Retinoskopi
Retinoskopi
MEDAN
2013
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
PENDAHULUAN
Retinoskopi atau yang dikenal juga dengan skiaskopi atau Shadow Test, merupakan
suatu cara untuk menemukan kesalahan refraksi dengan metode netralisasi
Prinsip retinoskopi adalah berdasarkan fakta bahwa pada saat cahaya dipantulkan dari
cermin ke mata, maka arah dari bayangan tersebut akan berjalan melintasi pupil
bergantung pada keadaan refraktif mata.3,4,5,6
Sebenarnya retinoskop bukanlah hal yang sulit dimengerti tetapi bisa agak sulit
dilakukan. Tehnik ini merupakan metode refraksi yang sangat memuaskan dan tinggi
akurasinya untuk determinasi objektif yang sangat bermanfaat bila dilakukan oleh
retinoskopis yang terlatih dan teliti dengan diameter pupil yang sesuai dan media yang
jernih. Walau bagaimanapun, tehnik ini tidak hanya dapat dipelajari dari buku, tetapi
memerlukan latihan ketrampilan yang lama.7
SEJARAH DAN CARA KERJA PEMERIKSAAN RETINOSKOPI
Retinoskopi (juga disebut skiaskopi) adalah teknik untuk menentukan secara subjektif
kelainan refraksi pada mata (rabun dekat,rabun jauh,silindris) dan perlu tidaknya
penggunaan kaca mata. Tes bisa cepat, mudah, andal akurat dan membutuhkan
kerjasama minimal dari pasien. Retinoskopi digunakan untuk menentukan kelainan
refraksi pada anak-anak atau pada individu yang memiliki kemampuan terbatas untuk
bersikap kooperatif dengan pemeriksaan autorefraction atau refraksi subjektif.
Orang pertama yang mengamati bayangan (fundus refleks linear) adalah Sir William
Bowman pada tahun 1859. Dia menggunakan oftalmoskop Helmholtz pada saat itu
dan istilah untuk retinoskopi adalah ’Oftalmoskopi Optometric’. Pada masanya
Bowman mampu menjelaskan metode untuk mendeteksi tingkat silindris di mata
dengan keratoconus. Hal ini merupakan teknik pembiasan objektif pertama di dunia.
Sir William Bowman (1816-92) was the first to investigate the shadow effect that paved the way for retinoscopy
Terdapat dua jenis retinoskopi yaitu : spot retinoscope (memiliki bola lampu biasa
yang memberikan sebidang atau titik cahaya) dan streak retinoscope (memiliki lampu
khusus yang memberikan garis,atau cahaya beruntun).
Gambar streak retinoscope Gambar spot retinoscope
Trial box, yang berisi lensa sferis dan silindris dengan kekuatan minus serta
plus yang bervariasi, okluder dan prisma.
Trial frame, jenis yang dapat digunakan pada anak-anak serta dewasa.
Retinoskop
Retinoskopi harus dilaksanakan dengan akomodasi pasien yang rileks. Pasien harus
fiksasi pada sebuah jarak pada target tanpa akomodatif. Sebagai contoh, target dapat
berupa sebuah cahaya redup pada ujung ruangan atau sebuah huruf Snellen yang besar
( yang berukuran 20/200 atau 20/400). (Anak-anak dapat mengunakan cycloplegia
farmakology).1,2
Refleks Retina
Lintasan yang diproyeksikan, yang membentuk bayangan kabur dari filamen pada
retina pasien, dapat dianggap sebagai sumber cahaya baru yang kembali ke mata
pemeriksa. Melalui pengamatan karakteristik dari refleks ini, seseorang dapat
menentukan status refraktif dari mata. Jika pasien adalah emmetrop, maka cahaya
yang muncul parallel. Jika pasien adalah myopia, maka cahaya yang muncul akan
konvergen.(gambar 1)
Gambar 1 : Sistem observasi untuk myopia( from fig. 4-4 American Academi of
Ophthalmology, Clinical Optics, 2008-2009, p.127)
Jika pasien adalah hipermetrop, maka cahaya yang muncul akan divergen. Melalui
lubang intip pada retinoskop, cahaya yang muncul ini terlihat sebagai refleks berwarna
merah pada pupil pasien.1,5,7 Jika pemeriksa berada pada titik jauh pasien, maka semua
cahaya memasuki pupil pemeriksa dan penerangan merata. Meskipun demikian, jika
titik jauh dari mata pasien bukan di lubang-intip retinoskop, maka beberapa cahaya
yang memancar dari pupil pasien tidak akan memasuki lubang-intip dan penerangan
pupil tidak sempurna.
Jika titik jauh berada diantara pemeriksa dan pasien (myopia lebih besar daripada
jarak kerja dioptri pemeriksa), cahaya akan bertemu dan akan menyebar kembali.
Posisi cahaya dari pupil akan bergerak mengayun dalam arah berlawanan (dikenal
sebagai pergerakan berlawanan/against motion). Jika titik jauh tidak berada diantara
pemeriksa dan pasien (hiperopia), cahaya akan bergerak searah dengan ayunan
(dikenal dengan gerakan searah/with motion).(gambar 2) Ketika cahaya memenuhi
pupil pasien dan tidak bergerak – karena mata emetrop atau karena sebelumnya telah
dipasang koreksi lensa yang sesuai – kondisi ini dikenal dengan netralisasi.1,2,4,5,7
Gambar 2 : Gerakan refleks retina. Perhatikan gerakan lintasan dari wajah dan dari
retina dalam gerakan searah versus gerakan berlawanan ( from fig. 4-6 American
Academi of Ophthalmology, Clinical Optics, 2008-2009, p.127)
Karakteristik Refleks1
Lensa Koreksi
Pada saat pemeriksa menggunakan lensa koreksi yang sesuai (dengan lensa lepas atau
phoropter), refleks retinoskopik bisa menjadi netral. Dengan kata lain, pada saat
pemeriksa mengarahkan titik jauh pasien kelubang intip, seluruh pupil pasien
teriluminasi dan refleks tidak akan bergerak. Kekuatan dari lensa koreksi yang
menetralisir refleks menunjukkan suatu ukuran dari kesalahan refraksi pada pasien. 1
Yang penting untuk diingat bahwa pemeriksalah yang menentukan kesalahan refraksi
pada jarak yang dipakai. Dioptri yang sama dengan jarak kerja harus dikurangi dari
lensa koreksi untuk mencapai jarak koreksi sebenarnya pada pasien. Karena jarak
kerja umum adalah 67 cm, maka banyak phoropter memiliki lensa-lensa `jarak kerja`
+1.50 D yang menyala selagi pemeriksa memilih lensa-lensa korektif untuk
menetralisasikan refleks. Lensa-lensa tambahan ini dapat menghasilkan refleks yang
menyusahkan. Meskipun demikian, jarak kerja apapun dapat digunakan (pemeriksa
dapat memilih untuk bergerak lebih dekat untuk gambar yang lebih terang,) misalnya
selama koreksi jarak kerja yang tepat dimasukkan dalam perhitungan.1,2,5
Menentukan Netralitas
Sebagian besar mata memiliki astigmatisma regular. Dalam hal ini, cahaya
direfleksikan secara berbeda dengan dua meridian astigmatisma dasar. Jika kita
menggerakkan retinoskop dari sisi ke sisi (dengan streak yang terorientasi pada 90°),
kita mengukur power optic dalam 180° meridian. Power dalam meridian ini diberikan
oleh sebuah silinder pada aksis 90°. Bahkan hasil yang sangat tepat adalah bahwa
streak dari retinoskop disejajarkan pada aksis yang sama seperti aksis dari correcting
cylinder yang diuji. Selanjutnya pada pasien dengan astigmatisma regular, kita ingin
menetralisasikan dua refleks, satu dari setiap meridian utama.7
Sebelum retinoskop digunakan untuk mengukur power dalam setiap median utama,
axis meridian harus ditentukan. Karakteristik dari lintasan refleks dapat membantu
dalam penentuan axis 1
1 Break. Break terlihat ketika lintasan tidak sejajar dengan salah satu meridian.
Orientasi refleks dalam pupil tidak sama dengan lintasan yang kita
proyeksikan, garis tersebut putus atau patah.(gambar 3) Break hilang ( yakni
garis terlihat berlanjut) ketika lintasan diputar kedalam axis yang tepat.
Silinder koreksi harus ditempatkan pada axis ini.
2 Width.Width dari lintasan berbeda-beda ketika dia berputar sekitar axis yang
tepat. Lebar terlihat paling sempit ketika lintasan sejajar dengan axis (gambar
4).
3 Intensitas. Intensitas garis lebih terang apabila lintasan berada pada axis yang
tepat (Ini merupakan temuan subtil, yang hanya berguna pada silinder-silinder
kecil).
4 Skew. Skew (gerakan oblig dari lintasan refleks) dapat digunakan untuk
menempatkan axis pada silinder-silinder kecil. Jika lintasan di luar axis, maka
akan bergerak dengan arah yang agak berbeda dari refleks pupil (gambar 5).
Refleks dan lintasan gerak dalam arah yang sama (keduanya tegak lurus pada
orientasi lintasan) apabila lintasan sejajar dengan salah satu meridian utama.
Gambar 3 : Patahan. Refleks retina terputus dengan patahan bila lintasan tidak tepat
pada aksis yang tepat ( from fig. 4-10 American Academi of Ophthalmology, Clinical
Optics, 2008-2009, p.130)
Gambar 4 : Width / lebar atau ketebalan, refleks retina. Kita tentukan lokasi aksis di
tempat dimana refleks paling tipis. ( from fig. 4-11 American Academi of
Ophthalmology, Clinical Optics, 2008-2009, p.131)
Gambar 5 : Skew/miring (Gerakan miring) Tanda panah menunjukkan bahwa gerakan
refleks dan berpotomgan tidak parallel. Refleks dan berpotongan tidak bergerak
dengan arah yang sama tetapi miring bila lintasan tidak tersejajarkanpada aksis ( from
fig. 4-12 American Academi of Ophthalmology, Clinical Optics, 2008-2009, p.131)
Ketika lintasan disejajarkan pada axis yang tepat, lengan bisa direndahkan (instrument
Copeland) atau ditinggikan (instrument Welch – Allyn) untuk mendekati lintasan,
yang memungkinkan dibaca dari sudut yang lebih mudah dari alat lensa coba (trial
lens)
Aksis ini dapat dipertegas melalui tehnik yang dikenal sebagai `straddling`, yang
dilakukan dengan menempatkan perkiraan koreksi silindris. Lintasan retinoskop
diputar 45° dari aksis dalam dua arah dan jika aksis tepat , lebar refleks akan sama
dalam kedua posisi aksis. Jika aksis tidak tepat, lebarnya akan tidak sama dalam 2
posisi. Aksis dari koreksi silindris harus digerakkan ke depan refleks yang lebih lebih
sempit dan straddling dilaksanakan sekali lagi hingga lebar sama.1,4,7
Begitu 2 meridian diidentifikasikan, kita dapat mengikuti tehnik spheris yang telah
dijelaskan sebelumnya, dengan menggunakanya pada setiap aksis yang berputar
secara terpisah
Dengan 2 spheris : menetralisasi satu aksis dengan satu lensa spheris. Jika aksis 90°
dinetralisasikan dengan +1,50 spheris dan aksis 180°dinetralisasikan dengan +2.25
spheris, retinoskopi kasar +1.50 + 0.75 x 180. Jarak kerja pemeriksa harus dikurangi
dari spheris untuk memperoleh perbaikan refraktif.
Dengan sebuah spheris dan silinder : menetralisasikan 1 aksis dengan sebuah lensa
spheris. Untuk melanjutkan pakerjaan dengan menggunakan refleks dengan(with
reflexes), menetralisaskan aksis lensa plus terlebih dahulu. Kemudian dengan
pemasangan lensa spheris ini , netralisasikan aksis 90° melalui panambahan lensa
silindris plus pada orientasi yang sesuai. Hasil retinoskopi dapat dibaca secara
langsung dari alat lensa coba1,3
Ketika titik negralitas didekati, satu bagian refleks dapat myopia, sedangkan yang
lainnya hiperopic sehubungan dengan posisi retinoskopi. Ini akan menghasilkan apa
yang disebut refleks scissors1,2,3
Ada kalanya astigmatisma irregular yang menyolok atau opasitas optic menghasilkan
bayangan yang samar, terganggu yang dapat mengurangi ketepatan hasil retinoskopik.
Dalam kasus – kasus tersebut, tehnik-tehnik lain seperti refraksi subjektif harus
digunakan
Semua refleks penyimpangan ini menjadi lebih jelas dengan diameter papil yang lebih
besar, dalam kasus-kasus ini dengan mempertimbangkan bagian tengah dari refleks
cahaya menghasilkan perkiraan terbaik1,4
DAFTAR PUSTAKA