Anda di halaman 1dari 10

PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DAN TIGA VARIABEL

KELOMPOK 1

BOBY RINALDI (F1C217022)

AGIT RANI FRICILIA TARIGAN (F1C217012)

YUNUS IMAN KATABA (F1C217020)

LUIDA DEBORA (F1C217028)

PANJI JIBLATHAR (F1C217031)


(1) Sistem Persamaan Linier dua Variabel

Salah satu diantara penggunaan invers matriks adalah untuk menyelesaikan


sistim persamaan linier. Tentu saja teknik penyelesaiannya dengan aturan persamaan matriks, yaitu :

Selain dengan persamaan matriks, teknik menyelesaikan sistem persamaan linier juga dapat dilakukan
dengan determinan matriks. Aturan dengan cara ini adalah :

Untuk lebih jelaxnya, ikutilah contoh soal berikut ini:

02. Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan 2x – 3y = 8 dan x + 2y = –3 dengan metoda:


(a) Invers matriks (b) Determinan

Jawab

(a) Dengan metoda invers matriks diperoleh


(b) Dengan metoda determinan matriks diperoleh

(2) Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel.

Sepeti halnya pada sistem persamaan linier dua variabel, menyelesaikan sistem persamaan linier tiga
variabel dengan matriks juga terdiri dari dua cara, yakni dengan menggunakan determinan matriks dan
dengan menggunakan aturan invers perkalian matriks. Berikut ini akan diuraikan masing masing cara
tersebut.

Aturan menyelesaikan sistem persamaan linier menggunakan determinan matriks adalah dengan
menentukan terlebih dahulu matriks koefisien dari sistem persamaan itu.

Selanjutnya ditentukan empat nilai determinan sebagai berikut:


(1) D yakni determinan matriks koefisien
(2) Dx yakni determinan matriks koefisien dengan koefisien x diganti konstanta
(3) Dy yakni determinan matriks koefisien dengan koefisien y diganti konstanta
(4) Dz yakni determinan matriks koefisien dengan koefisien z diganti konstanta
Rumus masing-masingnya adalah sebagai berikut:

Untuk lebih jelasnya, ikutilah contoh soal berikut ini:


01. Tentukanlah himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dibawah ini dengan menggunakan
metoda determinan
2x – 3y + 2z = –3
x + 2y + z = 2
2x – y + 3z = 1

Jawab

D = (2)(2)(3) + (–3)(1)(2) + (2)(1)(–1) – (2)(2)(2) – (2)(1)(–1) – (–3)(1)(3)


D = 12 – 6 – 2 – 8 + 2 + 9
D=7

Dx = (–3)(2)(3) + (–3)(1)(1) + (2)(2)(–1) – (2)(2)(1) – (–3)(1)(–1) – (–3)(2)(3)


Dx = –18 – 3 – 4 – 4 – 3 + 18
Dx = –14
Dy = (2)(2)(3) + (–3)(1)(2) + (2)(1)(1) – (2)(2)(2) – (2)(1)(1) – (–3)(1)(3)
Dy = 12 – 6 + 2 – 8 – 2 + 9
Dy = 7

Dz = (2)(2)(1) + (–3)(2)(2) + (–3)(1)(–1) – (–3)(2)(2) – (2)(2)(–1) – (–3)(1)(1)


Dz = 4 – 12 + 3 + 12 + 4 + 3
Dz = 14

Untuk menentukan solusi dari SPL dilakukan dengan cara membentuk matrik yang diperluas/diperbesar
dari SPL dan melakukan Operasi Baris Elementer (OBE) pada matriks yang diperbesar tersebut. OBE ini
didapatkan dalam suatu tahapan dengan menerapkan ketiga tipe operasi berikut untuk menghilangkan
bilangan-bilangan tak diketahui secara sistematik.

1. Kalikan persamaan dengan konstanta yang tak sama dengan nol.


2. Pertukarkan dua persamaan tersebut.
3. Tambahkan kelipatan dari satu persamaan bagi yang lainnya.

Karena baris (garis horisontal) dalam matriks yang diperbesar beresuaian dengan persamaan dalam sistem
yang diasosiasikan dengan baris tersebut, maka ketiga operasi ini bersesuaian dengan operasi berikut pada
baris matriks yang diperbesar.

1. Kalikanlah sebuah baris dengan sebuah konstanta yang taksama dengan nol.
2. Pertukarkanlah dua baris tersebut.
3. Tambahkanlah perkalian dari satu baris pada baris yang lainnya.

Operasi-operasi ini dinamakan Operasi Baris Elementer (OBE).

Sifat-sifat matriks yang berbentuk eselon baris (row-echelon form) dan eselon baris tereduksi (reduced
row-echelon form) :
1. Jika baris tidak terdiri seluruhnya dari nol, maka bilangan taknol pertama dalam baris tersebut
adalah 1. (kita namakan ini 1 utama).
2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka semua baris seperti itu dikelompokkan
berama-sama dibawah matriks.
3. Dalam sebarang dua baris yang berurutan yang seluruhnya tidak terdiri dari nol, maka 1 utama
dalam baris yang lebih rendah terdapat lebih jauh kekanan dari 1 utama dalam baris yang lebih
tinggi.
4. Masing-masing kolom yang mengandung 1 utama mempunyai nol di tempat lain.

Dikatakan matriks berada dalam bentuk eselon baris jika memiliki sifat 1, 2, dan 3. Prosedur untuk
mereduksi menjadi eselon baris tereduksi disebut Eliminasi Gauss-Jordan. Jika memiliki keempat sifat
tersebut, maka matriks tersebut berada dalam bentuk eselon baris tereduksi dan prosedurnya disebut
Eliminasi Gauss.

Contoh 1 :

Carilah solusi dari persamaan dibawah ini dengan menggunakan OBE.

Penyelesaian :

Ubah persamaan tersebut kedalam bentuk matriks yang diperbesar

kemudian gunakan OBE :

1. baris kedua : B2 + (-2)B1,

baris ketiga : B3 + (-3)B1,

2. baris kedua : B2 x (1/2),

3. baris ketiga : B3 + (-3)B2,

4. baris ketiga : B3 x 2,

pada matriks terakhir ini dinamakan matriks berada dalam bentuk eselon baris. Dari matriks eselon baris
ini dapat ditulis kedalam bentuk persamaan yang bersesuaian dengan matriks tersebut.
sehingga dengan mensubstitusikan kedalam persamaan kedua, diperoleh

. Setelah itu substisikan dan kepersamaan pertama, diperoleh $latex x +


2 + 2(3) = 9 \Rightarrow x = 1$.

Jadi, solusi dari persamaan diatas adalah , dan .

Kita juga bisa mencari solusi persamaan tersebut dengan cara mengubah matriks tersebut sampai dalam
bentuk matriks eselon baris tereduksi, hasil akhirnya akan sama. Misal matriks eselon baris tersebut kita
ubah kedalam eselon baris tereduksi.

1. baris kedua : B2 + (-7/2)B3,

baris pertama : B1 + (-2B3),

2. baris pertama : B1 – B2,

Dari matriks eselon baris tereduksi diatas diperoleh , dan .

2. Pemakaian Operasi Baris Elemeter

A. Pertukaran Baris

Pertukaran Baris merupakan operasi dimana kita menukar suatu baris dengan baris lainnya pada suatu
matriks yang sama.

ket: b1(baris 1) bertukar dengan b2(baris 2)


B. Perkalian Suatu Baris Dengan Konstanta Tidak Nol
Perkalian dengan bilangan real bukan nol, seperti yang di indikasikan oleh namanya, operasi dilakukan
dengan mengalikan suatu baris dalam matriks dengan konstanta bilangan real bukan nol.

ket: b1(baris 1) di kali dengan 1/4

C. Penjumlahan Hasil Perkalian Suatu Baris Dengan Konstanta Tidak Nol Dengan Baris Yang
Lain

Penjumlahan suatu baris dengan baris yang lain, artinya kita mengoperasikan suatu baris terhadap baris
lainnya dalam suatu matriks.

ket: b3(baris 3) ditambah 3 kali b1(baris 1)

3. Definisi Penting

1. Baris pertama dan ke-2 dinamakan baris tak nol, karena pada kedua baris tersebut memuat unsur
tak nol.
2. Bilangan ! pada baris pertama dan bilang 3 pada baris ke-2 dinamakan unsur pertama tak nol pada
baris masing-masing.
3. Bilangan 1 (pada baris pertama kolom pertama) dinamakan satu utama.
4. Baris ketiga dinamakan baris nol, karena setiap unsur pada baris ketiga adalah nol.

4. Sifat Matriks Hasil OBE


1. Pada baris pertama tidak nol maka unsur tidak nol pertama adalah (dinamakan utama)
2. Pada baris yang berurutan, baris yang lebih rendah memuat 1 utama yang lebih ke kanan
3. Jika ada baris nol (baris yang semua unsurnya nol), maka ia diletakan pada baris paling bawah
4. Pada kolom yang memuat unsur utama, maka entri yang berada diatas dan dibawahnya
sedemikian rupa diupayakan menjadi nol

CATATAN :

 Matriks hasil OBE dinamakan eselon baris jika dipenuhi sifat 1,2 dan 3 (Proses Eliminasi Gauss)
 Matriks hasil OBE dinamakan eselon baris tereduksi jika dipenuhi semua sifat (Proses Eliminasi
Gauss-Jordan)
5. Contoh Soal

 Eliminasi Gauss

Eliminasi Gauss-Jordan

Anda mungkin juga menyukai