Bahan Ajar TMD114 Bahan Bakar Dan Pelumas PDF
Bahan Ajar TMD114 Bahan Bakar Dan Pelumas PDF
PAPARAN KULIAH
BAHAN BAKAR DAN PELUMAS
Disusun untuk perkuliahan Bahan bakar dan pelumas
Disusun Oleh:
Drs. Supraptono, MPd.
KATA PENGANTAR
4
DAFTAR ISI
PENGANTAR……….
DAFTAR ISI…………
DAFTAR TABEL……
DAFTAR GAMBAR…
BAB I. PENGENALAN BAHAN BAKAR
Pengertian bahan bakar
Macam-macam bahan bakar
Cara perolehan bahan bakar
Syarat bahan bakar dalam pemakaian
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I.
PENGENALAN BAHAN BAKAR
Bahan bakar adalah bahan–bahan yang di gunakan dalam proses
pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan mungkin
dapat berlangsung. Jenis bahan bakar yang dikenal dalam kehidupan sehari–hari,
digolongkan berdasar asal bahan bakar dapat di bagi menjadi tiga, yaitu: (1) bahan
bakar nabati, (2) bahan bakar mineral, dan (3) bahan bakar fosil. Berdasarkan
bentuknya, digolongkan menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) bahan bakar padat, (2)
bahan bakar cair, dan (3) bahan bakar gas.
DESKRIPSI
Materi dalam bab 1. akan dipelajari tentang: (1) Pengertian bahan bakar,
(2) Macam-macam bahan bakar, (3) Cara perolehan bahan bakar, dan (4) Syarat
bahan bakar dalam pemakaian.
masing tingkatan tersebut berbeda dan titik didihnya berbeda, yang mana tidak
bisa dipisahkan dengan fraksinasi dan prevalent. Kesulitan pemisahan dan
kemajemukan dari hidrokarbon tersebut menjadikan minyak sebagai obyek
penelitian yang menarik di bidang kimia perminyakan.
Jenis rangkaian hidrokarbon, dari jenis rangkaian hidrokarbon yang
terdapat dalam perminyakan hanya beberapa yang telah diteliti melalui
pengembangan komersiil yang cukup berhasil. Jenis terbaik dan telah diketahui
adalah paraffin, olefin, nephtane, aromatis, diolefin, dan asetilen.
Jenis rangkaian paraffin (CnH2n+2), senyawa ini mempunyai sifat yang
stabil. Penamaan dalam senyawanya diakhiri dengan “ane” methane, ethane,
hexane, dan hexadekane. Dalam suhu ruangan jenis-jenis ini tidak tereaksi oleh
penguapan asam belerang, terkonsentrasi alkali, asam nitris atau bahkan oleh
asam krom oksida kuat, kecuali yang berisi sebuah atom karbon tersier. Mereka
bereaksi secara lambat dengan klorin dalam sinar mata hari dan begitu juga blorin,
apabila terdapat katalis. Reaksi biasanya terjadi dari substitusi unsur dan senyawa
kimia atom hydrogen. Tingkatan terendah telah teridentifikasi disebagian besar
minyak mentah, tetapi menurut Mabery , bahwa Mahoning County, Ohio, minyak
mentah tidak berisi hidrokarbon paraffin. Jenis tingkatan paraffin yang lebih
tinggi dimungkinkan menghasilkan minyak yang lebih banyak walaupun minyak
mentah itu masuk secara bebas dari bak yang tidak berisi hidro karbon paraffin
yang bertitik didih rendah. Bak paraffin mungkin terdiri dari urutan berantai
hidrokarbon paraffin lurus dan bercabang. Egloff, Schaad dan Lowry telah
membuat penelitian melalui pembusukan hidrokarbon paraffin.
Jenis rangkaian olefin atau etilen (CnH2n). Senyawa ini mempunyai
komposisi hidro karbon tak jenuh contohnya jenis dari rangkaian ini
memungkinkan mengelompok secara langsung dengan material yang lain seperti
klorin, bromin, asam hidroklorin dan asam belerang tanpa salah penempatan asam
hydrogen. Nama-nama dari hidrokarbon ini adalah berakhiran “ene”, sebagai
etana (etilen), propena (propilen), dan butana (butilen). Senyawa-senyawa yang
tak jenuh bereaksi dan larut dalam asam belerang dan berubah dari minyak bumi
10
tapi mereka berada dalam hasil yang terpecah. Egloff, Schaad dan Lowry teleh
membuat penelitian yang sangat luar biasa dari literature hidrokarbon olefin.
Jenis rangkaian naptin (CnH2n) . Rangkaian ini mempunyai jenis rumus
yang sama pada jenis olefin hanya saja pada senyawa ini mempunyai sifat-sifat
yang berbeda. Naptin adalah senyawa lingkaran atau siklik, mengingat olefin
adalah senyawa rantai yang lurus, dimana dua ikatan tersebut menghubungkan
atom-atom karbon. Naptin adalah senyawa-senyawa jenuh dan olefin adalah
senyawa tak jenuh. Senyawa tak jenuh dapat bereaksi dengan senyawa kombinasi
serta bahan-bahan yang lain, tetapi senyawa jenuh hanya dapat bereaksi oleh
penempatan hydrogen bahan-bahan lain. Banyak literatur kimia menyebutkan
bahwa naptin disebut metilen. Contohnya, tetrametilen, pentametilen, dan
heksametilen. Hal ini mengingat penamaan yang ada sekarang adalah siklobutana,
siklopentana, dan sikloheksana. Sebagaimana contoh tersebut hubungan dari
rangkaian ke rangkaian siklik yang lain mempertimbangkan benzana dan
sikloheksana. Baik senyawa-senyawa berisi enam (6) atom-atom karbon per
molekul, tapi enam atom hydrogen itu harus ditambahkan benzana untuk
menghasilkan sikloheksana. Molekul sikloheksana bersifat jenuh, tetapi molekul-
molekul benzana adalah sangat tak jenuh, jadi molekul-molekul benzana tersebut
mempunyai tiga kombinasi dari tiga atom karbon. Ikatan-ikatan tripel yang
terbentuk adalah benzana yang sangat aktif sehingga disebut bahan yang sangat
aktif, namun sikloheksana tidak mempunyai ikatan yang ganda dan juga tidak
bereaksi. Bagaimanapun kebanyakan dari reaksi-reaksi benzana adalah dengan
mensubstitusikan dari pada mengkombinasi. Naptana tidak seperti isomer-
isomernya olefin, mereka tidak dapat larut dengan mudah dalam asam belerang.
Neptana telah banyak diketemukan di semua jenis minyak mentah. Tapi sekali
lagi minyak mentah Mahoning County adalah sebuah pengecualian. Minyak
mentah ini berisi rangkaian hidrokarbon CnH2n-2 dan CnH2n-4, tapi tidak ada
paraffin atau neptana yang sederhana. Egloff, Bollman dan Levinson telah
melakukan riset dari siklohidrokarbon yang menghasilkan formulasi sebagai
terlihat pada gambar di bawah ini.
11
H H H H H H H H H H H H
l l l l l l l l l l l l
H–C–C–C–C–C–C–H H–C–C–C–C–C=C
l l l l l l l l l l l
H H H H H H H H H H H
Gb. (a) Normal Heksana C6H14 Gb. (b) Normal Heksana C6H12
H
H H C
H H H C C H
C
H– C C - H
H– C C H H C C H
C
H H C
H H
H
Gb. (c) Cycloheksana C6H12 Gb. (d) Benzena C6H6
H H H H H H H H H H H
l l l l l l l l l l l
C = C - C - C - C = C H–C - C - C - C - C-H
l l l l l l l l
H H H H H H H H
H-C-H
I
H
Gb. (e) Heksadiena –1,5, C6H10. Gb. (f) Isomeric isofarafin compound
12
dimetil butana, memiliki tipe formula yang sama yaitu CnH2n+2 atau C6H14 .
Kelompok atom seperti kelompok metil menurut kandungannya biasa disebut
alkil group atau radikal. Bagian-bagian ini mengacu pada kelompok atom-atom
karbon dan hidrogen yang berada dalam satu unit, karena atom ini berperan
seperti kelompok dalam reaksi kimia. Atom-atom tersebut didefinisikan sebagai
hidrokarbon menovalent yaitu kelompok yang memiliki formula secara umum
CnH2n+1 . Biasanya kelompok radikal terdiri dari metil (CH3), etil (C2H5) dan
propile (C3H7). Radikal-radikal tersebut bukan kelompok ikatan individu karena
harus selalu ditarik radikal lainnya, elemen seperti kelompok atom lain.
Ada dua isomer butana yang mungkin yaitu viz n-butana dan 2-metil
propana, 3 pentana, 5 heksana, 9 heptana. Jumlah isomer hidrokarbon yang
mungkin tersebut dapat meningkat secara cepat sesuai dengan jumlah atom-atom
karbon yang meningkat, ikatan-ikatan dari atom-atom yang mempunyai jenis
rumus kimia CnH2n-4 memungkinkan pembentukan isomer. Rangkaian ini
mengindikasikan sejumlah isomer yang mungkin tapi tak jenuh, molekul
hidrokarbon tinggi yang kuat dalam minyak yang mungkin sedikit atau isolasi dari
ikatan tersebut adalah komplek yang membuktikan jumlah hidrokarbon isomer
yang munkin (CnH2n+2) berupa rangkaian yang terpisah-pisah.
2. Minyak Tanah
Minyak tanah merupakan campuran kompleks antara beratus- ratus macam
hidro karbon dalam minyak tanah terdapat karbon tak jenuh, tetapi hasil kracking
yaitu penyulingan pada suhu dan tekanan yang tinggi terjadi pula senyawa hidro
karbon yang tidak jenuh. Adapun terjadinya minyak tanah ini berdasarkan
pertimbangan geologis maupun dasar pertimbangan kimia yang telah di ketahui,
15
menyatakan bahwa minyak tanah terjadi dari sisa – sisa hewan dan tumbuhan. Hal
ini nampak dalam beberapa fraksi minyak tanah mempunyai kegiatan optik dan
terdapatmya porpirin yang ada hubunganya dengan khlorofil maupun hemin.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa sisa–sisa tumbuhan mengandung khlorofil,
sedang sisa–sisa hewan mengandung haemoglobin.
Pengambilan minyak tanah dilakukan dengan jalan pengeboran minyak
bumi sampai dengan lapisan tertentu, kemudian di lakukan penyulingan. Hasil
dari penyulingan meperoleh sejumlah fraksi yang berhasil di pisahkan,antara lain :
(1) Petroleum eter, fraksi pertama yang mendidih antara 35°C sampai dengan
80°C, (2) Gassoline / bensin, fraksi kedua yang mendidih antara 50°C sampai
dengan 220°C, (3) Kerosin, fraksi ketiga yang mendidih antara 200°C sampai
dengan 300°C, (4) Parafin padat, cair, petroleum, fraksi yang mempunyai
temperatur tertinggi, dan (5) Residu, fraksi yang terakhir.
3. Minyak Solar
Minyak solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi
mentah, bahan bakar ini mempunyai warna kuning cokelat yang jernih. Minyak
solar ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor Diesel
dan juga sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung di dalam dapur–dapur
kecil yang menghendaki hasil pembakaran yang bersih. Minyak ini sering di sebut
juga sebagai gas oil, ADO, HSD, atau Dieseline. Pada temperatur biasa, artinya
pada suhu kamar tidak menguap, dan titik nyalanya jauh lebih tinggi dari pada
bahan bakar bensin.
Kualitas solar dinyatakan dengan angka setane atau cetane number (CN).
Bilangan setane yaitu besar prosentase volume normal cetane dalam campuranya
dengan methylnapthalene yang menghasilkan karakteristik pembakaran yang
sama dengan solar yang bersangkutan (Drs. Warsowiwoho : 1976). Secara umum
solar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Light Diesel Fuel (LDF)
mempunyasi CN = 50, (2) Medium Diesel Fuel (MDF) mempunyasi CN = 50, dan
(3) Heavy Diesel Fuel (HDF) mempunyasi CN = 35.
16
LDF dan MDF sering dikatakan sebagai solar no.1 dan 2. Kedua jenis
solar ini sebenarnya letak perbedaanya adalah pada efek pelumasanya saja. LDF
dalam hal ini lebih encer, jernih, dan ringan, sedang MDF lebih gelap, berat, dan
dan dalam pemakaianya dealam motor bakar di perlukan syarat- syarat khusus.
4. Minyak Diesel
Minyak Diesel adalah bahan bakar minyak jenis penyulingan kotor yang
mengandung fraksi–fraksi berat atau campuran dari jenis destilase dengan fraksi
yang berat (residual fuel oil) dan berwarna hitam dan gelap, tetapi tetap cair pada
suhu rendah. Minyak Diesel ini banyak di gunakan sebagai bahan bakar mesin
Diesel yang berputar sedang atau lambat dan juga sebagai bahan bakar untuk
pembakaran langsung dalam dapur–dapur industri. Bagi kehidupan sehari-hari
minyak ini sering disebut sebagai MDF (Medium Diesel Fuel).
5. Minyak Bakar
Minyak bakar adalah bahan bakar yang bukan berasal dari hasil
penyulingan, tetapi jenis residu. Minyak ini mempunyai tingkat kekentalan yang
tinggi dan juga titik tuang (pour point) yang lebih tinggi dari pada minyak Diesel,
serta berwarna hitam gelap. Bahan bakar jenis ini banyak di pergunakan sebagai
bahan bakar pada sistem pembakaran langsung dalam dapur–dapur industri yang
besar. Pembakaran langsung yang di maksud adalah pada sistem eksternal
combustion engine atau mesin pembakaran luar, misalnya: pada mesin uap, dapur-
dapur baja, dan lain sebagainya. Minyak ini di sebut juga sebagai MFO (Medium
Fuel Oil).
6. Bensol
Bensol adalah bahan bakar hasil tambahan dari pada industri gas batu bara
dan pabrik kokas. Bensol dapat di peroleh dengan cara mencuci gas yang keluar
dari dapur dengan ter yang ringan. Bahan bakar minyak ini sangat baik di gunakan
pada kendaraan bermotor, karena sangat tahan terhadap knocking atau dentuman,
sehingga memenuhi syarat pada motor dengan kompresi tekanan yang tinggi.
17
tanah dan sebagainya jika dikeringkan maka akan terdapat minyak yang dapat di
bakar hingga memberi nyala api. Namun perlu di ketahui bahwa minyak jenis
seperti itu sangatlah terbatas jumlahnya, sehingga bahan bakar yang demikian itu
sangat mahal harganya di pasaran, maka sebagian orang tidak lagi menggunakan
bahan bakar yang semacam itu karena dianggap kurang ekonomis. Untulk
menanggulangi hal itu, maka sekarang ini banyak di produksi jenis minyak
tersebut dengan jalan peragian (arsenium), misalnya tetes tebu, ketela pohon,
kentang dan sebagainya.
Bahan bakar jenis ini banyak di gunakan untuk bahan pembuatan alkohol.
Walaupun pembuatanya menggunakan fasilitas yang relatif lebih murah, namun
produksinya sangat rendah, sehingga kurang memadai apabila di bandingkasn
dengan jumlah penggunanya. Bahan bakar yang di hasilkan dengan jalan seperti
di atas sering di sebut sebagai bahan bakar alkohol dan spiritus.
sedikit perubahan kualitas dan perubahan bentuk selama di simpan. Selain itu juga
bensin harus mencegah pengendapan pada sistem intake, (4) Angka octane, adalah
suatu angka untuk mengukur bahan bakar bensin terhadap daya anti knock
characteristic. Bensin dengan nilai oktan yang tinggi akan tahan terhadap
timbulnya engine knocking.
cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam kemampuan untuk mencegah
terjadinya knocking, tingkat yang lebih besar memiliki kemampuan yang lebih
baik.
Ringkasan simpulan.
Berdasar uraian di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahan bakar adalah bahan–bahan yang diperlukan untuk pembakaran
2. Bahan bakar yang di pakai di masyarakat beraneka macam, maka harus pandai
memilih bahan bakar yang baik dan tepat untuk proses pembakaran.
3. Bahan bakar yang sering di pakai adalah bensin, solar dan minyak tanah.
Untuk mengetahui bensin yang baik dengan melihat angka octan-nya, sedang
solar yang baik dapat di lihat dari angka cetan-nya.
BAB II.
HAKEKAT BAHAN BAKAR
Komposisi bahan bakar, hingga saat ini bahan bakar cair merupakan
bahan bakar yang banyak digunakan, mengingat segi keuntungan yang ada untuk
keperluan-keperluan pada motor bakar pembakaran dalam (Internal Combustion
Engine). Komposisi bahan bakar dapat dikenali dengan Nomenklatur Senyawa
Hidrokarbon.
Sifat-sifat bahan bakar, pada setiap bahan bakar mempunyai karateristik
dan nilai pembakaran yang berbeda-beda. Bahan bakar minyak mempunyai nilai
kalor tinggi, karaterisik ini menentukan sifat-sifat dalam proses pembakaran,
dimana sifat yang kurang menguntungkan dapat disempurnakan dengan jalan
menambah bahan-bahan kimia kedalam bahan bakar tersebut.
Tara kalor mikanik, tujuan pembakaran bahan bakar untuk memperoleh
energi yang disebut energi panas (heat energy), yang dapat diubah menjadi bentuk
energy mechanich. Sisa-sisa hasil pembakaran bahan bakar harus diperhatikan,
karena pembakaran yang kurang sempurna mengandung gas-gas beracun dapat
berpengaruh negatip terhadap lingkungan.
DESKRIPSI:
Materi dalam bab II. akan dipelajari tentang: (1) Komposisi bahan bakar,
(2) Sifat-sifat dan karakteristik bahan bakar, dan (3) Tara kalor mikanik.
Pendahuluan
Bahan bakar adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses
pembakaran. Jika ditinjau menurut asalnya, bahan bakar digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu bahan bakar nabati, bahan bakar mineral dan bahan bakar fosil.
Sedangkan ditinjau menurut bentuknya, maka bahan bakar dapat dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu bahan bakar berbentuk padat, cair dan gas.
Hingga saat ini bahan bakar cairlah yang merupakan bahan bakar yang
banyak dipergunakan diseluruh dunia. Hal ini mengingat banyak segi keuntungan
yang ada bahan bakar mineral cair ini sebagian besar dipergunakan untuk
keperluan-keperluan pada motor bakar pembakaran dalam (Internal Combustion
Engine)
Pada setiap bahan bakar mempunyai karateristik dan nilai pembakaran
yang berbeda-beda. Karaterisik inilah yang akan menentukan sifat-sifat dalam
proses pembakaran, dimana sifat yang kurang menguntungkan dapat
disempurnakan dengan jalan menambah bahan-bahan kimia kedalam bahan bakar
tersebut.
Adapun tujuan dari pembakaran bahan bakar adalah untuk memperoleh
energi yang disebut energi panas. Sisa-sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam
motor bakar harus diperhatikan. Oleh karena itu sisa dari pembakaran yang
kurang sempurna akan dapat berpengaruh negatip terhadap lingkungannya. Sisa
pembakaran yang kurang sempurna akan mengandung gas-gas beracun, yang
terutama ditimbulkan oleh pembakaran pada motor bensin.
A. Karakteristik Minyak
Penggunaan minyak sebagai bahan bakar memiliki beberapa keuntungan, baik
ditinjau dari segi teknik maupun segi ekonomi. Keuntungan bahan bakar minyak
dibanding dengan bahan bakar yang lain terutama disebabkan karena berbagai
sifat fisika yang ada pada minyak tersebut. Adapun sifat-sifat minyak yang
menguntungkan antara lain :
24
Besarnya nilai kalor yang dihasilkan pada bahan bakar dapat dilihat pada tabel
berikut di atas tersebut.
3. Minyak menghasilkan beberapa macam bahan bakar
Berdasar minyak mentah hasil pengeboran dapat diperoleh berbagai
macam fraksi destilasi yang merupakan bahan bakar untuk keperluan bermacam-
macam mesin pula. Hal ini sangat menguntungkan dalam perancangan model
mesin termasuk sistem bahan bakarnya, sehingga kebutuhan bahan bakar dapat
disesuaikan dengan masing-masing jenis mesin tersebut. Misalnya saja hasil dari
penambangan explorasi yang dipisahkan dengan penyulingan diperoleh sejumlah
fraksi-fraksi yaitu : fraksi 1 Petroleum eter, fraksi ke 2 Gasoline, fraksi ke 3
Kerosine, fraksi ke 4 Parafine cair, Petroleum dan Parafine padat, dan fraksi
terakhir residu.
4. Minyak mineral dapat menghasilkan macam-macam pelumas
Perlu diketahui bahwa hasil dari penambangan minyak mineral dapat juga
diperoleh berbagai minyak pelumas, yang memungkinkan pembuatan macam-
macam jenis pelumas mesin, misalnya : pelumas motor bensin, pelumas motor
diesel, pelumas veresneliing, pelumas gardan, pelumas pesawat dan macam-
macam pelumas sebagai pencampur bahan bakar pada motor bakar.
5. Minyak pelumas dapat berfungsi sebagai bahan baku petrochemicals.
Minyak dapat pula sebagai bahan petrokimia, yaitu bahan sintetis dalam
pembuatan barang seperti bahan plastik, tekstil, dan lainya. Plastik sebagai alat
pembungkus telah memegang peranan dalam kehidupan, praktis penggunaannya
dan relatif lebih murah. Tekstil seperti nylon dan sebagainya dibuat dari bahan
minyak mineral juga. Selain itu juga pipa-pipa dan bejana banyak yang terbuat
dari plastik, bukan lagi dari besi.
1. Berat Jenis
Berat jenis merupakan sifat minyak yang penting yang memiliki nilai
dalam perdagangan. Berat jenis disebut juga grafitasi jenis atau specific grafity,
adalah suatu perbandingan berat dari bahan bakar minyak dengan berat dari air
dalam volume yang sama, dengan suhu yang sama pula (600 F). Bahan bakar
minyak pada umumnya mempunyai berat jenis antara 0,82 – 0,96 dengan kata lain
minyak lebih ringan dari pada air.
Dalam perdagangan international, berat jenis dinyatakan dalam API
Grafity atau derajat API (American Petroleum Institute)
141,5
0
API = − 131,5
beratjenis 60 60 0 F
Api menunjukan kualitas dari minyak tersebut, makin kecil berat jenis atau
makin tinggi derajat API berarti makin baik pula kualitasnya, karena lebih banyak
mengandung bensin. Sebaliknya jika semakin rendah derajat API maka mutu
minyak tersebut kurang baik karena banyak mengandung lilin/aspal residu. Selain
derajat API dapat juga dipakai derajat Baume.
140
0
Baume = − 130
beratjenis 60 60 0 F
Pada tabel berikut di atas dapat dilihat dengan jelas konversi dari berat jenis, 0API
dan 0Baume pada suhu 600 F.
2. Viskositas
Viskositas adalah suatu ukuran dari besar perlawanan zat cair untuk
mengalir atau ukuran dari besarnya tahanan geser dalam dari suatu bahan cair.
Satuan viskositas adalah centi poise. Pada umumnya makin tinggi derajat API,
makin kecil viskositasnya, begitu pula sebaliknya. Cara mengukur viskositas
dengan jalan menghitung lama waktu mengalirnya suatu minyak yang banyaknya
telah ditentukan melalui lubang viskometer.
Viskositas/kekentalan sangat penting artinya bagi penggunaan bahan bakar
minyak untuk motor bakar maupun mesin industri, karena akan berpengaruh
terhadap bentuk dan tipe mesin yang menggunakan bahan bakar tersebut.
3. Nilai Kalori
Nilai kalori bahan bakar minyak adalah jumlah panas yang ditimbulkan
oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan temperatur 1 gr air
dari 3,50 C – 4,50 C, dengan satuan kalori (RP. Koesoemadinata : 1980). Dengan
kata lain nilai kalor adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu
jumlah tertentu bahan bakar di dalam zat asam. Makin tinggi berat jenis minyak
bakar, makin rendah nilai kalori yang diperolehnya. Misalnya bahan bakar minyak
dengan berat jenis 0,75 atau grafitasi API 70,6 mempunyai nilai kalori 11.700
kal/gr.
4. Titik Tuang
Titik tuang suatu minyak adalah suhu terendah minyak yang keadaanya
masih dapat mengalir karena berat sendiri. Titik tuang diperlukan sehubungan
dengan kondisi dari pengilangan dan pemakaian dari minyak tersebut, sehingga
diharapkan minyak masih dapat dipompakan atau mengalir pada suhu yang berada
di bawah titik tuang.
28
5. Titik Didih
Titik didih minyak berbeda-beda sesuai dengan grafitasinya. Untuk
wilayah dengan grafitasi API-nya rendah, maka titik didihnya tinggi karena
mempunyai berat jenis yang tinggi. Sedangkan untuk grafitasi API-nya tinggi
maka titik didihnya rendah.
6. Titik Nyala
Titik nyala adalah suhu terendah dari bahan bakar minyak yang dapat
menimbulkan nyala api dalam sekejap apabila pada permukaan bahan bakar
minyak tersebut dipercikan api. Pada bahan bakar minyak dengan grafitasi API
tinggi maka titik didihnya rendah, sehingga titik nyalanya juga rendah artinya
bahan bakar minyak tersebut akan mudah terbakar, demikian juga sebaliknya.
7. Kadar Abu
Kadar abu adalah sisa-sisa bahan bakar minyak yang ketinggalan setelah
semua bagian yang dapat terbakar dalam proses pembakaran minyak terbakar
habis. Berdasar kadar abu ini dapat diperkirakan banyaknya logam-logam yang
terkandung dalam minyak maupun elemen-elemen yang ada.
9. Warna
Warna pada bahan bakar minyak berhubungan dengan berat jenisnya.
Untuk berat jenis tinggi, warnanya hijau kehitam-hitaman dan untuk berat jenis
rendah warnanya coklat kehitam-hitaman. Warna ini disebabkan adanya berbagai
kotoran dan endapan, misalnya senyawa Hidrokarbon yang disertai ikatan
berbagai jenis unsur-unsur logam ataupun yang lainnya.
29
10. Bau
Bahan bakar minyak ada yang berbau sedap dan tidak sedap. Hal ini
dipengaruhi oleh molekul aromat. Bahan bakar minyak yang berasal dari
Indonesia biasanya berbau tidak sedap karena mengandung senyawa Nitrogen
atau Belerang dan juga H2S.
khusus. Sifat-sifat ini bergantung dari lokasi tempat di perolehnya bahan bakar
minyak tersebut. Hal inilah yang kadang-kadang menyulitkan dalam menentukan
sifat fisika maupun sifat-sifat kimianya.
H H H H H
! ! ! ! !
H- C – C – C – C – C - H
! ! ! ! !
H H H H H
Isomer dengan pentana
H H H H H
! ! ! ! H C H
H- C - C – C – C – H H ! H
! ! ! ! H C–C– C H
H HCH H H H ! H
H H C H
H
Iso pentana 2 metil butana neo pentana 2, 2 dimetil
Contoh.
C C 1 = atom C primer
4! ! 2 = atom C sekunder
C -C – C - C – C – C 3 = atom C tertier
! 3 2 1 4 = atom C kwartener
C
CH3
!
CH3- C - adalah gugus tertier butil
!
CH3
32
c. Gas generator.
Gas ini dapat diperoleh dari pembakaran kokas di dalam dapur generator.
Hasil dari gas generator ini adalah sangat panas dan mempunyai nilai pembakaran
700-1000 kkal. Jadi nilai kalori dari pembakarannya, apabila disetarakan menjadi
(700 x 427) kgm = 298.900 kgm, dan atau (1000 x 427) kgm = 427.000 kgm. Gas
generator kebanyakan dipakai untuk pemggerak turbin gas.
Ringkasan/simpulan
Penggunaan minyak sebagai bahan bakar memiliki beberapa keuntumgan,
baik ditinjau dari segi teknik maupun dari segi ekonomi. Setiap bahan bakar
mempunyai karakteristik dan nilai pembakaran yang berbeda-beda. Karakteristik
tersebut mementukan sifat-sifat dalam proses pembakaran, di mana sifat yang
kurang menguntungkan dapat disempurnakan dengan jalan menambahkan bahan
kimia ke dalam bahan bakar tersebut.
Adapun sifat-sifat yang menguntungkan antara lain adalah: (1) sifat cair
sehingga di dalam pemakaian lebih praktis, (2) mempunyai nilai kalor tinggi
dibandingkan dengan bahan bakar yang lain dalam jumlah kilogram yang sama,
(3) dapat menghasilkan beberapa macam bahan bakar , dan (4) dapat berfungsi
sebagai bahan baku petrochemical.
Sifat-sifat fisika bahan bakar minyak antara lain: (1) Berat jenis, bahan
bakar minyak umumnya mempunyai berat jenis antara 0,82 sampai 0,96. Dunia
perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, dinyatakan dalam
API (American Petroleum Institute), (2) Viskositas, adalah ukuran dari besar
perlawanan zat cair untuk mengalir, atau ukuran dari besarnya tahanan geser
dalam dari suatu bahan cair, (3) Nilai kalori, yang dimaksud dengan niali kalori
adalah jumlah panas yang ditimbulkan oleh pembakaran satu gram bahan bakar
minyak tersebut untuk meningkatkan temperatur (3,50 s/d 4,50) Celcius pada satu
gram air dan satuannya adalah kalori, (4) Titik tuang, titik tuang adalah suhu
terendah minyak yang kadarnya masih dapat mengalir karena berat sendiri, (5)
Titik didih, minyak dengan gravitas API rendah maka titik didihnya tinggi,
sedang untuk gravitas tinggi maka titik didihnya rendah, (6) Titik nyala, flash
point adalah suhu terendah dari bahan bakar minyak yang dapat menimbulkan
nyala api dalam sekejap apabila pada permukaan bahan bakar minyak tersebut
34
dipercikan api, (7) Kadar abu, adalah sisa-sisa pembakaran yang ditinggalkan
setelah semua bagian yang dapat terbakar dalam minyak terbakar habis, kadar abu
tidak boleh lebih (0,05 %) dari beratnya, (8) Air dan endapan yang terdapat dalam
bahan bakar minyak adalah sangat sedikit yang dipersyaratkan tidak boleh lebih
(0,5 %) dari beratnya, (9) Warna, bahan bakar minyak mempunyai macam-macam
warna yaitu hitam dan ada kalanya justru tidak berwarna atau netral, (10) Bau, ada
yang berbau sedap dan tak sedap (Indonesia) karena mengandung senyawa
nitrogen ataupun belerang (sulphur), dan juga disebabkan adanya H2S.
Pada umumnya bahan bakar minyak merupakan ikatan hidrokarbon yang
terdiri dari unsur karbon dan hidrogen. Di samping unsur C dan H juga terdapat
unsur–unsur lain seperti sulfur (S), nitrogen (N2), oksigen (O2) dan logam-logam
lain dalam jumlah yang kecil. Adapun senyawa-senyawa hidrokarbon dalam
minyak dapat berbentuk: (1) senyawa hidrokarbon parafinik (Cn H2n +2 ), (2)
senyawa hidrokarbon naftenik atau naphta ( Cn H2n ), (3) senyawa hidrokarbon
aromatik. Memiliki tara kalor mekanik, yaitu bahwa dalam 1 kilo kalori
mempuyai kesetaraan 427 kgm (bahwa usaha sama dengan gaya kali jarak).
35
BAB III.
ENERGI DAN PEMBAKARAN
Pembakaran adalah persenyawaan secara kimia dari unsur-unsur bahan
bakar dengan zat asam yang kemudian menghasilkan panas (heat energy). Oleh
karena itu pada setiap pembakaran diperlukan bahan bakar, zat asam dan suhu
yang cukup tinggi untuk awal mulanya pembakaran. Pembakaran dapat
berlangsung secara sempurna namun dapat juga berlangsung secara tidak
sempurna. Hal ini tergantung dari unsur-unsur yang terkandung pada bahan bakar
tersebut dan proses pembakarannya. Untuk memahami energi dan pembakaran
harus diketahui pengertian pembakaran beserta unsur yang terkandung dalam
bahan bakar dan kebutuhan udara dalam pembakaran dengan proses pembakaran
dengan analisa massa dan analisa volume.
DESKRIPSI:
Materi dalam bab III. akan dipelajari tentang peri hal: (1) Pengertian
Pembakaran, (2) Unsur yang terkandung dalam bahan bakar, (3) Udara, (4)
Kebutuhan udara dalam pembakaran, dan (5) Proses pembakaran dengan analisa
massa dan analisa volume.
A. Pengertian Pembakaran
Pembakaran adalah persenyawaan secara kimia dari unsur-unsur bahan
bakar dengan zat asam yang kemudian menghasilkan panas dan disebut heat
energy. Oleh karena itu pada setiap pembakaran diperlukan bahan bakar, zat asam
dan suhu yang cukup tinggi untuk awal mulanya pembakaran.
Pembakaran dapat berlangsung secara sempurna namun dapat juga
berlangsung secara tidak sempurna. Hal ini tergantung dari unsur-unsur yang
terkandung pada bahan bakar tersebut dan proses pembakarannya. Apabila pada
bahan bakar tidak mengandung unsur-unsur yang tidak dapat terbakar maka
pembakaran akan berlangsung sempurna, sehingga hasil pembakaran berupa gas
bekas pembakaran yang tidak berbahaya bagi kehidupan dan lingkungannya.
Akan tetapi apabila pada bahan bakar tersebut mengandung unsur-unsur yang
tidak terbakar, maka akan tersisa yang berakibat sisa-sisa pembakaran tersebut
dapat menimbulkan gas yang berbahaya (beracun) bagi kesehatan dan lingkungan.
Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna dilakukan usaha-usaha sebagai
berikut: (1) Diusahakan dengan membuat ruang pembakaran sedemikian rupa
sehingga tidak terdapat ruangan atau sudut-sudut mati yang disebut ruang rugi, (2)
Pemasukan bahan bakar dalam silinder (untuk pembakaran dalam) diusahakan
dalam bentuk kabut yang sangat halus sehingga bahan bakar dapat kontak lebih
sempurna dengan udara pembakaran, (3) Diusahakan pencampuran yang baik
(homogen) antara bahan bakar dengan udara sehingga pembakaran dapat ber-
langsung dengan cepat, dan (4) Memberikan jumlah udara lebih dari jumlah
kebutuhan minimal sehingga setiap bagian bahan bakar mendapat cukup udara
untuk dapat membakar dalam waktu yang cepat, dan (5) Mempertinggi kecepatan
pembakaran yaitu memperpendek waktu pembakaran. Misalnya, untuk motor
diesel kurang dari 0,1 detik dan untuk motor bensin kurang dari 0,005detik, dan
37
untuk pembakaran pada ketel uap (external combustion) dengan cara memberikan
hembusan-hembusan udara pembakar melalui pemancar-pemancarnya.
Bahan bakar yang berbentuk gas, dapat diperoleh dari sumber-sumber gas
alam dan proses pengolahan. Beberapa jenis hidrokarbon dalam endapan minyak
tanah terdapat dalam bentuk gas pada tekanan atmosfer. Contoh yang umum
dijumpai adalah metana (CH4) yang dikenal sebagai gas rawa. Tetapi bahan bakar
gas yang paling banyak digunakan adalah yang diperoleh dari pemanasan batu
bara dan proses pembuatan berupa gas bio.
40
Berat
Unsur-unsur dalam bahan bakar Simbol Berat atom
Molekul
Carbon (zat arang) C 12 -
Hydrogen (zat air) H2 1 2
Sulphur (belerang) Sebab 32 -
Oksigen (zat asam) O2 16 32
Nitrogen (zat lemas) N2 14 28
Water (air) H2O - 18
41
C. Udara.
Udara sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran karena dalam udara
terdapat zat pembakar. Udara tidak hanya terdiri dari zat pembakar (zat asam) saja
tetapi juga gas lain. Prosentase menurut volume gas-gas yang terkandung pada
udara:
Atau
Gu = {(11,5 C + 3,4 H2 + 4,3 S)} – 4,3 O2} kg.
1 kg H2 + 8 kg O2 → 9 kg H2O
Analisa volume:
Reaksi pembakaran : 2 H2 + O2 → 2 H2 O
1 m3 H2 + 0,5 m3 O2 → 1 m3 H2 O
= 2,38 m3
Dengan demikian nitrogen yang dihasilkan
= 2,38 m3– 0,5 m3
= 1,88 m3 N2
Untuk pembakaran 1 m3 H2 akan menghasilkan 1 m3 H2 O, dan 1,88 m3 N2 .
2. Pembakaran Carbon
Analisa massa :
Atau 1 + 2 ⅔ kg = 3 ⅔ kg CO2
Untuk 2 ⅔ kg O2 membutuhkan udara sebesar
2
2
= 3 kg
0.233
= 11,5 kg
44
Analisa volume :
3. Pembakaran Sulphur
Analisa massa
32 + 32 → 64
1+1→2
Jadi 1 kg S + 1 kg O2 → 2 kg SO2
Analisa volume
Ringkasan/simpulan
Pembakaran adalah persenyawaan secara kimia dari unsur-unsur bahan
bakar dengan zat asam yang menghasilkan panas dan disebut heat energy. Oleh
karena itu pada setiap pembakaran diperlukan bahan bakar, zat asam dan suhu
yang cukup tinggi untuk awal mulanya pembakaran.
Unsur-unsur yang ada dalam bahan bakar adalah: (1) Sulphur (S), (2)
Oksigen (O2), (3) Hydrogen (H2), dan (4) Air (H2o). Dengan demikian setiap 1 kg
bahan bakar mengandung unsur-unsur Karbon (zat arang), Hydrogen (zat air),
Sulphur (belerang), Oksigen (zat asam), Nitrogen (zat lemas) dan air.
Udara sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran karena dalam udara
terdapat zat pembakar. Udara tidak hanya terdiri dari zat pembakar (zat asam) saja
tetapi juga gas lain.
46
BAB IV.
ANALISA PEMBAKARAN
Nomenklatur atau penamaan senyawa hidrokarbon berdasar konggres di
Geneva Switzerland pada tahun 1892, disebut dengan penamaan sistim Geneva.
Nomenklatur senyawa hidrokarbon dimulai dari molekul yang paling sederhana,
yaitu senyawa hidrokarbon beratom C satu sampai molekul yang beratom C empat
atau lebih, adalah memiliki nama yang khusus. Suatu reaksi kimia adalah proses
dimana ikatan atom di dalam molekul zat-zat yang bereaksi dipecahkan diikuti
oleh penyusunan kembali atom-atom tersebut dalam kombinasi molekul baru.
Pembakaran stoikiometrik adalah pembakaran dimana semua atom-atom
hidrogen diubah menjadi H2O dan semua atom zat arang diubah menjadi CO2.
Gas hasil pembakaran ditentukan oleh reaksi pembakaran unsur-unsurnya.
Kandungan unsur-unsur pada senyawa pembakaran tergantung pada persamaan
rumus kimia yang ada pada bahan yang bereakasi.
Polusi adalah terjadinya pencemaran yang menyebabkan rusaknya ekologi
lingkungan dan kelestarian alam, karena adanya suatu bahan dalam konsentrasi
ambang batas. Ada tiga komponen pokok dapat disebut sebagai pencemaran,
yaitu: (1) lingkungan yang terkena adalah lingkungan hidup manusia, (2) yang
terkena dampak negatif secara langsung adalah manusianya, dan (3) di dalam
lingkungan tersebut terdapat bahan yang berbahaya akibat dari aktivitas manusia.
DESKRIPSI:
Materi dalam bab IV. akan dipelajari tentang: (1) Nomenklatur senyawa
hidrokarbon, (2) Persamaan reaksi pembakaran, (3) Emisi gas buang, dan (4)
Pengaruh emisi gas buang bagi lingkungan.
H H H H H
I I I I HCH
H --- C ------ C ------C ----- C ----- H H I H
I I I I H C --- C --- C H
H HCH H H H I H
H HCH
H
Iso pentana Neo pentana
2 metil butana 2, 2 dimetil propana
dimetil etil metana tetra metil metana
Contoh:
C C 1 = atom C primer
4 I I 2 = atom C sekunder
C ----- C ----- C ------ C ----- C ----- C 3 = atom C tertier
I 3 2 1 4 = atom C kwartener
C
Apabila suatu hidro karbon (alkana) kehilangan satu atom hidrogen, maka
membentuk suatu gugus yang disebut gugus radikal. Gugus radikal yang demikian
dinamakan gugus alkil. Gugus radikal yang lazim adalah:
49
CH3
I
CH 3 --- C --- adalah gugus tertier butil.
I
CH3
Penulisan dalam senyawa-senyawa organik gugus alkil tersebut biasanya ditulis
dengan lambang huruf R, yang artinya radikal.
CH C H2
HC CH C H2 CH2
CH C H2
B. Pembakaran
Analisis proksimat dari zat arang menghasilkan prosentase air,zat-zat yang
dapat menguap, karbon yang tetap (tak dapat bereaksi). Analisis ultimat dapat
memberikan jumlah prosentase zat arang, hidrogen, oksigen, belerang, nitrogen
yang dapat dinyatakan dengan dasar “basah” (as received) atau “kering”, yaitu
dengan uap yang ditentukan dalam analisis proksimat tidak disertakan.
Persamaan Stoikiometrik
Suatu reaksi kimia adalah proses dimana ikatan atom didalam molekul-
molekul zat-zat yang bereaksi dipecahkan,diikuti oleh penyusunan kembali atom-
atom tersebut dalam kombinasi molekul yang baru. Pembakaran stoikiometrik
adalah pembakaran dimana semua atom-atom hidrogen diubah menjadi H2O dan
semua atom zat arang diubah menjadi CO2.
Jadi untuk metana , CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O
Persamaan diatas menyatakan bahwa satu mol metana bereaksi dengan
dua mol oksigen dan membentuk satu mol karbondioksida dan air. Proses
pembakaran oksigen diasalurkan sebagai udara dan bukan dalam bentuk
murni.Berdasarkan volume udara mengandung 21% oksigen dan 79% nitrogen
yaitu untuk tiap mol oksigen terdapat 79 / 21 = (3.76 mol nitrogen), sehigga
reaksinya ditulis :
CH4 + {2 O2 + 2 (3.76) N2 } CO2 + 2 H2O + 7.52 N2
Berdasarkan dari persamaan diatas atom karbon diubah menjadi CO2 dan semua
atom hidrogen menjadi H2O dengan bersenyawa dengan oksigen dari udara.
Jumlah udara minimum yang memberikan oksigen yang cukup untuk
dioksidasi lengkap dari semua karbon,hidrogen,dan elemen-elemen yanh dapat
terbakar didalam bahan bakar yang sering disebut udara teoretis. Secara teoretis
pembakaran adalah perbandingan udara terhadap bahan bakar (air fuel ratio) yaitu
51
perbandingan antara massa udara dengan massa bahan bakar. Sebagai salah satu
contoh dalam persamaan stoikiometrik adalah sebagai berikut :
1. Tentukan perbandingan udara / bahan bakar stoikiometrik dan produk-
produk pembakaran oktana,C8H18.
2. Bandingkan analisis molar dari produk pembakarannya dengan produk
yang diperileh bila C8H18 dibakar dengan 200% udara teoretis.
Penyelesaian :
1. Perbandingan udara bahan bakar stoikiometrik diperoleh dari persamaan ;
C8H18 + 12.5 O2 + {12.5 (3.76)N2 } 8CO2 + 9 H2O + 47 H2
Jumlah udara persatuan massa bahan bakar :
12,5 x 32 + 47 x 28
=15 lbm udara / lbm bahan bakar.
114
Analisis molar dari produk pembakaran untuk pembakaran stoikiometrik :
Jumlah mol Prosetase volume
CO2 8 12.5
H2O 9 14
N2 47 73.5
Contoh ;
Analisis volumetrik dari suatu gas adalah 26% CO ,12% H2, 72% dan 55%
N2, udara sejumlah 1,3 ft3 digunakan untuk pembakaran tiap ft3 gas.
Berapa besar temperatur minimum yang diperbolehkan pada tiap
permukaan yang berhubunga dangan gas produk pembakaran supaya tidak
terjadi konbdensasi?
Penyelesaian ;
52
Reaksi ;
0.26 mol CO + 0,13 mol O2 = 0,26 mol CO2
0,12 mol H2 + 0,06 mol O2 = 0,12 mol NO
produk pembakaran ;
CO2 = 0,26 mol (dari pembakaran CO) + 0,07 mol (bersama-sama bahan
bakar) = 0,33 mol.
H2O = 0,12 mol ( dari pembakaran H2 )
O2 = 1,2 x 0,21 mol (dari udara ) – 0,19 mol (digunakan oksidasi CO
dan H2 )
N2 = 1,2 x 0,79 mol (dari udara) + 0,55 mol (dari bahan bakar)
= 1,449 mol.
Jumlah mol produk = 0,33 + 0,12 + 0,062 + 1,494 = 2,011 mol.
Tekanan persial uap H2O ;
0,12
=14,7 =0,876 psia.
2,011
3. Pembakaran Hidrogen
Pembakaran dari hidrogen dengan oksigen menghasilkan air. Proses
pembakaran ini dapat ditulis:
2 H2 + O2 = 2 H2O.
a. Analisa Massa.
Berat atom hidrogen (H) = 1, analisa massa hidrogen dalam proses = 2
x2=4
Barat atom oksigen (O) = 16; maka massa oksigen dalam proses = 2 x
16 = 32.
Masa air adalah: = 2 x ( 2+16 ) = 36
Dengan demikian dapat ditulis:
4 massa H2 dicampur dengan 32 massa O2 = 36 massa H2O
atau:
1 massa H2 ditambah 8 massa O2 = 9 massa H2 O.
Untuk perbandingan 1 kg H2 menjadi:
1 kg H2 + 8 kg O2 = 9 kg H2 O
53
oksigen terdapat dalam udara sebesar 23,2% dari massa, sedang dalam
pembakaran 1kg H2 dibutuhkan 8kg O2..
Kebutuhan udara untuk pembakaran 1kg H2 adalah = 8/0,232 =
34,5kg.
Dari 34,5 kg udara terdapat 8kg O2 , maka besarnya nitrogen adalah:
= 34,5 – 8 = 26,5kg.
Dengan demikian untuk pembakaran 1kg H2 dibutuhkan 34,5kg udara
akan menghasilkan 9kg air dengan 26,5kg zat lemas (nitrogen ).
b. Analisa Volume
Pembakaran hidrogen dengan oksigen adalah:
2 H 2 + O2 = 2 H2 O
Dari 2 H2 adalah 2 molekul H2 .
O2 adalah 1 molekul O2 .
2 H2O adalah 2 molekul H2 O .
Menurut Avogadro perbandingan besarnya molekul sama dengan
perbandingan volume, maka pada pembakaran ini dapat ditulis
1 m2 H2 + 0,5 m3 O2 = 1 m3 H2 O .
artinya pembakaran 1 m3 H2 dibutuhkan 0,5 m3 O2 akan menghasilkan
1,5 m3 gas dan 1 m3 air.
Udara terdapat 21 % O2 dari volume, maka kebutuhan 0,5 O2
dibutuhkan udara.
= 0,5 / 0,21 = 2,38 m3.
Dengan demikian Nitrogen yang dihasilkan
= 2,38 – 0,5 = 1,88 m3 N2 .
Jadi dari analisa volume, untuk pembakaran 1 m3 H2 akan
menghasilkan 1 m3 H2 O dan 1,88 m3 N2.
54
3,01
C 2O = x 100% = 20,7%
14,537
1,08
H 2O = x 100% = 7,43%
14,537
0,02
SO 2 = x 100% = 0,14%
14,537
10,427
N2 = x 100% = 71,43%
14,537
Menghitung hasil pembakaran berdasarkan volume dapat dijelaskan dengan
contoh : 5.
Contoh 5. 1 kg bahan bakar mengandung 14,2% CH4
5,9% CO2; 436% CO; 40,5% H2; 0,5% O2; 2,9% N2 dari volumenya.
Tentukan hasil-hasil gas pembakaran dari 1 m3 bahan bakar.
Jawab : Untuk pembakaran CH4 (0,142 m3 CH4)
mendapat :
0,142 x 1 = 0,142 m3 CO2
0,142 x 2 = 0,284 m3 H2O
0,142 x 7,52 = 1,608 m3 N2
Untuk pembakaran CO (0,36 m3 CO)
mendapat :
0,36 x 1 = 0,36 m3 CO2
0,36 x 1,88 = 0,676 m3 N2
Untuk pembakaran H2 (0,405 m3 H2)
mendapat :
0,405 x 1 = 0,405 m3 H2O
0,405 x 1,88 = 0,762 m3 N2
Dari O2 (0,005 m3 O2) mengandung juga.
0,79
0,005 x = 0,019 m3 N 2
0,21
CO2 dari bahan bakar = 0,059 m3 CO2
N2 dari bahan bakar = 0,029 m3 N2
56
BAB V.
UDARA PEMBAKARAN
Udara dibutuhkan dalam proses pembakaran karena mengandung zat
pembakar dan juga terdapat bermacam gas lain. Prosentase menurut volume gas-
gas yang terkandung pada udara adalah: (1) Zat pembakar (zat asam) ± 21%, (2)
Zat lemas (nitrogen) ± 79%, dan (3) Gas + kotoran ± 1%. Unsur-unsur kandungan
udara berdasar prosentase beratnya: (1) Zat pembakar (zat asam) ± 23,2%, (2) Zat
lemas (nitrogen) ± 76,8%, dan (3) Gas + kotoran ± 1%. Dengan demikian di
dalam proses pembakaran dipelajari tentang udara pembakaran, Pengaruh
pencemaran lingkungan, persyaratan kesehatan, dan adanya uji Coba dari Eropa.
DESKRIPSI:
Materi yang akan dipelajari dalam bab V. Ini meliputi tentang: (1) Udara
pembakaran, (2) Pengaruh pencemaran lingkungan, (3) Persyaratan kesehatan,
dan (4) Uji Coba dari Eropa tentang kelayakan pembakaran.
A. Udara.
Udara sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran karena dalam udara
terdapat zat pembakar. Di dalam udara luar tidak hanya terdiri dari zat pembakar
(zat asam) saja, tetapi juga terdapat bermacam gas lain. Prosentase menurut
volume gas-gas yang terkandung pada udara adalah: (1) Zat pembakar (zat asam)
± 21%, (2) Zat lemas (nitrogen) ± 79%, dan (3) Gas + kotoran ± 1%. Adapun
unsur-unsur kandungan yang ada pada udara dalam prosentase menurut beratnya
atau gas-gas yang terkandung dalam udara adalah: (1) Zat pembakar (zat asam) ±
23,2%, (2) Zat lemas (nitrogen) ± 76,8%, dan (3) Gas + kotoran ± 1%
Untuk prosentase menurut beratnya, secara teoritis udara yang dipakai
dalam pembakaran biasa terdiri atas 23% zat asam dan 77% zat lemas. Udara
yang dimasukkan untuk proses pembakaran harus sesuai dengan kebutuhan, agar
di dapat campuran yang baik antara bahan bakar minyak dan udara, serta
membantu proses perambatan pembakaran yang menghasilkan energi panas. Jika
perbandingan antara bahan bakar minyak dan udara tidak benar, maka akan
menimbulkan gangguan pada proses pembakaran yang tidak sempurna. Akibatnya
mempengaruhi daya yang dihasilkan, oleh karena itu mengetahui kebutuhan udara
dalam proses pembakaran merupakan hal yang sangat penting.
1. Suhu
Suhu, yang dimaksud adalah merupakan temperatur awal pada proses
pembakaran terjadi, apabila yang diisap udara bertemperatur terlalu panas akan
terjadi detonasi karena campuran bahan bakar dengan udara akan terbakar
sebelum saat yang ditentukan. Suhu awal dari pembakaran dapat mempengaruhi
proses perambatan panas, sehingga sebaran panas yang diberikan dapat terjadi
seketika berupa ledakan yang mampu memberikan energi spontan yang cukup
besar. Di bagian lain kepadatan udara panas akan memuai, sehingga campuran
bahan bakar dengan udara di dalam pengisian silinder menjadi tinggi kerapatan
gasnya yang mempermudah proses pembakaran spontan. Walau demikian pada
60
titik suhu tertentu yang tinggi memungkinkan terjadi gejala pukulan atau knoking.
Kesulitan semacam ini akan timbul juga bila alat notspot pada motor yang sudah
panas masih bekerja seperti gambar di bawah ini. Kemungkinan dapat terjadi
bahwa campurannya sudah berubah seluruhnya menjadi gas pada waktu
memasuki lubang isian, sehingga pengisian silinder menurun dan disebabkan oleh
suhu batas flash point dapat memperbesar kemungkinan terbakar sendiri. Bila
motor sudah panas, alat hotspot jangan bekerja lagi
terbuang bersama gas bekas. Pembakaran menjadi tidak sempurna dan gas bekas
banyak mengandung unsur-unsur bahan bakar yang terbuang tersebut.
100
23
( )
0,87 . 8 + 0,13 . 8 kg
3
Lw dapat ditentukan dari ukuran zat silinder dimana harus diketahui : S, D, isi
ruang kompresi, zat mulai kompresi, tekanan awal dari kompresi, dan banyaknya
sisa-sisa gas pembakaran dari proses usaha yang lalu.
Pada gambar di atas, titik 3 dan titik A berada pada posisi yang lebih
tinggi sementara titik 2 dan titik 1 dipertahankan pada posisi semula. Akibatnya,
kerja yang dihasilkan dan tekanan efektif rata-rata dari siklus tersebut akan
bertambhan besar, tapi efisien termalnya berubah. Jadi, pada siklus sebenarnya
kenaikan kalor spesifik, kerugian kalor dan kalor disosiasi dari gas itulah yang
menghambat kenaikan titik 3, sehingga luas diagram indicator dari siklus
sebenarnya lebih kecil dari pada siklus idealnya. Demikian pula, makin rendah
harga X makin tinggi temperatur gas dan makin banyak pula molekul CO2 dan
H2O, yaitu gas yang mempunyai kalor spesifik yang lebih besar. Factor-faktor
tersebut terakhir ini memperkuat argumentasi tentang posisi titik 3 dan luas
diagram indicator dalam keadaan sebenarnya. Dengan kata lain, perbandingan
64
campuran yang lebih kaya menyebabkan turunnya efisiensi thermal dan tekanan
efektif rata-rata.
Kebutuhan udara tergantung dari unsur-unsur yang ada dalam bahan
bakar. Apabila 1 kg bahan bakar mengandung unsur C%, H%, dan S% maka :
2
Untuk pembakaran 1 kg C dibutuhkan 2 O 2 atau 11,5 kg udara.
3
Untuk pembakaran 1 kg H dibutuhkan 8 kg O2 atau 34,5 kg udara.
Untuk pembakaran 1 kg S dibutuhkan 1 kg O2 atau 4,3 kg udara.
Jadi kebutuhan O2 untuk pembakaran bahan bakar yang mengandung C%,
H%, dan S% adalah :
2
=2 . C + 8 . H2 + S . kg
3
Harga ini merupakan kebutuhan teoritis. Sedang kebutuhan O2 sebenarnya adalah
kebutuhan O2 teoritis dikurangi O2 yang terkandung dalam bahan bakar.
Kebutuhan O2 sebenarnya untuk setiap kg udara :
⎧⎛ 2 ⎞ ⎫
23,3% . ⎨⎜ 2 C + 8 H 2 + S ⎟ - O 2 ⎬ kg
⎩⎝ 3 ⎠ ⎭
1 ⎧⎛ 2 ⎞ ⎫
Gu = . ⎨⎜ 2 C + 8 H 2 + S ⎟ - O 2 ⎬ kg ......................(1)
0,232 ⎩⎝ 3 ⎠ ⎭
Atau
Gu = {11,5 C + 34,5 H2 + 4,3 . S – 4,3 O2} kg
Perlu dijelaskan di sini, bahwa pencemaran udara yang berasal dari gas
asap kedua jenis kendaraan bermotor tersebut disebabkan oleh gas CO yang
sangat berbahaya bagi kesehatan, diperoleh dari hasil pembakaran yang tidak
sempurna yang terjadi pada motor bensin. CO2 yang berupa asap hitam yang akan
mengotori udara berasal dari pembakaran motr diesel. CO dan CH4 dan
sebagainya keluar dari tanki bahan bakar yang terlalu kosong, karena panas
matahari terjadi penguapan. Dari segi kesehatan makluk, CO adalah lebih
berbahaya daripada CO2, atau dengan perkataan lain pencemaran motor bensin
adalah lebih berbahaya daripada pencemaran motor diesel.
Pencemaran tersebut dapat dikurangi dengan jalan pemeliharaan mesin
yang baik, pemakaian bahan bakar yang tepat, penyetelan karburator dan injection
pump yang tepat, serta operasi motor yang tidak mendadak-dadak sehingga
menghambur-hamburkan bahan bakar. Di samping itu tindakan prefentif adalah
lebih bijaksana daripada kuratifnya. Untuk pencemaran air, dapat dilakukan
dengan jalan mensirkulasikan kembali air buangan yang mengandung minyak,
atau dengan cara pencucian.
C. Persyaratan kesehatan.
1. Gas Buang
Akhir-akhir ini gas buang dari mobil sangat menarik perhatian karena ia
dapat mengotori udara. Lebih-lebih gas buang dari motor bensin ini sangat
menganggu kesehatan. Dengan sendirinya kita tidak akan memperdalam dampak
medisnya tetapi hanya mengenai campuran gas buang dan mempelajari
pengontrolnya. Bagian-bagian gas buang yang sangat menganggu kesehatan
adalah :
a. Karbonmonoksida (CO)
Banyaknya CO dari gas buang itu tergantung dari perbandingan bahan
bakar dan udara hanya pada pembakaran yang sempurna dari bahan bakarnya
maka nilai CO-nya dapat nihil. Hal ini dapat dicapai pada perbandingan secara
teoritis 14,8 : 1. Perbandingan sebesar ini selama motor berjalan jarang dapat
67
b. Timah
Untuk mempertinggi ketetapan pukulan dari bensin, perlu ditambah
dengan campuran timah. Ini dapat menyebabkan timbulnya bagian-bagian abu
dari timah dengan ukuran kira-kira 1 mikron. Lebih-lebih pada lalu lintas kota
yang padat. Oleh sebab dan penambahannya terikat pada persyaratan hokum.
Penggunaan bensin sebagai bahan pembersih dapat juga merusak kesehatan.
Berdasar tabel ini dapat dilihat bahwa pada keadaan hampa dalam silinder
dan katup gas tertutup disebabkan oleh nilai harga dari campuran jumlah karbon
hydrogen yang tidak terbakar banyak sekali. Pada waktu motor direm, akan
mencapai persentase tinggi sekali karena kehampaan di bawah katup gas lebih
tinggi dari berputar stationer. Pada karburator “milien” dengan sistem berputar
stasioner yang sudah disetel oleh perusahaannya, pada waktu mengerem motor
jumlah karbon hidrogennya di dalam gas buang dapat direduksi.
e. Injeksi Udara
Cara lain untuk membatasi pengaruh merugikan dari gas buang
dilaksanakan oleh berbagai perusahaan motor Amerika. Di sini menyangkut suatu
sistem di mana udara secara langsung ditiupkan ke dalam lubang buang. Katub
penambahan udara dilakukan dengan sebuah ruang hampa terlihat pada gambar
Pompa udara untuk pembakaran larut, yang mencampurkan udara langsung
dibelakang katup buang dimana terdapat suhu setinggi 975 K dengan bahan bakar
yang belum terbakar. Proses ini terjadi apa yang dinamakan pembakaran lanjut
sehingga persentase karbon monoksida dan karbon hydrogen yang tidak terbakar
dikurangi dengan setengahnya. Jumlah udara yang diperlukan untuk ini besarnya
kira-kira setengah dari udara yang digunakan oleh motor. Mengingat jumlah ini
merupakan jumlah besar, maka untuk menjalankan pompanya diperlukan tenaga
sebesar 4% dari tenaga motor. Gambar di bawah ini memperlihatkan instalasi
tersebut. Kelemahan dari sistem ini adalah meningkatnya zat nitrogen dioksida
dalam gas buangnya.
f. Injeksi Bensin
Dengan menggunakan sistem injeksi bensin, secara nyata dapat juga
mengurangi jumlah bagian-bagiannya yang menganggu kesehatan dalam gas
buang. Dalam hal ini jumlah bensin secara teliti dapat ditambahkan pada
kebutuhan motor. Dalam buku ini kelak kita akan kembali lagi secara khusus
untuk membicarakan cara kerja dan prinsip yang digunakan.
Jepang maksimal itu pada motor yang sedang berputar tidak lebih tinggi dari 4%.
Dengan jalan ini dimaksudkan agar persentase volume maksimal ini nantinya
harus selalu diturunkan.
BAB VI.
BAHAN PELUMAS
Pengertian bahan pelumas adalah bahan–bahan yang digunakan di dalam
proses pelumasan terutama pada elemen mesin, karakteristik dan peri hal bahan
pelumas meliputi: Kekentalan Minyak Pelumas (Viscosity Indeks), Jenis–jenis Oli
Pelumas, Kegunaan Bahan Pelumas, dan Akibat pelumasan yang tak sempurna dan
cara mengatasinya
DESKRIPSI:
Materi dalam bab VI. akan dipelajari tentang peri hal: (1) Pengertian bahan
pelumas, (2) Kekentalan Minyak Pelumas (Viscosity Indeks), (3) Jenis – Jenis Oli
(Pelumas), (4) Kegunaan Bahan Pelumas, dan (5) Akibat pelumasan yang tak
sempurna dan cara mengatasinya
bergerak / berputar, (4) Mencegah terjadinya suara berisik karena pergesekan alat, (5)
Mengurangi panas yang timbul karena pergesekan, dan (6) Meminimalkan tenaga
mesin yang terbuang untuk melawan gaya gesek.
Ditinjau dari fungsinya sistem pelumasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa semua oli memiliki 4 fungsi yang sama, yaitu :
1. Sebagai fungsi pelumasan
Oli berfungsi mengurangi adanya gesekan antara metal dan komponen–
komponen mesin lainya dengan membentuk lapisan film yang tipis pada permukaan
metal/komponen mesin, sehingga resiko kerusakan dapat diminimalkan, cairan oli
yang membatasi metal-metal tersebut bergeser atau terdorong sewaktu mesin
bergerak misalnya, seperti piston. Pada waktu torak bergerak naik ke posisi titik mati
(Top Dead Centre), cincin torak mendorong cairan oli ke atas, setelah torak mencapai
puncaknya karena adanya tekanan oli dari poros engkol memencar menggantikanoli
yang lama guna melumasi dinding silinder waktu torak turun kembali. Apabila
persediaan oli masih cukup dan pompa oli dapat bekerja dengan baik, serta saluran
tempat oli mengalir masih bersih maka besar gesekan dan tingkat keausan komponen
mesin dapat diminimalkan.
disaringan tersebut sampai saat penggantian oli. Pada waktu bahan bakar dibakar,
akan membentuk komponen-komponen zat kimia, diantaranya air dan macam-macam
acid. Selama masih terselimuti oli, air dan acid tersebut tidak akan menyebabkan
oksidasi (karat) pada bagian-bagian dalam mesin tersebut, sehingga permukaan dalam
mesin tetap bersih.
Keterangan :
1. Tangki bensin tempat mencampur
………………. = oli
------------------- = bensin
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, = udara
Bila campuran oli kurang dari 2% dapat menyebabkan: (1) Mesin cepat panas
dan suara berisik, (2) Rpm tinggi sering timbul suara menggelitik, (3) Mesin tidak
bertenaga waktu putaran tinggi, (4) Sering mati mendadak waktu panas karena piston
macet atau kompressi bocor, dan (5) Knalpot tidak berasap.
G. Ringkasan/simpulan.
Bahan pelumas adalah bahan–bahan yang digunakan dalam proses pelumasan
elemen mesin yang bergerak.Viscosity Indeks adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan angka perubahan kepekatan minyak pelumas pada temperatur tertentu
berupa keengganan mengalir padatemperatur tertentu (Resistance To Flow Under
Temperature Conditions). Jenis olie menurut kekentalanya dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu Single Grade Oil dan Multiple Grade Oil. Sistem pelumasan umumnya
berguna untuk (1) Mencegah/mengurangi keausan, (2) Melapisi film pada alat yang
bergesekan, (3) Melancarkan alat yang bergerak/berputar, (4) Mencegah terjadinya
suara berisik, (5) Mengurangi panas yang timbul karena pergesekan, dan (6) Memini-
malkan tenaga mesin yang terbuang untuk melawan gaya gesekan.
83
83
BAB VII.
KARAKTERISTIK PELUMAS
Bahan pelumas yang digunakan hendknya mengetahui proses pembuatan, atau
susunan/komposisi dan daerah penggunaannya. Pengetahuan tentang sifat minyak
pelumas diperlukan dapat menentukan pemilihan jenis pelumas sesuai dengan
penggunnaannya. Beberapa jenis pelumas yang dipakai dalam dunia tekhnik adalah :
(1) Minyak standar, yaitu minyak mesin, minyak poros, minyak silinder dan lain-lain,
(2) Minyak campuran, dan (3) Minyak pelumas sintetis. Hal-hal yang diperhatikan
tentang minyak pelumas adalah (1) sifat-sifat fisika dan kimia bahan pelumas, (2)
aditif, fungsi dan kegunaannya, (3) karakteristik bahan pelumasan, dan (4) fungsi
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
DESKRIPSI:
Materi yang dipelajari dalam bab VII ini adalah: (1) Sifat fisika dan kimia
bahan pelumas, (2) Sifat–Sifat Fisika Bahan Pelumas, (3) Sifat Kimia Bahan
Pelumas, (4) Aditif, fungsi dan kegunaannya, (5) Karakteristik bahan pelumas, dan
(6) Karakteristik Sifat Tugas/Fungsi Bahan Pelumas.
4. Titik beku.
Titik beku adalah titik dimana bahan pelumas membeku pada suatu
temperatur yang tertentu dan berhenti mengalir. Titik beku digunakan untuk
mengetahui sifat kemampuan cair pada bahan sehingga daya operasi tidak terganggu
karena persyaratan ini, sekalipun demikian titik beku bukanlah satu-satunya ciri bagi
kesesuaian nuinyak terhadap daerah pemakaian, namun demikian dapat digunakan
untuk mengetahui daya operasional pada temperatur terrendah.
86
5. Titik nyala.
Titik nyala (lash point) minyak adalah temperatur terendah dimana suatu
campuran uap minyak dan udara akan menyala dengan adanya percikan nyala api.
Dengan demikian totik nyala adalah suatu temperatur dimana bahan pelumas banyak
mengalami penguapan, sehingga campuran minyak-udara akan menyala karena nyala
api. Dalam keadaan tertentu bahan pelumas ini memang dapat terbakar, tetapi
kebakaran pelumas oleh penyalaan setempat tidak akan menjalar kepada zat cair yang
berbatasan dengan minyak tersebut.
6. Titik bakar.
Pada kenaikan temperatur semua zat akan mengalami pemuaian volume oleh
kalor. Pemuaian oleh kalor pada bahan pelumas adalah sangat besar dan tergantung
dari tipe minyak pelumas tersebut, koefisien muai yang ada besarnya kira-kira adalah
6,3 .10-4 sampai7,0.10-4 /1oC , untuk perhitungan sederhana dapat kita ambil suatu γ :
0,0007/oC.
8. Hantaran kalor
Hantaran kalor atau koefisien hantaran kalor dari pelumas adalah sangat
penting untuk penyerapan kalor dalam reservoar atau alat pendingin. Koefisien
hantaran kalor bahan pelumas 1/5 dari nilai untuk air (γ minyak : 0,483kJmJo C).
87
4. Korosi
Korosi adalah pencemaran yang bersifat kimiawi dan elektro kimiawi
terhadap logam. Pembetukan korosi dapat terjadi karena adanya: oksidasi, gesekan,
dan kelembaban, akibat kondensasi dan mengalir bersama minyak ketempat–tempat
yang mudah korosi. Untuk minyak pelumas yang digunakan dalam waktu yang lama
biasanya mengandung bahan tambahan untuk mencegah korosi. Inhibitor oksidasi
dan inhibitor korosi, berupa persenyawaan unsur fosfor dan belerang yang dapat
memberikan perlindungan terhadap oksidasi.
50% minyak dan 50% anilin murni mulai menjadi keruh, pengeruhan merupakan sifat
yang khas dari setiap minyak pelumas.
pelumas, sebaiknyaa dicampur dan diaduk dengan oli mesin terlebih dahulu sebelum
oli mesin dituangkan kedalam mesin.
Dengan cara ini pencampuran aditif dengan oli lebih sempurna. Namun,
sebelum itu dilakukan, spesifikasi pelumasnya perlu dicek terlebih dahulu. Sebab,
beberapa merek oli mesin sudah dilengkapi dengan aditif, sehingga tidak diperlukan
aditif lagi. Pembacaan petunjuk pemakaian pelumas pada kemasanya akan membantu
ketepatan dalam pemilihan penggunaannya. Perlu diingat juga, aditif-aditif tadi bukan
untuk memperpanjang usia kerja pelumas. Jadi penggantian pelumas tetap seperti
jadwal yang telah dipersyaratkan.
Selain oil treatment ada bahan tambahan lain yang disebut engine treatment.
Bahan ini mengandung PTFE, zat atau cairan semacam teflon yang sangat licin.
Bahan ini melindungi permukaan logam dalam waktu lebih lama. Untuk dapat
menggunakannya, bahan ini dicampur dengan oli mesin biasa. Bahan ini akan
melekat dengan sempurna ketika jarak tempuh melampaui 5.000 Km. Setelah itu, oli
dapat diganti seperti biasa. Pada saat oli lama dibuang PTFE akan tetap melekat pada
permukaan logam dan dapat bertahan sampai kira-kira 25.000 Km.Tetapi ingat, meski
ada PTFE oli mesin diganti seperti biasa. Engine treatment ini ada yang dijual dalam
kemasan.
Ada juga suatu produk yang disebut engine flush, atau pembersih nesin.
Cairan ini berfungsi untuk membersihkan permukaan logam mesin dari pelumas
maupun kerak-kerak yang menempel. Cara penggunaannya cukup sederhana,
Tuangkan cairan tersebut ke dalam mesin sebelum oli dikeluarkan (ditap). Hidupkan
mesin selama 10-15 menit agar bahan pembersih tersebut bersirkulasi bersama
pelumas, melarutkan semua kotoran yang dilewatinya termasuk melepaskan pelumas
dari logam mesin. Setelah itu, keluarkan pelumas yang sudah tercampur bahan
pembersih itu. Kotoran yang terbawa akan tersangkut di saringan pelumas, sehingga
saringan pelumas harus diganti bersamaan dengan penggantian pelumas merek lain.
Maka penggantian merek pelumas tidak bisa dilakukan sembarangan. Sebaiknya
mesin dikuras dulu dengan engine flush, sehinga mesin benar-benar bersih dari
91
pelumas lama. Pelumas mesin yang terdiri atas lebih dari satu macam (merek) daya
lumasnya berkurang.
E. Karakteristik bahan pelumas.
Minyak pelumas (oli) merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
mesin piston (motor bakar), atau mesin-mesin dimana terdapat komponen yang
bergerak, seperti shaft, bearing dan gear. Hal ini karena oli berfungsi sebagai
pelumas pada permukaan komponen yang saling bersentuhan. Dengan adanya
pelumas, energi yang terbuang karena gesekan menjadi minimal dan dengan
demikian usia pakai komponen menjadi bertambah. Fungsi oli yang lain adalah
sebagai pendingin dari efek panas yang dihasilkan pembakaran bahan bakar dan dari
gesekan antara komponen dengan jalan adanya sirkulasi pelumas itu sendiri.
Bahan dasar minyak pelumas baik minyak pelumas otomotif ataupun industri
pada umumnya berupa minyak mineral yang merupakan campuran dari beberapa
jenis hidrokarbon minyak bumi. Pada era industrialisasi ini, kebutuhan akan minyak
bumi meningkat dengan tajam. Sebaliknya persediaan minyak bumi di dunia makin
menipis. Keadaan ini memacu produksi minyak sintetis sebagai bahan dasar alternatif
dalam pembuatan minyak pelumas. Meskipun harga minyak sintetik ini relatif lebih
mahal daripada minyak mineral, namun pada umumnya minyak ini mempunyai sifat
yang lebih unggul terutama dalam hal stabilitas termalnya, sifat alir, indek viskositas
dan stabilitas penguapannya. Oleh karena itu minyak pelumas yang diformulasikan
dengan minyak sintetis akan memberikan unjuk kerja yang lebih baik dibandingkan
dengan formulasi dengan minyak mineral.
Ada dua jenis pelumas yaitu pelumas mineral dan sintetis. Pelumas mineral
adalah campuran antara minyak bumi yang ditambah zat aditif, sedangkan yang
sintetis adalah minyak bumi yang melalui proses kimiawi diubah menjadi bahan
sintetis dengan menganulir sifat yang tidak menguntungkan dalam pemkaian. Bahan
sintetis daya tahannya terhadap panas lebih tinggi sehingga oli tidak mudah rusak dan
tahan lebih lama terhadap oksidasi. Sebab itu, harga oli sintetis lebih mahal daripada
oli mineral.
92
Ada beberapa karakteristik pelumas atau oli, yaitu : (1) mendinginkan dan
membersihkan mesin, sebagai pelumas oli melumasi (lubricating) seluruh komponen
yang bergerak di dalam mesin untuk mencegah terjadinya kontak langsung antar
komponen yang terbuat dari logam, dalam hal ini unsur kekentalan (viskositas) sangat
penting, (2) sebagai pelumas, yaitu mengurangi keausan bagian-bagian yang
bergerak, (3) mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap pembentukan lapisan film
minyak yang dapat melindungi logam dari penyebab keausan, (4) dapat mendingin-
kan mesin dengan menyerap kalor, artinya pelumas oli harus mampu mengurangi
panas yang ditimbulkan oleh gesekan antar logam pada mesin yang bergerak, seperti
klep (katup) atau bearing (laher), dan (5) dapat membersihkan bagian–bagian mesin
dari oksidasi sehingga dapat mencegah terjadinya korosi. Proses pembakaran di
dalam ruang bakar dapat memacu menimbulkan oksidasi sehingga menghadirkan
kerak dan korosi pada logam. Dengan demikian pelumas oli berfungsi untuk
membersihkan bagian-bagian mesin dari oksidasi dan mencegah terjadinya karat di
dalam mesin.
Pelumas memiliki dua karakteristik , yakni SAE dan API. SAE adalah untuk
menandai tingkat kekentalan (viskositas). Misalnya, SAE 20W-50. Huruf W berarti
winter (musim dingin). Itu berarti dalam suhu dingin (pada musim dingin),
kekentalan pelumas atau oli berada pada angka viskositas SAE 20. Sementara angka
50 berarti pada udara panas tingkat kekentalan pelumas atau oli akan berubah
menjadi 50. Inilah yang disebut pelumas atau oli multigrade yang memiliki beberapa
tingkat (grade) kekentalan. Sedangkan karakteristik pelumas atau oli monograde
hanya memiliki satu tingkat kekentalan, misalnya SAE 40 dan SAE 50.
makin besar. Dalam prakteknya pemilihan Viskositas minyak pelumas untuk mesin
harus disesuaikan untuk mencapai sirkulasi pelumas yang lancar (tenaga luar
yang diperlukan ringan) dan kedua permukaan yang dilumasi bergerak bebas.
Ukuran kekentalan minyak pelumas digunakan satuan Redwood seconds, derajat
Engler, Saybolt Universal Seconds, centi Stokes (cSt ). Klasifikasi Viskositas dibagi
dalam 2 sistem yaitu untuk industri dengan istilah oil viscosity grade dan untuk
automotive dengan istilah SAE. Indek viskositas atau Viscosity Index adalah angka
yang menunjukan kemampuan minyak mempertahankan kekentalannya terhadap
perubahan temperatur yang diderita minyak. Makin tinggi (V I) minyak, makin
stabil tingkat kekentalannya terhadap perubahan temperatur dan sebaliknya.
Minyak dasar parafinik mempunyai indek viskositas medium, minyak dasar
naphtenik mempunyai index viskositas rendah. Untuk memperbaiki index
viskositas oleh pembuat minyak pelumas ditambahkan Additive Viscosity Index
Improver. Dalam menentukan angka kekentalan atau viskositas serta index
viskositas untuk operasi pembangkitan harus sesuai dengan yang diperlukan
karena mempengaruhi kemampuan minyak mendukung beban lewat oil fim
pressure. Dengan angka index viskositas rendah maka kekuatan oil film akan
sangat tergantung temperatur operasi. Viskositas diukur dengan satuan cSt pada
temperatur 40 der. C dan 100 der.C. Pemeriksaan test laboratorium terkait dengan
viskositas minyak pelumas, apabila viskositas minyak turun lebih dari 20 % dan
atau naik lebih dari 20 %, maka minyak pelumas itu harus diganti. Hal di atas
dapat disebabkan oleh tercampurnya minyak pelumas dengan bahan bakar HSD
(viskositas turun) atau penguapan minyak berlebihan (viskositas naik). Khusus
untuk tercampurnya minyak dengan HSD disebut juga fuel dilution, effek fuel
dilution pada minyak pelumas adalah menurunkan titik flash point serta
menurunkan viskositas atau kemampuan membentuk oil film.
Diukur pada temperatur 15 der.C dengan satuan kg/l, makin kental minyak
pelumas makin tinggi berat jenisnya, besarnya < 1.0 kg/l. Berat Jenis minyak
pelumas akan berpengaruh pada pemakaian jenis unjuk kerja bagian mesin yang
tertentu.
dengan angka TBN terlalu tinggi akan berakibat timbulnya kerak hitam di dinding
sebelah dalam frame/crank case, karena senyawa Calsium/ barium/ magnesium akan
menempel di dinding dimaksud. Penggantian minyak pelumas berkaitan dengan
turunnya angka TBN yaltu bila dalam hasil pemeriksaan/test laboratorium minyak
angka TBN sudah turun mencapai di bawah 60 % angka awalnya.
6. Mencegah keausan.
Untuk pembebanan kontak antara bidang yang dilumasi yang relatif tinggi,
kemampuan minyak untuk mencegah keausan secara pasif dengan membentuk
lapisan film yang kuat di permukaan yang dilumasi, sehingga mampu mengurangi
permukaan sentuh logam yang dilumasi (anti wear) dan secara aktif bereaksi dengan
permukaan logam untuk mencegah terjadinya proses pengelasan setempat (Extreme
Pressure) akibat beban yang tinggi.
reaksi kimia antara oksigen dengan komponen minyak. Hal ini menyebabkan
timbulnya kotoran/sludge dan asam yang dapat menimbulkan masalah selanjutnya.
Untuk itu minyak pelumas harus mempunyai sifat/kemampuan anti oksidasi guna
melindungi diri dari proses kerusakannya serta mengemban tugasnya untuk
menetralisir asam-asam (dengan nilai TBN) yang terjadi dari hasil pembakaran di
ruang bakar.
debu kikisan karat dan atau keausan (debris) dan jelaga (shoot). Beberapa
kontaminan yang larut dalam minyak pelumas dapat meningkatkan viskositas
minyak dan dapat membentuk deposit/kotoran pada piston serta di oil cooler (sisi
minyak) sehingga mengurangi kemampuan perpindahan panas dari minyak ke pipa
cooler. Deposit yang ada di piston dapat mengeras akibat temperatur tinggi dalam
waktu yang relatif lama, sehingga untuk membersihkannya harus secara
mekanikal/digosok. Untuk menghindarkan/mengurangi resiko terbentuknya deposit
keras di piston maka harus dilakukan peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Krist Dr. Ing, HIDRAULIKA, ERLANGGA, JAKARTA, 1999.
www. Indomedia.com/intisari/1998/maret/b_oil.htm
99
BAB VIII
PELUMAS MESIN
Prinsip pelumasan adalah bertujuan untuk mencegah kontak langsung dua
bagian komponen mesin yang bergeser. Pencegahan dilakukan dengan memberikan
lapisan minyak. Lapisan ini berfungsi untuk memberi jarak sehingga dapat mrngurangi
gesekan antara kedua logam tersebut. Karakteristik pelumasan diperhitungkan pada
pengaruh proses pembakaran terhadap minyak pelumas, aditif pada minyak pelumas
yang digunakan, tingkat kekentalan minyak pelumas, klasifikasi pelumas, dan macam
sistem pelumasan. Pengaruh minyak lumas terhadap logam adalah melapisi permukaan
sehingga kontak langsung antar logam tidak terjadi. Keadaan karena adanya pelumasan
hidrodinamis dan hydroststis. Efek pelumasan terhadap poros dan bantalan yaitu akan
mengurangi koefisien geseknya.
DESKRIPSI:
Materi dalam bab VIII. akan dipelajari tentang: (1) Prinsip pelumasan, (2)
Pengaruh proses pembakaran terhadap minyak pelumas, (3) Aditif pada minyak
pelumas, (4) Tingkat kekentalan, (5) Klasifikasi pelumas, dan (6) Macam sistem
pelumasan
A. Prinsip pelumasan
Tujuan utama dari pelumasan adalah untuk mencegah kontak langsung dua
bagian yang bergeser. Dengan terjadinya gesekan muka/tonjolan halus pada muka
logam akan patah dan membuat tonjolan yang baru. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan lapisan minyak. Lapisan ini berfungsi untuk memberi jarak sehingga dapat
mrngurangi gesekan antara kedua logam tersebut. Dengan demikian dapat mengeliminir
luas bidang gesek, sehingga koefisien gesek juga menjadi lebih kecil. Pemanfaatan yang
ada menjadikan komponen logam mempunyai masa operasi yang lebih panjang dengan
menghindari terjadinya keausan. Pengaruh minyak lumas terhadap logam adalah apabila
logam diluncurkan diatas minyak maka logam akan cencerung bergerak mengambang,
sehingga kontak langsung antara logam dengan landasan tidak akan terjadi. Keadaan ini
terjadi karena adanya pelumasan hidrodinamis dan hydrostatis. Efek pelumasannya
terhadap poros dan bantalan yaitu akan memperkecil koefisien geseknya.
z.v
f =Κ
P
dimana :
f = koefisien gesek
K = konsanta
Z = viskositas
V = kecepatan gerak
P = gaya yang diterima oleh pelumas
Apabila viskositasnya nol, maka akan terjadi koefisien gesek yang cukup besar,
demikian juga halnya apabila viskositasnya terlampau besar akan mengurangi tenaga
untuk menggerakkan komponen. Jadi untuk sistem pelumas tertentu diperlukan juga
viskositas tertentu pula. Kecepatan gerak juga mempunyai pengaruh yang sama seperti
halnya viskositas tersebut.
terbawa gas bekas, namun ada yang terbawa ke oli dan hasilnya adalah sludge yang
bersifat memfasilitasi karat. Apabila terjadi pembakaran tidak sempurna, carbon akan
bercampur dengan minyak dan mengendap membentuk kerak yang keras. Adanya di
dalam bahan bakar terkandung belerang ± 0,1% jika belerang mempunyai kesempatan
bereaksi dangan oksigen dan dilanjutkan bereaksi dengan air maka akan terbentuk zat
yang bersifat asam yang sangat korosif. Untuk menjalankan fungsinya dalam mengatasi
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh proses pembakaran ini, maka minyak lumas
harus mempunyai syarat-syarat tertentu.
D. Tingkat kekentalan.
Kekentalan adalah besarnya tahanan dalam suatu pengaliran minyak lumas, dan
derajat kekentalan adalah menunjukkan besarnya kekentalan. Derajat kekentalan
minyak lumas dinyatakan dalam SAE, dan untuk menentukan derajat kekentalan mana
yang dipakai harus berpedoman oleh faktor-faktor berikut: (1) Besar clearance yang
akan ditempati minyak, (2) Besar beban yang harus didukung minyak, (3) Temperatur
operasi, (4) Luas bidang gesek, dan (5) Kecepatan gerakan.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka ada 2 jenis minyak pelumas yaitu single
grade dan multi grade oil. Single oil grade adalah pengukuran viskositas minyak lumas
pada temperatur 98,9 0C yaitu pada temperatur kerja mesin. Multi grade oil adalah
minyak lumas yang karena perubahan derajat kekentalannya tidak terpengaruh oleh
temperatur pemakaian, maka cocok untuk semua mesin atau disebut minyak untuk
semua mesin (all season oil), dan biasanya dalam pasaran oli ini memakai kode W di
belakang viskositas indek. Kode W di belakang angka indek kekentalan menunjukkan
Winter yang artinya penyebutan musim, di mana musim yang dimaksud mempunyai
persyaratan untuk tingkat kekentalan minyak pelumas. Dengan demikian pelumas
dengan menggunakan kode demikian berarti mampu pakai dalam cuaca ganda.
107
Viskositas indek
Viskositas indek adalah menunjukkan kemampuan suatu jenis minyak lumas
terhadap suatu perubahan temperatur. Setiap minyak pelumas mempunyai batas
kemampuan di mana batas kemampuan tersebut, mesin yang dilumasi dapat distart
dalam keadaan dingin dan dapat bekerja optimum pada temperatur kerjanya. Batas
kemampuan ini disebut Viskositas indek ( VI )
E. Klasifikasi pelumas.
Klasifikasi A.P.I. service pada mesin bensin
Kode Bahan
SA Straight mineral oil (S.M.O )
SB S M O + anti rust + anti oksidasi
SC S M O − anti rust + anti oksidasi + detergensi + despersansi
SD Sama dengan SC + detergensi + depersency yang kuat
SE Sama dengan SC + detergensi + depersency yang kuat
Catatan :
SE untuk mobil-mobil produksi tahun 1973 keatas
SD untuk mobil-mobil produksi tahun 1968 −1972
SC untuk mobil-mobil produksi tahun 1964 − 1967
Penggunaan minyak lumas mesin bensin dan disel dibedakan karena pada Disel
mempunyai tekanan kompresi yang lebih tinggi, suhu kompresi tinggi sehingga akan
memudahkan oksidasi. Di samping itu kadar sulfur pada bahan bakar lebih tinggi, dapat
terjadi pembentukan asam yang lebih kuat sehingga total base number harus besar
diatas 60.
108
2. Saringan oli
Fungsi saringan oli adalah untuk menyaring kotoran-kotoran yang terdapat di
dalam oli sebelum oli tersebut melumasi bagian-bagian mesin.
Cara penyaringan oli adalah sebagai berikut:
Oli yang masih kotor mengalir dari oil pan melalui pompa oli ke bagian luar dari
elemen saringan. Laluan oli tersebut mengalir ke bagian tengah dari saringan setelah
melewati elemen penyaring yang biasanya terbuat dari kertas atau plat-plat alumunium.
Oli yang mengalir keluar dari bagian tengah penyaringan sudah dalam keadaan bersih
karena kotoran-kotoran sudah tersaring oleh elemen saringan. Hal ini saringan selalu
dalam posisi bersih, karena apabila elemen saringan sudah penuh dengan kotoran,
berarti saringan akan tersumbat. Keadaan ini oli akan mengalir melalui katup pembebas
(bypassvalve) kesistem pelumasan sehingga pelumasan dalam sistem masih dapat
bekerja.
Cara kerja saringan oli sentifugal adalah seperti berikut:
Oli mengalir dari oil pan melalui pompa oli keporos rotor yang sebelumnya
harus menekan cut-off valve, selanjutnya dari poros oli keluar dan memasuki bagian
dalam rotor. Pada posisi bagian dalam rotor penuh dengan oli yang bertekanan, oli akan
keluar melalui nosel yang terdapat dibawah rotor, yang nosel ini berjumlah 2 dengan
arah penyemprotan yang sama, yaitu arah tangensial dengan sumbu rotor. Apabila oli
keluar dari nosel ini maka akan menyebabkan rotor berputar dengan kecepatan putar
3000 s/d 5000 rpm. Perputaran rotor tersebut menyebabkan kotoran-kotoran yang
terdapat pada oli akan terlempar ke bagian dalam dinding rotor, sehingga oli yang
keluar dari nosel akan benar-benar bersih. Oli yang sudah bersih ini selanjutnya
dialirkan ke olipan kembali. Sistem pelumasan ini ada 3 penyaringan oli, yaitu (1)
penyaringan secara langsung/full flow filtering, oli yang mengalir ke bagian mesin
yang akan dilumasi melewati saringan secara langsung, sehingga bersih karena kotoran
yang ada pada oli sudah sepenuhnnya tersaring, (2) Penyaringan sebagian/partial flow
filtering, Oli yang mengalir melalui pompa oli diteruskan ke sebagian sistem pelumasan
untuk melumasi bagian-bagian mesin yang perlu dilumasi dan sebagian lagi diteruskan
ke saringan oli untuk disaring. Jadi oli yang mengalir ke bagian mesin yang akan
dilumasi masih belum bersih karena oli mengalir langsung dari pompa oli ke sistem
tanpa disaring terlebih dahulu, hal ini berdampak bahwa hasil penyaringan baru dapat
digunakan setelah oli disaring berkali-kali, (3) Kombinasi penyaringan langsung
dengan sebagian, Oli yang dipompa sebagian disalurkan ke bagian yang akan dilumasi
111
melalui saringan oli dan sebagian lagi dialairkan ke saringan oli, yang selanjutnya
diteruskan ke oil pan. Jadi pada sistem ini menggunakan dua saringan oli dimana
saringan oli yang satu untuk menyaring oli yang digunakan untuk melumas dan yang
satu lagi untuk menyaring oli yang ada di oil pan.
////////////////////////////////////
Pendingin oli/oil cooler.
Dalam sirkulasinya oli juga menyerap sebagian panas mesin dan membawanya
bersama-sama ke olipan. Akibatnya oli akan menjadi panas yang akan mengurangi
kemampuan oli untuk melumasi. Agar kemampuan oli tidak menurun, maka temperatur
oli harus tidak boleh tinggi. Untuk itu pada sistem pelumasan harus dipasangkan
pendingin oli (oil cooler) yang berfungsi untuk menurunkan temperatur oli. Pendingin
oli ini biasanya dipasang setelah oli tersebut bersih yaitu setelah saringan oli seperti
pada gambar. Jadi oli setelah disaring selanjutnya didinginkan oleh pendingin oli
kemudian digunakan untuk melumasi bagian mesin yang harus dilumasi. Penempatan
pendingin oli ini ada 2 cara yaitu penempatan pada blok mesinnya sendiri dan
penempatan diluar blok mesin yang berbentuk seperti radiator.
Penyebab pemakaian oli menjadi boros
Untuk melumasi komponen mesin yang berputar dan bergesekan agar tidak
terjadi keausan dan kebocoran maka dilengkapi dengan sistem pelumas. Adanya
pembakaran didalam mesin pelumas juga mengambil bagian yaitu sebagai pendingin
dengan jalan mengambil sebagian panas yang dihasilkan mesin. Akibatnya pelumas
cenderung menguap dalam kurun waktu tertentu setelah dipakai pada mesin.
Berkurangnya pelumas dalam mesin harus masih dalam batas-batas normal
suatu mesin dan biasanya tergantung dari besar kecilnya mesin atau volume langkah
dari mesin tersebut. Contoh batasan yang normal untuk mesin dengan jumlah volume
langkah 2000 cc menurut hasil penyelidikan adalah kurang dari 100 cc untuk 100 km
sedangkan batas maksimumnya adalah 300 cc untuk 100 km jadi jika pengurangan
pelumas melebihi 300 cc per 100 km, berarti pemakaian pelumas terlalu boros.
Penyebab pemakaian pelumas yang boros adalah
Pelumas terbakar saat pembakaran, terbakarnya pelumas akibat pelumas masuk
dalam ruang pembakaran. Hal ini terjadi karena kurang sempurnanya kerja dari
komponen mesin seperti : (1) Silinder, akibat gesekan antara piston, ring dan silinder
diperlukan minyak pelumas. Terbakarnya lapisan pelumas ini adalah sebagai akibat dari
tebalnya lapisan yang terdapatr pada bagian dalam silinder.Lapisan pelumas yang tebal
112
ini disebabkan oleh celah oli yang besar antara piston dengan silinder. Dan terdaptnya
alur yang besar pada dinding silinder, (2) Katup dan pengantar katup, pasangan katup
dan pengantar katup juga harus dapat pelumasan jika pelumasan yang terjadi berlebih
sebagian pelumas akan terhisap masuk keruang bakar dan terbakar. Pelumasan yang
berlebih ini akibat dari celah oli batang katup dengan pengantar katuo sudah terlalu
besar melampaui unit yang diperbolehkan. Meskipun sudah dilengkapi oleh oil seal
pada pengantar katup, akibat gerakan katup dan reaksi pegas katup tetap tidak dapat
mencegah terjadinya kebocoran pelumas keruang bakar, (3) Piston, terbakarnya
pelumas sebagai akibat dari kebocoran yang terjadi antar piston dengan silinder.
Kebocoran tersebut terjadi karena celah oli antar piston dengan silinder terlalu besar,
celah ring piston besar, ring oli terlalu lemah, piston retak, ring piston aus, (4) Ventilasi
mesin mampet, saat mesin berputar ada sebagian gas yang bocor dari silinder ke
crankcase saat langkah kompresi dan usaha. Aliran udara dari ventilasi selain berfungsi
menyamakan tekanan antara diluar crankcase dengan didalamnya juga berfungsi untuk
menurunkan temperatur sehingga jauh kemungkinan terjadinya penguapan pelumas.
Jika lubang ventilasi ini tersumbat temperatur akan naik dan penguapan pelumas akan
terjadi sehingga pelumas akan ikut terbakar dalam silinder.
Pelumas bocor keluar mesin, hal ini terjadi saat mesin berputar, pelumas juga
mengalami sirkulasi. Jumlah pelumas yang diambil dari oilpan harus sama dengan
jumlah pelumas yang kembali keoilpan.jika yang kembali lebih kecil ada kemungkinan
pelumas tersebut bocor keluar mesin akibat ketidak sempurnaan kerja beberapa
komponen yaitu: (1) Oil seal dan gasket bocor, kebocoran disebabkan rusaknya
beberapa oil seal seperti crankshaft oilseal,chamshat oilseal dan rusaknya beberapa
gasket seperti oilpan gasket,silinder head gasket, oil filter gasket, oilfilter bracket gasket
dan valve cover gasket, (2) Pompa oli, Pompa oli yang buruk karena tekanan regulator
macet dan debit pelumas yang besar