Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Korporasi

1.Utrecht

Badan yang menurut hukum berwenang menjadi pendukung hak atau setiap pendukung hak
yang tidak berjiwa.

2.Rochmat Soemitro

Suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak, serta berkewajiban seperti seorang pribadi.

3.Satjipto Rahardjo

Badan hasil ciptaan hukum yang terdiri dari corpus, yaitu struktur fisiknya dan kedalamnya
unsur memasukkan unsur animus yang membuat badan mempunyai kepribadian. Oleh karena
badan hukum itu merupakan ciptaan hukum, maka oleh penciptanya kematiannya ditentukan
oleh hukum.

4.Chidir Ali

Hukum memberikan kemungkinan dengan memenuhi syarat – syarat tertentu bahwa suatu
perkumpulan atau badan lain dianggap sebagai orang yang merupakan pembawahan dan
karenanya dapat menjalankan hak – hak seperti orang biasa serta dapat dipertanggung
jawabkan, namun demikian badan hukum (korporasi) bertindak harus dengan perantaraan
orang biasa. Akan tetapi orang yang bertindak itu tidak untuk dirinya sendiri, melainkan
untuk dan atas pertanggungjawaban korporasi.

5.Black’s Law Dictionary

Corporation is an artificial or legal created by or under the authority of the laws of a state or
nation, composed, in some rare instances, of a single person an his successors, being
incumbents of a particular office, but ordinarily consisting of an association of numerous
individuals.

(Korporasi adalah suatu yang disahkan/tiruan yang diciptakan oleh atau dibawah wewenang
hukum suatu negara atau bangsa, yang terdiri, dalam hal beberapa kejadian, tentang orang
tunggal adalah seorang pengganti, menjadi pejabat kantor tertentu, tetapi biasanya terdiri dari
suatu asosiasi banyak individu.)

6.Jowitt’s Dictionary of English Law

Corporation is a succession or collection of persons having in the estimation of the law


existence and rights and duties distinct from those of the individual persons who from it to
from time to time. A corporation is also known as a body politic. It has fictious personality
distinct from that of its member.

(Korporasi adalah suatu rangkaian atau kumpulan orang-orang yang memiliki estimasi
eksistensi dan hak-hak serta kewajiban hukum yang berbeda dari individu dari waktu ke
waktu. Korporasi juga dikenal sebagai suatu badan politik. Korporasi memiliki karakter fiktif
yang berbeda dari para anggotanya.)
Jenis-jenis Korporasi

1. Korporasi Publik

Korporasi yang didirikan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan untuk memenuhi tugas-
tugas administrasi di bidang urusan publik. Contoh, pemerintah kabupaten atau kota.

2. Korporasi Privat

Korporasi yang didirikan untuk kepentingan privat/pribadi, yang dapat bergerak di bidang
keuangan, industri, dan perdagangan. Korporasi privat ini sahamnya dapat dijual kepada
masyarakat, maka ditambah dengan istilah go public.

3. Korporasi Publik Quasi

Korporasi yang melayani kepentingan umum (Public Service). Contoh, PT Kereta Api
Indonesia, Perusahaan Listrik Negara, Pertamina, Perusahaan Air Minum.

Pengertian Kejahatan Korporasi

1.Black’s Law Dictionary

corporate crime is any criminal offense committed by and hence chargeable to a corporation
because of activities of its officers or employees (e.g., price fixing, toxic waste dumping),
often referred to as “white collar crime.

{Kejahatan korporasi adalah segala tindak pidana yang dilakukan oleh dan oleh karena itu
dapat dibebankan kepada sebuah korporasi karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pegawai dan karyawannya (Penetapan harga, pembuangan limbah), seringkali dikenal
sebagai kejahatan kerah putih.}

2.Sally A. Simpson (mengutip John Braithwaite)

Conduct of a corporation, or employees acting on behalf of a corporation, which is


proscribed and punishable by law.

(Perilaku sebuah korporasi atau para pegawainya atas nama korporasi, dimana perilaku
tersebut dilarang dan patut dihukum oleh hukum.)

Menurut Sally A. Simpson, terdapat 3 poin penting pada pendapat John Braithwaite, yaitu :

a. Tindakan ilegal dari korporasi dan agen-agennya berbeda dengan perilaku kriminal kelas
sosio-ekonomi bawah dalam hal prosedur administrasi. Oleh karena itu, yang digolongkan
kejahatan korporasi tidak hanya tindakan kejahatan atas hukum pidana, tetapi juga
pelanggaran atas hukum perdata dan administrasi.

b. Baik korporasi (sebagai “subyek hukum perorangan” ) dan perwakilannya ( illegal actor )
termasuk sebagai pelaku kejahatan, dimana dalam praktek yudisialnya, bergantung pada
antara lain kejahatan yang dilakukan, aturan, dan kualitas pembuktian dan penuntutan.
c. Motivasi kejahatan yang dilakukan oleh korporasi bukan bertujuan untuk kepentingan
pribadi (individu), melainkan pada pemenuhan kebutuhan dan pencapaian keuntungan
organisasi. Tidak menutup kemungkinan motif tersebut ditopang pula oleh norma operasional
(internal) dan sub-kultur organisasional.

3.B. Clinard & Peter C Yeager

Setiap tindakan korporasi yang bias, dimana diberi hukuman oleh negara, entah di bawah
hukum administrasi negara, hukum perdata, atau hukum pidana. Kejahatan Korporasi
merupakan bagian dari kejahatan kerah putih, namun lebih spesifik. Merupakan kejahatan
teroganisasi dalam hubungan yang kompleks dan mendalam antara seorang pimpinan
eksekutif dan manager dalam suatu tangan. Dapat juga berbentuk sebagai perusahaan
keluarga, namun tetap dalam kejahatan kerah putih.

Klasifikasi Kejahatan yang Berkaitan Dengan Korporasi

1.Crime for Corporation (Kejahatan Korporasi)

Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh korporasi/pegawai korporasi bukan demi


kepentingan pribadi pelaku, namun dalam usaha korporasi tersebut memperoleh keuntungan.

2.Criminal Corporation (Korporasi Kriminal)

Korposi yang sedari awal didirikan dengan tujuan untuk melakukan tindak kejahatan (mafia,
yakuza, triad, kartel, dan lain-lain)

3.Crime Against Corporation (Kejahatan Terhadap Korporasi)

Korporasi merupakan korban dalam tindakan kejahatan tersebut.

Hubungan Kejahatan Korporasi, Kejahatan Kerah Putih (WCC), dan Kejahatan


Ekonomi

o) E.H. Sutherland, ” A crime committed by a person of respectability and high social status
in the course of his/her occupation.” (Sebuah kejahatan yang dilakukan oleh seseorang yang
terhormat dan memiliki status sosial yang tinggi dalam pekerjaannya.)

o) Hubungan antara kejahatan korporasi dengan kejahatan kerah putih (white collar crime).

Pelakunya mempunyai status sosial yang tinggi.

o) Hubungan antara kejahatan korporasi dengan kejahatan ekonomi.

Memiliki motif ekonomi yang sama, yaitu mengejar kepentingan ekonomi secara tidak benar.

Karakteristik Kejahatan Korporasi

1.Organisatoris

2.Terkait dengan Bisnis


3.Kurang Mendapat Perhatian

4.Kompleksitas

5.Penyebaran Tanggung Jawab (diffusion of responsibility)

6.Korban yang Meluas (diffusion of victimization)

7.Kesulitan Menentukan Pelaku dan Penuntutan

8.Sanksi yang Lunak (Lenient Sanction)

9.Hukum Bermuka Dua

10.Status Kejahatan Bermuka Dua

Faktor-faktor Pendorong Kejahatan Korporasi (menurut Steven Box)

1. Persaingan

Dalam menghadapi persaingan bisnis, korporasi dituntut untuk melakukan inovasi seperti
penemuan teknologi baru, teknik pemasaran, usaha-usaha menguasai atau memperluas pasar.
Keadaan ini dapat menghasilkan kejahatan korporasi seperti memata-matai saingannya,
meniru, memalsukan, mencuri, menyuap, dan mengadakan persekongkolan mengenai harga
atau daerah pemasaran.

2. Pemerintah

Untuk mengamankan kebijaksanaan ekonominya, pemerintah antara lain melakukannya


dengan memperluas peraturan yang mengatur kegiatan bisnis, baik melalui peraturan baru
maupun penegkan yang lebih keras terhadap peraturan-peraturan yang ada. Dalam
menghadapi keadaan yang demikian, korporasi dapat
melakukannya dengan cara melanggar peraturan yang ada, seperti pelanggaran terhadap
peraturan perpajakan, memberikan danadana kampanye yang ilegal kepada para politisi
dengan imbalan janji-janji untuk mencaut peraturan yang ada atau memberikan proyek-
proyek tertentu, mengekspor perbuatan ilegal ke negara lain.

3. Karyawan

Tuntutan perbaikan dalam penggajian, peningkatan kesejahteraan dan perbaikan dalam


kondisi-kondisi kerja. Dalam hubungan dengan karyawan, tindakan-tindakan korporasi yang
berupa kejahatan, misalnya pemberian upah di bawah minimal, memaksa kerja lembur atau
menyediakan tempat kerja yang tidak memenuhi
peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Konsumen

Ini terjadi karena adanya permintaan konsumen terhadap produk-produk industri yang
bersifat elastis dan berubah-ubah, atau karena meningkatnya aktivitas dari gerakan
perlindungan konsumen. Adapun tindakan korporasi terhadap konsumen yang dapat
menjurus pada kejahatan korporasi atau yang melanggar hukum, misalnya iklan yang
menyesatkan, pemberian label yang dipalsukan, menjual barangbarang yang sudah
kadaluwarsa, produk-produk yang membahayakan tanpa pengujian terlebih dahulu atau
memanipulasi hasil pengujian

5. Publik

Hal ini semakin meningkat dengan tumbuhnya kesadaran akan perlindungan terhadap
lingkungan, seperti konservasi terhadap air bersih, udara bersih, serta penjagaan terhadap
sumber-sumber alam. Dalam mengahadapi lingkungan publik, tindakan-tindkaan korporasi
yang merugikan publik dapat berupa pencemaran udara, air dan tanah, menguras sumber-
sumber alam.

Teori yang Berkaitan Dengan Faktor-Faktor Pendorong Kejahatan Korporasi

1. Single Factor Theory

Penyebab terjadinya kejahatan hanya dari satu faktor/sebab saja.

2. Multiple Factor Theory

Kejahatan bisa terjadi karena adanya sebab akibat yang primer dan sekunder.

3. Anomie Theory

0) Tidak ada norma/aturan atau terdapat norma/aturan namun memiliki kecenderungan untuk
dilanggar.

0) Mendeskripsikan keadaanderegulation di dalam masyarakat yang diartikan sebagai tidak


ditaatinya aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat sehingga tidak tahu apa yang
diharapkan dari orang lain.

0) Cara mengatasinya :

a.Conformity

Masyarakat menerima tujuan dan sarana karena ada tekanan moral.

b. Innovation

Tujuan diterima tapi sarana diubah

c. Ritualism

Tujuan ditolak tapi sarana diterima

d. Retreatism

Tujuan dan sarana ditolak


e. Rebellion

Tujuan dan sarana ditolak dan berusaha mengganti yang baru

4. Sub-cultur Criminal Theory

0) Biasanya terjadi dalam kejahatan yang terorganisasi

0) Jaringan diantara para penjahat membentuk kultur kriminal tersendiri bertujuan untuk
melakukan kejahatan.

0) Nilai-nilai, norma, sikap, motif, rasionalisasi dan kepercayaan dijalin bersama membentuk
subkultur kriminal.

Karakteristik Korban Kejahatan Korporasi

1. Korban tidak menyadari dirinya dirinya sebagai korban (unaware victim)

2. Korban dari kejahatan korporasi bersifat abstrak (tidak nampak sebagai korban)

3. Penyebaran korban yang meluas (The Diffusion of Victimization)

4. Korban berpartisipasi atau ada kaitannya dengan kejahatan korporasi (Participative Victim)

Bentuk-Bentuk Kejahatan Korporasi

1. Bidang Ekonomi

o) Joseph F. Sheley

> Defrauding Stockholder (menipu pemegang saham)

o) Contoh : Tidak melaporkan sebenarnya keuntungan perusahaan.

> Defrauding the Public (menipu masyarakat)

o) Contoh : Persekongkolan dalam penentuan harga (fixing price), mengiklankan produk


dengan cara menyesatkan (misrepresentation product)

> Defrauding the Government (menipu pemerintah)

o) Contoh : Menghindari atau memperkecil pembayaran pajak dengan cara melaporkan data
yang tidak sesuai dengan data yang sesungguhnya.

> Endangering the Public Welfare (membahayakan kesejahteraan/keselamatan masyarakat)

o) Contoh : Kegiatan produksi yang menimbulkan polusi dalam bentuk limbah cair, debu,
dan suara.

> Endangering the Employee (membahayakan karyawan)


o) Contoh : Perusahaan tidak memerdulikan keselamatan kerja para karyawan.

> Illegal Intervention in the Political Process (Intervensi illegal dalam proses politik)

o) Contoh : Memberikan sumbangan kampanye politik secara tidak sah atau bertentangan
dengan undang-undang (making unlawful campaign contribution).

o) Kadish

> Property Crime

o) Perbuatan yang mengancam keselamatan harta benda atau kekayaan pribadi seseorang atau
negara.

o) Contoh : Penyelundupan, penipuan asuransu, MLM (yang tidak jelas).

> Regulatory Crime

o) Perbuatan yang melanggar peraturan pemerintah.

o) Contoh : Pembuangan limbah industri, impor limbah B3, pembayaran dibawah UMR

> Tax Crime

o) Pelanggaran terhadap pertanggung jawaban atas syarat-syarat yang berkaitan dengan


pembuatan laporan berdasarkan UU Pajak.

o) Contoh : Pemalsuan laporan keuangan, pelanggaran pajak.

o) E.H. Sutherland

o) Laporan keuangan yang tidak sebenarnya dari korporasi (misrepresentation in financial


statement of corporation)

o) Penyuapan kepada pejabat pemerintah baik langsung atau tidak langsung untuk
memperoleh tender dan berlindung dari peraturan

o) Iklan yang menyesatkan dan penjualan yang menipu

o) Pengurangan ukuran atau berat dari produk

o) Penipuan pajak

o) Modus operandi dari bentuk-bentuk pemberian keterangan yang tidak benar

> Transfer Pricing

o) Umum terjadi pada korporasi yang tergabung dalam kelompok yang mempunyai hubungan
istimewa antar korporasi.
o) Untuk memperkecil jumlah pajak yang harus dibayar, maka harga jual antar sesama
korporasi dalam kelompok tersebut diatur sedemikian rupa sehingga keuntungan dari
korporasi yang untungnya besar akan dipindahkan ke korporasi yang merugi.

o) Secara sederhana, transfer pricing merupakan pemindahan keuntungan melalui transaksi


dengan harga yang tidak wajar dengan tujuan untuk menghindari pengeluaran pajak.

> Under Invoicing

o) Umum terjadi pada transaksi impor atau ekspor.

o) Pada transaksi impor, korporasi bisa meminta rekanannya di luar negeri untuk menerbitkan
dua invoice, satu dengan harga yang sebenarnya untuk keperluan penghitungan harga pokok,
satu lagi dengan harga lebih rendah untuk keperluan pabean (pembayaran bea masuk, PPh,
dan PPN)

o) Pada transaksi ekspor, umumnya terjadi berkaitan dengan adanya hubungan istimewa antar
korporasi, yakni dalam rangka mentransfer keuntungan korporasi di Indonesia ke korporasi
induk di luar negerti tanpa terkena pajak penghasilan atas deviden.

> Over Invoicing

o) Dalam kegiatan pengadaan, praktek Over Invoice untuk manipulasi harga dimaksudkan
untuk mendapatkan keuntungan pribadi bagi pihak-pihak pelaksana transaksi atau yang
berwenang melakukannya.

o) Ilustrasi sederhananya, diibaratkan dengan ulah seorang pembantu yang disuruh belanja ke
pasar untuk membeli barang tertentu, dia meminta bon pembelian ditulis lebih besar dari
harga yang dia bayarkan sesungguhnya.

> Window Dressing

o) Merupakan tindakan mengelabui masyarakat yang pada umumnya beruga kegiatan untuk
menciptakan citra yang baik di mata masyarakat dengan cara menyajikan informasi yang
tidak benar.

o) Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pencitraan positif yang baik di mata masyarakat,
sehingga masyarakat percaya atau tertarik dengan korporasi tersebut. Di sisi lain, laporan
tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga labanya kecil dengan tujuan agar kewajiban pajak
yang harus dibayar menjadi berkurang.

o) Contoh : Korporasi menyajikan angka-angka neraca yang kurang benar atau dibuat
sedemikian rupa seolah-olah korporasi tersebut memiliki kemampuan yang baik dan tangguh.

2. Bidang Sosial Budaya

> Kejahatan terhadap Buruh

> Kejahatan HAKI


> Kejahatan Narkotika

3. Menyangkut Masyarakat Luas

> Kejahatan terhadap Lingkungan Hidup

> Kejahatan terhadap Konsumen

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

o) Sistem pertanggungjawaban pidana (menurut Mardjono Reksodiputro)

1. Korporasi sebagai pelaku, korporasi bertanggungjawab

2. Korporasi sebagai pelaku, pengurus bertanggungjawab

3. Pengurus sebagai pelaku, pengurus bertanggungjawab

4. Pengurus dan korporasi sebagai pelaku dan keduanya yang bertanggungjawab (tambahan
dari Sutan Remy Sjahdeini)

o) Doktrin Pembebanan Pertanggungjawaban Pidana Kejahatan Korporasi

1. Identification Test / Directing Mind Theory

Secara sederhana dapat diartikan bahwa kesalahan dari anggota direksi atau organ
perusahaan/korporasi dapat dibebankan kepada korporasi tersebut. Teori ini menitik beratkan
kepada niat directing mind dalam menjalankan korporasinya dengan penganggapan bahwa
niat directing mind sama dengan niat korporasi tersebut. Pengertian directing mind itu sendiri
secara sederhana adalah pejabat senior/ orang yang memiliki wewenang dalam mengambil
keputusan atau kebijakan dalam menentukan arah dan tindakan korporasi tersebut (bukan
pegawai biasa)

Poin-poin penting :

a. directing mind tidak terbatas hanya pada satu individu. Sejumlah pejabat korporasi atau
anggota direksi bisa membentuk directing mind.

b. Faktor geografis tidak berpengaruh, sekalipun korporasi tersebut memiliki pasar di


berbagai daerah, hal tersebut tidak mempengaruhi individu-individu yang termasuk directing
mind. Sehingga, tidak terdapat alasan seseorang menghindar dengan alasan tidak ada di
wilayah perbuatan hukum tersebut terjadi.

c. Korporasi tidak dapat berkilah dengan mengatakan bahwa individu-individu tersebut


melakukan perbuatan hukum sekalipun telah diperingatkan, karena anggota direksi/pejabat
korporasi memiliki kewajiban untuk mengawasi anak buahnya, tidak sekedar hanya
menentukan panduan umum.

d. Untuk dapat dinyatakan bersalah, harus memiliki unsur criminal intent atau mens rea.
Sehingga, tidak dapat dibebankan apabila tidak disadari oleh directing mind.
e. Harus dapat dibuktikan bahwa suatu tindakan directing mind haruslah; (i) berdasarkan
kewajiban atau instruksi yang diberikan kepadanya, (ii) bukan merupakan penipuan terhadap
korporasi, (iii) dimaksudkan untuk mendatangkan keuntungan bagi korporasi.

f. Jabatan seseorang dalam korporasi tidak menentukan secara otomatis menjadikannya


bertanggung jawab. Perlu adanya penilaian terhadap kewenangan seseorang dalam
menentukan pengaruhnya terhadap sebuah perbuatan melawan hukum.

Teori ini yang berpegang pada pengertian directing mind sebagai pembuat keputusan atau
kebijakan dimana dalam hal ini berarti anggota direksi dan karyawan setingkat manager,
memiliki kelemahan apabila pelaku perbuatan melawan hukum adalah karyawan-karyawan
yang memiliki jabatan rendah dan bertugas melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Aggregation Theory

o) Disyaratkan terdapat kombinasi kesalahan dari sejumlah orang baik itu merupakan
karyawan biasa maupun mereka yang bertindak sebagai pengurus korporasi.

o) Semua perbuatan dan kesalahan dari berbagai orang yang terkait secara relevan dalam
lingkungan korporasi dianggap dilakukan oleh satu orang saja.

o) Contoh : Petugas A telah melakukan kesalahan dengan tidak melaporkan transaksi dana di
atas syarat yang ditentukan PBI, petugas B tahu akan hal itu, petugas C juga demikian,
petugas D juga sadar akan hal itu, maka korporasi/bank tersebut dianggap sudah turut
mengetahui hal tersebut dan melakukan kesalahan tersebut.

3. Vicarious Liability

The legal responsibility of one person for the wrongful acts of another(pertanggungjawaban
menurut hukum atas perbuatan salah yang dilakukan oleh orang lain.

Terdapat 2 syarat untuk dapat diterapkannya vicarious liability, yaitu

> Telah ada pendelegasian wewenang dari majikan kepada karyawan.

> Apabila perbuatan tersebut sedemikian rupa dapat dipandang sebagai perbuatan majikan
atau dalam hal ini majikan bertindak sebagai pembuat intelektual dan karyawan bertindak
sebagai pembuat fisik.

Contoh : Di Belanda, terdapat peraturan yang melarang adanya susu yang dicampur dengan
air dan menjualnya. Dalam kasus ini, seorang pengusaha susu sapi perah mencampurkan susu
dengan air, pegawainya tidak mengetahui mengenai pencampuran tersebut, kemudian
pegawai tersebut mengantar dan menjual kepada konsumen dengan merk susu sapi murni.
Atas perbuatannya tersebut, pengusaha itu diadukan ke polisi. Putusannya, si pegawai
dibebaskan karena pidananya tidak ada sama sekali sedangkan pengusaha tersebut dipidana.
(kasus Melkboer Arrest/Water en Melk Arrest.

4. Strict Liability
Pertanggungjawaban pidana dapat dibebankan kepada pelaku tindak pidana tertentu, tanpa
perlu dibuktikan adanya unsur kesalahan (baik kesengajaan maupun kelalaian), cukup dengan
hanya melihat actus reus, yaitu melakukan perbuatan yang diwajibkan oleh ketentuan pidana.

Doktrin ini di Indonesia digunakan pada UU di bidang lingkungan hidup dan UU


perlindungan konsumen.

Penanggulangan Kejahatan Korporasi

1.Penal (Hukum)

a. Pembuatan peraturan perundang-undangan yang secara eksplisit menyatakan korporasi


dapat dipertanggungjawabkan sebagai subyek hukum.

b. Fungsionalisasi hukum pidana melalui penerapan sistem dan asas pertanggungjawaban


hukum pidana khusus.

c. Penerapan sanksi secara optimal baik sanksi perdata, administrasi negara, maupun pidana.

2.Non-Penal

a. Techno-Prevention

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan korporasi dengan menggunakan teknologi.

b. Culture

Membangun dan membangkitkan kepekaan warga masyarakat dan aparat penegak hukum.

c. Pendekatan lainnya

Pendekatan edukatif, pendekatan moral, pendekatan global (kerja sama internasional), dan
pendekatan birokrat.

Sumber :

Vidya Prahassacitta.2009.Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana


Korupsi.Universitas Indonesia.Jakarta.

Sri Lestariningsih._____.Slide Kejahatan Korporasi.Universitas Brawijaya.Malang

Huda, Muhammad Nurul.2011.Bentuk Kejahatan Korporasi dan Penegakan Hukum Pidana


di Bidang Lingkungan Hidup.http://muhammadnurulhuda15.blogspot.com/2011/07/bentuk-
kejahatan-korporasi-dan.html. Diakses pada tanggal 22 Juni 2012

Setiyono.H.____.Kejahatan Korporasi._____.______

Anwar, Yesmil & Adang.2010.Kriminologi.Bandung : PT Refika Aditama


Suratman, Teguh.____.Kejahatan
Korporasi.http://www.scribd.com/doc/43704012/KEJAHATAN-KORPORASI. Diakses
pada tanggal 15 April 2012

Situmorang, Evan Elroy.2008.Kebijakan Formulasi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi


Terhadap Korban Kejahatan
Korporasi.http://eprints.undip.ac.id/17271/1/EVAN_ELROY_SITUORANG.pdf. Diakses
pada tanggal 15 April 2012

Nasution, Bismar.____.Kejahatan
Korporasi.http://bismar.wordpress.com/2009/12/23/kejahatan-korporasi/. Diakses pada
tanggal 15 April 2012

Anda mungkin juga menyukai