Proposal Asal Fiqih
Proposal Asal Fiqih
Proposal Asal Fiqih
Oleh:
Oleh:
ALAT BAHAN
1. cawan petri 1. eosin negrosin 2%
2. pipet pasteur 2. NaCl fisiologis
3. gelas objek
4. cover glass OBJEK
5. Mikroskop 1. ayam pejantan
Metode
Penampungan semen
Pengamatan dibawah mikroskop
A. Hasil
1. Pengamatan Makroskopis
semen ayam
No Parameter Hasil
1 Volume ± 0,2 cc
2 Warna Putih susu
3 Bau Khas (Amis)
4 Konsistensi Kental
2. Pengamatan Mikroskopis
B. Pembahasan
Tujuan dari koleksi semen adalah untuk mendapatkan volume maksimum semen yang
bersih dan berkualitas tinggi dengan jumlah penanganan yang minimal. Pada ayam dilakukan
teknik pijat perut. Teknik ini melibatkan pemijatan daerah kloaka yang akna diikuti oleh
dorongan kloaka. Dilakukan juga pemerasan wilayah yang mengelilingi sisi kloaka untuk
mengeluarkan semen. Sedikit semen tambahan dapat diekspresikan setelah dua dorongan
kloaka. Tambahan dorongan kloaka dapat menyebabkan kontaminasi semen ( Bakst dan
Cecil, 1983).
Umumnya, sperma burung berbentuk tipis dan silindris terutama kepalanya yang
ramping sangat berbeda dari sperma mamalia (Giza, 2016). Sperma aves dan mamalia tetap
memiliki unsur penyusun yang sama bernama akrosom, kepla, badan, dan ekor. Unggas
memiliki volume ejakulasi lebih sedikit dibandingkan mamalia karena bentuk lancip dari
kepla sperma. Tidak seperti mamalia dimana akrosom menyelimuti hampir seluruh kepala
sperma, akrosom pada unggas hanya mencapai ujung kranial kepala. Sperma ayam termasuk
kedalam tipe simple sauropsid yaituu sangat lancip dan panjang (Pollock dan Orosz, 2002).
Uji kualitas semen ayam secara mikroskopis dilakukan dengan motilitas dan sperma
yang hidup, mati, maupun abnormal. Pengamatan terhadap motilitas sperma dapat dilihat dari
gerakan masa. Spermatozoa dalam suatu kelompok mempunyai kecenderungan untuk
bergerak bersama-sama ke suatu arah. Gerakan spermatozoa menunjukkan gelombang yang
tebal atau tipis, begerak cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi sperma hidup
didalamnya.
Berdasarkan penilaian gerakan massa. kualitas semen dapat ditentukan sebagai :
1. Sangat baik (+++) : terlihat gelombang sangat besar. banyak. gelap. tebal dan
aktif.
2. Baik (++): bila terlihat gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak
lamban
3. Lumayan (+) : jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan individu
aktif progresif.
4. Buruk : bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan individu (Layla dan Aminah,
2002).
Sperma yang diamati memiliki gerakan massa baik dan progresif. Motilitas dapat dievalusi
melalui mikroskop dan telah menunjukkan adanya sedikit korelasi dengan fertilitas ( Bakst
dan Dymond, 2013).
Perbedaan daya serap zat warna antara sperma yang mati dan hidup digunakan untuk
menghitung jumlah spermatozoa yang hidup secara obyektif. Zat warna yang digunakan
adalah larutan Eosin Negrosin. Pada waktu semen segar dicampur dengan Eosin, sperma
yang hidup tidak dapat menyerap zat warna sedangkan sperma yang mati akan menyerap
warna karena permeabilitas dinding sel meningkat (Layla dan Aminah, 2002). Pewarnaan ini
juga dapat memperlihatkan abnormalitas bentuk sperma.
Berdasarkan pewarnaan diperoleh sperma abnormal berupa:
Sperma dengan dua ekor
sperma dengan dua kepala