Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan


oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam. Pada
hakikatnya korosi adalah suatu reaksi dimana suatu logam dioksidasi sebagai
akibat dari serangan kimia oleh lingkungan (uap air,oksigen di atmosfer, oksida
asam yang terlarut dalam air).
Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat
di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki.
Karat logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah
lingkungan laut jauh lebih korosif jika dibandingkan dengan daratan.
Korosi pada air laut sangat rumit karena banyak faktor lingkungan berperan,
seperti temperatur, kadar garam, oksigen yang larut, pH, gaya pukulan ombak
dan arus, serta pencemaran biologi. Korosi air laut juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang berkaitan dengan logam.

1.2 Rumusan masalah

 Apakah yang dimaksud dengan korosi?


 Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya proses korosi?
 Apa saja Jenis-jenis korosi?
 Bagaimana proses terjadinya korosi pada besi?
 Bagaimana mencegah terjadinya korosi?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui pengertian dari korosi


 Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab korosi
 Untuk mengetahui jenis-jenis korosi
 Untuk mengetahui proses terjadinya korosi pada besi
 Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya korosi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian

Korosi atau Perkaratan berasal dari bahasa latin ”Corrodere” yang berarti
perusakan logam. Adapun definisi korosi sebagai berikut.

 Korosi adalah proses degradasi atau deteorisasi perusakan material yang


terjadi disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.

 Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan mekanis.

 Korosi adalah Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.

 Korosi adalah proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan


thermodinamika suatu sistem.

 Korosi adalah reaksi antara logam dengan lingkungannya.

Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan


oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam. Pada
hakikatnya korosi adalah suatu reaksi dimana suatu logam dioksidasi sebagai
akibat dari serangan kimia oleh lingkungan (uap air,oksigen di atmosfer, oksida
asam yang terlarut dalam air).

Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai


zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. .
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi,
logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat
logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-mera

Korosi adalah suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun secara


langsung bukan merupakan produk teknik. Adanya studi tentang korosi adalah
usaha untuk mencegah dan mengendalikan kerusakan supaya serangannya
serendah mungkin dan dapat melampaui nilai ekonomisnya, atau umur tahannya
material lebih lama untuk bisa dimanfaatkan. Caranya dengan
usaha prefentif atau pencegahan dini untuk menghambat korosi. Dan hal ini lebih
baik dari pada harus mengeluarkan biaya perbaikan yang tidak sedikit akibat
serangan korosi.

2. Jenis-jenis Korosi

Jenis-jenis korosi yang umum ditemukan pada korosi logam di


lingkungan laut, yaitu;

 Korosi merata (uniform attack)

Yaitu korosi yang terjadi pada pada permukaan logam yang berbentuk
pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam
berkurang sebagai akibat permukaan terkonvensi oleh produk karat yang
biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka, misalnya permukaan luar
pipa.

Bentuk korosi ini adalah sangat umum dan dicirikan oleh baja yang
berkarat dilingkungan udara. Disebut merata karena semua permukaan metal
terexpose diserang dengan laju yang kurang lebih sama, tetapi metal yang
hilang jarang sekali betul-betul merata. Menurut teori electrochemical
mixed potential, proses anodic dan katodik terdistribusi merata pada seluruh
permukaan metal. Dengan demikian agar bentuk korosi ini terjadi, diperlukan
sistem korosi yang menunjukkan keseragaman (homogenitas) baik pada metal,
media (perbedaan konsentrasi) dan faktor-faktor korosi lainnya.
Pada korosi tipe ini, laju korosi dapat dinyatakan dalam bentuk kehilangan ke
tebalan metal menurut waktu misalnya mm/tahun atau mikrometer/tahun.
Biasanya laju korosi hanya dinyatakan pada satu muka saja, dan bila kedua
metal terserang korosi, total kehilangan ketebalan metal menjadi dua kali.

 Korosi setempat (local corrosion)

Dalam beberapa hal perbedaan antara korosi merata dan korosi setempat
tidak begitu tajam, sungguhpun demikian adalah mungkin untuk memberikan
beberapa bentuk korosi, mulai dari korosi merata sampai korosi yang
menghasilkan sumuran dalam, korosi setempat sulit diduga.

 Korosi galvanik (galvanik corrosion)


Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda
secara listrik berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan
korosif yang sama. Dalam kasus demikian, logam yang berpotensial paling
negatif (dalam keadaan tidak berhubungan) atau terkorosi, sebaliknya logam
lain (logam mulia dengan potensial korosi tinggi akan kurang terkorosi). Korosi
galvanik cenderung terlokalisir, kearah pembentukan sumuran, dan dalam
sistem pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Dia merupakan masalah
perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan
pemakaian lebih dari satu macam metal.

Bila berbagai macam paduan digunakan dalam perencanaan dapat


diharapkan akan terjadi masalah-masalah dan masalah tersebut lebih kritis
pada lingkungan laut. Oleh karena itu harus diusahakan pemakaian paduan
logam yang berbeda-beda, haruslah jangan sampai menimbulkan masalah
korosi.

 Korosi sumuran (pitting)

Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari


permukaan metal, terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur
lebih besar dari diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi
sumuran,sangat kompleks dan sulit diduga, sungguhpun demikian ada situasi
tertentu dimana korosi sumuran dapat diantisipasi:

 Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup,
terutama air laut, akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan
baja hingga pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda
besar.

 Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan
korosinya seperti stainless steel, setiap rusaknya (pecah) lapis pasif,
cenderung pembetukan korosi sumuran.

 Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk didalam air mengandung


chloride, oleh karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan laut.

 Korosi erosi
Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi
mekanis misalnya erosi (pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya
tetap elektrokimia sifatnya. Immpingement attack dan cavitation adalah
bentuk extrem dari tipe korosi ini. Korosi erosi cenderung mengarah pada
penghilangan lapis protektif dari permukaan metal oleh aksi partikel abrasive
yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi membesar dengan
membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya
korosi lembaran baja yang terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi
abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini
lapis protektif di hilangkan.

 Impingement attack

Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa


dengan kecepatan cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi
pada sistem pipa dimana perubahan arah tiba-tiba dari aliran pada
lengkungan dapat mengakibatkan kerusakan setempat, bagian lain dari pipa
tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap situasi dimana
ada impingement (timpa bentur,tekan) air yang biasanya mengandung
gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.

 Perusakan cavitasi

Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya


gelembung di dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan
tinggi dan perubahan tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi.
Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air
bergejolak (boil) dan terbentuk dari partial vacumm. Bila air kembali ke
tekanan normal, cavity pecah, dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah
pada perusakan permukaan paduan logam.

 Korosi celah (crevice corrosion)

Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan


dengan bagian dalam celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya
korosi celah timbul dari formasi differensial aeration cell, dimana metal yang
terexpose di luar crivice lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus
katodic yang besar bekerja pada daerah anodic yang kecil menghasilkan
serangan korosi lokal yang intensif.

3. Faktor-faktor Penyebab Korosi

Korosi pada air laut sangat rumit karena banyak faktor lingkungan
berperan, seperti temperatur, kadar garam, oksigen yang larut, pH, gaya
pukulan ombak dan arus, serta pencemaran biologi. Korosi air laut juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan logam

a. Oksigen
Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung
reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai
contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam
besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar
secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan
perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C).
Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode.
Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air
sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada
peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami
kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi
pada permukaan logam tersebut.

b. Larutan Garam

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk


melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih
mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak
mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan
dan air laut merupakan korosi yang utama.

Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell
selain itu dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek
/ celah), korosi, dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat
tahan karat). Larutan ini biasanya ditemukan pada campuran minyak-air
dalam konsentrasi yang tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses
ini disebabkan oleh kenaikan konduktivitas larutan garam dimana larutan
garam lebih konduktif sehingga menyebabkan laju korosi juga akan lebih
tinggi. Sedangkan pada kondisi kelautan garam dapat mempercepat laju
korosi logam karena larutan garamnya lebih konduktif, sama halnya dengan
kecepatan alir dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi,
akibatnya terjadi gesekan, tegangan dan temperatur yang mendukung
terjadinya korosi.

c. Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa


korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat
terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur
maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan
demikian laju korosi pada logam semakin meningkat

d. Kontak dengan Elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat


mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan.
Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran
elektron sehingga korosi meningkat.

e. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7
semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung
pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak
atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam
semakin besar.

f. Metalurgi
 Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan
logam yang kasar cenderung mengalami korosi
 Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur
lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek
Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan
logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda
dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini
memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi
pada daerah anode

g. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan
peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut
mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi
bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi,
antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat,
dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus
ferroxidans

4. Proses Korosi pada Besi


Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektro kimia (redoks). Pada
permukaan besi (Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang
disebabkan oleh dua hal:

 Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi


Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi
oksigen terlarut. Pada bagian pinggir mengandung lebih oksigen terlarut,
sehingga di bagian ini bertindak sebagai katoda (reaksi reduksi). Pada
bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini
bertindak sebagai anoda (reaksi oksidasi).
Fe → Fe2+ + 2e-
Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi
Fe3+ / besi (111) dalam senyawa besi (111) oksida terhidrat. Dengan adanya
garam (oksida asam) atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi
perkaratan.
 Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai EO red lebih
besar dari besi.
Karena E0red besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan
teroksidasi (anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau
menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan perkaratan besi adalah
sebagai berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni
oksida-kosida berikut akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

Reaksi setengah redoksnya :


Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : Fe →Fe2+ + 2e- = + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi di atas berlangsung spontan. Besi (11) itu seterusnya dioksidasi oleh
oksigen membentuk karat besi atau oksida besi (111) terhidrasi. Reaksinya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : 2 Fe2+ → 2Fe3+ + 2e = - 0,77 volt
2 Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O = + 0,46 volt

Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :


2 Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+
yang dihasilkan dapat mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di
alam akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+ atau Fe3+ . Sedangkan ion OH
akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion
H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang di
kenal dengan hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai
hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O). Zat ini dapat bertindak
sebagai autokatalis pada proses perkaratan.Yaitu karat yang dapat
mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam
yang mempunyai potensial elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi.
Logam mulia, logam yang mempunyai potensial elektroda positif, sukar
mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret potensial bukan satu-
satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga
menentukan ialah lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan seng mudah
dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk
pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi
selanjutnya.Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang
kurang sempurna di udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif.
Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan lapisan tipis yang
berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi

5. Cara Mencegah Terjadinya Korosi


Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya mencegah
terjadinya korosi, yaitu:

a. Cara pelapisan (coating)

Pelapisan adalah cara umum dan paling banyak di terapkan dalam


istilah tonase baja, untuk mengendalikan korosi, untuk melindungi/isolasi
paduan logam dari lingkungan yang korosif. Akan tetapi dalam prakteknya
timbul banyak problem dan biasanya kurang perhatian tentang masalah itu.
Tersedia banyak sekali macam pelapis dan yang paling umum adalah cat.
Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak
dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan
lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
Kontak antara besi dengan oksigen dan air dapat dicegah dengan
melapisi besi dengan cat atau dengan logam lain. Hal ini dikarenakan jika
besi dilapisi dengan cat atau logam lain yang lebih sukar teroksidasi (logam
yang mempunyai Enol lebih besar). Yang akan bereaksi dengan udara adalah
lapisan luarnya saja sehingga logam tersebut bisa dilindungi oleh logam
tersebut.
Jika logam seperti seng dan timah mengalami korosi, senyawa yang
terbentuk akan melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Seng,
Zn dan timah dapat digunakan sebagai logam pelapis untuk melindungi besi
dan korosi. Namun perlu diperhatikan potensial elektrode standar seng dan
timah terhadap besi.
Fe2+ (aq) + 2e → Fe(s) EO = - 0,44 volt
Zn2+ (aq) + 2e → Zn(s) EO =- 0,76 volt
Sn2+ (aq) + 2e → Sn(s) EO =- 0,14 volt
Seng lebih mudah di oksidasi daripada besi. Jika besi dilapisi
dengan seng, besi tidak akan berkarat walaupun lapisan seng tersebut
berlubang sekalipun. Besi lebih mudah dioksidasi daripada timah. Jika besi
dilapisi dengan timah, besi tidak akan berkarat.

b. Cara proteksi katodik (katode pelindung)


Cara ini digunakan terutama untuk logam besi yang di tanam di
dalam tanah. Prinsipnya adalah logam besi di hubungkan denga logam lain
yang bertindak sebagai anode dan besi sebagai katode. Jadi, logam yang
digunakan untuk melindungi besi harus yang lebih mudah teroksidasi
daripada logam besi, yaitu memiliki potensial reduksi yang lebih negatif
daripada besi. Umumnya digunakan logam Magnesium (Mg). Logam alkali
tidak dapat di gunakan karena reaktif.Logam alumunium(Al) dan seng (Zn)
tidak dapat digunakan karena oksida logam tersebut (Al2O3 atau ZnO) akan
menghambat proses oksidasi berikutnya dengan cara menutupi permukaan
logam.
Pipa besi misalnya untuk air atau minyak yang ditanam di dalam
tanah harus dilindungi. Untuk mencegah korosi pada pipa-pipa ini batang
logam yang lebih aktif, seperti batang Magnesium (Mg) atau seng (Zn)
ditanam di dekat pipa dan di hubungkan dengan kawat, batang magnesium
akan mengalami oksidasi dan Mg yang rusak dapat diganti dalam jangka
waktu tertentu sehingga dengan demikian pipa yang terbuat dari besi itu
terlindung dari korosi. Korosi besi ini juga dapat dicegah dengan
menghubungkan besi tersebut dengan kutub negatif sumber listrik.
Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi
komponen baja jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja
yang berada dalam lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian
tersebut relatif sulit dilakukan teknik penanggulangan korosi dengan teknik
yang lebih murah yaitu pengecatan.
Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian
tiang pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam
menjadi ion logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena
kualitas baja atau kondisi lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi
katodik, terjadinya kerusakan baja akibat aliran elektron dari anoda ke
katoda ditanggulangi dengan memberikan pasokan elektron secukupnya pada
seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan kata lain menjadikan
seluruh struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan elektron.
Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam dua
cara, yaitu:
a) Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron
dilakukan dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan
katoda pada suatu sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus
searah dari luar, misalnya Transformer Rectifier, DC Generator, dan
lain-lain. Arus listrik pada sistem ini dialirkan ke permukaan logam yang
diproteksi melalui anoda pembantu, misalnya Anoda Graphite, Baja,
Platina, dan Besi Tuang. Keuntungan besar dari metoda arus terpasang
adalah bahwa sistem ini dapat menggunakan anoda inert atau anoda yang
tahan karat seperti platina dan karbon.
b) Metoda anoda korban (sucricifial anoda) yaitu pasokan elektron dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan logam lain
sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini
terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke
tiang pancang pipa baja yang potensialnya lebih tinggi.
Dengan demikian maka tiang pancang pipa baja akan terlindung dari
korosi namun sebagai konsekwensinya logam anoda dalam waktu tertentu
akan rusak/habis dan selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui.
Mengganti anoda lebih ringan secara teknik maupun ekonomis dibanding
mengganti tiang pancang pipa baja.

c. Perancangan
Dari segi korosi, perancangan dianggap berkaitan dengan perencanaan
yang baik dan pembangunan proyek. Ia meliputi pemilihan material dan
pemilihan cara pengendaliannya dalam batas perancangan keseluruhan.
Perencanaan dan perancangan cara pengendalian korosi adalah merupakan
pemecahan masalah yang baik terhadap persoalan-persoalan yang di hadapi.
d. Anoda karbon
Cara lain untuk mencegah korosi besi adalah dengan menggunakan anoda
karbon. Dengan membandingkan potensial reduksi standar besi dan
magnesium.
Fe2+ + 2e → Fe(s) EO = -0,41 volt
Mg2+ + 2e → Mg(s) EO =-2,39 volt
Terlihat bahwa Mg2+ lebih sulit direduksi dibandingkan dengan Fe2+
atau sebaliknya, Mg(s) lebih mudah dioksidasi daripada Fe(s). Sepotong Mg
yang terhubung dengan besi akan lebih cenderung dioksidasi dibandingkan
dengan besi, dan sekali terpakai oleh oksidasi harus diganti. Metode ini
biasanya digunakan untuk melindungi lambung kapal, jembatan, dan pompa
air besi dari korosi. Pelat magnesium dihubungkan dengan interval yang
teratur sepanjang potongan pipa yang terkubur, dan ini jauh lebih mudah
untuk menggantikannya secara periodik dari pada mengganti keseluruhan
pipa.

e. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk


Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan
gemuk mencegah kontak dengan air.

f. Pembalutan dengan Plastik


Berbagai macam barang misalnya rak piring dan keranjang sepeda
dibalut dengan plastik. Plastic mencegah kontak dengan udara dan air.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

 Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan


oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam.
 Jenis-jenis korosi yang umum ditemukan pada korosi logam dilingkungan
laut antara lain korosi merata, korosi setempat, korosi setempat, korosi
galvanic, korosi sumuran, korosi celah, korosi erosi, impingement attack,
perusakan cavitasi.
 Factor yang menyebabkan timbulnya percepatan korosi antara lain : uap
air, oksigen, larutan garam, permukaan logam yang tidak rata.
 Proses perkaratan pada besi adalah reaksi elektro kimia ( redoks ) yaitu:
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : Fe →Fe2+ + 2e- = + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
 Cara pencegahan korosi antara lain dengan cara pelapisan,cara pelapisan
katodik, perancangan, anoda karbon, pelumuran dengan oli atau gemuk,
pembalutan dengan plastik.

Anda mungkin juga menyukai