Part 1
1. E. Penyakit Addison
TERAPI:
- Hidrokortison 300-400 mg dalam
1.000 cc normal saline/8-10 jam
- Atau 100mg IV bolus/-8 jam
- Tappering off setelah 2-3 hari
2. B. Diabetes insipidus e.c
defisiensi hormon ADH
• BAK 25-30 kali/hari
• Haus yang berlebihan
3. A. C-peptide
DM tipe I DM tipe II
• Insulin ↓ karena destruksi • Resistensi insulin
autoimun sel beta pankreas. • Onset: diatas 30 tahun
• Onset: anak-anak dan • C-Peptide
dewasa muda (30-40 tahun) normal/meningkat
• C-Peptide menurun
• DIAGNOSA: SKABIES
• Gejala: 2 dari 4 tanda
kardinal:
• Pruritus nocturna
• Menyerang kelompok
• Ditemukan terowongan
• Ditemukan tungau
• Pemeriksaan penunjang:
• Kerokan kulit Sarcoptes scabiei
• Burrow ink test
TATALAKSANA SKABIES
• Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium
tungau), dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam.
Bila belum sembuh, diulang 1 minggu kemudian. KI:
anak < 2 bulan.
• Gameksan 1% (dapat membunuh semua stadium).
KI: anak < 6 tahun, wanita hamil
• Sulfur presipitatum 10% tidak efektif untuk
stadium telur sehingga harus digunakan > 3 hari.
• Emulsi benzil benzoat 20% (efektif semua stadium).
Diberi malam hari selama 3 hari. Sulit ditemukan.
5. A. Histopatologi
• Bercak kemerahan di siku sedikit gatal
dengan sisik berlapis-lapis.
• Bila sisik dikerok, tampak bintik-bintik
perdarahan papilomatosis.
• DIAGNOSA: Psoriasis
PSORIASIS
• Tanda khas:
• Auspitz bila skuama dikerok maka akan timbul
gambaran bintik-bintik perdarahan.
• Fenomena tetes lilin skuama berubah jadi putih
dengan goresan.
• Fenomena kobner trauma pada lokasi tubuh lain
dapat menimbulkan kelainan sama.
• Pemeriksaan penunjang
• Biopsi histopatologi gambaran hiperkeratosis dan
papilomatosis.
Terapi Psoriasis
• Sistemik
• Kortikosteroid (prednisone
30 mg per hari)
• Metotreksat
• Topikal
• Preparat ter
• Kortikosteroid
• Emolien
6. A. Fraktur femur distal
• Nyeri lutut kiri post tabrakan
• Krepitasi (+) pada femur sinistra
distal, edema (+), hiperemi(+).
• Nadi distal tidak teraba
• Kedua panjang kaki tidak
simetris.
7. A. Foto Schuller
• Nyeri di belakang telinga
• Riwayat telinga keluar cairan
• Pemeriksaan belakang telinga merah dan nyeri
tekan mastoid.
• DIAGNOSA: MASTOIDITIS
MASTOIDITIS AKUT
TES FLUORESENSI
Untuk melihat keratitis
atau ulkus kornea.
13. C Calcium gluconate 1 g IV dan
hentikan penggunaan MgSO4
Intermitten Persisten
Gejala < 4 kali/seminggu > 4 kali/seminggu
2. Maligna
Mengenai tulang atau
kolesteatoma. Jenis perforasi:
marginal atau attic.
Terapi: mastoidektomi
21. A ampisillin dan gentamisin
IM
• Untuk kasus penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri berat membutuhkan antibiotika
Intamuscular.
• Ampisillin dan gentamisin (Lini pertama)
• Penisilin prokain dan gentamisin (Lini kedua)
22. C Autisme masa kanak
Hemangioma
• Sering tersandung
• TIO 20 mmHg
• Segmen anterior mata: kekeruhan pada
lensa
• Segmen posterior : CD rasio 0,8
GLAUKOMA
• DIAGNOSA: ASCARIASIS
ASCARIASIS
• DIAGNOSIS: Kandidiasis
KANDIDIASIS
• Etiologi: Candida albicans
• KOH: pseudohifa, blastospora,
bidding yeast.
• Terapi:
• Flukonazole 150 mg single
dose
• Nistatin 100.000 unit
intravaginal single dose
34. C. DEC dan ivermektin
• Skrotum dan kaki kiri membengkak
• Urin berwarna putih susu
• DIAGNOSA: Filariasis
Nematoda yang menyerang jaringan kulit subkutan dan
limfatik.
TERAPI
DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan selama 12
hari.
Ivermektin dosis tunggal 150 µg/kgBB
WUCHERERIA BANCROFTI
-Panjang : lebar kepala sama (1 : 1)
-Inti teratur
-Tidak terdapat inti di ekor
BRUGIA MALAYI
-Panjang : lebar kepala = 2 : 1
-Inti tidak teratur
-Inti di ekor 2-5 buah
BRUGIA TIMORI
-Panjang : lebar kepala = 3 : 1
-Inti tidak teratur
-Inti di ekor 5-8 buah
35. A. Bolus dextrose 40% 50 ml
• Penurunan kesadaran sejak 2 jam
• Mengkonsumsi obat DM rutin, hari ini
belum makan.
• GDS 35 g/dl
• DIAGNOSA: Hipoglikemia
TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA
HIPOGLIKEMIA RINGAN
• Konsumsi makanan tinggi gula
• Glukosa 15 g yang dilarutkan dalam air.
• Cek GDS setelah 15 menit
Jika ≥ 70 mg/dl pasienn disuruh
makan
Jika < 70 mg/dl tambah 15 gram lagi
TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA
HIPOGLIKEMIA BERAT
Dextrose 20% 50 cc atau dextrose 40% 25
cc
Secara simultan: infus D5% atau D10%.
• Defek kongenital
• Diagnosa: foto polos x-ray : coilled
NGT (NGT tergulung), single bubble
sign
• Tatalaksana: bedah emergensi.
40. E. Antigen NS-1
• Keluhan perdarahan pada gusi sejak 6 jam.
Pasien juga demam disertai nyeri otot dan
nyeri di persendian.
• TD 120/90 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 18
x/menit, T 39,5C, Hb 12.9 g/dl, leukosit
5.000/mm3, hematokrit 38%, trombosit
134.000/mm3.
Pemeriksaan DHF
• ANTIBODI • ANTIGEN
• IgM (hari 3-5) • NS-1 (hari 1-8)
• IgG • PCR
• Infeksi primer
hari ke 14
• Infeksi sekunder
hari ke 2
41. B. Kontrasepsi oral +
metformin
• Wanita 36 tahun infertil
• Mens tidak teratur, hirsutisme, akne,
alopesia
• DIAGNOSA: PCOS
Polycyclic Ovarian Syndrome
(PCOS)
• Pertumbuhan polikistik ovarium kedua
ovarium, amenorea sekunder,
oligomenorea dan infertilitas.
• Sekitar 50% pasien mengalami hirsutisme
dan obesitas.
• Bayi 11 bulan
• Tersedak kacang
• Sadar, sulit bernapas, tidak bisa
mengeluarkan suara.
43. B. Hipokondriasis
• Wanita 28 tahun
• Jantung terasa sakit, mengaku sakit
jantung.
• EKG, lab dan rontgen toraks tidak ada
kelainan.
• Pasien sangat yakin sakit jantung
• Mengatakan dokter tidak peduli.
GANGGUAN SOMATOFORM
• MALINGERING
• Pura pura sakit dengan tujuan eksternal, seperti
malas kerja atau mendapatkan narkoba.
• FACTITIOUS DISORDER
• Pura pura sakit karena inginmendapat perhatian
atau perawatan.
• PENYAKIT PSIKOSOMATIK
• Penyakit fisik yang memiliki aspek mental
(hipertensi dengan stress) pasien beneran
sakit.
44. C. Tidak memberikan hasil
exhumatio
• Permintaan melakukan exhumatio diputuskan melalui
persidangan
• oleh hakim, dan hasilnya diberikan kepada penyidik
sebagai
• barang bukti hukum yang sah. Hal ini membuat hasil
exhumatio
• tersebut bukan merupakan hak keluarga sampa penyidik
• memlaporkan secara resmi.
45. c. asfiksia
• Kegawatan pada combustio bukan hanya terdapat pada
• kehilangan cairan yang masif. Ada bahaya yang jauh lebih
• mengancam, yaitu laryng edema dan compartment syndrome
pada
• rongga thorax. Keduanya menghambat airway (A) dan
breathing
• (B) yang dapat menimbulkan asfiksia sehingga dapat me-
• nyebabkan kematian dalam waktu singkat.
46. B eritromisin
• Impetigo krustosaJJJJJ sering pada anak-anak, dengan
vesikula/bula
• yang berdinding tipis di atas kulit eritem yang cepat memecah
• sehingga jarang terlihat vesikula dan bula, yang banyak terlihat
• adalah krusta tebal kuning kecoklatan. Causa terbanyak
Staphylo-
• coccus aureus, selain itu Stretococcus beta hemoliticus.
Antibiotik
• sistemik pilihan: eritromisin 4x12,5 - 50mg/kg/dosis
47. b. Veruka Vulgaris
• Pembahasan: Veruka vulgaris adalah kelainan kulit berupa
hiperplasi
• epidermis yang disebabkan oleh HPV, sering terjadi pada anak-
anak,
• berupa nodula berwarna abu-abu kecoklatan dengan
permukaan
• kasar atau verukosa dan bila digores dapat timbul
autoinokulasi
• sepanjang goresan (fenomena Koebner)
48. B. eosinofil
• Riwayat alergi udangJJJJJ pemeriksaan hapusan darah tepi
inti
• bersegmen, granulosa warna jingga,
• - tidak menutupi intiJJJJJ eosinofil (jingga)
49. E. Ketokonazol 2%
• Dermatofitosis atau tinea atau ringworm adalah infeksi
jamur
• dermatofit yang menyerang epidermis bagian superfisialis,
kuku
• dan rambut. Status lokalis macula eritematus berbatas
jelas
• dengan tepi polisiklis, aktif dengan central healing tertutup
skuama.
• Terapi pilihan adalah dengan antifungi (ketokonazol 2%)
50. A. Hirchsprung disease
• A. Hirchsprung disease (passage mekonium > 24 jam, dilatasi
• kolon pada xray. Pada anak yang lebih besar memiliki
gejala
• konstipasi persisten dan distensi abdomen kronik).
• - Atresia ani, atresia kolon JJJJJ obstruksi komplit, tidak bisa
BAB
• - Fistul rektouretra JJJJJ BAK bercampur BAB.
51. c. Colitis ulcerative