret-coret di manekin, tembok, dan meja.
5. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik
berlangsung.
6. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik.
7. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan-bahan yang telah
digunakan.
8. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih
dahulu dan alat kembali dalam keadaan seperti semula.
9. Apabila terdapat kerusakan dalam peakaian alat dan bahan, peserta wajib
menggantinya.
10. Peserta dilarang memperbanyak buku dan checklist keterampilan medik tanpa
sepengetahuan laboratorium keterampilan medik.
11. Apabila berhalangan hadir segera menghubungi pengelola tramed untuk
menyelesaikan administrasi.
12. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik:
• Absensi kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan lembar kehadiran
mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh
dosen/instruktur yang bersangkutan.
• Tidak ada tanggungan peminjaman alat.
• Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik.
• Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian/evaluasi oleh koordinator
keterampilan medik.
13. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur
kemudian.
14. Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi.
Mataram, Agustus 2015
Ketua Lab Keterampilan Medik
dr. Monalisa Nasrul, Sp.M

Laboratorium Keterampilan Medik 13


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

MATERI

Angka Kematian Ibu di Indonesia termasuk sangat tinggi jika dibandingkan


dengan angka kematian ibu di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara.
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang termasuk
di Indonesia terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklampsia, sepsis
dan komplikasi keguguran, dimana proporsi kematian yang disebabkan oleh
perdarahan menempati posisi tertinggi.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara
berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Telah terjadi pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya komplikasi
dan kemudian menanganinya, menjadi pencegahan komplikasi dengan ditetapkannya
suatu standar 58 langkah Asuhan Persalinan Normal. Fokus asuhan persalinan
normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi.
Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan
terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

ANATOMI
Anatomi Jalan Lahir dan Janin

ANATOMI JALAN LAHIR

Anatomi jalan lahir terdiri dari 2 bagian yaitu:


a. Bagian keras : pelvis
b. Bagian lunak : otot, jaringan, ligament

PELVIS
Tulang pelvis terdiri dari tulang ileum dan ischium, dibelakang bertemu
dengan tulang sakrum, didepan bertemu pada simfisis pubis (Gambar 1). Secara
fungsional terdiri dari 2 bagian yaitu :

Laboratorium Keterampilan Medik 14


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

1. Pelvis mayor (false pelvis) : bagian pelvis di atas linea terminalis (linea inominata),
dibatasi oleh vertebra lumbal, fossa iliaka lateral, dan bagian bawah dinding
abdomen anterior
2. Pelvis minor (true pelvis): bagian pelvis di bawah linea terminalis, bagian atas
dibatasi oleh promontorium, ala sakrum dan linea terminalis, tepi atas tulang
pubis, bagian bawah dibatasi oleh pelvic outlet. Pelvis mayor adalah bagian yang
penting dalam obstetri.

Gambar 1. Tulang pelvis


Bidang dan diameter pelvis
3 bidang imajiner yang penting di bidang
obstetri (Gambar 2):
1. Pelvic inlet / Pintu Atas Panggul
(PAP) → bidang di antara
promontorium sampai tepi atas
simfisis pubis (X-X)
2. Midpelvis → bidang setinggi spina
iskiadika
3. Pelvic outlet / Pintu Bawah Panggul
(PBP) → bidang antara tepi S5
Gamabr 2. Bidang pelvis sampai bagian bawah simfisis pubis

Laboratorium Keterampilan Medik 15


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

(X-X)

Gambar 3. Diameter pelvis Gambar 4. Ukuran – ukuran panggul


dalam
Ukuran-ukuran panggul dalam yang penting (Gambar 3 dan 4):
1. Diameter anteroposterior bidang Inlet : jarak terdekat antara promontorium dan
simfisis = Konjugata obstetrika = Konjugata diagonalis – 1,5 sampai 2 cm
2. Diameter transversa : jarak terjauh garis melintang pada PAP = 12,5 – 13 cm
3. Diameter obliqua : garis dari artikulatio sakroiliaka ke iminensia iliopektineal
pelvis sisi sebrangnya = 13 cm
4. Konjugata diagonalis : jarak bagian bawah simfisis ke promontorium = lebih dari
11,5 cm
5. Konjugata sejati = Konjugata vera : jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium

Gambar 5. Cara mengukur konjugata diagonalis

Laboratorium Keterampilan Medik 16


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Bentuk Pelvis

Gambar 6. Macam – macam bentuk pelvis

Bidang Hodge
Hodge
I bidang PAP setinggi
batas tepi atas simfisis
II bidang sejajar HI
setinggi batas tepi
bawah simfisis
III bidang sejajar HI
setinggi spina iskiadika
bidang sejajar HI
IV setinggi ujung bawah os
Gambar 7. Bidang Hogde koksigeus

Bagian Lunak Jalan Lahir


Bagian lunak yang berperan dalam persalinan:
1. Segmen bawah rahim
2. Serviks
3. Vagina

Laboratorium Keterampilan Medik 17


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Diafragma panggul
Terdiri dari :
1. Diafragma pelvis: bagian dalam yang terdiri dari m. levator ani,
m.pubococcygeus, m. ileococcygeus, dan m.ischiococcygeus
2. Diafragma urogenital tdd perineal fasia otot-otot superficial

Gambar 8. Diafragma panggul

JANIN

Postur janin dalam rahim :


1. Sikap (habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, bisanya
terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala,
tulang punggung dan kaki dalam keadaan fleksi serta lengan bersilang di dada
2. Letak (fetal lie)
Menunjukkan sumbu janin terhadap sumbu ibu.
a. letak membujur (longitudinal) : sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, bisa
letak kepala atau letak sungsang
b. letak lintang (transverse) : sumbu janin tegak lurus dengan sumbu ibu
c. letak oblik (oblique) : sumbu janin dan sumbu ibu membentuk sudut sampai
45°
3. Presentasi

Laboratorium Keterampilan Medik 18


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Menunjukkan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada
palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, bokong, bahu,
dll.
4. Posisi
Menunjukkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri atau
belakang terhadap sumbu ibu. Misalnya pada letak belakang kepala, ubun-ubun
kecil (uuk) kiri depan atau uuk kanan belakang.

Ukuran – ukuran Janin

Gambar 9. Fetal skull


Tabel 1. Ukuran – ukuran kepala janin
Ukuran-ukuran kepala janin
1 Diameter suboksipito bregmatikus presentasi belakang kepala 9,5 cm
2 Diameter oksipito-frontalis presentasi puncak kepala 11,5 cm
3 Diameter oksipito-mentalis presentasi dahi 13,5 cm
4 Diameter submento-bregmatikus presentasi muka 9,5 cm
5 Diameter mento-vertikal presentasi dagu 14 cm
6 Diameter biparietalis jarak antara kedua tuber ossis 9,5 cm
parietalis
7 Diameter bitemporalis jarak antara os temporalis 8 cm
kanan-kiri
8 Sirkumferensia suboksipito-bregmatikus 32 cm

Laboratorium Keterampilan Medik 19


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

9 Sirkumferensia submento-bregmatikus 32 cm
10 Sirkumferensia oksipito-frontalis 34 cm
11 Sirkumferensia mento-oksipitalis 35 cm
Ukuran badan lain dari janin
12 Bahu
- jarak 12 cm
- lingkaran 34 cm
13 Bokong
- jarak trokanter 9,5 – 10 cm

FISIOLOGI PERSALINAN
Fisiologi Persalinan, Tahapan dan Batasan Persalinan Normal, Partograf

FISIOLOGI PERSALINAN

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Di akhir kehamilan, uterus menjadi lebih eksitabel. Penyebab yang pasti dari
peningkatan aktivitas uterus tersebut tidak diketahui, tapi sampai saat ini diketahui
dua penyebabnya yaitu:
a. Perubahan hormon
- Peningkatan rasio estrogen terhadap progesterone
- Efek oksitosin
Efek hormon fetus : Pituitary fetus menghasilkan oksitosin, Kelenjar adrenal
fetus menghasilkan kortisol yang juga merupakan uterine stimulant, fetal
membrane menghasilkan progesteron yang meningkatkan intensitas
kontraksi uterus
b. Perubahan mekanis
- Peregangan otot uterus meningkatkan kontraktilitasnya
- Peregangan atau iritasi saraf di serviks menimbulkan refleks terhadap korpus
uteri

! Tanda dan gejala in partu:


- Penipisan dan pembukaan serviks
Laboratorium Keterampilan Medik 20
- Kontraksi
FAKULTAS uterus yangUNIVERSITAS
KEDOKTERAN mengakibatkanMATARAM
perubahan serviks
- Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
Keterampilan Medik APN

TAHAPAN DAN BATASAN PERSALINAN NORMAL

Proses persalinan normal meliputi:


- Kala I : dimulai dari kontraksi sampai pembukaan serviks lengkap
- Kala II : dimulai ketika pembukaan serviks lengkap sampai lahirnya bayi
- Kala III : dimulai setelah lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
- Kala IV : dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setalah itu
Untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik digunakan partograf.

KALA I

! Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Terdiri atas dua fase, yaitu:
a. Fase laten
b. Fase aktif

a. Fase laten:
- Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm.
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
- Memanjang jika pada nulipara > 20 jam dan pada multipara > 14 jam
b. Fase aktif:
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat jika terjadi 3x atau lebih dalam 10 menit, @
min 40 detik)

Laboratorium Keterampilan Medik 21


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

- Dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap (10 cm).


- Kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau > 1 cm
hingga 2 cm (multipara).
- Terjadi penurunan (descent) bagian terbawah janin
- Terdiri dari tiga fase / periode:
✓ Acceleration Phase. Peningkatan bertahap dilatasi serviks, berlangsung 2
jam, pembukaan sampai 4 cm
✓ The phase of maximum slope. Periode dilatasi serviks paling cepat,
berlangsung 2 jam, pembukaan sampai 9 jam
✓ Deceleration Phase. Dilatasi serviks melambat, berlangsung 2 jam,
pembukaan sampai 10 cm.

Gambar 10. Normal progress of labor (Friedman Curve)

Laboratorium Keterampilan Medik 22


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Tabel 2. Disfunctional labor

PARTOGRAF

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk:
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
- Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
- Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir

Partograf harus digunakan:


- Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan, baik normal maupun
patologis.
- Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat.
- Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan
bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Laboratorium Keterampilan Medik 23


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Pencatatan Temuan pada Partograf


Yang dicatat dalam partograf meliputi:
1. Informasi tentang ibu
2. Kondisi janin
3. Kemajuan persalinan
4. Obat – obatan dan cairan yang diberikan
5. Kondisi ibu
6. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

1. Informasi Tentang Ibu


Catat:
1. Nama, umur;
2. Gravida, para, abortus (keguguran);
3. Nomor catatan medik/nomor puskesmas;
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu);
5. Waktu pecahnya selaput ketuban dan waktu mulainya kontraksi uterus

Gambar 11. Bagian infromasi tentang ibu pada partograf

2. Kondisi Janin
a. Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian partograf
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ.
Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai
dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu
dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung (Gambar 12).

Laboratorium Keterampilan Medik 24


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal


pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ
mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.

Gambar 12. Lajur pencatatan DJJ, air ketuban dan moulase pada partograf

b. Warna dan adanya air ketuban


Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam
kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ (Gambar 12). Gunakan lambang -
lambang berikut ini:
U selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi
(“kering”)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya


gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk
mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada
tandatanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per
menit) maka ibu harus segera dirujuk.
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat
yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir.
c. Penyusupan (molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.

Laboratorium Keterampilan Medik 25


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala


semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD). Lakukan
tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan
proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang
(molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai (Gambar
14) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi
1 tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
3 tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan

3. Kemajuan Persalinan
a. Pembukaan serviks
Angka 0–10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks (Gambar 15). Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya
dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak
tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain
menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Nilai dan catat
pembukaan servikssetiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ‘x’ harus dicantumkan di garis
waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan:
- Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan
(pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada
garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil
periksa dalam) dan cantumkan tanda ‘x’ pada ordinat atau titik silang
garis dilatasi serviks dan garis waspada.
- Hubungkan tanda ‘x’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).

Laboratorium Keterampilan Medik 26


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Contoh: Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rihana (Gambar 13): Pada
pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif.
Pembukaan serviks dicatat di “garis waspada” dan waktu pemeriksaan ditulis
dibawahnya.

Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak


dicantumkan pada garis waspada tetapi pada angka yang tertera pada garis
tepi kolom pembukaan

Gambar 13. Contoh pencatatan pembukaan serviks pada partograf


b. Penurunan bagian terbawah janin
Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah
janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan. Tulisan
“Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang
sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada
garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi
kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis
angka 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.
Contoh: catatan penurunan kepala pada partograf untuk Ibu Rihana
(Gambar 14):
Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5
Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5

Laboratorium Keterampilan Medik 27


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Gambar 14. Contoh pencatatan penurunan kepala pada partograf

Perhatikan :
- Garis waspada dan garis bertindak
- Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah
kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka
harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya: fase aktif yang
memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).
Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak
4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan
berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu
dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu
harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
- Jam dan waktu
✓ Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak
menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
✓ Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan

Laboratorium Keterampilan Medik 28


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan


dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian
atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah.
c. Kontraksi Uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi
dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan
temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan:

Gambar 15. Contoh pencatatan dan lamanya kontraksi uterus


4. Obat – obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
a. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan
tetesan per menit.
b. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam
kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
5. Kondisi Ibu

Laboratorium Keterampilan Medik 29


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf,


terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan
ibu selama persalinan.
a. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
- Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (•) pada
kolom waktu yang sesuai.
- Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai:
- Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam (lebih sering jika
terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) dan catat
temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
b. Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali
ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
6. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi
luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
- Jumlah cairan per oral yang diberikan
- Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
- Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgin, bidan, dokter umum)
- Persiapan sebelum melakukan rujukan
- Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan

KALA II

Laboratorium Keterampilan Medik 30


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

! Kala II
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Rata-rata nulipara 50 menit, multipara 20 menit.
Memanjang jika pada nulipara >2 jam, multipara >1jam.
Gejala dan tanda: “doran, teknus, vulka, perjol”

Cardinal movement of labor:


1 Engagement turunnya diameter biparietal (diameter terbesar kepala
janin) di bawah PAP
2 Descent bagian terbawah janin turun ke dasar panggul
3 Fleksi dagu menempel pada dada sehingga diperoleh diameter
suboccipito bregmatik pada bagian terbawah janin
4 Rotasi internal kepala bergerak ke depan sampai di bawah simfisis pubis
5 Ekstensi setelah mencapai vulva, kepala mengalami ekstensi
sehingga bagian dasar kepala kontak langsung dengan tepi
bawah simfisis pubis
6 Rotasi eksternal jika pada awalnya kepala mengarah ke kiri, rotasi eksternal
juga ke arah kiri dari tuberositas iskial
7 Ekspulsi lahirnya bahu depan di bawah simfisis pubis dan diikuti
dengan bahu belakang

Gambar 16. Cardinal movement of labor


Amniotomi
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
perlu dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat
dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban

Laboratorium Keterampilan Medik 31


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut
menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.

Meneran
Segera setelah terjadi pembukaan lengkap, sebagian besar penolong akan
segera memimpin persalinan dengan menginstruksikan untuk “menarik nafas
panjang dan meneran”. Ibu dipimpin meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih
(“meneran dengan tenggorokan terkatup” atau manuver Valsava), tiga sampai empat
kali per kontraksi. Hal ini ternyata akan mengurangi pasokan oksigen ke bayi yang
ditandai dengan menurunnya denyut jantung janin (DJJ) dan nilai Apgar yang lebih
rendah dari normal. Cara meneran seperti tersebut diatas, tidak termasuk dalam
penatalaksanaan fisiologis kala dua. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu
memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya
memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harap diingat
bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi
uterus. Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
 Cara Meneran
- Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama
kontraksi.
- Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
- Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.
- Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk
meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
- Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
- Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran
bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura
uteri. Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila
mereka mencoba melakukan itu.
 Posisi Ibu Saat Meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat
mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat
membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan
menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.

Laboratorium Keterampilan Medik 32


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Posisi duduk atau setengah duduk (Gambar 19) dapat memberikan rasa
nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat di antara
kontraksi.

Gambar 17. Posisi meneran duduk atau setengah duduk


Episiotomi
Di masa lalu, dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang
tujuannya adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi
luka rata sehingga mudah dilakukan penjahitan (reparasi), mencegah penyulit atau
tahanan pada kepalan dan infeksi tetapi hal tersebut ternyata tidak didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang cukup. Tetapi sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa
episiotomi tidak diperbolehkan karena ada indikasi tertentu untuk melakukan
episiotomi (misalnya, persalinan dengan ekstraksi cunam, distosia bahu, rigiditas
perineum, dsb). Para penolong persalinan harus cermat membaca kata rutin pada
karena hal itulah yang tidak dianjurkan, bukan episiotominya.
Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan:
- meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma
- kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin
dibandingkan dengan tanpa episiotomi
- meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum
- meningkatnya risiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan)
Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi bila
didapatkan:
- Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
- Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi cunam
(forsep) atau ekstraksi vakum)

Laboratorium Keterampilan Medik 33


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

- Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan


persalinan

Posisi ibu saat melahirkan


Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun (Gambar 18 dan 19),
kecuali pada posisi berbaring telentang (supine position). Jika ibu berbaring
terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) menekan
vena cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi
utero-plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring
terlentang juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk
meneran secara efektif. Posisi yang paling umum adalah posisi litotomi. Pasien tidur
terlentang sambil merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala diangkat
sedikit, dagu mendekati dada sehingga pasien dapat melihat perutnya. Tetapi posisi
yang dipilih adalah posisi yang paling nyaman bagi ibu.

Gambar 18. Posisi ibu jongkok atau berdiri

Gambar 19. Posisi ibu merangkak atau miring ke kiri

KALA III

Laboratorium Keterampilan Medik 34


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

! Kala III
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban. Rata-rata berlangsung selama 10 menit,
memanjang jika > 30 menit.
Tiga tanda lepasnya plasenta:
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat

Manajemen Aktif Kala Tiga


Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis.
Keuntungan manajemen aktif kala tiga:
- persalinan kala tiga yang lebih singkat
- mengurangi jumlah kehilangan darah
- mengurangi kejadian retensio plasenta
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:
- pemberian suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar
(rektus lateralis) dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
- melakukan penegangan tali pusat terkendali
- masase fundus uteri

KALA IV

! Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
Pada Kala IV ini dilakukan monitor:
- Tekanan darah - Kontraksi uterus
- Nadi - Kandung kemih
- Temperatur - Perdarahan
- Tinggi fundus

Laboratorium Keterampilan Medik 35


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

Pemantauan pada Kala IV ini sangat penting, terutama untuk menilai


deteksi dini risiko atau kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi perdarahan
pascapersalinan. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama
setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Bila timbul
masalah selama kala IV, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut pada
bagian masalah kala IV. Selain itu pada Kala IV ini dilakukan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD).

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

ALAT DAN BAHAN YANG DIBUTUHKAN

1. Stetoskop Laenec atau Fetoskop


Pinnard/ Doppler
2. Timer/ arloji
3. Stetoskop
4. Tensimeter
5. Termometer
6. Kassa steril
7. Kapas steril

Partus set
8. Pinset
9. Klem
10. Gunting episiotomy
11. Cunam ½ ocher
12. Gunting tali pusat

Hecting set
13. Jarum
14. Benang
15. Gunting

Laboratorium Keterampilan Medik 36


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

16. Spuit 3 cc dan 10 cc

17. Sarung tangan steril/ DTT


18. Doek steril
19. Selimut/kain
20. Celemek
21. Klem tali pusat
22. Oksitosin
23. Lidokain
24. Cawan ginjal
25. Air DTT
26. Partograf dan alat tulis

58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN


KALA II – III – IV

Laboratorium Keterampilan Medik 37


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA


1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
- Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
- Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
- Perineum menonjol.
- Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PASIEN
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril
tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

III MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

Laboratorium Keterampilan Medik 38


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,


perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan
ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan dekontaminasi, langkah # 9).

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam


untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan


yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

Laboratorium Keterampilan Medik 39


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100 – 180 kali/
menit).
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
PIMPINAN MENERAN
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
- Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran:
- Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan
untuk meneran
- Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
- Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang).
- Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
- Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
- Menganjurkan asupan cairan per oral.
- Menilai DJJ setiap lima menit.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

Laboratorium Keterampilan Medik 40


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
- Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
V PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.

17. Membuka partus set.


18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

Laboratorium Keterampilan Medik 41


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

VI MENOLONG KELAHIRAN BAYI


Lahirnya Kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir.
- Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee
disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang
baru dan bersih.

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi:
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

Laboratorium Keterampilan Medik 42


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke


arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

Lahir badan dan tungkai


23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.

Laboratorium Keterampilan Medik 43


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya
saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

VII PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila
tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.

Laboratorium Keterampilan Medik 44


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (bayi tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit
IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat menggunakan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu).

31. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
32. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya
33. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,

Laboratorium Keterampilan Medik 45


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

membiarkan tali pusat terbuka.


Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang
sesuai.
VIII PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
Penegangan tali pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari
vulva
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan
tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan
cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut
mulai.
- Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan
arah pada uterus.

Laboratorium Keterampilan Medik 46


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak


sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
- Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
✓ Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
✓ Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
✓ Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
✓ Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
✓ Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hatihati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
- Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selaput yang tertinggal.

Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase

Laboratorium Keterampilan Medik 47


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus


berkontraksi (fundus menjadi keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik masase.

IX MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
X MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10 – 15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes

Laboratorium Keterampilan Medik 48


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

mata antibiotic profilaksis, dan vitamin K 1 mg intramuscular dip aha


kiri anterolateral
45. Setalah 1 jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di pada kanan anterolateral
- Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu bisa
disusukan
- Letakkan kemabali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan berikan sampai bayi
berhasil menyusu
EVALUASI
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
- Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
47. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
48. Mengevaluasi kehilangan darah.
49. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40 – 60x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 –
37,5oC)
Kebersihan dan keamanan
51. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

Laboratorium Keterampilan Medik 49


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah


dekontaminasi.
52. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
55. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
56. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
58. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

Laboratorium Keterampilan Medik 50


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

LATIHAN
P
SKENARIO

Skenario 1
Seorang wanita usia 25 tahun datang ke kamar bersalin RSU Mataram
didampingi oleh suaminya. Dari anamnesa didapatkan G2P1A0, saat ini
ibu merasakan ingin meneran sedangkan dari pemeriksaan fisik
didapatkan perineum terlihat menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani
terlihat membuka, pembukaan serviks telah lengkap dan tampak bagian
kepala bayi pada introitus vagina.

Lakukan pimpinan kala II dengan tepat !!

Skenario 2
Seorang wanita usia 25 tahun, baru saja melahirkan bayi laki-laki, berat
2700 g, panjang 25 cm. Pada ibu baru selesai dilakukan pimpinan
persalinan kala II dan telah dilakukan pemotongan tali pusat bayi.

Lakukan pimpinan Kala III dengan tepat !!

Laboratorium Keterampilan Medik 51


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

CHECKLIST

Pimpinan Persalinan Normal KALA II dan III


Dilakukan Dilakukan
Tidak
No Tahapan kurang dengan
dilakukan
lengkap lengkap
KOMUNIKASI
1. Konseling ibu pra-tindakan
2. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Membuat informed consent
Catatan :

PERSIAPAN PIMPINAN PERSALINAN NORMAL KALA II


4. Mengamati adanya tanda dan gejala
persalinan kala II
5. Memastikan perlengkapan, bahan, dan
obat-obatan esensial siap digunakan
(termasuk mematahkan ampul oksitosin 10
unit dan menempatkan spuit steril sekali
pakai dalam partus set)
6. Menggunakan celemek plastik
7. Mencuci tangan dengan teknik aseptik dan
mengeringkan dengan handuk yang bersih
dan kering
8. Memakai satu sarung tangan DTT
9. Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam
spuit
10. Membersihkan vulva dan perineum dengan
savlon
11. Mendekontaminasi sarung tangan dengan
benar
12. Mencuci kedua tangan dengan teknik
aseptik (seperti di atas)
13. Menyampaikan informasi tentang kondisi
ibu dan janin kepada ibu dan keluarga

Laboratorium Keterampilan Medik 52


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

14. Meletakkan handuk bersih di atas perut


ibu, meletakkan kain yang bersih di bawah
bokong ibu, dan membuka partus set
15. Memakai sarung tangan DTT pada kedua
tangan
Catatan:

MEMIMPIN PERSALINAN NORMAL KALA II


16. Melakukan pimpinan meneran
17. Melindungi perineum dengan satu tangan
dan menahan dengan lembut keluarnya
kepala bayi dengan tangan yang lain
18. Memeriksa lilitan tali pusat
19. Melahirkan bahu dengan benar
20. Melahirkan badan dan tungkai dengan
benar
21. Menilai dengan cepat dan mengeringkan
bayi dan membiarkan bayi diatas perut ibu
22. Memeriksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
23. Menyuntikkan oksitoksin dalam waktu 1
menit setelah setelah bayi lahir dengan
benar
24. Menjepit dan memotong tali pusat
25. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu
(IMD)
Catatan:

MEMIMPIN PERSALINAN NORMAL KALA III


26. Pemeriksa berdiri dihadapan pasien (sarung
tangan telah terpasang)
27. Memindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva
28. Melakukan peregangan tali pusat
terkendali dengan benar
29. Memastikan tanda-tanda lepasnya plasenta
(terdapat perubahan bentuk dan tinggi

Laboratorium Keterampilan Medik 53


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

uterus, tali pusat memanjang, semburan


darah mendadak dan singkat)
30. Meregangkan tali pusat mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus (dorso
kranial)
31. Melahirkan plasenta dengan benar
32. Melakukan masase uterus untuk
merangsang kontraksi uterus
33. Memeriksa kondisi plasenta dengan benar
34. Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus
35. Melakukan evaluasi kemungkinan laserasi
vagina dan perineum
36. Membuang bahan yang terkontaminasi
pada wadah yang telah disediakan,
membersihkan peralatan dan meletakkan
pada larutan klorin, melepaskan sarung
tangan dan mencuci tangan dengan metode
aseptik
Catatan:

KONSELING PASCA TINDAKAN


37. Memberi penjelasan kepada pasien
tindakan yang akan dilakukan dengan ibu
dan bayi selanjutnya
38. Mencatat dengan benar proses persalinan
pada lembar partograf
Catatan:

Laboratorium Keterampilan Medik 54


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

UMPAN BALIK

Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :



SARAN

Observer:
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :



SARAN

Observer:

Laboratorium Keterampilan Medik 55


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

UMPAN BALIK

Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :



SARAN

Observer:
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :



SARAN

Observer:

Laboratorium Keterampilan Medik 56


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

\
DAFTAR PUSTAKA
1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia. Jakarta :
Katalog Dalam Terbitan (KDT); 2012. Available from :
http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf ( di
akses tanggal 25 Agustus 2015)
2. Ifanos. Pyramid learning. Eropa; 2015. Available from : http://www.ifanos-
concept.eu/downloads/capacity_development/index_eng.html
3. Prawirohardjo, Sarwono., 2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta
4. Cunningham FG, et al, editor. Williams Obstetry. 23rd Edition. 2010. Mc-Graw
Hill: USA.
5. Gibbs, Ronald S.et al. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. 2008.
Lippincott Williams & Wilkins: USA
6. Fortner, Kimberly B., et al. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, The,
3rd Edition. 2007. Lippincott Williams & Wilkins: USA
7. Doddy, A. K., et al. 2008. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi
RSU Mataram. RSU Mataram: Mataram

Laboratorium Keterampilan Medik 57


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Keterampilan Medik APN

INDEKS

A
pelvis, 12, 13, 14, 16
abortus, 23 perineum, v, 7, 32, 39, 42, 44, 49, 53, 54,
55
E peserta, 11
promontorium, 14
episiotomi, 32
S
L
sungsang, 17, 32
litotomi, 33
V
O
vagina, v, 7, 32, 38, 39, 48, 49, 55
oksitosin, 19, 28, 34, 38, 45, 47, 53 vulva, 7, 30, 39, 41, 42, 46, 47, 53, 55

P
partograf, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28,
29, 40, 51, 55

Laboratorium Keterampilan Medik 58


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Anda mungkin juga menyukai