Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS:

Guillain-Barre Syndrome
Supervisor Pembimbing: KELOMPOK 8
dr. Lilian Triana Limoa, M.Kes, Sp.S(K) C014222092 Nathania Christine Pong Masak
Residen Pembimbing: C014222055 Karen Kurnia
dr. Agustini Pratiwi Kadir C014222080 Bill Elbert Pinarto
C014222029 Megan Janice Nawing
IDENTITAS PASIEN

NAMA Ny. SPJ

NOMOR RM 1105974

JENIS KELAMIN Perempuan

TANGGAL LAHIR 26 Juni 1976 (47 tahun 6 bulan)

Dokter DPJP Dr. dr. Yudy Goysal, Sp.S (K)


Anamnesis
Pasien perempuan usia 47 tahun masuk ke IGD RS Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan sesak yang
dialami sejak tadi sore (29-12) disertai kelemahan pada keempat anggota gerak (ekstremitas).
Keluhan lemah dirasakan secara perlahan-lahan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya dirasakan nyeri
seperti tertarik yang kemudian diikuti rasa lemah dirasakan pada kaki kanan kemudian pada kedua
tungkai, lalu diikuti kelemahan pada kedua tangan sehingga pasien sulit untuk berjalan dan
menggerakkan tangan. Sulit menelan ada. BAB dan BAK normal
○ Riwayat nyeri kepala, pusing. Demam, batuk, pilek sebelumnya disangkal
○ Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
○ Riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal
○ Riwayat trauma tidak ada
○ Riwayat batuk lama dan berobat 6 bulan disangkal
○ Riwayat HT, DM, hiperkolestrolemia disangkal
○ Pasien dirujuk ke poli RSWS untuk EMG dengan suspek GBS
○ Riwayat penyakit 1 bulan lalu dirawat di RS Ambon dengan demam tifoid
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum THORAKS
Inspeksi: Simetris kedua sisi, normochest
Kesan: Sakit sedang Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, vokal fremitus
Kesadaran: Compos mentis simetris kiri dan kanan
Gizi: Gizi Baik PARU-PARU
Perkusi: Sonor kedua hemithorax
Tensi: 120/70 mmHg Auskultasi: Vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Nadi: 101 kali/menit JANTUNG
Suhu: 36.5°C Perkusi: Pekak, batas jantung kesan normal
Pernapasan: 24 kali/menit Auskultasi: BJ I/II murni reguler, bising jantung
SpO2: 99% dengan NK 3 LPM (-)
Anemis: Tidak ada ABDOMEN
Ikterus: Tidak ada Inspeksi: Datar, ikut gerak napas
Sianose: Tidak ada Palpasi/Perkusi:
- Hepar dan lien tidak teraba
Pemeriksaan Fisik
Status Neurologis
N.III, IV, VI
Celah kelopak mata
GCS: E4M6V5 (Compos mentis) Ptosis: Tidak ada
KEPALA Exoftalmus: Tidak ada
Posisi: Normal Ptosis bola mata: Tidak ada
Penonjolan: - Pupil
Bentuk/ukuran: Normocephal Ukuran/bentuk: ODS 2.5 mm, bulat
Auskultasi: - Isokor/anisokor: Isokor
RCL/RCTL: ODS +/+ (RCL), +/+ (RCTL)
NERVUS KRANIALIS Refleks akomodasi: Normal
N.I: Normal Gerakan bola mata
N.II: Parese ke arah: Tidak ada
Ketajaman penglihatan: Normal (ODS 6/6) Nistagmus: Tidak ada
Lapangan penglihatan: Normal ODS
Funduskopi: Tidak dinilai
Pemeriksaan Fisik
N.V: N.IX/X
Sensibilitas: N.V1, N.V2, N.V3 Normal Posisi arkus pharinks: Normal
Motorik: Refleks menelan/muntah: Ada
Inspeksi/palpasi (istirahat/menggigit): Tidak Pengecap 1/3 lidah posterior: Tidak dinilai
dinilai Suara: Normal
Refleks dagu/masetter: Tidak dinilai Takikardi/bradikardi: Tidak ada
Refleks kornea: Ada N.XI
N.VII: Memalingkan kepala dengan/tanpa
Motorik tahanan:
- M. Frontalis : Normal Normal
- M. Orbicularis oculi : Normal Angkat bahu: Normal
- M. Orbicularis oris : Normal N.XII
Pengecapan 2/3 anterior lidah : Sulit Deviasi lidah: tidak ada
dievaluasi Fasciculasi: tidak ada
N.VIII Atrofi: tidak ada
Pendengaran: Normal Tremor: tidak ada
Tes rinne/weber: Tidak dinilai Ataxia: tidak ada
Fungsi vestibularis: Tidak dinilai
Pemeriksaan Fisik
LEHER
Tanda rangsang selaput otak: Kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)
Kelenjar lymphe: Tidak ada pembesaran
Arteri karotis
- Palpasi: Normal, tidak ada thrill
- Auskultasi: Normal, tidak ada bruit
Kelenjar gondok: Tidak ada pembesaran
ABDOMEN
Refleks kulit dinding perut: Ada
KOLUMNA VERTEBRALIS
- Inspeksi: Normal
- Pergerakan: Normal
- Palpasi: Normal
- Perkusi: Normal
Pemeriksaan Fisik
SUPERIOR INFERIOR
MOTORIK
KANAN KIRI KANAN KIRI

Pergerakan normal normal normal normal

Kekuatan 2 2 1 1

Tonus normal normal normal normal

Bentuk otot normal normal normal normal


Pemeriksaan Fisik
SUPERIOR INFERIOR
REFLEKS REFLEKS
FISIOLOGIS KANAN KIRI FISIOLOGIS KANAN KIRI

Biceps +1 +1 KPR +1 +1

Triceps +1 +1 APR +1 +1

Radius - -

Ulna - -
Pemeriksaan Fisik
SUPERIOR INFERIOR
REFLEKS REFLEKS
PATOLOGIS KANAN KIRI PATOLOGIS KANAN KIRI

Hoffman-Tro - - Babinski - -
mner
Chaddock - -

Gordon - -

Schaefer - -

Oppenheim - -
Pemeriksaan Laboratorium (29/12/23)
○ GDS: 112 ○ PLT: 499

○ WBC: 9,9 ○ NEU: 63,6

○ RBC: 5,23 ○ LYMPH: 23

○ HGB: 12,2 ○ MONO: 8,5

○ HCT: 41 ○ EO: 4,4

○ MCV/MCH: 79/23 ○ BASO: 0,5

○ Na/K/Cl: 142/4.0/100 ○ Ur/Cr: 0.43/19


Pemeriksaan MRI total spine (29/12/23)
Telah dilakukan pemeriksaan MRI Total Spine T1WI tanpa dan dengan kontras, T2WI, irisan axial, dan sagital dilanjutkan
MR Myelografi dengan hasil sebagai berikut:

- Alignment columna vertebra cervicothoracolumbosacralis baik, tidak tampak listhesis, curvatura lordortic
cervico-lumbalis dan curvatura kyphotic thoraco-sacralis baik
- Bulging discus intervertebralis level L5-S1 ke central yang menekan thecal sac
- Intensitas bone marrow dalam batas normal, tidak tampak fraktur dan destruksi
- Intensitas discus menurun dengan garis central horizontal yang hipointens pada level L2-L3, L3-L4, L4-L5, dan
L5-S1
- TIdak tampak lesi intradural intramedullar/ekstramedullar maupun lesi ekstradural
- Ligamentum longitudinalis anterior, ligamentum longitudinalis posterior, ligamentum flavum, ligamentum
intraspinous, dan ligamentum supraspinous tampak normal
- Conus medullaris berakhir setinggi L2
- Jaringan lunak paravertebra baik
- MR Myelografi: tidak tampak stenosis canalis spinalis level cervicothoracolumbosacralis baik

Kesan:

- Bulging discus intervertebralis level L5-S1 ke central yang menekan thecal sac
- Degenerative disc disease grade II level L2-L3, L3-L4, L4-L5, dan L5-S1 (klasifikasi Pfirrmann)
Electromyography (02/01/24)

Semua studi konduksi saraf (seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut) berada dalam batas normal.
Data perbandingan sisi kiri vs kanan untuk saraf motorik ulnaris menunjukkan perbedaan latensi L-R
yang abnormal (0,7 ms) dan perbedaan kecepatan L-R yang abnormal (B siku-pergelangan tangan, 28
m/s). Semua perbedaan sisi kiri vs kanan yang tersisa berada dalam batas normal.
Semua latensi gelombang F berada dalam batas normal. Semua perbedaan latensi gelombang F kiri vs
kanan berada dalam batas normal.
Kesan:
NCV (nerve conduction studies) dan RNS (repetitive nerve stimulation) dalam batas normal
Resume
Pasien masuk dengan keluhan sesak sejak tadi sore disertai kelemahan pada keempat
ekstremitas. Lemah dirasakan perlahan-lahan sejak 1 bulan lalu. Diawali rasa nyeri seperti
tertarik kemudian diikuti rasa lemah pada kaki kanan kemudian kedua tungkai, lalu diikuti
kelemahan pada kedua tangan sehingga pasien sulit berjalan dan menggerakkan tangan.
Sulit menelan ada. Riwayat penyakit 1 bulan terakhir ada yaitu dirawat di RS Ambon
dengan demam tifoid.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan motorik superior 2/2 dan inferior 1/1, refleks
fisiologis superior biceps dan triceps +1/+1, inferior KPR dan APR +1/+1. Tonus otot pada
keempat ekstremitas menurun. Refleks patologis -/-

Pada pemeriksaan MRI total spine tanpa kontras didapatkan bulging discus
intervertebralis level L5-S1 ke central yang menekan thecal sac dan terdapat degenerative
disc disease grade II level L2-L3, L3-L4, L4-L5, dan L5-S1 (klasifiskasi Pfirrmann)
DIAGNOSIS
- Klinis: Tetraparese tipe LMN
- Topis: Myelin
- Etiologis: susp. Guillain-Barre Syndrome
Terapi Prognosis
- IVFD RL 20 tpm Quo ad vitam : Dubia
1. O2 via nasal kanul 2-4 LPM Quo ad Functionam : Dubia
2. Methylprednisolon 125 mg/12 jam/IV Quo ad Sanationam : Dubia
3. Mecobalamin 500mg/12 jam/IV
4. Ranitidine 50 mg/12 jam/IV

Plan
1. EMG
2. Plasmaferesis/IVIg
3. Pemeriksaan CSF
TERIMA KASIH
PEMBAHASAN
DEFINISI
Sindrom Guillain-Barre → polineuropati akut yang disebabkan oleh reaksi autoimun
terhadap saraf perifer

Ditandai dengan gejala dan tanda paralysis lower motor neuron (LMN) akut disertai
disosiasi sitoalbumin pada cairan serebrospinal (CSS).
PATOFISIOLOGI
ANAMNESIS
- Kelemahan progresif, simetris, dan terjadi secara cepat pada anggota gerak
- Kelemahan biasanya dimulai dari tungkai dan bertambah secara asenden ke lengan dan nervus kranial
- Gejala relatif simetris
- Dapat disertai kelemahan otot-otot bulbar (pandangan ganda, kelemahan otot wajah, gangguan menelan,
suara sengau, kelopak mata menurun
- Sesak nafas akibat kelemahan otot pernafasan
- Dapat didahului gejala sensoris berupa parestesia dan hipestesi yang muncul di daerah distal
- Dapat disertai dengan gangguan keseimbangan dan gangguan otonom
- Disabilitas maksimal dalam 2 minggu
- Perburukan defisit neurologis mencapai titik nadir dalam waktu 28 hari atau 4 minggu
- Perjalanan penyakit bersifat monofasik dan onset akut
- Perbaikan terjadi dalam waktu 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti
- Dapat disertai keluhan nyeri
- Dapat diawali nyeri otot atau nyeri radikuler sebelum onset kelemahan pada sebagian kasus
- Dapat disertai infeksi anteseden yang mendahului onset terjadinya SGB sekitar 4 minggu hingga 6 bulan
sebelum onset. Infeksi anteseden yang sering adalah infeksi saluran nafas atau gastrointestinal
- Tidak ada demam saat onset SGB
PEMERIKSAAN FISIK
- Status Kesadaran
- Tanda vital; pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas, suhu, saturasi oksigen secara
berkala untuk mendeteksi gangguan otonom. Gangguan otonom dapat berupa takikardia, hipertensi,
hipotensi, bradikardia, asistol, dan aritmia.
- Paresis nervus kranial (III, IV, VI, VII, IX, X)
- Arefleksia atau hiporefleksia
- Kelemahan pada ekstremitas yang cenderung simetris
- Gejala disotonom: instabilitas tekanan darah dan denyut jantung, gangguan pupil, gangguan berkemih
dan defekasi
- Counting test
- Tes fungsi menelan secara klinis
- Kelemahan tipe lower motor neuron
- Penilaian GBS disability score
- Penilaian modified Erasmus GBS Score (mEGOS) untuk menilai prognosis kemungkinan tidak dapat
berjalan setelah 6 bulan. Skor dinilai pada saat admisi rawat inap dan hari ke-7 rawat inap
- Penilaian modified Erasmus GBS Respiratory Insufficiency Score
- Pemeriksaan peristaltik gastrointestinal
- Pemeriksaan bladder diary: asupan cairan, jumlah BAK spontan, jumlah BAK
- Penilaian residu urin
PEMERIKSAAN FISIK

-
- Penilaian GBS disability score
- Penilaian modified Erasmus GBS Score (mEGOS) untuk menilai prognosis kemungkinan tidak dapat
berjalan setelah 6 bulan. Skor dinilai pada saat admisi rawat inap dan hari ke-7 rawat inap
- Penilaian modified Erasmus GBS Respiratory Insufficiency Score
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrodiagnostik: Kecepatan Hantar Saraf (KHS) dan EMG
2. Lumbal Punksi: pada analisis CSS didapatkan disosiasi sitoalbumin (peningkatan kadar protein dengan
jumlah sel normal)
3. Radiologi
- Rontgen thoraks (apabila ada kecurigaan pneumonia)
- MRI kepala dengan kontras (dilakukan bila gambaran klinis meragukan atau terdapat kecurigaan
ensefalitis Bickertaff)
- MRI vertebra dengan kontras (dilakukan bila gambaran klinis meragukan atau terdapat kecurigaan
transverse myelitis)
4. Antibodi antigangliosida: Serum antibodi gangliosida (anti-GM1, anti GD1A, anti GT1A, anti-GQ1B)
TATALAKSANA
A. Immunoterapi
Terapi dapat memberikan manfaat jika diberikan dalam 4 minggu, namun efek yang lebih baik didapatkan jika
terapi diberikan dalam 2 minggu (GBS disability score >=3)
1. Plasmaferesis 200-250 ml/kg/kali untuk 5 sesi dalam waktu 2 minggu.
- dengan jumlah maksimum pertukaran plasma sebanyak 5 kali dari volume plasma
- Diberikan pada pasien dengan status kardiovaskular tidak stabil atau kontraindikasi IVIg.
- Kontraindikasi : hemodinamik tidak stabil, penyakit jantung koroner tidak stabil, dan perdarahan internal
baru
2. IVIg 2 g/kgBB/hari diberikan dalam 5 hari
- Kontraindikasi IVIg adalah gagal ginjal, keadaan hiperkoagulabilitas, hipersensivitas terhadap
imunoglobulin, defisiensi/kadar rendah IgA

Kombinasi IVIG dan plasmaferesis tidak dianjurkan


TATALAKSANA
B. Tatalaksana suportif
1. Intubasi sesuai indikasi, yaitu
- Kapasitas vital paru 12 - 15 ml/kgBB
- Kapasitas vital paru 15 - 19 ml/kgBB disertai paralisis bulbar
- Tekanan ekspirasi maksimal <30 cmH20
- Tekanan inspirasi maksimal <30 cmH2O
- Kadar PaCO2 >48 mmHg
- PaO2 <56 mmhg pada udara ruangan
2. Trakeostomi pada kasus dependen ventilator lebih dari 2 minggu
3. Spirometri insentif untuk mencegah atelektasis
4. Pembersihan jalan nafas (suctioning) bila diperlukan
5. Profilaksis trombosis vena dalam dan emboli paru
- Heparin 5000 - 20.000 iu per 12 jam subkutan atau intravena atau LMWH (enoksaparin sodium) 40 mg
per 24 jam subkutan atau fondaparinuks 2.5 mg per hari subkutan. Dosis disesuaikan dengan target APTT
- Compression stocking
- Anti-embolism stocking
- Intermittent pneumatic compression devices
TATALAKSANA
B. Tatalaksana suportif
6. Pencegahan ulkus dekubitus
7. Profilaksis perdarahan saluran cerna : antasida 30-120 ml atau sukralfat
8. Pemasangan selang nasogastrik apabila ada gangguan menelan. Pertimbangkan gastrotomi bila memerlukan
nutrisi enteral lebih dari 4-6 minggu
9. Tatalaksana infeksi saluran nafas atau traktus urinarius
10. Tatalaksana nyeri neuropatik menggunakan gabapentin 1200 - 3600 mg dibagi dalam 3 dosis per hari,
pregabalin 60-120 mg per hari, atau amitriptilin dimulai dengan dosis 25 mg per hari dititrasi hingga maksimum
150 mg per hari
DIAGNOSIS BANDING
1. Lesi medula spinalis akut
2. Miastenia gravis
3. Periodik paralisis hipokalemia
4. Poliomielitis
PROGNOSIS

Total skor 0-2 risiko rendah penggunaan ventilasi mekanik (4%)

Skor 3-4 risiko sedang penggunaan ventilasi mekanik (24%)

Skor >= 5 risiko tinggi penggunaan ventilasi mekanik (65%)


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai