Anda di halaman 1dari 7

1.

Perbandingan transmisi (i)


n1 dp2
= ..................................................(Sularso,2004. 5.166)(2.9)
n2 dp1
Dimana :
n1 = Putaran poros pertama (rpm)
n2 = Putaran poros kedua (rpm)
dp1 = Diameter Puli 1 (mm)
dp2 = Diameter Puli 2 (mm)

2. Kecepatan V-belt

π dp2 n1
v= (m/detik) ..............................(Sularso,2004. 5.2:166).(2.10)
60 x 1000

Jarak sumbu poros 2 – 3 kali diameter puli besar

3. Gaya tangensial
f exv
Po= ..................................................(Sularso,2004. 5.2:171).(2.11)
102
Keterangan
Fe = Gaya tangensial sabuk-V
Po = Kapasitas transmisi daya

4. Panjang Keliling
n 1
L=2 C+ (dp 1+ dp2 )+ +¿............................................
2 4C
.......................................................................(Sularso,2004. 5.3:170).(2.12)
5. Jarak Sumber Poros
b=2 L−3,14( D p+ d 2)............................. (Sularso,2004. 5.5:170).(2.13)

C=b+ √ b 2−8 ¿ ¿ ¿ ............. (Sularso,2004. 5.5:170).(2.14)

Dimana:

L = Panjang keliling sabuk (mm)


C = Jarak sumbu poros (mm)

dp = Diameter penggerak (mm)

dp = Diameter yang digerakan (mm)

6. Besar sudut kontak sabuk-v dengan puli


θ=180∘ S 7 ¿ ¿

Dimana:

θ = sudut kontak (°)

2.4.4. Sistem Transmisi

2.2.2.1 Pulley

Pulley merupakan suatu alat mekanik yang digunakan sebagai


pengantar daya yang berfungsi sebagai sabuk menjalankan kekuatan.
Dalam perancangan ini kami menggunakan pulley dengan jarak yang jauh
antara dua buah poros tidak memungkinkan transmisi langsung dengan
roda gigi, karena akan membutuhkan biaya dan daya yang cukup besar.
Dengan demikian, cara transmisi putaran atau daya yang lain dapat
diterapkan dimana sebuah sabuk lebih pantas dibelikan di sekeliling pulley
atau spoket pada

Gambar 2.7 Pulley

Kecepatan sabuk direncanakan pada umumnya 10-20 m/s dan maksimum pada 25
m/s daya maksimum dapat diditransmisikan kurang dari 500 Kw.

2.4.4.1.1. rumus perhitungan mencari diameter pulley

1. dp1-dp1+(2k) dp1-dp1-(2k)..............................(2.16)
2. dp2-dp2+(2k) dp2-dp2-(2k)..............................(2.17)

2.4.4.2 Roda gigi

Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat tidak


dapat dilakukan dengan pola gesek. Untuk ini kedua roda tersebut harus dibuat
bergerigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigikedua
roda yang saling berkaitan. Roda gigi semacam ini yang dapat terbentuk silinder
atau kerucu, disebut roda gigi.

2.4.4.2.1. klasifikasi Roda Gigi

Roda gigi diklasifikasikan seperti dalam tabel 2.2. menurut letak


poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi roda-roda gigi terpenting yang
disebutkan diatas, diperhatikan dalam gambar 2.3

Tabel 2.2. Klasifikasi Roda Gigi

LETAK POROS Roda Gigi Keterangan


Roda gigi lurus, (a) (Klasifikasi atas dasar
Roda gigi miring (b) bentuk alur gigi)
Roda gigi miring (c)
Roda gigi dengan
Roda gigi luar Roda gigi dalam Arah putaran
poros sejajar
pinyon, (d) berlawanan arah
Batang gigi dan pinyok,(e) putaran sama gerakan
lurus dan berputar
Roda gigi dengan Roda gigi kerucut lurus, (f) (klasifikasi atas dasar
poros berpotongan Roda gigi kerucut spiral (g) bentuk jalur gigi)
Roda gigi kerucut ZEROL
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring ganda
Roda gigi permukaan dengan
poros berpotongan(h)
Roda gigi cacing miring, (i) Kontak titik gerak lurus
Batang gigi miring silang dan berputar
Roda gigi cacing silindris, (j)
Roda gigi dengan
Roda gigi cacing selubung
poros silang
ganda(hloboid), (k)
Roda gigi cacing miring
Roda gigi hiperoloid roda gigi
hipoid, (i)
Roda gigi permukaan silang
(Sumber : Sularso dan Suga, 1997:212)
Untuk memperjelas klasifikasi yang dijelaskan diatas maka macam-macam roda
gigi dapat dilihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Macam-macam Roda Gigi

(Sumber: Sularso dan Suga, 1997:213)

2.4.4.2.2. Nama-nama Bagian Roda Gigi

Nama –nama bagian roda gigi diberikan dalam gambar 2.9 di


bawah ini.

Gambar 2.9 Nama-nama bagian roda gigi

(Sumber: Sularso dan Suga, 1997:214)

2.4.4.2.3. perhitungan Perencanaan Roda Gigi

1. Perhitungan Daya
Pd = P x fc
Keterangan
Pd = Dya yang direncanakan(Waat)
P = Daya motor (Watt)
Fc = faktor koreksi

2. Sudut Puncak Roda Gigi Pinion


z
tan−¿1 81= 2 ¿ ...........................................(Shigley, 1984 : 239)
z1
(2.18)
Keterangan:
tan−¿1 81 ¿ = Sudut puncak roda gigi pinion (°)
Z1 = Jumlah roda pada gigi 1
Z2 = Jumlah Roda gigi 2

3. Sudut Puncak Roda Gigi


z
tan−¿1 82= 2 ¿ ...........................................(Shigley, 1984 : 239)(2.19)
z1
Keterangan:
tan−¿1 82 ¿ = Sudut puncak roda gigi (°)

4. Diameter Puncak Pinion


z1
dp= ...................................................... (Shigley, 1984 : 214)(2.20)
p
Keterangan:
dp = Diameter puncak pinion (mm)
P = Daya motor (Watt)

5. Diameter Puncak Roda Gigi


z2
dg= ..................................................... (Shigley, 1984 : 214)(2.21)
p
Keterangan:
dg = Diameter puncak roda gigi (mm)

6. Lebar Muka Roda Gigi


10
F= ....................................................... (Shigley, 1984 : 214)(2.22)
p
Keterangan:
F = Lebar Muka Gigi (mm)

7. Perubahan Faktor Kepala (X1 dan X2)


x 1=0,46 ¿ ..................................(Sularso,2004:269)(2.23)
x 2=0,46 ¿ ..................................(Sularso,2004:269)(2.24)
Keterangan:
X1 = Perubahan faktor kepala 1
X2 = Perubahan faktor kepala 2

8. Tinggi Kepala Roda Gigi 1 dan 2


hk1 = (1 - x1)m ....................................... (Sularso,2004. 6.86:269)(2.25)
hk2 = (1 - x2)m ....................................... (Sularso,2004. 6.86:269)(2.26)
Dimana:
m¿ ¿............................................... (Sularso,2004. 6.86:269)(2.27)
Keterangan:
hk1 = Tinggi kepala roda gigi 1 (mm)
hk2 = Tinggi kepala roda gigi 2 (mm)
m =Modul (mm)

9. Tinggi kaki roda gigi 1 dan 2


Hf1 = (1 – 0)m + Ck .......................... (Sularso, 2004. 6.87.269)(2.28)
Hf2 = (1 – 0)m + Ck .......................... (Sularso, 2004. 6.87.269)(2.29)
Dimana:

Ck= ( 0,188
P )
+0,0508

Keterangan:
hk1 = Tinggi kaki roda gigi 1 (mm)
hk2 = Tinggi kaki roda gigi 2 (mm)
Ck = Kelonggaran puncak (mm)

10. Diameter Lingkaran Kepala roda Gigi 1 dan 2


dg = dp + 2hk1. cos 81......................... (Sularso,2004. 6.38.233)2.30)
dg = dp + 2hk2. cos 81......................... (Sularso,2004. 6.38.233)2.30)

Anda mungkin juga menyukai