KETERAMPILAN MEDIK
Asuhan Persalinan Normal
(APN)
Untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 2
Tahun 2016
Penulis:
dr. Ario Dananto, Sp.OG
Panduan Belajar
KETERAMPILAN MEDIK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 1
dr. Yanna Indrayana, Sp.JP
Edisi 2
dr. Ario Danianto, Sp.OG
Cetakan Pertama, Januari 2016
Sebagian besar gambar dan ilustrasi pada langkah prosedur merupakan hak milik
Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
PENYUSUN PENULIS
EDITOR
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Hak Cipta ii
Asuhan Persalinan Normal
Halaman Penulis iii
Alat yang dibutuhkan 31
Daftar Isi iv
Langkah Prosedur 32
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
Daftar Istilah dan Singkatan vii Latihan
Skenario 46
Checklist 47
Pendahuluan 50
Umpan Balik
Kata Pengantar 2
Skenario 3 52
Tujuan Pembelajaran
Daftar Pustaka
4
Piramida Pembelajaran 5
Index 53
Rencana Pembelajaran
Alokasi Waktu 6
Tata Tertib 7
Materi
Anatomi Jalan Lahir dan Janin 8
Fisiologi Persalinan 14
Tahapan dan Batasan Persalinan
Normal
Kala I 15
Partograf 17
Kala II 24
Kala III 29
Kala IV 30
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode 4
Pembelajaran dan Metode Penilaian untuk setiap tingkat
kemampuan
Tabel 1.2. Tabel Tingkat Keterampilan Klinis ANC 5
Tabel 1.3. Tabel Rencana Alokasi Waktu 6
Tabel 1 Ukuran – ukuran kepala janin 13
Tabel 2 Disfunctional labor 16
Episiotomi Suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara,
jaringan pada septum rektovaginal, otot – otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum
APN Asuhan Persalinan Normal
DAFTAR GAMBAR
Partograf Alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik
Nulipara/ Kehamilan untuk pertama kalinya
Primigravida
Mekonium Feses pertama bayi yang baru lahir, kental, lengket, berwarna
hitam kehijauan
CPD Cephalo Pelvic Disproportion (disproporsi kepala-panggul)
Amniotomi Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan
membuat robekan kecil
Episiotomi Suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum rektovaginal, otot – otot dan fasia perineum dan
kulit sebelah depan perineum
APN Asuhan Persalinan Normal
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya bagi Allah SWT, pemilik dan penguasa alam semesta,
yang memungkinkan semua cita-cita baik dan kerja keras menjadi kenyataan. Selawat
teriring salam dikirimkan kepada Rasulullah SAW, pendidik dan tauladan segala sisi
kehidupan.
Beranjak dari kebutuhan dan kesadaran diperlukannya buku panduan
keterampilan medik yang sederhana, informative, praktis, updated dan handy, kami
mengadakan revisi mayor untuk seluruh buku panduan keterampilan medik FK
Unram. Buku ini tampil dengan wajah baru, less text dan lebih padat berisikan detil
langkah-langkah pelaksanaan yang lebih sistematik disertai dengan ilustrasi dan foto
terbaru yang dibuat sendiri oleh tim laboratorium keterampilan medik FK Unram.
Kemajuan ilmu pengetahuan yang dinamis kami akomodir dengan memberikan saran
bacaan yang relevan sehingga mahasiswa mengetahui variasi teknik pemeriksaan
yang mungkin dipakai di senter pendidikan lain.
Kami menyadari bahwa keterampilan medis merupakan core competency yang
harus dimiliki oleh mahasiswa FK Unram sehingga diharapkan buku panduan
keterampilan medik ini dapat digunakan dari level akademik sampai tahap profesi
sebagai pendamping text book yang sudah ada.
Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat.
Kepada para kontributor yang telah turut bekerja keras menyumbangkan keahlian
dan pemikirannya dalam penyusunan buku ini. Kepada tim editor atas kreativitas dan
ketekunannya dan kepada tim laboratorium tramed FK Unram atas kerjasama dan
kekompakannya.
Semoga buku ini bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
SKENARIO
Anda adalah dokter yang bertugas jaga malam di kamar bersalin RSUP NTB.
Seorang wanita usia 25 tahun datang ke kamar bersalin RSUP NTB didampingi oleh
suaminya. Oleh Anda dilakukan anamnesis, didapatkan G2P1A0, saat ini ibu
merasakan ingin meneran sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan perineum
terlihat menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka, pembukaan
serviks telah lengkap dan tampak bagian kepala bayi pada introitus vagina. Dari
hasil pemeriksaan tersebut, Anda kemudian merencanakan untuk melakukan
pimpinan persalinan Kala II. Anda kemudian memberikan penjelasan mengenai
tindakan pimpinan persalinan kepada pasien dan keluarga untuk memperoleh inform
consent. Penjelasan meliputi prosedur, manfaat serta resiko proses persalinan. Setelah
itu, anda mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
!
INGATLAH !
• Harus selalu memperoleh informed consent sebelum
melakukan tindakan
• Menjaga perilaku profesional dan etika kedokteran
TUJUAN PEMBELAJARAN
▪ TARGET KOMPETENSI
Mahasiwa mampu melakukan demonstrasi pimpinan persalinan pada alat peraga.
▪ KATEGORI KOMPETENSI
Kategori keterampilan klinis dokter berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia tahun 2012 adalah :
Tingkat kompetensi 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri
4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan/
atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan
Metode Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan
KRITERIA Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu melakukan
Tingkat secara mandiri
Keterampilan Mampu melakukan di bawah supervisi
Klinis Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Melakukan pada
akseptor
Metode
Mampu melakukan di bawah supervisi
Pembelajaran
Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Metode
Penyelesaian Objective Workbased
Penilaian
kasus secara Structured Asessment seperti
Ujian Tulis tertulis dan/ Clinical mini – CEX,
atau lisan (oral Examination portofolio, logbook,
test) ( OSCE) dsb
▪ KETERAMPILAN KLINIS
Tabel 1.2. Tabel Tingkat Keterampilan Klinis ANC
No Keterampilan Tingkat
keterampilan
1 Manajemen Kala I
Pemeriksaan Abdomen 4
Pemeriksaan Dalam 3
2 Manajemen Kala II 3
3 Manajemen Kala III 3
4 Manajemen Kala IV 4
PIRAMIDA PEMBELAJARAN
Kuliah
Membaca
Demontrasi
Diskusi Kelompok
Latihan Mandiri
RENCANA PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU
TATA TERTIB
1. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila
terlambat ≥ 15 menit peserta dilarang masuk.
2. Peserta harus berpakaian rapi dan sopan, dilarang memakai jeans, kaos oblong,
rok mini, legging/celana ketat.
3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti
kegiatan keterampilan medik.
4. Peserta dilarang coret-coret di manekin, tembok, dan meja.
5. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik
berlangsung.
6. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik.
7. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan-bahan yang telah
digunakan.
8. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih
dahulu dan alat kembali dalam keadaan seperti semula.
9. Apabila terdapat kerusakan dalam peakaian alat dan bahan, peserta wajib
menggantinya.
10. Peserta dilarang memperbanyak buku dan checklist keterampilan medik tanpa
sepengetahuan laboratorium keterampilan medik.
11. Apabila berhalangan hadir segera menghubungi pengelola tramed untuk
menyelesaikan administrasi.
12. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik:
• Absensi kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan lembar kehadiran
mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh
dosen/instruktur yang bersangkutan.
• Tidak ada tanggungan peminjaman alat.
• Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik.
• Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian/evaluasi oleh koordinator
keterampilan medik.
13. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur
kemudian.
14. Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi.
Mataram, Agustus 2015
Ketua Lab Keterampilan Medik
dr. Monalisa Nasrul, Sp.M
MATERI
ANATOMI
Anatomi Jalan Lahir dan Janin
PELVIS
Tulang pelvis terdiri dari tulang ileum dan ischium, dibelakang bertemu
dengan tulang sakrum, didepan bertemu pada simfisis pubis (Gambar 1). Secara
fungsional terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Pelvis mayor (false pelvis) : bagian pelvis di atas linea terminalis (linea inominata),
dibatasi oleh vertebra lumbal, fossa iliaka lateral, dan bagian bawah dinding
abdomen anterior
2. Pelvis minor (true pelvis): bagian pelvis di bawah linea terminalis, bagian atas
dibatasi oleh promontorium, ala sakrum dan linea terminalis, tepi atas tulang
pubis, bagian bawah dibatasi oleh pelvic outlet. Pelvis mayor adalah bagian yang
penting dalam obstetri.
(X-X)
Bentuk Pelvis
Bidang Hodge
Hodge
I bidang PAP setinggi
batas tepi atas simfisis
II bidang sejajar HI
setinggi batas tepi
bawah simfisis
III bidang sejajar HI
setinggi spina iskiadika
bidang sejajar HI
IV setinggi ujung bawah os
Gambar 7. Bidang Hogde koksigeus
Diafragma panggul
Terdiri dari :
1. Diafragma pelvis: bagian dalam yang terdiri dari m. levator ani,
m.pubococcygeus, m. ileococcygeus, dan m.ischiococcygeus
2. Diafragma urogenital tdd perineal fasia otot-otot superficial
JANIN
Menunjukkan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada
palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, bokong, bahu,
dll.
4. Posisi
Menunjukkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri atau
belakang terhadap sumbu ibu. Misalnya pada letak belakang kepala, ubun-ubun
kecil (uuk) kiri depan atau uuk kanan belakang.
9 Sirkumferensia submento-bregmatikus 32 cm
10 Sirkumferensia oksipito-frontalis 34 cm
11 Sirkumferensia mento-oksipitalis 35 cm
Ukuran badan lain dari janin
12 Bahu
- jarak 12 cm
- lingkaran 34 cm
13 Bokong
- jarak trokanter 9,5 – 10 cm
FISIOLOGI PERSALINAN
Fisiologi Persalinan, Tahapan dan Batasan Persalinan Normal, Partograf
FISIOLOGI PERSALINAN
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Di akhir kehamilan, uterus menjadi lebih eksitabel. Penyebab yang pasti dari
peningkatan aktivitas uterus tersebut tidak diketahui, tapi sampai saat ini diketahui
dua penyebabnya yaitu:
a. Perubahan hormon
- Peningkatan rasio estrogen terhadap progesterone
- Efek oksitosin
Efek hormon fetus : Pituitary fetus menghasilkan oksitosin, Kelenjar adrenal
fetus menghasilkan kortisol yang juga merupakan uterine stimulant, fetal
membrane menghasilkan progesteron yang meningkatkan intensitas
kontraksi uterus
b. Perubahan mekanis
- Peregangan otot uterus meningkatkan kontraktilitasnya
- Peregangan atau iritasi saraf di serviks menimbulkan refleks terhadap korpus
uteri
KALA I
! Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Terdiri atas dua fase, yaitu:
a. Fase laten
b. Fase aktif
a. Fase laten:
- Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm.
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
- Memanjang jika pada nulipara > 20 jam dan pada multipara > 14 jam
b. Fase aktif:
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat jika terjadi 3x atau lebih dalam 10 menit, @
min 40 detik)
PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk:
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
- Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
- Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir
2. Kondisi Janin
a. Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian partograf
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ.
Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai
dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu
dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung (Gambar 12).
Gambar 12. Lajur pencatatan DJJ, air ketuban dan moulase pada partograf
3. Kemajuan Persalinan
a. Pembukaan serviks
Angka 0–10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks (Gambar 15). Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya
dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak
tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain
menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Nilai dan catat
pembukaan servikssetiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ‘x’ harus dicantumkan di garis
waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan:
- Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan
(pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada
garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil
periksa dalam) dan cantumkan tanda ‘x’ pada ordinat atau titik silang
garis dilatasi serviks dan garis waspada.
- Hubungkan tanda ‘x’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).
Contoh: Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rihana (Gambar 13): Pada
pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif.
Pembukaan serviks dicatat di “garis waspada” dan waktu pemeriksaan ditulis
dibawahnya.
Perhatikan :
- Garis waspada dan garis bertindak
- Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah
kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka
harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya: fase aktif yang
memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).
Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak
4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan
berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu
dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu
harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
- Jam dan waktu
✓ Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak
menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
✓ Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan
KALA II
! Kala II
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Rata-rata nulipara 50 menit, multipara 20 menit.
Memanjang jika pada nulipara >2 jam, multipara >1jam.
Gejala dan tanda: “doran, teknus, vulka, perjol”
maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut
menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.
Meneran
Segera setelah terjadi pembukaan lengkap, sebagian besar penolong akan
segera memimpin persalinan dengan menginstruksikan untuk “menarik nafas
panjang dan meneran”. Ibu dipimpin meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih
(“meneran dengan tenggorokan terkatup” atau manuver Valsava), tiga sampai empat
kali per kontraksi. Hal ini ternyata akan mengurangi pasokan oksigen ke bayi yang
ditandai dengan menurunnya denyut jantung janin (DJJ) dan nilai Apgar yang lebih
rendah dari normal. Cara meneran seperti tersebut diatas, tidak termasuk dalam
penatalaksanaan fisiologis kala dua. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu
memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya
memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harap diingat
bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi
uterus. Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
Cara Meneran
- Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama
kontraksi.
- Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
- Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.
- Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk
meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
- Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
- Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran
bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura
uteri. Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila
mereka mencoba melakukan itu.
Posisi Ibu Saat Meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat
mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat
membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan
menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.
Posisi duduk atau setengah duduk (Gambar 19) dapat memberikan rasa
nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat di antara
kontraksi.
KALA III
! Kala III
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban. Rata-rata berlangsung selama 10 menit,
memanjang jika > 30 menit.
Tiga tanda lepasnya plasenta:
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat
KALA IV
! Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
Pada Kala IV ini dilakukan monitor:
- Tekanan darah - Kontraksi uterus
- Nadi - Kandung kemih
- Temperatur - Perdarahan
- Tinggi fundus
Partus set
8. Pinset
9. Klem
10. Gunting episiotomy
11. Cunam ½ ocher
12. Gunting tali pusat
Hecting set
13. Jarum
14. Benang
15. Gunting
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100 – 180 kali/
menit).
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
PIMPINAN MENERAN
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
- Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran:
- Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan
untuk meneran
- Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
- Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang).
- Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
- Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
- Menganjurkan asupan cairan per oral.
- Menilai DJJ setiap lima menit.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
- Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
V PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi:
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya
saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (bayi tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit
IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat menggunakan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu).
31. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
32. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya
33. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan
arah pada uterus.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
IX MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
X MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10 – 15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes
LATIHAN
P
SKENARIO
Skenario 1
Seorang wanita usia 25 tahun datang ke kamar bersalin RSU Mataram
didampingi oleh suaminya. Dari anamnesa didapatkan G2P1A0, saat ini
ibu merasakan ingin meneran sedangkan dari pemeriksaan fisik
didapatkan perineum terlihat menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani
terlihat membuka, pembukaan serviks telah lengkap dan tampak bagian
kepala bayi pada introitus vagina.
Skenario 2
Seorang wanita usia 25 tahun, baru saja melahirkan bayi laki-laki, berat
2700 g, panjang 25 cm. Pada ibu baru selesai dilakukan pimpinan
persalinan kala II dan telah dilakukan pemotongan tali pusat bayi.
CHECKLIST
UMPAN BALIK
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
☺
SARAN
Observer:
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
☺
SARAN
Observer:
UMPAN BALIK
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
☺
SARAN
Observer:
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
☺
SARAN
Observer:
\
DAFTAR PUSTAKA
1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia. Jakarta :
Katalog Dalam Terbitan (KDT); 2012. Available from :
http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf ( di
akses tanggal 25 Agustus 2015)
2. Ifanos. Pyramid learning. Eropa; 2015. Available from : http://www.ifanos-
concept.eu/downloads/capacity_development/index_eng.html
3. Prawirohardjo, Sarwono., 2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta
4. Cunningham FG, et al, editor. Williams Obstetry. 23rd Edition. 2010. Mc-Graw
Hill: USA.
5. Gibbs, Ronald S.et al. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. 2008.
Lippincott Williams & Wilkins: USA
6. Fortner, Kimberly B., et al. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, The,
3rd Edition. 2007. Lippincott Williams & Wilkins: USA
7. Doddy, A. K., et al. 2008. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi
RSU Mataram. RSU Mataram: Mataram
INDEKS
A
pelvis, 12, 13, 14, 16
abortus, 23 perineum, v, 7, 32, 39, 42, 44, 49, 53, 54,
55
E peserta, 11
promontorium, 14
episiotomi, 32
S
L
sungsang, 17, 32
litotomi, 33
V
O
vagina, v, 7, 32, 38, 39, 48, 49, 55
oksitosin, 19, 28, 34, 38, 45, 47, 53 vulva, 7, 30, 39, 41, 42, 46, 47, 53, 55
P
partograf, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28,
29, 40, 51, 55