HALAMAN JUDUL
Diajukan oleh :
Khoriyatul Muna
A1162012
Kepada
SEMARANG
Januari 2019
Usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah
Diajukan :
Khoriyatul Muna
A1162012
Mengetahui ,
Direktur
Tanggal : Tanggal :
ii
DAFTAR ISI
iii
2. Sampel ................................................................................................ 29
3. Teknik Sampling .................................................................................. 29
D. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................. 30
1. Variable Bebas .................................................................................... 30
2. Variable terikat..................................................................................... 30
3. Variable Terkendali .............................................................................. 30
E. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 30
1. Glukomanan ........................................................................................ 30
2. Gelling Agent ....................................................................................... 30
3. Ekstraksi .............................................................................................. 31
4. HPMC (Hydroxypropil methylcelulosa) ................................................ 31
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 31
1. Alat ...................................................................................................... 31
2. Bahan .................................................................................................. 32
G. Jalannya Penelitian ............................................................................. 32
1. Determinasi ......................................................................................... 32
2. Pembuatan tepung porang .................................................................. 32
3. Pemurnian tepung porang ................................................................... 32
4. Karakteristik Glukomanan .................................................................... 33
5. Formula Sediaan Gel ........................................................................... 33
6. Evaluasi sediaan gel ............................................................................ 34
7. Skema Kerja ........................................................................................ 37
H. Analisis Data ....................................................................................... 38
JADWAL PENELITIAN ...................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 40
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
INTISARI
vii
BAB I
PENDAHULUAN
banyak dan berlimpah. Sebagai contoh beras yang merupakan sumber makanan
pokok masyarakat Indonesia. Beras subgrade memiliki sifat fisik yang rendah
seperti biji tidak utuh (patah), warna yang kurang putih, banyak pengotor serta
menjadi nasi untuk makanan pokok sehari-hari. Tinggi rendahnya mutu beras
bergantung pada beberapa faktor yaitu spesies dan varietas, kondisi lingkungan,
Pemanfaatan umbi porang sampai saat ini yaitu diproses menjadi tepung porang.
memiliki kestabilan fisik paling optimal pada sediaan gel dibandingkan dengan
karbopol. HPMC mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba dan
penggunaan HPMC sebagai basis yang bersifat hidrofilik juga memiliki kelebihan
mendinginkan, tidak menyumbat pori-pori kulit, mudah dicuci dengan air, dan
pelepasan obatnya baik. Selain itu, HPMC juga mengembang terbatas dalam air
sehingga merupakan bahan pembentuk hidrogel yang baik. Hidrogel yang baik
1
2
sangat cocok digunakan sebagai basis sediaan topikal dengan fungsi kelenjar
sebaseus berlebih, dimana hal ini merupakan salah satu faktor penyebab jerawat
(Voigt, 1984).
Pada penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi dalam bentuk gel
yang dilakukan yaitu evaluasi sifat fisik gel. Kualitas sediaan gel dipengaruhi oleh
kandungan zat aktif gelling agent yang digunakan,maka dalam penelitian ini
11.(Rowe,dkk.,2009).
B. Perumusan Masalah
1. Apakah glukomanan dari umbi porang dapat digunakan sebagai gelling agent
C. Batasan Masalah
Madiun,Jawa Timur,Indonesia.
5. Gelling agent yang digunakan dalam formula yaitu glukomanan dan HPMC.
3
D. Keaslian Penelitian
telah melakukan penilitian pengaruh variasi basis Karbopol dan HPMC pada
formulasi gel ekstrak etanol daun tapak dara (Ipomoea pes-caprae (L.)R.Br. dan
uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Stapylococcus aureus hasil dari penelitian
homogenitas, daya lekat ,daya sebar , pH. Pada basis HPMC konsentrasi 1% dan
hasil penelitian tersebut konsentrasi basis HPMC 4,5% menunjukan hasil yang
optimum.
penelitian Formulasi dan optimasi gel HPMC dengan berbagai variasi konsentrasi
dengan HPMC terhadap karakteristik fisik yang baik belum pernah dilakukan.
4
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
2. Bagi Akademi
Hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat
F. Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
a. Sistematika Tanaman
Iles-iles adalah salah satu tanaman yang tergolong marga Amorphopallus dan
sebanyak 90 spesies dan yang paling banyak di jumpai di daerah tropis adalah
Division : Anthophyta
Class : Monocotyledoneae
Family : Araceae
Genus : Amorphophallus
5
6
kesehatan, hal ini terutama karena kandungan zat glukomanan. Umbi porang bisa
dibuat chips, Manfaat lain porang antara lain dipakai sebagai perekat atau lem,
campuran bahan baku industri, bahan dasar industri perfilman, hingga diolah
ditemukan tumbuh di hutan-hutan pulau Jawa. Di Negara Jepang umbi ini dikenal
Jawa Timur oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan di Desa Klangon,
Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Produksi umbi porang pada tahun 2005
di Desa Klangon mencapai 5.535 ton. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
produksi umbi porang di Kabupaten Madiun mencapai 7.314 ton dan meningkat
menjadi 8.803 ton pada tahun 2009 (Setiawati, Bahri, & Razak, 2017).
kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan
dapat digunakan sebagai thickener, film former, stabilizer dan juga dapat
Karbohidrat umbi iles-iles terdiri atas pati, mannan, serat kasar, gula bebas
serta poliosa lainnya. Komponen lain yang terdapat di dalam umbi ilesiles adalah
kalsium oksalat. Adanya kristal kalsium oksalat menyebabkan umbi terasa gatal.
2,0%, mannan 44%, poliosa lain 14,0% , serat kasar 8,0% , gula bebas 0%
(Ohtsuki,1968).
Mannan sulit dicerna dalam saluran pencernaan oleh karena itu mannan dapat
berperan sebagai “dietary fiber”. Tetapi jika dalam usus manusia mengandung
oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Jenis enzim yang dihasilkan
dari metabolisme sel yang sudah tidak digunakan lagi oleh tanaman. Kristal ini
tumbuhan. Endapan anorganik ini dalam tumbuhan sebagian besar tersusun atas
garam-garam kalsium dan anhidrat silika. Kristal kalsium oksalat selain terdapat
di dalam sel mannan juga terdapat di luar sel mannan. (Kaya, 2015)
(1981), umbi suweg mengandung mineral kalsium, fosfor dan besi dengan jumlah
d. Morfologi
Tumbuhan porang mempunyai batang tegak, lunak, halus berwarna hijau atau
hitam dengan bercak putih. Batang tunggal (sering disebut batang semu)
memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah menjadi tangkai
oleh satu tangkai daun yang bulat. Pada tangkai daun akan keluar beberapa umbi
batang sesuai musim tumbuh .Helaian daun memanjang dengan ukuran antara
60 - 200 cm dengan tulang-tulang daun yang kecil terlihat jelas pada permukaan
bawah daun. Panjang tangkai daun antara 40 - 180 cm dengan daun-daun yang
lebih tua berada pada pucuk di antara tiga segmen tangkai daun (Ganjari, 2014).
Tumbuhan ini mencapai tinggi ±1,5 meter, tergantung umur dan kesuburan
bagian terminal (terdiri atas batang pendek, spatha , dan gagang) yang
mengeluarkan bau busuk (Purwanto, 2014). Tangkai bunga polos, bentuk jorong
atau oval memanjang, berwarna merah muda pucat, kekuningan, atau cokelat
2014). Umbi porang terdiri atas dua macam, yaitu umbi batang yang berada di
dalam tanah dan umbi katak ( bulbil ) yang terdapat pada setiap pangkal cabang
atau tangkai daun. Bentuk umbi khas, yaitu bulat simetris dan di bagian tengah
membentuk cekungan. Jika umbi dibelah, bagian dalam umbi berwarna kuning
cerah dengan serat yang halus, karena itu sering disebut juga iles kuning .(Haryani
2. Glukomanan
a. Glukomanan
mannosa sebanyak 67% dan D-glukosa 33%. Sumber glukomanan adalah umbi
alami di daerah vegetasi sekunder di tepi-tepi hutan dan belukar, hutan jati, atau
hutan desa. Jenis tanah liat berpasir dengan pH 6 - 7,5 sangat cocok bagi porang,
mengembang yang besar, dapat membentuk gel, dapat membentuk lapisan tipis
dengan penambahan NaOH atau membentuk lapisan tipis yang kedap air dengan
gliserin serta mempunyai sifat mencair seperti agar sehingga dapat digunakan
glukomanan dalam industri banyak digunakan sebagai bahan baku kertas, tekstil,
perekat, dan bahan pembuat seluloid, bahan peledak, bahan makanan, kosmetik
mempunyai bobot molekul yang lebih kecil dan panjang ikatan yang pendek. Kadar
Bahan pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan yang
molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari polimer molekul yang akan memberikan sifat
penambahan NAOH ,dengan gliserin serta mempunyai sifat mencair seperti agar
asetilnya pada keadaan basa, dan glukomanan yang kehilangan gugus asetilnya
kemudian berkumpul satu dengan yang lain bergabung dengan ikatan hidrogen,
sehingga rantai glukomanan akan membentuk ikatan yang baru. Dengan cara
demikian, gugus asetil inilah yang pada akhirnya berperan utama untuk
deasetilasi dari rantai-rantai glukomanan. Hal tersebut telah diterima secara luas
b. Sifat Glukomanan
Glukomanan mempunyai sifat larut dalam air dan tidak larut dalam
Sifat merekat
Zat glukomanan dalam air mempunyai sifat merekat yang kuat dengan
Sifat mengembang
sifat tembus pandang. Film yang terbentuk dapat larut dalam air,asam lambung
dan cairan usus. Jika film dari tepung glukomanan dibuat dengan penambahan
Sifat mencair
Zat glukomanan mempunyai sifat mencair seperti agar dan dapat digunakan
3. Ekstraksi
cahaya,cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan
diluar sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari endapan yang diperoleh dipisahkan filtratnya (Depkes RI,1985).
trikloro asetat (TCA), namun demikian produk glukomanan yang dihasilkan sulit
Air dan pelarut organik yang bersifat water miscible (pelarut yang dapat
bercampur dengan air) dapat digunakan sebagai media untuk memurnikan tepung
porang. Pelarut yang bersifat water miscible tidak mengakibatkan tepung porang
mengembang, Pemilihan etanol sebagai pelarut antara lain karena etanol bersifat
volatil, tidak berwarna, dan merupakan pelarut organik yang tidak bersifat racun
Standart mutu tepung porang adalah kadar glukomanan yang tinggi, rendah
kadar oksalat, protein, pati, lemak, dan kompenen lainnya, serta memiliki warna
yang cerah dan viskositas yang tinggi. Semakin lama waktu kontak antara tepung
porang dengan etanol maka kadar kalsium oksalat akan semakin rendah.
perbedaan nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan lama kontak 4 jam. Hal
ini berkaitan dengan berat molekul kalsium oksalat yang lebih rendah (126,7 dalton
14
Fraksi kandungan kalsium oksalat yang relatif tinggi (9,56%). Adanya pengadukan
selama proses pencucian akan memudahkan kalsium oksalat yang memiliki berat
molekul rendah untuk terlepas dari permukaan granula glukomanan. Waktu kontak
yang semakin lama memungkinkan semakin banyak kalsium oksalat yang terlepas
terlarut juga semakin banyak. Semakin banyak jumlah pelarut semakin banyak
solute dalam pelarut dan padatan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan
kadar kalsium oksalat minimum (0,19 %) terdapat pada tepung porang dengan
tingkat pencucian terbanyak dan lama kontak tertinggi (Desi & Widjanarko, 2010)
berwarna kecoklatan (tidak putih) dan cenderung tidak murni serta masih
mengandung Kristal kalium oksalat yang memberikan rasa gatal. (Faridah dan
Widjanarko,2013).
porang dengan pencucian bertingkat menggunakan etanol 50% dan etanol 80%
4. Gel
a. Definisi
terbatas oleh sebuah jalinan jaringan tiga dimensi dari partikel-partikel atau
Gel harus memiliki kejernihan dan harus dapat memelihara viskositas di atas
rentang temperatur yang luas. Beberapa sistem gel penampilannya sejernih air,
mendispersi cahaya. Konsentrasi basis gel pada umumnya kurang dari 10%,
2002).
Sifat-sifat gel yang diharapkan dalam sediaan gel topikal antara lain: memiliki
sifat aliran tiksotropik, daya sebar baik, tidak berminyak, mudah dicuci, sebagai
meninggalkan noda, dapat bercampur dengan bahan tambahan lain, larut air atau
Kelebihan dari sediaan gel yaitu tidak berminyak dan tidak terlihat sehingga
lebih nyaman untuk pasien,dapat dibersihkan dengan mudah dari kulit, rambut,
dan pakaian,ada sensasi dingin akibat evaporasi sehingga mengurangi rasa nyeri
dan gatal. Kekurangan dari sediaan gel yaitu kemampuan hidrasi lebih rendah
alkohol, dapat menimbulkan rasa perih dan kulit menjadi kering. (Ofner dan Klech-
Gellote, 2007).
c. Komposisi Gel
a) Polimer Alami (Natural Polymers) Polimer alami ini bersifat anionik (bermuatan
negatif dalam larutan air atau disperse), walaupun sedikit seperti guar gum,
b) Polimer Akrilik Carbomer 934P merupakan nama resmi dari polimer akrilik
2. Humektan adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban
(Silje dkk., 2003). Gel sangat mudah mengering pada suhu kamar sehingga
hidroxy propil methyl celulosa (HPMC), dari gom alam seperti natrium alginat dan
ada juga yang berasal dari polimer sintetik seperti carbopol. Masing-masing
gelling agent dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan gel yang terbentuk
kedalam air maka akan mengembang. Kemudian terjadi proses hidrasi molekul
terjebak didalam struktur molekul kompleks tersebut dan akan membentuk masa
antar partikel menjadi kecil dan terbentuk ikatan silang antar molekul yang
jumlahnya makin lama makin banyak. Ikatan silang antar molekul akan
mengurangi mobilitas pelarut yang terbentuk massa gel. Ikatan yang terbentuk ini
akan merangkap zat aktif sehingga pada saat penggunaan dapat dilepaskan
Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan adalah turunan selulosa yaitu
memberikan kekuatan film yang baik bila mongering pada kulit (Rowe,dkk,2009).
18
atau serat berwarna putih atau putih-krem. HPMC larut dalam air
panas,klorofrom,etanol (95%) dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol, dan
(Rowe,R.C.,Paul,J.S.,dan Marian,2009).
larutan NAOH. Pemilihan gelling agent akan mempengaruhi sifat fisik gel. HPMC
stabil pada pH 3-11 gel yang dihasilkan jernih,netral,serta viskositasnya yang stabil
meski disimpan pada jangka waktu yang lama. HPMC juga tidak mengiritasi kulit
dan tidak dimetabolisme oleh tubuh (Pramita R, Fitriani, Mita, & Ramadhan,
2017).HPMC akan melarut dalam air dengan suhu dibawah 40°C atau etanol
70%,tidak larut dalam air panas namun mengembang menjadi gel (Huichao et
al.,2014).
gel, glukomanan memiliki kemampuan yang unik untuk membentuk gel yang
reversible dan irreversible pada kondisi yang berbeda. Gel glukomanan yang
terbentuk pada kondisi basa. Konsentrasi kritis terendah konjak glukomanan yang
HPMC sering digunakan sebagai pembuat massa gel pada sediaan topikal. HPMC
dapat menghasilkan gel yang stabil dalam penyimpanan jangka panjang (Rogers,
jumlah HPMC yang digunakan maka akan semakin banyak cairan yang
al., 2013). Keduanya berfungsi sama sebagai gelling agent pembentukan gel.
pengaruh nyata pada kekuatan gel dan sineresis dan untuk mengetahui sifat fisik
sediaan gel dengan karakteristik yang baik yang di gunakan sebagai gelling agent
6. Karakteristik Glukomanan
a. Kadar air
Kadar air menentukan keseragaman dan daya tahan bahan tersebut. Untuk
memperpanjang daya tahan bahan maka sebagaian air dalam bahan harus
dihilangkan dengan cara yang sesuai dengan jenis bahan seperti cara
kadar air sampai batas tertentu, sehingga pertumbuhan mikroba dan aktivitas
enzim penyebab kerusakan pada tepung dapat dihambat. Bahan yang mempunyai
kadar air yang cukup tinggi biasanya lebih cepat rusak disbanding dengan bahan
yang kadar airnya rendah, karena adanya aktifitas mikroorganisme (Richana dan
Susanti, 2002)
Kadar air tepung porang yang memenuhi persyaratan mutu yang dikeluarkan
oleh standart internasional, yaitu kadar maksimum yang diperbolehkan kurang dari
2002).
20
Kalsium oksalat merupakan persenyawaan garam antara ion kalsum dan ion
oksalat, senyawa ini terdapat dalam bentuk kristal padat non volatile, bersifat tidak
larut dalam air namun larut dalam asam kuat (Marlina, 2011).
yang memiliki dua atom C pada masing-masing gugus karboksilat. Asam oksalat
pada tanaman tersimpan dalam dua bentuk yaitu oksalat larut air dan oksalat tidak
larut air. Oksalat terlarut dihasilkan dari pengikatan oksalat pada logam alkali yang
dapat larut dalam air. Oksalat tidak terlarut dihasilkan dari persenyawaan kalsium
dengan asam oksalat. Manfaat keberadaan kalsium oksalat adalah pengikat racun
penting untuk dilakukan karena konsumsi oksalat dalam jumlah tinggi dapat
ginjal. Kadar kalsium oksalat pada tepung iles-iles memenuhi syarat ambang batas
kalsium oksalat yang layak untuk di konsumsi yaitu sebesar 71/100gr ( Dhike
pengenceran dalam labu takar add aquadest 100 mL, di pipet 10 mL fitrat hasil
KMnO4 0,1 N dan 1 mL H2SO4 2N, larutan dipanaskan diatas hot plate hingga
dengan larutan kalium permangat 0,1 N sambil diaduk hingga terbentuk warna
Proses titrasi dihentikan apabila larutan telah berubah warna menjadi merah
muda. Kemudian volume KMnO4 yang digunakan dicatat sebagai volume titrasi
dan nilai titrasi dikonversi menjadi nilai kandungan oksalat terlarut dengan rumus
….Persamaan (1)
Keterangan :
suhu kamar. Kelarutan Larut dalam 700 bagian air, dalam 1 bagian etanol (95%)
P, dalam 0,25 bagian kloroform P; sangat mudah larut dalam eter P,mudah larut
dalam minyak lemak, penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan sejuk, Fungsi
diikuti rasa dingin. Kelarutan sukar larut dalam air,sangat mudah larut dalam etanol
(95%)P,dalam klorofrom P,dan dalam eter P,mudah larut dalam paafin cair,dan
dalam minyak atsiri.Konsentrasi yang di gunakan pada sediaan topikal yaitu 0,05-
terlindung dari cahaya, sejuk, dan kering. Fungsi sebagai stabilizing agent .TEA
dapat digunakan pada sediaan topikal karena dapat membentuk emulsi (Rowe
et al, 2009). Pemerian cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,bau mirip
Nipagin (Metil paraben) Larut dalam 500 bagian air,dalam 20 bagian air
mendidih,dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P,mudah
larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida,larut dalam 60 bagian gliserol
P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas. Memiliki aktivitas
digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,02-0,3% (Wade & Weller, 2013).
dan lain-lain. Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen
glikol lebih mudah melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi
propilen glikol adalah sebagai humektan, namun fungsi dalam formula krim adalah
Cairan kental, jernih, tidak berwarna ; tidak berbau ; rasa agak manis ; higorkopis.
Kelarutan dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform
P ; larut dalam 6 bagian eter P ; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P
24
dan dengan minyak lemak. Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal
Exp:sixth edition:hal318)
HPMC sering digunakan sebagai pembuat massa gel pada sediaan topikal.
HPMC dapat menghasilkan gel yang stabil dalam penyimpanan jangka panjang
(Rogers, 2009). Pemerian serbuk putih atau hablur putih,kelarutan tidak larut
7. Aquadest
Air murni adalah air yang bebas dari zat pengotor dan mikroba. Aquadest banyak
digunakan sebagai pelarut sediaan berbahan dasar air kecuali sediaan parenteral
(Ansel, 1989).
25
B. Landasan Teori
lereng–lereng gunung di atas tanah pada ketinggian 1 sampai 700 meter di atas
permukaan laut. Tanaman yang bisa juga ditanam di dataran rendah tersebut
mudah hidup di antara tegakan pohon hutan seperti misalnya Jati dan Pohon
matahari 50–60% sehingga sangat cocok untuk tanaman di bawah naungan. Iles–
iles yang hanya memerlukan tanah kering berhumus dengan pH 6–7 (Anonymous,
2004).
dan tanaman hias. Pemanfaatan tanaman Araceae sebagai bahan makanan dan
obat-obatan dapat berasal dari daun, batang atau umbinya.Umbi porang dapat
dan talas Colocasia esculenta. Meskipun demikian, umbi porang yang tidak dapat
Nicolson Umbi inilah yang akan dipungut hasilnya karena memiliki zat
mengembang yang besar, dapat membentuk gel, dapat membentuk lapisan tipis
dengan penambahan NaOH atau membentuk lapisan tipis yang kedap air dengan
gliserin serta mempunyai sifat mencair seperti agar sehingga dapat digunakan
baik, dan menyebabkan jerawat cepat kering karena sifat gel yang mudah
menguap. Keuntungan lain sediaan gel antara lain mudah merata apabila
dioleskan pada kulit, memberikan sensasi dingin, dan tidak menimbulkan bekas di
kedalam air maka akan mengembang. Kemudian terjadi proses hidrasi molekul air
didalam struktur molekul kompleks tersebut dan akan membentuk masa gel yang
fungsi rambut secara fisiologis, memberikan sensasi dingin, mudah dicuci dengan
HPMC merupakan gelling agent golongan polimer semi sintetik dan secara
dibandingkan dengan gelling agent lain, HPMC menghasilkan cairan yang lebih
jernih, netral, tidak berwarna, tidak berasa, menghasilkan gel dengan viskositas
yang baik dalam penyimpanan jangka lama, tidak beracun, dan tidak mengiritasi
penggunaan HPMC sebagai basis yang bersifat hidrofilik juga memiliki kelebihan
di antaranya menghasilkan daya sebar pada kulit yang baik, (Nursiah dkk., 2011)
kekentalan yang baik di suhu ruang walaupun disimpan pada jangka waktu yang
lama. Selain itu, HPMC merupakan bahan yang tidak beracun dan noniritatif
C. Hipotesis
dengan HPMC.
Ho : tidak ada pengaruh perbedaan karakteristik fisik sediaan gel antara gelling
METODE PENELITIAN
B. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
1. Populasi
Timur,Indonesia.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini glukomanan yang diambil dari
tepung porang.
3. Teknik Sampling
29
30
1. Variable Bebas
2. Variable terikat
Variable terikat dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik sediaan gel
ph,uji viskositas
3. Variable Terkendali
1. Glukomanan
membentuk larutan kental dan dapat mengembang dan membentuk gel. (Setiawati
dkk.,2017).
2. Gelling Agent
Gelling agent adalah pembentuk gel umumnya mempunyai kelarutan air yang
tinggi. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas permukaanya sehingga
3. Ekstraksi
(kamar). Metode maserasi dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari selama 3 hari pada suhu kamar,terlindung cahaya (Depkes RI, 1979b)
sintesis modifikasi polimer alam selulosa. HPMC dapat menghasilkan gel yang
memberikan kekuatan film yang baik bila mongering pada kulit dan tidak
F. Instrumen Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk
pencucian tepung porang yang digunakan antara lain alat-alat gelas,corong kaca
digunakan untuk karateristik fisik sediaan gel adalah lempeng kaca untuk uji
(precisa), beaker glass (pyrex), batang pengaduk (pyrex), cawan porselen (pyrex),
2. Bahan
Bahan utama penelitian ini adalah umbi porang yang diperoleh dari
etanol 50% dan 80%. Bahan yang digunakan untuk uji fisik sediaan gel KOH
sediaan yaitu champora (pa), mentol (pa), tepung porang (pa),trietanolamin (pa)
G. Jalannya Penelitian
1. Determinasi
Mada Yogyakarta.
penelitian adalah tepung porang diperoleh dari umbi porang yang berumur 6 bulan
dengan berat 1-2 kg. Proses diawali dengan menggunakan air kran mengalir dan
mengupas kulit umbi kemudian mengiris tipis dengan ketebalan 2-3 mm. irisan lalu
dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama 1x24 jam. Chips porang
dimasukkan dalam beaker glass 2L dan ditambahkan pelarut etanol 50% dengan
dengan kecepatan 1500 rpm selama 30 menit. Proses pencucian dilakukan 2 kali.
33
Residu hasil pencucian etanol 50% dilakukan pencucian ulang menggunakan cara
yang sama dengan etanol 80% sebanyak 2 kali pencucian. Residu akhir yang
4. Karakteristik Glukomanan
Kadar air. Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
analyzer. Sampel sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam alat yang sudah diatur
pada suhu 105°C. alat ditutup dan dimulai dilakukan pembacaan dengan tekan
tombol start. Nilai kadar air tertera pada layar,kemudian tombol stop jika proses
a. Formula
Nama bahan FI F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Champora 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1%
Menthol 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
Glukomanan 0,5% 1% 1,5% 2% - - - -
HPMC - - - - 3% 5% 7% 9%
Trietanolamin 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
Nipagin 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3%
Propilenglikol 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
Aquadest Ad 15 g 15 g 15 g 15 g 15 g 15 g 15 g 15 g
Keterangan:
FI : Formula gel dengan gelling agent Glukomanan konsentrasi 0,5%
F2 : Formula gel dengan gelling agent Glukomanan konsentrasi 1%
F3 : Formula gel dengan gelling agent Glukomanan konsentrasi 1,5%
F4 : Formula gel dengan gelling agent Glukomanan konsentrasi 2%
F5 : Formula gel dengan gelling agent HPMC konsentrasi 3%
F6 : Formula gel dengan gelling agent HPMC konsentrasi 5%
F7 : Formula gel dengan gelling agent HPMC konsentrasi 7%
F8 : Formula gel dengan gelling agent HPMC konsentrasi 9%
34
1. Siapkan alat dan bahan dan timbang semua bahan yang akan digunakan
4. Bahan aktif menthol dan camfer digerus dan di campur dalam lumpang
6. Gel yang sudah terbentuk dicukupkan dengan wadah pot yang sudah ditara
a. Uji organoleptis
warna,bau pada sediaan gel. Amati terjadinya fase atau tidak, bau serta
b. Uji homogenitas
homogen atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan cara sediaan gel diambil
pada 3 bagian (bagian atas, tengah dan bawah) kemudian dioleskan transparan
pada object glass dan ditutup dengan object glass lain. Sediaan menunjukkan
susunan yang tidak terlihat adanya butiran-butiran (Depkes RI, 1979 ; 33).
Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan
pada kulit setelah digunakan. Daya sebar sediaan dilakukan dengan disiapkan
dua kaca sebagai alat uji,kemudian kaca bagian atas ditimbang,kaca bagian
35
bawah diberi garis diameter sebanyak 4,gel diletakkan pada bagian kaca
diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter gel
beban dan luas gel yang menyebar (Hidayatun dan Zulkarnain, 2013 ).
perlindungan terhadap pengaruh asing dari luar yang mengurangi efetifitas dari
gel. Semakin lama waktu yang dibutuhkan semakin baik daya protesi gel yang
indicator setelah itu dikeringkan,pada kertas bagian atas di buat suatu areal
tempelkan kertas bagian atas ke kertas bagian bawah yang sudah diolesi gel,
Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel melekat pda kulit.
gel yang baik memiliki daya lekat yang tinggi. Pengujian daya lekat ini dilakukan
dengan cara mengoleskan sediaan pada objec glass, kemudian diletakkan pada
seberat 80 gram dipasang pada alat uji daya lekat, dan dicatat waktu hingga
kedua objec glass terlepas, dan dilakukan pencatatan hasil uji daya lekat (Carter,
1975).
f. Uji pH
g. Uji viskositas
ke dalam gelas piala dan diukur dengan viskometer brookfield yang dilengkapi
dengan spindel no. 64 dengan kecepatan 0,3 rpm (putaran per menit), kemudian
data yang diperoleh dicatat dan dianalasia statistika (Moechtar, 1989 :198)
37
7. Skema Kerja
Umbi porang
Identifikasi kualitatif
Glukomanan
Gelling agent
Gelling Agent
Glukomanan
HPMC
Sediaan Gel dilakukan karateristik fisik sediaan gel meliputi uji organoleptis,uji
homogenitas,uji daya sebar,uji daya lekat,uji ph,uji kemampuan proteksi,viskositas
Analisis Data
H. Analisis Data
dilanjutkan dengan uji independent t test untuk membandingkan jenis gelling agent
JADWAL PENELITIAN
Ardana, M., Aeyni, V., & Ibrahim, A. (2015). Formulasi Dan Optimasi Basis Gel
Hpmc (Hidroxy Propyl Methyl Cellulose) Dengan Berbagai Variasi
Konsentrasi. . . Vol, 3(2), 8.
Banne, Y., Dumanauw, J. M., & Angelina, A. A. (2013). Pembuatan Sediaan Gel
Basis Hidroksipropil Metilselulosa (Hpmc) Dari Ekstrak Umbi Bakung Putih
(Crinum Asiaticum L.), 7.
Chairiyah, N., Harijati, N., & Mastuti, R. (2014). Pengaruh Waktu Panen Terhadap
Kandungan Glukomannan Pada Umbi Porang (Amorphophallus Muelleri
Blume) Periode Tumbuh Ketiga. Research Journal Of Life Science, 1(1),
37–42. Https://Doi.Org/10.21776/Ub.Rjls.2014.001.01.6
Desi, A., & Widjanarko, S. B. (2010). Pengaruh Tingkat Pencucian Dan Lama
Kontak Dengan Etanol Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Tepung Porang
(Amorphophallus Oncophyllus) Effects Of Multiple Ethanol Leaching With
Difference Concentration On Physichal And Chemical Properties Of
Porang Flour (Amorphophallus Oncophyllus). Unpublished.
Https://Doi.Org/10.13140/Rg.2.1.3850.0083
Fakutas Farmasi Universitas Mulawarman, Hajrah, H., Meylina, L., Sulistiarini, R.,
& Puspitasari, L. (2017). Optimasi Formula Nanoemulgel Ekstrak Daun
Pidada Merah (Sonneratia Caseolaris L) Dengan Variasi Gelling Agent.
Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(7), 333–337.
Https://Doi.Org/10.25026/Jsk.V1i7.52
40
41
Faridah, A., Widjanarko, S. B., Sutrisno, A., & Susilo, B. (2012). Optimasi Produksi
Tepung Porang Dari Chip Porang Secara Mekanis Dengan Metode
Permukaan Respons. Jurnal Teknik Industri, 13(2), 158.
Https://Doi.Org/10.22219/Jtiumm.Vol13.No2.158-166
Hapsari, M., Purwanti, T., & Rosita, N. (2012). Penetrasi Natrium Diklofenak
Sistem Niosom Span 20 – Kolesterol Dalam Basis Gel Hpmc 4000, 14.
Haryani, K., & Santosa, T. B. (2017). Ekstraksi Glukomannan Dari Umbi Tanaman
Porang, 3, 11.
Lachman L, L., Liearman, L. H. A., & Kanig, K. J. (1994). Teori Dan Praktek
Farmasi Industri. Jakarta : Ui Press.
Nurdianti, L. (2018). Evaluasi Sediaan Emulgel Anti Jerawat Tea Tree (Melaleuca
Alternifolia) Oil Dengan Menggunakan Hpmc Sebagai Gelling Agent, 1(1),
9.
Pengaruh Jenis Basis Gel Dan Penambahan Nacl (0.5% -B/B) Terhadap Intensitas
Echo Gelombang Ultrasonik Sediaan Gel Untuk Pemeriksaan Usg
(Acoustic Coupling Agent). (2005), 1.
Pramita R, I., Fitriani, V. Y., Mita, N., & Ramadhan, A. M. (2017). Pegaruh
Konsentrasi Hpmc (Hidroxy Propyl Methyl Cellulose) Sebagai Gelling
Agent Dengan Kombinasi Humektan Terhadap Karakteristik Fisik Basis
Gel. Dalam Proceeding Of The 5th Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences. Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Https://Doi.Org/10.25026/Mpc.V5i1.230
Saputro, E. A., & Lefiyanti, O. (2014). Dari Umbi Porang (Amorphophallus Muelleri
Blume)Menggunakan, 7.
Septiani, S., Wathoni, N., Mita, S. R., & Km, J. R. B.-S. (2010). Formulasi Sediaan
Masker Gel Antioksidan Dari Ekstrak Etanol, 27.
Setiawati, E., Bahri, S., & Razak, A. R. (2017). Ekstraksi Glukomanan Dari Umbi
Porang (Amorphophallus Paeniifolius (Dennst.) Nicolson). Kovalen, 3(3),
234. Https://Doi.Org/10.22487/J24775398.2017.V3.I3.9332
Sujono, T. A., Hidayah, U. N. W., & Sulaiman, T. N. S. (2014). Efek Gel Ekstrak
Herba Pegagan (Centella Asiatica L. Urban) Dengan Gelling Agent, 6, 9.
Sutriningsih, A., & Ariani, N. L. (2017). Penurunan Kadar Glukosa Darah Penderita
Diabetes Mellitus, 11.
Tahir, K. A., Ningsi, S., & Fauziah, R. (2017). Pengaruh Variasi Konsentrasi Basis
Hpmc 4000 Terhadap Stabilitas Fisik Gel Mikroemulsi Natrium Diklofenak,
7.
Tambunan, S., & Sulaiman, T. N. S. (2018). Formulasi Gel Minyak Atsiri Sereh
Dengan Basis Hpmc Dan Karbopol, 14(2), 9.
Wardhani, D. H., Arif Atmadja, A., & Rinaldy Nugraha, C. (2017). Pencegahan
Pencoklatan Enzimatik Pada Porang Kuning (Amorphophallus
Oncophyllus). Reaktor, 17(2), 104.
Https://Doi.Org/10.14710/Reaktor.17.2.104-110
Yanuriati, A., Marseno, D. W., Rochmadi, R., & Harmayani, E. (2017). Gel
Glukomanan Porang-Xantan Dan Kestabilannya Setelah Penyimpanan
Dingin Dan Beku. Agritech, 37(2), 121.
Https://Doi.Org/10.22146/Agritech.10793