Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KELUARGA BERENCANA (KB) KESEHATAN REPRODUKSI

“PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA”

Dosen Pengampu:

Fitrah Ivana Faisal SST,M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 10:

1. Indah Qarni Syakilah P17124018016


2. Novi Susriyanti P17124018026
3. Siti Indriyani P17124018037

JURUSAN KEBIDANAN I A

POLTEKKES JAKARTA 1

Jalan Wijaya Kusuma Raya No. 47-48

Cilandak Barat Jakarta Selatan

Tahun ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puji
serta syukur kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,serta nikmat sehat
wal afiat sehingga penulis dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA”. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak
bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain, maka dari itu penulis memperoleh
banyak bantuan dan bimbingan dalam menyelesaikannya sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan beribu-ribu terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua yang selalu memberi patronasi serta do’a yang tak pernah putus.
2. Kepada dosen pembimbing.
3. Rekan-rekan yang bekerja sama dalam pembuatan makalah ini

Dengan demikian penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca serta dapat
bertambah wawasan tentang “PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA”. Penulis
menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan yang akan datang.

Jakarta, 23 Agustus 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Makalah ...................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
2.1 Sejarah KB di Indonesia ......................................................................................................... 2
2.1.1 Tahun 1950-an ................................................................................................................ 2
2.1.2 Awal dekade 1960-an...................................................................................................... 2
2.1.3 Sebelum 1967.................................................................................................................. 3
2.1.4 Tahun 1968 ..................................................................................................................... 3
2.1.5 Tahun 1970 ..................................................................................................................... 3
2.1.6 Era Reformasi ................................................................................................................. 4
2.1.7 Deklarasi Kependudukan Sedunia .................................................................................. 4
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ....................................................................................... 4
2.3 Organisasi KB di Indonesia .................................................................................................... 6
2.3.1 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) ..................................................... 7
2.3.2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ............................ 9
2.4 Program Keluarga Berencana di Indonesia ........................................................................... 10
2.4.1 Tujuan umum program KB ........................................................................................... 11
2.4.2 Sasaran program KB nasional ....................................................................................... 12
2.4.3 Ruang Lingkup Program KB ........................................................................................ 13
2.4.4 Strategi Program Pelayanan KB.................................................................................... 14
2.4.5 Cara Operasional Program Pelayanan KB .................................................................... 17
2.5 Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran ....................................................... 18
BAB III ................................................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 20
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan
menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program KB sebagai salah satu cara
untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. Banyaknya anak-anak terlantar dan
dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.
Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain adanya alat
kontrasepsi untuk wanita, juga tersedia alat kontrasepsi untuk pria. Hanya saja yang
menjadi masalah saat ini, kurangnya pengetahuan akan metode memilih kontrasepsi,
keuntungan, kerugian, serta efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Dan
alat kontrasepsi yang sangat mudah di dapatkan seperti di minimarket.
Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah
kependudukan, pada umumnya orang berpendapat bahwa ide keluarga berencana tersebut
adalah suatu hal yang baru. Pendapat yang demikian ini adalah tidak benar, sebab
keluarga berencana (yang dimaksud disini mancegah kehamilan) sudah ada sejak jaman
dahulu. Memang di Indonesia adanya keluarga berencana masih baru (abad XX)
dibandingkan dengan negara-negara barat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan KB di Indonesia?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia?
3. Apa saja organisasi KB di Indonesia?
4. Bagaimana program KB di Indonesia?
5. Apa saja dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
1.3. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui perkembangan KB di Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia.
3. Untuk mengetahui organisasi KB di Indonesia.
4. Untuk mengetahui program KB di Indonesia.
5. Untuk mengetahui dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah KB di Indonesia


Keluarga berencana sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah kependudukan,
pada umumnya orang berpendapat bahwa ide keluarga berencana tersebut adalah suatu
hal yang baru. Pendapat yang demikian ini adalah tidak benar, sebab keluarga berencana
(yang dimaksud disini mencegah kehamilan) sudah ada sejak jaman dahulu. Memang di
Indonesia adanya keluarga berencana masih baru (abad XX) dibandingkan dengan
negara-negara barat.1
2.1.1 Tahun 1950-an
a. Pada era ini, perhatian terhadap masalah kependudukan khususnya terhadap
gagasan keluarga berencana telah tumbuh di karangan tokoh masyarakat.
b. Pada tahun 1957 mulai diorganisasikan pelaksanannya oleh suatu badan swasta
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Kegiatan PKBI masih sangat
terbatas dan dilakukan secara diam-diam karena situasi politik Indonesia tidak
memungkinkan.2
2.1.2 Awal dekade 1960-an
a. Indonesia mengalami ‘baby boom’ yang ditandai dengan ledakan tingkat kelahiran
yang cukup tinggi.
b. Pada tahun 1967 Presiden Soeharto dan dua puluh Sembilan pemimpin dunia lain
menandatangani Deklarasi Kependudukan Sedunia. Penandatangan tersebut
merupakan pristiwa yang menjadi titik balik dari sikap pemerintah Orde Lama yang
menganut paham pronatalis, menjadi sikap pemerintah Orde Baru yang lebih
realistis-anti natalis.
c. Pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto yang berorientasi
pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejatrahaan masyarakat mempunyai
komitmen politis sangat besar terhadap masalah kependudukan.

1
Adioetomo, Sri Moertiningsih, Lalu Burhan, Nizam Yunus. 100 Tahun Demografi Indonesia: Mengubah Nasib
Menjadi Harapan, (Jakarta: BKKBN & LDFEUI, 2010), hlm. 166
2
M C Ricklefs, Sejearah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta: Serambi, 2008), hlm. 634

2
2.1.3 Sebelum 1967
a. Masalah kependudukan tidak mendapatkan penanganan sewajarnya dari pemerintah
Orde Lama yang berpaham pro natalis. Pemerintah menekankan bahwa jumlah
penduduk yang besar merupakan suatu potensi yang besar untuk menggali dan
mengelolah berbagai sumber kekayaan alam Indonesia tanpa memperhitungka
kualitas seumber daya manusia dan dana yang menopangnya.
b. Pemerintah pada waktu itu menyatakan tidak setuju demgan pembatasaan kelahiran
sebagai upaya pengadilan penduduk (pidato presiden di Palembanf pada tahun
1952).
2.1.4 Tahun 1968
Pemerintah membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasioanl (LKBN) yang
berstatus sebagai Lembaga semi pemerintah.1
a. KepPres No.8/1970, LKBN diganti menjadi Badan Koorfinasi keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang bestatus sebagai Lembaga pemerintah penuh.
2.1.5 Tahun 1970
a. Tepatnya tanggal 29 Juni 1970, Presiden Soeharto melantik Dewan Pemimbing
Keluarga Berencana. Tanggal pelantikan ini kemudian ditetapkan sebagai hari
lahirnya Program Keluarga Berencana (KB) Nasional.2
b. Sejak Pelita 1, KB secara resmi menjadi program pemerintah dan merupakan bagian
intregritas dan pembangunan nasional.
c. Selama enam pelita (1969/1970-1998/1999), pelaksanaan program KB nasional
diselenggarakan berdasarkan Ketetapan MPR yang digunakan dalam GBHN dan
Keputusan Presiden tentanf Program Keluarga Berecncana Nasional.
d. Landasan legal pelaksanaan program KB nasional semakin kuat dengan
disahkannya UU no. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Berencana Sejeahterah oleh MPR.
e. Organisasi KB terus berekembang dan makin besar, mulai dari tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan/desa, jumlah tenaga, sarana, prasarana
dan dana makin meningkat sesuai tutunan perkembangan program.
Pelita I = 6 provinsi Pelita III= Mencakup seluruh provinsi di Indonesia.
Pelita II = 16 provinsi

1
Abdurrahman Ritonga, Kependudukan dan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Fakultas Ekonomi & Universitas
Indonesia, 2001), hlm. 127
2
Lucky Taufika Yuhedi , Titik Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB, (: EGC, 2000), hlm. 715

3
2.1.6 Era Reformasi
Program KB diarahkan pada pengembangan SDM Potensial sehingga
diperlukan upaya peningkatan ketahaan dan kesejatrahan keluarga sebagai prioritas,
selalu iu juga diarahkan pada pengaturan kelahiran dan pendewasaan usia
perkawianan.
2.1.7 Deklarasi Kependudukan Sedunia
a. Kami pecaya, bahwa masalah kependudukan harus ditempatkan sebagai unsur
yang amat penting bagai tujuan nasional suatu bangsa, serta dalam menyalurkan
aspirasi rakyatnya.
b. Kami percaya, bahwa sebagai besar orang tua di dunia ini sangat berhasrat untuk
mendapat pengetahuan mengenai keluarga berencana, untuk merencanakan
keluarga mereka. Kesempetan untuk memperoleh ha katas jumlah anak yang
diinginkan merupakan hak azasi paling dasar setiap orang.
c. Kami percaya, bahwa berlangsungnya, maupun arti dari kehidupan yang damai
sangat beruntung terhadap pemecahan dalam maslahkependudukan dunia.
d. Kami percaya, bahwa tujuan keluarga berecncana secara hakiki justru berada pada
pembatasanannya semata-mata. Keluarga berencana juga akan meningkatkan
harkat soreang manusia untuk dapat sepenuhnya mencapai tingakat potensi sebgai
manusia utuh.
Perkembangan Kb di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dibagi menjadi
dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung.1
a. Faktor yang penghambat penyebarluasaan program KB di Indonesia. Antara lain
budaya, agama, tingkat pengetahuan masyarakat dan wawasan kebangsaan.
b. Faktor pendukung penyebarluasaan program KB, antara lain adanya komitmen politis,
dukungan pemerintah, dukungan TOGA/TOMA, dan dukungan masyarakat terkait
masalah kependudukan.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Sebelum suatu kontrol kelahiran spesifik dipilih, seorang individu atau pasangan
terlebih dahulu harus memutuskan bahwa mereka akan melakukan perencanaan keluarga,
sejumlah faktor dapat mempengaruhi keputusan ini, termasuk hal hal berikut :2

1
Soewardjono Surjaningrat, Mengabdi Tugas Kemanusiaan, (Jakarta: BKKBN, 2008), hlm. 84
2
Hellen Varney, Varney’s Midwifery 3rd, (Bandung: Sekeloa Publisher, 2004), hlm. 219

4
a. Faktor sosiokultural: tren terbaru dalam seorang individu tentang ukuran keluarga
dimana dia tumbuh dewasa keperluan masyarakat menempatkan untuk mempunyai
anak, keperluan anak tersebut untuk mempunyai anak laki-laki untuk meneruskan
nama keluarga masyarakat membuat korelasi antara jumlah anak dari bapakk seorang
pria dengan kejantanannya
b. Pekerjaan dan faktor ekonomi kemungkinan perpisahan yang lama sepanjang tugas
militer keperluan untuk mengumpulkansumber sumber ekonomik kedalam sekolah
atau permulaan dari suatu panggilan atau bisnis kemampuan ekonomik untuk
menyediakan anak-anak yang prospektif dengan makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan medikal dan dental, serta pendidikan masa depan, pengangguran,
tunawisma.
c. Faktor religius : seluruh agama besar membenarkan prinsip pembatasan keluarga dan
konsep dasar perencanaan keluarga.
d. Faktor legal : sejak hukum connecticut yang melarang penggunaan alat apapun untuk
keperluan untuk mencegah konsepsi dideklarasikan tidak konsitusional oleh
pengadilan tinggi pada tahun 1965. Maka tidak ada penghalang legal untuk
mempraktikkan perencanaan keluarga.
e. Faktor fisikal : kondisi mensyaratkan bahwa seorang wanita tidak hamil untuk alasan
kesehatan usia dan berjalannya “jam biologis” gaya hidup tidak sehat (misalnya:
akoholisme, kecanduan obat, merokok sigaret, bulimia, anoreksia, dan obesitas).
f. Faktor perkawinan : stabilitas perkawinan periode krisis dan penyesuaian yang tidak
terhitung yang disebabkan oleh adanya seorang anak.
g. Faktor psikologikal ; keperluan untuk memiliki seorang anak untuk mencintai dan
dicintainya sebagai bukti dicintai (faktor ini adalah alasan biasa untuk kehamilan
remaja) keyakinan yang keliru bahwa seorang anak akan menyatukan suatu hubungan
yang terpisah ketakutan untuk melahirkan atau membesarkan anak, memperlakukan
gaya hidup masa kini yang dicontohkan orang tua
h. Status kesehatan terbaru dan riwayat genetika : kehadiran dari atau potensial untuk
kondisi untuk penyakit yang dapat diteruskan pada bayi (misalnya HIV/AIDS, Tay-
Sachs, Huntington Chorea, Sickle Cell anemia )

5
Faktor faktor yang dapat mempengruhi pemilihan individu atau pasangan atas metode
kontrol kelahiran meliputi hal-hal berikut:1

a. Hasrat untuk kontrol kelahiran permanen atau sementara.


b. Keefektifan metode tersebut.
c. Pengaruh media (ditekankan pada aspek negatif atau positif)
d. Kemungkinn efek samping dan pertanyaan akan keselamatan dikaitkan dengan
metode apapun.
e. Rentang penggunaan yang diantisipasi dari suatu metode kontrasepsi.
f. Biaya.
g. Frekuensi hubungan seksual.
h. Kemungkinan keuntungan kesehatan berkaitan dengan metode apapun.
i. Jumlah partner seksual.
j. Kemampuan suatu metode untuk mencegah (HIV,penyakit menural seksual,
kanker)
k. Faktor sosial (tren sosial terbaru dalam penggunaan berbagai metode )
l. Faktor religius (dimana suatu metode spesifik diberi sanksi oleh badan religius
dimana individu atau pasangan tersebut berada)
m. Faktor psikologikal (perasaan pada saan apapun dari suatu metode spesifik
misalnya prosedur yang terlibat. Yang diasosiasikan dengan tindakan seksual,
pengalaman yang tidak berkenan dimasa lalu dengan suatu metode)
n. Kemudahan menggunakan suatu metoe (kemanapun seorang individu untuk
menguasai teknik yang terlibat dalam menggunkan suatu metode spesifik
misalnya tudung cevical,diafragma,atau apa yang harus dimiliki oleh individu
untuk mendapatkan metode tersebut. Misalnya IUD,norplant,prosedur sterilisasi.
2.3 Organisasi KB di Indonesia
Organisasi yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu wadah untuk
mencapai tujjuan bersama, sedangkan program KB merupakan upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera.
Tujuan organisasi program Kb adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian

1
Hellen Varney, Varney’s Midwifery 3rd, (Bandung: Sekeloa Publisher, 2004), hlm. 716

6
kelahiran pertumbuhan penduduk Indonesia. Adapun Organisasi program KB yang
terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut:
2.3.1 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
Berawal dari tantangan yang sangat besar tentang gagasan KB pada tahun 1950-
masa itu pemerintah belum menyadari manfaat KB bagi peningkatan pada kualitas
bangsa. Masyarakat melihat KB sebagai upaya pembatasan kehamilan an, semata,
suatu hal yang dianggap sebagai bentuk perampasan kemerdekaan yang barut saia
mereka nikmati. Hamil dan melahirkan ditanamkan sebagai tugas mulia seorang
wanita untuk melahirkan jutaan generasi baru bangsa Indonesia yang akan mengelola
sumber daya alam yang melimpah dan mengangkat citra Indonesia sebagai "bangsa
yang besar" di mata dunia.
Pandangan tersebut membuat semakin banyak wanita yang hamil dan
melahirkan. Hal tersebut berdampak terhadap kesehatan wanita. Angka kematian ibu
dan bayi baru lahir sangat tinggi. Hal ini semakin mendorong para pendiri PKBI
untuk membentuk wadah gerakan keluarga berencana di Indonesia.
Diawali dengan diskusi dengan Mrs. Dorothy Brush, anggota Field Service
IPPF. Disusul oleh kunjungan Dr. Abraham Stone, kepala Margareth Sanger Research
Institute New York. Kemudian Dr. Soeharto, dokter pribadi Presiden organisasi
keluarga berencana. Akhirnya, pada ranggal 23 Desember 1957 Per kumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) resmi berdiri.
Kepekaan dan kepedulian PKBI terhadap masalah kesehatan wanita pada
Soekarno ketika itu, 'mulai menjajagi kemungkinan untuk mendirikan sebuah
gilirannya menyadarkan masyarakat untuk menempatkan KB dalam perspektif yang
lebih luas, yaitu kesehatan reproduksi. Kerja keras yang terus-menerus membuahkan
pengakuan dunia terhadap eksistensi PKBI. Pada tahun 1969 PKBI mencatat sejarah
baru sebagai anggota penuh IPPE, sebuah lembaga federasi internasional
beranggotakan 184 negara yang memperjuangkan pemenuhan hak dan kesehatan
seksual reproduksi bagi masyarakat di seluruh dunia
a. Visi perkumpulan
Terwujudnya masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
reproduksi dan seksual serta hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual yang
berkesetaraan

7
b. Misi perkumpulan
1) Memberdayakan anak dan remaja agar mampu mengambil keputusan dan
berperilaku bertanggung jawab dalam hal serta hak-hak kesehatan reproduksi
dan seksual.
2) Mendorong partisipasi masyarakat, terutama masyarakat miskin marginal, dan
tidak terlayani untuk memperoleh akses, informasi, pelayanan, dan hak-hak
kesehatan reproduksi dan seksual yang berkualitas serta berkesetaraan dan
berkeadilan jenis kelamin.
3) Berperan aktif dalam mengurangi prevalensi infeksi menular seksual dan
menanggulangi HIV/AIDS, serta mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap
ODHA dan OHIDA.
4) Memperjuangkan agar hak-hak reproduksi dan seksual wanita dihargai terutama
berkaitan dengan berbagai alternatif penanganan kehamilan yang tidak
diinginkan.
5) Mendapatkan dukungan dari pengambil kebijakan, stakeholder, media dan
masyarakat terhadap program kesehatan reproduksi dan seksual serta hak-hak
kesehatan reproduksi dan seksual.
6) Memperahankan peran PKBI sebagai LSM pelopor, profesional, kredi-bel,
berkelanjuran, dan mandiri dalam bidang kesehatan reproduksi dan juga hak-hak
kesehatan reproduksi dan seksual dengan dukungan relawan dan staf yang
profesional.
c. Nilai perkumpulan:
1) Menghargai harkat dan martabat manusia dari segi jenis kelamin, umur, orientasi
seksual, ras, warna kulit, isik, agama, aliran politik, status sosial dan ekonomi.
2) Menjunjung tinggi nilai kesetaraan dan keadilan jenis kelamin. demokrasi,
keadilan sosial, pengelolaan yang baik.
3) Melakukan pelayanan kesehatan reproduksi dengan pendekatan hak asasi
manusia.
4) Berpegang teguh pada semangat kerelawanan, kepeloporan, profesio-nalisme,
kemandirian.
d. Berbagai program PKBI, sebagai berikut.
1) Program anak dan remaja.
2) Program khusus bencana dan keadaan darurat.
3) Pemberdayaan wanita.
8
4) Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi.
5) HIV/AIDS
6) Penanganan KTD.
7) Advokasi
8) Peningkatan kapasitas staf, relawan, akreditasi.
9) Monitoring dan evaluasi (Monev).
2.3.2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BKKBN merupakan lembaga pemerintah non-departemen (LPND) yang me-
miliki badan hukum yang jelas dengan tugas dan kewenangannya diatur dalam
undang-undang. Pada awalnya, lembaga ini bernama Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional kemudian pada tahun 2009 berganti nama menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyusul disahkannya RUU
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menjadi UU oleh DPR.
Pada tingkat provinsi, BKKBN bernama BKKB daerah yang memiliki dalam
pengendalian penduduk, peningkatan kualitas dan mobilitas penduduk.
Tantangan pembangunan KB di Indonesia, antara lain belum kuatnya komitmen
pemerintah kabupaten/kota untuk menyukseskan program KB, terlihat bahwa
program kependudukan dan KB belum menjadi prioritas dalam pemberian anggaran
dalam APBD kabupaten/kota. Tahun 2010, BKKBN me 1hargetkan penurunan angka
kesuburan wanita (total fertility rate, TFR) dari 2,6 menjadi 2,2 dan penurunan
pertumbuhan penduduk Indonesia dari 1,3 persen per tahun menjadi 1 persen pada
akhir 2010, serta penambahan jumlah peserta KB baru sebesar 7,1 juta orang.
a. Filosof: Menggecakkan peran sera masyarakat dalam keluarga berencana
b. Visi: Seluruh keluarga ikut KB
c. Misi: Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
d. Fungsi :
1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang keluar berencana dan
keluarga sejahtera.
2) Koordinasi kegiatan fungsional dalae pelaksanaan tugas BKKBN.
3) Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta SOM
dan masyarakat dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera.
4) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, kecatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepe gawaian,
keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
9
e. Tugas pokok: Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana
dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
f. Kewenangan:
1) Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.
2) Perumusan kebijakan dibidangaya untuk mendukung pembangunan secara
makro 3.
3) Perumusan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian ibu, bayi, dan anak.
4) Penetapan sistem informasi dibidangnya.
5) Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang
berlaku, yaitu perumusan dan pelaksanaan kegiaran tertentu dibidang keluarga
berencana dan keluarga sejahtera serta pedoman pengembangan kualitas
keluarga.
2.4 Program Keluarga Berencana di Indonesia
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan pera serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
kelarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia,
dan sejahtera (UU No. 10 tahun 1992)
a. Visi : Terwujudnya “keluarga berkualitas 2015”. Yang hakekatnya mewujudkan
keluarga indonesia yang mempunyai anak ideal, sehat, bependidikan, sejahtera,
berketahanan, dan terpenuhi hak hak reproduksinya (Program KB nasional RPJM
2005-2009)
b. Misi: Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, agar terwujud
1. Keluarga dengan anak ideal. Keluarga dengan anak ideal adalah keluarga yang
dapat merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik dan penuh tanggung
jawab.
2. Keluarga sehat. Keluarga sehat adalah keluarga yang tidak saja sehat secara
jasmani, tetapi juga sehat secara rohani dan sosial. Kondisi ini terutama berkaitan
dengan kesehatan ibu, bayi, anak, dan reproduksi (remaja) sehingga mereka
terhindar dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
3. Keluarga berpendidikan. Keluarga berpendidikan adalah keluarga yang mempunyai
pengetahuan luas, termasuk pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan KB,
menjaga kehamilan dan persalinan yang aman, pengasuhan dan tumbuh kembang
10
anak, peningkatan kualitas lingkungan keluarga, anggota keluarga terbeba dari buta
huruf, menyekolahkan anak minimal hingga (wajib-belajar) 9 tahun, serta memberi
kesemparan belajar yang sama kepada semua anak tanpa membedakan jenis
kelamin.
4. Keluarga sejahtera. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
atas perkawinan yang sah, mampu mememuhi keburuhan hidup spiritual dan materil
yang layak,bertakwa kepada luhan Yang Maha Esserta miemiliki hubungn yang
scraxi, sclaras. dan seimbang antaranggotanya dan antara keluz masyarakat serta
lingkungan.
5. Keluarga berketahanan. Keluarga berletahanan adalah keluarga yang memiliki
keuletan dan tangguhan, baik secara fisik materil maupun psikis mental spiritual,
hidup mandiri serra mampu mengembangkan diri dan anggota keluarganya untuk
hidup harmonis, sejahtera lahir dan batin
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya. Keluarga yang terpenuhi hak-hak
reproduksinya adalah keluarga yang dapat mengakses dan memahami informasi
tentang seluk beluk kesehatan reproduksi secara jujur dan lengkap serta mampu
memperoleh layanan KB dan kesehatan reproduksi sesuai dengan kebutuhannya
2.4.1 Tujuan umum program KB
Tujuan umum program KB nasional adalah memenuhi permintaan masyarakat
akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas.1 Dengan
demikian, tujuan umum lima tahun kedepan untuk mewujudkan visi dan misi program
KB dengan membangun kembali dan menetapkan pondis yang kokoh bagi pelaksana
program KB di masa keluarga berkualitas tahun 2015. Perlu diketahui bahwa tujuan
tersebut merupakan kelanjutan dari tujuan demografis dan tujuan filosofis program
mendatang untuk mencapai KB 1970, yaitu penurunan TFR tahun 2000 sebesar 50%
dari kondisi TFR tahun 1970, kelembagaan dan pengelolaan keluarga kecil bahagia
sejahtera (NKKBS) dengan merencanakan kehamilan dan mencegah kehamilan yang
belum dinginkan, meningkatkan status kesehatan wanita dan anak serta
meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan kepuasan seksual.2

1
Lucky Taufika Yuhedi , Titik Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB, (: EGC, 2000), hlm. 718.
2
Lucky Taufika Yuhedi , Titik Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB, (: EGC, 2000), hlm. 723.

11
2.4.2 Sasaran program KB nasional
Sasaran program KB nasional lima tahun kedepan yang sudah tercantum dalam
RPJM 2004/2009 adalah sebagai berikut :
a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi
1.14% per tahun.
b. Menurunkan angka kelahiran TFR menjadi 2,2 setiap wanita.
c. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5 %.
d. Menurunkan pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin punya anak lagi dan
ingin menjarangkan kelahirannya, tetapi tidak memakai alat kontrasepsi (unmet
need) menjadi 6% 5.
e. Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien.
f. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
g. Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
h. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyclenggaraan pelayanan KB
dan KR.
Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya peserta KB baru sebanyak 1.072.473 akseptor.
2. Terbinanya peserta KB aktif sebanyak 5.098.188 akseptor atau 71,87% dari
pasangan usia subur sebanyak 7.093.654.
3. Meningkatnya rata-rata usia nikah pertama wanita menjadi 18,2 per tahun.
4. Terkendalinya perkembangan kependudukan, terutama tingkat pertum- buhan
migrasi dan persebaran penduduk.
Dari hasil tersebut maka pencapaian sasaran RPJMN 2004-2009 adalah sebagai
berikut:
a) LPP menjadi sekitat 1,14% per tahun (tidak tercapai).
b) TFR menjadi 2.2 per wanita (tidak tercapai)
c) Unmet need menjadi 6 (ridak tercapai).
d) Peserta KB pria menjadi 4,5 persen (tidak rercapai).
e) Meningkarnya penggunaan kontrasepsi yang efektif serta efisien (tidak
tercapai)
f) Rata-rata usia nikah pertama perempuan menjadi 21 tahun (tidak tercapai)
g) Meningkatnya parrisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh-kemban anak
(tercapai).
12
h) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif
dalam usaha ekonomi produktif (tidak rercapai).
i) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaran pelayanan
KB dan KR (tidak tercapai)
2.4.3 Ruang Lingkup Program KB
Berikut ini merupakan komponen ruang lingkup pelayanan KB yang dapat di berikan
kepada masyarakat.
a. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).
b. Konseling.
c. Pelayanan kontrasepsi.
d. Pelayanan infertilitas.
e. Pendidikan seksual.
f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
g. Konsultasi genetik.
h. Tes keganasan.
i. Adopsi.

Berbagai program dalam ruang lingkup program KB, adalah sebagai berikut.

a. Program keluarga berencana Kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut.


1. Peningkatan pelayanan keluarga miskin, termasuk melalui Askeskin.
2. Pengembangan kebijakan dan strategi nasional KB rumah sakit serta fasilitas
pelayanan kesehatan rawat inap.
3. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kontrasepsi.
4. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi bagi keluarga miskin dan
pelayanan swasta.
5. Peningkatan akses informasi dan pelayanan KB pria
6. Peningkatan advokasi dan pelayanan komunikasi informasi dan edukasi serta
kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak1
b. Program kesehatan reproduksi remaja (KRR) Kegiatan yang dilaksanakan sebagai
berikut.
1. Penyusunan buku dan materi KRR.

1
Lucky Taufika Yuhedi , Titik Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB, (: EGC, 2000), hal. 720

13
2. Penyuluhan dan penyebaran informasi penyelenggaraan KRR melalui momen
strategis.
3. Pemantauan dan evaluasi.
4. Pembinaan program melalui seminar dan pentaloka.
5. Pengembangan modul dan sistem pembelajaran.
c. Program peningkatan ketahanan dan pemberdayaan keluarga Kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut.
1. Peningkatan kemitraan dalam pembinaan ketahanan keluarga.
2. Kegiatan komunikasi informasi dan edukasi serta program pening- e. katan kualitas
lingkungan keluarga
3. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ketahanan keluarga.
4. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga.
d. Program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas Kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut.
1. Peningkatan pelembagaan dan jejaring pelayanan KB dan KR.
2. Peningkatan peran serta masyarakat dan pemberdayaan petugas lini lapangan.
3. Peningkatan keterpaduan melalui kegiatan pada berbagai momentum besar.
4. Perkuat jaringan kemitraan.
5. Pemantapan mekanisme operasional.
6. Penyedian dara dan informasi program KB nasional
7. Pengembangan sarana dan peningkatan kualitas SDM dalam penguasaan teknologi
indormasi.
2.4.4 Strategi Program Pelayanan KB
a. Strategi dasar program KB nasional
1. Menggerakkan dan membeedayakan selaruh masyarakat dalam program KB
2. Menata kembali pengelolaan program KB.
3. Memperkuat SDM operasional program KB.
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB.
5. Meningkatkan pembiayaan KB.1
b. Strategi pendekatan dalam program KB nasional adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan kemasyarakatan diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan
peran secara masyarakat yang dibina dan dikembangkan secar berkelanjuran.

1
Lucky Taufika Yuhedi , Titik Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB, (: EGC, 2000), hlm. 720

14
2. Pendekatan koordinasi nengoordinasikan pelaksanaan progiam KB dan
penbangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai
kekuaran yang sinergi dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan
sejajar1
3. Pendekatan integratif memadukan pelaksanaan kegiaran pembangunan agar dapat
membangkirkan dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat
sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitatif meningkatkan kualitas pelayanan baik dari strategi pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian memberi peluang kepada sektor pembangunan lainnya
dan masyarakar yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan
program KB nasional, Program tersebut atas dasar survel PUS di Indonesia
terhadap ajakan KIE yang rerbagi menjadi tiga kelompok yairu 15% PUS
langsung merespons “ya” untuk ber-KB, 15-55% PUS merespons "ragu-ragu"
untuk ber-KB. 30 % PUS merespons “tidak" untuk ber-KB.
c. Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai
berikut. 2
1. Tahap perluasan jangkauan. Pala tahap ini penggarapan program a. lebih
difokuskan kepada sasaran:
 Pemerataan akses dan cakupan wilayah, yaitu pemerataan akses dan cakupan
program KB yang lebih diutamakan di wilayah porensial, seperti wilayah
Jawa, Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.
 Pemerataan akses dan cakupan khalayak. Mengarah kepada upaya menjadi
akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada tahap ini pendekatan pelayanan KB
didasarkan pada pendekatan klinik.
2. Tahap pelembagaan. Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap
perluasan jangkauan. Tahap pemerataan akses dan cakup- wilayah diperluas
jangkauannya hingga propinsi luar Jawa-Bali.Pada tahap ini, indikator kuantitatif
kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65% dengan prioritas pelayanan kontrasepsi
dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan berbagai momentum besar.

1
Lucky Taufika Yuhedi , Titik Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB, (: EGC, 2000), hlm. 721
2
Lucky Taufika Yuhedi , Titik Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB, (: EGC, 2000), hlm. 724

15
3. Tahap pembudayaan program KB. Pada tahap ini, kegiatan pemerataan akses dan
cakupan wilayah diperluas hingga di seluruh propinsi Indonesia. Sedangkan pada
tahap pemerataan akses dan cakupan khalayak diperluas pada sisa PUS yang
menolak untuk ber-KB sehingga pen- dekatan program KB dilengkapi dengan
pendekatan Takesra dan Kukesra.
d. Strategi pendekatan-5 prinsip:
1. Prinsip integrasi. Strategi pendekavan dengan pinsip integrasi bertujuan program
KB nasional menjadi bagian tidak terpisahkan dari program pembangunan
lainnya.
Strategi pendekatan prinsip integrasi
a) Integrasi konsep KB dalam konsep KR dan hak-haknya serta kesetaraan dan
keadilan berbasis jenis kelamin.
b) Integrasi kegiatan pemberdayaan keluarga dengan pelayanan KB dan
pemberdayaan wanita.
c) Integrasi program kesehatan reproduksi remaja dengan program KB dan KR.
d) Integrasi prograrn penguatan kelembagaan dan jaringan KB dengan program
pengembargan institusi pelayanan masyarakat lainnya.
e) Integrsi program KB dengan program pembangunan lainnya.
2. Prinsip desentralisasi. Strategi pendekatan dengan prinsip desentralisasi bertujuan
untuk memberi peluang dan kesempatan daerah dalam melaksanakan program KB
nasional sesuai aspirasi dan kondisi sosial budaya setempat.
Strategi pendekatan-prinsip desentralisasi
a) Penegasan jenis dan peningkatan kewenangan.
b) Sistem dan kebijakan SDM.
c) Dukungan infrastruktur lintas sektoral.
d) Mekanisime pengendallan yang handal.
e) Pendelegasian wewenang operasional dengan pendekatan wilayah paripuna.
3. Prinsip pemberdayaan. Strategi pendekatan dengan prinsip pemberdayaan
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi yang telah ada dimasyarakat agar dapat
memberi dukungan pelaksanaan program secara berdayaguna.
Strategi pendekatan-prinsip pemberdayaan
a) Peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksanaan program KB nasional.
b) Peningkatan kualitas kepemimpinan.

16
c) Pemberdayaan institusi masyarakat dalam program KB naSional
pemberdayaan keluarga.
d) Pemberdayaan masyarakat, keluarga, dan individu dalam rangka
meningkatkan kemandirian.
e) pemberdayaan wanita dalam pelaksanaan program KB nasional Pemantapan
jaringan kerja program KB nasional.
4. Prinsip kemitraan. Strategi pendekatan dengan prinsip kemitraan bertujuan untuk
mengembangkan kerja sama yang didasarkan pada kesetaraan. Saling
menguntungkan, tulus dan saling menghargai di antara kedua pihak dalam
mencapai tujuan yang telah disepakati.
Strategi pendekatan-prinsip kemitraan
a) Koordinasi dalam rangka kemitraan yang tulus dan setara.
b) Partisipasi aktif masyarakat.
a. Kerja sama internasional.
5. Prinsip segmentasi sasaran. Strategi pendekatan dengan prinsip segrmentasi
sasaran bertujuan untuk memfokuskan sasaran program agar optimal, efisien, dan
efektif.
e. Strategi pendekatan-segmentasi sasaran.
1. Keberpihakan pada keluarga rentan.
2. Perhatian terhadap segmen khusus.
3. Data dan informasi keluarga.
4. Partisipasi pria dalam rangka kesetaraan dan keadilan berbasis jenis kelamin.
2.4.5 Cara Operasional Program Pelayanan KB
Cara operasional program pelayanan KB meliputi :
1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan
penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan
penerangan massa melalui media cetak, elektronik. Dengan penerangan, motivasi
diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap
dan perilaku masyarakat dalam ber-KB, melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB.

17
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik
sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan
mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat
dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera
adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi.
Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu:
pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera
dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program ASKABI
(Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung
apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah.
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas
Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB.
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan,
dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan
2.5 Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran
Program KB nasional memberi berbagai dampak bagi ibu, anak-anak yang
dilahirkan, anak-anak yang lain, ayah serta seluruh keluarga.
a. Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran
1. Memperbaiki kesehatan tubuh karena kehamilan yang berulang kali dalam jangka
waktu yang rerlafan pendek dapat dicegah.
2. Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirat dan menikmati waktu luang
serta melakukan kegiatan lainnya.
b) Untuk anak-anak yang dilahirkan
1. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan
sehat.

18
2. Sesudah lahir anak mendapat perhatian, permeliharaan dan makanan yang cukup
karena kehadiran anak rersebut memang diinginkan dan direncanakan.
c) Untuk anak-anak yang lain
1. Memberi kesemparan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena
setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam
keluarga.
2. Perkembangan mental dan sosial lebih sempurna karena pemeliharaan yang
lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap
anak.
3. Mendapat perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber
pendapatan keluarga tidak habis hanya untuk mem pertahankan hidup.
d) Untuk ayah
Memberi kesempatan bagi ayah agar dapat memperbaiki kesehatan fisik dan
memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berku- rang serta lebih
banyak waktu terluang untuk keluarganya.
e) Untuk seluruh keluarga
Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan
seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak
untuk memperoleh pendidikan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah disampaikan mengenai masa nifas, dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Program gerakan KB di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa di mana pada saat ini pemerintah sedang melakukan
pembangunan di segala bidang, termasuk untuk mengatasi berbagai masalah
kependudukan seperti pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk
yang tidak merata dan kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah.
b. Adapun strategi pendekatan yang dilakukan dalam program pelayanan kb meliputi:
Pendekatan Kemasyarakatan (community approach), Pendekatan koordinasi aktif
(active coordinative approach), Pendekatan integrative (integrative approach),
Pendekatan kualitas (quality approach), Pendekatan kemandirian (self rellant
approach), Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach).
c. Dalam pelayanan KB juga ada cara operasinal programnya yang meliputi:
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), Pelayanan kontrasepsi dan
pengayoman peserta KB, Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah dan
Pendidikan KB.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kebidanan maka diharapkan teman-teman bisa belajar lebih
giat lagi agar nantinya bisa menjadi seorang bidan profesional yang mempunyai
kompetensi dan skill yang baik selain itu perlu di ingat apabila nantinya telah menjadi
seorang bidan maka mari kita bersama-sama mensukseskan program keluarga
berencana ini demi mencapai suatu negara Indonesia yang lebih sehat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Moertiningsih, Lalu Burhan, Nizam Yunus. 2010. 100 Tahun Demografi
Indonesia: Mengubah Nasib Menjadi Harapan. Jakarta: BKKBN & LDFEUI

Ritonga, Abdurrahman. 2001. Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Fakultas


Ekonomi & Universitas Indonesia

Ricklefs, M C. 2008. Sejearah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi

Surjaningrat, Soewardjono. 2008. Mengabdi Tugas Kemanusiaan. Jakarta: BKKBN

Varney, Hellen. 2004. Varney’s Midwifery 3rd. Bandung: Sekeloa Publisher

Yuhedi , Lucky Taufika & Titik, Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB.
Jakarta: EGC

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV Muliasari

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihanna

21

Anda mungkin juga menyukai