Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Kelompok 5
FAKULTAS EKONOMI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan yang berjudul Pancasila Sebagai Ideologi
Negara: Ideologi Pancasila. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila di Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta.
Secara historis, pengertian ideologi mengalami perubahan dari masa ke masa. Untuk
itu, di sini diuraikan pengertian awal ideologi dan perubahan-perubahan makna yang terjadi
berikutnya dan bahasan-bahasan tentang ideologi lainnya.
Dalam penulisan dan menyusun makalah, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen mata kuliah pancasila, Bapak Drs. Agus Martono yang telah memberikan
nasihat dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Harapan penulis, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam mempelajari bahasan ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima
kritik dan saran yang membangun.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. REFERENSI I __________________________________________________________ 3
B. REFERENSI II__________________________________________________________ 4
2. LIBERALISME ________________________________________________________ 12
a. Asal Mula Liberalisme _______________________________________________ 12
b. Rukun Liberalisme __________________________________________________ 12
c. Asal Mula Kapitalisme _______________________________________________ 15
d. Konsep Kapitalisme _________________________________________________ 15
BAB IV __________________________________________________________________ 16
PENUTUP _______________________________________________________________ 16
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini dijadikan sebagai
pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara Indonesia dalam
berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan dan
bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.
Pancasila sebagai ideologi nasional artinya Pancasila merupakan kumpulan atau seperangkat
nilai yang diyakini kebenaranya oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dan digunakan oleh
bangsa Indonesia untuk menata atau mengatur masyarakat Indonesia atau berwujud Ideologi
yang dianut oleh negara (pemerintah dan rakyat) Indonesia secara keseluruhan, bukan milik
perseorangan atau golongan tertentu atau masyarakat tertentu saja, namun milik bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Permasalahan tentang Ideologi Pancasila bukan hanya sebuah
permasalahan yang berkadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif namun juga
bersifat praksis karena menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena ideologi
Pancasila juga menyangkut hal-hal yang mendasarkan suatu ajaran yang menyeluruh tentang
makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara kongkrit bagaimana manusia harus bertindak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:
1
2
C. TUJUAN
D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
2. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang makna Ideologi bagi suatu negara.
5. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang peranan Ideologi bagi suatu negara.
A. Referensi I
(Sumber : Buku Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit Hartono Media Pustaka
tentang “Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara)
Secara umum : Ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita – cita.
Secara etimologi : ideologi berasal dari kata idea = pikiran, dan logos = ilmu.
1. A.S. Hornby
Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan
politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekolmpok orang.
2. Soerjono Soekanto
3. Gunawan Setiardja
Ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang
dijadikan pedoman dan cita – cita hidup.
3
4
Ideologi adalah sebagai suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi
ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
B. Referensi II
(Sumber : http://makalahteori-pembelajaran.blogspot.com/2013/06/pancasila-sebagai-
ideologi.html)
Secara umum : merupakan sistem keyakinan yang dianut masyarakat untuk menata
dirinya sendiri.
Para ahli :
1. Destut De Traacy
Istilah ideologi pertama kali dikemukakan oleh destut de Tracy tahun 1796 yang
berarti suatu program yang diharapkan dapat membawa suatu perubahan institusional dalam
masyarakat Perancis.
2. Karl Marx
Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam
masyarakat.
3. AL-Marsudi
Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des
ideas.
BAB III
A. PENGERTIAN IDEOLOGI
Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti Ilmu dan kata idea berasal dari bahasa
yunani eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein yang artinya melihat. Maka
secara harfiah, ideologi adalah ilmu atau pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari, ide disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang
bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham. Memang pada
hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan. Dasar
ditetapkan karena atas dasar landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan
demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan-gagasan
dan cita-cita.
Apabila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali dipakai dan
dikemukakan oleh seorang perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1976. Seperti halnya
Leibniz, de Tracy mempunyai cita-cita untuk membanggun suatu sistem pengetahuan.
Apabila Leibniz menyebutkan impiannya sebagai one great system of truth dimana
tergabung segala cabang ilmu dan segala kebenaran ilmiah, De Tracy menyebutkan ideologi
yaitu science of ideas, suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan
Internasional dalam masyarakat perancis. Namun Napoleon mencemoohkannya sebagai
khayalan belaka, yang tidak mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka
yang tidak akan menemukan kenyataan.
5
6
Persepsi yang menyertai orientasi, pedoman dan komitmen berperan penting sekali
dalam mewarnai sikap dan tingkah laku ketika melakukan tindakan, kegiatan atau perbuatan
dalam rangka mewujudkan atau merealisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi
tersebut. Logikanya, suatu ideologi menuntut kepada mereka yang meyakini kebenarannya
untuk memiliki persepsi, sikap dan tingkah laku yang sesuai, wajar dan sehat tentang dirinya,
tidak lebih dan tidak kurang. Karena, melalui itulah dapat diharapkan akan lahir dan
berkembang sikap dan tingkah laku yang pas dan tepat dalam proses perwujudannya dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan negara
untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembanggunan. Hal ini disebabkan
dalam ideologi terkandung suatu oreantasi praktis.
1. Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah sitem pemikiran yang memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
a. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah). Jadi, bukan
keyakinan ideologissekelompok orang, melainkan kesepakatan masyarakat.
b. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia adalah
milik seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemuksn dalam kehidupan mereka.
7
c. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu
menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi ke-kini-an
mereka.
d. Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan
falsadah itu.
e. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari
berbagai latar belakang budaya dan agama.
2. Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup adalah suatu sistem emikiran tertutup dan sifatnya mutlak yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita
sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat.
b. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan dipaksakan
kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi kehidupan masyarakat
akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
c. Bersifat totaliter, artinya mencakup/ mengurusi semua bidang kehidupan. Ideologi
tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang informasi dan
pendidikan. Oleh karena kedua bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk
mempengaruhi perilaku masyarakat.
d. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati.
e. Menuntut nasyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban
bagi ideologi tersebut.
f. Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret dan
operasional yang keras, mutlak, dan total.
3. Ideologi Komperenhensif
Ideologi Komprehensif Didefinisikan sebagai suatu system pemikiran menyeluruh
mengenai semua aspek kehidupan sosial. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang
bertujuan untuk melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.
8
4. Ideologi Partikular
IdeologiPartikular didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersususn
secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam
masyarakat.
D. SIFAT IDEOLOGI
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi
fleksibilitas .
1. Dimensi realitas : nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir sehingga
mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik
mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.
2. Dimensi idealisme : Ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan
saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.
3. Dimensi Fleksibilitas : Ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan
memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bersifat dinamis, demokratis.
Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat
relevansinya dari masa ke masa.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat
abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai
tujuan nasional.
1. Sosialisme
b. Konsep Sosialisme
Dalam kehidupan sehari-hari sosialisme digunakan dalam banyak arti. Istilah
sosialisme selain digunakan untuk menunjukkan sistem ekonomi, juga digunakan untuk
menunjukkan aliran filsafat ideolgi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerkan. Sosialisme sebagai
gerakan ekonomi muncul sebagai perlawanan terhadap ketidakadilan yang timbul dari sistem
kapitalisme.
11
Menurut Sutan Sjahrir dalam Suara Sosialis ( 1956 ), Sosialisme adalah suatu cara
memperjuangkan kemerdekaan dan kedewasaan manusia, yaitu bebas dari penindasan dan
penghisapan, serta penghinaan oleh manusia terhadap manusia. Sosialisme adalah sebuah
masyarakat dimana kaum pekerja sendiri yang menguasai alat-alat produksi dan
merencanakan ekonomi secara demokratik dan semua ini secara internasional
menasionalisasikan industri-industri besar lain lain yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Dalam bentuk yang paling lengkapsosialisme negara, dan menghilangkan milik
swasta (Blinton: 1981).
Sosialisme yang kita kenal sekarang ini timbul sebagian besar sebagai reaksi terhadap
Liberalisme abad ke 19. Pendukung Liberalisme abad ke 19 adalah kelas menengah yang
memiliki industri, perdagangan dan pengaruh mereka di pemerintahan besar akibatnya kaum
buruh terlantar.
2. Liberalisme
b. Rukun Liberalisme
1) Yang utama adalah perorangan, berkebalikan dengan khakikian komunitas.
Liberalisme memiliki keyakinan mendalam dan nilai-nilai perorangan, penekanan
pada hak-hak pribadi dihadapan hak-hak sosial. Dalam pandangan leberalisme, hak-
hak pribadi seseorang sekali-kali tidak dapat di abaikan atau di jadikan tumbal hak-hk
sosial.
2) Yang utama adalah kerelaan dan kesepakatan; apabila pemerintah ingin memiliki
legalitas maka legilitas tersebut harus bedasarkan kerelaan masyarakat dan
bedasarkan kontrak sosial eperti yang dikemukakan Rousseau (1778). Berangkat dari
masalah ini, sebaik-baik pemeritahan demokrasi. Lantaran dalam pemerintahan
demokrasi yang menjadi poros adalah kerelaan/keridhaan dan kontak sosial.
13
3) Bebas dalam memiliki hak memilih; asas dalam mewujukan kebebasan sejati
bedasarkan maktab ini adalah bahwa setiap orang memiliki kemampun dan hak untuk
memilih atau dua atau beberapa opsi. Dan dia memeiliki kebebasan penuh dalam
memilih bedasarkan selera dan keinginan sendiri.
4) Bersyarat dan beraturan; artinya kekusaan penguasa tidak boleh tidak terbatas tanpa
syarat dan batasan, tetapi kekuasaannya harus terbatas dan harus edasarkan syarat-
syarat tertentu. Dengan kata lain, kekuasaan, domain penguasa haru tercatat jelas
dalam sebuah piagam (charter). Atas alasan ini, pemerintahan penguasa harus terbatas
dan jalan untuk mewujudkan pemerintahan terbatas adlah pemisah kekuasaan,
eksekutif, yudikatif dan legislatif sebuah konsep yang di ambil dari konsep
Montesquieu (1775) untuk pertama kalinya.
5) Kesamaan dalam memperoleh kesempatan dan fasilitas; liberalisme sebagaimana
yang telah diterangi sebelumnya, memiliki hubungan erat dengan sistem
perekonomian kapitalis. Berangkat dari sini pada domain ekonomi seluruh individu
memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan kesmpatan dan fasilitas.
6) Keadilan sosial bedasarkan meritokrasi; ganjaran setiap orang dalam memperoleh
keuntungan ekonomi harus bedasarkan potensi dan meritokrasinya. Bedasarkan
pandangan liberalisme, harus tercipta sebuah kondisi pada sebuah komunitas sehingga
bedasarkan potesi dan kecakapan nnatural yang mereka miliki, mereka dapat
memperoleh keuntungan dan maslahat ekonomi yang ada. Pada hakikatnya,
liberalisme sekali-kali tidak akan menerma keadilan sosial tanpa memandang
kebebasan dan hak-hak indivdu. Oleh karena itu sebagai orag menggolongkan bahwa
salah satu rukun prioritasnya kebebasan individu atas keadilan sosial; artinya
kebebasan individu merupakan tujuan utama dan persamaan sosial merupakan alat
dan media untuk sampai pada kebebasan individu. Dengan kata lain, dengan dalih
menciptakan keadilan dan persamaan, kebebasan-kebebasan dibatasi atau dieliminir.
7) Toleran terhadapakidah dan pikiran orang lain; liberalisme menyakini kebebasan
tanpa kait dan syarat dalam ranah pemikiran-pemikiran politik, keyakinan-keyakinan
agama dan pandangan-pandangan sosial. Mereka menyakini bahwa hanya dengan
bersikap bebas terhadap akidah setiap orang yang dapat mengantar manusia menuju
14
kemajuan dan kesempurnaan. Dalam pandangan kaum Liberalis, tiada satu hakikat
(kebenaran) di alam semesta ini, namun hakikat-hakikat dan keragamanlah yang ada.
8) Perbedaan pada ranah pribadi dan sosial; liberalisme senantiasa menggambarkan
adanya jarak dan pemisah antara ranah persoalan pribadi (termasuk kehidupan sosial-
ekonomi) dan persoalan umum (termasuk kehidupan politik).menurut puak
Liberalisme pemerintah tidak diperkenankan melakukan campur tangan dalam
persoalan-persoalan pribadi. Dan semakin sedikit intervensi pemerintah dalam ranah
eksklusif setiap orang, maka performa pemerintah semakin baik.
9) Dunia sebagai proses dan tujuan (sebagai ganti akhirat); dalam pandangan
Liberalisme, perhatian terhadap nilai-nilai, urusan, dan keyakinan-keyakinan duniawi
merupakan proses dan fondasi.
a) Universalisme; keyakinan bahwa hak dan taklif seluruh manusia memiliki sisi
universal, umum dan global. Keyakinan ini bersumber dari fitrah dan tabiat
manusia.
b) Masyarakat madani; pemrerintah terbatas dan bersyarat yang telah disinggung
sebelumnya dan menjaga kebebasan warga kota membutuhkan masyarakat
madani yang beragam yang berdiri dari berbagai kelompok pemikiran, filsafat,
mazhab, kebudayaan dan politik.
c) Kontrol masyarakat; apriori bahwa pemerintah merupakan keburukan yang tak-
terhindarkan adalah salah satu fondasi ideologi Liberalisme. Menurut John Lock,
politisi, secara potensial, merupakan makhluk liar. Makhluk liar ini tidak segan-
segan menggunakan cara-cara licik untuk memelihara kekuasaan dan
kemaslahatan pribadinya. Berangkat dari sini, dengan menciptakan pranata dan
kontrol masyarakat secara terus menerus dapat mencegah adanya praktik-praktik
politisi ini. Dengan demikian, kontrol masyarakat atas penguasa dan politisi
merupakan rukun Liberalisme.
d) Hak kepemilikan; Liberalisme memandang bahwa hak kepemilikan merupakan
media utama dalam menjaga dan memelihara kebebasan politik. Seorang individu
dengan kepemilikan dapat menjaga otonomi individu dan resistensinya terhadap
kekuasaan pemerintah. David Hume memandang bahwa kepemilikan merupakan
asas dan basis pranata-pranata demokrasi.
15
d. Konsep Kapitalisme
Kapitalisme adalah salah satu pola pandangan manusia dalam segala kegiatan
ekonominya. Perkembangannya tidak selalu bergerak kearah positif seperti yang dibayangkan
banyak orang, tetapi naik turun. Kritik keberadaan kapitalis sebagai suatu bentuk penindasan
terhadap masyarakat kelas bawah adalah salah satu faktor yang menyebabkan aliran ini
banyak dikritik. Akan tetapi, bukan hanya kritik saja yang mengancam kapitalisme,
melainkan juga ideologi lain yang ingin melenyapkan, seperti Komunisme.
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan ideologi nasional yang mantap seluruh dinamika sosial, budaya, dan politik
dapat diarahkan untuk menciptakan peluang positif bagi pertumbuhan kesejahteraan bangsa.
Oleh karenanya, prestasi bangsa kita akan menentukan posisi Pancasila di tengah percaturan
ideologi dunia saat ini dan di masa mendatang.
3.2 SARAN
Patutlah kiranya kita bersedia menjunjung tinggi peranan Pancasila di Indonesia dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yaitu dengan menjadi warga negara
Indonesia yang baik dan taat hukum agar perancangan Pancasila sebagai dasar negara ini
tidak sia-sia. Tidak hanya di kalangan petinggi, pejabat, atau masyarakat saja tetapi seluruh
pelosok negeri sebagai bagian dari bangsa Indonesia juga wajib mewujudkan nilai-nilai
Pancasila tersebut.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Martini. (2013). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
(hal. 23). Jakarta: 2014.
http://makalahteori-pembelajaran.blogspot.com/2013/06/pancasila-sebagai-ideologi.html
11
8
9
7
13
14