1
PENDAHULUAN
2
tidak tersedianya pembimbing yang kompeten, pengorganisasian pendidikan, pelayanan
dan pembinaan pendidikan, pelayanan kesehatan yang belum terkoordinasi sesuai standar
mutu pelayanan maupun pendidikan.
Karena keterbatasan sumber-sumber yang ada salah satu cara untuk
pengembangan dan pengendalian mutu pendidikan kebidanan terutama di lingkungan
Jurusan Kebidanan Poltekkes adalah dengan cara mengembangkan lahan praktek
kebidanan disertai dengan adanya pembinaan masyarakat profesional kebidanan dalam
rangka melaksanakan pengalaman belajar di lapangan dengan benar bagi peserta didik.
Hal tersebut merupakan tanggungjawab masyarakat profesi dalam melaksanakan tugas
kepada generasi profesinya, dengan sistem nilai dan tradisi yang berlaku sebagai hal yang
mutlak dalam pendidikan kebidanan sebagai pendidikan profesioanl 7,8,9.
Lahan praktek kebidanan yang ada di kota khususnya dan sekitarnya adalah
merupakan komponen pendidikan yang perlu mendapat perhatian bagi Institusi Jurusan
Kebidanan dan para pengelola lahan praktek umumnya. Maka dengan adanya lahan
praktek yang baik akan dapat dikembangkan pengalaman belajar klinik / lapangan yang
kondusif bagi mahasiswa.
Perubahan sikap dan keterampilan profesional yang benar diperoleh melalui
pengalaman belajar lapangan yang diselenggarakan dengan benar dalam tatanan
pelayanan kebidanan profesioanl. Maka lingkungan yang kondusif akan sangat
membantu tumbuhnya sikap dan keterampilan profesional khususnya bagi bidan. Dalam
hal ini sangat diperlukan sarana agar terlaksananya sikap dan keterampilan profesional
bagi para bidan.
Sarana yang mutlak harus ada antara lain adanya bidan profesional sebagai
pembimbing klinis atau “preceptor” yang akan melakukan preceptorship bagi para
mahasiswa sebagai calon bidan di lapangan sehingga tumbuh kembang profesi dapat
berlangsung dengan baik. Hal lain yang juga perlu ialah selain kesediaan SDM untuk
membimbing mahasiswa, juga tersedianya fasilitas untuk terlaksananya proses bimbingan serta
manajemen dan lingkungan yang condusive.
Dalam tulisan ini mencoba untuk membahas mengenai sistem pembelajaran klinik
bagi peserta didik Jurusan Kebidanan , sebagai masukan dalam upaya perbaikan praktik
klinik oleh Institusi.
3
4
RENCANA PELAKSANAAN PKK
5
nyata dan membantu peserta didik secara optimal agar mereka dapat mencapai
kompetensi yang ditetapkan. Pembimbing klinik merupakan tim yang terdiri dari
pembimbing klinik dari institusi dan pembimbing klinik dari lahan praktik. Ratio
pembimbing klinik dan peserta didik adalah 1 : 3.
Alur rekruitmen pembimbing klinik dapat dilaksanakan melalui pelatihan
keterampilan melatih yang telah dibakukan oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Kesehatan Refroduksi (JNPK-KR) dan diharapkan dapat diadopsi oleh instansi
terkait, oleh karena alur rekruitmen pembimbing klinik telah dilakukan evaluasi di
berbagai negara yang menunjukkan hasil yang baik ( Lesson learn from strengtening
preservice by JHPIEGO ). JHPIEGO sebagai Badan internasional yang berasal dari
Universitas Jhonhopkins.
Alur rekruitmen dibuat sedenikian rupa sehingga pelatih klinik berdasarkan
kemampuan dan pilihannya dapat menjadi pelatih madya dan pelatih utama baik di
kelas, laboratorium kelas maupun di lahan praktek. Alur rekruitmen pelatih ini
agaknya dapat diadopsi sebagai salah satu cara guna menyediakan tenaga
pembimbing yang kompeten, sebab organisasi JNPK telah berkembang sampai ke
provinsi dan kabupaten.
Namun di sadari tidak seluruh provinsi dan kabupaten mempunyai Pusat
Pelatihan Klinik Skunder/ Pusat Pelatihan Klinik Primer (P2KS / P2KP) yang
mampu melaksanakan pelatihan bagi pelatih klinik. Dua wilayah kerja JNPK yaitu,
wilayah timur yang berkedudukan di Surabaya dan wilayah barat yang berkedudukan
di Jakarta menjalankan organisasi JNPK sebagai pusat pelatihan kesehatan reproduksi
tartier ( P2KT ).
JNPK sebagai jaringan organisasi profesional yang melibatkan POGI, IBI, IDI
telah mampu membuat dan menyebarluaskan standar-standar guna peningkatan
kesehatan reproduksi dimana pelatihan klinik merupakan bahagian penting dari alih
kemampuan yang diselenggarakan dalam bentuk pelatihan-pelatihan Clinical
Standaritation Skill, Clinical Training Skill, Advance Training Skill, Contaception
Technology Update ( CSS, CTS, ATS, CTU, dll ).
6
Pembimbing praktik klinik berasal dari institusi pendidikan dan institusi lahan
praktik sehingga diharapkan adanya tanggung jawab dan kerja sama yang baik dalam
rangka menghasilkan generasi profesi yang siap pakai.
Kriteria Pembimbing Klinik :
a. Pembimbing Klinik dari institusi pendidikan
1) Staf akademik dari institusi pendidikan
2) Mempunyai latar belakang profesi harus sesuai dengan program yang
dilaksanakan.
3) Berpengalaman klinik minimal 3 (tiga) tahun.
4) Mempunyai pendidikan minimal 1 (satu) tingkat dari program yang
dilaksanakan.
5) Mempunyai kemampuan sesuai dengan bidang keahliannya
6) Mempunyai sertifikat pembimbing klinik.
7) Mempunyai komitmen yang tinggi dalam pembelajaran klinik.
Pembimbing klinik/ preseptor terutama yang berasal dari lahan praktek harus
ditetapkan berdasarkan syarat-syarat tersebut di atas. Adanya komitmen yang baik
antara pembimbing dengan institusi pendidikan untuk melakukan tugas sebagai
preseptor. Preseptor yang ditunjuk diharapkan mampu melakukan proses bimbingan
sebagai tanggung jawabnya di samping tugas pokok dan fungsinya yang sudah ada.
7
Pihak institusi jurusan Kebidanan harus memikirkan strategi untuk
mengembangkan komunikasi yang baik antara institusi dan pembimbing terutama
yang berasal dari lahan praktik. Pelatihan preceptor diupayakan dilakukan oleh
Jurusan Kebidanan bekerja sama dengan pihak terkait dalam rangka mencetak
pembimbing-pembimbing praktik yang unggul dan terstandar. Hal yang penting dan
perlu dipertimbangkan bagi Jurusan Kebidanan adalah memberikan honor yang
layak bagi pembimbing bagi institusi pendidikan maupun pelayanan, dengan mencari
altenatif sumber pendanaan pendidikan untuk institusi.
8
dengan mentee. (SCOPME / Standing Committee on Post Graduate Medical and
Dental Education). 3,4,5,6
Mentoring adalah
Support (dukungan)
Encouragement (memberi semangat)
Listening (mendengar)
Facilitation of Self-Reliance (memfasilitasi)
Mentoring bukan “Evaluation”
Seorang mentor harus mempunyai pengetahuan yang bagus dalam
lingkungan kerja dari mentee untuk lebih banyak memberikan advis dan saran
tetapi mereka juga butuh “extra skill-set” seputar proses mentorship untuk
memastikan mentee mendapatkan keuntungan yang maksimum dari hubungan
tersebut.
b. Peran Mentor
Sebagai figur “ayah/ibu” orang yang lebih tua
Sebagai guru
Sebagai role model
Sebagai konselor yang bisa di dekati
Pemberi saran yang dipercaya membetulkan
Sebagai penantang
Pemberi semangat
Orang yang memberi nominasi
9
gambaran sebuah “pohon mentor”
10
Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan
merubah peran dari manajer atau supervisor menjadi resposibel terhadap
klien peserta didik dan personel
Kerugian mentorship
11
Kesulitan / Problem untuk mentoring
Memerlukan waktu
Kesempatan dan biaya untuk karyawan
Saat stress atau krisis konseling dibutuhkan
Saat hubungan menjadi disfungsional
Sejak tahun 2002 sampai dengan sekarang Jurusan Kebidanan sudah mulai
mengembangkan konsep mentrorship dalam Praktik Klinik Kebidanan III (PKK III)
pada semester V. Proses mentorship ini sangat berperan dalam pencapaian
kompetensi klinik pada peserta didik sebagai kandidat bidan, sehingga perlu perhatian
yang lebih lanjut oleh pihak institusi karena hasilnya sangat berpengaruh kepada
peserta didik sebagai integrasi dari hasil pengalaman yang diperolehnya. Dalam
rangka memperbaiki konsep mentoring yang telah ada, usulan untuk perbaikan dapat
melalui beberapa langkah/ strategi sebagai berikut :
12
pendidikan Poltekkes sebagai wujud bertanggung jawab moril terhadap profesi
dan generasi bidan di masa yang akan datang
13
Pembelajaran klinik merupakan satu siklus yang menggambarkan proses
pembelajaran sistematis yang dilaksanakan sebagai kelanjutan pembelajaran teori
yang diberikan di kelas, dan laboratorium praktikum.
Dalam melakukan proses pembelajaran praktik klinik, hendaknya melalui
langkah-langkah yang terstruktur dan matang sehingga peserta didik diharapkan
benar-benar telah mampu untuk melakukan praktik di lahan. Siklus tersebut
merupakan gambaran yang berkesinambungan dan terus menerus harus dilalui oleh
peserta didik agar tercapai tujuan dari proses pendidikan. Langkah awal yang harus
dipersiapkan adalah peran dari institusi pendidikan dalam mempersiapkan mahasiswa
untuk melaksanakan praktik klinik Kebidanan meliputi kesiapan teori dan
laboratorium kemudian selanjutnya adanya koordinasi dan kerjasama yang baik
antara pembimbing institusi pendidikan dan institusi lahan praktik 8,9,10.
e. Persiapan Teori
Persiapan teori berupa kegiatan penggalian informasi teoritis dan
pengalaman peserta didik yang berkaitan dengan program pembelajaran klinik
yang akan dilaksanakan, termasuk informasi tentang lingkungan kerja di klinik
dimana peserta didik akan melaksanakan praktik klinik. Tugas institusi
pendidikanlah yang memegang peranan penting dalam mempersiapkan teori yang
dimiliki peserta didik. Tugas dosenlah sebagai manajer terdepan untuk melakukan
14
proses pembelajaran yang tepat kepada peserta didik dalam rangka transfer
knowledge. Penguatan dalam teori perlu dilakukan dosen agar tercipta
kemandirian berfikir peserta didik. Proses penyampaian teori pembelajaran yang
dilakukan dosen hendaknya meliputi kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
Eksplorasi dengan melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi pembelajaran, menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.
Elaborasi sebagai kegiatan untuk membiasakan peserta didik membaca dan
menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, memberi
kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak
tanpa rasa takut. Konfirmasi dengan memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik
b. Laboratorium
Pembelajaran di laboratorium merupakan proses pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan teori dan
konseptual model yang mendukung pembelajaran praktikum di labotatorium.
Proses pembelajaran di laboratorium melalui berbagai metode praktikum harus
adanya kesesuaian antara demonstrasi, simulasi dan pemecahan masalah kasus
Kebidanan dengan peralatan yang dibutuhkan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
melatih keterampilan peserta didik dengan menggunakan alat peraga atau antar
peserta didik sampai tingkat kompeten di model. Laboratorium kelas akan sangat
memerlukan investasi yang besar bila kekuatannya adalah pada pemakaian alat-
alat yang canggih namun bila penguatan laboratorium kelas didasarkan pada
kemampuan pelatih maka investasi laboratorium kelas dapat dialihkan pada
investasi SDM melalui pelatihan-pelatihan yang berbasis kompetensi.
Pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualifikasi
dosen dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran laboratorium. Karena untuk
pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung berupa model laboratorium
15
diperlukan sumber pendanaan yang cukup besar, dimana dalam hal ini di institusi
pendidikan Jurusan Kebidanan sering menjadi permasalahan terutama dalam hal
rasio model/ alat dengan jumlah mahasiswa. Sehingga investasi SDM melalui
pelatihan-pelatihan berbasis kompetensi dapat merupakan solusi terutama dalam
perencanaan jangka pendek sistem praktik klinik Kebidanan.
b. Praktik Klinik
Praktik klinik adalah kegiatan pembelajaran klinik dengan menggunakan
target kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik pada situasi nyata sesuai
dengan waktu yang dijadualkan. Pembelajaran klinik ini memberi kesempatan
kepada peserta didik mendapatkan pengalaman nyata dalam mencapai kompetensi
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas-tugas tertentu. Dalam proses
pembelajaran klinik peserta didik mengembangkan tanggung jawab profesi,
berpikir kritis, kreatifitas, hubungan interpersonal, pemahaman terhadap profesi,
pemahaman aspek sosial budaya dan mengaplikasikan teori kedalam praktik
klinik.
Dalam pelaksanaan praktik klinik Kebidanan harus ada tanggung jawab
kedua belah pihak yakni antara pembimbing dan mahasiswa untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Mahasiswa dituntut kreatifitas dan inisiatifnya
untuk melakukan praktik klinik yang diharapkan dibawah bimbingan dan
tanggung jawab pembimbing institusi Kebidanan dan lahan praktik. Sehingga
16
sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab profesi terutama bagi pembimbing
lahan untuk memfasilitasi seluruh kegiatan peserta didik di lahan praktik. Karena
itu diperlukan kesadaran tinggi dan tanggung jawab moril dari seorang
pembimbing lahan yang berperan sebagai preceptor dan mentor.
17
pembimbing (preseptor/ mentor) sehingga akan menimbulkan efek yang baik kepada
peserta didik, timbulnya kepercayaan akan kompetensi yang dimiliki, adanya daya
kreatifitas dan kemandirian pada peserta didik.
Menjadi tugas institusi pendidikanlah untuk melakukan sosialisasi kepada para
pembimbing (preseptor/ mentor) tentang konsep siklus pembelajaran klinik ini apabila
para pembimbing belum mngetahui/ memahami proses tersebut. Sosialisasi oleh
institusi pendidikan dapat dilakukan dengan pelatihan preseptoring/ mentoring yang
membahas mengenai topik tersebut.
18
Dengan kata lain coach yang efektif adalah : fokus pada praktik, selalu
mendorong kerja sama, berusaha mengurangi kecemasan, memperkuat komunikasi
dua arah dan sebagai fasilitator dalam proses belajar.
Pendekatan pembelajaran yang efektif dirancang dan diselenggarakan sesuai dengan
prinsip-prinsip :
a. Belajar Orang Dewasa.
1) Dimulai dari pengalaman
2) Peserta didik memahami akan kebutuhan
3) Menggunakan metode yang bervariasi
4) Melakukan praktik menggunakan model anatomi.
5) Membudayakan pengulangan
6) Realistis
7) Menggunakan umpan balik positif
b. Behavior Modeling
1) Role Model
2) Gambaran jelas kinerja ( performance )
d. Humanistik
1) Memfasilitasi proses belajar dimulai pada model
2) Pembimbing memeragakan keterampilan
3) Peserta didik memperagakan keterampilan pada model sampai kompeten.
4) Peserta didik mempraktikan pada klien.
19
Tugas seorang pembimbinglah (pembimbing institusi pendidikan dan lahan)
untuk menerapkan metode pembelajaran klinik yang tepat dengan memperhatikan
hal-hal tersebut di atas. Peserta didik diperlakukan dengan konsep pembelajaran
andragogi (pembelajaran orang dewasa) agar dapat membentuk peserta didik sebagai
manusia yang seutuhnya, yang mempunyai kemandirian dan kepribadian dengan
melibatkan unsur kognisi, skill dan afeksi.
20
7. Melaksanakan Evaluasi/ Umpan Balik Untuk Melakukan Perbaikan.
Selama praktik klinik, pembimbing bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa semua peserta didik mendapat kesempatan dan peluang belajar yang cukup
berlatih dengan klien, sehingga pada akhir praktik klinik peserta didik menguasai
keterampilan yang dibutuhkan dilakukan menggunakan daftar tilik.
Dalam pelaksanaan praktik klinik evaluasi/ penilaian pada suatu program
praktik harus dilakukan, karena ini standar dari suatu proses manajemen dan akan
berpengaruh terhadap luaran/ mutu institusi. Evaluasi harus dilakukan oleh
penanggung jawab praktik klinik dan pihak manajemen pendidikan,meliputi evaluasi
persiapan, proses dan hasil pelaksanaan yang berupa pencapaian kompetensi peserta
didik dan seluruh unsur-unsur penunjang pelaksanaan prkatik klinik (pendanaan,
tempat praktik dll). Evaluasi dilakukan secara sistematik dan terdokumentasikan
sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai unsur masukan bagi program praktik yang
akan datang
DAFTAR PUSTAKA
21
4. _______, Kualifikasi Petugas Pelaksanaan dan Akreditasi Teknis Fasilitas Kesehatan.
JNPK-KR Jakarta, Depkes RI, 2007
6. ________, Efectif Teaching, A Guide For Education Health Providers, WHO &
JHPIEGO ( 2005 ) Geneva
9.http://lukman54.wordpress.com/2008/06/16/peranan-ci-clinical-instructor-dalam-
pembelajaran-klinik/ diunduh 05 Februari 2010
10. White, Ruth and Ewan, Christine, Clinical Teaching in Nursing, Chapman and Hall,
London 1995
22