Anda di halaman 1dari 9

Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 155

MODUL VI (B 3)
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA DENGAN ISOLASI SOSIAL

Respons perilaku masyarakat akibat tsunami dan gempa sangat bervariasi sesuai
dengan kondisi masing-masing. Salah satu respons perilaku yang muncul adalah
isolasi sosial yang merupakan salah satu gejala negatif pasien dengan psikotik atau
skizofrenia.

Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien dewasa dengan
masalah keperawatan isolasi sosial. Saudara dapat mempelajari isi modul ini,
mengerjakan latihan sesuai dengan panduan yang diberikan, sehingga Saudara siap
menangani pasien gangguan jiwa dengan gejala isolasi sosial yang ada di wilayah
binaan Saudara. Selamat mempelajari modul ini.

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Saudara mampu:


1. Melakukan pengkajian pada pasien isolasi sosial
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien isolasi sosial
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan isolasi sosial
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien isolasi sosial
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien isolasi
sosial
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan isolasi sosial

B. Pengkajian Pasien Isolasi sosial

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.

Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
 Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
 Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Pasien merasa tidak berguna
 Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara


untuk mendapatkan data subyektif:
 Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
 Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 156

 Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
 Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
 Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
 Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
 Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
 Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?

Latihan 1: Melakukan Pengkajian Pasien Isolasi sosial

Orientasi:
“Assalammualaiukum Bpk/Ibu ……! Saya ... perawat dari Puskesmas ... Nama
Bpk/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu......hari ini?”
“Baiklah, sekarang kita mau diskusikan tentang bagaimana hubungan Bpk/Ibu
dengan orang di sekitar sini. Berapa lama kita mau berdiskusi? Mau di mana?”
Kerja:
“Dengan siapa Bpk/Ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat?”
“Apa yang membuat Bpk/Ibu tidak dekat dengan orang lain?”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bpk/Ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana
dengan teman-teman yang lain?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang
lain?”
“Apa yang menghambat Bpk/Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
orang lain?”
Terminasi:
“Baiklah, bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Jadi apa saja tadi yang membuat Bpk/Ibu tidak senang bercakap-cakap dengan
orang lain?” (Perawat merangkum beberapa alasan pasien tidak mau berinteraksi
dengan orang lain melalui percakapan yang telah dilakukan)
“Coba dalam dua hari ini Bpk/Ibu mengingat lagi hal-hal apa yang membuat tidak
ingin bercakap-cakap dengan orang lain ”
“Dua hari lagi saya akan kemari, jam ……, kita akan bercakap-cakap tentang
keuntungan bercakap-cakap dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul.”
“Wassalammualaikum Bpk/Ibu!”

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
 Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
 Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
 Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
 Kontak mata kurang

Latihan 2: Dokumentasi data pasien yang terkait isolasi sosial. Berikut ini adalah
contoh:

Ny D, 35 th, sudah 3 tahun mengalami gangguan jiwa. Setiap hari pasien hanya
diam di dalam kamar, tidak pernah keluar. Pasien mengatakan malu jika keluar
rumah, rasanya semua orang mentertawakan dirinya, sehingga sejak 3 tahun terakhir
tidak pernah ikut kegiatan social di lingkungannya
Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 157

C. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

D. Tindakan Keperawatan

1.Tindakan keperawatan untuk pasien.


a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain

b. Tindakan

1) Membina Hubungan Saling Percaya

Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya,


adalah :
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan
yang Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
 Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial


kadang-kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan
sering, karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain.
Untuk itu Saudara sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik
kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila
pasien sudah percaya dengan Saudara program asuhan keperawatan lebih
mungkin dilaksanakan.

Latihan 3: Membina Hubungan Saling Percaya (merupakan bagian orientasi dari


tiap percakapan).

“Assalammualaikum Pak/Bu!”
“Saya Pak ……….., Saya senang dipanggil Pak …………, Saya perawat Puskesmas
……… yang akan merawat Bpk/Ibu.”
“Siapa nama Bpk/Ibu?”
“Senang dipanggil siapa?”
Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 158

“Apa keluhan Bpk/Ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluhan Bpk/Ibu? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Mau berapa lama, Pak/Bu? Bagaimana kalau setengah jam?”

2) Membantu Pasien Menyadari Perilaku Isolasi Sosial

Mungkin perilaku isolasi sosial yang pasien alami dianggap sebagai


perilaku yang normal oleh pasien. Agar pasien menyadari bahwa perilaku
tersebut perlu diatasi maka hal yang pertama dilakukan adalah
menyadarkan pasien bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan perlu
diatasi. Berikut ini langkah-langkah tindakan keperawatan yang dapat
Saudara terapkan untuk menyadarkan pasien akan masalah isolasi
sosialnya:
 Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
 Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
 Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
 Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
 Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien

Latihan 4: Membantu Pasien Menyadari Masalah Isolasi sosial Pasien

Orientasi :
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! ”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Masih ada hal-hal yang membuat Bpk/Ibu
tidak ingin bercakap-cakap dengan orang lain ? ‘’
“Seperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang apa yang
menyebabkan Bpk/Ibu kurang suka bergaul, keuntungan bergaul dan kerugian bila
tidak bergaul dengan orang lain. Mau berapa lama Bpk/Ibu? Di sini saja ya
Bpk/Ibu?”
Kerja :
”Menurut Bpk/Ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Pak/Bu ? Ya, apa
lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak
punya teman ya. Kalau begitu inginkah Bpk/Ibu belajar bergaul dengan orang lain ?
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita tahu untungnya bergaul dan ruginya
tidak bergaul?”
”Iya, ada 3 keuntungannya (sebutkan!) dan ada 4 kerugian tidak bergaul”
”Coba nanti diingat-ingat lagi apa untungnya bergaul dan ruginya tidak bergaul. ”
”Nah, dua hari lagi saya akan datang, dan kita akan bicarakan cara bergaul dengan
orang lain.”
”Assalammualaikum..., sampai jumpa.
Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 159

3). Melatih Pasien Berinteraksi dengan Orang Lain Secara Bertahap

Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam


berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk
dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu Saudara dapat melatih pasien
berinteraksi secara bertahap. Mula-mula jalinlah hubungan yang betul-
betul saling percaya dengan pasien. Mungkin pasien hanya akan akrab
dengan Saudara pada awalnya, tetapi setelah itu Saudara harus
membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan orang-
orang di sekitarnya.

Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan


sebagai berikut:
 Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
 Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
 Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakukan di hadapan Saudara
 Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota
keluarga
 Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
 Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
 Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan interaksinya.

Latihan 5: Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap

Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan hari ini? Masih ada untungnya
bergaul dengan orang lain yang belum kita bicarakan? Bagaimana kerugiannya?
Masih ada? Bagus sekali.”
“Hari ini kita akan belajar tentang bagaimana memulai berhubungan dengan orang
lain. Kita akan belajar berapa lama? Mau di mana Bpk/Ibu?”
Kerja:
“Begini lho Pak/Bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai. Contoh: Nama Saya Pak Ahmad, senang
dipanggil Mamad.”
“Selanjutnya Bpk/Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Bapak/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
“Ayo Pak/Bu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Bpk/Ibu. Coba berkenalan
dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Bpk/Ibu berkenalan dengan orang tersebut Bpk/Ibu bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Bpk/Ibu bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 160

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan berkenalan ini?”
”Coba Bpk/Ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain!”
”Dalam seminggu ini, coba Bpk/Ibu bercakap-cakap dengan teman di sekitar ini
yang selama ini belum dikenal! Mau bercakap-cakap dengan berapa orang? Mari
kita buat jadwalnya!”
“Minggu depan saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang pengalaman
Bpk/Ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap
dengan topik tertentu. Waktunya seperti sekarang ini. Tempatnya di sini saja ya!”

2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi


sosial di rumah.

b. Tindakan: Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial

Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-
sama dengan pasien sepanjang hari.

Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah
meliputi:
1) Menjelaskan tentang:
 Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
 Penyebab isolasi sosial.
 Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya.
 Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat.
 Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
2) Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien
3) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara berkomunikasi
dengan pasien

Latihan 6: Pendidikan Kesehatan Keluarga

Orientasi:
“Selamat pagi Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Bagaimana keadaan
anak Bpk/Ibu sekarang?”
“Hari ini kita berdiskusi tentang masalah tidak mau bergaul dengan orang lain yang
dialami oleh anak Bpk/Ibu dan cara mengatasinya. Kita diskusi di sini saja ya?
Berapa lama Bpk/Ibu punya waktu? Bagaimana kalau satu jam?”

Kerja:
“Masalah yang dialami oleh anak Bpk/Ibu disebut isolasi sosial. Ini adalah salah
satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.”
“Apabila masalah ini tidak diatasi maka pasien bisa mengalami halusinasi, yaitu
mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 161

“Untuk menghadapi keadaan pasien yang demikian keluarga harus sabar. Pertama
keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan pasien yang caranya
adalah bersikap peduli dengan pasien dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu
memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela
kondisi pasien.”
”Seperti ini cara memberikan pujian : Bagus ... Bagus. Kamu sudah mampu bergaul
dengan teman-teman di sekitar rumah ini!”
Coba Bpk/Ibu peragakan ! Selanjutnya jangan biarkan pasien sendiri. Buat rencana
atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien. Misalnya sholat bersama, makan
bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”
“Bpk/Ibu juga harus menjaga supaya pasien terus minum obat sesuai program.
Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan (perawat atau
dokter puskesmas).”
“Apabila pasien tidak membaik dan sama sekali tidak bisa mengurus dirinya sendiri,
Bpk/Ibu bisa membawanya ke RSJ untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Sampai di sini ada yang mau ditanyakan?”

Terminasi:
“Baiklah karena waktunya habis. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita
bercakap-cakap?”
“Coba Bpk/Ibu ulangi lagi cara menangani pasien yang tidak mau bergaul!”
“Selanjutnya silakan Bpk/Ibu coba cara yang tadi kita bahas !”
“Minggu depan kita akan diskusi tentang pengalaman Bpk/Ibu mempraktekkan
latihan kita hari ini dan hal-hal lain yang perlu dilakukan. Saya akan datang jam
10.00 WIB ke mari.

E. Evaluasi

1. Evaluasi Kemampuan Pasien


 Pasien menjelaskan kebiasaan interaksi.
 Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain.
 Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
 Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
 Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
 Pasien bergaul/berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga.
 Pasien menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.
 Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
 Pasien menggunakan obat dengan patuh.

2. Evaluasi kemampuan Keluarga

 Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya.


 Keluarga menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi sosial.
 Keluarga membantu pasien berinteraksi dengan orang lain.
 Keluarga melibatkan pasien melakukan kegiatan di rumah tangga.
Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 162

F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan


yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.

1. Pedoman Pengkajian Isolasi sosial

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti bagi pasien:

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat:

c. Hambatan berhubungan dengan orang lain:

Masalah keperawatan:

2. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat:

CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

Nama Pasien:………………………………….
Nama Puskesmas: …………………………….
No RM:…………………………………
Tanggal: ……………………………………
Data:

Dx keperawatan:

Tindakan Keperawatan:

Evaluasi:
S:
O:
A:
P:

Tanda Tangan
Nama Perawat
Modul VI (B3) Askep Dewasa Isos 163

Contoh Dokumentasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat:

CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

Nama Pasien:Tn B
Nama Puskesmas: Puskesmas Kuta Baro
No RM:
Tanggal: 4 Agustus 2005

Data : Laki-laki, 27 tahun, belum kawin, sakit sejak 2 tahun terakhir. Sudah
pernah dirawat di RSJ setahun lalu. Setahun terakhir berobat jalan tetapi
tidak rutin. Kondisi saat ini: menyendiri di kamar, tak mau berinteraksi
dengan orang lain. Pasien mengatakan malas berhubungan dengan orang lain
karena merasa malu.

Dx keperawatan: Isolasi Sosial

Tindakan Keperawatan:
 Berkenalan dengan pasien
 Membuat kontrak asuhan dengan pasien dan keluarga
 Mendiskusikan penyebab isolasi social
 Mendiskusikan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan

Evaluasi:
S: Pasien mengatakan senang ada kunjungan perawat. Penyebab isolasi social karena
malu. Keuntungan banyak teman bias saling tolong menolong.
O: Tampak malu. Kontak mata kurang. Bicara tersendat dan pelan
A: Pasien bias percaya dengan perawat. Mampu mengidentifikasi penyebab isolasi
social dan keuntungan berhubungan.
P: Anjurkan pasien untuk lebih aktif berinteraksi. Lanjutkan interaksi untuk latihan
berinteraksi dengan orang lain

Tanda Tangan

Nama Perawat

Anda mungkin juga menyukai