Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar artinya, sebab
sangat mendalam kesannya.Mengapa demikian, karena melahirkan berarti mengadakan yang
semula belum ada.Begitu pula dengan persalinan yang berarti melahirkan anak yang telah lama
ditunggu kedatangannya.

Lahirnya anak tidak akan datang begitu saja, tetapi memerlukan persiapan-persiapan
seperti persiapan fisik, persiapan mental, dan persiapan materi yang cukup agar kelahiran anak
dapat berjalan dengan lancar serta menghasilkan ibu dan anak yang sehat. Dalam proses
persalinan ibu banyak mengeluarkan tenaga sehingga untuk mengahasilkan tenaga ibu yang akan
melahirkan serta membukanya jalan untuk lahirnya anak, terjadilah rasa sakit yang makin lama
makin bertambah kuat sampai saat anak lahir bahkan sampai beberapa waktu setelah melahirkan
anaknya. Disinilah pentingnya persiapan untuk mengimbangi apa yang akan terjadi dalam proses
melahirkan anak atau persalinan itu.

Perawatan persalinan di negara maju dan di kota-kota besar lazim dilaksanakan dirumah
sakit sehingga pengalaman siswa bidan/keperawatan biasanya terbatas hanya pada pengamatan
kelahiran bayi dilingkungan rumah sakit. Hanya dikota-kota kecil dan didaerah pedesaan,
perawatan persalinan dilaksanakan di rumah atau pada rumah bersalin.

Pemberian pelayanan selama persalinan, yaitu bidan dan dokter, memiliki sikap dan cara
pendekatan berbeda-beda terhadap kelahiran bayi. Antara rumah sakit yang satu dan yang
lainnya terdapat berbagai kebiasaan serta pelaksanaan yang beraneka ragam; keanekaragaman ini
bahkan terdapat pula antara kamar bersalin yang satu dan lainnya dalam rumah sakit besar yang
sama.

1|Page
1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

 Apa saja kebutuhan ibu bersalin kala I, II, III, dan IV ?

1.3 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam makalah ini adalah :

 Agar lebih memahami kebutuhan ibu bersalin kala I, II, III, dan IV.

1.4 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam makalah ini adalah :

 Agar Mahasiswa mampu memahami teori kebutuhan ibu bersalin kala I, II, III, dan IV.

1.5 Manfaat

Adapun ,manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah :

 Dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang


kebutuhan ibu bersalin pada kala I, II, III, dan IV
 Dengan disusunnya makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman pemberian asuhan
pada ibu bersalin pada kala I, II, III, dan IV.

2|Page
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori

Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah
kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Winknjosastro, 2008, Hlm.37). Helen
Varney mengatakan persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney,H, 2007, Hlm.
672). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006, Hlm.100).
Tanda-tanda persalinan yaitu rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur, keluar darah lendir yang banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, terkadang
ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks yang mendatar dan
pembukaan jalan sudah ada (Yeyeh, Ai, 2009, Hlm. 9).

Proses dinamik dari persalinan meliputi empat komponen yang saling berkaitan yang
mempengaruhi baik mulainya dan kemajuan persalinan. Empat komponen ini adalah passanger
(janin), passage (pelvis ibu), power (kontraksi uterus), dan Psikis (status emosi ibu). Bila
persalinan dimulai, interaksi antara passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk
terjadinya kelahiran pervaginam spontan (Wlash, linda, 2007, Hlm.300).

Banyak orang berpendapat bahwa persalinan adalah saat yang menegangkan dan
menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan
menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut, pastikan bahwa setiap ibu akan
mendapatkan asuhan saying ibu selama persalinan dan kelahiran. Kebutuhan dasar pada ibu
bersalin di kala I, II dan III itu berbeda-beda dan sebagai tenaga kesehatan kita dapat

3|Page
memberikan asuhan secara tepat agar kebutuhan – kebutuhan ibu di kala I, II, dan III dapat
terpenuhi.

2.2 Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologispada ibu dan keluarga pada kala I, II,
dan III dan IV

2.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Fisik Pada Ibu Bersalin Kala I, II,III Dan IV

2.2.1.1 Kala I

Kala I merupakan waktu di mulainya persalinan, keadaan ini di mulai


sejak Hterjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi di kala I
antara lain:

2.2.1.1.1 Mengatur aktivitas dan posisi ibu

Disaat mulainya persalianan sambil menunggu pembukaan lengkap.Ibu


masih dapat diperbolehkan melakukan aktivitas, namun harus sesuai
dengan kesanggupan ibu agar ibu tidak terasa jenuh dan rasa kecemasan
yang dihadapi oleh ibu saat menjelang persalinan dapat berkurang.Di
dalam kala I ini ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman selama
persalinan dan kelahiran. Peran suami di sisi adalah untuk membantu ibu
berganti posisi yang nyaman agar ibu merasa ada orang yang menemani di
saat proses menjelang persalinan. Disini ibu di perbolehkan berjalan,
berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak.Posisi tegak
seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala
bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalnan.Untuk itu kita sebagai
tenaga kesehatan di sarankan agar membantu ibu untuk sesering mungkin
berganti posisi selama persalina.Perlu di ingat bahwa jangan
menganjurkan ibu untuk mengambil posisi terlentang. Sebab jika ibu
berbaring terlentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan plasenta
akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan menyebabkan turunnya

4|Page
aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan
menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen pada janin). Posisi terlentang
juga akan memeperlambat proses persalinan.( Enkin, et,al. 2002)

2.2.1.1.2 Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his

His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-
tanda persalinan yang mempunyai sifat intermitten, terasa sakit,
terkoordinasi, dan simetris serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar
secara fisik dan psikis. Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka
ibu di sarankan menarik nafas panjang dan kemudian anjurkan ibu untuk
menahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup
sewaktu ada his.

2.2.1.1.3 Menjaga kebersihan ibu

Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu untuk mengososngkan


kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Disini ibu harus
berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih atau jika ibu terasa ingin
berkemih. Selain itu, tenaga kesehatan perlu memeriksa kandung kemih
pada saat memeriksa denyut jantung janin (saat palpasi di lakukan) tepat di
atas simpisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh atau
tidak.Jika ibu tidak dapat berkemih di kamar mandi, maka ibu dapat
diberikan penampung urin. Apabila terjadi kandung kemih yang penuh
maka akan mengakibatkan:

1. Memperlambat turunnya bagian terbawah janin danmungkinakna


menyebabkan partus macet.
2. Menyebabkan ibu tidak nyaman.
3. Meningkatkan risiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan
atonia uteri.
4. Mengganggu penatalaksanaan distosis bahu.
5. Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.

5|Page
Disaat persalinan berlangsung tenaga kesehatan (bidan) tidak dianjurkan
untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin.Sebab
kateterisasi ini hanya di lakukan pada kandung kemih yang penuh dan ibu
tidak dapat berkemih sendiri. Kateterisasi ini akan menimbulkan beberapa
masalah seperti menimbulkan rasa sakit, menimbulkan risiko infeksi dan
perlukaan melalui kemih ibu.

2.2.1.1.4 Pemberian Cairan dan Nutrisi

Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk


mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
kelahiran bayi.Karena fase aktif ibu hanya ingin mengkonsumsi cairan.
Maka bidan menganjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu
minum sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan , karena
makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung
akan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi
ini bila terjadi akan memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi
menjadi tidak teratur.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi


setiap jam, dan jika tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan
otot dan kelaparan yang sangat. Jika glukosa tidak tersedia, cadangan
lemak digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi
ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton.
Efek lain ketosis ringan selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV
bukan pengganti yang adekuat untuk asupan oral (cairan tersebut sering
kali tidak adekuat dalam satuan kilokalori; satu liter dekstrosa 5% dalam
air [ D5W] atau salin normal mengandng 225 kilokalori). Kelebihan beban
cairan pada ibu, hiponatremia, penurunan mortalitas, hemodilusi, dan
asidosis laktik, juga hiperglikemia neonatus, hiperinsulinemia dengan

6|Page
hipoglikemia, hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau takipnea sementara
dapat terjadi. Sepuluh persen glukosa harus dihindari.

2.2.1.1.5 Kontak fisik

Si ibu mungkin tidak ingin bercakap – cakap tetapi ia mungkin akan


merasa nyaman dengan kontak fisik. Partnernya hendaknya didorong
untuk mau berpegangan tangandengannya, menggosok punggungnya,
menyeka wajahnya dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya.
Sebagian pasangan suami istri mungkin ingin mempraktekkan dimana
partnernya mengelus – elus perut dan paha wanita atautehnik – tehnik lain
yang serupa. Mereka yang menginginkan kelahiran yang aktif bisa
mencoba stimulasi puting dan klitoris untuk mendorong pelepasan
oksitosin dari kelenjar pituitary dan dengan demikian merangsang
kontraksi uterus secara alamiah. Hal ini juga akan merangsang produksi
endogenous opiates, yang memberikan sedikit analgesia alamiah.

2.2.1.1.6 Pijatan

Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan


mungkin akan merasakan pijatan sangat meringankan. Sebagian wanita
mungkin akan merasakan pijatan pada abdominal menyenangkan; elusan
ringan diatas seluruh perut emang bisa terasa enak, dengan menggunakan
kedua tangan dan melakukan ujung jari menyentuh daerah symphysis
pubis, melintas diatas fundus uterus dan kemudian turun ke kedua sisi
perut.

2.2.1.1.7 Tanda bahaya kala I

1. kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya

2. ruptura uteri

7|Page
3. infeksi / sepsis puerperal

4. perdarahan postpartum

5. fistel

2.2.1.2 Kala II

Persalinan kala II merupakan salah satu dari serangkaian tahap persalinan,


di mana pada tahap ini dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan
berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin. Lamanya kala dua adalah 50
menit untuk primigravida dan 30 menit untuk multigravida.

Kala II persalinan akan mengakibatkan suhu tubuh ibu meningkat dan saat
ibu mengejan selama kontraksi dapat membuat ibu menjadi kelelahan.
Disini bidan harus dapat memenuhi kebutuhan selama kala II, diantaranya:

2.2.1.2.1 Asuhan sayang ibu


1. sKonsep Asuhan Sayang Ibu

Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai


berikut:

a. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan


ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian
asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan,
menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.

b. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman


selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya,
praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu
dan keluarga dalam pengambilan keputusan.

8|Page
c. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan
tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.

d. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada


petugaskesehatan.

e. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya


dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang
bisa diharapkan.

2. Ada 10 Langkah Asuhan Sayang Ibu

a. Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan


dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan.

b. Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan


hasil asuhan.

c. Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan
adat istiadat.

d. Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi
persalinan yang nyaman bagi ibu.

e. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan


yang berkesinambungan.

f. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh
penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian
cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan
janin secara elektronik.

9|Page
g. Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri
dengan/ tanpa obat-obatan.

h. Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara
mandiri.

i. Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban
agama.

j. Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.

3. Prinsip Umum Sayang Ibu

a. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.

b. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi


tanpa ada indikasi.

c. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada


keselamatan jiwa ibu.

d. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.

e. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

f. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara


emosional.

g. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang


cukup.

h. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan


keputusan.

i. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.

10 | P a g e
j. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/
keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.

k. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan


penyakit.

4. Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan Antara Lain

a. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat
dengan bidan.

b. Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan


bidan dalam pemberian asuhan.

c. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang


akan dihadapi ibu dan keluarga.

d. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga


sehubungan dengan proses persalinan.

2.2.1.2.2 Menjaga kandung kemih tetap kosong

Menganjurkan ibu untuk berkemih sesrinh mungkin setiap 2 jam atau bila ibu
merasa kandung kemih sudah penuh. Kandung kemih dapat menghalangi
penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul.Jika ibu tidak dapat berjalan ke
kamar mandi bantulah agar ibu dapat berkemih dengan wadah penampung
urine.Disini bidan tidak dianjurkan untuk melakukan keteterisasi kandung kemih
secara rutin sebelum atau sesudah kelahiran bayi ataupun plasenta.Kateterisasi
kandung kemih hanya di lakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tidak mampu
berkemih sendir karena kateterisasi akan mengakibatkan risiko infeksi dan trauma
atau perlukaan pada saluran kemih ibu.

2.2.1.2.3 Menjaga kebersihan ibu

11 | P a g e
Disini ibu tetap dijaga kebersihan dirinya agar terhindar dari infeksi.Apabila ada
lendir darah atau cairan ketuban segera di bersihkan untuk menjaga alat genetalia
ibu.

2.2.1.2.4 Pemberian cairan dan nutrisi

Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan. Ini dianjurkan karena
selama ibu bersalin ibu mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Dengan cukupnya asupan cairan, ini dapat
mencegah ibu mengalami dehidrasi.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap jam,
dan jika tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan
yang sangat. Jika glukosa tidak tersedia, cadangan lemak digunakan sehingga
menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi ketonuria. Aktifitas uterus dapat
menurun akibat akumulasi benda keton. Efek lain ketosis ringan selama
persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan pengganti yang adekuat untuk asupan
oral (cairan tersebut sering kali tidak adekuat dalam satuan kilokalori; satu liter
dekstrosa 5% dalam air [ D5W] atau salin normal mengandng 225 kilokalori).
Kelebihan beban cairan pada ibu, hiponatremia, penurunan mortalitas,
hemodilusi, dan asidosis laktik, juga hiperglikemia neonatus, hiperinsulinemia
dengan hipoglikemia, hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau takipnea sementara
dapat terjadi. Sepuluh persen glukosa harus dihindari.

2.2.1.2.5 Mengatur posisi ibu

Didalam memimpin mengejan, Bantu ibu memperoleh posisi yang paling


nyaman.Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua
persalinan.Karena perpindahan posisi yang sering kali mempercepat kemajuan
persalinan. Disini ibu akan menemukan posisi yang efektif untuk meneran.
Biasanya posisi duduk atau setengah duduk dipilih ibu bersalin karena nyaman

12 | P a g e
bagi ibu dan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa
lelah dan keuntungan lain posisi ini yaitu dapat memudahkan melahirkan kepala
bayi. Ada 4 posisi yang sering digunakan dalam persalinan, diantaranya :

1. Posisi Berbaring Atau Litotomi.

Ibu berbaring telentang di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua


pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Kelebihan posisi ini, dokter
bisa lebih leluasa membantu proses persalinan karena jalan lahir pun menghadap
ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan
pembukaan dan waktu persalinan pun diprediksi secara lebih akurat.
Kelemahannya, posisi berbaring membuat ibu sulit mengejan.

2. Posisi Miring Atau Lateral.

Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat,
sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus.Kelebihannya, peredaran darah balik
ibu bisa mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin
melalui plasenta juga tidak terganggu. Kelemahannya, posisi miring ini
menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan karena letak kepala bayi
susah dimonitor dan dipegang, maupun diarahkan.

3. Posisi Jongkok.

Ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna untuk menahan kepala dan
tubuh bayi. Kelebihan, merupakan posisi melahirkan yang alami karena
memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu kuat
mengejan. Kekurangannya, berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini
dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan
pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi.

4. Posisi Setengah Duduk.

13 | P a g e
Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan
paha dibuka ke arah samping.Posisi ini cukup membuat ibu
nyaman.Kelebihannya, sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa
keluar jadi lebih pendek.Suplai oksigen dari ibu ke janin pun dapat berlangsung
secara maksimal.Kelemahannya, posisi ini dapat menimbulkan rasa lelah dan
keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung
lama

Posisi jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat kemajuan persalinan


kala dua dan posisi jongkok juga akan mengurangi rasa nyeri yang hebat.
Sedangkan posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri dipilih ibu karena ibu
merasa nyaman dan lebih efektif baginya untuk meneran. Posisi ini baik dipilih
jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi occiput anterior. Posisi
merangkak atau berbaring miring kekiri ini juga baik dipilih ibu yang mengalami
nyeri punggung pada saat persalinan.Posisi ini juga membantu mencegah laserasi.

Adapun cara-cara meneran yang baik bagi ibu diantaranya :

1. Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama kontraksi.


2. Jangan anjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran.
3. Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk ibu mungkin merasa lebih mudah
untuk meneran, jika ia menarik lutut kea rah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat pantat saat meneran.
6. Tenaga kesehatan ( bidan ) tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan pada fundus
untuk membantu kelahiran bayi karena dorongan pada fundus dapat meningkatkan
distosia bahu dan rupture uteri.

2.2.1.3 Kala III

Kala III merupakan kala pengeluaran uri atau pengeluaran plasenta.Kala III ini
merupakan kelanjutan kala I (kala pembukaan) dank ala II (kala pengeluaran bayi). Untuk itu

14 | P a g e
pada kala III ini berbagai aspek yang akandihadapi bercermin pada apa yang telah dikerjakan
pada tahap-tahap sebelumnya. Adapun pemenuhan kebutuhan pada ibu dikala III 8diantaranya :

2.2.1.3.1 Menjaga kebersihan

Disini ibu harus tetap dijaga kebersihan pada daerah vulva karena untuk menghindari
infeksi.Untuk menghindari infeksi dan bersarangnya bakteri pada daerah vulva dan
perineum.Cara pembersihan perineum dan vulva yaitu dengan menggunakan air matang
(disinfeksi tingkat tinggi) dan dengan menggunakan kapas atau kassa yang bersih.Usapkan dari
atas ke bawah mulai dari bagian anterior vulva kea rah rectum untuk mencegah kontaminasi
tinja, kemudian menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut kurang lebih dalam sehari tiga kali
ataupunbila saat ibu BAK dirasa pembalut sudah basah (tidak mungkin untuk dipakai
lagi).Jangan lupa menganjurkan ibu untuk mengeringkan bagian perineum dan vulva.

2.2.1.3.2 Pemberian cairan dan nutrisi

Memberikan asupan nutrisi (makanan ringan dan minuman) setelah persalinan, karena
ibu telah banyak mengeluarkan tenaga selama kelahiran bayi. Dengan pemenuhan asupan nutrisi
ini diharapkan agar ibu tidak kehilangan energi.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap jam, dan jika
tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan yang sangat. Jika glukosa
tidak tersedia, cadangan lemak digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya
terjadi ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton. Efek lain ketosis
ringan selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan pengganti yang adekuat untuk asupan
oral (cairan tersebut sering kali tidak adekuat dalam satuan kilokalori; satu liter dekstrosa 5%
dalam air [ D5W] atau salin normal mengandng 225 kilokalori). Kelebihan beban cairan pada
ibu, hiponatremia, penurunan mortalitas, hemodilusi, dan asidosis laktik, juga hiperglikemia

15 | P a g e
neonatus, hiperinsulinemia dengan hipoglikemia, hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau
takipnea sementara dapat terjadi. Sepuluh persen glukosa harus dihindari.

2.2.1.3.3 Kebutuhan istirahat

Setelah janin dan plasenta lahir kemudian ibu sudah dibersihkan ibu dianjurkan untuk
istirahat setelah pengeluaran tenagayang banyak pada saat persalinan.Disini pola istirahat ibu
dapatmembantu mengembalikan alat-alat reproduksi danmeminimalisasikan trauma pada saat
persalinan.

2.2.1.4 Kala IV

Yaitu 0 menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini merupakan masa
kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu
keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus dapat memenuhi
kebutuhan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati. Berikut merupakan kebutuhan ibu bersalin
kala IV :

1. Hidrasi dan nutrisi


2. Bimbingan spiritual
3. Ibu tetap didampingi setelah bayi lahir
4. Kebersihan tetap dijaga untuk mencegah infeksi
5. Pengawasan kala IV
6. Istirahat
7. Memulai menyusui
8. Membantu ibu ke kamar mandi
9. Biarkan bayi berada dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi untuk
mempercepat pemberian asi / kolostum
10. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda – tanda bahaya kala IV

16 | P a g e
2.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Ibu Bersalin Kala I, II, III Dan IV

Untuk mengurangi rasa sakit terhadap ibu di kala I, II,III dan IV yaitu dengan cara
psikologis dengan mengurangi perhatian ibu yang penuh terhadap rasa sakit. Adapun usaha-
usaha yang dilakukannya yaitu dengan cara:

2.2.2.1 Sugesti

Sugesti adalah memberi pengaruh pada ibu dengan pemikiran yang diterima secara logis.
Menurut psikologis social individu yang keadaan psikisnya labil akan lebih mudah dipengaruh
dan mudah mendapar sugesti. Demikian juga pada wanita yang keadaan psikisnya kurang stabil,
lebih-lebih dalam masa persalinan, mudah sekali menerima pengaruh atau menerima
sugesti.Kesempatan ini harus digunakan untuk memberikan sugesti yang bersifat positif.
Misalnya ketika hamil, pada waktu memeriksa dikatakan bahwa kehamilan normal, persalinan
nanti akan berjaln normal pula. Pada waktu persalinan pun juga diberi sugesti bahwa
persalinannya akan belangsung dengan bak seperti ibu-ibu yang lain yang tidak mengalami
kesulitan walaupun telah beberapa kali melahirkan. Keramah-tamahan dan sikap yang
menyenangkan akan menambah besarnya sugesti yang telah diberikan.

2.2.2.2 Mengalihkan perhatian

Perasaan sakit akan bertambah bila perhatian dikhususkan pada rasa sakit itu. Misalnya
ibu merasa sakit, penolong memperhatikan terus-menerus, menaruh belas kasihan yang spontan
akan menambah rasa sakit. Perasaan sakit itu dapat dikurangi dengan mengurangi perhatian
terhadap ibu.Usaha yang di lakukan misalnya mengajak bercerita, sedikit bersenda gurau, kalau
ibu masih kuat berilah buku bacaan yang menarik.Walaupun perhatian terhadap rasa sakit ibu di
kurangi oleh bidan, tetapi mereka haruis tetap waspada mengamati keadaan ibu, pekembangan
persalinan.

2.2.2.3 Kepercayan

17 | P a g e
Diusahakan agar ibu memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri bahwa ia mampu
melahirkan anak normal seperti wanita-wanita lannya,percaya bahwa persalinan yang dihadapi
akan lancer pula seperti wanita yang lainnya. Disamping itu ibu harus mempunyai kepercayaan
pada bida atau orang yang menolongnya, percaya bahwa penolong mempunyai pengetahuan
dasar yang cukup, mempunyai pengalaman yang banyak, mempunyai kecepatan, keterampilan
dalam menolong persalinan, maka dengan demikian ibu akan merasa aman.

Demikianlah usaha-usaha yang bersifat psikologis dari penolong untuk mengurangi rasa sakit.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Pemenuhan pada kala I meliputi : mengatur aktifitas dan posisi ibu, membimbing ibu
untuk rileks sewaktu ada his, menjaga kebersihan ibu, memberikan cairan dan nutrisi pada ibu.

3.1.2 Pemenuhan kebutuhan pada kala II meliputi menjaga kebersihan diri, pemberian cairan,
menjaga kandung kemih yang kosong dan mengatur posisi ibu.

18 | P a g e
3.1.3 Pemenuhan kebutuhan pada kala III meliputi pemenuhan cairan dan nutrisi, menjaga
kebersihan , dan kebutuhan istirahat.

3.1.4 Pemenuhan kebutuhan pada kala II meliputi Hidrasi dan nutrisi, bimbingan spiritual,
ibu tetap didampingi setelah bayi lahir, kebersihan tetap dijaga untuk mencegah infeksi,
pengawasan kala IV, istirahat, memulai menyusui, membantu ibu ke kamar mandi, biarkan bayi
berada dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi untuk mempercepat pemberian asi /
kolostum

3.1.5 Pemenuhan kebutuhan psikologis pada ibu di kala I, II, dan III yaitu pemberian sugesti,
mengalihkan perhatian dan kepercayaan.

3.2 Saran

3.2.1 Bagi pembaca semoga makalah ini dapat dijadikan sumber referensi dan tambahan
pengetahuan.

3.2.2 Bagi penulis untuk meningkatkan kualitas dalam penulisan makalah

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai