Anda di halaman 1dari 7

Pelumpuh otot

Ade nur imansyah


1102009004
Definisi

 Obat pelumpuh otot merupakan obat


yang di gunakan untuk melemaskan atau
merileksasikan otot
Tujuan

 mengurangi cidera tindakan laringoskopi


dab intubasi trakea serta memberikan
relaksasi otot yang dibutuhkan dalam
pembedahan dan ventilasi kendali
Fisiologi

Klasifikasi

 Depolarisasi
 Non depolarisasi
Depolarisasi
 Terjadi karena serabut otot mendapat
rangsangan depolarisasi yang menetap
sehingga akhirnya kehilangan tespon
berkontraksi yang menyebabkan
kelumpuhan. Pulihnya fugsi syaraf otot
sangar tergantung pada kemampuan
daya hidrolisis enzim kolinesterase.

Non depolarisasi

 Terjadi karena aseptor asetilkolon


diduduki oleh molekul-molekul obat
pelumpuh otot non depolarisasi sehingga
prses depolarisasi membran otot tidak
terjadi dan otot menjadi lumpuh(lemas)..

Klasifikasi non depo


susunan molekul
1. Bensiliso-kuinolinum : d-tubokur arin,
metokurarin,atrakurium, doksakurium,
mivakurium.
2. Steroid : pankuronium, vekuronium,
piekuronium, ropakuronium, roluronium.
3. Eter-fenolik : gallamin.
4. Nortoksiferin :alkuronium.

Klasifikasi non depo


lama kerja

Obat-obat pelumpuh otot


non depo
 Tubokurarin klorida (Kurarin)
 Galamin (flaxedil)
 Alkurinium klorida/alkurium (Alloferine)
 Pankuronium bromida (pavulon)
 Atrakurium Besilat (tracrium)
 Vekuronium (norcuron)
Tubokurarin klorida (Kurarin)

Farmakokinetik
 Awitan aksi: kurang dari 2 menit
 Efek puncak: 2-6 menit
 Lama aksi: 25-90 menit
 efek dipotensiasi oleh anestetik volatil,
antibiotik aminoglikosid, anestetik lokal,
diuretik, magnesium, litium, obat-obatan
penyekat ganglion, asidosis respiratorius,

 Dosis : intubasi : i.v. 0,3 – 0,6 mg/kg


 Pemeliharaan : i.v. 0,05 – 0,3 mg/kg (10% -
50% dari dosis intubasi).
 Infus : 1 – 6 g/kg/menit.
 Prapengobatan : i.v. 10% dari dosis
intubasi yang diberikan 3 – 5 menit
sebelum dosis relaksan depolarisasi/
nondepolarisasi.
 Cara pemberian : terutama melalui i.v,
kadang-kadang i.m.
 Eliminasi : Ekskresi terutama melaui ginjal
dan sebagian melaui hepar.
 Kemasan : suntikan, 3 mg /ml
 Penyimpanan : suhu kamar (15
0
- 30
0
C).
Jangan biarekan membeku.
 Pengencceran untuk infus: 15 mg dalam
100 ml D5W (0,15 mg/ml

Pedoman/peringatan:
 1. Pantau respon dengan stimulator saraf tepi
untuk memperkecil resiko kelebihan dosis.
 2. Gunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan riwayat asthma bronchial dan reaksi
anafilaktoid.
 3. Efek reversi dengan antikoliesterase seperti
piridostigmin bromida, neostigmin, atau
edrofuniom bersamaan dengan pemakaian
atropin atau glikopirolat.
 4. Dosis prapengobatan dapat
menimbulakan suatu tingkat blokade
neuromuskuler yang cukup untuk
menyebabkan hipoventilasi pada beberapa
pasien.

Reaksi samping utama


 Kardiovaskuler : hipotensi, vaso dilatasi,
takikardi sinus, bradikardi sinus.
 Pulmoner : hipoventilasi, apnoe,
bronchospasme, laringospasme, dispnoe.
 Muskulus skeletal : blok tidak adekuat,
blok diperpanjang.
 Dermatologik : ruam, urtikaria.

Galamin (Flaxedil)

Farmakologi
 Lama kerja obat berkisar 15-20 menit. Kerja
sangat berhubungan dengan aliran darah
otot. Mempunyai efek yang lenah terhadap
ganglion syaraf dan tidak menyebabkan
pelepasan histamin. Memiliki sifat seperti
atropin yang menyebabkan takikardi
walaupun pada dosis kecil (20mg). Karena itu
glamin cukup baik dipakai bersama dengan
halotan
Faramakokinetik:
 awitan aksi: 1 - 2 menit
 Efek puncak : 3 - 5 menit
 Lama aksi : 25 – 90 menit
 Interaksi/toksisitas : efek dipotensiasi oleh
prapemberian soksinilkolin, anastetik volatil,
antibiotik haminoglikosida, anestetik lokal,
diuretik ansa, magnesium, litium, obat-obatan
penyekat ganglion, hipotermia, hipokalemia,
dam asidosis respiratoriuas
 Eliminasi : Ekskreasi terutama melaui ginjal
dan sebagian melaui empedu
Dosis:
 Intubasi : i.v. 1 – 1,5 mg/kg
 Pemeliharaan : i.v. 0,1 – 0,75 mg/kg (10% -
50% dari dosis intubasi )
 Prapengobatan : i.v. 10% dari dosis intubasi
diberikan 3 – 5 menit sebelum dosis relaksan
depolarisasi / nondepolarisasi.
 Kemasan : suntikan, 20 mg/ml (hanya untuk
penggunaan i.v.)
penyimpanan: suhu kamar ( 15
0
– 30
0
C ).
Jangan biarkan membeku.

samping utama
 Kardiovaskuler : takikardi, aritmia,
hipotensi.
 Pulmoner : hipoventilasim apnoe.
 Muskuloskeletal : blok yang tidak adekuat
, blok yang diperpanjang
Pedoman/peringatan:
 1. Pantau respon dengan stimulator saraf tepi
untuk memperkecil resiko kelebihan dosis.
 2. Penggunaannya merupakan kontra indikasi
pada pasien dengan miastenia gravis dan
gangguan fungsi ginjal.
 3. Efek reversi ( ballik ) dengan
antikolinesterase seperti neostigminm
edrofonium, atau piridostigmin bromida
bersama dengan pemakaian atropin atau
glikopirolat.
 4. Pada beberapa pasien dosis
prapengobatan dapat menimbulkan suatu
tingkat blokade noeuromuskuler yang cukup
untuk menyebebkan hipoventilasi.

Alkurinium klorida/alkurium
(Alloferine)

Farmakologi :
 Mulai kerja pada menit ke-3 untuk selama
15 – 20 menit. tempat sibersifat pelepas
histamin jaringan, tetapi dapat
menghambat ganglion simpatik sehingga
dapat menimbulkan hipotensi terutama
pada pasien dengan riwayat penyakit
jantung. Alkuronium dapat berpotensi
ringan dengan N2O-tiopental-narkotik

Eliminasi:
 Ekskresi terutama melalui ginjal (70%) salam
bentuk utuh dan sebagian melalui empedu.
Dosis :
 Dosis relaksasi pembedahan : 0.15
mg/kgBB/i.v. (dewasa)
 0.125-0.2 mg/kgBB/i.v. (anak-
anak)

 Dosis intubasi trakea : 0.3 mg/kgBB/i.v


Penyimpana : simpan pada suhu ruangan dan
hindarkan dari cahaya matahari secara
langsung.

Atrakurium Besilat (tracrium)

 Merupakan obat pelumpuh otot non depolirasasi


yang relatif baru yang mempunyai setruktur
benzilisoquinolin
 Beberapa keunggulan atrakurium dibandingkan
dengan obat terdahulu antara lain :
a. Metabolisme terjadi di dalam darah
(plasma)terutama melalui reaksi kimia yang
disebut elimiasi Hoffman. Reaksi ini tidakt
tergantung pada fungsi hati atau ginjal.
B. Tidak memberi efek kumulasi pada
pemberian berulang.
C. Tidak menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskuler yang bermakna.

 Kemasan : Dibuat dalam kemasan ampul berisi 5


ml yang mengandung 50 mg atrakurium besilat
atau 10mg/ml.
 Farmakologi : Mula dan lama kerja atrakurium
bergantung pada dosisi yang dipakai. Pada
umumnya mula keraja atrikurium pada dosis
intubasi 2-3 menit, sedang dengan dosis relaksasi
15-35 menit. Pemulihan syaraf otot dapat terjadi
secara spontan (sesudah kerja obat berakhir)
atau dibantu dengan pemberian obat
antikolinesterase. Atrakurium dapat menjadi obat
pilihan dalam geriatraik atau dengan kelainana
jantung, hati dan ginjal berat.
 Eliminasi: plasama (hoffman, hidrolisi ester), hati,
ginjal.

Dosis
 Dosis intubasi : 0.5-0.6 mg/kg BB/i.v.
 Dosis relaksasi otot : 0.5-0.6 mg/kgBB/i.v.
 Dosis pemeliharaan : 0.1-0.2 mg/kgBB/i.v.

 Farmakokinetik:
 Awitan aksi : kurang dari 3 menit
 Efek puncak : 3-5 menit
 Lama aksi : 20 – 35 menit
 Interaksi/toksisitas : blokade nouromuskuler
dipotensiasi oleh amino glokosida, antibiotik,
anestetik lokal, diuretik ansa, magnesium, litium,
obat-obat penyekat ganglion, hipotermia,
hipokalemia dan asidosis pernapasan, dan
pemberian suksinilkolin sebelumnya
 Penyimpanan: dinginkan (2
0
– 8
0
C). Jangan
biarkan membeku. Pada saat pengangkatan dari
pendinginan kesuhu ruang, gunakan dalam 14
hari jika didinginkan kembali.

Pedoman peringatan :
 1. Pantau respons dengan stimulator saraf tepi untuk
memperkecil resiko kelebihan dosis.
 2. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
riwayat asthma bronchial dan reaksi anafilaktoid.
 3. Efek reversi dengan antikoliesterase seperti
piridostigmin bromida, neostigmin, atau edrofuniom
bersamaan dengan pemakaian atropin atau
glikopirolat.
 4. Dosis prapengobatan dapat menimbulakan suatu
tingkan blokade noeuromuskuler yang pada
beberapa pasien cukup untuk menyebabkan
hipoventilasi.
 5. Dosis prapengobatan dapat menimbulakan suatu
tingkan blokade noeuromuskuler yang pada
beberapa pasien cukup untuk menyebabkan
hipoventilasi.

Vekuronium (norcuron)

 merupakan obat pelumpuh otot non


depolarisasi yang baru dan merupakan
homolog pankuronium bromida yang
berkekuatan lebih besar dengan lama
kerja yang singkat. Tidak memiliki efek
kumulasipada pemberian erulang per
infus. Tidak menyebabkan perubahan
fungsi karduiovaskuler yang bermakan.

 Kemasan: dibuat dalam bentuk ampul.


Berisi bubuk vekuronium 4 mg. Pelarut
yang dapat dipakai antara lain akuades,
garam fisiologik, ringer laktat atau
dextrose 5% sebanyak 2 ml.

Farmakologi :
 Mula kerja terjadi pada menit ke 2-3
dengan lama kerja sekitar 30 menit.
Analog monokuartener dari pankoronium
ini merupakan suatu obat penyekat
neouromuskuler non depolariasasi
dengan lama kerja menengah,
vekuronium berkompetisi dengan
reseptor kolinergik pada lempang akhiran
motorik
 Farmakokinetik
 Awitan aksi : kurang dari 3 menit
 Efek puncak : 3 – 5 menit
 Lama aksi : 25 – 30 menit

Dosis :
 Intubasi : i.v. 0,08 – 0,1 mg/kg
 Pemeliharaan : i.v. 0,01 – 0,05 mg/kg ( 10% - 50 %
dari dosis intubasi)
 Prapengobatan : i.v. 10 % dari dosis intubasi
diberikan 3 – 5 menit sebelum dosis relaksan non
depolarisasi/depolarisasi.
Penyimpanan : bubuk suhu kamar ( 15
0
– 30
0
C).
Lindungi dari cahaya. Jika direkonstisusikan dengan
air steril untuk disuntikan, laruatan stabil selam 24 jam
didinginkan atau pada suhu kamr.
Depolarisasi

Suksametonium (succinyl choline)

 Kemasan : falkon berisi bubuk putih 100 mg atau 500 mg.


Pengenceran dapat memakai garam fisiologik atau
akuades steril 5 atau 25 ml sehingga membenrtuk larutan
2%.
 Indikasi : sebagai pelumpuh otot jangka pendek.
 Kegunaan : terutama untuk mempermudah /fasilitas
intubasi trakea karena mula kerja yang cepat dan lama
kerja yang sengkat. Juga dapat dipaki untuk memelihara
relaksasi otot dengan cara pemberian kontinyu per infus
atau suntikan intermiten.
 Dosis : i.v. 0,7 – 1 mg/kg ( 1,5 mg/kg degan
prapengobatan nondepolarisator), untuk anak-
anak intubasi 1-2 mg/kgBB/i.v., untuk neonatus dan bayi 2-
3 mg/kg,

 Cara pemberian: I.V./I.M/ intra lingual/


intra bukal.
 Mula kerja : 1-2 menit dengan lama kerja
3-5 menit.
 Untuk mengurangi fasikulasi dan nyeri otot
sering diberi dahulu dengan obat
pelumpuh otot non depolarisasi ¼ dosis
relaksasi otot misalnya pankuronium 1 mg
(prekurarisasi)
 Komplikasi dan efek samping :
1.Bradikardi, bradiaritmia dan asistol terutama pada
pemberian berulang atau terlalu cepat serta pada
anak-anak.
2. Takikardia dan takiaritmia.
3. Lama kerja yang memanjang terutama kadar
enzim kolinesterase plasma berkurang .
4. Peninggian tekanan intraokuler, hati-hati pada
glaukoma.
5. Blok fase II terutama pada pemberian berulang
atau dosis tinggi.
6. Lama kerja yang memanjang terutama pada
penyakit hati parenkimal, kaheksia dan anemia
(hipoproteinemia).
7. Hiperkalemia, karena itu harus berhati-hati pada
luka bakar atau gagal ginjal.
8. Nyeri otot pasca fasikulasi.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai