Proposal Asal Fiqih

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KOASISTENSI REPRODUKSI

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


GELOMBANG XIII KELOMPOK G

“Koleksi Semen Unggas ”

Oleh:

I Made Rahma Sanjaya 1809611060


Anak Agung Gede Oka Wijaya 1809611048
Kadek Yudha Ariawan 1809611064
I Putu Werdikta Jayantika Putra 1809611013
Ananta Drana Byantara 1809611087
Wulandari 1809611052
Renata Saulina 1809611018
Ni Made Chintya Dewi Sukasari 1809611070
Ni Luh Made Siska Yanti 1809611049
Ida Ayu Resmihariningsih 1809611075
Sunny Christian Yesyurun Saragih 1809611011
Martha Diana Suwaris 1809611094

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2019
LAPORAN KOASISTENSI REPRODUKSI
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
GELOMBANG XIII KELOMPOK G

“Koleksi Semen Unggas ”

Oleh:

I Made Rahma Sanjaya 1809611060


Anak Agung Gede Oka Wijaya 1809611048
Kadek Yudha Ariawan 1809611064
I Putu Werdikta Jayantika Putra 1809611013
Ananta Drana Byantara 1809611087
Wulandari 1809611052
Renata Saulina 1809611018
Ni Made Chintya Dewi Sukasari 1809611070
Ni Luh Made Siska Yanti 1809611049
Ida Ayu Resmihariningsih 1809611075
Sunny Christian Yesyurun Saragih 1809611011
Martha Diana Suwaris 1809611094

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2019
A. MATERI DAN METODE
 MATERI

 ALAT  BAHAN
1. cawan petri 1. eosin negrosin 2%
2. pipet pasteur 2. NaCl fisiologis
3. gelas objek
4. cover glass  OBJEK
5. Mikroskop 1. ayam pejantan

 Metode

 Penampungan Semen Ayam dengan Massage


 Ayam dipuasakan untuk menghindari kontaminasi semen dengan feses
pada saat proses penampungan. Ayam jantan yang digunakan adalah ayam
jantan yang telah dewasa kelamin.
 Ayam direstrain untuk memudahkan melakukan penampungan semen
dengan cara memegang kedua paha dan sayap.
 Pemijatan dilakukan dengan cara meletakkan telapak tangan kiri pada otot
ekor dan mendorong bulu ekor keatas untuk menyingkap cloaca dan
selanjutnya dilakukan pemijatan ujung caudal tubuh ayam pejantan tepat
dibawah tulang-tulang pubis. Tujuannya untuk menimbulkan refleks
ejakulator pada ayam.
 Pemijatan harus dilakukan secara cepat dan kontinu sampai pejantan memberi
respon dengan mengeluarkan papillae dari kloaka. Terangsangnya ayam juga
terlihat dari bulu-bulu di bawah kloka yang agak berdiri. Kemudian sperma
ditampung dengan menggunakan cawan petri.
 Penampungan semen dilakukan oleh 2 orang kolektor yang terdiri dari satu
orang yang melakukan pemijatan dan satu orang lainnya melakukan
penampungan semen.
Massage yang dilakukan pada ayam

Restrain pada ayam

Penampungan semen
Pengamatan dibawah mikroskop

 Pemeriksaan Motilitas Sperma Ayam


 Semen yang telah ditampung pada cawan petri diambil dengan
menggunakan spuit 1 cc dan diteteskan diatas object glass. Selanjutnya
ditambahkan dengan NaCl sebanyak 2 tetes dan ditutup menggunakan
cover glass.
 Kemudiaan diamati di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran 40x.

 Pemeriksaan Daya Hidup Sperma Ayam


Dengan Laurtan Eosin Negrosin Sitrat 2%
 Semen yang ditampung pada cawan petri diambil secukupnya lalu diteteskan
sebanyak 1 tetes pada object glass dengan menggunakan spuit 1 cc.
 Selanjutnya ditetesi dengan satu tetes Eosin 2% dan NaCl sebanyak 2 tetes.
Lalu dihomogenkan dan dibuat ulas tipis pada object glass.
 Selanjutnya dikeringkan dengan cara memutar object glass seperti angka
delapan.
 Diamati di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran 100x.

Preparat dengan pewarnaan eosin negrosin Sitrat 2%

A. Hasil

1. Pengamatan Makroskopis

semen ayam

No Parameter Hasil
1 Volume ± 0,2 cc
2 Warna Putih susu
3 Bau Khas (Amis)
4 Konsistensi Kental
2. Pengamatan Mikroskopis

a. Semen ayam dengan penambahan NaCl

b. Semen ayam dengan pewarnaan Eosin Negrosin

No Pemeriksaan Mikroskopis Persentase


1 Mortilitas 60%

c. Tabel 2. Hasil Pengamatan Mikroskopis Sperma Ayam


2 Hidup 50%
3 Mati 40%
4 Normal 75%
5 Abnormal 25%

B. Pembahasan

Tujuan dari koleksi semen adalah untuk mendapatkan volume maksimum semen yang
bersih dan berkualitas tinggi dengan jumlah penanganan yang minimal. Pada ayam dilakukan
teknik pijat perut. Teknik ini melibatkan pemijatan daerah kloaka yang akna diikuti oleh
dorongan kloaka. Dilakukan juga pemerasan wilayah yang mengelilingi sisi kloaka untuk
mengeluarkan semen. Sedikit semen tambahan dapat diekspresikan setelah dua dorongan
kloaka. Tambahan dorongan kloaka dapat menyebabkan kontaminasi semen ( Bakst dan
Cecil, 1983).

Pengamatan kualitas Semen secara makroskopis terhadap ejakulat dapat dilakukan


secara langsung. Pemeriksaan terdiri dari pengamatan terhadap volume yang diperoleh,
warna, dan kekentalan semen (Layla dan Aminah, 2002). Dari massage yang dilakukan
diperoleh semen sebanyak ±0,2 cc. Banyaknya semen pada sekali ejakulasi beragam, menurut
Donald rata-rata semen ayam sebanyak 0,5 cc. Semen yang diperoleh berwarna putih susu,
berbau khas (amis), dan konsistensinya kental. Hal ini sesuai dengan kriteria semen menurut
Bakst dan Dymond (2013) yang menyatakan semen seharusnya berwarna putih gading,
kental, dan bersih.

Umumnya, sperma burung berbentuk tipis dan silindris terutama kepalanya yang
ramping sangat berbeda dari sperma mamalia (Giza, 2016). Sperma aves dan mamalia tetap
memiliki unsur penyusun yang sama bernama akrosom, kepla, badan, dan ekor. Unggas
memiliki volume ejakulasi lebih sedikit dibandingkan mamalia karena bentuk lancip dari
kepla sperma. Tidak seperti mamalia dimana akrosom menyelimuti hampir seluruh kepala
sperma, akrosom pada unggas hanya mencapai ujung kranial kepala. Sperma ayam termasuk
kedalam tipe simple sauropsid yaituu sangat lancip dan panjang (Pollock dan Orosz, 2002).

Bentuk sperma sederhana, tipe sauropsid (Gee et al., 2004)

Uji kualitas semen ayam secara mikroskopis dilakukan dengan motilitas dan sperma
yang hidup, mati, maupun abnormal. Pengamatan terhadap motilitas sperma dapat dilihat dari
gerakan masa. Spermatozoa dalam suatu kelompok mempunyai kecenderungan untuk
bergerak bersama-sama ke suatu arah. Gerakan spermatozoa menunjukkan gelombang yang
tebal atau tipis, begerak cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi sperma hidup
didalamnya.
Berdasarkan penilaian gerakan massa. kualitas semen dapat ditentukan sebagai :
1. Sangat baik (+++) : terlihat gelombang sangat besar. banyak. gelap. tebal dan
aktif.
2. Baik (++): bila terlihat gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak
lamban
3. Lumayan (+) : jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan individu
aktif progresif.
4. Buruk : bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan individu (Layla dan Aminah,
2002).
Sperma yang diamati memiliki gerakan massa baik dan progresif. Motilitas dapat dievalusi
melalui mikroskop dan telah menunjukkan adanya sedikit korelasi dengan fertilitas ( Bakst
dan Dymond, 2013).
Perbedaan daya serap zat warna antara sperma yang mati dan hidup digunakan untuk
menghitung jumlah spermatozoa yang hidup secara obyektif. Zat warna yang digunakan
adalah larutan Eosin Negrosin. Pada waktu semen segar dicampur dengan Eosin, sperma
yang hidup tidak dapat menyerap zat warna sedangkan sperma yang mati akan menyerap
warna karena permeabilitas dinding sel meningkat (Layla dan Aminah, 2002). Pewarnaan ini
juga dapat memperlihatkan abnormalitas bentuk sperma.
Berdasarkan pewarnaan diperoleh sperma abnormal berupa:
Sperma dengan dua ekor
sperma dengan dua kepala

Kepala sperma bengkok Ekor sperma pendek


DAFTAR PUSTAKA
Bakst , M. R. Dan H. C. Cecil. 1983. Gross Appearance Of Turkey Cloacae Before And
After Single or Multiple Manual Semen Collections. Poultry Science.
Bakst, M.R. Dan J.S. Dymond. 2013. Artificial Insemination in Poultry. INTECH.
Donald, Scott E Mc. Anatomy And Physiology Of Avian Reproductive Systems.
Giza, Lotte. 2016. Semen Characteristics And In Vitro Preservation In The Racing Pigeon
(Columba Livia): A Model Approach For Domestic And Wild Pigeon Species.
Ghent University Faculty Of Veterinary Medicine.
Gee, George F., Henk Bertschingerb, Ann M. Donoghuec, Juan Blancod And John Soleyb.
2004. Reproduction in Non domestic Birds: Physiology, Semen Collection, Artificial
Insemination and Cryopreservation. Avian and Poultry Biology Reviews.
Pollock, Christal G. dan Orosz, Susan E. 2002. Avian Reproductive Anatomy, Physiology,
and Endocrinology. Vet Clin Exot Anim 5.
Layea, Zltqoyah dan Siti Aminah. 2002. Uji Kualitas Sperma dan Penghitungan Jumlah
Pengencer Dalam Upaya Menentukan Keberhasilan Inseminasi Buatan. Temu
Teknis Fungsional Non Peneliti.

Anda mungkin juga menyukai