Anda di halaman 1dari 171

• Part 1

Part 1
1. E. Penyakit Addison

• Mudah lelah, tidak nafsu makan


• BB turun
• Kulitnya semakin menghitam
• Riwayat SLE
• Tidak adanya rambut ketiak dan pubis
Penyakit Addison:
hiposupradrenalisme
• Akibat steroid ↓
• Atau kerusakan kedua kelenjar
adrenal
• Autoimun

TERAPI:
- Hidrokortison 300-400 mg dalam
1.000 cc normal saline/8-10 jam
- Atau 100mg IV bolus/-8 jam
- Tappering off setelah 2-3 hari
2. B. Diabetes insipidus e.c
defisiensi hormon ADH
• BAK 25-30 kali/hari
• Haus yang berlebihan
3. A. C-peptide
DM tipe I DM tipe II
• Insulin ↓ karena destruksi • Resistensi insulin
autoimun sel beta pankreas. • Onset: diatas 30 tahun
• Onset: anak-anak dan • C-Peptide
dewasa muda (30-40 tahun) normal/meningkat
• C-Peptide menurun

C-Peptide  melihat fungsi sel beta pankreas.


C-Peptide penanda produksi insulin.
Dapat membedakan DM tipe I dan II
4. B. Permetrin

• Wanita G2P1A0 hamil 16 mingu, bersama


bayinya berusia 8 bulan.
• Gatal pada seluruh tubuh, lengan dan
tangan

• DIAGNOSA: SKABIES
• Gejala: 2 dari 4 tanda
kardinal:
• Pruritus nocturna
• Menyerang kelompok
• Ditemukan terowongan
• Ditemukan tungau
• Pemeriksaan penunjang:
• Kerokan kulit Sarcoptes scabiei
• Burrow ink test
TATALAKSANA SKABIES
• Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium
tungau), dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam.
Bila belum sembuh, diulang 1 minggu kemudian. KI:
anak < 2 bulan.
• Gameksan 1% (dapat membunuh semua stadium).
KI: anak < 6 tahun, wanita hamil
• Sulfur presipitatum 10%  tidak efektif untuk
stadium telur sehingga harus digunakan > 3 hari.
• Emulsi benzil benzoat 20% (efektif semua stadium).
Diberi malam hari selama 3 hari. Sulit ditemukan.
5. A. Histopatologi
• Bercak kemerahan di siku sedikit gatal
dengan sisik berlapis-lapis.
• Bila sisik dikerok, tampak bintik-bintik
perdarahan papilomatosis.

• DIAGNOSA: Psoriasis
PSORIASIS
• Tanda khas:
• Auspitz  bila skuama dikerok maka akan timbul
gambaran bintik-bintik perdarahan.
• Fenomena tetes lilin  skuama berubah jadi putih
dengan goresan.
• Fenomena kobner  trauma pada lokasi tubuh lain
dapat menimbulkan kelainan sama.
• Pemeriksaan penunjang
• Biopsi histopatologi  gambaran hiperkeratosis dan
papilomatosis.
Terapi Psoriasis
• Sistemik
• Kortikosteroid (prednisone
30 mg per hari)
• Metotreksat
• Topikal
• Preparat ter
• Kortikosteroid
• Emolien
6. A. Fraktur femur distal
• Nyeri lutut kiri post tabrakan
• Krepitasi (+) pada femur sinistra
distal, edema (+), hiperemi(+).
• Nadi distal tidak teraba
• Kedua panjang kaki tidak
simetris.
7. A. Foto Schuller
• Nyeri di belakang telinga
• Riwayat telinga keluar cairan
• Pemeriksaan belakang telinga merah dan nyeri
tekan mastoid.
• DIAGNOSA: MASTOIDITIS
MASTOIDITIS AKUT

• Infeksi bakteri pada prosesus mastoideus hasil dari


infeksi yang lama pada telinga tengah.
• Bakteri paling sering: streptococcus aureus (gram
negatif).
• TATALAKSANA:
• Dirawat di RS
• Ampisilin 200 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis. Selama 14 hari
• Insisi dan drainase abses mastoid atau mastoidektomi.
8. B. Toxoplasmosis
• Penyakit zoonosis, disebabkan parasit Toksoplasma
gondii. Tahap utama daur hidup parasit adalah pada
kucing (penjamu definitif).
• TRANSMISI
• Melalui ookista  makan daging setengah matang.
• Kucing  mengeluarkan ookista sampai 10 juta butir
sehari selama 2 minggu.
• KLINIS
• Limfadenopati leher, pembesaran getah bening mulut.
Ukurannya jarang lebih besar dari 3 cm, tidak nyeri,
kekenyalan bervariasi dan tidak bernanah.
Tatalaksana Toxoplasmosis
• Piremitamin dan sulfonamid, dikombinasi selama 3 minggu atau
sebulan.
• Wanita hamil  Spiramisin. Dengan dosis 100mg/kgBB/hari
selama 30-45 hari.
9. D. BT (bleeding time)

• Riwayat stroke iskemik


• Pasien diberikan obat rutin untuk mencegah
serangan berulang
Bleeding Time  monitor Protrombin Time (INR) 
efek antiplatelet monitor efek antikoagulan
(warfarin)
10. E. Ca menurun, fosfat meningkat
• HIPOPARATIROID
adanya riwayat operasi tiroid.
paratiroid  meregulasi kalsium
Calcium menurun, Magnesium menurun, Fosfat meningkat

Ginjal Tulang Sal. pencernaan

- Merangsang Meningkatkan Meningkatkan


pembentukkan vitamin D mobilisasi Ca absorpsi Ca dan
- Meningkatkan dan P dari tulang P dengan
reabsorpsi tubulus ginjal ke dalam cairan bantuan itamin D
terhadap Ca dan Mg ekstra sel.
11. C Jaegger chart
• Diagnosa: Presbiopi
• Ukuran kacamata:
• 40 tahun : +1.00
• 45 tahun : +1.50
• 50 tahun : +2.00
• 55 tahun : +2.50
• ≥60 tahun : +3.00
Pada anak-anak  pakai E treatment  penderita
gambar diabetic retinophaty
12. D. Anel test
• Benjolan di sudut mata
dekat hidung.
• Nyeri (+) tanda inflamasi
(+)
• Benjolan sulit
digerakkan
• DIAGNOSA: Dakriosistitis
FUNDUSKOPI

TES FLUORESENSI
Untuk melihat keratitis
atau ulkus kornea.
13. C Calcium gluconate 1 g IV dan
hentikan penggunaan MgSO4

• Antidotum intoksikasi MgSO4  calcium


gluconate
• Parameter untuk memonitor toksisitas:
• Refleks patella setiap 10 menit pada 2 jam
pertama seterusnya setiap 30 menit.
• Frekuensi pernapasan.
14. C. abses peritonsil
Abses Leher Dalam
Abses Peritonsil Odinofagia, otalgia, hot potato voice, hipersalivasi
dan terkadang trismus
Abses Parafaring Trismus, indurasi sekitar angulus mandibula

Abses Retrofaring Nyeri, disfagia, leher kaku, sesak napas, stridor

Abses Trismus, pembengkakan bawah mandibula


Submandibular
Ludwig/ludovici Nyeri, dasar mulur bengkak mendorong lidah ke
angina belakang
15. E. Rhinitis alergika persisten sedang-berat

• Riwayat atopi (+).


Gejala: bersin, gatal, rinorea, kongesti.
Tanda: mukosa edema, basah, pucat atau livid.

Intermitten Persisten
Gejala < 4 kali/seminggu > 4 kali/seminggu

Ringan Sedang – Berat


Tidur normal Adanya gangguan tidur
Tidak mengganggu aktivitas Mengganggu aktivitas
HORMONAL NON
HORMONAL
Menghambat ovulasi, menyebabkan gangguan Tidak menghambat
kardiovaskular, gangguan siklus haid, spotting, ovulasi, tidak
pembesaran tumor. menganggu
kardiovaskular
Progesteron Estrogen Kombinasi
16. C
Minipil Morning after Pil KB AKDR
pill kombinasi
Implant Injeksi KB 1 KONTAP
bulan -Vasektomi
-Tubektomi
Injeksi KB 3 Kondom
bulan
Aman pada ibu Tidak boleh pada Ibu yang
menyusui menyusui
17. E. Infark miokard akut
inferolateral
I, aVL : Lateral
II,III,aVF : Inferior
V1-V2 : Septal
V3-V4 : Anterior
V5-V6 : Lateral
I, aVL, V5-V6 : High lateral
V1-V6, I dan aVL : Anterior ekstensif
18. A. Rheumatoid arthritis
• Nyeri sendi terutama pada bangun
tidur malam.
• Dari pemeriksaan didapatkan nyeri
tekan serta hangat pada jari-jari
tangan.
• Pada pemeriksaan fisik LED
meningkat

• Tatalaksana: DMARD’s (methotrexate


40 mg/minggu)
MANIFESTASI KLINIS
ARTIKULAR
19. A.Bronkiolitis
• Demam tidak terlalu tinggi
• Wheezing (+), ronki basah halus (-)
BRONKIOLITIS. Etiologi: RSV
biasanya terjadi pada anak < 2 tahun.
Ditandai dengan:
Wheezing, yang tidak membaik dengan 3 dosis
bronkodilator kerja cepat
Ekspirasi memanjang
Hiperinflasi dinding dada.
20. C. Otitis media supurasi

Stadium Otitis Media Akut

Oklusi Tuba Pseudoefedrin Hcl 0,5-1%

Antibiotik (7 hari) tetes


Hiperemis
hidung, analgetika

Supurasi Antibiotik, miringotomi

Perforasi H2O2 3% selama 3 – 5 hari


dan antibiotik adekuat
Otitis Media Supuratif Kronik
1. Beningna
Tidak mengenai tulang. Jenis
perforasi: sentral
Terapi: H2O2 3% selama 3-5 hari,
Antibiotik & steroid tetes,
antibiotik sistemik

2. Maligna
Mengenai tulang atau
kolesteatoma. Jenis perforasi:
marginal atau attic.
Terapi: mastoidektomi
21. A ampisillin dan gentamisin
IM
• Untuk kasus penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri berat membutuhkan antibiotika
Intamuscular.
• Ampisillin dan gentamisin (Lini pertama)
• Penisilin prokain dan gentamisin (Lini kedua)
22. C Autisme masa kanak

• Autisme masa kanak:


Gangguan perkembangan pervasif
ditandai oleh adanya kelainan
perkembangan yang muncul sebelum usia
3 tahun. Dengan ciri kelainan fungsi
dalam 3 bidang: interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku yang terbatas
dan berulang.
23. C. Mengedukasi orangtua bahwa tumor
jinak, tidak berbahaya. dan cenderung
mengecil sendiri seiring bertambah usia anak

Hemangioma

• Tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel-


sel endotelium pembuluh darah diikuti involusi terus
menerus meyebabkan kelainan yang merupakan hasil
dari anomali perkembangan pleksus vaskular
Hemangioma
• Tata laksana:
Konservatif (observasi): Lesi mengalami perubahan
dalam bulan pertama, kemudian mencapai besar
maksimum dan setelah itu terjadi regresi spontan sekitar
usia 12 bulan. Lesi terus mengadakan regresi sampai usia
5 tahun
Aktif (Pembedahan):
1. Pertumbuhan yang terlalu cepat (dalam beberapa
minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar)
2. Hemangioma yang besar dengan trombositopenia.
3. Tidak ada regresi spontan sampai usia 6-7 tahun
24. A. Neuralgia Trigeminal
• Nyeri seperti diiris di wajah sisi kanan saat
mengunyah, sikat gigi ataupun tersentuh.
• Penyakit saraf idiopatik pada n.V
(trigeminus)
• Tatalaksana:
• Karbamazepin
• gabapentin
25. B. Autoantibody yang merusak
reseptor asetilkolin di taut otot-saraf

• Kelemahan tungkai, lengan, kelopak mata


• Lemah terutama pada sore hari

• DIAGNOSA: Myasthenia Gravis


Myasthenia Gravis
• Penyakit autoimun yang
jarang, menyerang
reseptor asetilkolin pada
neuromuscular junction.
• Tatalaksana:
asetilkolinesterase
inhibitor (pridostigmine),
plasmafaresis, steroid.
26. D. Perdarahan Subarachnoid
• Pusing, muntah, nyeri belakang kepala.
• Kaku kuduk, refleks patologis, suhu tubuh
meningkat.

• Perdarahan SAH  perdarahan pada rongga


diantara membran arachnoid dan piamater yang
melapisi otak.
• Etiologi : ruptur aneurisma atau trauma otak
• Khas : rangsangan meningeal (+)
• CT Scan : star sign
Jenis Perdarahan pada CT Scan
PERDARAHAN PERDARAHAN
SUBARACHNOID INTRAVENTRIKULAR
Jenis Perdarahan pada CT Scan
PERDARAHAN EPIDURAL PERDARAHAN SUBDURAL
27. E. Glaukoma Sekunder

• Sering tersandung
• TIO 20 mmHg
• Segmen anterior mata: kekeruhan pada
lensa
• Segmen posterior : CD rasio 0,8
GLAUKOMA

• Glaukoma Primer • Glaukoma


• Dewasa Sekunder
(simpleks/ sudut • Komplikasi dari
terbuka dan kondisi tertentu,
tertutup) contoh: trauma,
• Kongenital katarak, hifema
dan lainnya
28. A. Streptococcus β
hemolitikus grup A
• Demam dannyeri telan sejak 1 hari
• Tonsil T3-T3 kripta melebar dengan
detritus, faring hiperemis dengan
granulasi.

DIAGNOSA: Tonsilitis Kronik


TONSILITIS AKUT TONSILITIS KRONIK

• EBV atau Streptococcus • Streptococcus β


β hemolitikus grup A hemolitikus grup A
• Gejala: nyeri • Gejala: rasa ganjal di
tenggorokan, tenggorokan, rasa
odinofagia, demam, kering, napas berbau
otalgia • PF: tonsil membesar,
• PF: hiperemis, nyeri permukaan tidak rata,
tekan (+) kripta melebar, kripta
• Terapi: istirahat, minum berisi detritus.
cukup, analgetik. • Terapi: jaga higine,
tonsilektomi
29. C. Albendazole 400 mg dosis
tunggal
• Anak 5 tahun
• BB tidak naik naik
• Pernah keluar cacing saat BAB
• Diare, mual, muntah

• DIAGNOSA: ASCARIASIS
ASCARIASIS

• Abendazole 400 mg Single dose


• Mebendazole 500 mg Single dose.
• Pirantel pamoat 10 mg/kg BB single dose
*aman pada ibu hamil TM 2 dan 3  albendazole dan
mebendazole
30. A. INH + Pirazinamid
31. C. Empyema

• Batuk berdahak seperti nanah dan


berbau amis  pus
• Riwayat batuk darah disangkal
• Tidak ada trauma
• PF: redup pada lapangan pau bawah
32. E. Ileus Paralitik

• Tidak bisa kentut


• Mual, muntah, perut nyeri, kembung
• Riwaya operasi usus buntu
• Distensi abdomen, bising usus (-) darm contour (-)
33. B. Pseudohifa dan
blastospora
• Keputihhan disertai gatal dan kemerahan
pada kemaluan.
• Seperti butiran susu
• Riwayat DM di keluarga (+)

• DIAGNOSIS: Kandidiasis
KANDIDIASIS
• Etiologi: Candida albicans
• KOH: pseudohifa, blastospora,
bidding yeast.
• Terapi:
• Flukonazole 150 mg single
dose
• Nistatin 100.000 unit
intravaginal single dose
34. C. DEC dan ivermektin
• Skrotum dan kaki kiri membengkak
• Urin berwarna putih susu

• DIAGNOSA: Filariasis
Nematoda yang menyerang jaringan kulit subkutan dan
limfatik.
TERAPI
DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan selama 12
hari.
Ivermektin dosis tunggal 150 µg/kgBB
WUCHERERIA BANCROFTI
-Panjang : lebar kepala sama (1 : 1)
-Inti teratur
-Tidak terdapat inti di ekor

BRUGIA MALAYI
-Panjang : lebar kepala = 2 : 1
-Inti tidak teratur
-Inti di ekor 2-5 buah

BRUGIA TIMORI
-Panjang : lebar kepala = 3 : 1
-Inti tidak teratur
-Inti di ekor 5-8 buah
35. A. Bolus dextrose 40% 50 ml
• Penurunan kesadaran sejak 2 jam
• Mengkonsumsi obat DM rutin, hari ini
belum makan.
• GDS 35 g/dl

• DIAGNOSA: Hipoglikemia
TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA

HIPOGLIKEMIA RINGAN
• Konsumsi makanan tinggi gula
• Glukosa 15 g yang dilarutkan dalam air.
• Cek GDS setelah 15 menit
Jika ≥ 70 mg/dl  pasienn disuruh
makan
Jika < 70 mg/dl  tambah 15 gram lagi
TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA
HIPOGLIKEMIA BERAT
Dextrose 20% 50 cc atau dextrose 40% 25
cc
Secara simultan: infus D5% atau D10%.

Cek GDS 15 menit  ulangi 50 cc dextrose


20% jika masih < 70 mg/dl
Monitoring gula darah/ 1-2 jam untuk
mengantisipasi hipoglikemia berulang.
36. D. Kompres NaCl 0,9% +
mupirocin cream 2%

• Borokan pada wajah 2 hari


• Awalnya lenting  pecah  borok.
• Status dermatologis: lesi cenderung basah
dengan krusta kekuningan seperti madu di
sekitar mulut dan hidung.
IMPETIGO KRUSTOSA

• Infeksi kulit yang disebabkan


Streptococcus β hemolitikus.
• PF: krusta madu dikelilingi makula
eritematosa.
• Terapi:
• Jika bayakk pus atau krusta  kompres
• Salep mupirocin 2%, asam fusidat 2%,
neomisin & basitrasin.
37. C. Fimosis
• Anak 3 tahun
• Sulit BAK
• Ujung penis menggembung
• Preputium sulit ditarik ke belakang

• Fimosis: ketidakmampuan kulit preputium


untuk ditarik ke belakang.
PARAFIMOSIS
FIMOSIS
• Emergensi
• Bukan kasus emergensi • Preputium yang ditarik
• Preputium tidak bisa ke belakang tidak bisa
ditarik ke belakang ditarik ke depan kembali
• Gejala umum: ujung  terjepit dan edema
penis menggembung • Gejala umum: terdapat
• Tatalaksana: cincin menjepit penis
• SIRKUMSISI, rujuk ke • Tatalaksana:
urologi. • Manual reduksi
• Sirkumsisi  urologi
38. E. PPI dan mukoprotektan
• Muntah darah
• Riwayat minum jamu jamuan
• Dipasang NGT dan dilakukan bilas
lambung.

• PILIHAN UTAMA: PPI dan sukralfat


• Misoprostol (PGE 1 Analogue) bisa sebagai
mukoprotektan, tetapi sifatnya profilaksis.
39. A. obstruksi esofagus

• Defek kongenital
• Diagnosa: foto polos x-ray : coilled
NGT (NGT tergulung), single bubble
sign
• Tatalaksana: bedah emergensi.
40. E. Antigen NS-1
• Keluhan perdarahan pada gusi sejak 6 jam.
Pasien juga demam disertai nyeri otot dan
nyeri di persendian.
• TD 120/90 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 18
x/menit, T 39,5C, Hb 12.9 g/dl, leukosit
5.000/mm3, hematokrit 38%, trombosit
134.000/mm3.
Pemeriksaan DHF
• ANTIBODI • ANTIGEN
• IgM (hari 3-5) • NS-1 (hari 1-8)
• IgG • PCR
• Infeksi primer
hari ke 14
• Infeksi sekunder
hari ke 2
41. B. Kontrasepsi oral +
metformin
• Wanita 36 tahun infertil
• Mens tidak teratur, hirsutisme, akne,
alopesia

• DIAGNOSA: PCOS
Polycyclic Ovarian Syndrome
(PCOS)
• Pertumbuhan polikistik ovarium kedua
ovarium, amenorea sekunder,
oligomenorea dan infertilitas.
• Sekitar 50% pasien mengalami hirsutisme
dan obesitas.

• Tatalaksana: diet, aktivitas fisik,


medikamentosa dan bedah.
42. B. Back blow sebanyak 5 x

• Bayi 11 bulan
• Tersedak kacang
• Sadar, sulit bernapas, tidak bisa
mengeluarkan suara.
43. B. Hipokondriasis
• Wanita 28 tahun
• Jantung terasa sakit, mengaku sakit
jantung.
• EKG, lab dan rontgen toraks tidak ada
kelainan.
• Pasien sangat yakin sakit jantung
• Mengatakan dokter tidak peduli.
GANGGUAN SOMATOFORM
• MALINGERING
• Pura pura sakit dengan tujuan eksternal, seperti
malas kerja atau mendapatkan narkoba.
• FACTITIOUS DISORDER
• Pura pura sakit karena inginmendapat perhatian
atau perawatan.
• PENYAKIT PSIKOSOMATIK
• Penyakit fisik yang memiliki aspek mental
(hipertensi dengan stress)  pasien beneran
sakit.
44. C. Tidak memberikan hasil
exhumatio
• Permintaan melakukan exhumatio diputuskan melalui
persidangan
• oleh hakim, dan hasilnya diberikan kepada penyidik
sebagai
• barang bukti hukum yang sah. Hal ini membuat hasil
exhumatio
• tersebut bukan merupakan hak keluarga sampa penyidik
• memlaporkan secara resmi.
45. c. asfiksia
• Kegawatan pada combustio bukan hanya terdapat pada
• kehilangan cairan yang masif. Ada bahaya yang jauh lebih
• mengancam, yaitu laryng edema dan compartment syndrome
pada
• rongga thorax. Keduanya menghambat airway (A) dan
breathing
• (B) yang dapat menimbulkan asfiksia sehingga dapat me-
• nyebabkan kematian dalam waktu singkat.
46. B eritromisin
• Impetigo krustosaJJJJJ sering pada anak-anak, dengan
vesikula/bula
• yang berdinding tipis di atas kulit eritem yang cepat memecah
• sehingga jarang terlihat vesikula dan bula, yang banyak terlihat
• adalah krusta tebal kuning kecoklatan. Causa terbanyak
Staphylo-
• coccus aureus, selain itu Stretococcus beta hemoliticus.
Antibiotik
• sistemik pilihan: eritromisin 4x12,5 - 50mg/kg/dosis
47. b. Veruka Vulgaris
• Pembahasan: Veruka vulgaris adalah kelainan kulit berupa
hiperplasi
• epidermis yang disebabkan oleh HPV, sering terjadi pada anak-
anak,
• berupa nodula berwarna abu-abu kecoklatan dengan
permukaan
• kasar atau verukosa dan bila digores dapat timbul
autoinokulasi
• sepanjang goresan (fenomena Koebner)
48. B. eosinofil
• Riwayat alergi udangJJJJJ pemeriksaan hapusan darah tepi
inti
• bersegmen, granulosa warna jingga,
• - tidak menutupi intiJJJJJ eosinofil (jingga)
49. E. Ketokonazol 2%
• Dermatofitosis atau tinea atau ringworm adalah infeksi
jamur
• dermatofit yang menyerang epidermis bagian superfisialis,
kuku
• dan rambut. Status lokalis macula eritematus berbatas
jelas
• dengan tepi polisiklis, aktif dengan central healing tertutup
skuama.
• Terapi pilihan adalah dengan antifungi (ketokonazol 2%)
50. A. Hirchsprung disease
• A. Hirchsprung disease (passage mekonium > 24 jam, dilatasi
• kolon pada xray. Pada anak yang lebih besar memiliki
gejala
• konstipasi persisten dan distensi abdomen kronik).
• - Atresia ani, atresia kolon JJJJJ obstruksi komplit, tidak bisa
BAB
• - Fistul rektouretra JJJJJ BAK bercampur BAB.
51. c. Colitis ulcerative

• The typical microscopic finding in ulcerative colitis is


inflamma-
• tion of the mucosa and submucosa. The most characteristic le-
• sion is the crypt abscess, in which collections of neutrophils fill
• and expand the lumina of individual crypts of Lieberkühn.
Crypt
• abscesses, however, are not specific for ulcerative colitis and
can
• be seen in Crohn's disease and infectious colitis.
52. d. Pemasangan kateter
• Penyebab retensi urine paling umum pada pria adalah BPH,
Ca
• prostat, dan striktur uretra. Penyebab lainnya injury pada S2-
S4,
• clotting, obstruksi batu, dll. Langkah utama, sederhana, dan
non-
• invasive yang bisa dilakukan adalah pemasangan kateter urine
• Sumber: Oxford Handbook of Urology, Acute Urinary
Retention
53. D. koledokolitiasis
• Nyeri terutama saat makan berlemak JJJJJcolic bilier. Plg byk
dise-
• babkan krn batu empedu. Batu empedu bisa di gall bladder,
duc-
• tus cysticus, atau ductus choledocus.
• - Steatore, feses hipokolik J J J J J tidak ada empedu dan garam
empedu
• yang keluar. Empedu dihasilkan di hati, jika tidak keluar ke
usus ber-
• arti ada hambatan antara hati (ductus hepaticus) dan usus 12
jari.
• - Batu yg bisa menutup jalannya empedu dari hati ke
duodenum
• adalah batu ductus choledocus (choledocolithiasis)
54. B. Kontraventil
• - Nyeri dan sesak tiba-tiba + klinis pneumothorax JJJJJ curiga
pneu-
• mothorax spontan, hipotensi dan takikardi (lihat tanda tension
pne-
• umothorax lain), jika ada tanda tension JJJJJ dekompresi
segera.
• Manifestasi klinis pneumothorax: suara nafas menurun,
perkusi
• hipersonor, gerak dada menurun saat inspirasi. Kalau open,
diberi
• occlusive dressing tiga sisi. Kalau closed, WSD.
• - Tension pneumothorax: ditambahi deviasi trakea, shifting
medi-
• astinum, hipotensi, distres nafas JJJJJ tatalaksana: needle
decom-
• pression/kontraventil.
55. HNP
• HNPJJJJJ xray tidak terlihat nukleus pulposusnya, tapi dapat dite-
• mukan penyempitan kanal spinalis.
• - Spinal stenosis: usia biasanya >50 tahun, mengeluh nyeri, berat,
• kesemutan dan mati rasa di paha dan kaki, muncul saat berdiri
• atau berjalan 5-10 menit, berkurang dengan duduk, jongkok, atua
• membungkuk.
• - Herniasi diskus intervertebralis: beberapa hari setelah kegiatan
• berat atau trauma ringan, pasien merasa nyeri hebat dan menyiksa
• saat bersin, batuk, twisting/mulet, mengambil barang, membung-
• kuk. Lalu diikuti nyeri menjalar ke ekstremitas bawah/ sciatica.
• - Degenerasi diskus intervertebralis, instabilitas, OA facet joint/
• spondylosis: nyeri hebat atau sciatica tanpa tanda HNP, serangan
• nyeri muncul dipicu kegiatan mengangkat berat, atau gerakan ab-
• normal, hasil xray: disc space menyempit, osteofit marginal, dis-
• torsi facet joint.
• - Ankylosing spondiLITIS: inflamasi kronik, mengenai berbagai
sendi dan organ. Nyeri punggung memberat saat pagi atau
tidak aktif, berkurang dengan aktivitias.
• - SpondyloLISTHESIS: forward shift dari spine, biasanya pada
L4-L5, atau L5 dan sakrum. Klinis pada dewasa: nyeri
intermiten, muncul
• saat aktivitas atau mengejan, dapat muncul sciatica, dapat
pula muncul pseudoclaudicatio akibat spinal stenosis pada
pasien > 50tahun.
56. Fraktur collum femoris
57. c. Kocher sign
• Rovsing's sign: Nyeri pada kuadran kanan bawah saat dilakukan
• palpasi pada kuadran kiri bawah, tanda iritasi peritoneum. Psoas
• sign: Nyeri pada kuadran kanan bawah saat ekstensi sendi pinggul
• kanan atau fleksi sendi panggul kanan melawan tahanan. Kocher's
• sign: nyeri yang berawal dari daerah umbilikal yang lalu berpindah
• ke regio ileum kanan. Blumberg sign: Peningkatan nyeri saat
• palpasi dengan jari di segitiga Petit kanan. Ten horn's sign: Nyeri
• yang disebabkan tarikan gentle pada spermatic cord kanan.
Medscape, Appendicitis
• Pembahasan : Nyeri abdomen terlokalisir pada kuadran kiri
bawah.
• Perlu diingat pembagian kuadran abdomen dan organ yang
ada di bawahnya.
• Divertikulosis: merupakan keadaan di mana terdapat banyak
pe-
nonjolan mukosa yang menyerupai kantung/diverticula yang
tumbuh dalam usus besar, seringnya kolon sigmoid. Peradangan
akut menyebabkan diverticulitis. Sebagian besar asimptomatik.
• - Divertikulosis yang nyeri: nyeri pada daerah fossa iliaka kiri
(ab- domen kiri bawah), konstipasi atau diare. Pada keadaan
akut dapatmenjadi peradangan/diverticulitis akut: demam,
malaise, nyeri tekan pada fossa iliaka kiri dengan atau tanpa
massa yang teraba dan distensi abdomen.
59. d. Resiko tindakan
• Setiap tindakan medis selalu memiliki resiko. Apabila sudah
• dikerjakan berdasarkan standar profesi atau standar pelayanan
• medik atau standar operasional prosedur di tempat dokter
tersebut bekerja, maka dokter tidak dapat disalahkan.
Resiko medis
• memiliki pengertian bahwa dalam setiap tindakan medis
ada kemungkinan resiko atau resiko tinggi yang dapat terjadi
dan tidak sesuai harapan pasien.
60. d. coxae
• Menurut Krogman, ketepatan penentuan jenis kelamin
• - 100% jika seluruh kerangka
• - 95% jika pelvis saja
• - 80-85% jika tulang panjang saja
61 c. Non-maleficence
• Autonomy
• Justice
• Non-maleficence
• Beneficence
• Alturisme
Non-maleficence
• Suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien
• memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien yang
dirawat atau diobati olehnya
• Menolong pasien emergensi
• Mengobati pasien yang luka
• Tidak membunuh pasien
• Tidak memandang pasien sebagai objek
• Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
• Melindungi pasien dari serangan
• Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
• Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
• Menghindari misrepresentasi
• Memberikan semangat hidup
62 D. Erisipelas
• infeksi akut pada kulit dan jaringan di bawah kulit yang
sebagian besar disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pyogenes.
63. c. Kolesistitis
64 c. Parafimosis
65 b. Tension type headache
66. B
Kualifikasi luka pada korban hidup
1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit
atau tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya
menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau
menghalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu. Hukuman bagi
pelakunya menurut KUHP pasal 351 ayat 1.
3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:
- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya
maut
- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya
- Hilangnya salah satu panca indra korban
- Cacat besar
- Terganggunya akan selama > 4 minggu
- Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
67. c. Plasmodium vivax
68. e. Malpraktek
Menurut Hanafiah dan Amir (1999)

kelalaian adalah sikap yang kurang hati-hati, yaitu tidak


melakukan sesuatu yang seharusnya seseorang lakukan
dengan sikap hati-hati dan wajar, atau sebaliknya
melakukan sesuatu yang dengan sikap hati-hati, tetapi tidak
dilakukannya dalam situasi tersebut.
Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian adalah
kegagalan untuk bersikap hati-hati yang pada umumnya
wajar dilakukan seseorang dengan hati-hati dalam keadaan
tersebut.
(Vestal, K.W, 1995)
Malpraktik tidak sama dengan kelalaian. Malpraktik. sangat
spesifik dan terkait dengan status profesional dan pemberi
pelayanan dan standar pelayanan profesional. Malpraktik
adalah kegagalan seorang profesional (misalnya, dokter dan
perawat) untuk melakukan praktik sesuai dengan standar
profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki
keterampilan dan pendidikan.
69. A. Resistensi leptin -
Obesitas
70. a. Metronidazol – infeksi parasit
Giardia lamblia
71. a. Kolkisin – Gout Artritis
72. e. Impetigo krustosa
73. a. Spondilitis TB
74. a. Common migraine
75. c. Misoprostol
76. d. Karbamazepin – neuralgia
trigeminal
77. e. Peningkatan PCV
Hematokrit (PCV)
• Pemeriksaan hematokrit menggambarkan perbandingan
persentase antara sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit terhadap volume seluruh darah atau konsentrasi
(%) eritrosit dalam 100mL/dL keselurahan darah.
• biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
hemoglobin (Hb) dan eritrosit.
• Kenaikan nilai hematokrit berarti konsentrasi darah semakin
kental, dan diperkirakan banyak plasma darah yang keluar dari
pembuluh darah hingga berlanjut pada kondisi syok
hipovolemik seperti pada kasus DBD dan gangguan dehidrasi
• Penurunan hematokrit terjadi pada pasien yang mengalami
kehilangan darah akut, anemia, leukemia, dan kondisi lainnya.
78. B. Euthanasia pasif
involunter
79. a. Bronkokonstriksi
80. B. Stratified random
sampling
81. b. Otitis media akut
82 e. 10 – Bishop score
83. Bilirubin indirek
Ikterus neonatorum
84. a. Memeriksa kesadaran
pasien
85. d. Tuberkulosis paru
86. c. Sindrom Ramsay Hunt
Herpes Zoster Oticus
87. E Kokobasil gram negative
88 a. Ascaris lumbricoides
Siklus hidup cacing Ascaris
lumbricoides
Ascaris lumbricoides
89 e. Alodinia
Alodinia adalah ketika rasa sakit disebabkan oleh
sesuatu yang biasanya tidak menyebabkan nyeri
(seperti pakaian yang menyentuh kulit).
90 e. Anemia defisiensi besi
91 d. Daya ikat besi
meningkat
92 d. Rawat inap konservatif
disertai pemberian MgSO4
93.
• Membuat surat visum berdasarkan rekam medis awal dan
kondisi luka saat ini
94 b. Mitral stenosis
95 e. Absence seizure
96 d. Pterigium derajat 4
97 c. Plasenta previa
98 b. Ergotamin
99 d. Degenerasi kartilago
artikular
100. a. Permetrin 5% -
skabies

Anda mungkin juga menyukai