Anda di halaman 1dari 95

BAB II

PEMBAHASAN ALAT

2.1 Pulse Oximeter


2.1.1 Gambaran umum pulse oximeter
Pulse oximeter adalah suatu metode non-invasive untuk me-monitoring
oksigen saturasi (SpO2) dari hemoglobin untuk menjamin kadar oksigen cukup
pada pembuluh darah. Biasanya dipakai pada pasien yang mengalami under
anesthesia, neonates (bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari, pasien yang
mengalami kondisi buruk (critically). Sedangkan pulse oximeter adalah suatu alat
ukur dengan menggunakan metode non-invasive untuk memonitoring oksigen
saturasi (SpO2) dalam arteri dari hemoglobin dan denyut jantung, dua faktor yang
bersifat menandakan dari banyaknya kekacauan cardio-pulmonary.

Gambar 2.1 Pulse Oximetry Livotech – LV 80 Green

2.1.2 Fungsi pulse oximeter


a. Oksimeter mampu mengukur kadar atau kepekatan oksigen tanpa memasukkan
alat apapun ke dalam tubuh.
b. Oksimeter dapat cepat mendeteksi saturasi oksigen secara non invasif sehingga
cukup dapat diandalkan dalam keadaan-keadaan darurat.
c. Digunakan sebagai penunjang pemeriksaan terhadap pasien-pasien dengan
kondisi kesehatan yang cukup buruk.

10
2.1.3 Spesifikasi pulse oximeter
a. Nama alat : Pulse Oximeter
b. Merk : Livotech
c. Model : LV-80 Green
d. Tipe display : LCD
e. Fungsi : Mengukur kadar oksigen dan denyut jantung.
f. Material : ABS
g. Sistem Kerja : Dijepitkan diujung jari
h. Dimensi : 5cm x 2cm x 2cm
i. Berat : 100 gram

2.1.4 Bagian-bagian pulse oximeter

4 2

5
3

Gambar 2.2 Panel Depan Pulse Oximeter (https://www.gearbest.com)

Keterangan :
1. Pulse Indicator 3. Pulse Bar Graph 5. Power Switch
2. SpO2 4. PR

2.1.5 Blok diagram pulse oximeter

Gambar 2.3 Blok Diagram Pulse Oximeter

11
Cara Kerja Blok Diagram :
Dari baterai memberikan tegangan ke semua rangkaian lalu akan masuk
memberikan masukan pada inframerah dan LED merah, pulse oximeter mengolah
sinyal yang disadap oleh jari tangan menggunakan LED merah dengan Panjang
gelombang 660 nm sedangkan LED Inframerah memiliki Panjang 940 nm.
Berdasarkan Panjang gelombang yang dimiliki kedua LED tersebut mampu
menembus permukaan kulit. Ketika hemoglobin yang mengandung oksigen
melewati LED merah dan inframerah maka sinar akan diterima oleh photodiode
(tranduser) dan diubah menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik beserta dengan denyut
dari aliran darah yang terdeteksi, selanjutnya sinyal menuju rangkaian
pengkondisian agar sinyal tersebut memiliki karaktristik yang dibutuhkan
kemudian sinyal keluaran diterima mikrokontroller selanjutnya akan mengalami
proses perhitungan pada mikrokontroller untuk menentukan nilai saturasi oksigen
dalam darah kemudian ditampilkan di LCD sebagai penampil.

2.1.6 Prinsip kerja pulse oximeter


Sensor pulse oximeter menggunakan cahaya dalam analisis spektral untuk
pengukuran saturasi oksigen, yaitu deteksi dan kuantifikasi komponen
(hemoglobin) dalam larutan. Saturasi oksigen adalah persentase total hemoglobin
yang membawa atau mengandung oksigen. Probe umumnya ditempatkan jari atau
daun telinga. Sebuah fotodetektor pada sisi lain mengukur intensitas cahaya yang
berasal dari transmisi sumber cahaya yang menembus jari. Transmisi cahaya
melalui arteri adalah denyutan yang diakibatkan pemompaan darah oleh jantung.
Alat oksimeter menggunakan LED merah dan inframerah bersama-sama dengan
fotodetektor untuk mengatur arus di dalam rangkaian relatif terintegrasi untuk
penyerapan cahaya yang melalui jari. Pengurangan cahaya dapat dibagi dalam tiga
bagian besar : pengurangan cahaya akibat darah arteri, pengurangan cahaya akibat
darah vena, dan pengurangan darah akibat jaringan. Pengurangan cahaya akibat
darah vena dapat menyebabkan beberapa sinyal akibat perubahan di dalam aliran
darah dan juga perubahan akibat level oksigen darah. Pengurangan cahaya yang

12
disebabkan aliran darah vena dan jaringan menciptakan suatu sinyal yang relatif
stabil dan sinyal ini disebut dengan komponen DC.

Gambar 2.4 Probe Pulse Oximeter

2.1.7 Prosedur Pengoprasian Pulse Oximeter


a. Yang pertama nyalakan pulse oximeter terlebih dahulu hingga muncul gambar
gelombng dan menyala merah pada bagian dalamnya (tempat menempelkan
jarinya).
b. Selanjutnya salah satu jari tangan pasien dijepit dengar fingertrip oximeter ini
yang terdapat sensor infra-red untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah
sekaligus pengukur detak jantung pasien yang dapat dilihat pada layar LED.
c. Hasil saturasi oksigen dan denyut jantung pasien dapat dilihat pada layar LED.
d. Nilai normal oksigen darah / SpO2 / saturasi oksigen adalah 96–100%. Bila
nilainya kurang dari 95 maka kemungkinan besar pasien kekurangan oksigen,
sehingga harus memberikan oksigen.
e. Sehingga nilai normal denyut nadi atau denyut jantung adalah 60-100X/menit.
Bila kurang dari 60 disebut Bradikardi, bila lebih dari 100 Takikardi.

2.1.8 Kalibrasi pulse oximetri


a. Dokumen acuan untuk standar kalibrasi pulse oximeter
1) ECRI 451-20010301-01
2) SNI 16-6360-2000
3) Guide to The Expression of Uncertainty in Measurement (ISO GUM), 1995.
4) Buku petunjuk SpO2 simulator.

13
b. Peralatan yang digunakan

Tabel 2.1 Peralatan yang digunakan kalibrasi


No Nama Alat Ukur Rentang Ukur Ketelitian
1. SpO2 Simulator  0 % s.d 100 % 0.1%
2. Thermohygrometer  Suhu : 0oC – 50oC 0.1oC
 RH : 0% - 100% 0.1% RH
RH
3. Electrical Safety  0.00 μA - 8000 μA 1%
Analyzer  0.00 Ω – 2999 Ω 5%

1) SpO2 simulator
Rigel SP-SIM adalah alat yang digunkan untuk mengukur SpO2 (pulse
oximeter).

Gambar 2.5 SpO2 Simulator – SP SIM (http://www.rigelmedical.com)

2) Thermohygrometer
Thermohygrometer adalah alat yang mempunyai dua indikator pengukuran
yaitu thermometer dan hygrometer. Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu
pada suatu ruangan, sedangkan hygrometer berfungsi untuk mengukur kelembaban
pada suatu ruangan.

14
Gambar 2.6 Thermohygrometer

3) Electrical Safety Analyzer


Merupakan alat uji yang digunakan untuk menguji keselamatan (safety) dari
suatu peralatan kesehatan maupun rumah sakit yang berbasis kelistrikan. Pengujian
yang bisa dilakukan adalah kebocoran arus (leakage current), daya tahan
perlindungan pembumian (protective earth resistance), daya tahan isolasi
(insulation resistance).

Gambar 2.7 Electrical Safety Analyzer

c. Prosedur kalibrasi
Persiapan
i. Lakukan pendataan administrasi meliputi : data alat pelanggan, daftar alat
yang digunakan, pelaksanaan kalibrasi.
ii. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan.
iii. Pemeriksaan fisik dan fungsi alat.

15
iv. Catat kondisi kondisi tersebut pada lembar kerja.

d. Kalibrasi
i. Pengukuran keselamatan listrik meliputi :
 Tegangan jala-jala.
 Tahanan pembumian.
 Kebocoran arus selungkup.
ii. Kinerja
 Pengukuran Heart Rate (bpm)
a) Tentukan titik pengukuran : 60 bpm, 80 bpm, 120 bpm, 180 bpm, dan 240 bpm.
b) Hidupkan peralatan dan tunggu beberapa saat untuk pemanasan.
c) Mulailah lakukan pengukuran dari titik terkecil ke titik terbesar.
d) Tunggu beberapa saat sampai nilai penunjukan pada display monitor stabil.
e) Lakukan pengambilan data sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran.
f) Catat hasilnya pada lembar kerja.
 Pengukuran saturasi oksigen dalam darah (%SpO2)
a) Tentukan titik pengukuran.
b) Mulailah lakukan pengukuran dari titik terkecil ke titik terbesar.
c) Tunggu beberapa saat sampai nilai penunjukan pada display monitor stabil.
d) Lakukan pengambilan data sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran.
e) Catat hasilnya pada lembar kerja.

e. Perhitungan
i. Nilai rata-rata
n

x i
x i 1

n
Dimana :
x = nilai rata-rata pengukuran
xi = nilai acak data pengukuran x1,x2,....xi
n = jumlah data yang diambil
ii. Koreksi = Standar – UUT (unit under test).

16
 x 
n 2
i x
iii. Standar Deviasi ( Stdv ) =   i 1

n  1
Dimana :
σ = standard deviasi
iv. Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran
a) Tipe A
Ketidak pastian kemampuan daya ulang pembacaan (Ua) :
Stdev
Ua 
n
Derajat kebebasan tipe A ( Va ) :

a = n-1
b) Tipe B
Ketidak pastian dari sertifikat SpO2 simulator (Ub1), yaitu :
U
U b1 
k
Dimana :
Ub : uncertainty tipe B
U : uncertainty sertifikat kalibrasi terdahulu
k : faktor cakupan yang nilainya dari tingkat kepercayaan U(2).
c) Ketidakpastian kemampuan daya baca dari SpO2 simulator (Ub2).
d) Ketidakpastian kemampuan daya baca pulse oximeter diestimasi mempunyai
semi range; a = 0,5 x resolusi pulse oximeter.
e) Dengan asumsi distribusi segi empat maka ketidakpastian kemampuan daya
baca pulse oximeter adalah :
a
U b2 
3
f) Ketidakpastian kemampuan daya baca dari pulse oximeter (Ub3).
g) Ketidakpastian kemampuan daya baca pulse oximeter diestimasi mempunyai
rata-rata; a = 0,5 x resolusi pulse oximeter.
h) Dengan asumsi distribusi segi empat maka ketidakpastian kemampuan daya
baca pulse oximeter adalah :

17
a
U b3 
3
i) Ketidakpastian baku gabungan (Uc) pulse oximeter adalah :

(Ua) 2  (Ub1) 2  Ub2


2
Uc =
j) Ketidakpastian bentangan ( Uexp)
Uexp = Uc x k
k) Dengan asumsi distribusi normal, maka ketidakpastian bentangan ( Uexp )
dengan cakupan k = 2, sehingga :
Uexp = Uc x 2

f. Ambang batas
Tabel 2.2 Ambang batas
No. Parameter Ambang batas yang diijinkan
1. Saturasi O2 (% SpO2) ± 5%

2. Heart Rate (bpm) ± 10 % bpm

3. Akurasi alarm 1 % SpO2.

g. Contoh perhitungan ketidakpstian tipe A

Tabel 2.3 Perhitungan ketidakpastian


Parameter Titik Terbaca pada display monitor Toleransi
ukur setting 1 2 3
100 99 99 100
98 98 97 97
96 95 96 95
94 93 94 93
92 91 92 91
SpO2 90 90 90 89 ± 5%
88 88 87 88
86 85 86 86
84 84 84 83
82 82 81 82

18
60 60 59 60
80 78 87 80
Heart rate 120 119 120 118 ± 10%
180 180 178 178
240 239 237 238

(1) Tentukan nilai rata-rata


n

x i
x i 1

n
99 + 99 + 100
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 99.3

(2) Tentukan Standar Devisiasi

 x 
n 2
i x
 i 1

n  1
(𝑥1 −𝑥̅ )2 + (𝑥2 −𝑥̅ )2 + (𝑥3 −𝑥̅ )2
𝜎=√
(𝑛−1)

(99−99.3)2 + (99−99.3)2 + (100−99.3)2


𝜎=√
(3−1)

(−0.3)2 + (−0.3)2 + (0.7)2


𝜎= √
2

0.9+ 0.9+ 0.49


𝜎=√
2

𝜎 = √1.14
𝜎 = 1.1

19
2.2 Infusion Pump
2.2.1 Gambaran Umum Infusion Pump
Infusion pump adalah peralatan medik yang digunakan untuk mengontrol
pemberian cairan infus secara elektronik (ml/h), cairan infus berupa zat-zat
makanan yang diperlukan oleh tubuh, cairan tersebut diberikan karena tubuh
kekurangan zat-zat tersebut. Dengan kondisi pasien yang sangat lemah, maka cairan
infus tersebut diberikan melalui kulit. Jarum penyalur cairan infus ditusuk pada
kulit, kemudian botol penampung cairan akan mengalirkan cairan sesuai kebutuhan.
Dengan demikian pemberian cairan infus ke pasien dapat secermat dan seefisien
mungkin dan perawat tidak perlu memantau pasien secara terus menerus karena alat
ini telah dilengkapi dengan system pengaman berupa alarm. Infusion pump
merupakan alat yang digunakan untuk mengatur jumlah cairan yang masukkan
kedalam tubuh melalui sirkulasi darah pasien secara langsung melalui vena.

Gambar 2.8 Infuse Pump B Braun (https://www.biomedixmedical.com)

2.2.2 Fungsi Infusion Pump


Memasukan cairan infuse ke dalam tubuh yang kecepatan cairannya dapat
diatur.

2.2.3 Spesifikasi
a. Merk : B Braun
b. Model : Perfusor compact S

20
c. No.Seri : 104692
d. Produk : Germany
e. Daya : 12 VA
f. Tegangan AC : 230-240 V
g. Frekuensi : 50/60 Hz

2.2.4 Bagian-bagian infusion pump

Gambar 2.9 Bagian-bagian Infusion Pump


Keterangan :
1. Drip sensor : Untuk menghitung jumlah tetesan
2. Display : Indicator penyetingan cairan
3. Handle : Untuk pegangan membawa alat infus pump

6 3

4
7
5
Gambar 2.10 Bagian-bagian Infusion Pump

Keterangan :
1. ON/OFF: Untuk mematikan dan menghidupkan alat

21
2. Silence: Untuk memtikan alarm
3. Start/Stop: Untuk memulai dan memberhentikan alat
4. Clear: Untuk mengapus data
5. Decimal point
6. Indikator alarm
7. Control LED

2.2.5 Blok diagram

Gambar 2.11 Blok Diagram (http://www.cypress.com)

Penjelasan blok diagram :


Buzzer drive / Buzzer volume variable circuit akan berbunyi dan digunakan
sebagai sumber alarm.
Motor drive circuit, yang digunakan pada unit ini adalah motor stepper untuk
motor penggerak, rasio dari motor tersebut adalah: PK244-01 4V : 2 phasa, 1,8˚ /
step. Tegangan pada motor akan senantiasa dipilih pada masing-masing kecepatan
digunakan untuk menstabilkan output putaran. Proses kenaikan tegangan motor
dilakukan oleh tipe switching regulator untuk mengurangi kerugian tegangan yang
hilang. Spesifikasi tegangan dapat dipilih yaitu sebanyak 32 step.

22
Nurse call I/O circuit, nurse call relay dikontrol oleh sinyal nurse call relay
dari CPU atau signal run out of control stop.
Air in-line detection circuit, untuk mendeteksi keberadaan gelembung pada
pipa atau selang pada infusion pump, untuk mendeteksi udara dalam aliran maka
diigunakan ultrasonic sensor.
Delivery detection circuit, digunakan untuk mendeteksi berapa besar tetesan
yang sudah dikeluarkan atau diberikan. Tetesan pada drip chamber dideteksi
dengan infra red emitting element yang terletak pada drop sensor probe.
Occlusion detection circuit, rangkaian ini berguna untuk mendeteksi
terjadinya penyumbatan saat terjadi tekanan internal pada selang keluaran, dimana
pendeteksian secara mekank diatur pada bagian terendah dari fingger unit. Oclusion
plunger yang menggunakan magnet akan mendeteksi posisi yang berubah
dikarenakan oleh bergeraknya tabung / selang.
Door detection circuit, mendeteksi keadaan door, dimana akan terdeteksi oleh
magnet yang dipasang pada pintu dan semua bagian element dihubungkan pada
display circuit. Fail safe circuit, berguna untuk mengetahui keadaan bekerjanya
control circuit dan display circuit board CPU yang akan digunakan untuk
berkomunikasi dengan bagian lain pada saat status operasi dengan CPU.

2.2.6 Prinsip kerja


Pada dasarnya alat ini bekerja dari rangkaian osilator yang akan memberikan
sinyalnya ke motor yang akan dikendalikan oleh pengendali motor. Kemudian saat
motor bekerja, tetesan sensor dan pengelola sinyal pada level air bekerja dan
keluarannya akan mengerjakan rangkaian buzzer. Pada sensor tetesan akan
mendeteksi beberapa banyak tetesan yang keluar menuju pasien, kecepaan tetesan
dapat dikendalikan oleh pengendali laju tetesan yang akan mengerjakan pengendali
motor. Dan hasil tetesan dan tetesan laju aliran tetesan dapat dilihat pada display.

2.2.7 Prosedur pengoprasian


1. Tempatkan alat pada ruang tindakan
2. Lepaskan penutup debu.
3. Pasang cairan infus dan hubungkan ke alat

23
4. Pasang Infusion set.
5. Hubungkan alat dengan catu daya
6. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON.
7. Cek fungsi alarm.
8. Lakukan pemanasan secukupnya.
9. Perhatikan protap pelayanan.
10. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
11. Alirkan cairan infus ke infusion set sampai tak ada gelembung udara.
12. Tentukan jumlah tetesan permenit.
13. Set alarm pada posisi ON.
14. Lakukan tindakan 15.
15. Setelah tindakan selesai, matikan alat dengan menekan/memutar tombol
ON/OFF ke posisi OFF.
16. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
17. Lepaskan infusion bag dan lepaskan slang-slang infus. Pastikan bahwa
infusion pump dalam kondisi baik dan dapat difungsikan pada
pemakaian berikut.
18. Pasang penutup debu.
19. Simpan infusion pump di tempatnya.

2.2.8 Standar penempatan dan penyimpanan


a. Persyaratan teknis lingkungan infusion pump
Persyaratan ruangan untuk infusion pump dengan kondisi lingkungan di tempat
terbuka dengan suhu ruang normal yaitu 20 – 30 derajat celcius dan kelembapannya
adalah 50 – 60 %.
b. Standar penyimpanan alat
1) Kembalikan pengaturan alat pada posisi semula.
2) Matikan alat dengan menekan tombol OFF pada alat.
3) Putuskan hubungan catu daya antara alat dengan supply.
4) Bersihkan alat, lepas semua aksesoris lalu simpan alat pada tempatnya.

24
2.2.9 Troubleshooting/pebaikan infusion pump

Tabel 2.4 Troubleshooting/perbaikan


Permasalahan Penyebab Perbaikan
Kabel power belum Cek kabel power
dihubungkan apakah sudah
terhubung
Alat tidak bisa Hentikan
dihidupkan pengoperasian dan
Batteray rusak ganti batteray yang
baru.
Cas battery sampai
penuh selama lebih dari

Batteray low 8 jam dengan


menghubungkan alat
dengan jala-jala dan
hidupkan alat.

2.2.10 Inspection & Preventive Maintenance


1. Persiapan
a. Siapkan Surat perintah kerja
b. Siapkan formulir lembar kerja
c. Siapkan peralatan kerja
d. Tool set elektronika (multi meter, thermohygrometer)
e. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu (contact
cleaner, cairan pembersih, kain lap halus, kuas, dll)
f. Pemberitahuan kepada user
2. Pelaksanaan
a. Lakukan pengecekkan kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban)
b. Lakukan pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi alat
c. Lakukan pemeliharaan meliputi : pembersihan main unit, kabel dan konektor.
d. Lakukan penempelan label maintenance.

25
3. Pencatatan
a. Isi formulir lembar kerja.
b. Pelaksanan IPM dan user menandatangani laporan kerja dan alat di serahkan
kembali kepada user.

2.2.11 Kalibrasi infusion pump


a. Dokumen acuan anutuk standar kalibrasi infusion pump
1) Buku petunjuk alat Infusion Device Analyzer.
2) ECRI 416-20010301.
3) ANSI/AAMI – ID 26 – 1992
4) Guide to The Expression of Uncertainty in Measurement (ISO GUM), 1995.

b. Peralatan yang digunakan


1) Infusion Divace Analyzer
Infusion Device Analyzer adalah alat untuk menganalisa atau mengukur flow
dan volume yang diterima, dan tekanan yang dihasilkan pada occlusion atau
penyumbatan jalur cairan.

Gambar 2.12 Infusion Divace Analyzer – Rigel (http://www.rigelmedical.com)

2) Themohygrometer
Thermohygrometer adalah alat yang mempunyai dua indikator pengukuran
yaitu thermometer dan hygrometer. Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu
pada suatu ruangan, sedangkan hygrometer berfungsi untuk mengukur
kelembaban pada suatu ruangan.

26
Gambar 2.13 Thermohygrometer

3) Electical Safety Analyzer


Merupakan alat uji yang digunakan untuk menguji keselamatan (safety) dari
suatu peralatan kesehatan maupun rumah sakit yang berbasis kelistrikan.
Pengujian yang bisa dilakukan adalah kebocoran arus (leakage current), daya
tahan perlindungan pembumian (protective earth resistance), daya tahan isolasi
(insulation resistance).

Gambar 2.14 Electrical Safety Analyzer

c. Prosedur kalibrasi
Persiapan
i. Lakukan pendataan administrasi meliputi : data alat pelanggan, daftar alat
yang digunakan, pelaksanaan kalibrasi.
ii. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan.

27
iii. Lakukan pemeriksaan fisik dan fungsi alat pelanggan.
iv. Catat hasil pada lembar kerja.
v. Lakukan instalasi.
vi. Hidupkan alat ukur dan infusion pump yang akan diukur.
vii. Periksa tombol tombol fungsi pada infusion pump, untuk memastikan fungsi
alat.

d. Kalibrasi
i. Pengukuran keselamatan listrik meliputi :
 Tegangan jala-jala
 Tahanan pembumian
 Kebocoran arus
ii. Kinerja
 Pengukuran flow rate (mL/h)
a) Tentukan titik pengukuran : 50mL, 100 mL, 200 mL
b) Mulailah lakukan pengukuran dari titik terkecil ke titik terbesar .
c) Tunggu beberapa saat sampai posisi grafik flow rate stabil.
d) Lakukan pengambilan data setiap 3 (tiga) menit untuk 3 kali pengukuran
pada tiap titik setting.
e) Catat hasilnya pada lembar kerja.
 Perngukuran penyumbatan (Occulucion)
a) Atur dan pilih mode occlusion pada infusion divace analyzer.
b) Atur besarnya flow rate infusion pump pada posisi maksimum.
c) Tekan tombol start flow rate dan catat nilai tekanan penyumbatan
(occlusion) saat alarm occlusion aktif.

e. Perhitungan
i. Nilai rata-rata
n

x i
x i 1

28
Dimana :

x = nilai rata-rata pengukuran


xi = nilai acak data pengukuran x1,x2,....xi
n = jumlah data yang diambil
ii. Koreksi = Standar – UUT (unit under test).
Koreksi
iii. Koreksi relatif  x100%
Setiing

 x 
n 2
i x
iv. Standar deviasi ( Stdv ) =   i 1

n  1
Dimana :
σ = standard deviasi
v. Perhitungan ketidakpastian pengukuran
a) Tipe A
Ketidakpastian kemampuan daya ulang pembacaan (Ua) :
Stdev
Ua 
n
b) Tipe B
c) Ketidakpastian dari sertifikat infusion device analyzer (Ub1), yaitu :
U
U b1 
k
Dimana :
Ub = uncertainty tipe B.
U = uncertainty sertifikat kalibrasi terdahulu.
k = faktor cakupan yang nilainya dari tingkat kepercayaan .
d) Ketidakpastian kemampuan daya baca dari infusion pump (Ub2).
e) Ketidakpastian kemampuan daya baca Infusion Pump diestimasi mempunyai
rata-rata ; a = 0,5 x resolusi infusion pump.
f) Dengan asumsi distribusi segi empat maka ketidakpastian kemampuan daya baca
infusion pump adalah :
a
U b2 
3

29
g) Ketidakpastian baku gabungan ( Uc) adalah :

Uc = (Ua) 2  (U b1 ) 2  (U b 2 ) 2

h) Ketidakpastian bentangan ( Uexp)

Uexp = Uc x k
i) Dengan asumsi distribusi normal, maka ketidakpastian bentangan ( Uexp )
dengan cakupan k = 2, sehingga :
Uexp = Uc x 2

f. Ambang batas
Tabel 2.5 Amang batas
No. Parameter Ambang batas yang diijinkan
1. Flow rate ± 10 % dari nilai setting
2. Uji penyumbatan Maksimal 310,3 kPa
(Occlusion)

g. Contoh pengukuran ketidakpastian tipe A

Tabel 2.6 Pengukuran ketidakpastian tipe A


Parameter Setting Terbaca pada toleransi
ukur alat kalibrator
1 2 3
Flow 50 51.55 50.97 50.97
meter 100 99.15 102.2 98.46 ± 10 %

200 200.8 197.8 202.5


Occulusion 200 483 ≤ 1034mmHg

1) Tentukan nilai rata-rata


n

x i
x i 1

30
51.55 + 50.97 + 50.97
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 51.16

2) Tentukan standar deviasi

 x 
n 2
i x
 i 1

n  1
(𝑥1 −𝑥̅ )2 + (𝑥2 −𝑥̅ )2 + (𝑥3 −𝑥̅ )2
𝜎=√
(𝑛−1)

(51.55−51.16)2 + (50.97−51.16)2 + (50.97−51.16)2


𝜎=√
(3−1)

(0.39)2 + (−0.19)2 + (−0.19)2


𝜎= √
2

0.1521+ 0.0361+ 0.0361


𝜎=√
2

𝜎 = √0.11215
𝜎 = 0.33

3) Tentukan nilai Ua
Stdev
Ua 
n
0.33
Ua =
√3
Ua = 0.19

31
2.1 Electrocardiograph
2.3.1 Gambaran Umum Eletrocardiograph
Electrocardiograph (ECG) merupakan perangkat diagnostik yang
digunakan untuk mendeteksi pulsa listrik yang dibangkitkan oleh jantung atau
mencatat pulsa bioelektrik yang dihasilkan oleh jantung, sehingga kecepatan
denyut jantung rata-rata dapat dihitung dalam denyut permenit, dan juga dapat
melihat kelainan irama jantung. Biasanya alat ini ditempatkan diruang-ruang yang
strategis, seperti diruang gawat darurat (UGD), ruang bedah, di ruang rawat intensif
(ICU / ICCU), dan ruang-ruang lain yang memerlukan pemantauan keadaan pasien
secara langsung. Cara alat ini memonitor keadaan jantung pasien adalah dengan
memasang elektroda-elektroda yang ditempatkan pada titik-titik tertentu pada
permukaan kulit pasien. Elektroda-elektroda ini berfungsi sebagai penangkap
sinyal aktivitas jantung, kamudian diperkuat sehingga dapat terlihat dilayar monitor
atau terbaca pada kertas perekam (record paper).

Gambar 2.15 Electrocardiograph


(https://www.ridgeviewhomemedical.org)

32
2.3.2 Fungsi Electrocardiograph
EKG berfungsi untuk mendiagnosis berbagai kondisi kesehatan seperti
aritmia jantung, pembesaran jantung, peradangan jantung (perikarditis atau
miokarditis), dan penyakit jantung koroner.
Mesin yang mencatat EKG disebut dengan elektrokardiograf.
Elektrokardiograf akan mencatat aktivitas listrik otot jantung dan menampilkan
data ini pada layar visual atau pada kertas print. Data ini kemudian ditafsirkan oleh
dokter yang ahli.

2.3.3 Spesifikasi Electrocardiograph


 Merk : Kenz
 Model : ECG 108
 Produk : Germany
 Daya : 50 VA
 Tegangan AC : 220-240 V
 Frekuensi : 50/60 Hz
 Dimensi(WxHxD) : 356 x 230 x 85 mm
 Berat : 2,2 kg
 Sensitivity : 2.5, 5 atau 10 mm/mV (AUTOmode)
2.5, 5, 10, 20 mm/mV (MANUAL mode)
 Kecepatan kertas : 5, 25 atau 50 mm/s
 Kondisi digunakan
 Kelembaban relative : 25% sampai 95%
 Suhu : 10 ° C sampai 40 ° C
 Kondisi penyimpanan
 Kelembaban relatif : 10% sampai 95%
 Suhu : 20 ° C sampai 80 ° C
 Leads : Standard 12 leads
 Filters : Digital filters

33
2.3.4 Bagian-bagian Electrocardiograph

2
4
3

Gambar 2.16 Main Unit Electrocardiograph


(https://www.ridgeviewhomemedical.org)

Keterangan :
1. Printer
2. Handle
3. Kontrol Panel
4. Display

1
4

2 5

Gambar 2.17 PerlengkapanElectrocardiograph

34
(https://indonesian.alibaba.com)
Keterangan :
1. Elektroda Ekstremitas
2. Kabel Power
3. Kabel Elektroda
4. Kertas Grafik EKG
5. Elektroda Dada

2.3.5 Blok Diagram Electrocardiograph

Gambar 2.18 Blok Diagram Electrocardiograph

Cara Kerja Blok Diagram :


Input sinyal berasal dan pasien melaluielektroda yang disambungkan
kerangkaian multiplexer, kita atur lead selektor, kemudian dikuatkan menjadi I mV
oleh pre Amp yang biasanya digunakan untuk kalibrasi, selanjutnya sinyal 1 mV
difilter guna menghilangkan noise atau gangguan dari frekuensi lain, setelah sinyal
difilter bersih 1 mV dikuatkan dalam level Volt oleh Main Amp mencapai 400x dan
penguatan dapat diatur melalui sensitifiti, selanjutnya sinyal yang telah dikuatkan
diproses oleh galvano meter dan stylus, galvanom meter ini akan bergerak
mengikuti amplitude dan irama denyut jantung higga tergambar di kertas ECG yang
kesemuanya itu disupply oleh blok power supply.

35
2.3.6 Prinsip Kerja Electrocardiograph
Secara blok diagram maka dapat diuraikan analisa kerja ECG sebagai
berikut :
Blok diagram supply memberikan tegangan keseluruh bagian blok
rangkaian. Tegangan dapat bersumber dari tegangan jala-jala PLN, atau dari
baterai. Elektroda yang dipasangkan pada tubuh pasien berfungsi sebagai pengubah
arus ionik yang ada pada tubuh pasien menjadi arus elektrik. Kemudian arus dari
elektroda ini masuk kedalam blok isolasi dan rangkaian pengaman. Rangkaian
dalam blok ini melindungi pasien dari arus balik yang berbahaya yang mungkin
terjadi atau dibangkitkan oleh ECG ini sendiri dan rangkaian ini melindungi
kebocoran arus atau tegangan ke blok lain, sehingga bila terjadi arus bocor atau
tegangan yang melewati input didalam kondisi normal, maka hal ini tidak akan
merusak pesawat dan tidak mempengaruhi pasien.
Setiap elektroda yang dihubungkan ke tubuh pasien, berhubungan dengan
pemilihan lead yang ada pada pesawat ECG. Blok pemilihan lead ini berfungsi
untuk menenstukan elektroda mana yang akan digunakan untuk mendeteksi atau
mengetahui bentuk pulsa jantung pasien yang direkam, kemudian diteruskan
kerangkaian pre-amp.
Fungsi blok rangkaian pre-amplifier adalah menguatkan sinyal bioelektrik
yang diperoleh dari aktivitas listrik jantung. Pre-amp mempunyai penguatan
impedansi input yang sangat tinggi dan mempunyai Common Mode Rejection
(CMMR) yang tinggi. Jenis pre-amp yang digunakan yaitu defferensial amplifier.
Driver amplifier berfungsi untuk memperkuat pulsa ECG yang dihasilkan
oleh rangkaian pre-amp, dimana pulsa ini diperkuat sedemikian rupa sehingga
mampu menggerakkkan pena heat stylusrecorder, sehingga stylus mampu bergerak
sesuai bentuk pulsa yang telah dikuatkan tersebut.
Pada blok recorder, umumnya dipakai jenis recorder oscillograph dan
pada head stylus recorder menggunakan kertas khusus yang peka terhadap panas
untuk merekam pulsa ECG.

36
2.3.7 Prosedur Pengoperasian Electrocardiograph
a. Persiapan Alat
1) Pasang kertas rekam pada tempatnya
2) Pasang kabel catu daya pada stop kontak, sebaiknya menggunakan
stabilisator agar tegangan yang masuk pada pesawat stabil.
3) Pasang kabel pasien (elektroda) pada pesawat, pastikan
konektor terpasang dengan baik dan tidak tertukar.
4) Periksa kondisi baterai ( bila pesawat mengguankan baterai) dengan
mengatur kondisi pada pemakaian sumber daya dari baterai.

b. Persiapan Perekaman
1) Tekan tombol power pada posisi ON
2) Pilih sensitivitas dengan pemilihan posisi sensitivity selector pada posisi
0,5,1 atau 2
3) Tempatkan posisi stylus agar berada tepat ditengah-tengahkertas grafik
dengan mengatur pen position adjustment
4) Sebelum perekaman dimulai pastikan lead selector test atau kalibrasi.
Geser selector pada posisi RUN kemudian tekan tombol kalibrasi untuk
mendapatkan tampilan pulsa segi empat kalibrasi pada kertas perekaman
5) Pastikan tinggi pulsa 5 mm pada sensitivity 0,5
6) Pastikan tinggi pulsa 10 mm pada sensitivity 1
7) Pastikan tinggi pulsa 20 mm pada sensitivity 2
8) Bial tampilan pulsa segi empat kalibrasi pada kertas perekaman tidak
sesuai dengan bentuk normal maka perlu setting ulang
9) Bila tinggi pulsa segi empat tidak sesuai dengan pemilihan dari sensitivity
maka atur pada bagian sensitivity adjuster
c. Pemasangan Elektroda
1) Sebelum pemasangan elektroda , bersihkan terlebih dahulu bagian tubuh
yang akan ditempelkan elektroda, dengan menggunakan krim khusus
atau dengan alkohol 70%

37
2) Gunakan jelly / pasta khusus secukupnya pada permukaan tubuh yang
akan ditepelkan elektroda agar penghantar sinyal jantung dapat
tertangkap dengan baik oleh elektroda.
3) Pasang elektroda sesuai dengan kode yang ada pada ujung kabel sesuai
dengan pola berikut ini :
a. RA untuk lengan sebelah kanan
b. LA untuk lengan sebelah kiri
c. RL untuk kaki sebelah kanan
d. LL untuk kaki sebelah kiri
Bipolar
a. Lead 1 : Untuk mengukur potensial antara RA – LA
b. Lead 2 : Untuk mengukur potensial antara RA – LL
c. Lead 3 : Untuk mengukur potensial antara LA – LL
Unipolar
e. AVR : Untuk mengukur potensial antara RAdengan LA + LL
f. AVL : Untuk mengukur potensial antara LA dengan RA + LL
g. AVF : Untuk mengukur potensial antara LL dengan RA + LA
Unipolar Cheast Lead
a. V1 : Ruang iga ke 4 garis sternal kanan
b. V2 : Ruang iga ke 4 garis sternal kiri
c. V3 : Diantara V2 dan V4
d. V4 : Ruang iga ke 5 garis tengahclaviculakiri
e. V5 : Ruang iga ke 5 garis oxila depan kiri
f. V6 : Ruang iga ke 5 garis oxila tengah kiri

d. Proses Perekaman
1) Proses perekaman dimulai dengan lead selector pada posisi lead 1
2) Aktivkan selector RUN yang berfungsi mengaktifkan proses perekaman
(yang ditandai dengan bekerjanya motor penggerak kertas pencatat dan
stylus yang mulai bergerak mencatat pulsa jantung pasien) untuk
mendapatkan beberapa hasil perekaman sinyal pulsa jantung pasien.

38
3) Pindahkan lead selector pada posisi II dan III.
4) Selama pemindahan lead, pastikan tidak terjadi proses perekaman,
dengan mudah merubah posisi selector dari posisi RUN pada posisi INST
5) Bila pada suatu kejadian selama aproses perekaman yang perlu mendapat
perhatian , maka gunakan even marker untuk menandakanya.
6) Setelah proses perekaman selesai, lead selector harus dalam posisi
kalibrasi , sebelum kabel pasien (elektroda ) dilepas pasien

2.3.8 Pemeliharaan Electrocardiograph


a. Bersihkan elektroda dari sisa jelly atau pasta yang masih tersisa / melekat
b. Bersihkan alat dari debu dan kotoran dengan menggunakan kain yang
lembut
c. Simpan pada tempat yang kering dan sejuk
d. Periksa keadaan elektroda dan kencangkan bila perlu
e. Lakukan pengecekan standart kalibrasi pada bentuk pulsa kalibrasi 1 mV
dengan tinggi pulsa 10 mm
f. Alat harus selalu di lakukan pengecekan sedikitnya setiap 6 bulan sekali,
artinya harus di lakukan secara rutin.
g. Jika ingin memperpanjang jenjang waktu pemeliharaan rutin, pastikan
kondisi alat dalam keadaan normal.
h. Dalam pengkalibrasian alat handaknya tidak hanya menggunakan satu alat
kalibrasi, tetapi lebih agar bisa terus memantau kinerja alat.
i. Untuk casing alat, bisa di bersihkan dengan kain yang di basahkan jika ada
noda.
j. Untuk kabel pasien / elektroda bersihkan dengan air dan sabun atau air
hangat bersih kemudian di keringkan sebelum di gunakan.

2.3.9 Troubleshooting / Perbaikan Electrocariograph


Problem: Gambar sinyal ECG kriting
Analisa kerusakan :
1. Kabel elektroda ECG ada yang putus

39
2. Baut ECG kendor
Perbaikan :
1. Setelah di check dengan bantuan air ternyata kabel elektroda ECG ada yang
putus. Sehingga perlu mengganti kabel elektroda ECG.
2. Baut ECG kendor sehingga gambar sinyal yang dihasilkan tidak sesuai. Oleh
sebab itu baut perlu dikencangi agar gambar sinyal sesuai.

2.4 Sphygmomanometer
2.4.1 Gambaran Umum Sphygmomanometer
Tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli
bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter adalah alat pengukuran
tekanan darah sering juga disebut sphygmomanometer. Sejak
itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas pengukuran
tekanan darah oleh para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya
menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan
masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah
menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa
masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Para dokter tidak
meragukan untuk menempatkan kepercayaan mereka kepada tensimeter air raksa
ini.

40
Gambar 2.19 Alat Spyhgmomanometer
( https://www.medicalogy.com)

Alat ini membantu mengetahui seberapa besar tekanan darah, sehingga kita
bisa menilai apakah tekanan darah kita normal atau tidak. Tekanan darah normal
manusia berkisar 100-130 mmHg untuk tekanan sistolik, sedangkan untuk tekanan
diastolik normalnya adalah 60-90 mmHg. Pengertian sistolik adalah di saat terjadi
kontraksi otot jantung. Sedangkan diastolik adalah tekanan darah di saat jantung
beristirahat atau relaksasi. Dikatakan tekanan darah tinggi ketika tensi darah di atas
140/90 mmHg. Sedangkan tekanan darah rendah menunjukan bahwa tensi darah di
bawah 90/60 mmHg.

2.4.2 Fungsi Sphygmomanometer


Sphygmomanometer adalah alat yang di gunakan untuk mengukur tekanan
darah yang bekerja secara manual saat memompa maupun mengurangi tekanan
pada manset dengan sistem non invasive.

2.4.3 Bagian-bagian Sphygmomanometer

41
1) Menset berfungsi untuk menampung udara yang dipompa dari bulb dan untuk
mendeteksi tekanan darah pasien yang pada penggunaannya dipasang pada
lengan pasien.

2) Bulb atau pemompa berfungsi untuk mempompa udara kedalam menset.

3) Tabung kaca pengukur berfungsi untuk mengukur air raksa yang dipompa
oleh udara di dalam menset. Diatas tabung kaca pengukur terdapat lubang
pembuangan udara.

4) Valve on/off berfungsi untuk membuka atau menutup jalannya air raksa.

5) Tabung air raksa berfungsi untuk menampung air raksa. Diatas tabung air
raksa terdapat filternya.

2.4.4 Spesifikasi Sphygmomanometer


Tabel 2.7 Spesifikasi Sphygmomanometer
1. Jenis Tensimeter
2. Tipe Tensimeter manual (raksa)
3. Merk Riester
4. Model Riester nova
5. Kelebihan -Terbuat dari bahan yang kuat
-bisa dilipat
-Terdapat air raksa dalam alat ukur tensi
darah
6. Dimensi keamanan 36 x 11 x 6 cm
7. Dimensi packing 41 x 16 x 11 cm
8. Toleransi 3 mmHg

42
2.4.5 Blok Diagram Sphygmomanometer

Gambar 2.20 Blok Diagram Sphygmomanometer

Keterangan:

 Pasien : Objek yang akan diperiksa tekanan darahnya


 Cuff : Manset yang berfungsi menahan laju aliran darah
 Bulb & valve : Memberi tekanan udara pada cuff dan air raksa
 Measure unit :Tempat air raksa dan melihat pengukuran tekanan
darah

2.4.6 Prinsip Kerja Sphygmomanometer


Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah (tensimeter) sama dengan U-Tube
Manometer. Manometer adalah alat pengukur tekanan yang menggunakan tinggi
kolom (tabung) yang berisi liquidstatik untuk menentukan tekanan. Manset
dipasang ‘mengikat’ mengelilingi lengan dan kemudian ditekan dengan tekanan di
atas tekanan arteri lengan (brachial) dan kemudian secara perlahan tekanannya
diturunkan. Pembacaan tinggi mercuri dalam kolom (tabung manometer)
menunjukkan peak pressure (systolic) dan lowest pressure (diastolic).

2.4.7 Pengoperasian (SOP)


1. Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain (cuff) pada lengan atas.
2. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.

43
3. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara memompakan udara ke
dalamnya. Kantong karet yang membesar akan menekan pembuluh darah
lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti sementara.
4. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar sumbat udara.
5. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua hal yang harus
diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi
denyut pembuluh darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat
terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum
penunjuk tekanan adalah nilai tekanan sistolik.
6. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar
lewat stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik

2.4.8 Perawatan
1. Simpan tensimeter dalam suhu ruangan yang sesuai untuk menjaga ketahanan
tensimeter.
2. Membersihkan kaca dan bagian-bagian tensimeter dari debu dan kotoran.
3. Bersihkan valve inlet/klep masuk pada bulb dengan menggunakan kapas yang
dibasahi dengan alkohol.

2.4.9 Kalibrasi Sphygmomanometer


A. Peralatan yang digunakan
Tabel 2.8 Peralatan yang Digunakan
No Nama Alat Ukur Rentang Ukur Ketelitian

1 Digital Pressure Meter 700 mmHg s/d 5000 mmHg 0.15 %

2 Thermohygrometer Suhu : 0oC – 50oC 0.1oC


RH : 0% - 100% RH
0.1% RH

B. Dokumen Acuan

44
1. Buku pengoperasian alat Digital Pressure Meter.
2. Euromat 2011.
3. International RecommendationOIML R 16-1 Edition 2002 (E) for Non-
Invasive Mechanical Sphygmomanometer.
4. ISO GUM 43-1.21997
5. ECRI Sphygmomanometers: 424-20081015-01-Major-Proc
6. SNI 16-4415-1997.
C. Kondisi Lingkungan
1. Suhu ruang : 15 ºC - 25 ºC
2. Kelembaban nisbi : 20% - 85% RH
D. Prosedur Kalibrasi
I. Persiapan
1. Lakukan pendataan administrasi meliputi : data alat pelanggan, data alat
yang digunakan untuk kalibrasi
2. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan.
3. Lakukan pemeriksaan fisik dan fungsi alat pelanggan, meliputi:
a. Chassis / Permukaan.
Periksa bagian luar unit untuk kondisi fisik kebersihan secara umum.
Pastikan bahwa rumah plastik utuh, tidak ada tanda-tanda cairan
tumpah atau penyalahgunaan serius lainnya. Periksa tabung kolom
merkuri dari keretakan. Hapus tabung rusak dari layanan, bahkan jika
tidak sedang bocor atau mempengaruhi kinerja, untuk menghindari
kemungkinan tumpahan merkuri. Periksa rumah pengukur aneroid
dari pecah/retak dan bagian-bagian yang longgar.
b. Dudukan / Penyangga.
Jika unit dipasang berdiri pada tiang atau keranjang, periksa
kondisidudukan / tiang penyangga. Jika unit melekat ke dinding atau
bersandar di rak, periksa keamanannya.
c. Sumbu / rem.
Jika unit bergerak pada sumbu, memeriksa kondisinya. Carilah
akumulasi serat dan benang sekitar sumbu, dan pastikan bahwa unit

45
dapat berbalik dan putar dengan baik. Jika unit dilengkapi rem dan
kunci putar, pastikan semuanya bekerja dengan baik.
d. Tabung / Selang / Bulb.
Periksa kondisi semua tabung dan selang dan bola ukur. Pastikantidak
retak, tertekuk, atau kotor.
e. Fittings / Konektor.
Periksa semua perlengkapan dan konektor untuk kondisi fisik secara
umum.
f. Filter.
Periksa kondisi filter kolom/tabung merkuri.
g. Katup.
Katup harus dapat bekerja cepat dan akurat menyesuaikan terhadap
perubahan tekanan darah.
h. Indikator / Menampilkan.
Meter dan skala tanda harus jelas dan mudah dibaca, dan kacapenutup
di sebuah pengukur aneroid/mercurial harus utuh.
i. Pengaturan Tekanan nol.
Dengan tidak ada tekanan di manset, gauge aneroid atau tingkat
merkuri harus membaca nol (± 1 mm Hg).
j. Manset.
Penggunaan manset dengan ukuran yang tidak sesuai dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran yang signifikan. Penggunaan
alat harus sesuai dengan karakteristik fisik dari pasien dan pada siapa
alat akan digunakan (misalnya, manset kecil harus berada di daerah
ruang pediatrik). Semua manset harus bersih dan dalam kondisi baik
tanpa jahitan robek. Carilah tanda-tanda degradasi atau retak pada
karet / selang pada mansetnya.
k. Gauge / Kolom.
Pastikan bahwa pointer dari sebuah pengukur aneroid jatuh lancar di
seluruh skala dan tidak menempel atau mengikat. Dalam manometer
merkuri, tabung kaca dan merkuri harus bersih. Periksa kolom merkuri

46
naik dan bergerak dengan lancar. Mercury "menari" atau "menempel"
pada dinding tabung menunjukkan tabung kotor dan filter.

4. Lakukan Instalasi kalibrator dengan alat yang akan diukur sebagai


berikut:

Gambar 2.21 Instalasi Kalibrator dengan Alat Kalibrator

5. Catat hasil pada lembar kerja.

II. Cek kebocoran


a. Tekan tombol on/off untuk menghidupkan kalibrator
b. Beri tekanan pada sphygmomanometersebesar 200 mmHg
c. Tetap kunci tekanan pada pompa
d. Tekan tombol “F2” (leak) dan tekan tombol “F4” (60 s)
e. Tunggu beberapa saat sampai nilai kebocoran keluar dan catat.
Pengecekan kebocoran tidak melebihi dari 15 mmHg/menit.
f. Lakukan pengambilan data sebanyak 3 kali.
g. Catat hasil pada lembar kerja.
III. Kalibrasi
a. Posisikan air raksa pada sphygmomanometer di posisi 0 mmHg.

47
b. Tentukan titik pengukuran pada0 mmHg,40 mmHg,80 mmHg,120
mmHg,160 mmHg,200 mmH dan 240 mmHg.
c. Berikan tekanan 0 mmHg pada sphygmomanometer lalu catat nilai
penunjukan pada display digital pressure meter dalam lembar kerja.
d. Beri tekanan 40 mmHg pada sphygmomanometer.
e. Tunggu beberapa saat sampai posisi air raksa stabil.
f. Catat nilai penunjukan air raksa pada sphygmomanometer dan nilai
yang terukur pada display digital pressure meter pada lembar kerja
kalibrasi
g. Ulangi langkah d – f untuk titik setting lainnya sampai nilai 240
mmHg.
h. Kurangi tekanan dari nilai 240 mmHg – 0 mmHg.
i. Ulangi langkahd dan e.
j. Ulangi pengukuran agar diperoleh 3 data pada tiap titik pengukuran
naik dan turun.

E. Perhitungan
1. Nilai rata-rata
n

x i
x i 1

dimana :
x = nilai rata-rata pengukuran
xi = nilai acak data pengukuran x1,x2,....xi
n = jumlah data yang diambil
2. Koreksi = Penunjukan digital pressure meter – Setting pada
sphygmomanometer
Koreksi
3. Koreksi relatif  x100 %
Setiing

48
 x 
n 2
i x
4. Standar Deviasi ( Stdv ) =  
i 1

n  1
dimana : σ = standard deviasi

a. Perhitungan ketidak pastian


Ketidak pastian kemampuan daya ulang pembacaan (Ua) :
Stdev
Ua 
n
b. Ketidak pastian dari sertifikat digital pressure meter (Ub1) adalah
Usertifikat dibagi factor cakupan (k).
Usertifika t
Ub1 
k

c. Ketidak pastian kemampuan baca sphygmomanometer/resolusi


(Ub2)
1. Ketidakpastian kemampuan baca sphygmomanometer
diestimasi mempunyai semi range a = ½x resolusi alat
2. Dengan asumsi distribusi triangular maka ketidak pastian
kemampuan daya baca alat adalah
a
Ub2 
6
d. Ketidakpastian kemampuan baca standar/resolusi (Ub3)
1. Ketidak pastian kemampuan baca standar diestimasi
mempunyai semi range a = ½ x resolusi standar
2. Dengan asumsi distribusi rectangular maka ketidak pastian
a
kemampuan daya baca kalibrator adalah Ub2 
3
e. Ketidakpastian Histerisis (Ub4)
 T1, j  N 1, j  T2, j  N 2, j  T3, j  N 3, j 
 
 3 
U histerisis  
3

49
f. Ketidak pastian baku gabungan (Uc) sphygmomanometer adalah :

 
Uc  Ua 2  Ub12  Ub2 2  Ub3 2  Ub4 2 
 
 

g. Ketidak pastian bentangan ( Uexp)


Dengan asumsi distribusi normal, maka ketidak pastianbentangan (
Uexp ) dengan cakupan k=2, sehingga :

U exp  2 xUc

2.4.10 Ambang Batas


Tabel 2.9 Ambang Batas
No Ambang batas yang
Parameter Acuan
. diijinkan
1. Pengukuran ± 3 mmHg Permenkes
tekanan No363/Menkes/Per
/IV/1998

2. Kebocoran ≤ 15mmHg ECRI 424-


10020030101-01

50
2.5 TIMBANGAN BAYI DIGITAL

2.5.1. Gambaran umum timbangan bayi


Timbangan bayi merupakan alat ukur untuk mengukur massa atau berat badan
bayi ketika baru lahir. Oleh karena itu, setiap bayi baru lahir pasti akan ditimbang.
Berat badan bayi yang rendah sejak lahir menunjukkan kondisi bayi yang kurang
sehat. Sebaliknya, jika berat badan bayi menunjukkan kisaran pola standar,
dapat dipastikan bayi dalam keadaan sehat.

Gambar 2.22 Timbangan bayi digital


(https://www.tokopedia.com/medicalife/timbangan-bayi-digital-tanita-bd590/)

2.5.2. Fungsi timbangan bayi digital


Timbangan bayi berfungsi ntuk mendapatkan pengukuran yang akurat dari
berat badan bayi dan benar merencanakan pada grafik pertumbuhan. Pengukuran
berat badan ini digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan
semua jaringan yang ada pada tubuh sehi n gga dap at d i ket ahui st at us
keada an gi z i at au t um buh kem bang an ak. S el ai n menilai berdasarkan
status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat digunakan sebagai
dasar perhitungan dosis dan makan yang diperlukan dalam tindakan
pengobatan.

2.5.3. Spesifikasi timbangan bayi digital


 Merk : Tanita

51
 Model : BD 590
 Produk : USA
 Berat : 2,5 kg
 Ukuran nampang : 54,5 cm x 27 cm
 Berat maksimal : 20 kg
 Akurasi pengukuan : 10 g
 Power : 4 baterai AA

2.5.4. Bagian – bagian timbangan bayi digtal

3
2

5
Gambar 2.23 Bagian-bagian timbangan bayi digital

Keterangan :
1. Nampan bayi 4. Hold
2. Display 5. Recall
3. On/off

52
2.5.5. Blok diagram timbangan bayi digital

Gambar 2.24 Blok diagram timbangan bayi digital


(https://elektrologi.kabarkita.org/membongkar-timbangan-digital/)

Cara kerja blok diagram :


Ketika tombol on ditekan maka pada prosessor akan bekerja untuk
mengaktifkan timbangan bayi yang mana sumber energi dari prosessor ini dari
baterai, kemudian saat timbangan mendapatkan tekanan maka load cell akan
bekerja mengubah gaya mekanik menjadi sinyal listrik dan akan dikirim
keprosessor lalu ditampilkan ke display timbangan.

2.5.6. Prinsip kerja timbangan digital


Blok diagram baterai merupakan bagian pemberi tenaga dari keseluruhan
timbangan bayi. Baterai ini digunakan sebagai pengganti sumber tegangan dari jala-
jala PLN dan lebih praktis dalam penggunaannya.
Fungsi dari blok tombol ini digunakan untuk mengirim sinyal perintah ke
prosessor untuk menjalankan sistem dari timbangan. Dimana pada saat menekan
tombol on/off timbangan akan menyala/mati, pada saat menekan tombol hold maka
prosessor bekerja untuk mengkunci hasil keluaran pada display, dan pada saat
menekan tombol recall maka prosessor akan mengembalikan angka awalan pada
display.
Pada blok load cell ini merupakan alat elektromekanik yang biasa disebut
Transducer yang bekerja berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat

53
adanya tegangan mekanis yang bekerja, kemudian merubah gaya mekanik menjadi
sinyal listrik. Lalu sinyal listrik itu akan dikirim ke prosessor dan diteruskan ke
display.

2.5.7. Prosedur Pengoperasian Timbangan Bayi Digital


1) Tekan tombol on
2) Letakan bayi ke nampan timbangan
3) Catat hasil pengukuran
4) Tekan tombol off untuk memtikan alat

2.5.8. Pemeliharaan Timbangan Bayi Digital


1) Jangan memutar knob melebihi batas maksima atuapun minimal
2) Bersihkan display menggunakan kain lembut
3) Tempatkan pada aera yang kering dan sejuk

2.5.9. Trobleshooting / Perbaikan Pada Timbangan Bayi Digital


Problem : terdapat tulisan low pada layar display.
Analisa Kerusakan : baterai pada timbangan akan habis.
Perbaikan :
 Setelah dilakukan pengecekan timbangan pada keadaan menyala dan
dilakukannya penchargean timbangan, dan didapatkan hasil pada
timbangan tersebut tulisan low pada layar display sudah tidak ada lagi.
 Dilain merk jika pada saat layar display bertuliskan low dan tidak ada
masukan kabel charge, maka dilakukan mengganti baterai pada
timbangan.

2.6 DEFIBRILATOR

2.6.1. Gambaran umum defibrilator


Defibrilator merupakan alat yang digunakan untuk memberikan energi
kejut ke jantung yang berupa muatan listrik melalui elektroda (pedal) yang
diletakkan pada dada pasien. Pasien yang mengalami kegagalan jantung disebut

54
fibrilasi ventikuler dan keadaan pasien akan bertambah parah dalam beberapa menit
apabila keadaan ini tidak diperbaiki, untuk mengembalikan denyutan jantung agar
dapat bekerja mestinya maka digunakan alat defibrilator. Dengan memberikan
ransangan arus listrik pada sel-sel ventrikuler jantung, sehingga semua sel akan
diharapkan melewati masa krisis secara bersamaan dan diharapkan jantung akan
mulai berdenyut secara teratur. Defibrillator juga ada yang dilengkapi dengan ECG
dan ada pula yang tidak tetapi selain itu dapat juga di sambungkan ke ECG monitor.
Electrocardiogram ( ECG ) biasanya di tempatkan dalam 1 unit dengan
defibrillator untuk mengetahui keadaan detak jantung (fibrillasi) saat pasien
mengalami gagal jantung atau pada saat treatment defibrillator.

Gambar 2.25 defibrilator (https://eurowatchers.com)

2.6.2. Fungsi defibrilator


Defibrilator berfungsi untuk memberikan energi kejut ke jantung yang
berupa muatan listrik ke dada pasien yang mengalami gagal jantung. Agar
memudahkan dokter mengetahui detak jantung pasien, biasanya dipasang juga ECG
saat melakukannya

2.6.3. Spesifikasi defibrilator


 Merk : Philips
 Model : Heartstart xl
 Produk : Belanda

55
 Frekuensi : 50-60 Hz
 Dimensi (WxHxD) : 403x152x324 mm
 Tegangan AC : 230 V
 Berat : 8 kg
 Energi yang dihasilkan : 1 – 200 J
 Mak. pengosongan : 100 +
 Waktu pengsian baterai : 5 jam

2.6.4. Bagian-bagian defibrilator

4
2

Gambar 2.26 Bagian-bagian defibrilator

Keterangan :
1) Pedal / elektroda, Sebagai perantara dalam pemberian kejutan energi
kejantung pasien.
2) Selector, Untuk mengatur keluaran energi yang akan dikeluarkan dan
menampilkan hasil dalam bentuk display.
3) Kabel ECG, Untuk memberikan informasi sinyal jantung pada pasien.
4) Display, Untuk memberikan gambaran hasil sinyal pada layar.

56
2.6.5. Blok diagram defibrilator

Gambar 2.27 Blok diagram defibrilator


(https://fajarahmadfauzi.wordpress.com/2015/08/26/laporan-defibrillator/)

Cara Kerja Blok Diagram :


Dari tegangan PLN masuk memberikan tegangan pada blok power supply,
outputan dari power supply digunakan untuk mengisi battery sehingga outputanya
berupa tegangan DC. Tegangan DC ini digunakan pada rangkaian driver relay dan
pembangkit tegangan. Pada blog driver relay berfungsi sebagai control waktu
discharge. Dimana kontrol waktu discharge ini berfungsi sebagai timer atau
lamanya pembuangan muatan pada kapasitor yang mana akan dibuang menuju
padlle atau elektroda. Sedangkan pada blog pembangkit tegangan digunakan untuk
menguatkan tegangan yang nanti nyamasuk pada blog SAG Mutltiplier. SAG
Multiplier ini berfungsi sebagai penyearah, sehingga akan didapatkan tegangan DC
yang tinggi. Output dari SAG Multiplier berupa tegangan DC yang tinggi. Dan akan
masuk pada blok pengisisan pada power kapasitor. Kemudian diberikan pada
elektroda yang sebelumnya diatur oleh control waktu discharge tadi. Dan dari
elektroda atau padlle akan di exposure pada pasien efek diberikan discharge
kapasitor akan memberikan impuls yang kuat ke jantung dengan harapan agar
aktifitas jantung yang semula lemas akan timbul aktivitas kembali dengan satuan
joule.

57
2.6.6. Prinsip kerja defibrilator
Listrik masuk kerangkaian catu daya, lalu disearahkan menggunakan dioda.
saat tombol Charge ditekan akan mengisi kapasitor setelah kapasitor terisih penuh,
tombol Shock ditekan akan melepaskan muatan listrik yang ada di kapastor ke
pasien melalui media paddle sternum dan pedal apex.

2.6.7. Prosedur pengoperasian defibriator


1) Sambungkan alat dengan catu daya.
2) Hidupkan pesawat pada main swicth power.
3) Tunggu sampai lampu pada display menyala.
4) Alat siap digunakan.
5) Setting selector yang akan diberikan ke jantung pasien.
6) Oleskan gel pada pedal dan tubuh pasien.
7) Letakan kedua pedal pada sisi atas (strenum) dan bawah jantung (apex).
8) Tunggu pengisian muatan energi (charge) sampai alarm ready pada
display bunyi dan tekan Paddle button untuk melepaskan muatan energi
(discharge).
9) Pasang kabel ECG jika ingin menampilkan sinyal jantung pasien.
10) Hasil muatan energi yang dikeluarkan dan kondisi sinyal jantung pasien
dapat di cetak dengan menekan print.
11) Setelah selesai digunakan, matikan alat pada main power switch.
12) Bersihkan alat dan kembalikan pada posisi semula alat yang telah
digunakan.

2.6.8. Pemeliharaan defibrilator


1) Membersihkan pesawat dari debu dan kotoran,
2) Disimpan ditempat yang kering,
3) Pada saat selesai digunakan isi kembali battery pada pesawat, agar
baterai pesawat tidak rusak,

58
4) Habis digunakan diharapkan pedal dalam keadaan bersih dari bekas gel
yang telah digunakan,
5) Melakukan pengecekkan battery setiap setahun sekali, apakah masih
layak digunakan atau tidak,
6) Lakukan pembersihan relay (contact relay) setiap enam bulan sekali.

2.6.9. Kalibrasi defibrilator


a. Dokumen Acuan
1) ECRI 408-20010301-01
2) SNI 04-6191.2.4-1999
3) Guide to The Expression of Uncertainty in Measurement (ISO
GUM), 1995.
4) ANSI/AAMI DF2-1989 Cardiac Defibrillator Devices.
5) Buku Petunjuk Defibrillator Analyzer.

b. Peralatan yang digunakan

Tabel 2.10 Peralatan yang digunakan diatas

No Nama Alat Ukur Rentang Ukur Ketelitian

1 Defibrillator Analyzer  0 Joule s.d 1000 Joule 0.1 Joule

2 Thermohygrometer  Suhu : 0oC – 50oC 0.1oC


 RH : 0% - 100% RH
0.1% RH
3 Electrical safety analyzer  0.00 μA - 8000 μA 1%

5%
 0.00 Ω – 2999 Ω

59
1) Defibrillator Analyzer

Gambar 2.28. defibrilator anleyzer

Defibrillator Analyzer adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisa


energi pembuangan, operasi mode tersinkronisasi, defibrilator eksternal otomatis,
dan pengecekan EKG.

2) Thermohygrometer
Thermohygrometer adalah alat yang mempunyai dua indikator pengukuran
yaitu thermometer dan hygrometer. Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu
pada suatu ruangan, sedangkan hygrometer berfungsi untuk mengukur kelembaban
pada suatu ruangan.

3) Electrical safety analyzer


Electrical safety analyzer Merupakan alat uji yang digunakan untuk
menguji keselamatan (safety) dari suatu peralatan kesehatan maupun rumah sakit
yang berbasis kelistrikan. Pengujian yang bisa dilakukan adalah kebocoran arus
(leakage current), daya tahan perlindungan pembumian (Protective Earth
Resistance)

c. Prosedur Kalibrasi
1. Persiapan

60
a. Lakukan pendataan administrasi meliputi : data alat pelanggan,
daftar alat yang digunakan, pelaksanaan kalibrasi.
b. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan.
c. Lakukan pemeriksaan fisik dan fungsi alat pelanggan.
d. Catat hasil pada lembar kerja.

2. Kalibrasi
1) Lakukan pengukuran keselamatan listrik meliputi :
a. Tegangan jala-jala
b. Tahanan pembumian
c. Kebocoran arus selungkup.
d. Kebocoran arus elektroda.

Gambar 2.29 . Instalasi kalibrasi defibrillator

2) Kinerja
1. Pengukuran output energi
a. Lakukan instalasi seperti pada gambar 2.29.
b. Tentukan titik pengukuran sebesar 10 Joule, 20 Joule, 30 Joule,
50 Joule, 100 Joule, 150 Joule, 200 Joule dan 250 Joule.
c. Atur energi pada unit Defibrillator sebesar 10 Joule.
d. Letakkan elektroda pedal defibrillator pada contact electrode
plate dari defibrillator analyzer seperti pada gambar 2.29.

61
e. Tekan tombol charge untuk melakukan pengisian energi,
tunggu sampai penuh.
f. Tekan tombol discharge lalu baca hasil penunjukan energi pada
display defibrillator analyzer dan catat pada lembar kerja.
g. Lakukan pengukuran sebanyak 6 (enam) kali pengukuran.
h. Lakukan langkah 2a.iii sampai dengan 2a.vii untuk tiap titik
pengukuran yang telah ditentukan.

2. Pengukuran Energi Maksimum


a. Tentukan titik pengukuran energi maksimum sesuai spesifikasi
alat yang akan diukur. Kapasitas maksimum energi tidak boleh
melebihi 360 watt.
b. Atur energi pada unit defibrillator sesuai dengan nilai yang telah
ditentukan.
c. Letakkan elektroda paddle defibrillator pada contact electrode
plate dari defibrillator analyzer seperti pada gambar 2.29.
d. Tekan tombol charge untuk melakukan pengisian energi, tunggu
sampai penuh.
e. Tekan tombol discharge lalu baca hasil penunjukan energi pada
display defibrillator analyzer.
f. Lakukan sebanyak 6 (enam) kali dan catat dalam lembar kerja.
g. Pastikan nilai pengukuran terbesar tidak melebihi batas toleransi
sebesar +15 %.

3. Pengukuran Waktu Pengisian (energi maksimum)


a. Tentukan titik pengukuran energi maksimum sesuai spesifikasi
alat yang akan diukur. Kapasitas maksimum energi tidak boleh
melebihi 360 watt.
b. Atur energi pada unit defibrillator sesuai dengan nilai yang telah
ditentukan.
c. Letakkan elektroda pedal Defibrillator pada contact electrode
plate dari defibrillator analyzer seperti pada gambar 2.29.

62
d. Tekan tombol charge untuk melakukan pengisian energi lalu
hitung waktu pengisian sampai penuh.
e. Pada saat yang bersamaan aktifkan stopwatch lalu hitung waktu
pengisian sampai penuh.
f. Lakukan pengambilan data sebanyak 6 kali pengukuran dan catat
dalam lembar kerja.
g. Pastikan nilai pengukuran terbesar tidak melebihi batas toleransi
sebesar 15 sekon.

d. Perhitungan n

1. Nilai rata-rata = x 
x
i 1
i

dimana : x = nilai rata-rata pengukuran

xi = data pengukuran x1,x2,....xi

n = jumlah data yang diambil

2. Koreksi = Standar – UUT (unit under test).


Koreksi
3. Koreksi relatif  x100%
Setiing

 x 
n 2
i x
4. Standar Deviasi ( Stdv ) =  i 1

n  1

dimana : σ = standard deviasi

5. Perhitungan ketidakpastian
a. Tipe A
Ketidakpastian kemampuan daya ulang pembacaan (Ua) :
Stdev
Ua 
n

b. Tipe B
1) Ketidakpastian dari sertifikat defibrillator analyzer (Ub1), yaitu

63
U
U b1 
k

dimana :
Ub = uncertainty tipe B

U = uncertainty sertifikat kalibrasi terdahulu


k = faktor cakupan yang nilainya dari tingkat kepercayaan.

2) Ketidakpastian kemampuan daya baca defibrilator (Ub2)


Ketidakpastian kemampuan daya baca defibrilator diestimasi
mempunyai semi range; a = 0,5 X resolusi defibrillator. Dengan
asumsi distribusi rectangular maka ketidakpastian kemampuan
daya baca defibrilator adalah
a
Ub2 
3

3) Ketidakpastian baku gabungan ( Uc) defibrilator adalah :

Uc  Ua 2
 Ub12  Ub2 2 

4) Ketidakpastian bentangan ( Uexp)

Uexp = Uc x k

Dengan asumsi distribusi normal, maka ketidakpastian bentangan


(Uexp) dengan cakupan k = 2, sehingga :

Uexp = Uc x 2

e. Ambang batas.
Tabel 2.11 Ambang batas
No. Parameter Ambang batas yang diijinkan

1. Output energy (Joule) ± 15% atau 4 Joule

64
2. Energi maksimum 6 x ± 15 %

3. Waktu pengisian sampai 15 sekon


dengan maksimum

f. Contoh Perhitungan Ketidakpastian Tipe A


Tabel 2.12 Pengukuran Ketidakpastian Tipe A

Parameter Setting Terbaca Pada Kalibrator Toleransi


Ukur alat
1 2 3

20 18,5 18,5 19,1

30 28,7 28,7 28,8

40 39,6 38,4 38,6

50 49,8 49,4 49,7

60 59,2 59,6 58,9


Output
energy 70 68,3 69,2 68,7 ± 15%
(Joule)
80 78,7 78,8 79,2

90 89,0 89,0 89,5

100 99,1 99,4 99,2

200 198,2 198,8 198,4

Energi
maksimum
200 198,4 ± 15%

65
Waktu
pengisian
waktu 10 detik 15 detik
maksimum

1) Tentukan nilai rata-rata :


n

x i
x i 1

18,5+18.5+19,1
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 18,7

2) Tentukan Standar Devisiasi

 x 
n 2
i x
 i 1

n  1

(𝑥1 −𝑥̅ )2 + (𝑥2 −𝑥̅ )2 + (𝑥3 −𝑥̅ )2


𝜎=√
(𝑛−1)

(18,5−18,7)2 + (18,5−18,7)2 + (19,1−18,7)2


𝜎=√
(3−1)

(−0,2)2 + (−0,2)2 + (0,4)2


𝜎= √
2

0,04+ 0.04+ 0,16


𝜎=√
2

0,24
𝜎=√ 2

𝜎 = √0,12

𝜎 = 0,34

66
3) Nilai Ua
Stdev
Ua 
n

0.34
Ua =
√3

Ua = 0,19

2.7 Pasien Monitor


2.7.1 Gambaran umum pasien monitor
Pasien monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memonitor fisiologis
pasien. Bedside Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memonitor vital

67
sign pasien, berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur bentuk pulsa
jantung secara terus menerus.

Gambar 2.30 Unit Pasien Monitor (https://www.medicalogy.com)

2.7.2 Fungsi pasien monitor


Fungsi pasien mnonitor ini dapat dilihat dari kegunaan. Kegunaan pasien
monitor yaiitu dapat mengkaji keadaan terkiini pasien dan juga untuk mengevaluasi
pengaruh intervensi yang telah diiberikan pada keadaan pasien dengan cara
mengukur tanda tanda vital pasien. Pasien monitor juga mampu mengukur tanda
tanda vital pasien secara kontiinyu dan tanpa mengharuskan tenaga kesehatan
berada selama 24 jam disampiing pasien karena adanya fitur alarm yang dapat
memberitahukan tenaga kesehatan jika terjadi perubahan keadaan pasien. Hal ini
lah yang menyebabkan alat pasien monitor ini ditujukan terutama untuk pasien
dengan keadaan berikut:
1. Pasien dengan kondisi fisiologi yang belum stabil seoertii pasien dengan pola
nafas yang tidakk teratur atau berada di bawah pengaruh anestesi atau pasiien
akiibat overdosis.
2. Pasien dengan kondisi yang mengancam nyawa seperti pasien dengan tanda dan
gejala serangan jantung.
3. Pasien dengan kondisi yang beriisiiko mengancam nyawa seperti pasien yang
baru saja menjalani operasi atau bayii yang lahir premature.

68
4. Pasien dengan kondisi kritis sepertii pasien dengan shock sepsis.

2.7.3 Jenis-jenis pasien monitor


1. Pasien monitor vital sign
Pasien monitor ini bersifat pemeriksaan stándar, yaitu pemeriksaan ECG,
Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar oksigen dalam darah / saturasi
darah / SpO2.
2. Pasien monitor 5 parameter
Pasien monitor ini bisa melakukan pemeriksaan seperti ECG, Respirasi,
Tekanan darah atau NIBP, kadar oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2,
dan Temperatur.
3. Pasien monitor 7
Parameter, pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan operasi, karena
ada satu parameter tambahan yang biasa dipakai pada saat operasi, yaitu “ECG,
Respirasi, Tekanan darah atau NIBP (Non Invasive Blood Pressure) , kadar
oksigen dalam darah / Saturasi darah / SpO2, temperatur, dan sebagai tambahan
adalah IBP (Invasive Blood Pressure) pengukuran tekanan darah melalui
pembuluh darah langsung, EtCo2 (End Tidal Co2) yaitu pengukuran kadar
karbondioksida dari sistem pernafasan pasien.”

2.7.4 Bagian bagian pasien monitor


1. Alarm idikator : lampu indikator alarm.
2. LCD display : sebagai penampil pulsa paramater
3. Status indicator : lampu notifikasi suatu parameter

69
Gambar 2.31 Bagian Bagian Pasien Monitor (https://www.element14.com)

4. Large font display mode : penampil mode dalam


5. Embedded module : modul tertanam
6. Function buttons : tombol fungsi
7. Expandeble modul : tempat modul parameter
8. Spinning buttom : tombol penggeser dan pemilih

2.7.5 Blok diagram pasien monitor dan prinsip kerja


1. Prinsip kerja
a. Power supply board:
Penyearah dan filter input tegangan AC, Penstabil dan menghasilkan
tegangan DC untuk semua rangkaian.
b. Lcd display:
Menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran
yang telah diolah dan didapatkan dari main prosessor board.
c. Lcd display:
Menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran
yang telah diolah dan didapatkan dari main prosessor board.

70
Gambar 2.32 Blok Diagram Pasien Monitor (https://www.element14.com)

d. Backligth:
Tampilan bagi belakang layar dua tegangan anoda (200 v dan 6 KV),
heater current kontrol grid voltage, arus katoda.
e. Main prosessor board:
Fungsinya untuk, afirmware programed microcomputer, system
timing, interface, pada rangkaian lainnya seperti display monitor, spiker
front-end dan keyboard, alarm, recorder serta interface pada keluaran dan
mini recorder.
f. Keypad
Fungsinya keypad board adalah untuk mengetik dan mengisi data-
data pasien yang sedang diperiksa dan memberikan perintah-perintah untuk
melakukan program yang akan dilakukan.
g. Main conector board
Terdiri dari 3 fungsi blok: ECG/Defib syn, Unity, Auxilary port,
Expansion and docking port.Auxilary parameter board dibagi dalam 3 daerah
operasi utama: Input channel (2 pressure dan 2 temperatur) Control dan A/D
konversion dari front panel dan semua input channel (pressure, temperatur,
ECG, peripheral pulse dan respiration).

71
2.7.6 Cara pengoperasian
1. Lepaskan penutup debu.
2. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan.
3. Hubungkan alat ke terminal pembumian.
4. Hubungkan alat ke catu daya.
5. Hidupkan alat dengan menekan/mamutas tombol ON/OFF.
6. Set rentang nilai (range) untuk temperatur, pulse dan alarm.
7. Perhatikan protap pelayanan Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan
yang akan dilakukan.
8. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode ke pasien dan pastikan sudah
terhubung dengan baik.
9. Lakukan monitoring.
10. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse,
temperatur, saturasi oksigen (SpO2), NiBP, tekanan hemodinamik.
11. Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF.
12. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
13. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian.
14. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan.
15. Pastikan bahwa Bedside Monitor dalam kondisi baik dan siap difungsikan lagi
Pasang penutup debu.
16. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula.

2.7.7 Pemantauan fisik bedside monitor


Secara umum pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk peralatan bedside
monitor adalah sebagai berikut:
1. Chassis /selungkup.
2. Kotak kontak.
3. Terminal pembumian.
4. Kabel daya.
5. Saklar ON/OFF.

72
6. Sikring.
7. Patient cables.
8. Fitting/connector.
9. Electrode & streps.
10. Control / pengatur.
11. Battery / charger.
12. Indicator / display.
13. User calibration.
14. Alarm.
15. Audibla signals.
16. Aksesori.
17. Kebersihan alat.

2.7.8 Metode kalibrasi pasien monitor


1. Tujuan
Untuk mengkalibrasi Bed Side Monitor dengan cara membandingkan antara
parameter dari Bed Side Monitor dengan alat ukur standar.
2. Ruang Lingkup
Table 2.13 Paraeter Dan Rentan Ukur

Parameter Rentang Ukur

Non Invasive Blood 0 mmHg s.d 300 mmHg


Pressure (NIBP)
Saturasi Oksigen 35 % s.d 100 %

Pulse Rate (bpm) 30 bpm s.d 300 bpm

Heart Rate (bpm) 30 bpm s.d 300 bpm

Respirasi 0 brpm s.d 120 brpm

3. Peralatan yang digunakan

73
Table 2.14 alat ukur kalibrasi
No Nama Alat Ukur Rentang Ukur Ketelitian

1 NIBP Analyzer  0 mmHg s.d 0,1 mm Hg


400 mmHg

2 SpO2 Simulator  O2 : 35 % s.d 1 %


100 %
1 bpm
 Rate : 30
BPM s.d 250
BPM
3 Multiparameter  BPM : 30 1 %
Simulator bpm s/d
2%
300 bpm
 Ampl :
0.5mV
s/d 5,5
mV
4 Thermohygrometer  Suhu : 0oC – 0.1oC
50oC
1% RH
 RH : 0% -
100% RH
5 Electrical Safety  0.00 μA - 8000 1 %
Analyzer μA
2.7.1 %
 0.00 Ω – 2999
Ω

4. Dokumen acuan
a. Buku Petunjuk Bed Side Monitor
b. Buku Petunjuk NIBP Analyzer.
c. Buku Petunjuk SpO2 Simulator

74
d. Buku Petunjuk ECG simulator
e. ECRI 454-20010301-01
f. OIML (International Organization of Legal Metrology) R 16 – 2, 2002.
g. ANSI/AAMI TIR9 – 1992.
h. Guide toThe Expression of Uncertainty in Measurement (ISO GUM), 1995.

5. Kondisi lingkungan
a. Suhu ruang : 23 ºC ± 1 ºC
b. Kelembaban nisbi : 55 % RH ± 10 % RH
6. Prosedur kalibrasi
a. Persiapan
1. Lakukan pendataan administrasi meliputi : data alat pelanggan, daftar
alat yang digunakan, pelaksanaan kalibrasi.
2. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan.
3. Lakukan pemeriksaan fisik dan fungsi alat pelanggan.
4. Catat hasil pada lembar kerja.
b. Kalibrasi
1. Lakukan pengukuran keselamatan listrik meliputi :
1. Tegangan jala-jala
2. Tahanan pembumian\ Tahanan Isolasi
3. Kebocoran arus dengan polaritas normal.
4. Kebocoran arus dengan polaritas terbalik.
5. Kebocoran arus pada selungkup dengan polaritas normal.
6. Kebocoran arus pada selungkup dengan polaritas terbalik.
7. Kebocoran arus pada selungkup dengan polaritas terbalik tanpa gound.
8. Kebocoran arus pada pasien RA – Earth
9. Kebocoran arus pada pasien RL – Earth
10. Kebocoran arus pada pasien LA – Earth
11. Kebocoran arus pada pasien LL – Earth
12. Kebocoran arus pada pasien Vi – V6 – Earth
13. Patient Aux Current Normal Polarity RA – All
14. Patient Aux Current Normal Polarity V1 - V6 – All

75
15. Patient Aux Current Normal Polarity LA – All
16. Patient Aux Current Normal Polarity LL – All
17. Patient Aux Current Normal Polarity RL – All
7. Kinerja

Gambar 2.34 Instalasi Kalibrasi Blood Pressure Monitor (Metode Kalibrasi


Bedsaid Monitor)

a. Pra- Pengukuran
1. Lakukan instalasi seperti pada gambar 2.34.
2. Hidupkan alat ukur NIBP Analyzer dan Bed Side Monitor yang akan
diukur untuk pemanasan.
3. Periksa tombol-tombol fungsi dan manset pada Blood Pressure Monitor
untuk memastikan fungsi alat.
b. Pengukuran Blood Pressure (mmHg)
1. Tentukan titik pengukuran untuk dewasa sistol/diastole dan
(MAP); 100/65 (76), 120/80 (93), 150/100 (116), 200/150 (166)

76
dan atau untuk anak dewasa sistol/diastole dan (MAP); 30/10 (13),
35/15 (22), 60/30 (40), 70/50 (57) dalam satuan mmHg.
2. Lakukan pengukuran dari titik terkecil ke titik terbesa .

3. Lakukan pengambilan data sebanyak 6 (enam) kali pengukuran


pada setiap titik setting yang telah ditentukan, dengan cara
mengulang dari titik terkecil seperti pada langkah b.ii .
4. Catat hasilnya pada lembar kerja.
c. Pengukuran SpO2
1. Pengukuran saturasi oksigen
a) Tentukan titik setting untuk pengukuran saturasi oksigen;
80%, 85%, 90%, 95%, dan 100 %
b) Lakukan pengukuran dimulai dari titik setting 80% sampai
dengan titik setting 100%.
c) Lakukan pengukuran sampai 6 kali pengambilan data, sesuai
dengan langkah i.c.
d) Catat hasilnya kedalam lembar kerja sesuai dengan data yang
diperoleh.
2. Pengukuran Pulse Rate
a) Tentukan titik stting pengukuran Pulse Rate; 60 bpm , 80
bpm, 120 bpm, 180 bpm dan 240 bpm
b) Lakukan pengukuran dimulai dari titik setting 60 bpm sampai
dengan titik setting 240 bpm.
c) Lakukan pengukuran sampai 6 kali pengambilan data.
d) Catat hasilnya kedalam lembar kerja sesuai dengan data yang
diperoleh
d. Pengukuran ECG
1. Pengukuran Heart Rate
a) Tentukan titik setting untuk pengukuran heart rate; 30 bpm, 60
bpm, 120 bpm, 180 bpm dan 240 bpm.

77
b) Lakukan pengukuran dimulai dari titik setting 30 bpm sampai
dengan titik setting 240 bpm.
c) Lakukan pengukuran sampai 6 kali pengambilan data.
d) Catat hasilnya kedalam lembar kerja sesuai dengan data yang
diperoleh
2. Pengukuran Respirasi
a) Tentukan titik setting untuk pengukuran heart rate; 30 bpm, 60
bpm, 80 bpm, 100 bpm dan 120 bpm.
e) Lakukan pengukuran dimulai dari titik setting 30 bpm sampai
dengan titik setting 120 bpm.
f) Lakukan pengukuran sampai 6 kali pengambilan data.
g) Catat hasilnya kedalam lembar kerja sesuai dengan data yang
diperoleh.
8. Perhitungan
a. Nilai rata-rata ( Mean )
n

x i
x i 1

dimana : x = nilai rata-rata pengukuran

xi = nilai acak data pengukuran x1,x2,....xi

n = jumlah data yang diambil

b. Koreksi = Standar – UUT (unit under test).


Koreksi
c. Koreksi relatif  x100%
Setiing

 x 
n 2
i x
d. Standar Deviasi ( Stdv ) =   i 1

n  1
Dimana: σ = standard deviasi
e. Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran
c. Tipe A

78
Ketidakpastian kemampuan daya ulang pembacaan (Ua):
Stdev
Ua 
n
d. Tipe B
a. Ketidakpastian Blood pressure
5) Ketidakpastian dari sertifikat NIBP Analyzer(Ub1), yaitu
U
U b1 
k
Dimana:
Ub = uncertainty tipe B
U = uncertainty sertifikat kalibrasi terdahulu
K = faktor cakupan yang nilainya dari tingkat kepercayaan U (2).
6) Ketidakpastian kemampuan daya baca dari Bed Side Monitor
(Ub2).
7) Ketidakpastian kemampuan daya baca Blood Pressure Monitor
diestimasi mempunyai semi range; a = 0,5 x resolusi Bed Side
Monitor.
8) Dengan asumsi distribusi segi empat maka ketidakpastian
kemampuan daya baca Blood Pressure Monitor adalah :
a
U b2 
3
9) Ketidakpastian baku gabungan ( Uc) Bed Side Monitor adalah :

(Ua) 2  (Ub1) 2  Ub2


2
Uc =
10) Ketidakpastian bentangan ( Uexp)
Uexp = Uc x k
Dengan asumsi distribusi normal, maka ketidakpastian bentangan
(Uexp ) dengan cakupan k = 2, sehingga : Uexp = Uc x 2
b. Ketidakpastian SpO2
1. Ketidakpastian dari sertifikat SpO2 Analyzer(Ub1), yaitu
U
U b1 
k

79
Dimana:
Ub = uncertainty tipe B
U = uncertainty sertifikat kalibrasi terdahulu
k = faktor cakupan yang nilainya dari tingkat kepercayaan U (2).
2. Ketidakpastian kemampuan daya baca dari Bed side Monitor
(Ub2).
Ketidakpastian kemampuan daya baca Blood Pressure Monitor
diestimasi mempunyai semi range; a = 0,5 x resolusi Blood
Pressure Monitor.

Dengan asumsi distribusi segi empat maka ketidakpastian


kemampuan daya baca Blood Pressure Monitor adalah :
a
U b2 
3

3. Ketidakpastian baku gabungan ( Uc) Bed Side Monitor adalah :

(Ua) 2  (Ub1) 2  Ub2


2
Uc =

4. Ketidakpastian bentangan ( Uexp)


Uexp = Uc x k
Dengan asumsi distribusi normal, maka ketidakpastian bentangan
(Uexp ) dengan cakupan k = 2, sehingga : Uexp = Uc x 2

c. Ketidakpastian ECG
1. Ketidakpastian dari sertifikat ECG simulator (Ub1), yaitu
U
U b1 
k
Dimana:
Ub = uncertainty tipe B
U = uncertainty sertifikat kalibrasi terdahulu
k = faktor cakupan yang nilainya dari tingkat kepercayaan U (2).

80
2. Ketidakpastian kemampuan daya baca dari Bed Side Monitor
(Ub2).
Ketidakpastian kemampuan daya baca Blood Pressure Monitor
diestimasi mempunyai semi range; a = 0,5 x resolusi Bed Side
Monitor.

Dengan asumsi distribusi segi empat maka ketidakpastian


kemampuan daya baca Blood Pressure Monitor adalah :
a
U b2 
3

3. Ketidakpastian baku gabungan ( Uc) Bed Side Monitor adalah :

(Ua) 2  (Ub1) 2  Ub2


2
Uc =
4. Ketidakpastian bentangan ( Uexp)
Uexp = Uc x k Dengan asumsi distribusi normal, maka
ketidakpastian bentangan (Uexp) dengan cakupan k = 2,
sehingga: Uexp = Uc x 2

8. Ambang batas.

Table 2.15 Ambang Batas kalibrasi


No. Parameter Ambang batas yang diijinkan

1. Blood Pressure ± 3 mmHg atau ±2 % dari setting

dd2. Saturasi Oksigen

3. Pulse Rate

4. Heart rate ± 5 bpm

5. Respirasi

81
2.7.8 Troubleshooting
Pada pasien monitor GE Dash 4000
1. Keluhan
Monitor tidak tardeteksi pulse signal di central monitor.
2. Tindaka
a. sesuaikan monitor dengan bed pasien (tertera pada pojok kiri atas) jika
belum sesuai maka masuk ke menu setting-bed setting-masukan password
yang terdiri dari hari dan bulan.
b. cek pada central port HUB pastikan menyala dengan melihat lampu
indikator berkedip, jika tidak maka lakukan pengecekan 1/1 dicentral port
HUB kemudian direstart.
c. kemudian menuju ke bed monitor, periksa dan pastikan kabel LAN
terpasang sesuai port.
d. cek kabel LAN dengan LAN tester, jika sudah dicek tapi kabel LAN tidak
konek, maka pengecekan pada konektor kebel LAN.

2.7.9 Inspection preventive & maintennace


Adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerusakan- kerusakan yang tidak terduga dan menemukan
kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan pada waktu proses produksi. Jadi, semua fasilitas produksi yang
mendapatkan perawatan (preventive maintenance) Akan terjamin kontinuitas
kerjanya dan selalu diusahakan.
1. Inspection
Pemeriksaan fungsi alat meliputi:
a. display/nonitor
b. Tombol/knob pengaturan
c. Switch on/off
d. Keypad
e. Alarm test
f. Printer test

82
g. Battery back up test
h. Pengukuran ECG
i. Pengukuran NIBP
j. Pengukuran SpO2
k. Pengukuran suhu
2. Preventive & Maintennace
Pemeliharaan alat meliputi:
a. Pembersihan main unit.
b. Pembersihan aksesoris/kelengkapan alat.
c. Pemantauan fungsi alat.
d. Pemantauan kinerja alat.

2.8 Baby Incubator


2.8.1 Gambaran umum baby incubator

Gambar 2.35 Baby Incubator (http://www.medicalexpo.com)

Pengertian inkubator bayi bisa dimengerti dengan memahami konsep suhu


yang konstan atau stabil. Begini kasusnya, bayi yang lahir dengan tubuh kecil dan
prematur membutuhkan tempat dengan suhu ruangan yang konstan. Artinya, suhu

83
ruangan tersebut stabil. Jadi, inkubator bayi adalah box yang memiliki ukuran
tertentu dan dilengkapi alat alat medis untuk membuat tubuh bayi selalu merasa
hangat. Sebenarnya, ada 5 cara untuk mencapai tujuan tersebut (menghangatkan
tubuh bayi), yaitu skin to skin contact, kangaroo mother care, pemancar panas dan
ruangan dengan suhu hangat yang konstan seperti inkubator ini.
Pada sebuah inkubator bayi, terdapat 2 bagian boks control. Anda bisa
menemukannya di bagian atas dan bagian bawah. Pada boks pertama di bagian atas,
di sana diletakkan sensor, controller dan beberapa rangkaian alat elektronik medis
lainnya. Kemudian, boks di bagian bawah memiliki 3 bagian utama, yakni heater,
wadah air dan kipas.
Kedua bagian tersebut sangat berjasa bagi kekonstanan suhu di dalam
inkubator. Lengkapnya, suhu inkubator bayi berasal dari heater dan kipas pada box
bagian bawah. Heater mengeluarkan udara panas yang kemudian ditangkap oleh
kipas dan disalurkan ke wadah air. Dari wadah air, udara panas disalurkan melalui
sebuah selang. Aktivitas ini bisa dikontrol melalui komputer yang sudah terhubung
menggunakan PIC Microchip.

2.8.2 Fungsi inkubator bayi.


Dengan suhu yang stabil atau bisa juga konstan, inkubator bayi memiliki
beberapa fungsi bagi bayi di dalam boks tidurnya. Berikut ini adalah beberapa
fungsi inkubator bayi:
1. Melindungi bayi
Bayi di awal kelahiran memiliki kondisi tubuh yang sangat rentan. Tetapi,
ada beberapa diantara mereka yang lahir ke dunia dengan kondisi lebih rentan
dari bayi pada umumnya. Untuk itulah inkubator dibuat, melindungi si bayi.
Dengan desainnya yang kotak dan dilengkapi dengan lingkaran yang
mudah dikendalikan, bayi yang diletakkan di dalam kotak inkubator bisa
dengan mudah dan nyaman untuk beristirahat. Lebih pentingnya lagi, inkubator
yang bertindak sebagai pelindung bayi mampu melindungi bayi dari bakteri,
kemungkinan terjadinya infeksi, iritasi dan allergen.

84
2. Memberikan oksigenasi
Fungsi inkubator bayi selanjutnya adalah sebagai oksigenasi. Bayi
terlahir dengan sangat rentan terhadap apa-apa yang ditawarkan dunia luar
padanya, termasuk soal pernapasan. Tercatat penyebab kematian terbanyak
pada bayi yang lahir secara prematur adalah gangguan pernapasan. Untuk
mengurangi kemungkinan tersebut, meletakkan bayi pada inkubator menjadi
hal utama yang harus dilakukan.
Bagian-bagian inkubator bayi telah didesain sedemikian rupa untuk
menjadi sistem pengantar oksigen yang baik. Dengan ini, inkubator akan sangat
membantu keberlangsungan hidup seorang bayi. Jadi, Anda perlu mengingat
bahwa proses oksigenasi itu sangat penting pada bayi premature.
3. Memberikan kontrol terhadap bayi (sebagai monitor)
Inkubator memiliki bentuk layaknya boks. Seperti yang telah disebutkan,
boks inkubator memiliki 2 bagian diatas dan dibawah boks tidur bayi. Untuk
sebuah inkubator yang sesuai dengan peraturan medis, harusnya sudah
dilengkapi dengan alat-alat medis monitoring untuk memudahkan dokter atau
suster memonitor kerja jantung, otak, darah, organ vital dan suhu bayi.
Itulah mengapa inkubator bayi memiliki fungsi penting dalam
perkembangan bayi prematur, karena seluruh pergerakan bayi harus selalu
dimonitor melalui alat-alat tersebut. Monitoring ini dilakukan hingga kondisi
bayi sudah memenuhi syarat normalitas agar bisa dibawa pulang.

2.8.3 Prinsip kerja inkubator bayi

Untuk memenuhi fungsi tersebut, ada sebuah prinsip atau konsep dasar dari
inkubator bayi yang perlu diingat dan dipelajari agar sesuai dengan aturan media
yang diakui. Sebenarnya, cara kerja inkubator bayi di dalam pengertian sederhana
hanya melibatkan 3 hal, yaitu suhu, kelembapan dan oksigen. Suhu, kelembapan
dan jumlah oksigen yang menyerupai keadaan di dalam kandungan ibu si bayi.

85
Gambar 2.36 Prinsip Kerja Incubator (sentralalkes.com)

Bedanya, 3 hal tersebut dapat dimanipulasi oleh manusia melalui kontrol yang
tersedia di bagian atas maupun bawah inkubator. Untuk mencapai prinsip yang
sempurna, sebuah inkubator harus dilengkapi dengan beberapa bagian ini:

1. Heater, sebuah alat yang fungsinya adalah untuk menghasilkan suhu panas
2. Blower, sebuah alat yang difungsikan untuk pendistribusian panas ke seluruh
bagian boks
3. Kontrol, sebuah alat yang fungsinya untuk mengatur kelembapan dan suhu
aliran udara
4. Display, sebuah alat yang digunakan untuk menampilkan
5. Alarm, sebuah alat pada inkubator yang akan menyala saat hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi,
6. Chamber, dimana bayi diletakkan atau disebut juga dengan bok tidur.

2.8.4 Jenis-jenis inkubator bayi

Setelah memahami harga yang ditawarkan oleh rumah sakit untuk


penggunaan inkubator bayi. Berikut ini adalah contoh inkubator bayi berdasarkan
tipe-tipenya:

86
1. Radiant Warmer Incubator
Inkubator yang pertama ini bertipe radiant warmer. Ciri-ciri tipe ini
adalah alat penghantar panas yang terletak di bagian atas boks tidur bayi. Selain
heater yang terletak tinggi diatas bayi, bayi pun akan ditempel sensor-sensor
panas langsung pada permukaan kulitnya. Melalui sensor-sensor ini, panas akan
dialirkan.
Panas yang dialirkan oleh sensor tersebut berfungsi untuk menjaga suhu
tubuh bayi agar tetap stabil. Kelebihan yang dimiliki oleh inkubator tipe ini
adalah kemudahan jangkauan dokter atau suster untuk membantu bayi, karena
tidak terdapat tutup boks. Akan tetapi, tidak adanya tutup menjadikan
kemungkinan infeksi, gangguan kenyamanan bayi dan allergen menjadi lebih
tinggi. Selain itu, kelembapan boks akan sulit diatur.
2. Infant Incubator
Inkubator yang kedua disebut dengan infant incubator. Tipe ini lebih
menyerupai rahim sang ibu dibandingkan dengan tipe sebelumnya. Bayi dapat
terus terjaga kehangatannya, karena suhu panas dan kelembapan tersebar hanya
pada ruangan bayi (bok tidur). Hanya saja, kekurangan yang dimiliki inkubator
ini adalah tutup boks tidur yang sedikit mengganggu akses dokter atau suster
untuk menjangkau bayi. Akan tetapi, kelebihan yang dimiliki Infant Incubator
mampu menutupi kekurangan yang dimiliki Radiant Warmer Incubator.

3. Transport Incubato

Pada umumnya, transport incubator memiliki bentuk dan tipe yang sama
dengan infant incubator biasanya. Hanya saja, transport incubator dilengkapi
dengan roda. Sesuai dengan namanya, inkubator yang satu ini digunakan ketika
snag bayi membutuhkan perawatan yang lebih intensif dari rumah sakit lain
yang memiliki peralatan yang lebih lengkap. Dikarenakan fungsi transportasi
tersebut, inkubator jenis ini memiliki sumber energi yang berbeda dari
inkubator jenis lainnya, yakni baterai

87
2.8.5 Spesifikasi alat

Table 2.16 Spesifikasi Alat

Komoditas Alat Kesehatan

Merek Draegerwerk AG & Co. KgaA

No Produk 42000000-AKS-000056630

Nama Produk Neonatal Incubator Isolette


C2000

Unit Pengukuran Unit

Nama Penyedia PT Draeger Medical Indonesia

No Produk (Penyedia) DMI-703-003

Model/Type ISOLETTE C2000

Country of Origin USA

2.8.6 Bagian bagian alat baby incubator


1. IV pole : tiang penyangga
2. Tray : tempat meletakan peralatan medis
3. Acces door : pintu akses
4. Humidity adjuster : pengaturan kelembapan

88
Gambar 2,37 Bagian Bagian Baby Incubator (https://hwp-electromedic14.blogspot.com)

5. Water reservoir : tendon air


6. Mattras height adjuster : pengaturan tinggi matras
7. Front heandle : pegangan depan
8. Cabinet : tempat penyimpanan
9. Castors : kastoe/roda
10. Control panel : tombol kontrol

2.8.7 Blok diagram baby incubator


1. Power supply
Power supply merupakan blok yang sangat penting dalam suatu alat
elektronika karena power supply akan membagi tegangan kepada blok yang
lainnya, power supply berfungsi merubah tegangan AC dari PLN menjadi
tegangan DC.

89
Gambar 2.38 Blok Diagram Baby Incubator (https://hwp-electromedic14.blogspot.com)

2. Baterai
Baterai merupakan sumber tegangan DC cadangan yang fungsinya sama
seperti power supply, dia bekerja ketika aliran listrik mati sehingga power
supply tidak dapat berfungsi, dan baterai bekerja untuk memberikan tegangan
kepada blok mikro yang kemudian memberikan tegangan kepada buzzer yang
merupakan alarm sehingga alarm menyala.
3. Keyboard control
Merupakan tombol yang befungsi mengatur setting seperti setting suhu,
tombol start mematikan alarm yang mengirim logika ke MCU dan
menampilkannya ke display.
4. Indikator
Indikator atau display berfungsi menampilkan suhu, alarm kerusakan,
indicator heater dll.
5. MCU (Microcontoler Unit)
MCU merupakan otak atau pusat pengendali utama dari rangkaian baby
incubator. MCU merupakan pengolah data dari input input sensor seperti sensor
suhu udara, sensor suhu kulit, sensor aliran udara, dan outputnya mengirimkan

90
logika kepada driver heater dan motor, ketika ada trouble di salah tiap blok dia
mematikan system dan kemudian membunyikan alarm.
6. Input Output Control I/O
Control ini bekerja sebagai driver untuk heater dan motor. I/O control ini
di kendalikan oleh MCU yang input dari I/O control ini menerima logika dari
MCU dan outputnya mengendalikan tegangan ke motor dan heater.
7. Motor
Motor mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting dalam baby
incubator. Motor mengatur sirkulasi udara atau menghantarkan panas ke
seluruh bagian dalam chamber, sehingga panas dalam chamber rata selain itu
motor mengatur kelembaban di dalam chamber melalui udara dengan membawa
uap air dari wadah air di luar chamber. Motor di kendalikan oleh I/O control
yang di control lagi oleh MCU. Karena peranannya yang penting ketika motor
mati alarm langsung berbunyi karena berbahaya terhadap bayi.
8. Heater
Heater merupakan sumber panas di baby incubator, heater di atur oleh
driver I/O control yang di control juga oleh MCU, heater mengeluarkan panas
yang kemudian panas tersebut di tiup oleh blower atau motor sehingga panas
merata di dalam chamber. Heater adalah komponen inti dari baby incubator
karena prinsip dasar dari baby incubator adalah memanfaatkan panas.
9. ADC
ADC atau singkatan dari Analog to Digital Converter ini merupakan
perubah tegangan analog dan merubahnya menjadi tegangan digital, perlunya
pemakaian ADC dikarenakan output dari sensor merupakan tegangan analog
dan tidak bias dibaca oleh MCU, karena MCU mengolah data yang berupa
tegangan digital.
10. Sensor suhu udara
Sensor suhu udara merupakan sensor suhu yang membaca suhu di dalam
chamber dan dia membatasi suhu yang ada di dalam chamber ketika suhu di
dalam chamber tersebut melebihi setting yang sudah di atur pada keyboard
control maka dia memberikan referensi ke MCU untuk mematikan heater

91
sehingga suhu di dalam chamber tersebut stabil. Suhu yang bisa di baca oleh
sensor ini adalah 5°C sampai 65°C.
11. Sensor suhu kulit
Sensor suhu kulit merupakan sensor suhu yang mengukur suhu pada kulit
bayi. Ketika suhu bayi mengalami override dia akan mematikan heater sehingga
suhu bayi tercontrol.
12. Buzzer
Buzzer merupakan alarm peringatan, menyala ketika ada kesalahan
system yang di control oleh MCU.

2.8.8 Prosedur pengoperasian


Untuk mendapatkan pemakaian yang tepat perlu diperhatikan hal-hal berikut
ini:
1. Yang menjadi operator adalah personil yang terlatih dan dibawah
pengawasan para medic yang mahir dan mengetahui tentang bahaya resiko
dan manfaat penggunaan baby incubator.
2. Penggunaan oksigen yang dapat meningkatkan bahaya kebakaran dan
peralatan yang dapat menimbulkan percikan bunga api listrik tidak boleh
ditempatkan dalam incubator.
3. Waktu pemanasan dari incubator kurang lebih 30 menit.
4. Sensor suhu kulit harus tetap pada bayi.
5. Posisi pemasangan dan penggunaan sensor suhu kulit adalah dipasang di
kulit tangan atau kaki bayi dan diplester agar tidak terlepas/mudah lepas.
6. Jangan menempatkan incubator dalam ruangan yang langsung terkena sinar
matahari atau langsung terkena udara dari AC.

a. Persiapan :
1. Sebelum alat dioperasikan, perhatikan suhu ruangan disekitar
incubator yaitu antara 25o -30o C.
2. Periksa sambungan daya (stop kontak), apakah memiliki grounding
dan bertegangan stabil pada 220 VAC,50/60Hz. Apabila dilakukan

92
pemeriksaan hasilnya baik maka pengoperasian setting suhu control
baby incubator dapat dilakukan, tetapi bila tegangan jala-jalanya
tidak stabil maka lebih baik gunakan stabilizer.
b. Pengoperasian Baby Incubator secara Umum
1. Sambungkan steker incubator pada stop kontak yang telas diperiksa
tadi, pastikan pemasangannya kuat dan tidak mudah lepas.
2. Tekan switchpower yang ada di box panel pada posisi ON dan saat
itu juga display serta beberapa indikator yang ada di display menyala.
3. Untuk selanjutnya incubator sudah dapat disetting suhu kontrolnya
sesuai dengan keperluan.
c. Adapun langkah yang harus dilakukan untuk mensetting temperatur
yaitu:
1. Setting suhu pada keypad control pada suhu yang diinginkan.
2. Temperatur dalam incubator akan segera mncapai suhu yang telah
disetting
3. Biarkan incubator menyala dalam keadaan kosong kurang lebih 30
Menit.
4. Selanjutnya Incubator dapat dipakai.

2.8.9 Prosedur pemeliharaan


1. Standar Preventive Maintence
a. Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari, dan bersihkan secara
keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan
b. Lakukananlah pengecekan terhadap seluruh bagian alat
c. Cek sistem catu daya
d. Cek fungsi indkator alarm dan timer
e. Periksa konektor sensor suhu, kabel konektor lain dan kabel power
f. Periksa groundng pada alat untuk mencegah terjadnya arus bocor
g. Kosongkan air reservoir yang dapat mengakibatkan tumbuhnya bakteria
yang berbahaya dalam air dan menyerang bayi.

93
h. Periksa kondisi air, jangan sampai habis. Usahakan menggunakan air
destilasi agar tidak menyebabkan kerak dan berlumut.
i. Periksa fungsi blower, karena jika blower tidak berfungsi maka akan
menyebabkan pemanasan tidak merata
j. Bila pesawat akan disimpan atau tidak digunakan, usahakan untuk
membuang air yang ada di reservoir
2. Pemantauan Fungsi
a. Catat data alat seperti nama alat, merk, type/model, nomor seri.
b. Siapkan alat kerja seperti tool set dan alat ukur yang akan digunakan.
c. Catat dan ukur kondisi lingkugan :
1. Suhu
2. Kelembaban
3. Tegangan
4. Tahanan pembumian
d. Periksa kondisi fisik bagian bagian Baby Incubator seperti:
1. Chasis/ selungkup
2. Kabel daya/ power
3. Kipas pendingin
4. Saklar ON/OFF
5. Fuse
6. Kebersihan alat
e. Periksa fungsi dan aspek keselamatan dari Baby Incubator seperti :
1. Ukur suhu dalam Incubator dengan menggunakan alat ukur suhu seperti
thermometer.
2. Periksa alarm error khususnya alarm over panas.
3. Ukur arus bocor pada chasis/ selungkup dengan menggunakan Electrical
Safety Analyzer.

94
2.8.10 Kalibrasi baby incubator

1. Tujuan
Untuk mengkalibrasi infant / baby incubator dengan cara
membandingkannya dengan Incubator analyzer.
2. Ruang Lingkup
Kalibrasi infant/baby incubator dengan rentang ukur:
1. Suhu 32 - 40 ºC
2. Kebisingan
3. Kelembaban
4. Air Flow
5. Kelistrikan
3. Peralatan yang digunakan
Table 2.17 Peralatan Kalibrasi

No Nama Alat Rentang Ukur Resolusi

1 Incubator Suhu :0 – 50 oC 0,01oC


Analyzer
Kelembaban :0% - 0,1 %
100%
0,1 dbA
Kebisingan : 30 -
100dbA
0,01 m/s
Flow :0,2 – 2 m/s

2 Electrical Safety  0 V s/d 300 V ac 2%


Analyzer  0.0 μA s/d 199.9 μA
1%
 200 μA s/d 1999 μA
 2.00 μA s/d 10.00 μA 2%

 0.0 Ω s/d 0,2 Ω 5%

2%

95
3 Thermohygromete a. 0oC s.d 50oC c. 0,1 oC
r b.0% RH s.d 95% RH d. 0,1 %
R
H

4. Dokumen Acuan
7. Manual Book Incubator Analyzer
8. Permenkes Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat
Kesehatan
9. SNI IEC 6061-1-19 : 2014
10. SNI IEC 62353 Tahun 2014
11. AS 2853
12. ISO/IEC Guide 98-3:2008 Uncertainty of Measurement—Part 3 Guide to the
expression of uncertainty in measurement.
5. Kondisi Lingkungan
3. Suhu ruang : 20 ºC s/d 30 ºC
4. Kelembaban : 55 % RH ± 5 % RH
6. Prosedur Persiapan Kalibrasi
1. Persiapan
1. Siapkan Lembar Kerja Kalibrasi Baby Incubator.
2. Siapkan peralatan standar yang akan digunakan.
3. Kondisikan UUT yang akan diuji/kalibrasi.
4. Lakukan pendataan administrasi meliputi merk UUT, model/ tipe, no.
seri, tanggal pengujian, dan ruang/tempat pengujian.
5. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan meliputi: suhu dan kelembaban
dengan menggunakan thermohygrometer. Data diambil pada ruang
pengujian, pada awal dan akhir kegiatan.
6. Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi alat meliputi :
a. Badan dan permukaan : Periksa bagian luar dan kondisi kebersihan
fisik secara menyeluruh. Pastikan selungkup utuh, terpasang kuat satu

96
dan lainnya dan tidak ada bekas tertimpa cairan ataupun gangguan
lainnya.
b. Kabel catu daya (Line cord) : Periksa kabel, apakah terlihat ada
kerusakan. Jika ada pindahkan atau tukar kabel yang rusak. Pastikan
kabel power yang baru atau pengganti mempunyai spesifikasi yang
sama dengan yang lama. Jika dilengkapi baterai periksa pula fungsi
kabel chargernya saat digunakan untuk pengisian baterai .
c. Aksesoris: Periksa kelengkapan dan kondisi fisik aksesoris seperti
sensor skin pastikan dalam kondisi baik tidak putus dan dalam kondisi
bersih,amati apakah aksesoris mampu berfungsi dengan baik atau
tidak.
d. Tombol saklar atau kontrol : Sebelum mengaktifkan tombol saklar
atau kontrol, periksa posisi pengaturan alat di awal , menguji fungsi
tombol saklar atau kontrol dengan cara menekan tombol dan pastikan
dapat merespon dengan baik sesuai tombol yang ditekan. Kembalikan
pada setting awal alat saat kalibrasi selesai.
e. Tampilan dan indikator : Selama pengecekan fungsi, pastikan lampu
indikator dan tampilan layar berfungsi seluruhnya, yakinkan bahwa
tampilan dapat menyala dengan baik dan jelas.
f. Troley, roda : Periksa kondisi fisik roda dan kelengkapanya, apakah
dalam kondisi baik dan lengkap atau tidak,dalam kondisi aman untuk
digunakan ( tidak patah).
g. Baterai/ Charger : Jika dilengkapi baterai, periksa kondisi fisik dan
konektor baterai apakah siap untuk dipergunakan. Periksa apakah
alarm baterai menunjukkan baterai lemah. Jika demikian recharge
baterai.
7. Pengukuran keselamatan listrik meliputi :
Langkah-langkah pengujian :

1. Lakukan pengukuran tegangan jala-jala pada menu Main Voltage.


2. Lakukan pengukuran resistansi kawat pembumian
3. Lakukan pengukuran tahanan kabel isolasi catu daya.

97
4. Lakukan uji kebocoran arus pada peralatan
8. Prosedur kalibrasi
a. Langkah Pra Kalibrasi
1. Sebelum kalibrasi dilakukan terhadap Baby incubator letakan Incu
Analyzer sesuai posisi didalam Baby Incubator, pasang semua sensor
pada posisi yang telah ditentukan , dengan meletakan sensor suhu T1
sampai dengan T5 pada Temperature Probe Holder untuk suhu udara dan
T6 untuk suhu matras, pasang sensor suhu T6 pada matras, sensor
kebisingan, sensor air flow, dan sensor humidity sesuai tempatnya.

Gambar 2.39 Penempatan Incu Analyzer Pada Baby Incubator (Metode Kalibrasi Baby
Incubator)

T
5
T 1
1
T
2

T
4
T
3

Gambar 2.40 Penempatan Sensor Suhu Incubator (Metode Kalibrasi Baby Incubator)

98
2. Periksa air Humidifier dan filter udara pada Baby Incubator, apabila
terjadi lumut atau kotor pada humidifier dan filter segera bersihkan.
Ganti dan atau tambahkan air humidifier apabila diperlukan.
b. Langkah Kalibrasi
1. Aktifkan Incubator analyzer dengan menekan tombol ON.
2. Aktifkan Baby Incubator dengan menekan tombol ON.
3. Kalibrasi dilakukan pada suhu 32 oC.
4. Atur setting suhu, biarkan sampai suhu pada ruang Baby Incubator
stabil .
5. Pastikan sensor T6 telah menempel dengan baik pada bagian
matras. T6 digunakan untuk mengetahui suhu pada permukaan
matras.
6. Amati pembacaan suhu pada T1 sd T6,
7. Bila penunjukan indikator Baby Incubator telah tercapai
(mendekati nilai settingnya) dan stabil, lakukan pengambilan data
untuk titik yang telah di tentukan, perhatikan nilai minimum dan
maksimum, catat nilai pembaacaan pada lembar kerja
8. Lakukan langkah 2.6 s/d 2.10 untuk kalibrasi pada suhu 36 oC
9. Lakukan pengambilan data pula pada nilai kebisingan, humuditi
dan air flow didalam baby incubator, catat nilai pembacaan pada
lembar kerja
9. Perhitungan
a. Tipe B
1. Ketidakpastian dari sertifikat Incu Analyzer , yaitu
U
U b1  Dimana:
k

Ub = uncertainty tipe B

U = uncertainty sertifikat kalibrasi terdahulu

k = faktor cakupan yang nilainya dari tingkat kepercayaan U(2).

99
2. Ketidakpastian kemampuan daya baca.
Ketidakpastian kemampuan daya baca UUT diestimasi mempunyai semi
range; a = 0,5 x resolusi. Dengan asumsi distribusi segi empat maka
a
ketidakpastian kemampuan daya baca U b 2 
3

3. Variasi suhu Spasial


Selisih (dalam midrange) terbesar diantara 2 buah titik ukur di dalam UUT
(t spasial == t mid_maks – t mid_min)
4. Variasi suhu Temporal
Nilai selisih maksimum di dalam UUT (t temporal = (t maks- t min) maks)
5. Suhu enclosure pada indicator :
Suhu didalam UUT seperti yang ditunjukan oleh indicator suhu pada UUT
(t UUT indicator = (t mid_maks + t mid_min)/2.

6. Ketidakpastian baku gabungan ( Uc) Thermocouple adalah :Uc =

(Ua) 2  (Ub1) 2  Ub2


2

7. Ketidakpastian bentangan ( Uexp)


Uexp = Uc x k
Dengan asumsi distribusi normal, maka ketidakpastian bentangan (Uexp)
dengan cakupan k = 2, sehingga: Uexp = Uc x 2

Table 2.18 Parameter Acuan

No Parameter Ambang batas yang Acuan


diizinkan

1. Suhu T6 / Matras <40 ºC SNI IEC 6061-2-


19:2014

2. Air Temperature ± 1 ºC SNI IEC 6061-2-


19:2014

100
3. Kebisingan (dBA) ≤ 60 Dba SNI IEC 6061-2-
19:2014

4. Air Flow ≤ 0.3 m/s SNI IEC 6061-2-


19:2014

5. Kelembaban ±10 % dari SNI IEC 6061-2-


penunjukan 19:2014
sebenarnya

8. Ambang batas.

Table 2.19 Parameter Ambang Batas

Parameter Ambang Batas


No

1. Tegangan jala-jala terukur + 10% dari 220 V

2. Nilai resistansi kawat pembumian

Kabel catu daya yang tidak dapat dilepas ≤ 0,3 Ω

Kabel catu daya yang dapat dilepas ≤ 0,2 Ω

3 Nilai tahanan isolasi kabel catu daya ≥ 2 M


dengan selungkup Ω

4. Arus bocor pada peralatan  500 


A

9. Telaah Teknis
1. Pastikan Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi baik. Jika ada hasil yang kurang
baik, beri catatan dilembar kerja

101
2. Untuk menentukan kriteria alat LAIK atau TIDAK LAIK dengan
menggunakan nilai skor, dimana terdapat 4 parameter ukur yaitu:
a. Pengukuran Kelistrikan (Safety Test)
b. Pengukuran Suhu Udara
c. Pengukuran Suhu Matras
d. Pengukuran Kebisingan
e. Pengukuran Aliran Udara
f. Pengukuran Kelembaban
Sehingga total nilai skor sama dengan 1, jika nilai skor 0 maka alat
dinyatakan TIDAK LAIK.

3. Pemberian nilai skor untuk Pengukuran Kelistrikan adalah jika nilai


Koreksi keluar dari ambang batas yang direkomendasikan oleh SNI/IEC
62353 Tahun 2014 yaitu:
a. Tahan isolasi kabel catu daya dengan chassis ≥ 2 MΩ dengan skor 1
b. Tahanan hubungan pentanahan
Kabel catu daya yang tidak dapat dilepas toleransi ≤ 0.3 Ω dengan skor
1 Kabel catu daya yang dapat dilepas toleransi ≤ 0.2 Ω dengan skor 1
c. Arus bocor pada peralatan toleransi ≤ 500 µA dengan skor 1 Dengan
perhitungan: Nilai Skor 1= (poin 1 x poin 2 x poin3).
4. Untuk parameter pegukuran suhu udara didalam baby incubator
,pemberian nilai skornya untuk masing masing setting suhu adalah 1, jika
hasil koreksi dari pengukuran suhu ≤ 1 ºC maka nilai skoringnya adalah 1
jika nilai koreksi > 1 ºC maka nilai skornya adalah nol (0) Dengan
perhitungan : Skor Suhu udara = (poin 1 + poin 2) : 2Jika hasil perhitungan
≥ 0.5 maka nilai skor = 1.
5. Untuk parameter pegukuran suhu matras didalam baby incubator ,
pemberian skoring untuk masing masing setting suhu adalah 1, jika hasil
pengukuran suhu < 40 ºC maka nilai skoringnya adalah 1 jika hasil
pengukuran > 40 ºC maka nilai skoringnya adalah nol (0) Dengan
perhitungan : Skor Suhu Suhu udara = (poin 1 + poin 2) : 2 Jika hasil
perhitungan ≥ 0.5 maka nilai skornya = 1.

102
6. Untuk parameter pegukuran tingkat kebisingan didalam baby incubator ,
pemberian skoring untuk tingkat kebisingan adalah 1, jika hasil
pengukuran kebisingan < 60 dB maka nilai skornya adalah 1 jika hasil
kebisingan > 60 dB maka nilai skornya adalah nol (0).
7. Untuk parameter pegukuran aliran udara didalam baby incubator ,
pemberian nilai skornya adalah 1, jika hasil aliran udara < 0.35 m/s maka
nilai skornya adalah 1 jika aliran udara > 0.35 m/s maka nilai skornya
adalah nol (0).
8. Untuk parameter pegukuran Kelembaban udara karena pengujian
kelembaban bertujuan menginformasikan kelembaban didalam baby
incubator , maka untuk nilai skornya selalu.
9. Menentukan total skor dengan mengalikan setiap skor parameter yaitu:
Rata –rata skor pengukuran kinerja = skor 1 + skor 2 + skor 3 + skor 4+
skor 5 Skor pengukukuran kinerja = Jika hasil rata – rata pengukuran
adalah ≥ 0.6 maka nilai skornya adalah 1, jika <0.6 maka nilai skornya
adalah 0
Total nilai skor = Skor kelistrikan x skor pengukuran kinerja
Jika Total skor sama dengan 0 maka alat dinyatakan TIDAK LAIK dan
jika Total nilai skor sama dengan 1, maka alat dinyatakan LAIK
10. Label Kalibrasi
Untuk alat yang LAIK maka tempel dengan label warna hijau,
untuk alat yang TIDAK LAIK temple dengan label warna merah.

2.8.11 Inpection preventive & maintenance


Adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerusakan- kerusakan yang tidak terduga dan menemukan
kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan pada waktu proses produksi. Jadi, semua fasilitas produksi yang
mendapatkan perawatan (preventive maintenance) akan terjamin kontinuitas
kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan
untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat.

103
1. Inspection
Pemeriksaan fungsi alat meliputi:
a. display/nonitor
b. Tombol/knob pengaturan
c. Switch on/off
d. Keypad
e. Alarm test
f. Heater
g. Air flow
h. Door lock
2. Preventive & Maintennace

Pemeliharaan alat meliputi:

a. Pembersihan main unit dan aksesoris/kelengkapan alat.

b. Pemantauan fungsi alat dan pemantauan kinerja alat.

104

Anda mungkin juga menyukai