Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di daerah


punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau
keduanya.1 Prevalensi LBP seumur hidup diperkirakan >70% di negara industri,
dengan prevalensi 1 tahun 15–45%. LBP dianggap kronis ketika berlangsung
selama 12 minggu atau lebih.2
Nyeri punggung bawah diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis
pasien dan patofisiologi yang mendasari kondisi tersebut. The Quebec Task Force
on Spinal Pain menyarankan pengelompokan pasien dengan LBP ke dalam 11
subkelompok, empat di antaranya didasarkan pada lokasi nyeri dan ada atau
tidaknya tanda-tanda neurologis: (i) hanya LBP; (ii) LBP dan nyeri di atas lutut;
(iii) LBP dan nyeri di bawah lutut dan (iv) LBP dengan nyeri di atas dan di bawah
lutut dan tanda-tanda keterlibatan akar saraf. Menggunakan klasifikasi ini, pasien
dengan LBP, nyeri kaki, dan tanda-tanda keterlibatan akar saraf telah terbukti
lebih parah terkena dampak dan memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan LBP saja.2

Penyebab nyeri punggung bawah diantara kelainan kongenital dari tulang


belakang lumbal (spondilolisis, spondilolistesis), trauma, penyakit diskus
lumbalis, kondisi degeneratif, artritis, neoplasma, infeksi, dan penyebab metabolik
(osteoporosis dan osteosklerosis).3 Persentase spondilolistesis sebagai etiologi dari
nyeri punggung bawah adalah 2% dan terbanyak yaitu trauma (97%).1

Spondilolistesis adalah kondisi dimana korpus vertebra bergeser kearah


anterior. Spondilolistesis berhubungan dengan spondilosis dan penyakit tulang
degeneratif yang frekuensi munculnya lebih sering pada wanita. Pergeseran
tersebut dapat bersifat asimptomatik maupun menyebabkan nyeri punggung
bawah. Nyeri saat palpasi dapat muncul disekitar segmen yang bergeser (tersering
pada L4-L5 atau L5-S1).3 Spondilolistesis diklasifikasikan menjadi 4 berdasarkan

1
derajat pergeserannya. Grade 1 bila pergeseran antara <25°, grade 2 antara 25-
50°, grade 3 antara 50-75°, grade 4 >75°.9

2
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 67 tahun

Alamat : Kompleks Zeni AD No. 8 Jakarta Selatan

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nomor RM : 993707

ANAMNESIS

Dilakukan secara auto-anamnesis dengan pasien pada tanggal 7


Mei 2018, pada pukul 11.30 WIB di Ruang Poli Saraf RSUD Budhi Asih.

Keluhan Utama

Nyeri punggung bawah yang menjalar ke kaki kiri

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri punggung yang menjalar ke


kaki kiri sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri pada punggung bagian bawah

3
dirasakan memberat sejak 1 minggu terakhir. Nyeri terasa tajam seperti
tersetrum dan menjalar dari punggung bawah sampai ke tungkai kiri,
disertai adanya perasaan kesemutan pada tungkai bawah kiri. Nyeri
dirasakan hilang timbul, yang dirasakan bertambah berat saat bangun tidur
dan perubahan posisi badan seperti membungkuk atau bila untuk
mengangkat beban. Nyeri dirasakan berkurang bila duduk, berbaring
dengan tungkai ditekuk. Skala nyeri untuk nyeri yang dirasakan, pasien
memberi nilai 6.
Pasien tidak pernah pergi ke dokter sebelumnya dengan keluhan ini
karena nyeri yang hilang timbul masih dapat ditahan, namun 1 minggu
terakhir nyeri muncul dengan frekuensi lebih sering.
Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada punggung
sebelumnya. Gejala yang diderita tidak didahului atau disertai oleh gejala
demam, batuk kronis, penurunan berat badan yang masif, dan keringat
malam. Tidak ada kelemahan pada anggota gerak, gangguan BAK dan
BAB.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat penyakit gagal ginjal kronik sejak tahun
2017 dan rutin kontrol ke spesialis penyakit dalam. Riwayat hipertensi,
stroke, diabetes mellitus, dan trauma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit dengan keluhan yang sama pada
keluarga pasien. Tidak ada riwayat stroke, hipertensi, dan diabetes mellitus
dalam keluarga pasien.

Riwayat Kebiasaan

Pasien merupakan ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-harinya


hanya membersihkan rumah. Namun pasien mengaku sering mengangkat
beban berat seperti belanjaan, kardus, dan gallon minuman sejak 15 tahun
yang lalu karena hidup sendiri.

4
PEMERIKSAAN FISIK

Nama : Ny. S
Umur : 67 tahun
Tanggal : 7 Mei 2018
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Suhu : 36,8oC
 Nadi : 84 x/menit
 SpO2 : 99 %
 Pernapasan : 20 x/menit
Antropometri
 Berat badan : 45 kg
 Tinggi badan : 160 cm
 Indeks massa tubuh : 17,5 (Gizi kurang)
Status Generalis
Kepala : Normocephali, distribusi rambut rata, warna hitam
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
pembesaran tiroid (-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Tidak teraba iktus
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)

5
Paru
Inspeksi : Betuk dada simetris
Palpasi : Gerak napas simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapang paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Bising usus (+), 3x/menit
Perkusi : Timpani di seluruh regio
Auskultasi : Supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) deformitas (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) deformitas (-/-)
Genitalia : Tidak dilakukan

Status Neurologi 
Kesadaran : Compos mentis
Kepala : Pupil isokor 3 mm/ 3mm, Refleks cahaya +/+, Refleks kornea +/+,
Nervi craniales : dalam batas normal
Leher : Kaku kuduk (-), tanda rangsang meningeal (-)
Badan
- Kolumna vertebralis : Nyeri tekan otot paravertebra setinggi VL 4 – VS 1
- Sensibilitas : dbn

Anggota gerak atas : Kanan Kiri


 Gerakan bebas bebas
 Kekuatan 5 5
 Tonus N N
 Trofi E E
 Ref Fisiologis + +
 Ref Patologis - -
 Sensibilitas dbn dbn

Anggota gerak bawah : Kanan Kiri


 Gerakan bebas bebas

6
 Kekuatan 5 5
 Tonus N N
 Trofi E E
 Ref. Fisiologis : - R patella / L2-4 + +
- R achilles / L5-S1 + +
 Ref patologis - -
 Sensibilitas dbn dbn

Pemeriksaan Khusus :
Posisi terlentang : Laseque : >70°
Laseque silang : >70°
Kernig : >135°
Patrick/kontra Patrick : -/-

Posisi tertelungkup: Nyeri tekan otot paravertebra VL4-VS1 :+


Gibbus :-
Spasme otot :+
Nyeri ketok :+

Posisi tegak : Deformitas :-


Pelvis : dbn
Atropi gluteal, paha, betis :-
Spasme otot : -
Gerakan aktif otot punggung : dapat dilakukan
Jongkok berdiri : dapat dilakukan
Berjalan jinjit/tumit : dapat dilakukan,

Nervus Kranialis
N. I (N. Olfaktorius): tidak dilakukan pemeriksaan
N. II (N. Optikus)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Pasien masih mampu melihat
hitungan jari dan dapat
menyebutkan dengan benar.
Pemeriksaan dengan hitung
jari
Lapang penglihatan Dalam Dalam
batas batas
normal normal
Melihat Warna Tidak dilakukan pemeriksaan

7
Fundus Okuli Tidak dilakukan pemeriksaan

N. III (N. Okulomotorius, Trochlearis, Abduscen )


Nistagmus - -

Pergerakan bola mata Baik ke 6 Baik ke 6


arah arah

Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia

Reflek Cahaya Langsung & Tidak Langsung + +

Diplopia - -

N. V (N. Trigeminus)
Pemeriksaan Kanan Kiri
N. V Cabang 1
(N. Oftalmikus)
Sensibilitas Eusthesia Eusthesia
N. V Cabang 2
(N. Maksilaris)
Sensibilitas Eusthesia Eusthesia
N. V Cabang 3
(N. Mandibularis)
Sensibilitas Eusthesia Eusthesia

N. VII (N. Fasialis) :


Pemeriksaan Kanan Kiri
Cabang Motorik
Mengerutkan dahi Tampak asimetris kanan dan
kiri

Menutup mata Lagoftal Lagoftalmu


mus (-) s (-)

8
Menggembungkan pipi Kuat kuat

Cabang Sensorik
Perasaan lidah (2/3 Tidak dilakukan pemeriksaan
anterior)

N. VIII ( N. Vestibulokoklearis)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Tajam pendengaran Pasien masih mampu
mendengarkan percakapan
sehari-hari
Tes Rinne Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Schwabach Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Weber Tidak dilakukan pemeriksaan

N. IX (N. Glossofaringeus)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Perasaan lidah (1/3 Tidak dilakukan pemeriksaan
posterior)

N. X (N. Vagus)
Pemeriksaan Kanan & Kiri
Berbicara (fonasi) Disfonia (-)
Menelan Pasien mampu makan dan
minum

N. XII (N. Hipoglossus)


Pemeriksaan Kanan Kiri
Pergerakan lidah Simetris kanan dan kiri
Fasikulasi (-) (-)
Disartria (-) (-)

Tes Keseimbangan dan Koordinasi : Tidak dilakukan


Tes Fungsi Luhur : Tidak dilakukan

9
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium:

(16/04/2018) Kreatinin : 1,54 

(12/01/2018) Hb : 10,3 

Hematokrit : 29 

Eritrosit : 3,6 

Radiologi:

- Spondilolistesis

- Spondilosis lumbal

- Suspek HNP L4-5 dan L5-S1

10
RESUME

Pasien datang dengan keluhan nyeri punggung yang menjalar ke kaki


kiri sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri pada punggung bagian bawah dirasakan
memberat sejak 1 minggu terakhir, tajam seperti tersetrum dan menjalar dari
punggung bawah sampai ke tungkai kiri, disertai adanya perasaan kesemutan
pada tungkai bawah kiri. Pasien memiliki riwayat penyakit gagal ginjal kronik
sejak tahun 2017. Aktivitas pasien sehari-hari berhubungan dengan benda
berat.

11
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis,
tampak sakit sedang dengan tekanan darah 110/70, SpO2 99%, nadi 84x/m,
pernafasan 20x/m dan suhu 36,80C. Pemeriksaan status generalis dalam batas
normal. Pemeriksaan status neurologis kesadaran dan motorik dalam batas
normal, nyeri tekan pada paravertebra setinggi VL4 – VS.
Pada pemeriksaan radiologi vertebra lumbosakral menunjukkan adany
a spondilosis, spondilolistesis, dan suspek HNP pada L4-5, L5-S1.

DIAGOSIS KERJA

Diagnosis Klinis : ischialgia subyektif

Diagnosis Topis : radix saraf spinal dan corpus vertebra


lumbal 4-5

Diagnosis Etiologi : spondilolistesis grade II

Diagnosa Patologis : degeneratif

TATALAKSANA

Pada penderita ini diberikan terapi :


Medikamentosa : paracetamol 400 mg
alpentine 3x500 mg
epirisone 2x100 mg
neurosanbe 3x1

Non medikamentosa : bed rest, fisioterapi, pemakaian korset

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

12
Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

13
BAB III

ANALISIS KASUS

Pasien perempuan 68 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung yang


menjalar ke kaki kiri sejak 2 bulan yang lalu. Pada wanita maupun pria diatas 50
tahun, memiliki faktor risiko untuk spondilolistesis dengan prevalensi 1,3:1. 4
Nyeri pada punggung bagian bawah dirasakan memberat sejak 1 minggu terakhir.
Nyeri terasa tajam seperti tersetrum dan menjalar dari punggung bawah sampai ke
tungkai kiri, disertai adanya perasaan kesemutan pada tungkai bawah kiri.
Meskipun spondilolistesis biasanya muncul tanpa gejala, spondilolistesis dapat
berkembang menjadi stenosis spinal dan menyebabkan gejala neurogenik, seperti
nyeri menjalar sampai kaki, mati rasa, atau kelemahan anggota gerak.
Spondilolistesis lumbar dianggap sebagai sumber nyeri punggung dan kecacatan
yang signifikan.5 Nyeri dirasakan hilang timbul, yang dirasakan bertambah berat
saat bangun tidur dan perubahan posisi badan seperti membungkuk atau bila
untuk mengangkat beban. Nyeri dirasakan berkurang bila duduk, berbaring
dengan tungkai ditekuk. Pasien dengan spondilolistesis mengeluh sakit yang
memburuk dengan aktivitas. Biasanya, rasa sakit diperparah oleh ekstensi
berulang, rotasi, kembali dari posisi tertekuk, dan aktivitas mendadak dan
membaik dengan istirahat.6

Pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan status


neurologis kesadaran dan motorik dalam batas normal, nyeri tekan dan ketok otot
paravertebra setinggi VL4 – VS1. Nyeri saat palpasi dapat muncul disekitar
segmen yang bergeser (tersering pada L4-L5 atau L5-S1). 3 Pada pemeriksaan
radiologi vertebra lumbosakral menunjukkan adanya spondilosis, spondilolistesis,
dan suspek HNP L4-5, L5-S1.  Secara keseluruhan, X-ray AP lateral
lumbosakral masih menjadi gold standar untuk mengevaluasi spondylolysis dan
spondylolisthesis.7

Tatalaksana medikamentosa yang diberikan adalah obat golongan NSAID


untuk keluhan nyerinya yaitu asam mefenamat dengan dosis 3x500 mg. Mayoritas

14
pasien spondilolitiasis yang datang dengan keluhan, membaik dengan pengobatan
konservatif. Nonsteroidal anti-inflammatories (NSAID) adalah pilihan utama. 7
Untuk tatalaksana non-medikamentosa, disarankan untuk melakukan fisioterapi.
Tujuan terapi fisik adalah untuk mengurangi tekanan ekstensi dari tulang belakang
lumbar. Ini terdiri dari latihan untuk memperkuat otot-otot perut (misalnya, latihan
tipe-fleksi William) dan program-program fleksibilitas untuk meregangkan otot-
otot ekstensor tulang belakang, paha belakang, dan fascia lumbodorsal. Jika
slippage kurang dari 50% (grade II) tetapi pasien bergejala, maka terapi non-
operatif (misalnya, latihan peregangan dan penguatan, penangkal antilordotik,
modifikasi aktivitas) dilakukan.8 Untuk penilaian prognosis pasien ini adalah
dubia ad bonam untuk functionam dan sanationam. Mayoritas pasien akan
mengalami perbaikan dengan manajemen konservatif jika tidak ada gejala
neurologis yang hadir. Namun, pasien yang bergejala dapat terus mengalami
penurunan fungsi neurologis.8

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Meliala KRTL, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Nyeri Punggung


Bawah. Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI). 2007:1-244.

2. R. Baron, A. Binder, N. Attal, R. Casale, A.H Dickenson, R-D Treede.


Neuropathic Low Back Pain in Clinical Practice. Eur J Pain. 2016; 20(6):
861-873.

3. Hauser SL. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. McGraw-Hill


Medical Publishing Division. 2006. 16th ed. pg 69-84.

4. Wang YXJ, Kaplar Z, Dens M, Leung JCS. Lumbar Degenerative


Spondylolithesis Epidemiology: A Sistematic Review With A Focus on
Gender-Spesific and Age-Spesific Prevalence. Journal of Orthopaedic
Translation. 2017: 11;39-52.

5. Moller H, Sundin A, Hedwind R. Symptomps, Signs, and Functional


Disability in Adult Spondilolisthesis. 2000: 25(6);683-9.

6. Ferrari S, Vanti C, O’Relly C. Clinical Presentation and Physiotherapy


Treatment of 4 Patients with Low Back Pain and Isthmic Spondilolisthesis.
J Chiropr Med. 2012: 11(2); 94-103.

7. Jones T, Rao R. Adult Isthmic Spondylolisthiasis. Journal of The American


Academy of Orthopedic Surgeons. 2005: 17(10); 609-612.

8. Kalichman L, Hunter D. Diagnosis and Conservative Management of


Degenerative Lumbar Spondylolisthesis. European Spine Journal. 2008:
17;327-335.

16
9. Foreman P, Watanabe K, Tubbs RS. L5 Spondylolysis/Spondylolisthesis: A
Comprehensive Review with An Anatomic Focus. Child Nervous System
Journal. 2013:29(2);206-216.

17

Anda mungkin juga menyukai